Anda di halaman 1dari 5

Disusun Oleh :

YUDI
JOKO
IMAM N.
BHARA P.
SANDRA
KENTUT
RIO A.
AHMAD RIANTO

Kelas : XII  –  TKR


 TKR 2

PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA DAERAH

Balonggebang, Tromol Pos 2 Gondang


Telp. (0358) 611606 Kode Pos 64451
Email : smk-gdn@telkom.net
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Analisis dampak lingkungan (di Indonesia, dikenal dengan nama AMDAL)
adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL
ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan
 pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup
di sini adalah aspek abiotik, biotik dan kultural. Dasar hukum AMDAL di Indonesia
adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang "Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup".
AMDAL sudah dikembangkan oleh negara-negara maju sjak tahun 1970
dengan nama Environmental Impact Analysis atau Environmental Impact Assessment
yang kedua-duanya disingkat menjadi EIA.
Impact atau Dampak disini di artikan sebagai adanya suatu benturan antara
dua kepentingan,yaitu kepentingan pembangunan proyek dengan kepentingan usaha
melestarikan kualitas lingkungan yang baik.Dampak yang diartikan dari benturan dua
kepentingan itupun masih kurang tepat karena yang tercermin dari benturan tersebut
hanyalah kegiatan yang akan menimbulkan dampak negatif (merugikan).Pengertian
ini pula yang dahulunya banyak ditentang oleh para pemilik atau pengusul
 proyek.Hal ini tercermin juga pada konsep asli dari metodologi Amdal dari Leopold
(1971).
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi,
serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya
hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya
tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran
hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan
mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan
keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau
eksploitasi hutan.
Amdal selaku wahana atau cara dalam menganalisis suatu dampak lingkungan
air,salah satunya yang sering di jadikan masyarakat sebagai lahan pertanian.Jika
lahan pertanian tersebut berkurang maka berkuranglah lahan resapan air yang ada di
Banjarmasin.Lahan Pertanian di kota Banjarmasin saat ini banyak beralih fungsi
menjadi lahan buat perumahan,real estate,pergudangan dan lain-lain.Oleh karena itu
 peranan Amdal sangat berperan penting dalam usaha menjaga dan melestarikan lahan
 pertanian di kota Banjarmasin.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari penjelasan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yang akan
di bahas adalah “Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pembangunan
terhadap kota Banjarmasin”.

1.3 TUJUAN
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari
 pembuatan tugas ini adalah untuk sebagai bahan kajian dan memberdayakan lahan
 pertanian di kota Banjarmasin secara baik.

1.4 MANFAAT
Adapun manfaat daripada penulisan makalah ini, diharapkan dapat:
 Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan pembaca.

 Dijadikan sebagai pedoman penulisan makalah mahasiswa yang lain.


BAB II
PEMBAHASAN
Analisis Amdal Terhadap Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian di
Kota Banjarmasin

Kota Banjarmasin saat ini tumbuh sangat pesat. Kota yang terpadat di
Kalimantan ini termasuk salah satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang
terkecil di Kalimantan, yakni luasnya lebih kecil daripada Jakarta Barat. Kota yang
dijuluki kota seribu sungai ini merupakan sebuah kota delta atau kota kepulauan
sebab terdiri dari sedikitnya 25 buah pulau kecil (delta) yang merupakan bagian-
 bagian kota yang dipisahkan oleh sungai-sungai diantaranya pulau Tatas, pulau
Kelayan, pulau Rantauan Keliling, pulau Insan dan lain-lain. Batas-batas
wilayah Kota Banjarmasin adalah sebagai berikut:
 Utara Sungai Alalak (seberangnya kecamatan Alalak, Kabupaten Barito
Kuala)
 Selatan Kabupaten Banjar (kecamatan Tatah Makmur)
 Barat Sungai Barito (seberangnya kecamatan Tamban, Kabupaten Barito
Kuala)
 Timur Kabupaten Banjar (kecamatan Sungai Tabuk dan Kertak Hanyar)
Tanah aluvial yang didominasi struktur lempung adalah merupakan jenis
tanah yang mendominasi wilayah Kota Banjarmasin. Sedangkan batuan dasar yang
terbentuk pada cekungan wilayah berasal dari batuan metaforf yang bagian
 permukaan ditutupi oleh kerakal, kerikil, pasir dan lempung yang mengendap pada
lingkungan sungai dan rawa.
Penggunaan tanah di Kota Banjarmasin tahun 2003 untuk lahan pertanian
seluas 2.962,6 ha, industri 278,6 ha, perusahaan 337,3 ha, jasa 486,4 ha dan tanah
 perumahan 3.135,1 ha. Dibandingkan dengan data tahun-tahun sebelumnya lahan
 pertanian cenderung menurun, sementara untuk lahan perumahan mengalami
 perluasan sejalan dengan peningkatan kegiatan ekonomi dan pertumbuhan
 penduduk.Luas optimal Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebuah kota adalah 30% dari
luas kota,sedangkan kota Banjarmasin hanya memiliki 10 sampai 12% RTH saja.
Penggunaan lahan pertaninan yang terus menurun dapat disebabkan oleh
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
Kota Banjarmasin mengalami degradasi penggunaan lahan pertanian
secara drastis selama kurang lebih lima tahun.Pengaliahan fungsi lahan itu
 banayak berdampak pada kehidupan masyarakat baik itu berupa aspek
fisik,sosial-budaya,sosial-ekonomi dan biologis.Penerapan Amdal dalam
 pendirian izin pembanguanan di lahan tersebut harus segera di lakukan dan
 penerapan uu atas pelarangan mendirikan bangunan di lahan pertanian sesuai
dengan perda kota Banjarmasin harus segera diterapkan.

3.2 SARAN
 Agar Lahan pertanian di kota Banjarmasin yang berfungsi sebagai daerah
resapan air,maka pemerintah kota harus memperketat izin pendirian
 bangunan dan secara seoptimal mungkin memberdayakan lahan pertanian
tersebut,agar tidak menjadi lahan yang menganggur.
 Agar dalam pembangunan perumahan jangan menggunakan sistem
uruk,gunakanlah prinsip masyarakat lokal yang memakai sistem panggung
atau bisa juga dengan menggunakan sistem pembangunan kota rawa seperti
kota Amsterdam yang dimana pola pembangunan disana bangunan yang
didirikan menggunakan sistem seperti apartemen dengan satu bangunan
tetapi di bagi kegunaannya untuk segala kebutuhan.Hal tersebut dilakukan
untuk mengurangi daya tekan kepada tanah rawa yang lempung.

Anda mungkin juga menyukai