Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan (air nusantara negara) terbesar di


dunia dengan dan 2/3 wilayahnya adalah lautan. Pengakuan internasional terhadap
negara kepulauan tertuang dalam United Nations Convention on the Law of the
Sea (United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS) yang telah
diratifikasi di Montego Bay, Jamaica pada tahun 1982. pengakuan internasional
atas negara-negara kepulauan telah dipengaruhi oleh berbagai kepentingan negara,
terutama negara-negara maritim besar yang ingin membangun hegemoninya di
wilayah maritim. Dengan demikian, ratifikasi UNCLOS 1982, Indonesia yang
berstatus negara kepulauan memanfaatkan ketentuan Konvensi tersebut. Potensi
dan peluang Indonesia sebagai negara kepulauan adalah pengembangan industri
pertahanan yang strategis. Seiring berkembangnya industri pertahanan yang
mandiri di nusantara, memberikan efek chilling effect di Indonesia yang dapat
diperhitungkan di kancah internasional

Menurut undang-undang no. 4 tahun 1982 dinyatakan batasan dari pencemaran


lingkungan yaitu masuknya makhluk hidup, zat, energy, atau komponen lain kedalam
lingkungan 8 dan atau berubahnya tatananan lingkungan oleh kegiatan manusia atau
proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
perutukannya. Batasan tersebut mencakup pencemaran lingkungan darat, lingkungan
laut dan lingkungan udara.

Kota yang bejuluk seribu sungai yaitu Banjarmasin memiliki berbagai macam
masalah, terutama pada sumber air bersih karena sungai-sungai yang terdapat pada
kota Banjarmasin mengalami penurunan kualitas air akibat industri domestik, dan
kegiatan yang lainnya akan mempengaruhi kualitas air. Sehingga dapat menyebabkan
gangguan, kerusakan, dan bahaya lainya terhadap makhluk hidup yang bergantung pada
sumberdaya air, untuk itu diperlukan pengelolaan dan pemeliharaan sumber daya air
secara tepat dan bijak. Kota Banjarmasin yang berada di antara 316'46" - 322'54"
Lintang Selatan (LS) dan 11431'40" - 11439'55" Bujur Timur(BT). Letak tersebut
membuat Kota Banjarmasin hampir berada di tengah-tengah wilayah Indonesia. Kota ini
berada pada ketinggian rata-rata 0,16 m di bawah permukaan laut sehingga hampir
seluruh wilayah digenangi air pada saat air pasang. Air sungai yang ada di Kota
Banjarmasin jika dilihat dari warnanya saja sangat diragukan kualitas airnya, maka perlu
dilakukan penelitian tentang kualitas airnya.

1
Provinsi Kalimantan Selatan. Kalimantan Selatan merupakan salah satu

provinsi di Indonesia. Kalimantan Selatan terdiri dari 2 kotamadya (Banjarbaru

dan Banjarmasin) serta 11 kabupaten ( Banjar, Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai

Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan, Tabalong, Tanah

Laut, Tanah Bumbu, dan Kotabaru) (Bappeda, 2014).

Kota Banjarmasin secara geografis terletak antara 3° 16’ 46’’ sampai

dengan 3° 22’ 54’’ Lintang Selatan dan 114° 31’ 40’’ sampai dengan 114° 39’

55’’ Bujur Timur. Berada pada ketinggian rata-rata 0,16 m di bawah permukaan

laut dengan kondisi daerah relatif datar dan berpaya-paya. Pada waktu air pasang

hampir seluruh wilayah digenangi air(bps dalam angka 2021)

Dengan meningkatnya trend perindustrian di Indonesia tentunya memiliki


dampak terhadap lingkungan pasalnya semakin banyak pabrik-pabrik yang
dibangun artinya semakin banyak lahan yang akan digunakan. Dengan banyaknya
lahan yang digunakan tentu saja akan memiliki pengaruh terhadap lingkungan
baik positif maupun negatif, oleh karena itu diperlukan adanya kajian yang akan
mencegah kerusakan lingkungan serta menjaga kelestarian alam dan menjadikan
pembangunan pabrik-pabrik industry dalam jangka Panjang dan berkelanjutan.

Sebagai negara dengan peluang luar biasa, Indonesia layak masuk dalam
sepuluh besar negara industri maju di dunia. Dari Sumber Daya Alam (SDA)
hingga Sumber Daya Manusia (SDM), ada banyak potensi yang tersedia. Semua
pihak harus mengelola modal ini dengan baik. Pemerintah melalui Kementerian
Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin) dan masyarakat Indonesia harus
dapat menggunakan modal yang ada untuk mewujudkan pembangunan ekonomi
negara melalui industri.

Menurut Kementerian Perindustrian Indonesia, pemerintah bertujuan


untuk menjadikan Indonesia negara industri besar pada tahun 2035. Untuk
mengimplementasikan keputusan ini, Kementerian Perindustrian mengambil
beberapa langkah untuk meningkatkan industri. Hal ini terlihat dari data yang
diperoleh Badan Pusat Statistik Finlandia pada tahun 2017. Jumlah industri yang
luar biasa ada 33.577 di Indonesia.

Perusahaan Industri Pengolahan

2
Konsep dan Definisi

Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan


mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga
menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi
barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekatkepada pemakai akhir.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri/makloon dan pekerjaan
perakitan (assembling).

Jasa industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak lain. Pada
kegiatan ini bahan baku disediakan oleh pihak lain sedangkan pihak pengolah
hanya melakukan pengolahannya dengan mendapat imbalan sejumlah uang atau
barang sebagai balas jasa (upah makloon), misalnya perusahaan penggilingan padi
yang melakukan kegiatan menggiling padi/gabah petani dengan balas jasa
tertentu.

Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang
melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak
pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi
tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang
bertanggung jawab atas usaha tersebut.

Perusahaan Industri Pengolahan dibagi dalam 4 golongan yaitu :

1. Industri Besar (banyaknya tenaga kerja 100 orang atau lebih)

2. Industri Sedang (banyaknya tenaga kerja 20-99 orang)

3. Industri Kecil (banyaknya tenaga kerja 5-19 orang)

4. Industri Rumah Tangga (banyaknya tenaga kerja 1-4 orang)

Penggolongan perusahaan industri pengolahan ini semata-mata hanya didasarkan


kepada banyaknya tenaga kerja yang bekerja, tanpa memperhatikan apakah
perusahaan itu menggunakan mesin tenaga atau tidak, serta tanpa memperhatikan
besarnya modal perusahaan itu.

Klasifikasi Industri
Klasifikasi industri yang digunakan dalam survei industri pengolahan adalah

3
klasifikasi yang berdasar kepada International Standard Industrial Classification
of all Economic Activities (ISIC) revisi 4 , yang telah disesuaikan dengan kondisi
di Indonesia dengan nama Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)
tahun 2009.

Kode baku lapangan usaha suatu perusahaan industri ditentukan berdasarkan


produksi utamanya, yaitu jenis komoditi yang dihasilkan dengan nilai paling
besar. Apabila suatu perusahaan industri menghasilkan 2 jenis komoditi atau lebih
dengan nilai yang sama maka produksi utama adalah komoditi yang dihasilkan
dengan kuantitas terbesar.

Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai upaya mengelola sumber


daya alam dan lingkungan secara arif dan bijaksana untuk memenuhi kebutuhan
generasi sekarang dan yang akan datang tanpa merusak atau menurunkan kualitas
lingkungan (WCED, 1 ). Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi terus meningkat dan
fungsi lingkungan tetap lestari dan kondisi sosial masyarakat tetap stabil dan harmonis
(Munasinghe, 1993). Pemanfaatan sumber daya alam harus dikelola secara hati-hati dan
bijaksana agar tidak merugikan kelestarian fungsi lingkungan. Artinya dalam rangka
pelaksanaan . keberlanjutan, keterpaduan pembangunan ekonomi, sosial dan
lingkungan merupakan syarat yang harus diikuti oleh semua wilayah pembangunan.
Salah satu dari upaya untuk mencapai keberlanjutan adalah hasil pertemuan para
pemimpin dunia yang sepakat untuk mengurangi gas rumah kaca yang diatur oleh
Protokol Kyoto pada tahun 1997 dan diratifikasi oleh Undang-undang Indonesia no. 17
200 tentang Pengesahan Protokol Kyoto. Keputusan terpenting Protokol Kyoto adalah
kesepakatan negara-negara industri untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan
mengurangi tingkat emisi sebesar 5 persen pada tahun 1990. Keputusan lainnya adalah
partisipasi negara berkembang dalam perlindungan dan pengelolaan hutan. . melalui
insentif karbon yang dapat digunakan untuk pengelolaan lingkungan (Murdiyarso, 2003).

”evaluasi amdal perusahaan karet dalam upaya mencegah

pencemaran udara kecamatan Banjarmasin Barat ”.

B. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Untuk menilai

apakah pengelolaan lingkungan berhasil mengendalikan dampak negatif, dan

menigkatkan dampak positif maka dilakukan pemantauan lingkungan dalam

4
mencegah pencemaran udara di kecamatan Banjarmasin barat. Parameter

yang digunakan untuk mengukur daerah penelitian ada 3 komponen:

1. Komponen Fisik Kimia

2. Komponen Biologi

3. Komponen Sosial Ekonomi Budaya

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pencegahan pencemaran akibat kegiatan Pengelolaan Karet

melalui ANALISIS AMDAL di kecamatan Banjarmasin barat (Studi Kasus PT. Wilson )?

2. Apa saja kendala serta solusi dalam pencegahan pencemaran akibat kegiatan

usaha Pengelolaan Karet melaluji AMDAL di kecamatan Banjarmasin barat ( Studi Kasus

PT. Wilson)?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dan Kegunaan Studi Analisis Menginai Dampak Lingkungan (AMDAL) terletak

di kecamatan Banjarmasin barat:

1. Mengidentifikasi rencana kegiatan terutama yang berpotensi menimbulkan

dampak penting terhadap lingkungan.

2. Mengidentifikasi rona lingkungan awal, terutama komponen dan parameter

lingkungan yang secara potensial akan terkena dampak.

3. Memperkirakan dan mengevaluasi komponen lingkungan yang akan terkena

dampak penting akibat adanya kegiatan pengelolaan karet

5
Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi ilmu PengetahuanSecara teoritis, dapat bermanfaat untuk menambah

khasanah ilmu pengetahuan masyarakat khususnya tentang kesiapsiagaan

dalam menghadapi

2. Bagi Masyarakat, Merupakan informasi bagi masyarakat untuk memanfaatkan

dampak positif dan menghindari dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan karet

3. Bagi Pemerintah, Sebagai bahan masukan bagi pemerintah terkait dalam

menyusunprogram pemberdayaan lingkungan

4. Informasi bagi Fakultas kehutanan dan geografi Lambung Mangkurat

khususnya bidang studi Geografi.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. AMDAL

AMDAL merupakan bagian dari sistem perencanaan, AMDAL seharusnya dapat

memberikan landasan bagi pengelolaan lingkungan. Sebagai “scientific prediction”,

AMDAL memberikan gambaran yang jelas secara ilmiah tentang analisis kegiatan dan

dampak yang mungkin akan timbul oleh sebuah kegiatan. AMDAL seharusnya

ditempatkan pada posisi yang strategis dalam upaya memberikan perlindungan

preventif dalam perizinan suatu kegiatan yang berwawasan lingkungan (Sianhaan,

2004). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan hidup dimasukkan ke dalam proses

perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan, maka pengambil keputusan akan

memperoleh pandangan yang lebih luas dan mendalam mengenai berbagai aspek usaha

dan/atau kegiatan tersebut, sehingga dapat diambil keputusan yang optimal dari

berbagai alternatif yang tersedia. Keputusan yang optimal tersebut dapat diartikan

sebagai keputusan yang berwawasan lingkungan, karena telah memperhatikan aspek

positif dan negatif suatu kegiatan usaha. Pembangunan suatu wilayah merupakan hal

tidak dapat dihindarkan. Sebagai upaya agar pembangunan tersebut mengikuti konsep

pembangunan berkelanjutan dan mengikuti konsep daya dukung terhadap lingkungan

maka diperlukan suatu perencanaan yang matang (Otto, 2001).

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau yang sering disebut sebagai AMDAL

adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu

usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi

7
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan yang

direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan

keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia (PP No. 27

Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Ketentuan Pasal 36 UU

PPLH, menetapkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan

Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) wajib memiliki izin lingkungan (Fitria, 2015).

Pengertian DOKUMEN AMDAL menurut jenisnya :

1. RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup atau yang sering disebut

sebagai RKL merupakan suatu upaya penanganan dampak terhadap

lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana Usaha dan/atau

Kegiatan. RKL diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012

Tentang Izin Lingkungan pada Pasal 1 ayat 8 dan 9. Pentingnya Dokumen

Rencana Pengelolaan Lingkungan merupakan dokumen yang memuat

upayaupaya mencegah, mengendalikan, dan menanggulangi dampak penting

lingkungan yang timbul sebagai akibat dari suatu rencana usaha atau

kegiatan.

2. RPL Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup atau yang sering disebut

sebagai RPL merupakan paya pemantauan komponen lingkungan hidup yang

terkena dampak akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan. Sama halnya

seperti RKL, RPL juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

2012 Tentang Izin Lingkungan pada Pasal 1 ayat 8 dan 9. Dokumen Rencana

Pemantauan Lingkungan sangat penting dalam setiap rencana Usaha dan/atau

Kegiatan dikarenakan merupakan rencana yang disusun yang berkenaan

8
dengan pengulangan pengukuran komponen atau parameter lingkungan pada

waktu-waktu tertentu, guna mengetahui adanya perubahan lingkungan karena

pengaruh kegiatan atau proyek tersebut.

3. UKL – UPL Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) merupakan upaya yang dilakukan

dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penganggung

jawab Usaha dan/atau Kegiatan baik yang wajib maupun yang tidak wajib

melakukan AMDAL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya

Pengelolaan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup. Kegiatan

yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan Upaya

Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. Kewajiban

UKL – UPL diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun

AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang

tersedia. UKL – UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup

untuk pengambilan keputusan dan dasar untuk menerbitkan izin melakukan

Usaha dan/atau Kegiatan. Tujuan Penyusunan UKL dan UPL antara lain : •

Untuk mengidentifikasi kegiatan dan dampak yang ditimbulkan terhadap

lingkungan hidup • Untuk mengetahui kondisi lingkungan di sekitar Usaha

dan/atau Kegiatan • Merumuskan langkah-langkah dalam melakukan

pencegahan, penganggulangan dan pengendalian dampak negative yang

terjadi akibat kegiatan usaha tersebut • Merumuskan langkah-langkah

pemantauan lingkungan hidup untuk mengetahui efektivitas pengelolaan

9
lingkungan hidup yang dilakukan Kegunaan Penyusunan UKL dan UPL

antara lain : • Sebagai pedoman dalam pelaksanaan untuk mencegah,

menanggulangi dan mengendalikan kerusakan dan pencemaran lingkungan

hidup • Sebagai upaya untuk meminimalisasi dampak negative dan

memaksimalkan dampak positif yang ditimbulkan • Sebagai pedomam

kepada Pemrakarsa di dalam melaksanakan pengelolaan dan pemantauan

lingkungan hidup • Membantu proses pengambulan keputusan bagi

pemerintah dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

hidup 7 • Sebagai bahan informasi bagi pemerintah tentang ketaatan

perusahaan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

4. DELH (Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup) DELH adalah dokumen yang

memuat pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang merupakan

bagian dari proses audit lingkungan hidup yang dikenakan bagi usaha

dan/atau kegiatan yang sudah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi

belum memiliki dokumen AMDAL. Penyusunan DELH sebagai bentuk

pemenuhan persyaratan untuk penerbitan rekomendasi Kelayakan

Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan

5. DPLH (Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup) DPLH adalah dokumen

yang memuat pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dikenakan

bagi usaha dan/atau kegiatan yang sudah memiliki izin usaha dan/atau

kegiatan tetapi belum memiliki UKL-UPL. DELH atau DPLH wajib disusun

oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap usaha dan/atau

kegiatan yang memenuhi kriteria: 1. Telah memiliki izin usaha dan/atau

10
kegiatan sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2. Telah

melakukan kegiatan tahap konstruksi sebelum diundangkannya Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup; 3. Lokasi usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan rencana

tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan; dan 4. Tidak

memiliki dokumen lingkungan hidup atau memiliki dokumen lingkungan

hidup tetapi tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan.

