Anda di halaman 1dari 16

Citra Indonesia di Mata Dunia Internasional pada Periode Kedua Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono

Naufal Fikhri Khairi1, Jordan Aria Adibrata2


1
Indonesia International Studies Academic Utilization Community (IISAUC), Indonesia,
naufalfikhri1999@gmail.com
2
Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia, jordanaria2@webmail.umm.ac.id

ABSTRAK

Indonesia pada tahun 2009 hingga 2014 berada di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ini
merupakan jabatan kedua dari Presiden Yudhoyono yang mana sebelumnya ia terpilih menjadi presiden Indonesia
pada tahun 2004. Pada masa ini banyak terdapat sengketa antara Indonesia dengan negara-negara tetangga misalnya
sengketa dengan Filipina, Malaysia, Australia, akan tetapi terdapat banyak juga keberhasilan Indonesia diantaranya
masuk ke G20, dan Forum APEC Bali. Tujuan dari paper ini yaitu menjelaskan secara mendalam mengenai strategi
Indonesia dalam membentuk citra baik di mata dunia internasional pada masa pemerintahan kedua Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Penelitian ini memakai metode kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data
documented research, dan teknik analisa data kualitatif. Soft power dan relational power merupakan konsep yang
digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena yang dikaji. Hasil yang didapatkan yakni pada kedua
Susilo Bambang Yudhoyono ini Indonesia kerap menggunakan soft power dalam penyelesaian permasalahan
maupun pendekatan dengan negara-negara lainnya. Selain itu Indonesia dalam menyelesaikan masalah
internasionalnya dengan cara mematuhi rezim dan hukum internasional yang berlaku, dan dengannya dapat mencapai
kepentingan nasional. Citra Indonesia di mata dunia internasional pada masa ini “baik” karena berdasarkan
tanggapan baik para pemimpin negara lain, serta Indonesia dinilai memiliki soft power yang kuat.

Kata Kunci: Citra Indonesia, Periode kedua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Soft Power.

ABSTRACT

Indonesia in 2009 to 2014 was under the leadership of President Susilo Bambang Yudhoyono, this was the second
position from President Yudhoyono to which he was previously elected president of Indonesia in 2004. At this time
there were many disputes between Indonesia and neighboring countries for example disputes with Philippines,
Malaysia, Australia, but there are also many successes in Indonesia including entering the G20, and the APEC Bali
Forum. The purpose of this paper is to explain in depth about Indonesia's strategy in forming a good image in the
eyes of the international community during the second administration of President Susilo Bambang Yudhoyono. This
study uses descriptive qualitative methods, with documented research data collection techniques, and qualitative
data analysis techniques. Soft power and relational power are concepts that are used to describe and explain the
phenomenon under study. The results obtained, namely in the second Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia often
uses soft power in solving problems and approaches with other countries. Indonesia’s image in the eyes of the
international world at this time is "good" because it is based on the responses of the leaders of other countries, and
Indonesia is considered to have strong soft power.

Keywords: Indonesia’s Image, Soft Power, The Second Period of President Susilo Bambang Yudhoyono, Soft Power.
Pengantar maka ditargetkan pertumbuhan ekonomi
Terpuruknya Orde baru pada 21 Mei nasional sebesar 6,30%-6,8% pada periode 2010-
1998 berdampak negative pada pelaksanaan 2014, maka diperlukan total investasi kumulatif
politik luar negeri yang mana Indonesia selama 5 tahun sebesar Rp 11.913 – Rp 12.462
mengalami kesulitan untuk mengembangkan triliun atau rata-rata Rp 2.382 – Rp 2.492 triliun
diplomasinya ke kancah internasional yang per tahun. Dalam upaya mencapai tujuan
menunjang penyelesaian krisis internal (meliputi pertumbuhan ekonomi nasional maka dalam
bidang ekonomi, politik, sosial-budaya, dan sector transportasi ditargetkan tumbuh dengan
pertahanan-keamanan) akibat dari krisis yang rata-rata sekitar 9,5% per tahun sehingga dalam
dihadapi ditingkat domestik ini sejak pelaksanaannya kebutuhan pembiayaan
pertengahan 1997, Indonesia terlalu terbebani operasional dan pembangunan di sector
oleh permasalahan domestik sehingga kurang transportasi dalam kurun waktu 2010-2014 rata-
efektif untuk terlibat penyelesaian masalah rata sebesar Rp 325,26 pertahun dengan alokasi
internasional. Kondisi eonomi global yang pada sumber pendanaan dari APBN (rupiah murni dan
saat itu sedang mengalami tekanan akibat krisis pinjaman luar negeri) rata-rata sebesar Rp 30,67
menghadapkan perekonomian Indonesia pada triliun pertahun, investasi BUMN rata-rata
sejumlah tantangan yang tidak ringan selama sebesar Rp 2,681 triliun pertahun.2
tahun 2009. Pada awal tahun 2009 tantangan
Secara garis besar periode kedua
tersebut mengemuka, akibat dari krisis masih
Presiden Susilo Bambang Yudoyono ini, terjadi
terasa yang mana puncaknya pada triwulan IV
pada kondisi global ketika pasca perang dingin
2008 Pada sektor domestik, kondisi dibawah
merubah peta politik dunia, yang mana sedang
pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono secara
gencar-gencarnya penyebaran dan
politik dan ekonomi telah menglami kenaikan
pengimplementasian nilai-nilai liberal
yang signifikan dan stabil.
institusional, serta bergesertnya isu-isu dari yang
Keadaan domestik Indonesia pada masa bersifat high politics menjadi low politics.
pemerintahan Susilo bambang Yudhoyono
Pasca Perang Dingin Amerika Serikat
periode ke-2, pada aspek ekonomi Indonesia
menjadi negara pemenang dan satu-satunya
mampu membuktikan peningkatan pertumbuhan
adikuasa yang tersisa setelah Uni Soviet runtuh
ekonomi yang baik di tengah tengah resesi
dan pecah menjadi negara-negara kecil
global. Indonesia memiliki GDP nominal sebesar
(Commonwealth of Independence States).
US$ 854 miliar dan dengan dengan prestasi yang
Amerika Serikat muncul sebagai negara terbesar
diperoleh ini menjadikan peringkat ke-16 dalam
dalam perekonomian maupun kekuatan militer.
hal ekonomi terbesar di dunia yang mana
Sistem internasional bipolar telah berubah dan
Indonesia menjadi negara satu-satunya negara
hingga saat ini menjadi multipolar. Bipolar yakni
anggota ASEAN yang menjadi ke-anggotaan
kondisi dimana dunia terfokus pada dua poros
tetap forum G-20.1
kekuatan besar dan pada saat perang dingin
Dari adanya kenaikan pertumbuhan adalah Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kondisi
GDP sebesar 4,5 persen, umtuk ini sangat mempengaruhi kondisi global
mensinambungkan pertumbuhan ekonomi
nasional serta perluasan lapangan pekerjaan 2
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia,
“Peran infrastruktur transportasi dan KPS di
1
Firmanzah, “Peran Indonesia Dalam G-20”, Neraca Indonesia”. Kementerian Perhubungan Republik
(2012),diakases dari Indonesia (2010), diakses dari
https://www.neraca.co.id/article/16424/peran- http://dephub.go.id/post/read/peran-infrastruktur-
indonesia-dalam-g-20 transportasi-dan-kps-di-indonesia
terutama pada stabilitas ekonomi dan politik cenderung bersifat dinamis dan Amerika Serikat
ketika negara-negara dunia ketiga khususnya bukanlah aktor tunggal pemimpin dunia.
negara berkembang yang baru merdeka sangat Lembaga internasional memiliki peranan penting
bergantung pada bantuan ekonomi dari negara- dalam pembangunan global terutama PBB.
negara besar khususnya Amerika Serikat sebagai
Pada penjelasan sebelumnya, ketika
pemenang perang dingin.3 Amerika Serikat
masa perang dingin negara-negara masih
menjadi negara yang paling dibutuhkan oleh
berfokus pada hubungan politik praktis dengan
dunia setelah perang dingin berakhir hingga
negara-negara lain terutama pembahasan
sampai saat ini. Produktivitas yang tinggi
mengenai keamanan karena saat itu konflik dan
membuat negara-negara yang kekurangan akan
peperangan regional masih banyak terjadi.
kebutuhan ekonomi dapat bekerja sama dengan
Perang dingin juga membawa konflik yang besar
Amerika Serikat namun disamping itu Amerika
seperti perpecahan di Jerman, Korea, dan
Serikat juga mendapatkan keuntungan yang
Vietnam. Ketiga negara ini menjadi negara
tinggi. Status adidaya Amerika Serikat
boneka dari persaingan tinggi antara Amerika
berlangsung sampai saat ini walaupun kondisi
Serikat dan Uni Soviet. Indonesia masih pada
politik global bersifat multipolar dengan
proses transisi demokrasi di level nasional
munculnya kekuatan baru (New Emerging
karena posisinya sebagai negara dunia ketiga
Power) seperti Republik Rakyat Tiongkok.
yang merdeka setelah Perang Dunia II. Situasi
Pesaing besar Amerika Serikat di bidang
sebelum dan saat perang dingin memang belum
ekonomi adalah Tiongkok sementara pada
bisa memperhatikan permasalahan mikro dalam
bidang militer masih bersaing bersama Rusia.
masyarakat karena lembaga internasional pun
Persebaran nilai liberal institusionalisme juga masih berfokus pada permasalahan
ditandai dengan adanya peningkatan mengenai batasan wilayah negara dan partisipasi
interdepedensi ekonomi, perdagangan dan negara baru dalam PBB. Konflik regional
moneter antar negara dan munculnya kekuatan- menjadi penyebab utama mengapa negara-
kekuatan ekonomi baru seperti Uni Eropa dan negara di dunia masih fokus pada keamanan atau
Republik Rakyat Tiongkok. Fenomena tersebut kebijakan secara high politics.5
menjelaskan mengenai pergeseran dalam
Setelah perang dingin berlangsung, isu-
dinamika hubungan internasional dari bidang
isu keamanan menjadi berkurang dalam hal
politik dan militer menuju lingkup pembangunan
intensitas fokus kebijakan luar negeri negara-
sosial dan ekonomi. Kemunculan dari kekuatan-
negara di dunia. Penyebab utamanya adalah
kekuatan ekonomi baru di dunia yang menyaingi
globalisasi kontemporer itu sendiri. Keterkaitan
kemampuan ekonomi Amerika Serikat. Selain
antara globalisasi dengan diplomasi di era
itu, kekuatan ekonomi yang baru kemudian
kontemporer membentuk suatu siklus. Pada
mampu membentuk posisi tawar menawar yang
konteks hubungan internasional, arus globalisasi
seimbang dengan Amerika Serikat dalam forum-
mengakibatkan munculnya aktor-aktor baru
forum internasional seperti WTO. 4 Kondisi itu
seiring dengan isu-isu internasional yang juga
menandakan bahwa perpolitikan global sekarang
berkembang. Hal itu dapat mempengaruhi
3
Riza Noer Arfan, “Kecenderungan Politik perkembangan diplomasi, hingga berdampak
Internasional Kontemporer”, Jurnal Sosial Politik, pada adanya changing nature of diplomacy atau
(JSP) Vol 3, No. 1, (1999). pola diplomasi yang berubah sebelum dan
4
Yuniarti, “Perubahan Pola Hubungan Internasional
Abad 20 Dan Pengaruhnya Terhadap Realisme setelah perang dingin. Tantangan diplomasi di
Versus Idealisme”, Jurnal Sosial Politika, Vol.17
5
No.1, (2010). Ibid.,
era kontemporer ini adalah upaya aktor mengadakan adanya kekuatan-kekuatan baru di
diplomasi yang notabenenya tidak hanya negara dunia, karena dynamic equilibrium ini
dalam melakukan tindakan yang dapat memungkinkan adanya simbiosis mutualisme.
mempengaruhi kehendak pihak lain. Upaya ini Selain itu, Rizka mencantumkan bahwa di bawah
berkaitan dengan pengembangan kreativitas pemerintahan SBY, Indonesia memilih
dalam penggunaan low politics khususnya menggunakan orientasi forward looking dalam
strategi kebijakan luar negerinya melalui keterlibatan dunia internasional sebagai
diplomasi-diplomasi bilateral maupun keutamaan dalam mengambil kebijakan luar
multilateral karena high politics sudah tidak lagi negeri Indonesia. SBY menggunakan diplomasi
kompatibel untuk beberapa isu yang telah non kekerasan dan Marty Natalegawa
mengalami perkembangan terutama isu global mengenalkan istilah Dynamic Equilibirium, dan
kontemporer. Isu tersebut sudah masuk ke lini melalui istilah ini Marty menegaskan bahwa
sektor mikro dalam masyarakat seperti situasi di kawasan regional merupakan sesuatu
lingkungan, sosial, pendidikan, HAM, yang biasa dikelola melalui 3 poin yakni
kesetaraan gender, dll.6 kepentingan bersama, kemitraan dan keamanan

