Anda di halaman 1dari 55

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... v
BAB I - PENDAHULUAN .............................................................................................................. 6
A. Latar Belakang................................................................................................................... 6
B. Potensi dan Permasalahan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama............................ 12
BAB II - VISI, MISI, DAN TUJUAN .............................................................................................. 17
A. Visi Direktorat Sekolah Menengah Pertama .................................................................. 17
B. Misi Direktorat Sekolah Menengah Pertama ................................................................. 18
C. Tata Nilai Direktorat Sekolah Menengah Pertama ......................................................... 18
D. Tujuan Direktorat Sekolah Menengah Pertama ............................................................. 21
E. Sasaran Kegiatan Direktorat Sekolah Menengah Pertama ............................................ 22
F. Perspektif Kebijakan ....................................................................................................... 22
BAB III - ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN . 27
A. Arah Kebijakan dan Strategi ........................................................................................... 27
B. Kerangka Regulasi ........................................................................................................... 31
C. Kerangka Kelembagaan .................................................................................................. 34
D. Struktur Organisasi ......................................................................................................... 35
E. Reformasi Birokrasi......................................................................................................... 35
BAB IV - TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ......................................................... 38
A. Target Kinerja ................................................................................................................. 38
B. Kerangka Pendanaan ...................................................................................................... 41
BAB V - PENUTUP .................................................................................................................... 42
LAMPIRAN............................................................................................................................... 43

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tujuan Direktorat Sekolah Menengah Pertama tahun 2020-2024 .............................................. 22


Tabel 2 Sasaran Kegiatan Direktorat Sekolah Menengah Pertama Tahun 2020 - 2024 ........................... 22
Tabel 3 Kebijakan dan Strategi Meningkatkan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Berdaya Saing .. 28
Tabel 4 Kebikana dan Strategi Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan ................................... 29
Tabel 5 Kerangka Regulasi ........................................................................................................................ 32
Tabel 6 Area Pengungkit Pembangunan ZI-WBK ...................................................................................... 36
Tabel 7 Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat SMP, Tahun 2020 – 2021.............. 39
Tabel 8 Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat SMP, Tahun 2022 – 2024.............. 40
Tabel 9 Kerangka Pendanaan Rencana Strategis Direktorat SMP, Tahun 2021 dan 2022 ....................... 41
Tabel 10 Kebutuhan Pendanaan Direktorat SMP, Tahun 2023 - 2024 ..................................................... 41

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) jenjang SMP dan Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13-
15, Tahun 2015-2021 .................................................................................................................................. 8
Gambar 2 Sebaran Capaian Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13-15, Tahun 2021 ...................................... 8
Gambar 3 Tren Nilai dan Peringkat PISA Indonesia dari Tahun 2000-2018 ............................................... 9
Gambar 4 Persentase Sekolah dengan Akreditasi Minimal B, Tahun 2015-2019 .................................... 10
Gambar 5 Anggaran Pendidikan Pusat dan Daerah Tahun 2015-2021 (dalam Triliun Rupiah) ................ 11
Gambar 6 Hasil Tes PISA Indonesia........................................................................................................... 13
Gambar 7 Tren Kemampuan Membaca Siswa Indonesia ......................................................................... 14
Gambar 8 Data Murid Korban Perundungan (Bully)................................................................................. 15
Gambar 9 Dimensi-Dimensi Profil Pelajar Pancasila................................................................................. 23
Gambar 10 Struktur Organisasi Direktorat SMP ....................................................................................... 35

v
BAB I - PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian dari
komponen pembangunan yang menjadi tumpuan dasar dari berbagai cita-cita bangsa. Hal
tersebut tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional T ah u n 2005-2025, Visi Misi Presiden
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional T ah u n 2020-2025, dan Visi
Indonesia 2045, sebagai berikut:
• Cita-cita dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah “... memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial...”;
• RPJPN 2005-2025 memiliki visi “...terciptanya manusia yang sehat, cerdas, produktif,
dan berakhlak mulia dan masyarakat yang makin sejahtera dalam pembangunan
yang berkelanjutan ... persatuan bangsa yang dijiwai oleh karakter yang tangguh
dalam wadah NKRI”;
• Dua dari sembilan misi presiden yaitu: Peningkatan kualitas manusia Indonesia dan
kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
• Sasaran pembangunan RPJMN 2020-2025 adalah “masyarakat Indonesia yang
mandiri, maju, adil, dan makmur ... keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang
didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing”; serta
• Salah satu dari empat pilar Visi Indonesia 2045 yaitu “Pembangunan Manusia serta
Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”.
Kemampuan suatu bangsa untuk menjadi sejahtera, cerdas serta berdaya saing di tengah
isu globalisasi dan unggul dalam penguasaan inovasi teknologi akan bertumpu pada
kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM ini tidak hanya terbatas pada
kecerdasan dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan sains, tetapi juga
pembangunan SDM yang berakhlak mulia, berkarakter kuat, toleran, mandiri, bernalar
kritis, kreatif, dan selalu siap bekerja sama.
Kaitannya dengan upaya nasional dalam pembangunan manusia, perhatian khusus perlu
diberikan pada agenda pengarusutamaan kebudayaan. Oleh karena itu, landasan untuk
pembangunan SDM tersebut harus melalui pendekatan pemajuan kebudayaan yang
sifatnya tidak hanya melestarikan budaya tradisi, tetapi juga memajukannya melalui
interaksi antarbudaya untuk memperkaya keanekaragaman yang menyejahterakan,
mencerdaskan, dan mendamaikan, sebagaimana Visi Kebudayaan Indonesia 2040, hasil
dari Kongres Kebudayaan Indonesia 2018.

vi
Dalam rangka mewujudkan cita-cita yang diharapkan dari pembangunan pendidikan,
kebudayaan, riset dan teknologi, maka Kemendikbudristek melalui Direktorat Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan
Dasar, dan Pendidikan Menengah (Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen) harus mengelola
kesinambungan dari upaya-upaya pembangunan yang telah, sedang dan akan dilakukan.
Merujuk pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
bahwa urusan bidang pendidikan dan kebudayaan merupakan urusan konkuren, yaitu
urusan yang dibagi antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Untuk itu,
Direktorat SMP, Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen perlu menerjemahkan upaya-upaya
tersebut dalam dokumen kebijakan jangka menengah, yakni dalam dokumen Renstra.
Dokumen Renstra Direktorat SMP, Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen dimaksud akan
menjadi haluan bagi strategi pembangunan pendidikan jenjang SMP baik bagi 34 provinsi
dan 514 kabupaten/kota, maupun pemangku kepentingan lainnya.
Dokumen Renstra Direktorat SMP Tahun 2020-2024 ini merupakan penyempurnaan dan
penyesuaian menyikapi restrukturisasi fungsi pada Kemdikbudristek. Selain untuk
menjabarkan tugas dan kewenangan baru tersebut, penyempurnaan Renstra juga
dilakukan untuk mempertajam strategi dan upaya-upaya dalam menanggulangi dampak
pandemi Covid-19. Covid-19 yang merebak di awal tahun 2020 telah menyebabkan 10 juta
anak usia SMP tidak dapat melakukan pembelajaran secara optimal di sekolah. Maka,
perubahan Renstra ini juga akan membawa upaya-upaya menekan dampak turunnya
kualitas belajar siswa yang disebabkan proses belajar mengajar yang tidak optimal selama
pandemi. Upaya ini akan dilakukan – salah satunya dengan melakukan akselerasi
transformasi pendidikan. Transformasi pendidikan ini diharapkan membuka kesempatan
bagi semua satuan pendidikan, guru dan peserta didik dapat secara mandiri melakukan
proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
Renstra Direktorat SMP, Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen 2020-2024 ini disusun sesuai
dengan pedoman teknis penyusunan Renstra Kementerian/Lembaga yang diatur oleh
Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024. Renstra ini lebih mengkristalkan peran
Direktorat SMP, Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen ke Kementerian dalam mendukung
tercapainya visi dan misi Presiden serta Wakil Presiden.

7
Kondisi Umum Pendidikan Sekolah Menengah Pertama dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Akses

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015-2021

Gambar 1 Capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) jenjang SMP dan Angka Partisipasi
Sekolah (APS) 13-15, Tahun 2015-2021

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2021

Gambar 2 Sebaran Capaian Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13-15, Tahun 2021

Terjadi pola penurunan juga terjadi pada APK SMP, sehingga pengukuran ketercapaian
akses pada jenjang SMP/Sederajat akan lebih akurat apabila menggunakan APS usia 13-
15 tahun. Pada periode tahun 2015-2021, APS usia 13-15 mengalami peningkatan dari
94,72 menjadi 95,99 persen. Capaian APS tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar
anak usia 13-15 tahun telah mengenyam pendidikan. Namun, karena masih terdapat 4,01
persen anak usia 13-15 tahun yang belum mengenyam pendidikan perlu dipertimbangkan
daerah-daerah yang belum terjangkau oleh layanan pendidikan pada jenjang usia
tersebut. Hal ini diperkuat dengan adanya disparitas antarkondisi kelompok ekonomi,
khususnya penduduk pada kuintil termiskin.
8
Selain dukungan terhadap kelompok ekonomi termiskin, dukungan terhadap pendidikan
inklusi bagi anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah regular.
2. Mutu
Dalam rangka mengukur capaian mutu pada periode tahun 2020-2024, Direktorat SMP,
Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen menggunakan alat ukur yaitu akreditasi hasil capaian
jangka menengah periode sebelumnya 2015-2019, asesmen nasional serta nilai hasil uji
Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018.

493 499 498


487 489 489

Rangking 72 dari 77 Rangking 70 dari 78


Rangking 72 dari 78
dengan 70% peserta dibawah dengan 60% peserta dibawah
dengan 71% peserta dibawah
kompetensi minimal
kompetensi minimal 101 kompetensi minimal 93
129 122 139 115

393 396
371 371 379
360

2000 2003 2006 2009 2012 2015 2018 2003 2006 2009 2012 2015 2018 2006 2009 2012 2015 2018
Membaca Matematika Sains

Sumber: OECD, 2019

Gambar 3 Tren Nilai dan Peringkat PISA Indonesia dari Tahun 2000-2018

Sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 1.3, Indonesia menduduki peringkat yang rendah
dalam hasil tes PISA tahun 2018. Untuk bidang matematika, misalnya, Indonesia
berperingkat 72 (tujuh puluh dua) dari 78 (tujuh puluh delapan) negara yang berpartisipasi
dalam PISA. Hasil yang kurang lebih sama ditunjukkan untuk tes sains dan membaca. Nilai
tes PISA Indonesia juga memperlihatkan tren stagnan. Tidak ada lonjakan peningkatan
nilai selama periode 18 (delapan belas) tahun. Namun demikian, selisih nilai peserta didik
Indonesia dengan rerata nilai peserta didik negara-negara maju yang terhimpun dalam
OECD menunjukkan tren pengurangan untuk semua bidang yang diujikan. Contohnya,
selisih nilai matematika peserta didik Indonesia dengan negara-negara OECD sebesar 139
(seratus tiga puluh sembilan) poin pada tahun 2000. Selisih nilai itu berkurang menjadi 115
(seratus lima belas) poin pada tahun 2018. Capaian Indonesia yang kurang memuaskan ini
dapat disebabkan oleh beragam perihal, seperti disparitas mutu pendidikan secara
geografis, keadaan sosio-ekonomi siswa, dan kurangnya sarana prasarana pendidikan.
Harus diakui masih banyak yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peringkat dan nilai
Indonesia. Berkenaan dengan hasil non-akademik, seperti pendidikan sikap dan perilaku,
data yang dimiliki Kemendikbudristek juga menunjukkan perlunya perbaikan.

9
Sumber: BAN-S/M, 2015-2019
Gambar 4 Persentase Sekolah dengan Akreditasi Minimal B, Tahun 2015-2019

Akreditasi mengukur bagaimana satuan pendidikan memenuhi Standar Nasional


Pendidikan. Selama periode sebelumnya tahun 2015-2019, jumlah satuan pendidikan
terakreditasi minimal B di seluruh jenjang meningkat rata-rata 44,2 persen.
3. Tata Kelola
a). Anggaran Pendidikan
Salah satu hal kunci dalam tata kelola pendidikan adalah bahwa urusan pendidikan
merupakan salah satu urusan yang kewenangannya dilimpahkan ke daerah. Walaupun
UUD 1945 telah menggariskan bahwa dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dialokasikan untuk pendidikan, lebih dari enam puluh persen
anggaran tersebut adalah anggaran yang dikelola oleh daerah.
Direktorat SMP, Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen sebagai bagian dari kementerian teknis
di bidang pendidikan terus mengembangkan mekanisme tata kelola untuk meyakinkan
daerah agar menggunakan anggaran pendidikan yang dikelolanya untuk mendukung
program prioritas pemerintah.

10
Sumber: Perpres Tentang Rincian APBN, 2015-2021

Gambar 5 Anggaran Pendidikan Pusat dan Daerah Tahun 2015-2021 (dalam Triliun Rupiah)

Terdapat berbagai instrumen yang dapat digunakan untuk mengelola dana transfer ke
daerah, dua diantaranya, adalah Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus
(DAK). DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan untuk
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU dikelola sebagai unconditional
transfer untuk menutup kesenjangan kapasitas fiskal daerah. Untuk DAU pendidikan,
sebagian besar dana (± 80%) digunakan untuk belanja gaji bagi guru, tenaga pendidikan,
serta aparat organisasi perangkat daerah di bidang pendidikan. Kondisi ini menyebabkan
keterbatasan pusat untuk mempengaruhi daerah dalam mengelola pembelanjaan DAU.
Oleh karena itu digunakan Kebijakan DAK untuk mengendalikan belanja pendidikan di
daerah. DAK adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Kebijakan DAK dibagi menjadi dua yaitu DAK fisik dan DAK non fisik. DAK fisik adalah dana
yang dialokasikan dalam APBN kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus fisik yang merupakan urusan daerah dan bersesuaian dengan
program prioritas nasional seperti rehabilitasi, penambahan fasilitas, dan pembelian aset
pendukung pembelajaran. Sementara itu, DAK non fisik digunakan untuk Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) dan BOP PAUD/Kesetaraan.
b). Transparansi dan akuntabilitas
Selanjutnya, untuk memastikan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien,
Direktorat SMP juga menerapkan pelaksanaan reformasi birokrasi yang mencakup 6
(enam) area pengungkit, yakni manajemen perubahan, penataan tatalaksana, sistem
manajemen SDM, penguatan akuntabilitas, pengawasan, serta pelayanan publik.

11
Salah satu potensi untuk meningkatkan Indeks Reformasi Birokrasi dan layanan publik
Kemendikbudristek dapat dilakukan dengan mengembangkan Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik (SPBE) dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan efisiensi tata
kelola, seperti: otomatisasi persuratan, pengadaan barang dan jasa, dan proses
kepegawaian, serta penguatan layanan publik melalui ULT laman dan media sosial untuk
mengakomodasi layanan informasi dan pengaduan.
Sementara sebagai sistem pertanggungjawaban kinerja secara keseluruhan maka Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) juga dilaksanakan mulai di tingkat eselon
2, sebagai pemenuhan akuntabilitas satuan kerja pemerintah mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, hingga evaluasi pada tahun anggaran berjalan.
Yang dimaksud dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah
rangkaian sistematik dari berbagai komponen, alat, dan prosedur yang dirancang untuk
mencapai tujuan manajemen kinerja yaitu perencanaan, perjanjian kinerja dan
pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan laporan kinerja
pada instansi pemerintah dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja.
Tujuan dari pelaksanaan SAKIP adalah:
1. Perencanaan lebih berorientasi kinerja dengan skenario evaluasi keberhasilan;
2. Pelaporan lebih berorientasi pada hasil dan sesuai tanggungjawab pada tingkatan
unit pelapor;
3. Menyelaraskan dan pengintegrasian manajemen keuangan dan manajemen
kinerja (penganggaran berbasis kinerja);
4. Mendorong pimpinan melakukan monitoring dan pengendalian.
Berdasarkan hasil evaluasi akuntabilitas kinerja, tingkat penerapan akuntabilitas kinerja
SAKIP tahun 2021, maka Direktorat SMP masuk dalam kategori A dengan nilai 81,82
dengan interpretasi: memuaskan, memimpin perubahan, berkinerja tinggi, dan sangat
akuntabel.

B. Potensi dan Permasalahan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama.


1. Hasil pembelajaran masih rendah
Hasil pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah termasuk pada jenjang sekolah
menengah pertama masih menunjukkan hasil yang belum optimal, khususnya bila
dibandingkan dengan salah satu hasil asesmen internasional, yakni Programme for
International Student Assessment (PISA). Indonesia menduduki peringkat yang rendah
dalam hasil tes PISA tahun 2018. Menurut data Organisation for Economic Co-operation
and Development (OECD), hasil PISA menunjukkan bahwa skor membaca Indonesia ada di
peringkat 72 dari 77 negara, skor matematika ada di peringkat 72 dari 78 negara, dan skor
sains ada di peringkat 70 dari 78 negara.
Tidak ada lonjakan peningkatan nilai selama periode 18 tahun (Tahun 2000-2018). Namun
12
demikian, selisih nilai siswa Indonesia dengan rerata nilai siswa negara-negara maju yang
terhimpun dalam OECD menunjukkan tren pengurangan untuk semua bidang yang
diujikan. Misalnya, selisih nilai matematika siswa Indonesia dengan negara-negara OECD
sebesar 139 poin pada tahun 2000. Selisih nilai itu berkurang menjadi 115 poin pada
tahun 2018, yang berarti terjadi peningkatan beberapa poin.

Sumber : OECD, 2019


Gambar 6 Hasil Tes PISA Indonesia
Salah satu upaya yang dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan hasil pembelajaran
yang masih rendah, yaitu dengan peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran
(softskill, 6 literasi dasar, dan kompetensi abad ke-21) melalui peningkatan 6 literasi
dasar, yaitu Literasi Baca Tulis, Numerasi, Literasi Sains, Literasi Finansial, Literasi Digital,
serta Literasi Budaya dan Kewargaan. Pada direktorat SMP diupayakan melalui program
pembinaan asesmen kompetensi numerasi dan literasi, serta pembinaan pada SMP yang
menerapkan kurikulum yang berlaku serta pembinaan kinerja (scorecard).
Pada tahun 2021 dilaksanakan program Asesmen Nasional (AN) sebagai upaya perbaikan
program UN, AN lebih fokus pada kompetensi dasar literasi, numerasi, dan sains. Tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan mengevaluasi kinerja
satuan pendidikan dan sekaligus menghasilkan informasi untuk perbaikan kualitas
belajar-mengajar, yang kemudian diharapkan berdampak pada karakter dan kompetensi
siswa.
2. Terdapatnya disparitas mutu pendidikan secara geografis
Capaian Indonesia pada hasil pembelajaran yang masih rendah, dapat disebabkan oleh
beragam perihal, salah satunya yaitu disparitas mutu pendidikan secara geografis serta
keadaan sosio-ekonomi siswa. Hal ini dapat dilihat pada perbedaan skor kemampuan
membaca siswa Indonesia di berbagai daerah.

13
Grafik disamping adalah data dari Puspendik Balitbang (2019) menunjukkan bahwa tren
kemampuan membaca siswa Indonesia di berbagai lokasi (pedesaan, kota kecamatan,
kota kabupaten, ibukota provinsi, dan kota besar) memiliki tren membaca yang
bervariasi. Tren kemampuan
membaca siswa yang bersekolah
di pedesaan konsisten lebih
rendah dibandingkan dengan
siswa di kawasan lain. Sementara
kemampuan kelompok siswa di
ibu kota provinsi cenderung stabil,
tidak dipengaruhi peningkatan
angka cakupan populasi PISA.
Salah satu upaya yang dilakukan
dalam menyelesaikan
Sumber : Puspendik Balitbang (2019) permasalahan disparitas mutu
pendidikan secara geografis, yaitu
dengan upaya peningkatan
Gambar 7 Tren Kemampuan Membaca Siswa pemerataan akses dan mutu
Indonesia pendidikan jenjang SMP di seluruh
wilayah Indonesia, melalui berbagai program pendukung, seperti kebijakan pembinaan
afirmasi (daerah 3T) dan Community Learning Center (CLC).
3. Belum semua sekolah menggunakan TIK sebagai sarana penunjang pembelajaran
Dalam menjawab kebutuhan meningkatkan daya adaptasi mutu sumber daya insani,
maka penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas haruslah ditunjang dengan fasilitas
sarana belajar yang memadai dalam kaitannya pemenuhan standar nasional pendidikan
di bidang sarana. Ketersediaan sarana pada dasarnya untuk membantu mewujudkan
kompetensi siswa yang adaptif dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu berkaitan
dengan konteks keterampilan abad 21, peran TIK sangat penting dalam menunjang
penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas.
Direktorat SMP berupaya menyediakan sarana penunjang pembelajaran di sekolah
berupa bantuan peralatan TIK ke SMP yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu
kabupaten/kota juga didorong untuk mengusulkan sekolah yang belum mempunyai
peralatan TIK sebagai pembelajaran melalui DAK Fisik.

14
4. Terjadi perundungan di lingkungan sekolah (menciptakan lingkungan kondusif di sekolah)
Data hasil riset Programme for International Students Assessment (PISA) 2018
menunjukkan murid yang mengaku pernah mengalami perundungan (bullying) di
Indonesia sebanyak 41,1%. Angka murid korban bully ini jauh di atas rata-rata negara
anggota OECD yang hanya
sebesar 22,7%. Selain itu,
Indonesia berada di posisi
kelima tertinggi dari 78 negara
sebagai negara yang paling
banyak murid mengalami
perundungan (Sumber OECD,
2019).
Salah satu upaya yang dapat
dilakukan dalam mengatasi
permasalahan perundungan
yaitu dilaksanakannya program
Sumber : OECD, 2019
Penguatan Pendidikan Karakter
melalui Pembiasaan dan
Keteladanan. Hal ini dilakukan Gambar 8 Data Murid Korban Perundungan (Bully)
supaya tercipta sekolah yang memiliki lingkungan kondusif dalam pembangunan karakter.
Proses pembiasaan, keteladanan dan penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif bagi
pertumbuhan dan pembinaan akhlak mulia dilakukan dengan adanya pembinaan
ekstrakurikuler, materi webinar anti perundungan, serta pembiasaan hidup bersih dan
sehat.
5. Belum optimalnya Tata Kelola Pendidikan di sekolah
Tata kelola pendidikan masih belum dijalankan secara optimal sehingga berpengaruh
terhadap hasil pembelajaran. Sebagai upaya dalam memperbaiki tata kelola pendidikan,
Direktorat SMP melaksanakan berbagai program yang menunjang perbaikan tata kelola
pendidikan di sekolah. Beberapa diantaranya, yaitu : pelaksanaan pendampingan Sekolah
Penggerak serta pendampingan program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), dan
pengoptimalan data pokok pendidikan SMP yang akurat, terbarukan serta berkelanjutan.
6. Tata kelola dan sistem pengendalian manajemen di lingkungan Direktorat SMP perlu
ditingkatkan
Sebagai upaya untuk meningkatkan tata kelola dan sistem pengendalian manajemen di
lingkungan Direktorat SMP perlu dilakukan optimalisasi akuntabilitas kinerja yang terdiri
dari Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja, Evaluasi Kinerja dan
Pencapaian Sasaran/Kinerja. Selain itu dilakukan optimalisasi kinerja pelaksanaan
anggaran.

15
7. Pandemi Covid-19 mempengaruhi pelaksanaan kebijakan layanan pendidikan
Adanya pandemi covid-19 membuat pelaksanaan pembelajaran di sekolah menjadi
terkendala. Pandemi Covid-19 juga menyebabkan banyak perubahan yang dilakukan
dalam melaksanakan layanan pendidikan baik dari sisi mekanisme pelaksanaan program
dan kegiatan, anggaran, maupun kebijakan yang sudah direncanakan sehingga capaian
kinerja yang sudah ditetapkan menjadi kurang optimal.
Sebagai upaya dalam mengatasi kendala yang disebabkan oleh kondisi pandemi, berbagai
cara dilakukan untuk tetap mengoptimalkan pelaksanaan kebijakan layanan pendidikan,
diantaranya yaitu pelaksanaan koordinasi dan bimtek melalui daring, serta pembuatan
infografis, video tutorial, dan modul pendukung, serta pengoptimalan teknologi misal
spreadsheet, gdrive, g-form, untuk memudahkan pencapaian hasil yang maksimal.

16
BAB II - VISI, MISI, DAN TUJUAN

A. Visi Direktorat Sekolah Menengah Pertama


Sebagai Direktorat yang mengemban amanat dalam memajukan pembangunan SDM
melalui usaha bersama semua anak bangsa untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
memajukan kebudayaan, Direktorat Sekolah Menengah Pertama dalam menentukan visi
berdasarkan pada visi kementerian dalam pencapaian kinerja, potensi dan permasalahan,
Visi Presiden pada RPJMN Tahun 2020-2024, serta Visi Indonesia 2045. Adapun Visi
Direktorat SMP, Ditjen PAUD, Dikdas dan Dikmen, Kemendikbudristek 2020-2024 adalah:

Direktorat Sekolah Menengah Pertama, Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini,


Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan mendukung Visi dan Misi Presiden untuk mewujudkan
Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Indonesia Maju yang berdaulat,
mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila yang
bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan
berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global

Visi tersebut di atas menggambarkan komitmen Direktorat Sekolah Menengah Pertama,


Kemendikbudristek mendukung terwujudnya visi dan misi Presiden melalui pelaksanaan
tugas dan kewenangan yang dimiliki secara konsisten, bertanggung jawab, dapat
dipercaya, dengan mengedepankan profesionalitas dan integritas. Oleh karena itu,
perumusan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan bidang pendidikan dan kebudayaan
akan mengedepankan inovasi guna mencapai kemajuan dan kemandirian Indonesia.
Sesuai dengan kepribadian bangsa yang berlandaskan gotong royong, Direktorat SMP,
Kemendikbudristek dan seluruh pemangku kepentingan pendidikan dan kebudayaan,
bekerja bersama untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan sesuai dengan Visi dan
Misi Presiden tersebut.
Sejalan dengan perwujudan visi dan misi Presiden tersebut, Kemendikbudristek sesuai
dengan tugas dan kewenangannya, juga berkomitmen untuk menciptakan Pelajar
Pancasila. Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar
sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila.
Dalam kurun waktu 2020-2024, Direktorat Sekolah Menengah Pertama, Ditjen PAUD,
Dikdas dan Dikmen, Kemendikbudristek sebagai kementerian yang membantu Presiden
dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pendidikan dan kebudayaan,
sejalan dengan pelaksanaan misi Nawacita dan pencapaian sasaran Visi Indonesia 2045
berupaya melakukan transformasi yang berkelanjutan di bidang pendidikan dan