6. Pasal 22 Ayat (2) UUPPLH menyebutkan mengenai dampak penting yang ditentukan
berdasarkan kriteria : 1. Besarnya penduduk yang akan terkena dampak rencana
usaha dan/atau kegiatan usaha; 2. Luas wilayah penyebaran dampak; 3. Intensitas
dan lamanya dampak berlangsung; 4. Banyaknya komponen lingkungan hidup yang
lain yang akan terkena dampak; 5. Sifat kumulatif dampak; 6. Berbalik atau tidak
berbaliknya dampak; dan/atau 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tehnologi. Untuk mengetahui jenis-jenis rencana usaha dan/atau
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL dapat dilihat dalam Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Dampak
Lingkungan Hidup. Dalam lampiran Keputusan tersebut, diatur beberapa jenis
usaha yang wajib disertai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yaitu : 1.
Bidang multisektoral 2. Bidang pertahanan 3. Bidang perikanan dan kelautan 4.
Bidang kehutanan 5. Bidang perhubungan 6. Bidang tehnologi satelit 7. Bidang
perindustrian 8. Bidang pekerjaan umum 9. Bidang perumahan dan kawasan
pemukiman 10. Bidang energi dan sumber daya mineral 11. Bidang pariwisata 12.
Bidang ketenaganukliran. Tanpa adanya AMDAL tidak mungkin mengajukan izin
lingkungan. Selanjutnya, izin lingkungan menjadi prasyarat bagi pengajuan
permohonan Izin Usaha (sektoral). Dengan demikian, tanpa dimilikinya dokumen
AMDAL, tidak dapat mengajukan kedua izin tersebut.

11
B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Penelitian


C. Keaslian Penelitian

Persamaan dan Perbedaannya :


a. Persamaannya adalah penelitian ini sama sama meneliti tentang kesiapsiagaan

masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi bencana.

b. Perbedaan penelitian ini adalah terletak dari jenis perusahaan yang diteliti

yaitu antara perusahaan dan perusahaan migas Keaslian penelitian yang

terdahulu dengan yang dikerjakan dapat di uraikan pada Tabel 2.

12
Tabel 2 Penelitian terdahulu dan yang sedang dikerjakan
no Penelitian,Tah Tujuan Metode Analisis Hasil Sumber
un,Judul
1 Yusni Tujuan penelitian adalah A. Waktu dan A. Review Kebijakan AMDAL Hasil review LEMBARAN
yeti,Analisis merumuskan kebijakan AMDAL Lokasi Penelitian kebijakan seperti pada Tabel 2, PUBLIKASI
Kebijakan yang efektif dan efisien dalam Penelitian menunjukkan bahwa penentuan dampak LEMIGAS VOL. 41.
Amdal dalam mencegah kerusakan lingkungan dilaksanakan penting berdasarkan PP No.27/1999 yang NO. 3, DESEMBER
Mencegah pada kegiatan usaha migas Januari-September berlaku saat in mendefinisikan dampak 2007: 23 - 30
Kerusakan 2007. Lokasi menjadi dampak besar dan penting.
Lingkungan penelitian Pedoman penentuan dampak besar dan
pada Kegiatan dilakukan penting pada kegiatan usaha migas
Usaha Migas dilakukan di ditetapkan oleh menteri ESDM.
(2007) Jakarta dengan Selanjutnya dinyatakan bahwa untuk
tujuh dokumen menetapkan suatu dampak diperlukan tiga
AMDAL dari tujuh tahapa
perusahaan migas. B. Analisis Kualitas Dokumen AMDAL Migas
B. Tahapan Hasil analisis kualitas dokumen AMDAL
Penelitian Migas pada tujuh KKKS diperoleh bahwa
Penelitian terdiri secara umum perusahaan-perusahaan
atas empat tahap telah cukup baik dalam penyusunan
yakni: Tahap dokumen AMDAL. Empat indikator yang
pertama, digunakan dalam penilaian yakni
melakukan review kelengkapan dokumen, tim dan lembaga
kebijakan AMDAL penyusun, substansi dokumen
saat ini dengan C. Analisis Kinerja Lingkungan Perusahaan
menggunakan Migas Hasil analisis kinerja lingkungan
metode studi untuk aspek kualitas air (limbah cair),
literatur dengan kualitas udara dan kebisingan dari enam
pendekatan perusahaan (KKKS), diperoleh bahwa hasil

13
analisis deskriptif. pengukuran parameter-parameter (minyak
Tahap kedua: lemak, hidrogen sulfida, COD, amoniak
melakukan analisis bebas, SO2, H2 S, NOx dan tingkat
kualitas dokumen kebisingan) masih di bawah baku mutu
AMDAL dan kinerja lingkungan atau di bawah ambang batas.
lingkungan pada Kondisi ini menggambarkan bahwa
tujuh perusahaan . kegiatan usaha migas cukup baik
C. Jenis Data dan memperhatikan kualitas lingkungan.
Metode Penggunaan teknologi dan pemantuan
Pengumpulan Data yang berkala merupakan salah satu faktor
Jenis data yang pendukung keberhasilan tersebut
diperlukan dalam
penelitian ini
terdiri atas data
primer dan
sekunder, seperti
pada Tabel 1.
Metode
pengumpulan data
terdiri atas studi
literatur dan
survei.
Pengumpulan data
untuk review
kebijakan AMDAL,
analisis kualitas
dokumen dan
analisis kinerja
lingkungan

14
dilakukan dengan
metode studi
literatur.

2 ANALISIS analisis data bersifat penelitian ini 1. pemetaan jalur evakuasi dan Pemetaan Jalur
MENGENAI kuantitatif/statistic dengan adalah analisis pengungsian di dua Desa yang terdapat Evakuasi dan
Pengungsian di
DAMPAK tujuan untuk menguji hipotesis Deskriptif di Kecamatan Bati-bati. Desa Benua
Kecamatan Bati-
LINGKUNGAN yang telah di tetapkan (Sugiono, Kuantitatif Raya memiliki 4 jalur evakuasi dan 4 Bati (Jurnal
(AMDAL) 2013). Tentang Pemetaan Jalur titik lokasi pengungsian, Desa Bati-bati Pendidikan
SEBAGAI Evakuasi dan Pengungsian memiliki 2 jalur evakuasi dan 3 titik Geografi), 4(5).
INSTRUMEN lokasi pengungsian. Pemilihan Peta
PENCEGAHAN jalur evakuasi dan pengungsian
PENCEMARAN dilakukan dengan cara menjauhi lokasi
DAN banjir dan menuju ketempat yang lebih
PERUSAKAN tinggi
LINGKUNGAN 2. Overlay dalam penelitian ini dilakukan
Kabupaten untuk mendapatkan hasil pemetaan
Tanah Laut. jalur evakuasi dan pengungsian banjir,
yaitu dengan menggabungkan (overlay)
peta rawan banjir, peta ketinggian
tempat, dan peta jaringan jalan. Hasil
penelitian disajikan dalam bentuk
informasi spasial berupa peta evakuasi
dan pengungsian banjir di Kecamatan
Bati-bati Kabupaten Tanah Laut, grafik,
foto, tabel, dan laporan hasil penelitian
secara lengkap
3. Jalur Evakuasi di dalam Pedoman
Penanggulangan Bencana Banjir