Pada penelitian akan memakai beberapa Penelitian kedua adalah penelitian yang
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik dilakukan oleh saudara Aji Widiatmaja dan
yang mana akan menjadi acuan penulis dalam ssaudara Ulul Albab mahasiswa program studi
penelitian yang berjudul Citra Indonesia di Mata diploma pertahanan Universitas Pertahanan
Dunia Internasional pada Masa Jabatan Kedua Indonesia pada tahun 2019 dengan judul
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Tahun “Indonesia di Era Susilo Bambang Yudhoyono
2009-2014. Penulis memilih beberapa penelitian (SBY) dan Joko Widodo: Kebijakan Luar Negeri
sebagai referensi dalam penelitianini. Berikut di Tengah Dinamika Lingkungan Strategis
merupakan penelitian terdahulu berupa jurnal Regional”.8 Penelitian ini berfokus pada
terkait yang bias menopang penelitian ini. perbandingan kebijakan luar negeri era SBY dan
Joko Widodo, dimana Indonesia para era
Penelitian petama adalah penelitian yang
kepemimpinan SBY memiliki corak pro aktif da
dilakukan oleh saudari Rizka Kurnia Dewi
high profile. SBY dengan jargonnya “thousand
mahasiwi Universitas Riau pada tahun 2018
friend zero enemy” beliau ingin menunjukan
dengan judul “Kebijakan Dan Arah Diplomasi
citra Indonesia di mata Internasional sebagai
Marty Natalegawa dalam Doktrin Dynamic
upaya diplomasi di masa yang akan mendatang.
Equlibrium dalam Mempengaruhi Sistem
Internasional”.7 Penelitian ini berfokus pada Penelitian ketiga adalah penelitian yang
konsep Dynamic Equilibrium yang memiliki dilakukan oleh Mohamad Rosyidin mahasiswa
upaya dalam menciptakan keseimbangan dengan S2 Universitas Gadjah Mada padatahun 2014
dengan judul ”Politik Luar Negeri sebagai
6
Rizki Rahmadini Nurika, “Peran Globalisasi di Konstruksi Sosial: Sikap Indonesia terhadap
Balik Munculnya Tantangan Baru Bagi Diplomasi”. Kebijakan Penempatan Pasukan Marinir
Jurnal Sospol, Vol. 3 No. 1, (2017).
7
Rizka Kurnia Dewi, “Kebijakan Dan Arah Amerika di Darwin”.9 Penelitian ini berfokus
Diplomasi Marty Natalegawa dalam Doktrin
8
Dynamic Equlibrium dalam Mempengaruhi Sistem Aji Widiatmaja & Ulul Albab, “Indonesia di Era
Internasional”, FKMHII (2018), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko
http://fkmhii.com/2018/11/19/student-journal-korwil- Widodo: Kebijakan Luar Negeri di Tengah Dinamika
1-kebijakan-dan-arah-diplomasi-marty-natalegawa- Lingkungan Strategis Regional”, Politica (2019).
9
dalam-doktrin-dynamic-equlibrium-dalam- Mohamad Rosyidin, “Politik Luar Negeri sebagai
mempengaruhi-sistem-internasional/ Konstruksi Sosial: Sikap Indonesia terhadap
kepada kebijakan yang dikeluarkan Indonesia Indonesia dapat membuat strategi agar citra
dalam menyikapi penempatan Pasukan Marinir negaranya menjadi tinggi pada pandangan
Amerika di Darwin. Kebijakan Amerika tersebut negara-negara lain. Strategi inilah yang menjadi
menjadi tantangan politik luar negeri Indonesia inspirasi peneliti untuk memahami cara-cara
dan menurut Marty Natalegawa prinsip bebas diplomasi yang khas atau unik dari Indonesia
aktif dinilai sebagai keseimbangan dinamis karena pada masa SBY keadaan politik
dalam menyikapi adanya pasukan asing di internasional sudah multipolar dan low politic.
wilayah perbatasan territorial RI. Marty juga Indonesia berada pada posisi dimana negara-
menilai adanya manfaat adanya pasukan tersebut negara memiliki permasalahan sendiri-sendiri
yakni dalam menanggapi tantangan tanggap khususnya mikro dan mengandalkan institusi
bencana alam. Dalam pertemuannya dengan internasional untuk menjelaskan permasalahan
Hillary Clinton, dan Marty mengatakan bahwa dalam negerinya. Indonesia pun juga menjadikan
hubungan AS dan Indonesia adalah hubungan institusi internasional menjadi sarana diplomasi
yang komprehensif. Di pihak Amerika Serikat, secara multilateral ketika forum bilateral sulit
Presiden AS menganggap Indonesia adalah diwujudkan. Taktik atau pola kebijakan inilah
Negara sahabat. yang menjadi urgensi atau fokus penelitian
mengenai perwujudan citra bangsa Indonesia
Penelitian keempat adalah penelitian
yang baik ketika SBY memimpin. Berdasarkan
yang dilakukan oleh Ziyad Falahi mahasiswa S2
penjelasan tersebut, terdapat suatu rumusan
Universitas Indonesia pada tahun 2012 dengan
masalah yakni “Bagaimana Cara Indonesia
judul”Kebijakan Luar Negeri dalam Era
membentuk citra yang baik di mata dunia
Informasi : Studi Kasus semboyan Million
internasional pada Masa Jabatan Kedua Presiden
Friend Zero Enemy Era Pemerintahan Susilo
Susilo Bambang Yudhoyono ?”.
Bambang Yudhoyono”.10 Penelitian ini berfokus
kepada slogan yang diapakai oleh SBY pada
period eke 2 kepemimpinannya padatahun 2009-
Metodologi/Teori
2014 “Million Friend Zero Enemy”, slogan ini
ada dimana banyak momentum ketika Indonesia Jenis penelitian ini yaitu kualitatif
lebih asertif. Menteri Marty sendiri juga deskriptif. Kualitatif berarti adalah penelitian
mengungkapkan konsep dari Joseph Nye yakni yang dilakukan pada kondisi alamiah (natural
perlunya sikap persahabatan tanpa adanya setting); disebut juga sebagai metode etnographi,
musuh. Beliau juga juga menegaskan Indonesia karena pada awalnya metode ini lebih banyak
dalam menyelesaikan masalah tidak boleh digunakan untuk penelitian bidang antropologi
adanya diplomasi marah-marah. budaya; disebut sebagai metode kualitatif,
karena data yang terkumpul dan analisisnya
Penelitian ini menitikberatkan pada lebih bersifat kualitatif.11 Penelitian ini lebih
posisi Indonesia pada era kepemimpinan Susilo mengarah kepada mencari arti, memahami
Bambang Yudhoyono kedua khususnya politik (understanding) gejala, fenomena, peristiwa, selain
luar negeri. Situasi internasional dan domestik itu dalam metode ini juga dapat memahami arti
menjadi pengantar untuk memetakan bagaimana terdalam serta esensi yang terdapat dari fenomena,
peristiwa, dan kejadian. Sedangkan deskriptif
Kebijakan Penempatan Pasukan Marinir Amerika di
berarti data yang dihasilkan akan berupa tulisan
Darwin”. Jurnal Hubungan Internasional (2013).
10
Ziyad Falahi, “Kebijakan Luar Negeri dalam Era
11
Informasi : Studi Kasus semboyan Million Friend Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan:
Zero Enemy Era Pemerintahan Susilo Bambang (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D)”.
Yudhoyono”. Jakarta: Universitas Indonesia (2012). Bandung: Alfabeta (2008).
(penggambaran) mengenai fenomena, peristiwa menggunakan hard power demi memenuhi
yang diteliti, sehingga mampu memberikan uraian kepentingan nasionalnya yang dapat berupa
yang mendalam dari fenomena atau peristiwa yang memerintah, memeberi imbalan, dan memaksa,
dilakukan suatu individu, kelompok, atau maka pada masa pasca Perang Dingin negara-
organisasi tertentu dalam suatu konteks yang dikaji negara mulai sadar bahwa hard power tidak lagi
secara komprehensif dan holistik.12 Jadi penelitian efektif dan berpindah kepada soft power yang
deskriptif kualitatif bertujuan menafsirkan, mana cara memenuhi kepentingannya dengan
memahami, dan menguraikan data yang memikat (attracttion). Pada soft power, memikat
bersangkutan dengan fakta, peristiwa, fenomena juga dapat berarti menebar pesona, yang mana
tersebut. berarti suatu negara membuat negara lain
membenarkan pandangan dan pendapatnya
Penelitian ini menggunakan teknik
dengan cara memikat menggunakan budaya,
pengumpulan data documented based resource
nilai-nilai, dan kebijakan negara dengan sebaik-
atau yang biasa disebut library research. Data
baiknya, sehingga negara tersebut mendapatkan
yang diambil dari sumber sekunder dengan
apa yang ia inginkan tanpa melakukan
mencakup data yang bersifat unofficial berupa
kekerasan, perintah, maupun memaksa negara
jurnal, book, e-book, laporan, dan sumber data
tujuan.16
yang bersifat secondary hand lainnya.13 Selain
itu data penelitian ini didukung oleh internet Pengertian lain menjelaskan bahwa soft
based research yakni data yang diambil dari power merupakan kemampuan untuk mengatur
website, dan sumber-sumber internet lainnya.14 atau membentuk pandangan dari aktor lain (State
or non-state) terhadap negara yang mana
Soft Power
pandangan tersebut berupa pandangan baik
Soft Power merupakan konsep yang terhadap kebudayaan, ideologi, serta institusi.
menjelaskan mengenai pergantian dan definisi Baldwin menjelaskan bahwa “soft power is the
power dari yang hard (keras) menjadi lebih soft ability to affect others through the co-optive
(lunak). Joseph Nye merupakan salah satu means of framing the agenda, persuading, and
penggagas konsep soft power, ia mengatakan eliciting positive attraction in order to obtain
bahwa “Soft power is the ability to get what you preferred outcomes” yang mana berarti jika
want with attraction rather than coercion or suatu negara menginginkan sesuatu (kepentingan
payments” yang berarti dalam memenuhi nasional) dari negara lain, maka negara tersebut
kepentingan nasional terhadap negara lain, maka harus memakai cara kerjasama dengan
negara harus melakukan pendekatan dengan membingkai (mem-framing) dan membujuk
negara tersebut dengan cara menunjukkan daya negara tujuan, sehingga membentuk citra positif
tariknya, tidak dengan menggunakan kekerasan
yang biasa disebut hard power.15 Jika pada masa
sebelum Perang Dingin negara-negara cenderung 14
Emma Beddows, “The Methodological Issues
Associated With Internet-Based Research”,
12
Pupu Saeful Rahmat, “Penelitian Kualitatif”. International Journal of Emerging Technologies and
Equilibrium, 5(9), (2009), diakses dari Society, 6(2), (2008), diakses dari
http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal- https://researchbank.swinburne.edu.au/file/904b9c57-
Penelitian-Kualitatif.pdf d006-4318-95c2-14af01017a1c/1/PDF
13
Mogalakwe, M. (2006). The Use of Documentary %20%28Published%20version%29.pdf
15
Research Methods in Social Research. African Joseph S. Nye, “Public Diplomacy and Soft
Sociological Review, 10(1). Diambil kembali dari Power”. The ANNALS of the American Academy of
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download? Political and Social Science, 616(1), (2008).
16
doi=10.1.1.454.5260&rep=rep1&type=pdf Ibid.,
di mata negara tujuan demi mendapatkan Menurut Krasner, sikap negara dalam
keinginannya.17 politik internasional ada dua yakni relational
power dan meta-power, kedua sikap ini terdapat
Nilai-nilai dari soft power lebih condong
pada negara berkembang, yang mana kedua
kepada aset-asep yang bersifat intangible,
sikap ini dapat dilihat sebagai strategi negara
contohnya berupa budaya, kepribadian atau sifat
berkembang dalam memenuhi kepentingan
negara yang menarik, nilai dan institusi politik,
nasionalnya. Relational power merupakan
kebijakan-kebijakan dengan hukum yang benar,
“Relational power behavior refers to efforts to
otoritas moral, dan lain sebagainya. Dalam
maximize values within a given set of
konteks Indonesia pada masa pemerintahan
institutional structures; meta-power behavior
kedua SBY ini, Indonesia terkenal memiliki soft
refers to efforts to change the institutions
power yang kuat yakni dengan sifat Indonesia
themselves. Relational power refers to the ability
yang tenang dalam menghadapi permasalahan
to change outcomes or affect the behavior of
dan tidak agresif, serta memiliki citra yang baik
others within a given regime. Meta-power refers
sebagai negara yang bermoral. Pada masa
to the ability to change the rules of the game”.19
pemerintahan SBY cenderung menggunakan soft
hal ini berarti perilaku negara yang merujuk
diplomacy, yang mana diplomasi itu sendiri
kepada upaya mencapai kepentingannya tanpa
merupakan alat negara yang digunakan untuk
berusaha mengubah aturan main rezim
memberi pengaruh terhadap negara tujuan,
(mengikuti aturan main atau hukum
secara tradisional diplomasi dilaksanakan dalam
internasional), sedangkan meta-power negara
praktik negara meredam konflik yang terjadi
berupaya mencapai kepentingannya dengan
dengan menggunakan berbagai macam
mengubah aturan main yang dominan (rezim
penawaran, negosiasi, dan lian-lain, yang mana
internasional).
akan mempengaruhi keputusan negara tujuan,
semakin kuatnya diplomasi semakin kuat juga Konsep relational power dan meta-
terjerumusnya target diplomasi ke dalam jalan power yang digagas oleh Krasner dapat
pemikiran yang mita inginkan. Diplomasi pada digunakan sebagai alat analisa untuk
awalnya merupakan praktik langsung dalam menjelaskan mengenai ambiguitas negara
taktik hubungan resmi pemerintah dengan negara berkembang (middle power) yang mana
merdeka dan negara bawahan (ditaklukan), berupaya melakukan kebijakan defensif dan
selain itu pelaksanaan diplomasi mediasi, ofensif sekaligus menengahi tekanan sistem
pertukaran pandangan, pengadilan abritase, dan sembari meningkatkan pengaruh. Ketika tekanan
adjudikasi.18 Soft diplomacy merupakan bagian internasional begitu kuat, negara berkembang
dari soft power yang mana berarti diplomasi dapat melakukan strategi relational power untuk
yang dilakukan dengan cara-cara yang santun memastikan kepentingannya tercapai. Akan
dan damai, misalnya menggunakan negosiasi, tetapi, ketika terdapat peluang (tekanan tidak
pertemuan atau perundingan, bujukan, dan lain terlalu besar), maka negara berkembang akan
sebagainya. dapat mengubah strateginya menjadi meta-
power sehingga membuat sistem internasional
Relational Power
menguntungkan dirinya.20
17
Walter Carlsnaes, Thomas Risse & Beth A. 19
Stephen D. Krasner, “Structural conflict: the Third
Simmons, “Handbook of International Relations”. World”. Berkeley: University of California Press
London: SAGE (2003). (1985).
18
Ambarwati & Widjatmadja, S., “Pengantar Ilmu 20
Rizky Alif Alvian, Ganesh Cintika Putri, Irfan
Hubungan Internasional”. Malang: Intrans Publishing Ardhani, “Haluan Baru Politik Luar Negeri
(2016). Indonesia: Perbandingan Diplomasi ‘Middle Power’
menjadi salah satu titik lemah dalam politik luar
negeri Indonesia pada masa ini yang terkesan