17
kebudayaan di Indonesia. Ini didasarkan pada keyakinan bahwa dalam menghadapi
tantangan Abad 21, perlu melakukan transformasi dan perbaikan signifikan di bidang
pendidikan dan kebudayaan Indonesia. Dalam rangka mencapai visi pembangunan bidang
pendidikan Kemendikbudristek akan terus meningkatkan pembinaan dan pengawasan
atas pelaksanaan pembangunan pendidikan dasar dan menengah yang dilakukan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Selain itu, Direktorat Sekolah
Menengah Pertama Ditjen PAUD, Dikdas dan Dikmen, Kemendikbudristek juga
melaksanakan pembangunan pendidikan tinggi di seluruh wilayah Indonesia. Agar
terwujud masyarakat Indonesia yang merupakan pembelajar seumur hidup, layanan
pendidikan dasar, menengah, dan tinggi perlu diperluas tanpa pembedaan atas faktor
apapun. Satuan pendidikan, keluarga, masyarakat, dan sektor swasta bersama-sama
dalam mengupayakan pengembangan potensi peserta didik lewat olah hati, pikir, rasa
dan raga yang seimbang demi terwujudnya insan-insan yang berketuhanan dan berakhlak
mulia. Hal tersebut tidak dapat terjadi tanpa komitmen semua pemangku kepentingan
pendidikan, baik yang berada dalam pemerintahan maupun masyarakat luas, dalam
mengelola dan membiayai pembangunan pendidikan dan kebudayaan

B. Misi Direktorat Sekolah Menengah Pertama


Untuk mendukung pencapaian Visi Presiden, Direktorat Sekolah Menengah Pertama,
Ditjen PAUD, Dikdas dan Dikmen, Kemendikbudristek sesuai tugas dan kewenangannya,
melaksanakan Misi Presiden yang dikenal sebagai arahan presiden, yaitu menjabarkan
misi nomor (1) Peningkatan kualitas manusia Indonesia; nomor (5) Kemajuan budaya
yang mencerminkan kepribadian bangsa; dan nomor (8) Pengelolaan pemerintahan yang
bersih, efektif, dan terpercaya. Untuk itu, misi Direktorat Sekolah Menengah Pertama,
Ditjen PAUD, Dikdas dan Dikmen, Kemendikbudristek dalam melaksanakan Nawacita
kedua arahan presiden (rpjmn) tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama yang relevan dan berkualitas
tinggi, merata dan berkelanjutan, didukung oleh infrastruktur dan teknologi.
2. Mengoptimalkan peran serta seluruh pemangku kepentingan untuk mendukung
transformasi dan reformasi pengelolaan pendidikan Direktorat Sekolah Menengah
Pertama.

C. Tata Nilai Direktorat Sekolah Menengah Pertama


Pelaksanaan misi dan pencapaian visi memerlukan penerapan tata nilai yang sesuai dan
mendukung. Tata nilai merupakan dasar sekaligus arah bagi sikap dan perilaku seluruh
pegawai Direktorat Sekolah Menengah Pertama, Ditjen PAUD, Dikdas dan Dikmen,

18
Kemendikbudristek dalam menjalankan tugas membangun pendidikan dan kebudayaan.
Tata nilai yang diutamakan pada Renstra Direktorat Sekolah Menengah Pertama, Ditjen
PAUD, Dikdas dan Dikmen, Kemendikbudristek tahun 2020-2024 ini adalah sebagai
berikut:
1. Integritas
Pada nilai integritas terkandung makna keselarasan antara pikiran, perkataan, dan
perbuatan. Sesuai dengan nilai integritas, pegawai Kemendikbudristek diharapkan
konsisten dan teguh dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan, terutama
dalam hal kejujuran dan kebenaran dalam tindakan dan mengemban kepercayaan.
Adapun indikator yang mencerminkan nilai integritas adalah:
a. Konsisten dan teguh dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dalam tindakan;
b. Jujur dalam segala tindakan;
c. Menghindari benturan kepentingan;
d. Berpikiran positif, arif, dan bijaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsi;
e. Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku;
f. Tidak melakukan tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme;
g. Tidak melanggar sumpah dan janji pegawai/jabatan;
h. Tidak melakukan perbuatan rekayasa atau manipulasi; dan
i. Tidak menerima pemberian (gratifikasi) dalam bentuk apapun di luar ketentuan.
2. Kreatif dan Inovatif
Nilai kreatif dan inovatif bermakna memiliki daya cipta, kemampuan untuk menciptakan
hal baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Hal baru
tersebut dapat berupa gagasan, metode, atau alat. Indikator dari nilai kreatif dan inovatif
adalah:
a. Memiliki pola pikir, cara pandang, dan pendekatan yang variatif terhadap setiap
permasalahan, serta mampu menghasilkan karya baru:
b. Selalu melakukan penyempurnaan dan perbaikan berkala dan berkelanjutan:
c. Bersikap terbuka dalam menerima ide-ide baru yang konstruktif;
d. Berani mengambil terobosan dan solusi dalam memecahkan masalah;
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam bekerja secara efektif
dan efisien;
f. Tidak merasa cepat puas dengan hasil yang dicapai;
g. Tidak bersikap tertutup terhadap ide-ide pengembangan; dan
h. Tidak monoton

19
3. Inisiatif
Inisiatif adalah kemampuan bertindak melebihi yang dibutuhkan atau yang dituntut dari
pekerjaan. Pegawai Kemendikbudristek sewajarnya melakukan sesuatu tanpa menunggu
perintah lebih dahulu dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil
pekerjaan, dan menciptakan peluang baru atau menghindari timbulnya masalah.
Indikator dari nilai inisiatif adalah:
a. Responsif melayani kebutuhan pemangku kepentingan;
b. Bersikap proaktif terhadap kebutuhan organisasi;
c. Memiliki dorongan untuk mengidentifikasi masalah atau peluang dan mampu
mengambil tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah;
d. Tidak hanya mengerjakan tugas yang diminta oleh atasan; dan
e. Tidak sekedar mencari suara terbanyak, berlindung dari kegagalan,
berargumentasi bahwa apa yang Anda lakukan telah disetujui oleh semua anggota
tim.
4. Pembelajar
Pada nilai pembelajar terkandung ikhtiar untuk selalu berusaha mengembangkan
kompetensi dan profesionalisme. Pegawai Kemendikbudristek harus berkeinginan dan
berusaha untuk selalu menambah dan memperluas wawasan, pengetahuan, dan
pengalaman, serta mampu mengambil hikmah dan pelajaran atas setiap kejadian.
Indikator yang menunjukkan nilai pembelajar adalah:
a. Berkeinginan dan berusaha untuk selalu menambah dan memperluas wawasan,
pengetahuan, dan pengalaman;
b. Mengambil hikmah dari setiap kesalahan dan menjadikannya pelajaran;
c. Berbagi pengetahuan/pengalaman dengan rekan kerja;
d. Memanfaatkan waktu dengan baik;
e. Suka mempelajari hal yang baru; dan
f. Rajin belajar/bertanya/berdiskusi.
5. Menjunjung Meritokrasi
Nilai menjunjung meritokrasi berarti menjunjung tinggi keadilan dalam pemberian
penghargaan bagi karyawan yang kompeten. Pegawai Kemendikbudristek perlu memiliki
pandangan yang memberi peluang kepada orang untuk maju berdasarkan kelayakan dan
kecakapannya. Indikator yang mencerminkan nilai ini adalah:
a. Berkompetisi secara profesional;
b. Memberikan kesempatan yang setara dalam mengembangkan kompetensi pegawai;
c. Memberikan penghargaan dan hukuman secara proporsional sesuai kinerja;
d. Tidak sewenang-wenang;
20
e. Tidak mementingkan diri sendiri;
f. Menduduki jabatan sesuai dengan kompetensinya; dan
g. Mendapatkan promosi bukan karena kedekatan/primordialisme.
6. Terlibat Aktif
Nilai terlibat aktif bermakna senantiasa berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Pegawai
Kemendikbudristek semestinya suka berusaha mencapai tujuan bersama serta
memberikan dorongan, agar pihak lain tergerak untuk menghasilkan karya terbaiknya.
Nilai terlibat aktif terlihat dari indikator:
a. Terlibat langsung dalam setiap kegiatan untuk mendukung visi dan misi kementerian;
b. Memberikan dukungan kepada rekan kerja;
c. Peduli dengan aktivitas lingkungan sekitar (tidak apatis);
d. Tidak bersifat pasif, sekedar menunggu perintah.
7. Tanpa Pamrih
Nilai tanpa pamrih memiliki arti bekerja dengan tulus ikhlas dan penuh dedikasi. Pegawai
Kemendikbudristek, yang memiliki nilai tanpa pamrih, tidak memiliki maksud yang
tersembunyi untuk memenuhi keinginan dan memperoleh keuntungan pribadi.
Sebaliknya pegawai Kemendikbudristek memberikan inspirasi, dorongan, dan semangat
bagi pihak lain untuk suka berusaha menghasilkan karya terbaiknya sesuai dengan tujuan
bersama. Indikator nilai tanpa pamrih adalah:
a. Penuh komitmen dalam melaksanakan pekerjaan;
b. Rela membantu pekerjaan rekan kerja lainnya;
c. Menunjukkan perilaku 4S (senyum, sapa, sopan, dan santun);
d. Tidak melakukan pekerjaan dengan terpaksa; dan
e. Tidak berburuk sangka kepada rekan kerja.
Peningkatan internalisasi ketujuh nilai di atas di antara pegawai Direktorat Sekolah
Menengah Pertama, Ditjen PAUD, Dikdas dan Dikmen, Kemendikbudristek semakin
dirasakan urgensinya untuk memastikan pembangunan pendidikan sesuai dengan Visi
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2020-2024 didukung oleh kinerja Direktorat Sekolah
Menengah Pertama, Ditjen PAUD, Dikdas dan Dikmen, Kemendikbudristek yang prima.

D. Tujuan Direktorat Sekolah Menengah Pertama


Perumusan tujuan Direktorat Sekolah Menengah Pertama, Ditjen PAUD, Dikdas dan
Dikmen, Kemendikbudristek ditujukan untuk menggambarkan ukuran-ukuran
terlaksananya misi dan tercapainya visi. Tujuan Direktorat Sekolah Menengah Pertama
menetapkan lima tujuan sebagaimana dapat dilihat di tabel berikut.

21
Tabel 1 Tujuan Direktorat Sekolah Menengah Pertama tahun 2020-2024

No. Tujuan

1. Perluasan akses Pendidikan Sekolah Menengah Pertama bermutu bagi peserta didik yang
berkeadilan dan inklusif
2. Penguatan mutu dan relevansi pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah yang berpusat pada perkembangan peserta didik yang berkarakter
3. Penguatan sistem tata kelola Pendidikan Sekolah Menengah Pertama yang partisipatif,
transparan, dan akuntabel

E. Sasaran Kegiatan Direktorat Sekolah Menengah Pertama


Dalam rangka mengukur tingkat ketercapaian tujuan pembangunan Direktorat SMP,
diperlukan sejumlah Sasaran Kegiatan (SK) yang akan dicapai pada tahun 2020-2024.
Tabel 2 Sasaran Kegiatan Direktorat Sekolah Menengah Pertama Tahun 2020 - 2024

Tujuan Sasaran Strategis


No Program Sasaran Program (SP) Sasaran Kegiatan (SK)
Kemdikbudristek (SS)

1 Perluasan akses Meningkatnya Program PAUD Meningkatnya Tersedianya layanan


pendidikan bermutu pemerataan layanan dan Wajib partisipasi pendidikan pendidikan SMP yang
bagi peserta didik pendidikan bermutu Belajar 12 anak usia dini, dasar, merata dan berkualitas
yang berkeadilan dan di seluruh jenjang Tahun dan menengah
inklusif

2 Penguatan mutu dan Meningkatnya Program 1. Meningkatnya nilai 1.Meningkatnya


relevansi pendidikan kualitas Kualitas asesmen kompetensi pembelajaran Sekolah
yang berpusat pada pembelajaran Pengajaran & (literasi dan numerasi) Menengah Pertama
perkembangan (kompetensi dan Pembelajaran satuan pendidikan yang berkualitas
peserta didik yang karakter) serta
2. Meningkatnya
berkarakter relevansi di seluruh
internalisasi nilai
jenjang 2. Meningkatnya penguatan karakter
internalisasi nilai
Peserta didik Sekolah
penguatan karakter
Menengah Pertama

F. Perspektif Kebijakan
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden, Direktorat SMP,
Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen sebagai bagian dari Kemendikbudristek perlu menyusun
arah kebijakan, strategi, serta program dan kegiatan yang selaras. Oleh karena itu,
dokumen Renstra Kementerian menyajikan dua perspektif dalam pencapaiannya.
1. Perspektif Tujuan (Profil Pelajar Pancasila)
Profil Pelajar Pancasila sebagai elaborasi tujuan pendidikan nasional adalah perwujudan
pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman,

22
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global,
bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif seperti ditunjukkan oleh gambar
berikut.

Gambar 9 Dimensi-Dimensi Profil Pelajar Pancasila


Enam ciri tersebut menunjukkan bahwa Profil Pelajar Pancasila tidak hanya fokus pada
kemampuan kognitif saja tetapi juga pada sikap dan perilaku yang sesuai dengan jati diri
bangsa Indonesia dan berkewargaan global.
Keenam ciri tersebut dijabarkan sebagai berikut:
a). Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia
memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut
dalam kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada
Tuhan YME, dan berakhlak mulia: (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak
kepada manusia; (d) akhlak kepada alam; dan (e) akhlak bernegara.
b). Berkebinekaan global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap
berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa
saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak
bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen kunci dari berkebinekaan global
meliputi mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam
berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman
kebinekaan.
c). Bergotong royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong royong, yaitu kemampuan untuk
melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang

23
dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong
royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.
d). Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas
proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan
situasi yang dihadapi serta regulasi diri.
e). Bernalar kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif
maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis
informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar kritis
adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan
mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil
keputusan.
f). Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal,
bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari
menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.
Keenam karakteristik ini terwujud melalui penumbuhkembangan nilai-nilai budaya
Indonesia dan Pancasila, yang adalah fondasi bagi segala arahan pembangunan nasional.
Dengan identitas budaya Indonesia dan nilai-nilai Pancasila yang berakar dalam,
masyarakat Indonesia ke depan akan menjadi masyarakat terbuka yang berkewargaan
global - dapat menerima dan memanfaatkan keragaman sumber, pengalaman, serta nilai-
nilai dari beragam budaya yang ada di dunia, namun sekaligus tidak kehilangan ciri dan
identitas khasnya.
2. Perspektif Cara (Merdeka Belajar)
Bapak pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, menyatakan bahwa paradigma
pendidikan yang memerdekakan memiliki 3 (tiga) ciri yaitu:
a). Tidak Hidup Terperintah
Peserta didik belajar dengan kesadaran dari dalam diri sendiri, bukan karena paksaan
atau perintah orang lain.
b). Berdiri Tegak karena Kekuatan Sendiri
Peserta didik berdiri tegak karena kekuatan sendiri dan mampu menemukan cara dalam
mengatasi kesulitan belajar.
c). Cakap Mengatur Hidupnya dengan Tertib
Peserta didik mampu menilai tindakan dan kemajuan belajarnya sehingga dapat
melakukan perbaikan untuk mencapai tujuan belajar.

24
Pada hakikatnya gagasan Ki Hadjar Dewantara yang kemudian disebut sebagai Merdeka
Belajar, sejalan dengan konsep self-regulated learning yang telah dikaji oleh beberapa ahli
seperti Zimmerman; Boekaerts, Winne dan Hadwin, Pintrich; Efklides, serta Hadwin,
Järvelä dan Miller (Panadero, 2017). Self-regulated learning adalah keyakinan seseorang
terhadap kapasitas dirinya dalam menentukan tindakan, pikiran dan perasaan yang
mengarah pada pencapaian tujuan, sembari melakukan monitoring diri dan refleksi diri
terhadap kemajuan dalam mencapai target.
Merdeka belajar menjadi semangat yang menjiwai keseluruhan arah kebijakan dan
strategi bidang pendidikan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Semangat
merdeka belajar berarti menekankan murid, guru, orang tua, satuan pendidikan, daerah,
komunitas pendidikan, yayasan pendidikan, dunia usaha, dan dunia industri serta pelaku
pendidikan lainnya sebagai aktor yang otonom dan berdaya. Pelaku pendidikan berdaya
mengembangkan praktik-praktik baik pembelajaran, manajemen pendidikan, dan
kepemimpinan pendidikan yang perlu diperkuat dan ditularkan ke seluruh ekosistem
pendidikan sehingga membentuk pembelajaran yang berkualitas.
Semangat merdeka belajar, membentuk lima pergeseran paradigma dalam
kepemimpinan dan pengelolaan pendidikan, yaitu sebagai berikut:
a. Semula mekanisme kontrol menjadi pemberdayaan melalui umpan balik.
Mekanisme kontrol terbukti tidak selalu efektif serta dapat menimbulkan tekanan dan
orientasi yang keliru. Dalam ekosistem yang berdampak, umpan balik yang
berkelanjutan menjadikan semua pihak lebih berdaya.
b. Semula arahan menjadi penguatan praktik baik di lapangan.
Kepemimpinan pendidikan dengan semangat merdeka belajar tidak menjadikan
instruksi sebagai satu-satunya bentuk komunikasi, akan tetapi kepemimpinan yang
mendengarkan, memahami, dan mengenali praktik baik di lapangan. Upaya penguatan
praktik baik akan menumbuhkan kepercayaan diri dan inisiatif pelaku pendidikan
melakukan inovasi pembelajaran dan pendidikan.
c. Semula apresiasi hanya bagi yang terbaik menjadi bagi semua kemajuan.
Apresiasi hanya bagi yang terbaik dapat menimbulkan demotivasi bagi mereka yang
merasa tidak berdaya. Semangat merdeka belajar mendorong pengelolaan pendidikan
yang mengapresiasi semua kemajuan yang terjadi, bahkan untuk kemajuan kecil oleh
satuan pendidikan kecil yang masih berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran.
Dengan semangat merdeka belajar ini, pelaku dalam ekosistem pendidikan akan lebih
aktif dan lebih merasa berdaya, di manapun posisinya saat ini.
d. Semula kompetisi menjadi kolaborasi untuk kemajuan bersama.
Semangat merdeka belajar tanpa meninggalkan kompetisi, tapi lebih menonjolkan
nilai-nilai gotong royong dalam bentuk kolaborasi antarpihak. Dengan kolaborasi, akan
lebih banyak energi dan dukungan bagi semua pelaku untuk meningkatkan kualitas

25
pembelajaran. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab satu dua pihak tapi tanggung
jawab bersama demi masa depan anak bangsa.
e. Semula berfokus pada peningkatan akses menjadi peningkatan kualitas dan keadilan
pendidikan.
Semangat merdeka belajar memperluas fokus pembangunan pendidikan pada
peningkatan kualitas dan keadilan pendidikan. Hal ini mendorong lebih banyak
kebijakan afirmatif dan asimetris untuk memastikan semua anak mendapatkan
pembelajaran yang berkualitas.
Semangat merdeka belajar pada akhirnya selaras dengan arah kebijakan nasional yang
terkait dengan otonomi daerah, otonomi kampus, dan manajemen berbasis sekolah.
Semangat merdeka belajar mendorong penguatan semua pihak untuk menjadi otonom
sehingga bisa mencapai tujuan pendidikan nasional dengan berpijak pada konteks satuan
pendidikan dan daerah masing-masing.

26
BAB III - ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN

A. Arah Kebijakan dan Strategi


Pembangunan pendidikan dasar dan menengah disusun berdasarkan dan merujuk kepada
arah kebijakan nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun
2020-2024, Rencana Pembangunan Pendidikan Jangka Menengah (RPPJM), Rencana
Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024, serta hasil evaluasi
Renstra tahun 2015-2019, yang kemudian dituangkan dalam perencanaan lima tahunan
yaitu Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Sekolah Menengah Pertama Tahun 2020-
2024. Renstra menjadi dasar, pedoman, acuan dalam penyusunan program dan
selanjutnya dijabarkan ke dalam kegiatan-kegiatan pembangunan Pendidikan Sekolah
Menengah Pertama. Rujukan-rujukan utama ini secara konsisten harus dapat dicermati,
dianalisis dan dipertajam ke dalam Renstra Sekolah Menengah Pertama agar tidak keliru
dan dapat optimal dalam teknis pelaksanaannya sampai kepada pengelola kegiatan, dan
juga output-output yang menjadi ujung tombak bagi pencapaian keberhasilan
pelaksanaan kebijakan dan program.
1. Arah dan Kebijakan Strategi Nasional
Pembangunan akan berjalan efektif bila perencanaan Kementerian dan Lembaga dapat
saling mendukung dan selaras. Untuk itu, Rencana Strategis Kemendikbudristek harus
selalu mengacu pada arah kebijakan dan strategi nasional yang diatur dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional periode 2020-2024.
Dalam RPJMN 2020-2024, arah kebijakan dan strategi nasional dikelompokkan menjadi 7
(tujuh) agenda Pembangunan, yaitu sebagai berikut:
1. Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan
berkeadilan;
2. Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin
pemerataan;
3. Meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing;
4. Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan;
5. Memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengembangan ekonomi dan
pelayanan dasar;
6. Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan
iklim; dan
7. Memperkuat stabilitas polhukhankam dan transformasi pelayanan publik.
Dari ketujuh agenda tersebut, Kemdikbudristek memberikan dukungan pada agenda
pembangunan 3, 4 dan 7.

27
2. Arah dan Kebijakan Strategi Penunjang Strategi Nasional
Arah kebijakan, strategi, dan program Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama,
Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen yang mendukung Strategi Nasional pada agenda
pembangunan 3, 4 dan 7 adalah sebagai berikut:
a). Agenda Pembangunan 3: Meningkatkan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan
Berdaya Saing
Pembangunan Indonesia tahun 2020-2024 ditujukan untuk membentuk sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing, yaitu sumber daya manusia yang sehat dan
cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter. Kebijakan dan strategi yang berkaitan
langsung dengan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Ditjen PAUD, Dikdas,
dan Dikmen sebagai berikut:
Tabel 3 Kebijakan dan Strategi Meningkatkan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan
Berdaya Saing
Arah Kebijakan dan
No Sasaran Strategis (SS) Sasaran Program Sasaran Kegiatan
Strategi Nasional

Meningkatkan Pemerataan Layanan Pendidikan Berkualitas

1 Peningkatan kualitas SS 2 Meningkatnya SP 2 Meningkatnya nilai SK Meningkatnya pembelajaran


pengajaran dan kualitas pembelajaran asesmen kompetensi Sekolah Menengah Pertama yang
pembelajaran (kompetensi dan (literasi dan numerasi) berkualitas
karakter) serta relevansi satuan pendidikan
di seluruh jenjang

SP 3 Meningkatnya SK Meningkatnya internalisasi nilai


internalisasi nilai penguatan penguatan karakter Peserta didik
karakter Sekolah Menengah Pertama

2 Peningkatan pemerataan SS 1 Meningkatnya SP 5 Meningkatnya SK Tersedianya layanan pendidikan


akses layanan pendidikan di pemerataan layanan partisipasi pendidikan anak SMP yang merata dan berkualitas
semua jenjang dan pendidikan bermutu di usia dini, dasar dan
percepatan pelaksanaan seluruh jenjang menengah
Wajib Belajar 12 Tahun

3 Penguatan penjaminan SS 2 Meningkatnya SP 4 Meningkatnya kualitas SK Meningkatnya pembelajaran


mutu pendidikan untuk kualitas pembelajaran dan kemanfaatan hasil Sekolah Menengah Pertama yang
meningkatkan pemerataan (kompetensi dan asesmen untuk praktik berkualitas
kualitas layanan antar karakter) serta relevansi pembelajaran
satuan pendidikan dan di seluruh jenjang
antarwilayah

b). Agenda Pembangunan 4: Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan


Revolusi mental sebagai gerakan kebudayaan harus pula meneguhkan Indonesia sebagai
negara-bangsa majemuk, memiliki keragaman suku, adat-istiadat, budaya, bahasa, dan
agama, yang membentuk satu kesatuan dalam keragaman: Bhinneka Tunggal Ika. Untuk
memperkuat Bhinneka Tunggal Ika, kesadaran sebagai negara- bangsa yang majemuk
harus ditanamkan sejak dini di dalam keluarga, diperkuat di dalam sistem pendidikan, dan
terus dipupuk dan dirawat di dalam sistem sosial kemasyarakatan. Kebijakan dan strategi
28
nasional yang berkaitan langsung dengan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Pertama Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen sebagai berikut sebagai berikut:
Tabel 4 Kebikana dan Strategi Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan
Arah Kebijakan dan Strategi
No Sasaran Strategis (SS) Sasaran Program (SP) Sasaran Kegiatan (SK)
Nasional

A Revolusi Mental dan Pembinaan Ideologi Pancasila untuk Memperkukuh Ketahanan Budaya Bangsa dan
Membentuk Mentalitas Bangsa yang Maju, Modern, dan Berkarakter

1 Revolusi mental dalam sistem SS 2 Meningkatnya kualitas SP 3 Meningkatnya Meningkatnya


pendidikan untuk memperkuat pembelajaran (kompetensi internalisasi nilai
internalisasi nilai
nilai integritas, etos kerja, dan karakter) serta relevansi penguatan karakter
penguatan karakter
gotong royong, dan budi pekerti di seluruh jenjang Peserta didik Sekolah
Menengah Pertama

3 Pembinaan ideologi Pancasila, SS 2 Meningkatnya SP 3 Meningkatnya Meningkatnya


internalisasi nilai
pendidikan kewargaan, kualitas pembelajaran internalisasi nilai
penguatan karakter
wawasan kebangsaan, dan (kompetensi dan karakter) penguatan karakter
Peserta didik Sekolah
bela negara untuk serta relevansi di seluruh
Menengah Pertama
menumbuhkan jiwa jenjang
nasionalisme dan patriotisme

B Peningkatan Literasi, Inovasi, dan Kreativitas

1 Peningkatan budaya literasi SS 2 Meningkatnya kualitas SP 2 Meningkatnya nilai Meningkatnya


pembelajaran (kompetensi asesmen kompetensi pembelajaran Sekolah
dan karakter) serta relevansi (literasi dan numerasi) Menengah Pertama yang
di seluruh jenjang satuan pendidikan berkualitas

2 Penguatan institusi sosial SS 2 Meningkatnya SP 4 Meningkatnya Meningkatnya


pembelajaran Sekolah
penggerak literasi dan inovasi kualitas pembelajaran kualitas dan kemanfaatan
Menengah Pertama yang
(kompetensi dan karakter) hasil asesmen untuk
berkualitas
serta relevansi di seluruh praktik pembelajaran
jenjang

3. Arah dan Kebijakan Strategi Direktorat Sekolah Menengah Pertama


Kebijakan Merdeka Belajar terwujud dalam arah kebijakan dan strategi Direktorat
Sekolah Menengah Pertama. Adapun arah kebijakan dan strategi yang ada di Direktorat
Sekolah Menengah Pertama adalah sebagai berikut:
a). Optimalisasi Angka Partisipasi Pendidikan pada Direktorat Sekolah Menengah Pertama
Kondisi yang ingin dicapai dalam peningkatan angka partisipasi pendidikan adalah semua
anak usia SMP Meningkatkan pemerataan kesempatan memperoleh layanan SMP melalui:
1). Meningkatkan pemerataan kesempatan memperoleh layanan SMP melalui
peningkatan kapasitas terpasang bagi daerah yang belum terlayani dan
penyelenggaraan sekolah inklusi bagi anak berkebutuhan khusus;

29
2). Perluasan layanan pendidikan khusus untuk memberikan layanan bagi anak
berkebutuhan khusus yang tidak dapat dilayani oleh satuan pendidikan reguler dan
inklusi.
b). Peningkatan dan Pemerataan Kualitas dan Relevansi Pendidikan
Kondisi yang ingin dicapai dalam rangka peningkatan dan pemerataan kualitas dan
relevansi pendidikan adalah sebagai berikut:
1). Pelajar dengan kemampuan kognitif baik yang berperilaku sesuai jati diri bangsa
Indonesia dan berkewargaan global;
2). Sistem penjaminan mutu pendidikan yang berkualitas.
Strategi Direktorat SMP untuk mencapai kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
1). Pelajar dengan kemampuan kognitif baik yang berperilaku sesuai jati diri bangsa
Indonesia dan berkewargaan global.
a) Melaksanakan program sekolah penggerak sebagai motor perubahan praktik
pembelajaran;
b) Menyempurnakan kurikulum dan perangkat kurikulum memberikan ruang bagi
satuan pendidikan untuk mengadaptasi kurikulum sesuai dengan kebutuhan,
konteks, dan karakteristik daerah, sekolah, dan siswa;
c) Mengembangkan strategi pembelajaran yang berfokus pada penguatan
kompetensi dasar siswa, seperti literasi, numerasi, dan karakter;
d) Menerapkan pembelajaran paradigma baru pada semua satuan pendidikan
melalui pengimbasan sekolah penggerak ataupun penerapan secara mandiri;
e) Memperkuat digitalisasi pendidikan untuk mengakselerasi transformasi
pendidikan, meningkatkan efisiensi serta meningkatkan literasi digital siswa dan
guru;
f) Memperkuat pembelajaran yang mendorong penguatan karakter di semua
satuan pendidikan;
g) Mengembangkan program penguatan iklim keamanan sekolah, inklusivitas, dan
kebinekaan satuan pendidikan;
h) Melakukan pembinaan minat dan bakat bagi siswa berprestasi.
2). Sistem penjaminan mutu pendidikan yang berkualitas
a) Menerapkan asesmen nasional (Asesmen Kompetensi Minimum [AKM], survei
karakter, dan survei lingkungan belajar) sebagai instrumen dalam mengukur
kualitas hasil belajar;
b) Mengembangkan profil dan rapor pendidikan di tingkat daerah dan satuan
pendidikan dengan menggunakan asesmen nasional dan data pendidikan;
c) Menguatkan pemanfaatan profil dan rapor pendidikan untuk mendukung
penjaminan mutu dan akreditasi otomatis; dan

30
d) Menyusun rekomendasi kebijakan yang berbasis pada analisis data dan meta
analisis dari berbagai bukti ilmiah untuk secara bertahap dan berkelanjutan
menyempurnakan Standar Nasional Pendidikan untuk menangani isu
pembangunan pendidikan di Indonesia.
c). Tata Kelola Pendidikan yang Partisipatif, Transparan, dan Akuntabel
Kondisi yang ingin dicapai dalam mewujudkan tata kelola pendidikan yang partisipatif,
transparan, dan akuntabel adalah sebagai berikut:
1). Tata Kelola Direktorat SMP yang akuntabel dan berkualitas;
Strategi Direktorat SMP, untuk mencapai kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
a) Penyempurnaan kerangka regulasi bidang pendidikan untuk memperkuat fokus
pada mutu dan relevansi pendidikan serta penguatan otonomi satuan
pendidikan;
b) Memperkuat mekanisme perencanaan dan penganggaran yang berbasis pada
monitoring pelaksanaan dan evaluasi dampak program;
c) Memperkuat kerja sama dan sinkronisasi kebijakan pendidikan dengan
kementerian/lembaga di pusat dan pemerintah daerah;
d) Penguatan sistem pengawasan internal untuk meningkatkan kepatuhan dan
integritas terhadap peraturan perundang-undangan;
e) Memperkuat mekanisme pengelolaan dana transfer daerah bidang pendidikan
yang lebih terkoordinasi dengan baik;
f) Mengembangkan mekanisme pengelolaan sumber daya manusia Direktorat
SMP yang berbasis mekanisme manajemen talenta
2). Pelayanan Publik yang Prima
Strategi Direktorat SMP untuk mencapai kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) untuk
meningkatkan akuntabilitas dan efisiensi tata kelola seperti: otomatisasi
persuratan, pengadaan barang dan jasa, dan proses kepegawaian;
b) Memperkuat pengelolaan pembiayaan pendidikan untuk memaksimalkan
kontribusi pembiayaan dalam pencapaian sasaran pendidikan di bidang akses
dan mutu;
c) Mengembangkan kerja sama dengan sektor swasta, masyarakat, dan mitra
pembangunan untuk menumbuhkan penguatan pendanaan pendidikan.

B. Kerangka Regulasi
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran strategis, beberapa rancangan regulasi yang
diprioritaskan sesuai bidang tugas Direktorat Sekolah Menengah Pertama pada periode
waktu tahun 2020-2024, adalah sebagai berikut:

31
Tabel 5 Kerangka Regulasi
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Urgensi Pembentukan berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian, Target
No Unit Penanggungjawab Unit Terkait
Regulasi dan Penelitian Penyelesaian
1 Masukan Revisi Undang-Undang Nomor 20 Tahun Menyesuaikan substansi pengaturan dengan perkembangan pendidikan Sekretariat Direktorat Direktorat Tahun 2022
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta sinkronisasi dengan peraturan perundang undangan lain antara lain Jenderal Pendidikan Anak Sekolah sampai dengan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Usia Dini, Pendidikan Menengah 2023
(Sumber : Renstra Kemdikbud 2020-2024 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Dasar dan Pendidikan Pertama
Permendikbud 22/2020) Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor Menengah
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Hal-hal yang menjadi fokus
perubahan yaitu:
1.Penataan kembali jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
2.Pembagian wewenang penyelenggaraan pengelolaan pendidikan.
3.Konsep kebebasan dalam menentukan minat pembelajaran (merdeka
belajar dan kampus merdeka);
4.Standar pendidikan
5.Wajib Belajar 12 tahun.
6.Konsep kebebasan terkait pilihan proses pembelajaran (tatap muka/online).
7.Kurikulum, guru, asesmen pembelajaran, pendidikan kesetaraan,
penyelenggaraan pendidikan oleh negara asing.
8.Pendidikan tinggi (sumber daya, penyelenggaraan, jabatan akademik).
2 Masukan Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 17 Menyesuaikan substansi pengaturan dengan perkembangan kebijakan Sekretariat Direktorat Direktorat Tahun 2022
Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan pendidikan saat ini. Hal-hal yang menjadi fokus perubahan yaitu: Jenderal Pendidikan Anak Sekolah
Penyelenggaraan Pendidikan 1. Pembagian kewenangan penyelenggaraan pendidikan. Usia Dini, Pendidikan Menengah
2. Syarat PPDB. Dasar dan Pendidikan Pertama
3. Dewan Pendidikan. Menengah
4. Komite Sekolah.

4 Masukan Revisi Peraturan Menteri Pendidikan dan Hal yang menjadi fokus penyusunan yaitu: Sekretariat Direktorat Direktorat Tahun 2022
Kebudayaan Nomor 79 Tahun 2015 tentang Data 1. Penyesuaian kebijakan data terpadu di Kementerian Pendidikan dan Jenderal Pendidikan Anak Sekolah
Pokok Pendidikan. Kebudayaan. Usia Dini, Pendidikan Menengah
2. Penyusunan penyelenggaraan data sesuai dengan PP Nomor 39 Tahun Dasar dan Pendidikan Pertama
2019 tentang Satu Data Indonesia. Menengah

5 Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Menyesuaikan substansi pengaturan dengan perkembangan kebijakan Sekretariat Direktorat Direktorat Tahun 2022
Pendidikan dan Kebudayaan tentang Satuan pendidikan saat ini. Hal-hal yang menjadi fokus perubahan yaitu: Jenderal Pendidikan Anak Sekolah
Pendidikan Kerja Sama, mengubah/mencabut 1. Syarat pendirian SPK; Usia Dini, Pendidikan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2. Mekanisme pendirian SPK; Dasar dan Pendidikan Pertama
Nomor 31 Tahun 2014 tentang Kerja Sama 3. Pemenuhan Standar dan pembinaan; Menengah
Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan 4. Akreditasi SPK
Oleh Lembaga Pendidikan Asing dengan Lembaga
Pendidikan di Indonesia

6 Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Menyesuaikan substansi pengaturan dengan perkembangan kebijakan Sekretariat Direktorat Direktorat Tahun 2022
Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Urgensi Pembentukan berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian, Target
No Unit Penanggungjawab Unit Terkait
Regulasi dan Penelitian Penyelesaian
Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penyetaraan pendidikan saat ini. Hal-hal yang menjadi fokus perubahan yaitu: Jenderal Pendidikan Anak Sekolah
Ijazah, mengubah/mencabut Peraturan Menteri 1. Kewenangan pejabat yang melakukan pengesahan fotokopi ijazah; Usia Dini, Pendidikan Menengah
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 29 Tahun 2. Kewenangan pejabat yang melakukan penyetaraan ijazah; Dasar dan Pendidikan Pertama
2014 tentang Pengesahan Fotokopi Ijazah/Surat 3. Mekanisme pengesahan fotokopi ijazah dan penyetaraan ijazah; Menengah
Tanda Tamat Belajar, Surat Keterangan Pengganti 4. Syarat pengesahan fotokopi ijazah;
Ijazah/Sudat Tanda Tanda Tamat Belajar dan 5. Syarat penyetaraan ijazah.
Penerbitan Surat Keterangan Pengganti
Ijazah/Surat Tanda Tamat Belajar Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah

7 Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Hal-hal yang menjadi fokus perubahan yaitu: Sekretariat Direktorat Direktorat Tahun 2022
Pendidikan dan Kebudayaan tentang 1. Ruang lingkup pendidikan khusus. Jenderal Pendidikan Anak Sekolah
Penyelenggaraan Pendidikan Khusus pada Jalur 2. Penyelenggaraan pendidikan khusus. Usia Dini, Pendidikan Menengah
Formal 3. Pendidikan untuk peserta didik penyandang disabilitas. Dasar dan Pendidikan Pertama
4. Pendidikan untuk peserta didik cerdas istimewa. Menengah
5. Pendidikan untuk peserta didik bakat istimewa.
6. Tanggungjawab pembiayaan.
8 Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Hal yang menjadi fokus penyusunan yaitu: Sekretariat Direktorat Direktorat Tahun 2022
Pendidikan dan Kebudayaan tentang Biaya Satuan 1.Jenis biaya satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh Jenderal Pendidikan Anak Sekolah
Pendidikan pemerintah daerah. Usia Dini, Pendidikan Menengah
2.Sumber pembiayaan. Dasar dan Pendidikan Pertama
3.Kewenangan kepala sekolah dalam menetapkan besaran maksimal biaya Menengah
pungutan.
4.mekanisme pungutan oleh satuan pendidikan.
5.pelaporan penggunanaan dana hasil pungutan oleh satuan pendidikan.
6.Sanksi

9 Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Hal yang menjadi fokus penyusunan yaitu: Sekretariat Direktorat Direktorat Tahun 2022
Pendidikan dan Kebudayaan tentang Organisasi 1.Tugas Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Ditjen PAUD, Dikdas dan Jenderal Pendidikan Anak Sekolah
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dikmen. Usia Dini, Pendidikan Menengah
Ditjen PAUD, Dikdas dan Dikmen 2.Fungsi Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Ditjen PAUD, Dikdas dan Dasar dan Pendidikan Pertama
Dikmen Menengah
3.Struktur Organisasi
C. Kerangka Kelembagaan
Direktorat Sekolah Menengah Pertama harus didukung oleh kerangka kelembagaan, yang
mencakup struktur organisasi, ketatalaksanaan, dan pengelolaan aparatur sipil negara yang
efektif dan efisien, agar mampu melaksanakan tugas dan fungsi yang diamanatkan kepada
Direktorat Sekolah Menengah Pertama secara optimal. Kerangka kelembagaan
dimaksudkan agar penataan organisasi sejalan dan mendukung pencapaian sasaran
strategis, serta mendorong efektivitas kelembagaan melalui ketepatan struktur organisasi,
ketepatan proses (tata laksana) organisasi, serta pencegahan duplikasi tugas dan fungsi
organisasi.
Direktorat Sekolah Menengah Pertama mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang Pendidikan Sekolah Menengah Pertama.
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Sekolah Menengah Pertama memiliki fungsi
sesuai Permendikkbud Nomor 28 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pendidikan, Riset dan Teknologi, sebagai berikut :
1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang peserta didik, pembelajaran, sarana
prasarana, tata kelola, dan penilaian pada sekolah menengah pertama dan pendidikan
layanan khusus pada sekolah menengah pertama;
2. penyusunan norma, prosedur, dan kriteria di bidang peserta didik, pembelajaran,
sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada sekolah menengah pertama dan
pendidikan layanan khusus pada sekolah menengah pertama;
3. pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu di bidang peserta didik, pembelajaran, sarana
prasarana, tata kelola, dan penilaian pada sekolah menengah pertama dan pendidikan
layanan khusus pada sekolah menengah pertama;
4. pelaksanaan kebijakan di bidang standar peserta didik, pembelajaran, sarana
prasarana, tata kelola, dan penilaian pada sekolah menengah pertama dan pendidikan
layanan khusus pada sekolah menengah pertama;
5. fasilitasi penyelenggaraan di bidang peserta didik, pembelajaran, sarana prasarana,
tata kelola, dan penilaian pada sekolah menengah pertama dan pendidikan layanan
khusus pada sekolah menengah pertama;
6. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peserta didik, pembelajaran,
sarana prasarana, tata kelola, dan penilaian pada sekolah menengah pertama dan
pendidikan layanan khusus pada sekolah menengah pertama;
7. penyiapan perumusan pemberian izin penyelenggaraan sekolah menengah pertama
yang diselenggarakan perwakilan negara asing dan sekolah menengah pertama kerja
sama yang diselenggarakan oleh Lembaga pendidikan asing dengan lembaga
pendidikan Indonesia;
8. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang sekolah menengah pertama; dan

34
9. Pelaksanaan urusan ketatausahaan direktorat.

D. Struktur Organisasi
Direktorat Sekolah Menengah Pertama terdiri atas: Subbagian Tata Usaha dan Kelompok
Jabatan Fungsional. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang ditetapkan dalam
Permendikbud No. 28 Tahun 2021, Direktorat Sekolah Menengah Pertama mempunyai pola
kerja sebagai berikut: Subbagian Tata Usaha, Kelompok Kerja Inovasi & Transformasi,
Kelompok Kerja Publikasi, Komunikasi & Advokasi Kebijakan, Kelompok Kerja Kemitraan
Daerah & Pemberdayaan Komunitas, Kelompok Kerja Data, Perencanaan & Penjaminan
Mutu, Kelompok Kerja Regulasi & Tata Kelola Satuan Pendidikan, dengan jumlah pegawai
sebanyak 173 orang (Sumber data kepegawaian per-Nopember 2022).

Gambar 10 Struktur Organisasi Direktorat SMP

E. Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi internal Kemendikbudristek merupakan upaya sistematis, terpadu, dan
komprehensif untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) yang meliputi
aspek kelembagaan, sumber daya manusia aparatur, ketatalaksanaan, akuntabilitas,
pengawasan, dan pelayanan publik di lingkungan Kemendikbudristek. Reformasi birokrasi
dihadapkan pada upaya mengatasi masalah inefisiensi, inefektivitas, tidak profesional, tidak

35
netral, tidak disiplin, tidak patuh pada aturan, rekrutmen ASN tidak transparan, belum ada
perubahan paradigm (mindset), KKN yang masih terjadi di berbagai jenjang pekerjaan, abdi
masyarakat yang belum sepenuhnya terwujud, pemerintahan belum akuntabel, transparan,
partisipatif, dan kredibel, pelayanan public belum berkualitas dan pelayanan publik prima
(mudah, murah, cepat, dan lebih baik) belum sepenuhnya terbangun secara luas.
Sebagai kementerian yang mengemban amanat dalam membangun SDM melalui
peningkatan mutu pendidikan dan pemajuan kebudayaan dengan memperhitungkan
capaian kinerja, potensi, dan permasalahan, Kemendikbudristek berupaya mewujudkan
sumber daya manusia Indonesia yang unggul dan berkarakter. Untuk itu, Program Reformasi
Birokrasi Kemendikbudristek Tahun 2020-2024 diharapkan dapat mencapai SDM yang
berkualitas, baik dari aspek jumlah, kompetensi (hard competencies dan soft competencies),
maupun integritas; termasuk pula manajemen serta kinerja SDM yang tinggi. Sumber Daya
Manusia aparatur merupakan elemen terpenting bagi instansi pemerintah yang berperan
sebagai penggerak utama dalam mewujudkan visi dan misi serta tujuan Kemendikbudristek.
Mengingat begitu pentingnya SDM aparatur, maka manajemen SDM diperlukan untuk
mengelolanya secara sistematis, terencana dan terpola agar tujuan yang diinginkan
organisasi pada masa sekarang maupun yang akan datang dapat tercapai secara optimal.
Oleh karena itu pula dalam reformasi birokrasi, aspek SDM aparatur menjadi aspek penting,
sehingga perlu dilakukan penataan secara sistematis. Di samping aspek SDM aparatur,
ketercapaian peningkatan kualitas pelayanan publik yang lebih baik, peningkatan kapasitas
dan akuntabilitas kinerja birokrasi, peningkatan profesionalisme sumber daya aparatur
pemerintah, serta penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN di lingkungan
Kemendikbudristek juga merupakan hal yang sangat penting.
Direktorat Sekolah Menengah Pertama sebagai salah satu satuan kerja di lingkungan
Kemendikbudristek, terus melanjutkan dan mengoptimalkan pelaksanaan reformasi
birokrasi yang sudah berjalan baik, meliputi delapan area perubahan, yakni:
Tabel 6 Area Pengungkit Pembangunan ZI-WBK

No. Area Perubahan Indikator Program Kegiatan


1. Manajemen Perubahan Indeks Kepemimpinan • Pengembangan dan Penguatan nilai-nilai untuk
Perubahan meningkatkan komitmen dan implementasi
perubahan (reform)
• Pembentukan tim kerja RBI di lingkungan Direktorat
Sekolah Menengah Pertama
• Penguatan nilai integritas, perubahan pola pikir dan
budaya kinerja
• Pengembangan dan Penguatan peran agen
perubahan dan role model dengan dibentuknya tim
agen perubahan di lingkungan Direktorat Sekolah
Menengah Pertama
• Pengembangan budaya kerja dan cara kerja yang
adaptif dalam menyongsong revolusi industri 4.0;
2. Penguatan Tata Laksana Indeks Sistem • Pemanfaatan IT dalam tata kelola pemerintahan
Pemerintah Berbasis • Implementasi Manajemen Kearsipan Modern dan
Elektronik (SPBE) Handal (dari manual ke digital)
3. Penguatan Sistem 1. Indeks Profesionalitas • Perencanaan Kebutuhan Pegawai sesuai dengan
Manajemen SDM Aparatur ASN Kebutuhan Organisasi

36
No. Area Perubahan Indikator Program Kegiatan
2. Indeks Merit System • Pengembangan Pegawai berbasis Kompetensi
3. Indeks Tata Kelola • Assessment Pegawai
Manajemen ASN • Penanaman nilai integritas melalui penghargaan
pegawai dengan kinerja terbaik
• Analisis Kebutuhan Pelatihan Pegawai
• Pemetaan Kompetensi Pegawai sesuai dengan
Standar Kompetensi Jabatan (SKJ)
4. Penguatan Akuntabilitas Nilai SAKIP • Perencanaan terintegrasi dan lintas sektor
Kinerja (collaborative)
• Implementasi manajemen kinerja berorientasi hasil
5. Penguatan Pengawasan Maturitas SPIP • Pembentukan tim SPI dan SPIP di lingkungan
Direktorat Sekolah Menengah Pertama
• Penyusunan rencana kerja SPI dan SPIP
• Penguatan Sistem Manajemen Konflik
6. Peningkatan Kualitas Indeks Inovasi • Penyusunan dokumen standar pelayanan
Pelayanan Publik Indeks Pelayanan Publik • Penyusunan alur layanan publik
• Mengembangkan budaya pelayanan prima
• Penguatan kompetensi petugas pelayanan publik
• Penilaian terhadap pelayanan melalui survey dan
analisis kepuasan pelanggan

37
BAB IV - TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

A. Target Kinerja
Target Kinerja merupakan salah satu pentahapan yang sangat menentukan keberhasilan
lembaga dalam mewujudkan tercapaianya indikator kinerja sasaran dan misi Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Direktorat Sekolah Menengah Pertama
menetapkan 6 (enam) sasaran program untuk mendukung tercapainya Indikator Kinerja
Sasaran (IKS) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Keberhasilan Sasaran Program
tersebut ditentukan oleh ketercapaian Indikator Kinerja Program (IKP) maupun Indikator
Kinerja Kegiatan (IKK).

38
Tabel 7 Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat SMP, Tahun 2020 – 2021
Sasaran Strategis Sasaran Program Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan
SS 1 Meningkatnya pemerataan SP 3.1 Meningkatnya perluasan akses afirmasi jenjang SK Tersedianya layanan IKK Jumlah kab/kota dengan APK
layanan pendidikan bermutu di pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan SMP yang merata SMP/MTs/SMPLB sekurang-kurangnya
seluruh jenjang menengah serta percepatan Wajib Belajar 12 dan berkualitas 100%
Tahun
SS 2 Meningkatnya kualitas SP 3.2 Meningkatnya mutu satuan pendidikan jenjang IKK Jumlah SMP yang menjadi Sekolah
pembelajaran dan relevansi pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan Penggerak
pendidikan di seluruh jenjang menengah
SP 3.3 Meningkatnya kualitas pembelajaran pada jenjang IKK Persentase SMP yang memiliki nilai kinerja
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan sekolah (scorecard) minimal 75 (kategori
menengah Sangat Tinggi)
IKK Persentase siswa SMP dengan nilai
Asesmen Kompetensi (Literasi) memenuhi
kompetensi minimum
IKK Persentase siswa SMP dengan nilai
Asesmen Kompetensi (Numerasi) memenuhi
kompetensi minimum
SP 3.5 Terwujudnya pengelolaan pendidikan yang IKK Persentase SMP yang menggunakan
partisipatif, transparan dan akuntabel pada jenjang peralatan TIK (komputer) dalam proses
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pembelajaran
menengah
SP 3.6 Terwujudnya tata kelola Ditjen Pendidikan Anak IKK Persentase data pokok pendidikan SMP
Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah yang yang akurat, terbarukan dan berkelanjutan
berkualitas
SS 3 Menguatnya karakter peserta SP 3.4 Meningkatnya karakter peserta didik IKK Persentase SMP yang memiliki lingkungan
didik kondusif dalam pembangunan karakter

39
Tabel 8 Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat SMP, Tahun 2022 – 2024

Sasaran Strategis Sasaran Program Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan


SS 1 Meningkatnya pemerataan SP Meningkatnya partisipasi pendidikan anak usia dini, SK Tersedianya layanan IKK 1.3.1.1 Jumlah SMP menerima program
layanan pendidikan bermutu di dasar, dan menengah pendidikan SMP yang merata afirmasi
seluruh jenjang dan berkualitas

SS 2 Meningkatnya kualitas SP Meningkatnya nilai asesmen kompetensi (literasi dan SK Meningkatnya pembelajaran IKK 2.2.1.3 Jumlah SMP Penggerak
pembelajaran (kompetensi dan numerasi) satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama
karakter) dan relevansi di yang berkualitas
seluruh jenjang
IKK 2.2.2.3 Persentase SMP yang menerapkan
pembelajaran paradigma baru
SP Meningkatnya kualitas dan kemanfaatan hasil asesmen SK Meningkatnya pembelajaran IKK 2.2.7.5 Persentase SMP yang
untuk praktik pembelajaran Sekolah Menengah Pertama mendapatkan pembinaan
yang berkualitas peningkatan mutu pembelajaran
IKK 2.2.7.6 Persentase SMP yang
menggunakan perangkat
pendidikan untuk mendukung
proses pembelajaran berkualitas
SP Meningkatnya internalisasi nilai penguatan karakter SK Meningkatnya internalisasi IKK 2.3.1.2 Persentase SMP yang memiliki
nilai penguatan karakter skor karakter peserta didik pada
Peserta didik Sekolah kategori baik
Menengah Pertama

40
B. Kerangka Pendanaan
Upaya untuk mencapai tujuan Kemdikbudristek dan sasaran-sasaran strategis yang telah
ditetapkan, diperlukan dukungan berbagai macam sumber daya, dukungan dan prasarana
yang memadai, dukungan regulasi, dan tentunya sumber pendanaan yang cukup.
Sehubungan dengan dukungan pendanaan, indikasi kebutuhan pendanaan untuk mencapai
tujuan dan sasaran strategis Kemdikbudristek dibagi ke dalam dua periode yakni:
1. Pagu 2021 dan Pagu 2022; dan
2. Indikasi Kebutuhan Pendanaan 2023-2024.
Tabel 9 Kerangka Pendanaan Rencana Strategis Direktorat SMP, Tahun 2021 dan 2022
Pagu 2021 Pagu 2022
Label Kode Program/Output
(Rp Ribu) (Rp Ribu)
Program 023.03.06 Program Pendidikan PAUD Dasar dan Menengah 882.797.489 918.497.234
Kegiatan 2000 Pembinaan Sekolah Menengah Pertama 667.994.144 799.268.692
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sekolah Menengah
Kegiatan 4461 182.168.624 86.782.765
Pertama
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Kegiatan 2005 Lainnya Ditjen PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan 32.634.721 32.445.777
Menengah

Adapun kebutuhan pendanaan pada tahun 2023-2024, tertuang pada tabel berikut:
Tabel 10 Kebutuhan Pendanaan Direktorat SMP, Tahun 2023 - 2024
Indikasi Kebutuhan Pendanaan
No Program (Rp Milliar) Jumlah
2023 2024
1 Program Dukungan Manajemen 289,01 297,68 586,69
2 Program Kualitas Pembelajaran 400,14 412,14 812,27
3 Program PAUD dan Wajib Belajar 12 Tahun 280,65 289,07 569,72
Jumlah 969,80 998,89 1.968,68

41
BAB V - PENUTUP

Rencana Strategis ini menjabarkan visi Direktorat Sekolah Menengah Pertama beserta
sasaran program, arah kebijakan dan strategi untuk mencapai sasaran program yang
ditargetkan. Dengan demikian Renstra ini menggambarkan secara jelas keterkaitan antara
sasaran program, dan sasaran kegiatan, serta dilengkapi dengan indikator keberhasilannya
guna mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam pemanfaatan APBN.
Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Sekolah Menengah Pertama ini diharapkan untuk
digunakan sebagai pedoman dan arah pembangunan Pendidikan Sekolah Menengah
Pertama yang hendak dicapai pada periode tahun 2020 – 2024. Selain itu Renstra Direktorat
ini merupakan pedoman di bidang Pendidikan Sekolah Menengah Pertama dalam menyusun
(1) Rencana Strategis; (2) Rencana Kerja (Renja) dan RKA-KL; (3) Laporan Tahunan; dan (4)
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIN).
Demikian Renstra Direktorat SMP disusun agar pihak yang terlibat aktif secara efektif dan
konstruktif dalam kegiatan pembangunan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama,
termasuk memberi kritik, evaluasi, dan rekomendasi. Diharapkan mampu meningkatkan
hasil pembangunan bidang Pendidikan Sekolah Menengah Pertama, selama lima tahun
mendatang yang hasilnya bisa dirasakan oleh masyarakat seluruh Indonesia.