15
Bakornas PB (2007) pola penangan
bencana banjir mengutamakan
kesiapsiagaan. Selain penyiapan peta
rawan bencana, kegiatan yang
termasuk kesiapsiagaan bencana banjir
adalah penyiapan jalur evakuasi
3 ANALISIS Tujuan dari penelitian ini adalah Analisis kualitatif Hasil penelitian ini adalah AMDAL sebagai 114 Badamai Law
MENGENAI untuk mengetahui bagaimana .Bahan-bahan salah satu persyaratan dalam izin Journal, Vol. 2,
DAMPAK tahapan penyusunan dari AMDAL hukum kemudian lingkungan merupakan studi tentang Issues 1, Maret
LINGKUNGAN berdasarkan ketentuan dianalisis secara kegiatan yang diatur secara sistematis dan 2017
(AMDAL) perundang-undangan yang kualitatif, ilmiah menggunakan pendekatan
SEBAGAI berlaku saat ini? dan bagaimana menganalisis interdisipliner bahkan multidisiplin, maka
INSTRUMEN fungsi AMDAL sebagai instrumen dengan berpikir penelitian AMDAL harus disusun secara
PENCEGAHAN pencegahan pencemaran dan sistematis untuk koheren dan komprehensif-integral. Tidak
PENCEMARAN perusakan lingkungan? Metode memberikan dapat dipungkiri bahwa dokumen AMDAL
DAN penelitian yang digunakan dalam jawaban dari dan atau UKL-UPL harus mencakup semua
PERUSAKAN penelitian ini adalah penelitian masalah. tahap, yaitu tahap konstruksi, pelaksanaan,
LINGKUNGAN normatif, menekankan fungsi dan tahap pemantauan. Tujuan utama dan
AMDAL sebagai instrumen tujuan AMDAL adalah untuk memastikan
pencegahan pencemaran dan bahwa kegiatan usaha atau pembangunan
kerusakan lingkungan dalam dapat beroperasi secara berkelanjutan
penelitian normatif, pemprosesan tanpa merusak dan mengorbankan
bahan hukum secara lingkungan atau dengan kata lain usaha
sistematisasi hukum. Bahan- atau kegiatan layak dari segi aspek
bahan hukum kemudian dianalisis lingkungan. Selain kelayakan lingkungan
secara kualitatif, menganalisis dokumen AMDAL sebagai sistem kontrol
dengan berpikir sistematis untuk dari kegiatan atau usaha
memberikan jawaban dari
masalah.

16
Lanjutan Tabel 2
4 Efektivitas a. Tujuan dan Kegunaan Studi Penelitian Dokumen AMDAL memuat beberapa ISSN Print: 2580-
Pelaksanaan Analisis Menginai Dampak bertujuan untuk Dokumen diataranya adalah Kerangka 9016 ISSN Online:
Amdal pada Lingkungan (AMDAL) Tambang mengungkapkan Acuan (KA), Analisis Dampak Lingkungan 2581-1797 Khairun
Kegiatan Biji Nikel PT. Kemakmuran Pertiwi kebenaran secara (ANDAL) Rencana Pengelolaan Lingkungan Law Journal, Vol. 3
Pertambangan Tambang (KPT) seluas 5.723.16 sistimatis, (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Issue 2, March
di Provinsi Hektar terletak di Daerah Ekor metodologi dan (RPL) tahapan yang penting dalam proses 2020
Maluku dan sekitarnya, Kecamatan konsisten dengan pengambilan keputusan akhir dari usulan
Utara(Saiful Wasile Selatan, Kabupaten mengadakan suatu proyek, selain penting dalam
Hi. Soleman) Halmahera Timur Provinsi analisis.2 pengambilan keputusan usaha dan/atau
Maluku Utara: 1. Sedangkan kegiatan yang dirancang sesuai dengan
Mengidentifikasi rencana penelitian lingkungan. Tidak semua
kegiatan terutama yang (research) berarti perusahan/pemrakarsa melakukan laporan
berpotensi menimbulkan dampak pencarian kembali. pengelolaan dan pemantauan lingkungan
penting terhadap lingkungan. 2. Pencarian yang dapat menimbulkan kesenjangan
Mengidentifikasi rona lingkungan dimaksud adalah dalam pelaksanaan AMDAL yang
awal, terutama komponen dan pencarian terhadap berimplikasi pada menurunya efektivitas
parameter lingkungan yang pengetahuan yang dan kualitas AMDAL. AMDAL merupakan
secara potensial akan terkena benar (ilmiah), salah satu istrumen dalam penataan
dampak. 3. Memperkirakan dan karena hasil dari lingkungan hidup (Environmental
mengevaluasi pencarian ini akan Compline) dengan demikian penerbitan izin
komponenlingkungan yang akan dipakai untuk usaha harus memperhatikan rencana tata
terkena dampak penting akibat menjawab ruang, pendapat masyarakat dan
adanya kegiatan penambangan permasalah rekomendasi pejabat sektoral. Satu hal

17
biji nikel. 4. Merumuskan langkah tertentu. Dengan yang sangat penting izin seharusnya
tindak dalam pengelolaan dan kata lain, penelitian diumumkan secara terbuka kepada
pemantauan lingkungan melalui (research) masyarakat luas untuk dipahami dengan
rencana pengelolaan lingkungan merupakan upaya baik. Dengan demikian RKL dan RPL sebagai
(RKL) dan rencana pemantauan pencarian yang bagian dari dokumen AMDAL yang melekat
lingkungan (RPL) yang disiapkan. amat bernilai pada izin pelaku usaha dapat digunakan
b. Bagi Pemerintah 1. Untuk edukatif, ia melatih sebagai salah satu meknisme kontrol
mencegah kita untuk selalu terhadap usaha dan /atau kegiatan yang
kerusakan/pemborosan potensi sadar bahwa berada disuatu wilayah administrasi
sumberdaya alam baik yang didunia ini banyak tertentu.
dikelolah maupun yang berada yang kita tidak
diluar kegiatan penambangan biji ketahui, dan apa
nikel sehingga kelestarian yang kita coba cari,
lingkungan dapat dipelihara. 2. temukan, dan
menghindari konflik yang diketahui itu
mungkin timbul kegiatan lain, tetaplah bukan
maupun dengan masyarakat kebenaran mutlak,
sekitarnya. 3. Memberikan oleh sebab itu
informasi menginai manfaat perlu diuji
kegiatan penambangan biji nikel kembali.3 Penulis
bagi masyarakat. 4. Sebagai dasar gunakan dalam
pengambilan keputusan bagi penelitian ini
pemerintah. 5. Dapat digunakan adalah tipe
sebagai penyusunan konsep penelitian normatif
tataruan. c. Bagi Pemilik Kegiatan empiris, artinya
(Pemrakarsa) 1. Memberikan penulis mengkaji
gambaran yang jelas terhadap hukum dalam
kondisi lingkungan, baik sebelum peraturan
maupun setelah kegiatan perundang-

18
penambangan biji nikel. 2. undangan maupun
Merupakan bahan masukan hukum yang hidup
dalam perencanaan dalam masyarakat
pembangunan wilayah sesuai serta dihubungkan
dengan kondisi rona lingkungan dengan penerapan
awalnya serta tingkat dilapangan
pembangunannya yang sudah
ada. 3. Memberikan gambaran
yang jelas terhadap manfaat dan
resiko serta sasaran atau tujuan
kegiatan kegiatan penambingan
biji nikel. 4. Melindungi kegiatan
penambangan biji nikel dari
tuduhan pelanggaran atau suatu
dampak negatif yang sebenarnya
tidak dilakukan. 5. Sebagai
landasan perencanaan
pengelolaan lingkungan yang
baik. d. Bagi Masyarakat 1.
Merupakan informasi bagi
masyarakat untuk memanfaatkan
dampak positif dan menghindari
dampak negatif yang akan
ditimbulkan oleh perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan
penambangan biji nikel oleh PT.
Kemakmuran Pertiwi Tambang
mulai dari tahap persiapan, tahap
operasi, sampai dengan tahap

19
pasca operasi. 2. Menelaah
kemungkinan perubahan
lingkungan, sehinga dapat
menekan dan mengurangi
dampak negatif yang dapat
menimbulkan kerugian, serta
meningkatkan dampak positif
dari dari aktifitas penambangan
bijih nikel. 3. Sebagai bahan
masukan bagi masyarakat untuk
merencanakan usaha yang sesuai
dengan kondisi rona lingkungan
saat itu serta kondisi yang akan
datang sebagai akibat adanya
kegiatan penambangan bijih nikel
oelh PT. Kemakmuran Pertiwi
Tambang. 4. Masyarakat
mengetahui rencana
pembangunan di daerahnya
sehingga dapat mempersiapkan
diri untuk ikut berpartisipasi. 5.
Mengetahui hak dan kewajiban
dalam ikut menjaga dan
mengelolah kualitas lingkungan
hidup.