Analisis
tidak tegas ketika harus berhadapan dengan
Penulis melihat bahwa kebijakan luar situasi internasional tertentu yang membutuhkan
negeri (KLNI) Presiden Susilo Bambang tindakan yang tegas. Adanya dilema dengan citra
Yudhoyono dalam periode kedua nya yang sebagai negara yang mengedepankan soft-
dijalankan oleh Menteri Luar Negeri Marty diplomacy serta tidak menggunakan cara koersif
Natalegawa bersifat kooperatif serta memiliki kadang dapat menjadi sebuah hambatan dalam
misi untuk menciptakan keadaan domestik dan menyelesaikan sebuah permasalahan
luar negeri yang sama-sama seimbang. Kata internasional, antara mempertahankan citra atau
“seimbang” disini berarti keadaan dalam dan mencapai interest nya.
luar negeri ini cenderung stabil satu sama lain
serta saling berkorelasi, ketika kestabilan Dalam konteks strategi kebijkan luar
keadaan domestik mempengaruhi kestablian negeri pada masa ini lebih cenderung bersifat
dunia internasional. Indonesia berusaha relational power, yang mana strategi Indonesia
mengadakan serta bergabung kedalam banyak yakni menaati rezim atau aturan main (hukum)
forum-forum kerjasama antar negara yang internasional yang berlaku. Indonesia tampak
cenderung bersifat “benefit for all”, terutama tidak agresif serta menggunakan jalur-jalur
dalam bidang ekonomi. Bergabungnya Indonesia damai dan institusionalis dalam menyelesaikan
kedalam berbagai kerjasama dalam forum permasalahan luar negerinya. Negara
tersebut diharapkan akan berpengaruh pada menggunak relational power tentu saja memiliki
situasi dalam negeri dan situasi internasional kepentingan yang ingin dicapainya, dalam hal
yang lebih stabil. Indonesia pada periode kedua Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono memiliki kepentingan
KLNI pada rezim ini jika sedikit ditelaah berupa pembentukan citra baik Indonesia di mata
kembali maka kita akan mendapatkan bahwa dunia Internasional yang mana dengan
konsep soft-power dan soft-diplomacy menjadi terbentuknya citra yang baik, maka akan
salah satu ciri khas dan kunci dalam setiap semakin banyak keuntungan yang didapatkan,
kebijakan luar negeri yang dibuat. 21 Secara tidak misalnya peningkatan kerjasama baik bilateral
langsung ini menjadi identitas politik luar negeri ataupun multilateral, serta membangun
Indonesia saat masa Presiden Susilo Bambang hubungan baik dengan negara tetangga.
Yudhoyono yang berdampak pada terbentuknya
citra sebagai “negara cinta damai” dikalangan Dalam pembuktian soft power dan
internasional. Salah satu prinsip yang terkenal relation power dari Indonesia dapat dilihat dari
adalah “million friends, zero enemy” dan banyak kasus sengketa dan ketegangan
berintikan tentang pengedepanan penggunaan hubungan dengan negara lain yang diselesaikan
diplomasi yang halus pada setiap kegiatan Indonesia secara damai dan menggunakan
interaksi antar negara di berbagai level. 22 Tetapi norma-norma internasional yang berlaku. Selain
menurut penulis, ciri khas serta identitas tersebut itu juga, kekuatan soft power Indonesia dapat
terlihat dari kebijakan-kebijakan maupun
Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo”, prestasi gemilang yang didapatkan pada masa
JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL, 6(2), tersebut. Beberapa contoh kasus sengketa,
(2018).
21 ketegangan dengan negara lain, serta prestasi
Ganjar Widhiyoga & Setyasih Harini, “Identitas
Politik Luar Negeri Indonesia di Masa Reformasi Indonesia akan dijelaskan selanjutnya demi
(1999-2004)”. Research Fair Unisri (2019). memperkuat argumen penelitian. Berikut adalah
22
Ibid.,
beberapa studi kasus kebijakan luar negeri yang saing bangsa di tingkat internasional, dan untuk
dijalankan dan memiliki dampak yang cukup membentuk citra bangsa Indonesia di mata
signifikan : internasional. Disinyalir setelah krisis ekonomi
global pada tahun 2008 forum G-20 ini
a. Bergabungnya Indonesia pada Forum G-20
memberikan keuntungan untuk merestrukturisasi
Indonesia diberikan kehormatan untuk ekonomi internal dan Indonesia juga diberi
bergabung pada forum ekonomi yang bersifat kesempatan untuk merancang desain ekonomi
eksklusif ini pada tahun 2008. 23 Walaupun global agar tahan dari berbagai krisis ekonomi
bergabung pada masa periode pertamanya, tetapi global agar tidak terulang lagi.26 Daya saing
langkah konkrit Indonesia di forum ini lebih bangsa juga harus ditingkatkan agar kedepannya
terlihat pada periode kedua dari masa negara ini memiliki bargaining position yang
pemerintahan Presiden Susilo Bambang kuat, dan berdampak pada produknya dapat
Yudhoyono. Tidak sembarangan negara yang dengan mudah mempenetrasi berbagai pasar
dapat bergabung dalam forum kerjasama, sebuah negara lain sehingga akan menambah devisa.
negara harus memiliki salah satunya dengan Citra bangsa menjadi hal yang tak boleh
kriteria perekonomian yang baik, progresif serta dikesampingkan karena sesuai visi dari Presiden
prospektif, memiliki tingkat GDP yang besar Susilo Bambang Yudhoyono yang menyatakan
dalam kawasannya, serta memiliki jumlah bahwa Indonesia berkomintmen dan terus
penduduk yang relatif banyak.24 Indonesia pun menjadi negara “peacemaker” baik antar suku di
dipilih menjadi negara anggota karena: 1) negara dalam negeri dan antar peradaban di level
ini memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang internasional.
pesat dibandingkan negara emerging economy
b. Keberhasilan Indonesia di Forum APEC
lain, 2) Memiliki jumlah penduduk terbesar
Bali, 2013
setelah Cina dan India, 3) Mayoritas penduduk
beragama Islam yang diharapkan dapat menjadi Indonesia menuai pujian dari banyak
salah satu aktor dalam adanya banyak perbedaan negara karena keberhasilannya dalam menggelar
peradaban di dunia, 4) Indonesia sebagai negara event berskala besar yang melibatkan banyak
baru dalam proses pengonsolidasian demokrasi, kepala negara beserta duta besar dari berbagai
5) Letak geografis yang sangat strategis dan negara.27 Pada pertemuan APEC kali ini, tak lupa
bernilai.25 juga bahwa keberhasilan lainnya adalah ketika
Dalam bergabungnya Indonesia di forum ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dapat
tentunya ada sejumlah interest yang harus memasukkan kepentingan nasional negara ini
dipenuhi untuk menciptakan keadaan domestik kedalam kesepakatan APEC di Bali yang
yang stabil. Beberapa bentuk dari kepentingan berisikan 7 poin strategis dan disetujui oleh
tersebut seperti untuk menangani krisis ekonomi semua negara peserta. Ketujuh poin tersebut jika
domestik maupun global, sebagai peningkat daya dirangkum menjadi satu berintikan tentang
23
perdagangan antar negara yang saling
Ahmad Cholis Hamzah, “Memang Indonesia Layak
menguntungkan, pertumbuhan ekonomi global
Menjadi Anggota G-20”, Good News (2019), diakses
dari yang kuat dan stabil, serta pembangunan pada
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/02/22/ negara-negara berkembang terutama Indonesia
memang-indonesia-layak-menjadi-anggota-g-20