42
LAMPIRAN
Lampiran 1a. Matriks Kinerja dan Pendanaan Direktorat SMP Tahun 2020
Alokasi
Program/ Target
Sasaran Program/Sasaran kegiatan/Indikator (IKSS,IKP,IKK) Satuan (Rp Miliar)
Kegiatan
2020 2020
SS 1 Meningkatnya pemerataan layanan pendidikan bermutu di seluruh jenjang
IKSS 1.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/SMPLB/Sederajat % 92,46
SS 2 Meningkatnya kualitas pembelajaran dan relevansi pendidikan di seluruh jenjang
IKSS 2.2 Persentase siswa dengan nilai Asesmen Kompetensi (Literasi) memenuhi kompetensi minimum % 57,20
IKSS 2.3 Persentase siswa dengan nilai Asesmen Kompetensi (Numerasi) memenuhi kompetensi minimum % 26,50
SS 3 Menguatnya karakter peserta didik
IKSS 3.1 Persentase satuan pendidikan yang memiliki lingkungan kondusif dalam pembangunan karakter % 30
023.03.06 Program Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah 6.050,60
SP 3.1 Meningkatnya perluasan akses afirmasi jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan menengah serta percepatan Wajib Belajar 12 Tahun
IKP 3.1.2 Jumlah kab/kota dengan nilai kinerja sekolah (scorecard) minimum 75 (kategori tinggi) kab/kota 6
SP 3.2 Meningkatnya mutu satuan pendidikan jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan menengah
Satuan
IKP 3.2.2 Jumlah satuan pendidikan menjadi Sekolah Penggerak -
Pendidikan
SP 3.3 Meningkatnya kualitas pembelajaran pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan menengah
IKP 3.3.2 Persentase siswa dengan nilai Asesmen Kompetensi (Literasi) memenuhi kompetensi minimum % 57,20
IKP 3.3.3 Persentase siswa dengan nilai Asesmen Kompetensi (Numerasi) memenuhi kompetensi minimum % 26,50
SP 3.4 Meningkatnya karakter peserta didik
IKP 3.4.1 Persentase satuan pendidikan yang memiliki lingkungan kondusif dalam pembangunan karakter % 30
Terwujudnya pengelolaan pendidikan yang partisipatif, transparan dan akuntabel pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan
SP 3.5
menengah
IKP 3.5.4 Persentase data pokok PAUD, Dikdas, dan Dikmen yang akurat, terbarukan dan berkelanjutan % 95
SP 3.6 Terwujudnya tata kelola Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah yang berkualitas
Alokasi
Program/ Target
Sasaran Program/Sasaran kegiatan/Indikator (IKSS,IKP,IKK) Satuan (Rp Miliar)
Kegiatan
2020 2020
IKP 3.6.1 Predikat SAKIP Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah minimal BB predikat BB
2000 Pembinaan Sekolah Menengah Pertama 944,48
SK Tersedianya layanan pendidikan SMP yang merata dan berkualitas
IKK Jumlah kab/kota dengan APK SMP/MTs/SMPLB sekurang-kurangnya 100% kab/kota 317
IKK Jumlah SMP yang menjadi Sekolah Penggerak sekolah -
IKK Persentase SMP yang memiliki nilai kinerja sekolah (scorecard ) minimal 75 (kategori Sangat Tinggi) % -
IKK Persentase siswa SMP dengan nilai Asesmen Kompetensi (Literasi) memenuhi kompetensi minimum % 53
IKK Persentase siswa SMP dengan nilai Asesmen Kompetensi (Numerasi) memenuhi kompetensi minimum % 26,50
IKK Persentase SMP yang menggunakan peralatan TIK (komputer) dalam proses pembelajaran % 62,50
IKK Persentase SMP yang memiliki lingkungan kondusif dalam pembangunan karakter % 30
IKK Persentase data pokok pendidikan SMP yang akurat, terbarukan dan berkelanjutan % 95,20
Lampiran 1b. Matriks Kinerja dan Pendanaan Direktorat SMP Tahun 2021
Alokasi
Program/ Target
Sasaran Program/Sasaran kegiatan/Indikator (IKSS,IKP,IKK) Satuan (Rp Miliar)
Kegiatan
2021 2021
SS 1 Meningkatnya pemerataan layanan pendidikan bermutu di seluruh jenjang
IKSS 1.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/SMPLB/Sederajat % 94,34
SS 2 Meningkatnya kualitas pembelajaran dan relevansi pendidikan di seluruh jenjang
IKSS 2.2 Persentase siswa dengan nilai Asesmen Kompetensi (Literasi) memenuhi kompetensi minimum % 58,20
IKSS 2.3 Persentase siswa dengan nilai Asesmen Kompetensi (Numerasi) memenuhi kompetensi % 27,40
minimum
SS 3 Menguatnya karakter peserta didik
IKSS 3.1 Persentase satuan pendidikan yang memiliki lingkungan kondusif dalam pembangunan % 35
karakter
SP 2.3 Meningkatnya kualitas pembelajaran pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan menengah
IKP 2.3.2 Persentase siswa dengan nilai Asesmen Kompetensi (Literasi) memenuhi kompetensi minimum % 58,20
IKP 2.3.3 Persentase siswa dengan nilai Asesmen Kompetensi (Numerasi) memenuhi kompetensi % 27,40
minimum
3 Program PAUD dan Wajib Belajar 12 Tahun 23.265,62
SP 3.1 Meningkatnya perluasan akses afirmasi jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan menengah serta percepatan Wajib Belajar 12
Tahun
IKP 3.1.3 Jumlah kab/kota dengan nilai kinerja sekolah (scorecard) minimum 75 (kategori tinggi) kab/kota 56
SP 3.2 Meningkatnya mutu satuan pendidikan jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan menengah
IKP 3.2.1 Persentase satuan pendidikan jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, dan SLB dengan nilai scorecard % 5
minimum 75 (kategori tinggi)
IKP 3.2.2 Jumlah satuan pendidikan menjadi Sekolah Penggerak satuan 4.503
pendidikan
Alokasi
Program/ Target
Sasaran Program/Sasaran kegiatan/Indikator (IKSS,IKP,IKK) Satuan (Rp Miliar)
Kegiatan
2021 2021
SP 3.3 Meningkatnya karakter peserta didik
IKP 3.3.1 Persentase satuan pendidikan yang memiliki lingkungan kondusif dalam pembangunan karakter % 35
IKP 3.3.2 Persentase siswa dengan nilai Survei Karakter memenuhi tingkat minimum % 58,20
SP 3.4 Terwujudnya pengelolaan pendidikan yang partisipatif, transparan dan akuntabel pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan
menengah
IKP 3.4.4 Persentase data pokok PAUD, Dikdas, dan Dikmen yang akurat, terbarukan dan berkelanjutan % 95
2000 Pembinaan Sekolah Menengah Pertama
SK Tersedianya layanan pendidikan SMP yang merata dan berkualitas
IKK Jumlah kab/kota dengan APK SMP/MTs/SMPLB sekurang-kurangnya 100% kab/kota 327
IKK Jumlah SMP yang menjadi Sekolah Penggerak sekolah 1.603
IKK Persentase SMP yang memiliki nilai kinerja sekolah (scorecard ) minimal 75 (kategori Sangat Tinggi) % 5
IKK Persentase siswa SMP dengan nilai Asesmen Kompetensi (Literasi) memenuhi kompetensi minimum % 55
IKK Persentase siswa SMP dengan nilai Asesmen Kompetensi (Numerasi) memenuhi kompetensi minimum % 27,40
IKK Persentase SMP yang menggunakan peralatan TIK (komputer) dalam proses pembelajaran % 65
IKK Persentase SMP yang memiliki lingkungan kondusif dalam pembangunan karakter % 35
IKK Persentase data pokok pendidikan SMP yang akurat, terbarukan dan berkelanjutan % 95,90
Lampiran 1c. Matriks Kinerja dan Pendanaan Direktorat SMP Tahun 2022 - 2024
Baseline Target Alokasi (dalam juta rupiah)
Kode Sasaran Program (Outcome )/ Sasaran Kegiatan/Indikator Satuan Sumber Data
2020 2022 2023 2024 2022 2023 2024
SS 1 Meningkatnya pemerataan layanan pendidikan bermutu di seluruh jenjang
IKSS 1.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13-15 tahun % 95,74 96,14 96,34 96,55 BPS
SS 2 Meningkatnya kualitas pembelajaran (kompetensi dan karakter) dan relevansi di seluruh jenjang
IKSS 2.2 Proporsi peserta didik yang memiliki nilai di atas batas minimum dalam asesmen kompetensi minimum Inventori Data
Hasil Asesmen
Nasional
a. Literasi % 43,00 47,50 49,75 52,00
b. Numerasi % 22,90 28,30 29,20 30,10
IKSS 2.3 Persentase satuan Pendidikan yang memiliki indeks karakter, indeks % - 27,50 30 32,50 Inventori Data
iklim keamanan sekolah, dan indeks inklusivitas dan kebinekaan Hasil Asesmen
pada kategori baik Nasional
Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Wajib Belajar 12 Tahun
SP Meningkatnya partisipasi pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah
IKP 1.3.1 Persentase Kab/Kota dengan Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13- Ditjen 66,73 68,48 68,68 69,26 43.373,69 45.542,38 47.819,50 BPS
15 tahun diatas 95%
2000 Pembinaan Sekolah Menengah Pertama
SK Tersedianya layanan pendidikan SMP yang merata dan berkualitas
IKK 1.3.1.1 Jumlah SMP menerima program afirmasi Lembaga - 490 500 510 43.373,69 45.542,38 47.819,50 APBN
Program Kualitas Pengajaran dan Pembelajaran
SP Meningkatnya nilai asesmen kompetensi (literasi dan numerasi) satuan pendidikan
IKP 2.2.1 Jumlah satuan pendidikan yang menjadi sekolah penggerak Sekolah - 9.100 14.100 19.100 100.464,13 130.603,37 169.784,38 Database Sekolah
Penggerak
4461 Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama
Baseline Target Alokasi (dalam juta rupiah)
Kode Sasaran Program (Outcome )/ Sasaran Kegiatan/Indikator Satuan Sumber Data
2020 2022 2023 2024 2022 2023 2024
SK Meningkatnya pembelajaran Sekolah Menengah Pertama yang berkualitas
IKK 2.2.1.3 Jumlah SMP Penggerak Lembaga - 1.779 2.750 3.721 15.163,62 19.712,70 25.626,51 Database Sekolah
Penggerak
IKP 2.2.2 Persentase satuan pendidikan yang menerapkan pembelajaran % - 2,14 3,32 4,49 91.678,44 119.181,97 154.936,57 Dapodik
paradigma baru
4461 Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama
SK Meningkatnya pembelajaran sekolah menengah pertama yang berkualitas
IKK 2.2.2.3 Persentase SMP yang menerapkan pembelajaran paradigma baru % - 4,31 6,67 9,02 21.792,00 28329,6 36828,48 Dapodik yang
diolah
SP Meningkatnya kualitas dan kemanfaatan hasil asesmen untuk praktik pembelajaran
IKP 2.2.7 Prosentase Satuan Pendidikan yang memanfaatkan Profil dan Rapor % - 25 50 75 3.344.961,43 3.428.924,87 3.651.964,81 Profil dan Rapor
Pendidikan untuk mendukung perbaikan pembelajaran Pendidikan
4461 Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama
SK Meningkatnya pembelajaran sekolah menengah pertama yang berkualitas
IKK 2.2.7.5 Persentase SMP yang mendapatkan pembinaan peningkatan mutu % - 4,31 6,67 9,02 32.646,83 42.440,88 55.173,14 Laporan Internal
pembelajaran
IKK 2.2.7.6 Persentase SMP yang menggunakan perangkat pendidikan untuk % 68,37 87,37 90,78 94,18 175.625,00 175.625,00 175.625,00 Dapodik yang
mendukung proses pembelajaran berkualitas diolah
SP Meningkatnya internalisasi nilai penguatan karakter
IKP 2.3.1 Persentase satuan pendidikan yang memiliki skor karakter peserta % 50 51 52 53 17.044,51 22.157,87 28.805,23 Inventori Data
didik pada kategori baik Hasil Asesmen
Nasional
4461 Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama
SK Meningkatnya internalisasi nilai penguatan karakter Peserta didik Sekolah Menengah Pertama
IKK 2.3.1.2 Persentase SMP yang memiliki skor karakter peserta didik pada % 44 45 46 47 5.726,77 7.444,80 9.678,25 Inventori data
kategori baik hasil AN
Baseline Target Alokasi (dalam juta rupiah)
Kode Sasaran Program (Outcome )/ Sasaran Kegiatan/Indikator Satuan Sumber Data
2020 2022 2023 2024 2022 2023 2024
Program Dukungan Manajemen
IKP 5.3.6 Predikat SAKIP Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen Predikat A A A A 110.287,35 143.373,56 186.385,62 Laporan hasil
evaluasi SAKIP
2005 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
SK Menguatnya tata kelola satuan kerja di lingkungan Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen
Predikat SAKIP Direktorat Sekolah Menengah Pertama % BB A A A Laporan hasil
evaluasi SAKIP
Nilai Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan RKA-K/L Direktorat - - 85 85 85 Nilai Kinerja
Sekolah Menengah Pertama Anggaran (NKA)
Lampiran 2. Definisi Operasional, Metode Penghitungan, dan Sumber Data

