Anda di halaman 1dari 6

TUGAS FILSAFAT HUKUM

Oleh
Indra Wahyu Surasto
23050010

SEKOLAH TINGGI HUKUM MILITERPROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM KESEHATAN


TA. 2023
PERLINDUNGAN DAN DASAR HUKUM APOTEKER SEBAGAI KEPALA INSTALASI FARMASI GUNA
MENDUKUNG TUGAS POKOKNYA DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT
PEMERINTAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Apoteker merupakan gelar profesi bagi seseorang yang telah menempuh pendidikan profesi
apoteker dan mengucapkan sumpah profesi apoteker. Rumah sakit merupakan suatu fasilitas
pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan, oleh karena itu
pelayanan yang berkualitas merupakan suatu keharusan dan mutlak dipenuhi oleh suatu rumah
sakit. Rumah sakit memiliki beberapa unit pelayanan seperti rawat inap, rawat jalan, instalasi
farmasi dan unit penunjang lain yang saling berkaitan dalam usaha preventif, curative dan
rehabilitative.

Pada PMK No. 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di umah Sakit pasal 6
ayat 3 menyebutkan instalasi farmasi dipimpin oleh apoteker sebagai penanggung jawab. Sedangkan
pernah terjadi kasus pada RSUD MOEWARDI Surakarta, Jawa Tengah yang mengangkat seorang
dokter sebagai Kepala Instalasi Farmasi di RS tersebut. Sehingga menurut kami perlu dapatnya
dilakukan pengaturan dan pembahasan lebih lanjut berdasarkan tata aturan perundangan yang ada
agar tidak terjadi kembali pengangkatan jabatan dalam instansi pemerintahan yang tidak sesuai
dengan Tupoksi Profesi yang telah diatur dalam aturan yang berlaku.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana dapat terjadi pengangkatan jabatan kepala instalasi farmasi dijabat oleh bukan
Apoteker ?

b. Bagaimana Peran PMK No. 58 tahun 2014 Tentang Pelayanan Kefarmasian sebagai dasar
pengambilan kebijakan di bidang Farmasi ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Untuk dapat dijadikan dasar perlindungan hukum dan pengambilan kebijakan dalam
pengangkatan jabatan di bidang pelayanan kefarmasian.

b. untuk mengetahui pelaksanaan perlindungan hukum terhadap apoteker di instalasi farmasi


Rumah sakit Pemerintah.
D. Kerangka Teori

Apoteker merupakan gelar profesi bagi seseorang yang telah menempuh pendidikan profesi
apoteker dan mengucapkan sumpah profesi apoteker.

Rumah sakit merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan
rawat inap dan rawat jalan, oleh karena itu pelayanan yang berkualitas merupakan suatu keharusan
dan mutlak dipenuhi oleh suatu rumah sakit. Rumah sakit memiliki beberapa unit pelayanan seperti
rawat inap, rawat jalan, instalasi farmasi dan unit penunjang lain yang saling berkaitan dalam usaha
preventif, curative dan rehabilitative.

E. Definisi Konsep

F. Metode Penelitian

Metode Penelitian ini menggunakan konsep metode deskriftif yaitu dengan memnganalisis
terhadap tinjauan pustaka yang ada mengenai pelayanan kefarmasian dengan analisa masalah yang
terjadi.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan suatu penjabarab secara deskriftif tentang hal-hal yang
ditulis

BAB I Pendahuluan

Membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah atau
ruang lingkup, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pengertian-penegertian dan
terakhir sistematika penulisan

BAB II Landasan Teori

Mendeskripsikan pernyataan atau asumsi secara eksplisit terhadap sebuah teori yang akan
dilakukan evaluasi dan penelitian kritis

BAB III Hasil Penelitian

Uraian tentang data dan temuan yang di peroleh dengan menggunakan metode dan
prosedur yang di uraikan dalam metode pengumpulan data. Uraian ini terdiri atas paparan data yang
diperoleh dan sajikan dengan topik sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian dan hasil
analisis data

BAB IV Analisis dan Pembahasan

proses yang dilakukakan seperti pemeriksaan, pembersihan, transformasi, dan juga


pemodelan data dengan memiliki tujuan untuk dapat menemukan informasi yang berguna dan
untuk menginformasikan sebuah kesimpulan yang mendukung dalam melakukan pengambilannya.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pekerjaan Kefarmasian

Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi,


pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional.

Sumber Daya Manusia Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker,


dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki Surat
Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja.

Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan perbekalan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Apoteker mempunyai tugas pokok melaksanakan pekerjaan kefarmasian yang meliputi
penyiapan rencana kerja kefarmasian, pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan farmasi klinik, dan
pelayanan farmasi khusus.

B. Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang
bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya
manusia, sarana, dan peralatan.

Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk


mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah Obat dan masalah yang berhubungan
dengan kesehatan.

C. Keselamatan Pasien (Pasien Safety)

Tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit:

1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.

2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.

3) Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.

Tujuh Standar Keselamatan Pasien :

Hak pasien

- Mendidik pasien dan keluarga


- Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
- Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
- Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
- Mendidik staf tentang keselamatan pasien
- Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Tujuh Langkah Keselamatan Pasien :

- Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien


- Memimpin dan mendukung staf
- Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
- Mengembangkan sistem pelaporan
- Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
- Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
- Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

Enam Sasaran Keselamatan Pasien :

- Ketepatan identifikasi pasien


- Peningkatan komunikasi yang efektif
- Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-allert)
- Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat pasien operasi
- Pengurangan risiko infeksi tekait pelayanan kesehatan
- Pengurangan risiko pasien jatuh

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Penelitian

B. Pengelolaan Data dan Literasi

C. Perbandingan Hasil

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Literasi

B. Pembahasan

C. Buat Judul sub Bab IV


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai