Anda di halaman 1dari 2

Khutbah tentang sedekah

َّ‫ َوَأ ْش َه ُد اَن‬.‫ َأ ْش َه ُد اَنْ اَل ا ِٰل َه ِااَّل هللاُ ْال َعظِ ي ِْم ْال َك ِري ِْم‬.‫ان فِيْ َأحْ َس ِن َت ْق ِوي ٍْم‬ َ ‫هلل الَّذِيْ َخ َل َق ااْل ِ ْن َس‬ِ ‫ اَ ْل َحمْ ُد‬.‫هلل‬ ِ ‫اَ ْل َحمْ ُد‬
‫اركْ َع ٰلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد‬ ِ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َو َب‬ َ ‫ اَل ٰلّ ُه َّم‬.‫َسيِّدَ َنا َو َح ِب ْي َب َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه الَّذِيْ ُك ِّن َي ِبَأ ِبي ْال َقاسِ ِم‬
‫هللا َح َّق ُت َقا ِت ِه َواَل َتم ُْو ُتنَّ ِااَّل َوَأ ْن ُت ْم مُسْ لِم ُْو َن‬َ ‫ ِا َّتقُوا‬.‫ اَمَّا َبعْ ُد َف َياَأ ُّي َها ْال َحاضِ ر ُْو َن‬.‫َو َع ٰلى ٰالِ ِه َواَصْ َح ِاب ِه اَجْ َم ِعي َْن‬
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah swt yang telah
memberikan kita nikmat iman, islam, dan sehat wal afiat sehingga kita
dapat melaksanakan shalat Jumat pada siang hari ini.Shalawat dan
salam, mari kita haturkan kepada Nabi Muhammad saw, juga kepada
keluarganya, dan sahabatnya. Semoga, kita semua selaku umatnya
mendapatkan berkahnya.Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt,
Sebagai umat Islam, kita harus senantiasa meningkatkan ketakwaan kita
kepada Allah swt. Siapa yang hari ini masih sama kadar keimanan dan
ketakwaannya dengan hari sebelumnya adalah orang yang merugi.
Sementara yang beruntung adalah dia yang mampu menjadi lebih baik
setiap harinya.
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Sebagai umat Islam, kita dianjurkan untuk menaruh simpati dan empati
kepada orang lain yang berkekurangan, baik dari sisi finansial,
kekeringan jiwa dan motivasi, maupun hal lainnya.Hal tersebut tentu
saja harus diwujudkan dalam bentuk perhatian khusus kepada mereka,
misalnya dengan berbagi makanan, minuman, atau sebagian harta kita
kepada mereka untuk dimanfaatkan dalam menjalani kehidupannya.
Dalam bahasa agama, hal ini merupakan ith’am. Laku ith’am kepada
orang lain ini merupakan kebiasaan terbaik dalam Islam. Bahkan, Sayyid
Muhammad bin Alawi bin Abbas al-Maliki al-Hasani dalam kitabnya yang
berjudul Syaraful Ummatil Muhammadiyah, menyebutkan bahwa
memberikan makan kepada orang lain itu merupakan bagian dari
amal-amal yang paling diharapkan untuk mengantarkan kita masuk ke
dalam surganya Allah swt. Betapa tidak, orang dapat berbahagia karena
bisa melanjutkan hidupnya berkat uluran tangannya.Maka, amalan
ith’am ini dapat menjadi pelebur dosa bagi orang yang melakukannya
hingga menjadi bagian dari hal yang mewajibkan pengamalnya
mendapatkan rahmat hingga ampunan dari Allah swt.Jamaah Jumat
yang berbahagia,Memang,hal ini cukup memberatkan bagi kita,terlebih
bagi yang belum terbiasa.Hal ini sampai digambarkan secara langsung
oleh Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Balad ayat 11-16.
ۗ
‫ اَ ْو مِسْ ِك ْي ًنا‬.‫ َّي ِت ْيمًا َذا َم ْق َر َب ۙ ٍة‬.‫ اَ ْو ا ِْط َعا ٌم فِيْ َي ْو ٍم ذِيْ َمسْ َغ َب ۙ ٍة‬.‫ك َر َق َب ۙ ٍة‬ َ ‫ َو َمآ اَ ْد ٰر‬.‫َفاَل ا ْق َت َح َم ْال َع َق َب ۖ َة‬
ُّ ‫ َف‬.‫ىك َما ْال َع َق َب ُة‬
‫َذا َم ْت َر َب ۗ ٍة‬
Artinya, “Tetapi dia tidak menempuh jalan yang mendaki dan sukar?
(11), Dan tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar itu? (12),
(yaitu) melepaskan perbudakan (hamba sahaya) (13), atau memberi
makan pada hari terjadi kelaparan (14), (kepada) anak yatim yang ada
hubungan kerabat (15), atau orang miskin yang sangat fakir (16).”
Karena beratnya melakukan kebajikan ini, Allah swt juga memberikan
imbalan yang mewah atas perilaku orang-orang yang bermanfaat bagi
orang lain.Disebutkan dalam sebuah hadits, Abu Hurairah bertanya
kepada Rasulullah saw, “Apa hal yang jika saya kerjakan dapat
mengantarkan saya masuk surga?” Mendengar pertanyaan tersebut,
Rasulullah saw menjawab, “Memberikan makan, menebarkan salam,
jalin silaturahmi, shalat malam saat orang lain terlelap, maka engkau
akan masuk surga dengan penuh keselamatan dan
penghormatan.”Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt.Tidak sekadar
imbalan surga bagi mereka yang memiliki kebiasaan berbagi makanan.
Mereka juga mendapatkan pintu dan ruang khusus di surga. Hal ini
digambarkan secara langsung oleh Rasulullah saw dalam haditsnya.
‫ َف َقا َل َأب ُْو‬.‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم ٳنَّ فِي ْال َج َّن ِة ُغ َر ًفا ي َُرى َظا ِه ُر َها مِنْ بَاطِ ِن َها َو بَاطِ ُن َها مِنْ َظاه ِِر َها‬ َ ‫َو َقا َل‬
‫ات َقاِئمًا َوال َّناسُ ِن َيا ٌم‬ َ ‫الط َعا َم َو َب‬ َّ ‫اب ْال َكاَل َم َوَأ ْط َع َم‬َ ‫ لِ َمنْ َأ َط‬:‫هللا؟ َقا َل‬ ِ ‫ِي َيا َرس ُْو َل‬ َ ‫ لِ َمنْ ه‬: ُّ‫َمالِكٍ اَأْل ْش َع ِري‬
Artinya, “Sungguh di surga terdapat suatu ruangan yang terlihat luarnya
dari dalamnya, dan terlihat dalamnya dari luarnya. Abu Malik al-Asy’ari
bertanya kepada Rasulullah saw, “Untuk siapa ruangan tersebut, wahai
Rasulullah?” (Ruangan itu) Untuk orang yang berbicara dengan
perkataan yang baik, memberi makan kepada orang lain, beribadah
malam hari sedang orang lain tengah asyik dalam lelapnya,”.

Anda mungkin juga menyukai