Anda di halaman 1dari 130

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DAN SIMULASI


BANTUAN HIDUP DASAR TERHADAP PENGETAHUAN
DAN KETERAMPILAN SISWA PMR DI
SMA NEGERI 20 PALEMBANG

SEFTIYA ANGGRAINI
NIM. 21119053P

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2023
SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DAN SIMULASI


BANTUAN HIDUP DASAR TERHADAP PENGETAHUAN
DAN KETERAMPILAN SISWA PMR DI
SMA NEGERI 20 PALEMBANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana keperawatan

SEFTIYA ANGGRAINI
NIM. 21119053P

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2023
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Penulis
Nama : Seftiya Anggraini
Tempat tanggal lahir : Baturaja, 21 September 1996
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Mahasiswa
Alamat : Jln. Syeh A Kaliyudin Desa Tjg.Baru Kecamatan Baturaja
Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera
Selatan
Email : seftiya1996@gmail.com
No. Handphone : 081365906071
Nama orang tua
Ayah : Arbani
Ibu : Reni Asmara
Agama : Islam
Alamat : Jln. Syeh A Kaliyudin Desa Tjg.Baru Kecamatan Baturaja
Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera
Selatan
Riwayat pendidikan
1. SDN 11 OKU : 2002-2008
2. SMPN 2 OKU : 2008-2011
3. SMAN 1 OKU : 2011-2014
4. DIII Keperawatan Kesdam II/Sriwijaya Palembang : 2014-2017
5. S1 Keperawatan IKesT Muhammadiyah Palembang : 2019- 2023

iv
ABSTRAK

Nama : Seftiya Anggraini


NIM : 21119053P
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Pengaruh Pendidikan Kesehatan dan Simulasi Bantuan Hidup
Dasar Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Siswa PMR di
SMA Negeri 20 Palembang
Jumlah Halaman :
Latar Belakang : Henti jantung atau cardiac arrest adalah penghentian
mendadak aktivitas pemompaan jantung yang efektif, yang menimbulkan
berhentinya sirkulasi. Secara global kejadian henti jantung masih menjadi masalah
utama dimana tingkat kematian akibat henti jantung masih terus mengalami
peningkatan ditiap tahunnya dan kematian tertinggi terjadi di luar rumah sakit.
Adapun angka kejadian henti jantung di Indonesia berkisar 10 dari 100.000 orang
normal yang berusia di bawah 35 tahun. Salah satu upaya dalam meningkatkan
harapan hidup korban dengan henti jantung yaitu melakukan pertolongan pertama
Bantuan Hidup Dasar (BHD). Selain dilakukan oleh paramedic, orang awam pun
juga berperan penting dalam melakukan BHD. BHD dapat diajarkan pada siswa
SMA terutama siswa PMR. Tujuan Penelitian : Diketahuinya Pengaruh
Pendidikan Kesehatan dan Simulasi Bantuan Hidup Dasar Terhadap Pengetahuan
dan Keterampilan Siswa PMR di SMA Negeri 20 Palembang. Metode Penelitan :
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain pre eksperiment atau one
grup pre test and post test design. Teknik sampling menggunakan Total sampling.
Responden pada penelitian ini sebanyak 32 responden siswa PMR di SMA Negeri
20 Palembang. Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini didapatkan nilai median
pengetahuan sebelum penkes (50,00) setelah penkes (90,00) dan keterampilan
sebelum simulasi (10,00) keterampilan sesudah simulasi (75,00). Dari hasil
Wilcoxon didapatkan ρ value = 0.000 (ρ value < 0.05).
Kesimpulan : Adanya pengaruh pendidikan kesehatan dan simulasi BHD
terhadap pengetahuan dan keterampilan siswa PMR di SMA Negeri 20
Palembang.
Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan dan Simulasi Bantuan Hidup
Dasar,Pengetahuan dan Keterampilan Siswa PMR
Daftar Pustaka : 26 (2012-2020)

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa


Ta’ala karena atas berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan dan Simulasi Tentang
Bantuan Hidup Dasar Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Siswa PMR Di
SMA Negeri 20 Palembang”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita yaitu Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang
teleh menunjukkan kepada kita jalan yan lurus berupa ajaran agama Islam yang
sempurna dan menjadi anugerah serta Rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan di Institut Ilmu Kesehatan dan
Teknologi Muhammadiyah Palembang sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. Dalam penyusunan skripsi ini penulis sangat menyadari bahwa masih
banyak terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan Ilmu pengetahuan,
pengalaman serta kekhilafan yang penulis miliki. Maka dari itu, dengan ikhlas
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendidik dan membangun
dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan skripsi dimasa yang akan
datang. Penyusunan skripsi tidak akan terlaksana tanpa bimbingan, pengarahan,
bantuan serta saran dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Heri Shatriadi CP, M.Kes. selaku Rektor IKesT Muhammadiyah
Palembang
2. Bapak Yudiansyah, S.KM., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
3. Ibu Siti Romadoni, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan
4. Ibu Apriyani, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Miranti Florencia Iswari, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