20
5 EVALUASI Tujuan penelitian: (1) Metode Implementasi dokumen AMDAL menjadi Versi online:
AMDAL mengevaluasi dokumen kerangka pendekatan parameter paling peka terhadap http://ejournal.um
PEMBANGUN acuan pembangunan gedung 10 dengan deskriptif keberhasilan kelayakan lingkungan • m.ac.id/index.php/j
AN GEDUNG lantai di pusat Kota Bandung, (2) kualitatif melalui Dokumen KA disusun oleh para konsultan mts/article/view/3
10 LANTAI DI mengevaluasi hasil analisis teknik analisis isi tidak mantap karena jumlah tenaga ahli 708
PUSAT KOTA dampak lingkungan (ANDAL), (3) (content analysis). yang menyusun KA kurang dari yang
BANDUNG, mengevaluasi RKL dan RPL, (4) Penelitian disyaratkan. • Penyusunan studi ANDAL
Rina Marina mengevaluasi implementasi dilaksanakan dari cenderung kekurangan informasi
Masri AMDAL pembangunan gedung 10 bulan April 2015- komponen lingkungan yang berdampak
lantai di pusat Kota Bandung November 2015 negatif dan positif terhadap lingkungan
ditinjau dari ketepatan waktu, dengan karena para konsultan bekerja terburu-
ketepatan tindakan dan pengumpulan data buru dibatasi oleh waktu serta biaya yang
ketepatan hasil guna mengurangi primer dan meningkat tidak terduga. • Identifikasi
dampak negatif serta sekunder. komponen lingkungan tidak mengacu pada
meningkatkan dampak positif. Rancangan studi-studi ANDAL pembangunan gedung
Metode pemecahan masalah penelitian Content tinggi yang serupa atau dari hasil diskusi
dengan deskriptif dan teknik analysis diawali dengan para pemangku kepentingan saat
analisis analisis isi (content dengan melakukan penyajian KA dalam bentuk laporan
analysis) critical review pendahuluan (inception report). •
terhadap standar Penyusun RKL dan RPL tidak mengetahui
teknis jenis data, secara tepat komitmen serta mekanisme
pengolahan data koordinasi yang mengikat secara
dan keluaran kelembagaan. • Produk AMDAL hanya
komponen menjadi dokumen yang disimpan di
perpustakaan saja tanpa sangsi jika
indikator-indikator KA, ANDAL, RKL dan RPL
dilanggar.

21
6 Sriyanto, A. (2018). Setiap usaha atau kegiatan yang Metode penelitian . Pendekatan Struktur Provinsi Jawa
Evaluasi Proses berdampak penting terhadap yang digunakan Tengah dalam penerbitan Izin
Amdal Sebagai
lingkungan hidup wajib memiliki adalah pendekatan Lingkungan berbasis Amdal tidak
dasar penerbitan
Izin Lingkungan
analisis mengenai dampak deskriptif kualitatif melalui PTSP karena berkiblat pada
dalam rangka lingkungan atau yang sering melalui wawancara kebijakan KemenLHK juga tidak
mewujudkan disebut Amdal. Permasalahan mendalam, studi melalui BKPM - PTSP. b. Kebijakan
Pembangunan dalam penelitian ini adalah proses dokumen, regulasi Peraturan Pemerintah No :
berkelanjutan di Amdal rumit dan memerlukan penyebaran 27 Tahun 2012 tentang Izin
Jawa
waktu lama. Tulisan ini berusaha kuesioner dan Lingkungan terutama pada pasal 25
Tengah. Jurnal
Good
menganalisis kebijakan proses dilakukan Focus ayat 1 perlu direvisi karena
Governance, 14(1). Amdal sebagai dasar penerbitan Group Discussion pengembalian perbaikan dukumen
Izin Lingkungan pada Komisi (FGD). Kesimpulan kerangka Acuan ke KPA batas waktu
Penilai Amdal Provinsi Jawa dari penelitian maksimum 3 (tiga) tahun terlalu lama
Tengah. bahwa kinerja tim dan direvisi menjadi 1(satu) tahun. c.
teknis Komisi Pendekatan Proses Perlu
Penilai Amdal Penyederhanaan Standar Operasion
(KPA) Provinsi Jawa Prosedure (SOP) proses Amdal
Tengah dalam dengan mengintegrasikan Kerangka
menilai Amdal Acuan (KA) dengan Feasibility Study
lebih cepat dari (FS), sehingga proses Amdal menjadi
standar waktu lebih cepat dan aspek lingkungan
yang ditetapkan, sudah menjadi pertimbangan pada
sedangkan kinerja saat penyusunan FS. d. Kinerja tim
konsultan Amdal teknis Komisi Penilai Amdal (KPA)
LPJP/perorangan Provinsi Jawa Tengah dalam menilai

22
sangat lambat dan Amdal lebih cepat dari standard
kurang waktu yang ditetapkan, sedangkan
professional kinerja konsultan Amdal
LPJP/perorangan sangat lambat dan
kurang professional. Apabila dilihat
dari tata waktu penilaian Kerangka
Acuan (KA) 30 hari kerja dan Andal
dan RKL-RPL 75 hari kerja yang
tertuang dalam peraturan
perundangan adalah waktu layanan
maksimal, sehingga waktu yang
diperlukan tergantung Pemrakarsa
atau Konsultan Amdal untuk
mengembalikan hasil revisi ke Tim
Komisi Penilai Amdal.

Lanjutan Tabel 2

7 Indrawati, R. a. Identifikasi komponen . Metode analisis Hasil telaah didapatkan identifikasi * Dosen Fakultas
(2022). Telaah lingkungan yang diperkirakan Metode analisis dampak besar dan penting sebagai Teknik Jurusan
Studi AMDAL
terkena dampak pabrik dilakukan berikut : a. Perkiraan dampak yang Teknik
Pada Tahap
Prakonstruksi
peleburan timah b. Prakiraan dengan timbul akibat studi kelayakan Lingkungan
Pabrik Peleburan dampak terhadap komponen melakukan mempunyai dampak negatif kurang Universitas Islam
Timah (Smelter) lingkungan terutama yang inventarisasi dan penting (-1) dengan besarnya Sultan Agung

23
PT. Laba-Laba menimbulkan dampak besar dan tabulasi dampak sangat kecil (1). 63 b. (UNISSULA)
Multindo penting c. Evaluasi terhadap selanjutnya Pembebasan lahan diperkirakan Semaran
Pangkalpinang
komponen llingkungan yang dianalisis secara pentingnya dampak adalah negatif
Propinsi
Kepulauan
terkena dampak besar dan kuantitatif – kurang penting (-1) dan besarnya
Bangka penting. deskriftif. dampak sangat kecil (1)
Belitung. Jurnal
Lingkungan
Sultan
Agung, 1(1), 53-
63.