Kode Indikator Kinerja Definisi Operasional Metode Perhitungan Indikator Keberhasilan Unit Pelaksana Sumber Data

SS 1 Meningkatnya Pemerataan Layanan Pendidikan di Seluruh Jenjang


IKSS 1.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Indikator ini menghitung proporsi dari (∑ penduduk usia 13-15 tahun Meningkatnya Angka Direktorat Sekolah Badan Pusat Statistik
13-15 tahun penduduk kelompok usia 13-15 tahun yang bersekolah / ∑ penduduk Partisipasi Sekolah (APS) Menengah Pertama, (BPS)
yang sedang bersekolah (tanpa usia 13-15 th) x 100% penduduk usia 13-15 tahun Direktorat Jenderal
memandang jenjang pendidikan yang mendekati angka 100% Pendidikan Anak Usia
ditempuhi) terhadap penduduk kelompok Dini, Pendidikan
usia 13-15 tahun Dasar, dan Pendidikan
Menengah
SS 2 Meningkatnya kualitas pembelajaran (kompetensi dan karakter) dan relevansi di seluruh jenjang
SP Meningkatnya partisipasi pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah
IKP 1.3.1 Persentase Kab/Kota dengan Jumlah kabupaten/kota dengan proporsi (Σ kab/kota dengan Angka Meningkatnya persentase Direktorat Sekolah Badan Pusat Statistik
Angka Partisipasi Sekolah (APS) dari perbandingan penduduk kelompok Partisipasi Sekolah (APS) 13-15 kab/kota dengan penduduk Menengah Pertama, (BPS)
13-15 tahun diatas 95% usia sekolah 13-15 tahun yang sedang tahun diatas 95%) / (Σ kab/kota) x usia sekolah 13-15 tahun yang Direktorat Jenderal
bersekolah (tanpa memandang jenjang 100 % bersekolah diatas persentase Pendidikan Anak Usia
pendidikan yang ditempuh) terhadap 95 mendekati 100% Dini, Pendidikan
penduduk kelompok usia sekolah yang Dasar, dan Pendidikan
bersesuaian (nilai APS) diatas 95% Menengah
terhadap jumlah seluruh kabupaten/kota.
SP Meningkatnya nilai asesmen kompetensi (literasi dan numerasi) satuan pendidikan
IKP 2.2.1 Jumlah satuan pendidikan yang Sekolah Penggerak merupakan katalis Σ satuan pendidikan yang Meningkatnya jumlah satuan Direktorat Jenderal Database Sekolah
menjadi sekolah penggerak untuk mewujudkan visi pendidikan ditetapkan menjadi sekolah pendidikan penggerak Pendidikan Anak Usia Penggerak
Indonesia. Visi Pendidikan Indonesia penggerak sesuai SK yang telah mendekati jumlah seluruh Dini, Pendidikan
yaitu mewujudkan Indonesia maju yang diterbitkan satuan pendidikan Dasar, dan Pendidikan
berdaulat, mandiri, dan berkepribadian Menengah
melalui terciptanya Pelajar Pancasila
yang bernalar kritis; kreatif; mandiri;
beriman bertakwa kepada Tuhan YME
dan berakhlak mulia; bergotong royong
dan berkebinekaan global.
IKP 2.2.2 Persentase satuan pendidikan Jumlah satuan pendidikan yang (Σ satuan pendidikan yang Meningkatnya persentase Direktorat Jenderal Dapodik, BSKAP
yang menerapkan pembelajaran menggunakan kurikulum yang menerapkan pembelajaran satuan pendidikan yang Pendidikan Anak Usia
paradigma baru disesuaikan dengan tujuan untuk paradigma baru / (Σ satuan menerapkan pembelajaran Dini, Pendidikan
mengembangkan dan menguatkan pendidikan) x 100 % paradigma baru mendekati Dasar, dan Pendidikan
Kode Indikator Kinerja Definisi Operasional Metode Perhitungan Indikator Keberhasilan Unit Pelaksana Sumber Data
kompetensi dan karakter yang sesuai 100% Menengah
dengan Profil Pelajar Pancasila.
Kurikulum paradigma baru tersebut akan
mulai digunakan di Sekolah Penggerak,
yang selanjutnya akan terus bertambah
untuk dikembangkan pada satuan
pendidikan lainnya.
SP Meningkatnya kualitas dan kemanfaatan hasil asesmen untuk praktik pembelajaran
IKP 2.2.7 Persentase satuan pendidikan Pemanfaatan profil dan rapor pendidikan (Σ satuan pendidikan yang Meningkatnya persentase Direktorat Jenderal Profil dan Rapor
yang memanfaatkan profil dan oleh satuan pendidikan digunakan untuk memanfaatkan profil dan rapor satuan pendidikan Pendidikan Anak Usia Pendidikan
rapor pendidikan untuk mengevaluasi secara keseluruhan pendidikan untuk mendukung memanfaatkan profil dan rapor Dini, Pendidikan
mendukung perbaikan proses belajar mengajar antara guru perbaikan pembelajaran / Σ pendidikan untuk mendukung Dasar, dan Pendidikan
pembelajaran dan peserta didik yang didukung dengan seluruh satuan pendidikan) x 100 perbaikan pembelajaran Menengah
sarana dan prasana yang ada di % mendekati 100%
sekolah. Selain itu, profil dan rapor
pendidikan akan digunakan oleh satuan
pendidikan dalam memfasilitasi
perencanaan penganggaran,
pelaksanaan pembelajaran dan
penatausahaan di sekolah
SP Meningkatnya internalisasi nilai penguatan karakter
IKP 2.3.1 Persentase satuan pendidikan Kegiatan-kegiatan di satuan pendidikan (Σ satuan pendidikan yang Meningkatnya persentase Direktorat Jenderal Inventori Data Hasil
yang memiliki skor karakter yang menunjang untuk melatih memiliki skor karakter peserta didik satuan pendidikan yang Pendidikan Anak Usia Asesmen Nasional
peserta didik pada kategori baik kepemimpinan, kepribadian dan pada kategori baik / Σ satuan memiliki skor karakter peserta Dini, Pendidikan
pengembangan budi pekerti peserta pendidikan) x 100 % didik pada kategori baik Dasar, dan Pendidikan
didik melalui kegiatan intrakurikuler dan mendekati 100% Menengah
ekstrakurikuler dengan melibatkan para
pemangku kepentingan berdasarkan
hasil penilaian dari survei karakter.
SK Tersedianya layanan pendidikan SMP yang merata dan berkualitas
IKK 1.3.1.1 Jumlah SMP menerima program Kebijakan afirmasi pendidikan ∑ Satuan Pendidikan jenjang Tersalurkannya program Direktorat Sekolah APBN
afirmasi merupakan momentum awal untuk SMP yang menerima Program afirmasi ke satuan SMP yang Menengah Pertama,
tercapainya cita-cita akses pendidikan Afirmasi berhak mendapatkan Direktorat Jenderal
yang berkeadilan. Mencerdaskan Pendidikan Anak Usia
kehidupan bangsa sebagai amanat Dini, Pendidikan
konstitusi tidak akan pernah tercipta jika Dasar, dan Pendidikan
Kode Indikator Kinerja Definisi Operasional Metode Perhitungan Indikator Keberhasilan Unit Pelaksana Sumber Data
pendidikan hanya dinikmati oleh mereka Menengah
di daerah yang dekat dengan pusat.
Program afirmasi ini bertujuan
untukmengurangi kesenjangan antara
pusat dan daerah. Perhitungan dilakukan
pada jenjang SMP.
SK Meningkatnya pembelajaran SMP yang berkualitas
IKK 2.2.1.3 Jumlah SMP Penggerak SMP Penggerak merupakan katalis untuk ∑ satuan pendidikan SMP Meningkatnya jumlah SMP Direktorat Sekolah Database Sekolah
mewujudkan visi pendidikan Indonesia Penggerak sesuai SK yang telah penggerak mendekati jumlah Menengah Pertama, Penggerak
pada sekolah jenjang SMP. Visi terbit seluruh SMP Direktorat Jenderal
Pendidikan Indonesia yaitu mewujudkan Pendidikan Anak Usia
Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, Dini, Pendidikan
dan berkepribadian melalui terciptanya Dasar, dan Pendidikan
Pelajar Pancasila yang bernalar kritis; Menengah
kreatif; mandiri; beriman bertakwa
kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia;
bergotong royong dan berkebinekaan
global.
IKK 2.2.2.3 Persentase SMP yang Jumlah SMP penggerak yang (∑ SMP yang menerapkan Meningkatnya persentase Direktorat Sekolah Dapodik
menerapkan pembelajaran menggunakan kurikulum yang pembelajaran paradigma baru) / satuan SMP yang menerapkan Menengah Pertama,
paradigma baru disesuaikan dengan tujuan untuk ∑ seluruh satuan pendidikan pembelajaran paradigma baru Direktorat Jenderal
mengembangkan dan menguatkan SMP) x 100 % mendekati 100% Pendidikan Anak Usia
kompetensi dan karakter yang sesuai Dini, Pendidikan
dengan Profil Pelajar Pancasila. Dasar, dan Pendidikan
Kurikulum paradigma baru tersebut akan Menengah
mulai digunakan di Sekolah Penggerak,
yang selanjutnya akan terus bertambah
untuk dikembangkan pada satuan
pendidikan lainnya.
IKK 2.2.7.5 Persentase SMP yang SMP yang didampingi dalam (∑ SMP yang mendapatkan Meningkatnya persentase Direktorat Sekolah Laporan Internal Dit
mendapatkan pembinaan meningkatkan mutu pembelajaran untuk pembinaan peningkatan mutu satuan SMP yang Menengah Pertama, SMP
peningkatan mutu pembelajaran peningkatan mutu pendidikan daerah pembelajaran) / ∑ seluruh satuan mendapatkan pembinaan Direktorat Jenderal
melalui profil dan rapor pendidikan pendidikan SMP) x 100 % peningkatan mutu Pendidikan Anak Usia
daerah. Pendampingan dilakukan melalui pembelajaran mendekati 100% Dini, Pendidikan
program kegiatan direktorat dan juga Dasar, dan Pendidikan
dengan pemberian bantuan kepada Menengah
kab/kota untuk meningkatkan mutu
Kode Indikator Kinerja Definisi Operasional Metode Perhitungan Indikator Keberhasilan Unit Pelaksana Sumber Data
pembelajaran satuan SMP di wilayahnya.
IKK 2.2.7.6 Persentase SMP yang Perbandingan jumlah satuan pendidikan (∑ SMP yang menggunakan Meningkatnya persentase Direktorat Sekolah Dapodik
menggunakan perangkat SMP yang memiliki peralatan teknologi perangkat pendidikan untuk satuan SMP yang Menengah Pertama,
pendidikan untuk mendukung informasi dan komunikasi (TIK) dan mendukung proses pembelajaran menggunakan perangkat Direktorat Jenderal
proses pembelajaran berkualitas digunakan dalam pembelajaran. Yang berkualitas) / ∑ seluruh satuan pendidikan untuk mendukung Pendidikan Anak Usia
termasuk dalam TIK tidak hanya pendidikan SMP) x 100 % proses pembelajaran Dini, Pendidikan
komputer namun semua alat yang mendekati 100% Dasar, dan Pendidikan
menunjang teknologi informasi dan Menengah
komunikasi yang dapat digunakan untuk
menunjang proses belajar mengajar
termasuk kelengkapannya.
SK Meningkatnya internalisasi nilai penguatan karakter Peserta didik SMP
IKK 2.3.1.2 Persentase SMP yang memiliki Indeks karakter menunjukkan (∑ satuan pendidikan pada Meningkatnya persentase Direktorat Sekolah Inventori data hasil
skor karakter peserta didik pada tingkat/ukuran karakter peserta didik dari jenjang SMP dengan indeks satuan SMP yang memiliki Menengah Pertama, AN
kategori baik suatu SMP tertentu yang dinilai karakter pada kategori baik / ∑ skor karakter peserta didik Direktorat Jenderal
berdasarkan 6 dimensi karakter Profil seluruh satuan pendidikan pada pada kategori baik mendekati Pendidikan Anak Usia
Pelajar Pancasila. SMP dinilai jenjang SMP) x 100 % 100% Dini, Pendidikan
mempunyai indeks karakter baik apabila Dasar, dan Pendidikan
SMP tersebut berada pada level Menengah
membudaya. aktivitas, alat dan prosedur
yang dirancang untuk tujuan penetapan
dan pengukuran, pengumpulan data,
pengklarifikasian, pengikhtisaran, dan
pelaporan kinerja pada instansi
pemerintah, dalam rangka
pertanggungjawaban dan peningkatan
kinerja instansi pemerintah

Anda mungkin juga menyukai