24
Yulius P Hermawan, “Proyek Riset G-20: Peran 26
Ibid.,
Indonesia dalam G-20: Latarbelakang, Peran dan 27
Kontan, “APEC Bali Hasilkan 7 Poin Kesepakatan
Tujuan Keanggotaan Indonesia”, Jakarta: Friedrich- Strategis”. Kontan (2011), diakses dari
Ebert-Stiftung (2011). https://nasional.kontan.co.id/news/apec-bali-hasilkan-
25
Ibid., 7-poin-kesepakatan-strategis
di bidang konektivitas infrastruktur. 28 Selain itu batas sesuai dengan peundang-undangan dalam
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga negeri mereka dan berlandaskan pada hukum
menghimbau agar para pemimpin negara laut internasional (UNCLOS). Keputusan ICJ
anggota APEC juga merealisasikan “Bogor menyatakan bahwa Ambalat merupakan bagian
Goals” yang berisikan tentang penerapan dari Indonesia (Kusumadewi, 2015).
pencapaian perdagangan dan investasi terbuka Namun tidak berhenti hingga disitu saja,
bagi negara ekonomi maju pada tahun 2010 serta pihak Malaysia kerap melakukan pelanggaran
negara berkembang pada tahun 2020 (Voice of dengan melanggar batas perairan yang sah
America, 2013). Pada 1994 sendiri Indonesia dengan mengerahkan kapal perang dan pesawat
menjadi tuan rumah APEC yang bertempatan di tempur mereka. Hal ini menimbulkan sebuah
Bogor serta dari pertemuan tersebut eskalasi antara kedua negara, bahkan mereka
menghasilkan sebuah rumusan yang bernama dalam keadaan siap tempur. Pada 2009 masalah
“Bogor Goals”.29 ini ditanggapi dengan kepala dingin oleh
Indonesia melalui soft-power pidato Hatta Rajasa
c. De-eskalasi Konflik Ambalat dengan
bahwa Indonesia tak akan menyerahkan secuil
Malaysia
kedaulatannya pada siapapun. Selain itu,
Konflik Ambalat sendiri merupakan Indonesia mengajak Malaysia untuk berunding
permasalahan yang tak kunjung surut dan selalu dan menghasilkan sebuah kesepakatan untuk
menimbulkan ketegangan diantara keduabelah saling de-eskalasi di wilayah perairan tersebut.
pihak. Sengketa ini bukanlah masalah yang Walaupun hingga kini masalah ini belum
terjadi pada kurun waktu dekat ini, tetapi ini kunjung menemui titik terang.31
sudah berlangsung sejak tahun 1979 karena
d. Penyelesaian Masalah ZEE dengan Filipina
Malaysia yang saat itu menyadari bahwa di
perairan Ambalat menyimpan cadangan minyak Pada tahun 2014, akhirnya masalah
dan gas yang berlimpah.30 Kemudian pihak perbatasan dengan Filipina selesai setelah proses
Malaysia memasukkan perairan tersebut pada perundingan yang memakan waktu selama 20
peta zona ekonomi eksklusif (ZEE) mereka pada tahun. Presiden kedua negara sepakat untuk
tahun 1980 dan memancing ketegangan dengan meratifikasi perjanjian terkait ZEE di Laut
pihak Indonesia lalu membawa masalah tersebut Mindanao serta Laut Sulawesi. Ratifikasi ini
ke Mahkamah Internasional. Kedua negara merupakan komitmen dari kedua negara untuk
saling membeberkan bukti geografis serta tapal menaati aturan hukum serta mewujudkan
pembagian wilayah yang adil serta untuk
28
Ida Bagus Alit Wiratmaja, “Tujuh Hasil menciptakan perdamaian diantara Indonesia
Kesepakatan APEC 2013”, RRI (2013), diakses dari dengan Filipina. Perundingan antar kedua negara
http://rri.co.id/post/editorial/160/editorial/tujuh_hasil_
kesepakatan_apec_2013.html ini berjalan dengan baik karena masing-masing
29
Voice of America, “Indonesia Tuan Rumah pihak memiliki kesediaan dan bersedia untuk
Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC ke-21”, VOA bernegosiasi.32
(2013), diakses dari Motif dari penandatanganan perjanjian ini
https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-tuan-
rumah-pertemuan-pemimpin-ekonomi-apec-ke- sendiri adalah untuk menciptakan keadaan
21/1764349.html keamanan yang stabil, serta memenuhi interest
30
Anggi Kusumadewi, “Sejarah Panjang Kemelut dari masing-masing negara dalam hal ekonomi,
Indonesia-Malaysia di Ambalat”, CNN Indonesia
31
(2015), diakses dari Ibid.,
32
https://www.cnnindonesia.com/nasional/2015061714 Ika Nurasma Yanti, “Motivasi Indonesia
0454-20-60584/sejarah-panjang-kemelut-indonesia- Menyepakati Batas Maritim Terkait Zona Ekonomi
malaysia-di-ambalat Eksklusif Dengan Filipina”, Jom FISIP (2015).
serta politik.33 Hal ini juga bertujuan untuk terus diplomasi antar kedua negara terkait masalah ini.
menjaga hubungan baik dengan Filipina selaku Di dalam negeri sendiri, aksi ini menuai protes
negara tetangga dan juga sesama negara keras dari rakyat. Beberapa lapisan masyarakat
ASEAN. Tak kalah penting, dengan selesainya menyerbu Kedutaan Australia di Jakarta dengan
masalah ini juga mengurangi beban kedua mengadakan demonstrasi seperti membakar foto
negara tentang masalah perbatasan. Indonesia Perdana Menteri Tony Abbott.37
memiliki masalah perbatasan dengan Malaysia, Beda lagi reaksi Australia atas kejadian
sedangkan Filipina bersitegang dengan Tiongkok ini, PM Tony Abbott menyatakan bahwa
tentang klaim Laut Cina Selatan terutama di negaranya menolak untuk meminta maaf secara
Kepulauan Spratly yang dinilai merugikan bagi resmi dihadapan publik Indonesia. Menurutnya,
pihak Filipina.34 kegiatan mematai-matai merupakan sebuah hal
yang lazim dilakukan oleh negara diseluruh
e. Kasus Penyadapan Australia kepada
dunia. Hal ini menjadikan situasi semakin
Pejabat Indonesia
kompleks dan sulit untuk menemui jalan
Indonesia menjadi murka atas aksi keluarnya. Indonesia sangat menyayangkan dan
penyadapan yang dilakukan oleh Australia kecewa terhadap reaksi Australia ketika
setelah mengetahui bocoran dokumen rahasia “tertangkap basah” melakukan penyadapan.38
NSA yang dibeberkan oleh Edward Snowden. Sebagai Presiden Indonesia, Susilo
Aksi penyadapan yang dilakukan menyasar pada Bambang Yudhoyono bersikap tegas terhadap
pejabat ring-1 Istana Negara, didalamnya ada masalah ini, serta menuntut penjelasan dan
nama Ani Yudhoyono yang menjadi korban. tanggungjawab dari pemerintah Australia atas
Selain itu, penyadapan dilakukan pada pejabat tindakan yang melanggar etika hubungan
lain seperti Wapres Boediono, mantan Wapres internasional tersebut.39 Itu merupakan satu dari
Jusuf Kalla, Dino Patti Djalal, Hatta Rajasa, dan tiga langkah yang ditempuh Indonesia terhadap
lain-lain.35 Ini merupakan aksi yang memiliki Australia mengenai masalah ini. Kedua,
dampak yang fatal bagi hubungan kedua negara. pengkajian ulang sejumlah agenda kerjasama
Sebagai reaksi atas tindakan tersebut, termasuk dalam bidang pertukaran data intelijen,
Indonesia memulai sejumlah langkah tegas serta latian militer bersama hingga semua telah
seperti penarikan Duta Besar Indonesia untuk usai (Kementerian Komunikasi dan Informatika
Australia, Nadjib Riphat Koesoema serta Republik Indonesia, 2013). Ketiga, perlunya
pemberhentian hubungan kerjasama dengan dibuat sebuah protokol / code of conduct yang
Australia untuk sementara waktu. 36 Hal ini mengatur hubungan kerjasama anta negara
dilakukan karena Indoensia ingin menstabilkan supaya kedepannya tidak terulang insiden yang
keadaan selagi diadakannya negosiasi dan merugikan seperti ini lagi.40

33
Ibid.,
37
34
Deutsche Welle. “Indonesia dan Filipina Akhiri Sumarlin Surya Winata, “Analisis Wacana Kritis
Kisruh Perbatasan”, DW (2014), diakses dari Berita Penyadapan Australia Terhadap Indonesia di
https://www.dw.com/id/indonesia-dan-filipina-akhiri- Republika Online”, Jakarta: UIN Syarif
kisruh-perbatasan/a-17655530 Hidayatullah(2014).
38
35
Kumparan, “Telepon SBY Pernah Disadap Op.Cit., Christian, A.
39
Australia”, Kumparan (2017), diakses dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik
https://kumparan.com/@kumparannews/telepon-sby- Indonesia, “Tiga Langkah Indonesia untuk Australia”,
pernah-disadap-australia (2014), diakses dari:
36
Albert Christian, “Kasus Penyadapan Australia https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3534/T
terhadap Indonesia”, Yogyakarta: Universitas Gadjah iga+Langkah+Indonesia+untuk+Australia/0/berita
40
Mada (2014). Ibid.,
Setelah adanya upaya-upaya dari membangun soft power serta citra baik di mata
normalisasi hubungan antar kedua negara, dunia Internasional.
Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop
Kesimpulan
datang ke Jakarta untuk memulai kembali
hubungan yang baik dengan Indonesia setelah Indonesia pada masa periode kedua
adanya masalah ini. Kedatangannya bertujuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini
untuk membahas tentang normalisasi hubungan menitikberatkan kepada penggunaan dan
kedua negara dengan Menteri Luar Negeri pemanfaatan soft power, contohnya dengan
Indonesia Marty Natalegawa.41 adanya tagline atau prinsip kebijakan luar negeri
Indonesia milion friend zero enemy, dan
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas
implementasinya berupa penyelesaian sengketa
dapat ditarik kesimpulan bahwa Indonesia sukses
dengan negara tetangga dan normalisasi
membangun soft power yang kuat baik dengan
hubungan. Selain itu, dengan menggunakan
sifat dan prestasi gemilangnya maupun respon
strategi relational power sehingga dapat
dan penyelesaian sengketa dengan Filipina dan
membentuk citra baik Indonesia di mata dunia
Malaysia, serta normalisasi hubungan dengan
internasional, yang mana kemudian kepentingan-
Australia. Berdasarkan keberhasilan Indonesia
kepentingan secara tidak Indonesia dapat
tersebut, dunia internasional memandang
tercapai dengan adanya citra positif atau baik
Indonesia sebagai negara yang memiliki moral
tersebut. Citra Indonesia yang baik itu dapat
yang tinggi serta taat dengan peraturan
dilihat dari banyaknya tanggapan atau respon
internasional, selain itu prestasi gemilang
positif pemimpin atau tokoh dunia mengenai
semakin memperkuat kapabilitas Indonesia
Indonesia.
sebagai good state. Hal ini diperkuat dengan
tanggapan dari tokoh-tokoh atau para pemimpin Daftar Pustaka
negara di dunia internasional, diantaranya yakni
adanya pujian dari Presiden Filipina, Benigno Buku:
Aquino III, mengenai penyelesaian sengketa Ambarwati , & Widjatmadja, S. (2016).
dengan Indonesia, ia berkata : “It [negosiasi Pengantar Ilmu Hubungan
Indonesia-Filipina] serves as solid proof to our Internasional. Malang: Intrans
steadfast commitment to uphold the rule of law Publishing.
and pursue the peaceful and equitable settlement
of maritime concerns.”.42 Selain itu dalam hal Carlsnaes, W., Risse, T., & Simmons, B. (2003).
prestasi Indonesia, mendapatkan pujian dari Ratu Handbook of International Relations.
Elizabeth, yang mana ia mengatakan : "Under London: SAGE.
your leadership Mr. President, Indonesia has Christian, A. (2014). Kasus Penyadapan
performed a remarkable transformation. It is Australia terhadap Indonesia.
now a thriving democracy and one of the world Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
fastest growing economy. Which is playing a
greater role in international stage. For example
you have shown regional leadership, in
spreading the values of Indonesian [...] I
congratulate you in this increasingly influential
event.".43 Berdasarkan berbagai respon tersebut,
42
dapat dikatakan bahwa Indonesia sukses dalam Op.Cit., Rizky Alif Alvian, Ganesh Cintika Putri,
Irfan Ardhani.
41
Op.Cit., Christian, A. 43
Ibid.,
Hermawan, Y. P. (2011). Proyek Riset G-20: 14af01017a1c/1/PDF%20%28Published
Peran Indonesia dalam G-20: %20version%29.pdf
Latarbelakang, Peran dan Tujuan
Martin, R. K. (t.thn.). The Promise of
Keanggotaan Indonesia. Jakarta:
Institutionalist Theory. International
Friedrich-Ebert-Stiftung.
Security Vol. 20, No. 1, 39.
Krasner, S. D. (1985). Structural conflict: the
Mogalakwe, M. (2006). The Use of
Third World. Berkeley: University of
Documentary Research Methods in Social
California Press.
Research. African Sociological Review, 10(1).
Rosyidin, M. (2013). Politik Luar Negeri sebagai Diambil kembali dari
Konstruksi Sosial: Sikap Indonesia http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?
terhadap Kebijakan Penempatan doi=10.1.1.454.5260&rep=rep1&type=pdf
Pasukan Marinir Amerika di Darwin.
Nurika, R. R. (2017). Peran Globalisasi di Balik
Jurnal Hubungan Internasional.
Munculnya Tantangan Baru Bagi
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Diplomasi. Jurnal Sospol, Vol. 3 No. 1,
Pendidikan:(Pendekatan Kuantitatif, 126-141.
Kualitatif dan R & D). Bandung:
Nye, J. S. (2008). Public Diplomacy and Soft
Alfabeta.
Power. The ANNALS of the American
Widhiyoga, G., & Harini, S. (2019). Identitas
Academy of Political and Social
Politik Luar Negeri Indonesia di Masa Science, 616(1), 94-109.
Reformasi (1999-2004). Research Fair
Rahmat, P. S. (2009). Penelitian Kualitatif.
Unisri, 561-578.
Equilibrium, 5(9), 1-8. Diambil kembali
Jurnal:
dari
Alvian, R. A., Putri, G. C., & Ardhani, I. (2018). http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/J
Haluan Baru Politik Luar Negeri urnal-Penelitian-Kualitatif.pdf
Indonesia: Perbandingan Diplomasi
Widiatmadja, A., & Albab, U. (2019). Indonesia
‘Middle Power’ Susilo Bambang
di Era Susilo Bambang Yudhoyono
Yudhoyono dan Joko Widodo. JURNAL
(SBY) dan Joko Widodo: Kebijakan
HUBUNGAN INTERNASIONAL, 6(2),
Luar Negeri di Tengah Dinamika
151-168.
Lingkungan Strategis Regional. Politica,
Arfani, R. N. (1999). KECENDERUNGAN 77-93.
POLITIK INTERNASIONAL
Yanti, I. N. (2015). Motivasi Indonesia
KONTEMPORER. Jurnal Sosial Politik
Menyepakati Batas Maritim Terkait
(JSP) Vol 3, No. 1, 1-3.
Zona Ekonomi Eksklusif Dengan
Beddows, E. (2008). The Methodological Issues Filipina. Jom FISIP, 1-12.
Associated With Internet-Based
Yuniarti. (2010). PERUBAHAN POLA
Research. International Journal of
HUBUNGAN INTERNASIONAL
Emerging Technologies and Society,
ABAD 20 DAN PENGARUHNYA
6(2), 124 - 139. Diambil kembali dari
TERHADAP REALISME VERSUS
https://researchbank.swinburne.edu.au/fil
e/904b9c57-d006-4318-95c2-
IDEALISME. Jurnal Sosial Politika Pemerintahan Susilo Bambang
Vol.17 No.1, 4-6. Yudhoyono. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Skripsi:
Winata, S. S. (2014). Analisis Wacana Kritis
Falahi, Z. (2012). Kebijakan Luar Negeri dalam
Berita Penyadapan Australia Terhadap
Era Informasi : Studi Kasus semboyan
Indonesia di Republika Online. Jakarta:
Million Friend Zero Enemy Era
UIN Syarif Hidayatullah.

Website:

Deutsche Welle. (2014, Mei 23). Indonesia dan Filipina Akhiri Kisruh Perbatasan. Diambil kembali dari
Deutsche Welle : https://www.dw.com/id/indonesia-dan-filipina-akhiri-kisruh-perbatasan/a-
17655530

Dewi, R. K. (2018, November 19). Kebijakan Dan Arah Diplomasi Marty Natalegawa dalam Doktrin
Dynamic Equlibrium dalam Mempengaruhi Sistem Internasional. Diambil kembali dari FKMHII:
http://fkmhii.com/2018/11/19/student-journal-korwil-1-kebijakan-dan-arah-diplomasi-marty-
natalegawa-dalam-doktrin-dynamic-equlibrium-dalam-mempengaruhi-sistem-internasional/

Firmanzah. (2012). Peran Indonesia Dalam G-20. Diambil kembali dari Neraca:
https://www.neraca.co.id/article/16424/peran-indonesia-dalam-g-20

Hamzah, A. C. (2019, Februari 22). Memang Indonesia Layak Menjadi Anggota G-20. Diambil kembali
dari Good News From Indonesia: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/02/22/memang-
indonesia-layak-menjadi-anggota-g-20

Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. (2013, November 20). Tiga Langkah
Indonesia untuk Australia. Diambil kembali dari Kementerian Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia:
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3534/Tiga+Langkah+Indonesia+untuk+Australia/
0/berita

Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. (2010). Peran infrastruktur transportasi dan KPS di
Indonesia. Diambil kembali dari Dephub.go.id: http://dephub.go.id/post/read/peran-infrastruktur-
transportasi-dan-kps-di-indonesia

Kontan. (2013, Oktober 8). APEC Bali Hasilkan 7 Poin Kesepakatan Strategis. Diambil kembali dari
Kontan: https://nasional.kontan.co.id/news/apec-bali-hasilkan-7-poin-kesepakatan-strategis

Kumparan. (2017, Februari 1). Telepon SBY Pernah Disadap Australia. Diambil kembali dari Kumparan:
https://kumparan.com/@kumparannews/telepon-sby-pernah-disadap-australia

Kusumadewi, A. (2015, Juni 17). Sejarah Panjang Kemelut Indonesia-Malaysia di Ambalat . Diambil
kembali dari CNN Indonesia : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150617140454-20-
60584/sejarah-panjang-kemelut-indonesia-malaysia-di-ambalat
Wiratmaja I. B. A. (2013, Oktober 9). Tujuh Hasil Kesepakatan APEC 2013. Diambil kembali dari Radio
Republik Indonesia:
http://rri.co.id/post/editorial/160/editorial/tujuh_hasil_kesepakatan_apec_2013.html

Voice of America. (2013, Oktober 7). Indonesia Tuan Rumah Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC ke-
21. Diambil kembali dari Voice of America Indonesia :
https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-tuan-rumah-pertemuan-pemimpin-ekonomi-apec-ke-
21/1764349.html

Anda mungkin juga menyukai