8 Siregar, E. B. M. Pencemaran mempunyai Pada penelitian Pada kebanyakan pencemaran e-USU


(2005). kepentingan ekonomi, informasi Ini menggunakan udara, secara sendiri-sendiri atau Repository
Pencemaran
yang tepat mengenai tingkat gas metode survey kombinasi menyebabkan kerusakan ©2005
Udara, Respon
fitotoksik dalam atmosfir yang dan perubahan fisiologi tanaman Universitas
Tanaman, dan
Pengaruhnya tercemar masih kurang (Fitter yang kemudian diekspresikan dalam Sumatera Utara
pada dan Hay, 1994). Pada suatu gangguan pertumbuhan.
Manusia. Karya tempat tertentu, konsentrasi Pencemaran menyebabkan
Ilmiah. Fakultas akan tergantung atas sejumlah perubahan pada tingkatan biokimia
Pertanian
besar faktor-faktor lingkungan sel kemudian diikuti oleh peubahan
Sumatera Utara.
termasuk jarak dari sumber fisiologi pada tingkat individu hingga
pencemar, topografi, altitude tingkat komunitas tanaman.
(ketinggian dari permukaan Pencemaran udara terhadap
laut), pencemar udara, hujan, tanaman dapat mempengaruhi
radiasi matahari, serta arah dan pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan, pertumbuhan akar, dan

24
kecepatan angin. pertumbuhan daun. Gejala yang
sering tampak pada tanaman akibat
pencemaran udara adalah kerusakan
makrokopis daun, kerusakan
khlorofil, dan kerusakan anatomi
daun Timbal bersifat racun terhadap
manusia, karena unsur tersebut
mempengaruhi Ca dan menghalangi
beberapa system enzim. Timbal yang
masuk ke bagian-bagian tubuh
sewaktu-waktu melibatkan fungsi
kinetik yang mencakup absorpsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi.

9 Aminudin, C. Masalah pencemaran udara Untuk kepentingan Berdasarkan uraian pada bagian- JURNAL HUKUM
(2016). membutuhkan respon penulisan ini bagian sebelumnya, dikaitkan LINGKUNGAN
Perkembangan
pengaturan hukum seiring digunakan dengan pokok permasalahan yang VOL. 3 ISSUE 1,
Pengaturan
Kualitas Udara di
dengan meningkatnya tantangan klasifikasi yang dicoba diulas dalam tulisan ini, dapat JULI 2016
Indonesia: dari yang dihadapi. Artikel ini dilakukan oleh disimpulkan beberapa hal sebagai
Pendekatan bertujuan untuk Organization for berikut: a. Evolusi pengaturan
Tradisional Atur menggambarkan perkembangan Economic kualitas udara di Indonesia
dan Awasi ke pengaturan kualitas udara sejak Cooperation and berkembang seiring dengan
arah Bauran
Indonesia merdeka tahun 1945. Development meningkatnya kesadaran dan
Kebajikan. Jurnal
Hukum
Uraian dilakukan berdasarkan (OECD)8 yang perhatian pemerintah serta
Lingkungan hasil analisis yuridis normatif membagi masyarakat terhadap masalah

25
Indonesia, 3(1), terhadap bahan hukum primer instrumen lingkungan hidup termasuk kualitas
1-29. dan sekunder yang berhasil kebijakan udara. Dalam tulisan ini diindikasikan
diinventarisasi. Perkembangan lingkungan dengan bertambahnya jumlah
pengaturan dibagi dalam 5 kurun menjadi 6 jenis peraturan serta perjanjian
waktu. yaitu: atur dan lingkungan internasional yang
awasi (command diratifikasi
and control-CAC),
instrumen b. Instrumen kebijakan yang
ekonomi diterapkan juga semakin berkembang
(economic seiring dengan bertambahnya jumlah
instrument), peraturan. Instrumen kebijakan yang
diatur telah bergeser dari hanya
tanggung gugat
dan kompensasi menggunakan pendekatan tradisional
(liability and command and control ke arah bauran
damage kebijakan (policy mixes) dengan
compensation- menerapkan intrumen liability and
LDC), pendidikan damage compensation, dan
dan informasi instrumen edukasi dan informasi
(education and c. Respon kebijakan yang termuat
information-E&I), dalam peraturan berkembang dari
pendekatan hanya mengatasi tekanan, kepada
sukarela upaya mengatasi kondisi kualitas
(voluntary udara dan pada sebagian dampak.
approachVA), dan Sementara itu, respon terhadap
manajemen serta faktor pemicu dan keseluruhan

26
perencanaan dampak belum banyak terelaborasi.
(management and
planning-M&P).
Selain itu,
kebijakan untuk
merespon
permasalahan
pencemaran udara
yang komprehensif
dapat berupa
respon kebijakan
terhadap faktor
pemicu (driving
forces), kebijakan
untuk mengatasi
tekanan
(pressure),
kebijakan untuk
mengatasi kondisi
kualitas udara
(state), atau
kebijakan untuk
mengatasi dampak
(impact) yang
sudah terjadi.

27
Pendekatan ini
dikenal dengan
nama pendekatan
DPSIR (driving
force –
pressurestate-
impact-response)

10 Yetti, Y. (2007). Tujuan penelitian adalah A. Waktu dan Berdasarkan hasil penelitian EMBARAN
Analisis merumuskan kebijakan AMDAL Lokasi Penelitian diperoleh kesimpulan bahwa PUBLIKASI
Kebijakan Amdal
yang efektif dan efisien dalam Penelitian kebijakan AMDAL Migas yang efektif LEMIGAS YUSNI
dalam Mencegah
Kerusakan
mencegah kerusakan lingkungan dilaksanakan dan efisien dalam mencegah YETTI VOL. 41.
Lingkungan pada pada kegiatan usaha migas Januari- kerusakan lingkungan dilakukan NO. 3,
Kegiatan Usaha September 2007. melalui: peningkatan kualitas DESEMBER
Migas. Lembaran Lokasi penelitian dokumen AMDAL, penguatan hukum 2007: 23 -30
publikasi minyak dilakukan dan kelembagaan AMDAL Migas,
dan gas
dilakukan di serta penyempurnaan prosedur
bumi, 41(3), 23-
30.
Jakarta dengan penyusunan AMDAL Migas. 1.
tujuh dokumen Peningkatan kualitas dokumen
AMDAL dari AMDAL meliputi: peningkatan
tujuh kualitas penyusun AMDAL Migas
perusahaan yang mencakup independensi,
migas. B. kompotensi dan komposisi.
Tahapan Penekanan substansi dokumen
Penelitian AMDAL yang mencakup pelingkupan,

28
Penelitian terdiri kerangkaacuan, ANDAL, RKL dan RPL.
atas empat 2. Penguatan hukum dan
tahap yakni: kelembagaan yang meliputi:
Tahap pertama, penguatan sumber daya manusia
melakukan pada semua level khususnya Komisi
review kebijakan dan Tim Teknis, kontribusi terhadap
AMDAL saat ini PDRB, perbaikan mekanisme
dengan keterlibatan masyarakat. 3.
menggunakan Penyempurnaan prosedur
metode studi penyusunan AMDAL yang meliputi
literatur denga aspek waktu penyusunan dan
persetujuan dokumen serta waktu
pengumuman masyarakat.
Penunjukan pelaksanaan studi
AMDAL oleh lembaga independen.

29
D. Hipotesis

Hipotesis sementara evaluasi masyarakat dan pemerintah di Kecamatan

Banjarmasin barat dilihat dari pemerintah sudah melakukan kesiapsiagaan

yang cukup baik. Edukasi masyarakat tentang pencegahan pencemaran

terhadap lingkungan masih kurang

30
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pemilihan daerah penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Banjarmasin barat, dengan

pertimbangan sebagai berikut :

Kecamatan banjarmasin barat merupakan salah satu daerah yang cukup strategis

untuk perusahaan karet, hal ini karena letak perusahaan akan dekat dengan

transportasi kapal laut

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi untuk penelitian ini yaitu menggunakan populasi seluruh kepala

keluarga di Kecamatan Banjarmasin barat. Pemilihan populasi adalah seluruh

kepala keluarga karena kepala keluarga adalah pengambil keputusan dalam

sebuah keluarga (Kumalawati, Rosalina, 2015).

31
Tabel 3 Kebutuhan dan Sumber Penelitian

no Tujuan jenis data dan kebutuhan data sumber data unit analisis cara analisis
primer Sekunder Skala Tahun keterangan
1 Mengevaluasi kesiapsan a. Survei Data sekunder 2015 1. Wawancara Kecamatan Interpretasi dan
pemekarsa dalam pencegahan lapangan diperoleh dari langsung dengan Deskriptif
pencemaran lingkungan di b. Wawancara Pemerintah penduduk sekitar
kecamatan Banjarmasin barat. Daerah sungai untuk
Provinsi mengetahui
Kalimantan tinggi banjir yang
Selatan mencapai
Kabupaten bangunan rumah
Hulu Sungai warga serta
Tengah waktu terjadi
Kecamatan banjir tiap
Barabai, tahunnya.
berupa data 2. Survei langsung
jumlah dilakukan di
penduduk, daerah sepanjang
luas wilayah, perusahaan karet
data banjir. .

32
Lanjutan Tabel 3
no Tujuan jenis data dan kebutuhan data sumber data unit analisis cara analisis
primer Sekunder Skala Tahun keterangan
Hasil digitasi peta
Peta dasar 02:00.0 2015 Kecamatan
penggunaan lahan
Data sekunder Interpretasi dan
Wawancara analisis spasial
diperoleh dari
Mengevaluasi kesiapsiagaan a. Survei langsung dengan
dinas
2 pemerintah dalam pencegahan lapangan penduduk sekitar Kecamatan
lingkungan
pencemaran lingkungan b. Wawancara perusahaan untuk
hidup kota
mengetahui .
Banjarmasin

33
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang

ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang di ambil dari populasi. Apa yang

dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi

sebab itu sampel yang di ambil dari populasi harus betul betul representative atau

mewakili (Sugiyono, 2013).

Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat dan pemerintah daerah di

Kecamatan Banjarmasin barat. Teknik pengambilan sampel adalah sampel

bertujuan atau purposive sampling .

Jumlah sampel dalam penelitian berdasarkan Tabel Isaac dan Micheal

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Hasil perhitungan pada lampiran 2 menyatakan bahwa jumlah sampel

dalam penelitian ini adalah 366 kepala keluarga.

Tabel 4 populasi dan sampel


Keterangan Jumlah Populasi Jumlah Sampel
Masyarakat
Pemerintah

34
C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Sugiyono (2008) adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga di

peroleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Tabel 5 Variabel Penelitian

Cara
No. Variabel Sub Variabel Indikator Sub Indikator Pengumpulan
Data
1 Kesiapsiagan kesiapsiagaan 1. Pengetahuan 1.) Adanya
Masyarakat masyarakat mengenai penyuluhan
dalam bencan 2.) Sikap
menghadapi 3.) Kepedulian
bencana
banjir

2. Kesepakatan 1.) Tempat


formal dan relokasi aman
informal 2.) Relokasi -Wawancara
yang terjangkau -Observasi
dari -Angket
pemukiman

3. Sumber daya 1.) Manusia


pendukung 2.) Alat

4. Managemant 1.) akses


arah dan menuju jalur
koordinasi dari evakuasi
operasi keadaan 2.) posko
darurat darurat

Lanjutan tabel 5
Cara
No. Variabel Sub Variabel Indikator Sub Indikator Pengumpula
n Data

35
kesiapsiagaan
1.) Bantuan
masyarakat
5. Perlindungan bahan pangan
Kesiapsiagan dalam
1. keselamatan 2.) Tenaga
Masyarakat menghadapi
hidup 3.) Harta
bencana
benda
banjir
4.) System
peringatan
dini

1.) melakukan
sosialisasi
1. Upaya pemerintah 2.)
dalam mengahadapi mengadakan
kesiapsiagaan bencana banjir pelatihan
pemerintah 3.) membuat
Kesiapsiagaan dalam jaringan
2
Pemerintah menghadapi
-Wawancara
bencana
2. Sumber daya 1.)Manusia -Observasi
banjir
pendukung 2.)Alat -Angket

1.) akses
menuju jalur
3. Managemant arah
evakuasi
dan koordinasi dari
2.) posko
operasi keadaan
darurat
darurat
3.) Pembuatan
tanggul

D. Teknik Pengumpulan data

Metode pengumpulan data merupakan satu cara yang digunakan peneliti

untuk suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan peneliti tersebut.

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memproleh

data yang diperlukan, pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting

dalam metode ilmiah (mustopa, 2011). Pengumpulan data dalam penelitian ini

yaitu ada dua macam, data primer dan sekunder.

1. Data primer

36
Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama atau sumber

sumber dasar yang mengadakan pencatatan langsung berdasarkan kejadian atau

pristiwa yang terjadi. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada

penelitian ini adalah :

a. Observasi atau pengamatan

Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang

ada pada objek penelitian (Tika, 2005). Observasi yang dilakukan dalam

penelitian ini di atur terlebih dahulu controlled observasion untuk memahami sifat

sifat umum, aspek aspek penting yang ada pada masyarakat dan pemerintah di

Kecamatan Banjarmasin barat kota banjarmasin dan disesuaikan dengan tujuan.

Tujuan observasi yang dilakukan sebagai berikut :

1. Keadaan penduduk Kecamatan Banjarmasin barat kota banjarmasin

2. Data statistik Kecamatan Banjarmasin Barat

b. Kuesioner

Kuesioner adalah usaha mengumpulkan informasi dan menyampaikan

sejumlah pertanyaan tertulis, untuk dijawab secara tertulis oleh responden. Jenis

pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner ini adalah pertanyaan semi terbuka

yang memberi kebebasan kemungkinan selain jawaban alternatif jawaban yang

sudah tersedia (Rifani, 2013)

Kuesioner dalam penelitian ini adalah sejumlah pertanyaan terbuka

mengenai banjir di Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah, yang

37
dijawab oleh masyarakat, tokoh masyarakat, kader dan kepala Kecamatan

Banjarmasin barat.

c. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya

jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian

(Tika, 2005). Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dalam

bentuk pedoman wawancara yang ditujukan kepada masyarakat dan pemerintah di

Kecamatan Banjarmasin barat.

Tabel 6 Data Primer


No Jenis Data Sumber Data
1. Data 1. Pengetahuan mengenai • Observasi
Primer AMDAL • Wawancara
2. Kesepakan formal dan • Kuesioner
informal
3. Sumber daya
pendukung
4. Managemant arah dan
koordinasi dari operasi
keadaan darurat
5. Perlindungan
keselamatan hidup

2. Data Sekunder

Data sekunder daalam penelitian ini diperoleh secara tidak langsung dari

objek penelitian atau dari studi kepustakaan seperti buku buku literatur, jurnal,

artikel, surat kabar, penelitian terdahulu, publikasi yang relevan dan arsip arsip

atau dokumen dokumen yang terdapat pada instansi atau lembaga atau instansi

instansi terkait yaitu Kepala Desa, BPS (Badan Pusat Statistik) , BPBD (Badan

Penanggulangan Bencana Daerah).

a. Studi Dokumen

38
Studi dokumen yaitu mempelajari dokmen atau data data sekunder yang

ada di perpustakaan, kantor Kecamatan banjarmasin, BPS (Badan Pusat statistik),

BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah). Studi dokumen terdiri dari data

tentang jumlah penduduk, peta administrasi, serta gambaran umum mengenai

penduduk Kecamatan Banjarmasin barat.

b. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data dari perpustakaan yang

digunakan untuk mendapatkan teori teori yang berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan. Metode ini di perlukan untuk menambah dan memperluas wawasan

tentang masalah, konsep konsep penelitian, teori teori penelitia, dan lain lain.

Tabel 7 data sekunder


No Jenis Data Sumber Data
1. Data 1. Peta Administrasi • Badan Pusat Statistik (BPS)
Sekunder 2. RKL dan RPL • Bencana Daerah (BPBD)
perusahaan
3. Jumlah Penduduk
4. Luas wilayah
5. Keadaan penduduk

E. Teknik Pengolahan Data


a. Editing

Editing/pengeditan adalah pemeriksaan atau koreksi data yang telah

dikumpulkan (Ngadiyana dkk dalam Salamah, 2014).

Kegiatan dalam langkah penelitian ini adalah:

1) Mengecek nama atau kelengkapan identitas pengisi,

2) Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa instrumen pengumpul data.

3) Mengecek macam isian data.

b. Coding

39
Coding/ pengkodean adalah pemberian kode-kode tertentu pada tiap-tiap data

termasuk pemberian kategori untuk data yang sama, kode adalah simbol tertentu

dalam bentuk huruf atau angka untuk memberikan identitas data(Tim Dosen

Pendidikan Geografi, 2011).

c. Scoring

Scoring/ pemberian skor adalah pemberian skor pada masing –masing

kode/simbol. Kode dapat memberikan makna dalam bentuk skor selanjutnya

dapat ditransformasi menjadi data kuantitatif dalam skala pengukuran (Tim

DosenPendidikanGeografi, 2011).

Aturan sturges digunakan klasifikasi scor atau nilai masing-masing alternatif

pertanyaan “setuju atau sangat setuju” dari responden dengan penentuan skor

setiap jawaban. Aturan Sturges menurut (Usman, 2006) menggunakan rumus

yang disajikan sebagai berikut:

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = 1 + (3,3) log 𝑛

𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟−𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙


𝑝= 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠

d. Tabulation

Tabulating/ tabulasi adalah proses pembuatan tabel untuk menyajikan data

yang telah diolah sesuai kebutuhan analisis(Tim Dosen Pendidikan Geografi,

2011). Kegiatan tabulasi sebagai berikut:

1) memberikan tanda cheklis,

2) mengubah jenis data, disesuaikan atau dimodifikasi dengan teknis analisis

yang digunakan.

F. Teknik Analisis Data

40
Analisis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan analisis kuantitatif yang hasilnya dapat berupa persentase. Dimana

disini peneliti menyertakan kuisioner sebagai bahan pertimbangan untuk

mendapatkan hasil dari penelitian.

Penelitian disini digunakan untuk mendapatkan tingkat kesiapsiagaan

masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi bencana banjir di Kecamatan

Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Berdasarkan data tabulasi frekuensi

jawaban dari kuesioner selanjutnya selanjutnya akan di hitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

a. Teknik persentase (%)

Teknik persentase digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase

jawaban responden dari kuisioner yang diberikan. Teknik persentase menurut

Warsito, 1992 dalam Lestari, 2012 menggunakan rumus yang disajikan sebagai

berikut:

𝑓
𝑝= 𝑥100%
𝑛

Keterangan:

P = Angka persentase (Sudijono, 2008 dalam lestari, 2012)

N = Jumlah frekuensi/banyaknya individu

F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

100% = Konstanta

b. Menghitung banyak kelas dengan menggunakan aturan sturges, yaitu:

Banyak kelas = 1+3, 3log n

(Usman dan Akbar, 2012)

41
n = banyaknya data, hasil akhirnya dibulatkan. Banyaknya kelas paling

sedikit 5 kelas dan paling banyak 15 kelas, di pilih menurut keperluannya.

c. Penentuan klasifikasi kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah dengan

menggunakan rumus

𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑝=
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠

d. Uji Instrumen Penelitian

a. Uji validitas

Uji Validitas digunakan untuk menguji butir pertanyaan yang ada pada

kuessioner, tujuannya untuk mengetehui butir pertanyaan tersebut layak atau tidak

untuk digunakan. Uji Validitas menggunakan rumus Korelasional Product

Moment.

Rumus korelasi Product Moment tersebut adalah sebagai berikut

(Arikunto, 2006).

N  XY - ( X )( Y )
rxy =
N  X 2

− ( X ) N  Y 2 − ( Y )
2 2

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara x dan y

X : skor butir

Y : skor total

N : ukuran data

b. Uji reliabilitas

42
Reliabilitas menunjuk kepada keajegan pengukuran. Keajegan suatu hasil

tes adalah apabila dengan tes yang sama diberikan kepada kelompok siswa yang

berbeda, atau tes yang berbeda diberikan pada kelompok yang sama akan

memberikan hasil yang sama. Jadi, berapa kalipun dilakukan tes dengan

instrumen yang reliabel akan memberikan data yang sama. Untuk memperoleh

reliabilitas butir soal kuessioner digunakan rumus Alpha Cronbach yaitu

(Arikunto, 2006):

k   b 
2
r11 =   1 − 
 k − 1   t2 

Keterangan :

r11 = Koefisien reliabilitas instrumen yang dicari

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

 2
b = Jumlah variansi skor butir soal ke-i

i = 1, 2, 3, 4, …n

 t2 = Variansi total

Nilai r yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan rumus Alpha Cronbach

kemudian akan dikonsultasikan dengan harga r tabel dengan  = 0,05 dan

dk = N-2 (N = banyaknya siswa). Bila rhit> rtab maka instrumen dinyatakan

reliabel. Sedangkan untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas instrumen

digunakan kategori sebagai berikut (Arikunto, 2003):

43
G. Diagram Alir

Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup da n
Kehutanan
NomorP.26/MENLHK/ SETJ
EN/KUM.1/7/2018

pembuat an RKL dan


RPL per usahaan
karet

panduan rencana
pemantauan
pelaksanaan rkl dan pengelolaan
pelaksanaan rpl
rpl lingkungan

rekomendasi
kepada perusahaan
karet

Gambar 4 Diagram Alir Penelitian

44
DAFTAR PUSTAKA

Astono, A. (2019). PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENGAWASAN


TERHADAP INDUSTRI KARET SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN
PENCEMARAN AIR SUNGAI KAPUAS KOTA PONTIANAK (STUDI KASUS
PT. KOTA NIAGA RAYA) (Doctoral dissertation, UAJY).
Lia Fadjriani, S. H., & No, M. J. S. I. (2005). Kepatuhan dan Penegakan Hukum Yang
Berkaitan Dengan AMDAL, UKL dan UPL di Kota Padang.
PRADITA, J. K. PENGAWASAN TERHADAP PELAKSANAAN DOKUMEN AMDAL
PERUSAHAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 32 TAHUB 2009 JO PERATURAN PEMERINTAH NOMOR
27 TAHUN 2012 DI KABUPATEN MEMPAWAH. Jurnal Hukum Prodi Ilmu
Hukum Fakultas Hukum Untan (Jurnal Mahasiswa S1 Fakultas Hukum)
Universitas Tanjungpura, 3(4).
Raharjo, M. (2014). Memahami AMDAL edisi 2. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Sadewa, W. R. (2022). ASPEK HUKUM PENCEGAHAN PENCEMARAN AKIBAT
KEGIATAN USAHA PENGELOLAAN KARET MELALUI INSTALASI
PENGELOLAAN AIR LIMBAH (IPAL) DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(STUDI KASUS PT. INDOLATEX JAYA ABADI) (Doctoral dissertation,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta).
Yakin, S. K. (2017). Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) sebagai instrumen
pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan. Badamai Law
Journal, 2(1), 113-132.
Yetti, Y. (2007). Analisis Kebijakan Amdal dalam Mencegah Kerusakan Lingkungan
pada Kegiatan Usaha Migas. Lembaran publikasi minyak dan gas bumi, 41(3),
23-30.

Yusni yeti,Analisis Kebijakan Amdal dalam Mencegah Kerusakan Lingkungan pada


Kegiatan Usaha Migas (2007)

45

Anda mungkin juga menyukai