vi
6. Ibu Imardiani,S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku Penguji I yang telah memberikan
bimbingan dan motivasi serta koreksi selama penulisan skripsi ini untuk lebih
baik lagi.
7. Ibu Efroliza,S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku Penguji II yang telah memberikan
bimbingan dan motivasi serta koreksi selama penulisan skripsi ini untuk lebih
baik lagi.
8. Seluruh dosen Program Studi dan staf pegawai IKesT Muhammadiyah
Palembang yang senantiasa memberikan ilmunya dalam proses belajar
mengajar.
9. Teristimewa kepada kedua orang tua saya tercinta dan tersayang yang sangat
berjuang dalam hidup saya dan tak pernah berhenti mencurahkan kasih
sayangnya kepada saya, yang selalu mendoakan dan mendukung saya untuk
mendapatkan hasil yang terbaik dalam segala hal dan juga dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
10. Sahabat dan teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan
kepada saya.

Palembang, 18 Juli 2023

Penulis

vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………..………………………….i
Halaman Persetujuan……………………………….…………………………...i
Kata Pengantar……………………………………….……………………....
….iv
Daftar Isi………………………………………………..…………………….….vi
Daftar Tabel………………………………………………..…….………………ix
Daftar Gambar…………………………………………….………………….….x
Daftar Bagan…………………………………………………..…………………
xi
Daftar Lampiran………………………………………………………………..xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………
4
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………...…..4
D. Ruang Lingkup………………………………………………………..…….….4
E. Manfaat Penelitian……………………………………………………………...4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Bantuan Hidup Dasar………………………………………...…6
I. Definisi Bantuan Hidup Dasar…………………………………………..6
2. Indikasi Bantuan Hidup Dasar……………………………...…………..6
3. Tujuan Bantuan Hidup Dasar………………………………………...…7
4. Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar………………………………..7
5. Tatalaksana Hand Only CPR……………………………….
………….13
B. Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan………………………………...……….14
1. Definisi Pendidikan Kesehatan………………………………….…….14
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan…………………………………..……..16
3. Fakto-faktor yang mempengaruhi………………………..……………16

viii
4. Metode Pendidikan Kesehatan………………………………...………16
5. Media Pendidikan Kesehatan……………………………………..…...18
C. Konsep Dasar Simulasi………………………………………………………..19
1. Definisi Simulasi…………………………………………….……..….29
2. Tujuan
Simulasi………………………………………………………..20
3. Langkah-langkah Simulasi…………………………………….………21
D. Konsep Dasar Pengetahuan……………………………………..…………….22
1. Definisi
Pengetahuan…………………………………………………..22
2. Tingkat Pengetahuan…………………………………………………..22
3. Faktor yang mempengaruhi……………………………………………24
E. Konsep Dasar Keterampilan……………………………………………..……24
1. Definisi Keterampilan……………………………………………..…..24
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi…………………………………….25
3. Tingkatan Keterampilan…………………………………………….…25
F. Konsep Dasar Palang Merah
Remaja………………………………………….26
1. Definisi Palang Merah Remaja………………………………………..26
2. Syarat-syarat menjadi anggota Palang Merah Remaja………………..26
3. Kegiatan Palang Merah Remaja………………………………….……27
G. Kerangka Teori………………………………………………………………..28
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep…………………………………………………………..…28
B. Definisi Operasional…………………………………………………..………29
C. Hipotesis………………………………………………………………………30
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian………………………………………………………..…….31
B. Populasi dan Sampel Penelitian……………………………………………….32

ix
C. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………………
33
D. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………..…..34
E. Instrumen Pengumpulan Data…………………………………………………35
F. Pengelolaan dan Analisis Data…………………………………………...……36
G. Etika
Penelitian……………………………………..........................................37
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................................42
B. Hasil Penelitian.................................................................................................46
BAB VI PEMBAHASAN
A. Pembahasan.......................................................................................................49
B. Keterbatasan Penelitian.....................................................................................55
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan............................................................................................................56
B. Saran..................................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Definisi Operasional…………………………………………….…….39


5.1 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin......................44
5.2 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia.....................................44
5.3 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Kelas....................................45
5.4 Tabel Nilai Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Penkes.................45
5.5 Tabel Nilai Keterampilan Sebelum dan Sesudah Diberikan Simulasi............46
5.6 Tabel Uji Normalitas Data...............................................................................47
5.7 Tabel Perbedaan Nilai Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penkes...............49
5.8 Tabel Perbedaan Nilai Keterampilan Sebelum dan Sesudah Simulasi...........49

xi
DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar Rantai Kelangsungan Hidup untuk OHCA………………………………....7


2.2 Gambar Teknik Resusitasi Jantung Paru……………………………………………11
2.3 Gambar Tahapan Hand Only CPR……………..……………………………………13

xii
DAFTAR BAGAN
2.1 Bagan Kerangka Teori……………………………………………………….27
3.1 Bagan Kerangka Konsep……………………….………………………….…28
4.1 Bagan Desain Penelitian…………………………………………………...…
31
4.2 Bagan Tahapan Prosedur Penelitian………………………………………….36

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Pengajuan Judul
Lampiran 2 Lembar Bimbingan Pembimbing 1
Lampiran 3 Lembar Bimbingan Pembimbing 2
Lampiran 4 Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 5 Surat Selesai Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian
Lampiran 7 Surat Selesai Izin Penelitian
Lampiran 8 Informed Consent
Lampiran 9 Satuan Acara Penyuluhan Bantuan Hidup Dasar
Lampiran 10 Kuesioner Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar
Lampiran 11 Lembar Observasi Keterampilan Bantuan Hidup Dasar
Lampiran 12 Leatflet Bantuan Hidup Dasar
Lampiran 13 Output SPSS Hasil Penelitian
Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu didunia
dan telah merenggut sekitar 17,9 juta nyawa pertahunnya. Data World Health
Organization (WHO) tahun 2019 menyatakan dari total kematian akibat
penyakit tidak menular 38% nya disebabkan oleh Penyakit jantung dan
pembuluh darah. Salah satu penyakit jantung penyebab kematian terbesar
adalah kejadian henti jantung atau sudden cardiac arrest. Menurut American
Heart Association (AHA) henti jantung merupakan kejadian rusaknya
kelistrikan di jantung secara mendadak yang menyebabkan detak jantung tidak
teratur (aritmia) sehingga mengganggu aliran darah ke otak, paru-paru dan
organ lainnya.
Di Amerika Serikat, AHA mengkaji setiap tahunnya lebih dari 350.000
kasus henti jantung diluar rumah sakit atau Out Of Hospital Cardiac Arrest
(OHCA) dan 90% meninggal dunia. Setidaknya Angka kejadian henti jantung
berkisar 10 dari 100.000 orang normal yang berusia dibawah 35 tahun.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi penyakit
jantung di Indonesia yang terdiagnosis oleh dokter sebesar 1,5% dan di
Sumatera Selatan sebesar 1,2% dengan jumlah kasus 33.556, namun angka
kejadian henti jantung mendadak belum didapatkan.
Henti jantung merupakan salah satu keadaan berhentinya fungsi
mekanis jantung secara mendadak, yang dapat reversible dengan penanganan
yang sesuai tetapi akan menyebabkan kematian apabila tidak ditangani dengan
segera (Joseph Loscalzo 2012). Henti jantung sering terjadi secara tiba-tiba
tanpa gejala awal. Henti jantung dipicu oleh kerusakan listrik jantung yang
menyebabkan tidak teraturnya detak jantung (aritmia). Apabila kerja pompa
jantung yang terganggu, jantung tidak dapat mengirim darah ke otak, paruparu
dan organ lainnya. Setelah terjadinya henti jantung, seseorang akan
mengalami henti nafas yang menyebabkan hilangnya kesadaran dan tidak

1
2

terabanya denyut nadi. Kematian akan terjadi dalam beberapa menit jika
korban tidak menerima pertolongan segera (AHA 2013)
Salah satu upaya dalam meningkatkan harapan hidup korban dengan
henti jantung yaitu melakukan pertolongan pertama. Salah satu pelaksanaan
pertolongan pertama yaitu Bantuan Hidup Dasar (BHD) dengan melakukan
Resusitasi Jantung Paru (RJP). Botha et al. (2017), pada korban henti jantung
penting halnya untuk melakukan BHD di menit-menit awal hal ini tentunya
dapat meningkatkan angka pasien bertahan hidup sebanyak 4% dan pada
pasien napas spontan 40%.
Menjadi hal yang penting bagi masyarakat untuk mengetahui dan
paham terkait BHD, agar dapat segera memberikan pertolongan pertama pada
korban henti jantung bila menjumpainya. Salah satu bagian masyarakat yang
berkompeten untuk dilatih BHD adalah remaja pada usia SMA. Namun,
dikarenakan belum adanya kebijakan pelatihan BHD bagi siswa sekolah, hasil
beberapa penelitian masih menunjukan rendahnya pengetahuan dan
keterampilan BHD. Hal ini sejalan dengan penelitian Christie (2013),
menunjukan bahwa ada pengaruh pelatihan BHD terhadap pengetahuan RJP
siswa siswi SMA Negeri 1 Toli. Pengetahuan memiliki hubungan signifikan
dengan penanganan bantuan hidup dasar, ini dikemukakan oleh penelitian
Yenny, 2017. Penelitian mengenai pengenalan bantuan hidup dasar telah
dilakukan pula oleh Lesjak yang menyatakan bahwa pemberian pelajaran
mengenai bantuan hidup dasar di kalangan anak sekolah terbukti efektif
dengan membandingkan pengetahuan anak sebelum dan sesudah mengikuti
pelajaran tambahan mengenai bantuan hidup dasar.
Pemberian pengetahuan dan simulasi tindakan Bantuan Hidup Dasar
(BHD) kepada remaja dikalangan PMR merupakan hal yang sangat penting
untuk dilakukan dan bermanfaat agar dapat meningkatkan jumlah orang yang
terlatih dalam melakukan BHD sehingga dapat menjadi bystander di
lingkungannya masing-masing. Salah satu upaya meningkatkan pengetahuan
adalah dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah upaya
menerjemahkan apa yang telah diketahui tentang kesehatan ke dalam perilaku
3

yang diinginkan dari perorangan ataupun masyarakat melalui proses


pendidikan (Susilo, 2011).
Selain pengetahuan tentunya dibutuhkan keterampilan dalam
melakukan BHD. Keterampilan itu sendiri merupakan sebuah hasil dari
output suatu pelatihan. Diharapkan skill atau keterampilan seseorang akan
meningkat setelah dilakukan pelatihan berupa simulasi BHD. Skill atau
keterampilan merupakan suatu kemampuan untuk menuangkan pengetahuan
ke dalam praktik sehingga tercapai hasil yang diinginkan, (Suprapto T, 2009).
Berdasarkan dengan hal ini, anggota PMR membutuhkan pendidikan
kesehatan kegawatdaruratan yang berkaitan dengan Bantuan Hidup Dasar
baik melalui pendidikan formal maupun nonformal. Proses pendidikan
kesehatan mengenai BHD yang diberikan kepada siswa akan memperoleh
suatu perubahan berupa peningkatan motivasi menolong korban henti nafas
dan henti jantung sebagai hasil interaksi siswa dengan lingkungannya (Uno,
2016). Menurut hasil penelitian Omi et al., (2018), kurangnya pengetahuan
dan atau adanya perasaan takut untuk melakukan BHD merupakan alasan
yang mempengaruhi pengambilan keputusan siswa untuk menolak melakukan
BHD.
Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang telah dilaksanakan
pada 15 orang siswa PMR di SMA Negeri 20 Palembang yang terdiri dari 7
siswa PMR kelas 1 dan 8 siswa PMR kelas 2. Hasil survey yang juga
dilakukan peneliti melalui wawancara terhadap 15 orang siswa PMR
semuanya tidak tidak mengerti tentang langkah – langkah pelaksanaan BHD
dan mereka tidak mengetahui indikasi dilakukannya BHD. Diketahui juga
beberapa tahun terakhir belum ada mahasiswa lain yang melakukan
pendidikan kesehatan tentang BHD dan penatalaksanaan BHD pada korban
henti jantung di SMA Negeri 20 Palembang. Berdasarkan survey yang juga
dilakukan peneliti, bahwasanya lokasi SMA Negeri 20 Palembang ini terletak
dipinggir jalan raya lintasan yang rawan terjadi kecelakaan lalu lintas.
Berdasarkan data-data di atas serta beberapa penelitian sebelumnya
mengenai Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang masih rendah dalam hal
4

pengetahuan dan keterampilan pada masyarakat awam serta pada PMR, maka
peneliti tertarik untuk mengetahui “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dan
Simulasi BHD Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Siswa PMR di SMA
Negeri 20 Palembang”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah
yaitu apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan dan simulasi BHD terhadap
Pengetahuan dan Keterampilan Siswa PMR di SMA Negeri 20 Palembang ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui pengaruh pendidikan kesehatan dan simulasi BHD terhadap
Pengetahuan dan Keterampilan Siswa PMR di SMA Negeri 20
Palembang.

2. Tujuan Khusus
1. Diketahui nilai pengetahuan dan keterampilan siswa PMR tentang
Bantuan Hidup Dasar (BHD) sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan
dan Simulasi BHD.
2. Diketahui nilai pengetahuan dan keterampilan siswa PMR tentang
Bantuan Hidup Dasar (BHD) sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan
dan Simulasi BHD.
3. Diketahui pengaruh pendidikan kesehatan dan simulasi BHD terhadap
nilai pengetahuan dan keterampilan siswa PMR tentang Bantuan Hidup
Dasar (BHD).

D. Ruang Lingkup
Penelitian yang dilakukan termasuk dalam ruang lingkup Keperawatan
Gawat Darurat yang bertujuan untuk mengetahui “Pengaruh Pendidikan
Kesehatan dan Simulasi BHD Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Siswa
5

PMR di SMA Negeri 20 Palembang ”. Sampel yang digunakan pada


penelitian ini yaitu seluruh anggota PMR di SMA Negeri 20 Palembang.
Variabel dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan dan Simulasi BHD
sebagai variabel independent dan pengetahuan serta keterampilan PMR di
SMA sebagai variabel dependent. Jenis dari penelitian ini adalah kuantitatif,
dan desain yang digunakan adalah Pre-Experimental dengan pendekatan One
Group Pretest dan Posttest. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah Total Sampling dan instrumen yang digunakan yaitu kuesioner. Uji
statistic yang di gunakan dalam analisis penelitian ini adalah Wilcoxon dan
waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 juni 2023.

E. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Sebagai salah satu sumber bacaan penelitian dan pengembangan ilmu
tentang penatalaksanaan Bantuan Hidup Dasar khususnya dibidang
keperawatan dan penelitian ini juga dapat digunakan oleh institusi
pelayanan kesehatan sebagai bahan masukan dalam pendidikan untuk
mengajarkan tentang penatalaksanaan Bantuan Hidup Dasar.
2. Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai pengaruh
pedidikan kesehatan dan simulasi BHD terhadap pengetahuan dan
keterampilan Siswa PMR di SMA
b. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi
tambahan untuk pengembangan pendidikan, khususnya pendidikan
keperawatan.
c. Bagi Responden
Dengan dilakukannya kegiatan pendidikan kesehatan dan simulasi
BHD diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
6

dalam membantu mengatasi kasus korban henti nafas dan henti


jantung sebelum menuju ke pelayanan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Bantuan Hidup Dasar (BHD)


1. Definisi Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah pertolongan pertama kepada
pasien OHCA yang dapat meningkatkan angka keberlangsungan hidup
kepada korban henti jantung. OHCA (Out-of-Hospital Cardiac Arrest)
adalah keadaan hilangnya fungsi jantung tiba-tiba yang terjadi diluar
rumah sakit dan membutuhkan pertolongan cepat (Suranadi, 2018).
Henti jantung (Cardiac Arrest) merupakan kasus kegawatdaruratan
yang harus ditangani dengan tepat dan segera dari petugas medis atau
masyarakat yang sudah terlatih. Kematian otak dan kematian permanen
terjadi dalam jangka waktu 8 sampai 10 menit setelah seseorang
mengalami henti jantung. BHD adalah salah satu tindakan yang harus
segera dilakukan oleh seseorang jika menemukan korban yang
membutuhkan (Wiliastuti et al., 2018).
Basic Life Support (BLS) merupakan dasar dari penyelamatan
nyawa yang diikuti henti jantung. Aspek awal dari BLS pada orang
dewasa meliputi pengenalan segera terhadap henti jantung tiba-tiba dan
aktivasi sistem respon gawatdarurat, performa awal dari CPR (cardio
pulmonary resuscitation), dan defibrilasi cepat ketika sesuai (Singh, dkk
2018). Seseorang yang dikatakan mengalami henti jantung atau henti
napas belum tentu mengalami kematian, mereka masih dapat ditolong.
Dengan melakukan tindakan resusitasi jantung paru dan pemeriksaan
primary survey (Kaban & Rani, 2017).

2. Indikasi Bantuan Hidup Dasar (BHD)


Indikasi dilakukan Bantuan Hidup Dasar 1) Henti nafas. Henti
nafas dapat disebabkan karena beberapa hal diantaranya : tenggelam,
stroke, sumbatan pada jalan nafas, inhalasi gas, kelebihan dosis obat,

7
8

trauma, suffocattion, Miocard Cardiac Infark (MCI), dan juga koma. 2)


Henti jantung (cardiac arrest). Henti jantung dapat disebabkan pada
keadaan jantung: fibrilasi ventrikel, takikardi ventrikel, asistol (krisanty,
2019).

3. Tujuan Bantuan Hidup Dasar (BHD)


Tujuan dilakukannya bantuan hidup dasar adalah untuk oksigenasi
darurat secara efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui
ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat
menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal (Hutajulu
et al., 2020).

4. Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar


Pedoman untuk melakukan BHD pada AHA 2020 adalah
Circulation Airway Breathing (C-A-B) meskipun menurut panduan
sebelumnya adalah Airway Breathing Circulation (A-B-C). Perubahan alur
pedoman BHD dilakukan agar tidak terjadi keterlambatan dalam
melakukan kompresi dada. Hal ini juga didasarkan pada bukti-bukti bahwa
pentingnya kompresi dada dalam menolong pasien henti jantung.
Menurut American Heart Association (2020) Rantai kelansungan
hidup dan langkah-langkah bantuan hidup dasar untuk korban dewasa
termasuk penolong yang tidak terlatih meliputi:

Gambar 2.1
Rantai Kelangsungan Hidup AHA 2020 untuk OHCA
9

a) Identified korban henti jantung dan aktivasi pelayanan Gawat


Darurat/emergency call service (EMS)
1) Melakukan 3A ( Aman ) Sebelum memberikan bantuan harus
diingat bahwa tidak jarang anda berada dalam situasi berbahaya.
Selain resiko infeksi, anda juga bisa menjadi korban jika tidak
memperhatikan lingkungan sekitar pada saat memberikan pertolongan.
Oleh karena itu, beberapa hal yang perlu dilakukan penolong pada
korban yaitu :
(a) Memastikan keamanaan anda
Keamanaan sendiri adalah prioritas pertama karena jika kondisi kita
dalam bahaya, bagaimana kita bisa melakukan pertolongan kepada
pasien.
(b) Memastikan keamanan lingkungan
Memastikan keamanan lingkungan dari potensi bahaya sebelum
menolong pasien, seperti lalu lintas kendaraan, kabel listrik, asap,
cuaca ekstrim, atau emosi dari orang-orang di sekitar lokasi kejadian.
Kemudian gunakan alat perlindungan diri (APD) yang sesuai.
(c) Memastikan keamanan korban
Apapun situasinya, prioritas terakhir adalah korban sendiri karena
korban sudah mengalami luka lebih awal.
2) Memastikan kesadaran korban dan cek pernapasan
Penolong harus memastikan bahwa korban tidak merespon dengan
cara memanggil korban dengan lantang dan menepuk-nepuk atau
menggoyangkan korban. Penolong harus memastikan bahwa korban
tidak sadarkan diri dan bernafas tidak normal serta penolong harus
memastikan bahwa korban mengalami henti jantung.
3) Meminta pertolongan
Minta bantuan ke orang-orang di sekitar tempat kejadian. Hal ini
sangat penting karena sangat sulit untuk menolong pasien sendirian,
jika ada lebih dari satu penolong maka akan lebih efektif dalam
10

menangani korban seperti mengaktifkan Emergency Medical Services


(EMS) dan mengamankan lokasi.

b) Circulation (C)

Sebelum melakukan tindakan RJP, periksa terlebih dahulu


sirkulasi pada korban dengan memeriksa denyut nadi pada arteri
karotis korban selama 5-10 detik. Jika nadi teraba tetapi tidak ada
pernapasan maka berikan napas buatan selama 5-6 detik setiap 1 kali
napas buatan. Apabila nadi arteri karotis tidak teraba maka lakukan
RJP. Resusitasi jantung paru adalah salah satu rangkaian tindakan
penyelamatan nyawa yang bertujuan untuk meningkatkan
kelangsungan hidup pasien henti jantung mendadak.
Teknik resusitasi jantung paru dilakukan dengan cara
menggabungkan kompresi dada dan napas buatan untuk menyediakan
oksigen yang dibutuhkan untuk kontinuitas fungsi sel tubuh. Metode
ini digunakan untuk mempertahankan fungsi sirkulasi selama terjadi
cardiac arrest. Ketika henti jantung terjadi, jantung berhenti berdenyut
dan sirkulasi darah terhenti. Jika sirkulasi tidak berfungsi segera,
kematian organ-organ tubuh juga akan terjadi. Organ tubuh yang
paling sensitif adalah otak, otak akan mengalami kerusakan secara
permanen dan ireversibel jika tidak ada sirkulasi pemulihan dalam 4-6
menit.
RJP yang dilakukan secara dini dan efektif akan membantu
mempertahankan serta mengambil alih fungsi sirkulasi ke organ-organ
penting seperti otak dan jantung. Resusitasi jantung paru yang efektif
dapat mencegah fibrilasi ventrikel jatuh ke dalam kondisi asistol, yang
dapat menjadi prognosis buruk bagi korban. Resusitasi jantung paru
yang efektif dapat mengangkut 1/3 dari jumlah darah ke otak. Mouth
to mouth selama resusitasi jantung paru akan memberikan cukup
oksigen bagi korban untuk bertahan hidup, sementara kompresi dada
11

akan meningkatkan aliran arah dan mengoksidasi organ vital,


khususnya otak dan jantung.
Bila terdapat 2 atau lebih penyelamat, maka kompresi dada
dilakukan kira-kira setiap 2 menit (atau setelah sekitar 5 siklus
kompresi dan ventilasi dengan rasio 30:2) untuk mencegah penurunan
kualitas kompresi. Kompresi dada dilakukan dengan prinsip tekan
kuat, kompresi cepat, ekspansi dada sempurna, dan gangguan minimal.
Untuk memaksimalkan efek kompresi dada, korban
harus berada di permukaan yang keras dan datar. Posisi penolong
berlutut di samping korban jika berada di luar rumah sakit atau berdiri
disamping korban bila berada di rumah sakit. Kompresi di atas matras
atau di atas tempat tidur pasien dapat menyebabkan kompresi dada
tidak maksimal. Backboard dapat digunakan selama RJP. Pemasangan
backboard ini tidak boleh memperpanjang proses mulainya RJP. Saat
melakukan kompresi dada, penolong harus meletakkan tumit satu
tangan di tengah (tengah) dada korban (sternum bawah) dan tumit
tangan yang lain di atas tangan yang pertama sehingga kedua tangan
saling tumpang tindih. interupsi minimal). Interupsi kompresi dada
harus diselesaikan sesegera mungkin, tidak lebih lama dari 10 detik.
RPJ dilakukan dengan frekuensi atau kecepatan kompresi 100-120 kali
permenit dan kedalaman kompresi 5-6 cm.
Menurut AHA (2017), pelaksanaan tindakan RJP (Resusitasi
Jantung Paru ) pada Masyarakat Awam Hands-Only CPR merupakan
RJP tanpa pemberian bantuan nafas mulut-ke-mulut. Tehnik ini
direkomendasikan penggunaannya untuk orang yang melihat seorang
dewasa atau remaja tiba-tiba tidak sadarkan diri di luar rumah sakit,
entah itu di rumah, tempat kerja atau mungkin di taman. Tehnik
Hands-Only CPR ini terdiri dari 2 langkah mudah yaitu :
a) Memanggil bantuan (nomor telepon emergensi terdekat) atau minta
seseorang untuk memanggil bantuan (Call 9-1-1).
12

b) Langkah kedua adalah melakukan penekanan yang cepat dan kuat


pada tengah dada.

Gambar 2.2
Teknik Resusitasi Jantung Paru (RJP)

c) Airway (A)

Pada orang yang Selama RJP manual, penolong harus


melakukan kompresi dada hingga kedalaman minimal 2 inci atau 5 cm
untuk rata-rata orang dewasa normal sambil menghindari kompresi
dada yang berlebihan (lebih dari 2,4 inci, atau 6 cm). Ekspansi dada
yang tidak adekuat selama kompresi dada secara signifikan terkait
dengan peningkatan tekanan intrathoraks dan perburukan
hemodinamik termasuk penurunan perfusi koroner, cardiac index,
perfusi miokard dan perfusi serebral. Penolong juga harus
meminimalkan interupsi selama penekanan (prinsip kehilangan
kesadaran, tindakan pembukaan jalan napas harus dilakukan.
Teknik yang digunakan untuk membuka jalan napas adalah
dengan head tilt-chin lift dan jaw thrust. Penolong harus
mempertimbangkan kemungkinan cedera tulang belakang sebelum
membuka jalan napas. Jika cedera tulang belakang dicurigai atau tidak
dapat dikesampingkan, penolong harus membuka jalan napas dengan
menggunakan jaw thrust head.
1. Head tilt
Letakkan telapak tangan pada dahi, kemudian dengan pelan
tengadahkan kepala dengan mendorong dahi ke arah belakang
sehingga posisi kepala dalam keadaan ekstensi (slight extention).
13

2. Chin lift
Chin lift dilakukan dengan mengangkat otot pangkal lidah ke depan.
Pegang dagu pasien dengan jari tengah dan jari telunjuk, kemudian
angkat dan dorong ke depan. Teknik ini dilakukan bersamaan dengan
head tilt.
3. Jaw Thrust
Jaw Thrust adalah teknik pembebasan jalan nafas untuk pasien dengan
cedera cervical untuk meminimalkan gerakan leher. Cedera tulang
cervical biasanya terlihat pada pasien dengan trauma tumpul dan dapat
menyebabkan tetraplegia dan cacat permanen. Cara melakukan jaw
thrust ialah dengan mendorong sudut rahang kiri dan kanan ke depan
sehingga rahang bawah lebih maju daripada rahang atas.

d) Breathing (B)

Breathing adalah saat dimana penolong memastikan napas


korban masih ada atau tidak. Jika pernapasan masih ada selama
pemeriksaan maka posisikan korban pada posisi recovery dan pantau
secara teratur setiap 2 menit. Jika pasien tidak bernapas tetapi
memiliki denyut nadi maka bantuan napas dilakukan setiap 5-6 detik
serta napas dan nadi dipantau secara teratur setiap 2 menit. Jika tidak
ada nadi dan napas maka dilakukan RJP. Cara melakukan bantuan
napas ialah dengan meniup secara mouth to mouth disertai dengan
menutup hidung dan melihat pengembangan dada.

e) Posisi pemulihan

Jika korban tidak sadar tetapi bernapas, biarkan orang itu dalam
posisi menghadap ke atas dan pertahankan jalan napas tetap terbuka
terutama jika dicurigai cedera kepala, leher, atau tulang belakang.
Rekomendasi posisi pemulihan adalah meletakkan tangan kanan
korban ke atas, tekuk kaki kiri korban, kemudian tarik korban
14

sehingga korban miring ke arah kanan dengan lengan di bawah kepala


korban.

5. Tatalaksana Hands Only CPR


Hands-Only CPR merupakan CPR atau RJP tanpa pemberian
bantuan nafas mulut-ke-mulut. Tehnik ini direkomendasikan
penggunaannya untuk orang yang melihat seorang dewasa atau remaja tiba-
tiba kolaps di luar rumah sakit, entah itu di rumah, tempat kerja atau
mungkin di taman (AHA, 2017). Tehnik ini terdiri dari dua langkah mudah
yakni:
a. Panggil bantuan (nomor telepon emergensi terdekat) atau minta
seseorang untuk memanggil bantuan (Call 9-1-1).
b. langkah kedua adalah melakukan penekanan yang cepat dan kuat pada
tengah dada (push hard and fast in the center of the chest) (Manik et al.
2018).
Gambar 2.3
Tahapan Hand Only CPR

6. Penghentian RJP
Jangan hentikan RJP kecuali dalam salah satu situasi berikut:
1. Kembalinya sirkulasi dan ventilasi spontan
2. AED siap digunakan untuk menganalisis irama jantung pasien
3. Tenaga medis yang bertanggungjawab mengambil ahli
15

4. Sebuah arahan untuk tidak dilakukan resusitasi jantung paru atau pada
pasien Do Not Attempt Resusitation (DNAR)
5. Penolong terlalu lelah untuk melanjutkan RJP

B. Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan


1. Definisi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah upaya yang dilakukan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat,
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan
atau promosi kesehatan. Dalam pendidikan kesehatan terdapat unsur-unsur
input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa
yang diharapkan). Hasil yang diharapkan setelah dilakukannya suatu
promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, dimana
perilaku tersebut dapat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan. (Notoadmojo,
2012:35)

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan


Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah membuat seseorang
mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu
memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan
sumber daya yang ada ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu
memutuskan kegiatan yang tepat untuk meningkatkan taraf hidup sehat
dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak, 2009:49).
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, tujuan
pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental dan
sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial, pendidikan
kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit
16

menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan,


maupun program kesehatan lainnya (Mubarak, 2009:50).

3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan


Menurut Saragih (2010:33), ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan agar pendidikan kesehatan dapat mencapai sasaran yaitu :
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap
informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang
menerima informasi yang didapatnya.
b. Tingkat Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula
dalam menerima informasi baru. Tingkat sosial ekonomi terlalu
rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang
disampaikan, karena lebih memikirkan kebutuhan-kebutuhan yang lain
yang lebih mendesak.
c. Adat Istiadat
Masyarakat masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat
sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
d. Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh
orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan
masyarakat dengan penyampaian informasi.
e. Ketersediaan waktu di masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas
masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam
penyuluhan.

4. Metode Pendidikan Kesehatan


Menurut Notoadmojo (2012:67), berdasarkan pendekatan
17

sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga)


yaitu:
a. Metode Berdasarkan Pendekatan Perorangan
Metode ini bersifat individual yang biasanya digunakan untuk
membina perilaku baru seseorang yang mulai tertarik pada suatu
perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan
individual ini karena setiap orang memiliki masalah atau alasan yang
berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan perilaku baru tersebut.
Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu:
1) Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counceling), yaitu:
a) Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif.
b) Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat digali dan
dibantu untuk menyelesaikannya.
c) Akhirnya klien akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran,
penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut untuk
mengubah perilaku.
2) Wawancara
a) Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
b) Mengumpulkan informasi mengapa ia tidak atau belum
menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang
sudah atau yang akan diadopsi mempunyai dasar pengertian dan
kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan
yang lebih mendalam lagi.

b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok


Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok. Dalam
penyampaian promosi kesehatan dengan metode ini kita perlu
mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat
pendidikan formal dari sasaran. Ada 2 jenis tergantung besarnya
kelompok, yaitu:
1) Kelompok besar
18

a) Ceramah: metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan


tinggi maupun rendah.
b) Seminar: hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah keatas. Seminar adalah suatu penyajian
(presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik
yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat.
2) Kelompok kecil
Menurut Andrea (2018:25), pada kelompok kecil dapat
diberikan pendidikan dengan berbagai cara, yaitu:
a) Diskusi kelompok: metode pembicaraan yang direncanakan dan
telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5-
20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang
telah ditunjuk.
b) Curah pendapat (brain stroming): suatu bentuk pemecahan
masalah di mana setiap anggota mengusulkan semua
kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh
masing-masing peserta, dan evaluasi atas pendapat-pendapat
tadi dilakukan kemudian.
c) Bola salju (snow balling): kelompok dibagi pasang-
pasangan (1 pasang 2 orang) kemudian dilontarkan satu
pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap
2 pasangan bergabung menjadi satu. Mereka tetap
mendiskusikan masalah tersebut dan mencari
kesimpulannya, kemudian tiap 2 pasangan yang sudah
beranggotakan 4 orang dari bergabung lagi dengan
pasangan lainnya demikian seterusnya akhirnya terjadi
diskusi seluruh kelas.
d) Memainkan peran (role play): memerankan sebuah situasi
dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan,
19

dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai


bahan pemikiran oleh kelompok.
e) Simulasi (simulation): bentuk metode praktek yang
sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta
didik (ranah kognitif maupun keterampilan). Metode
simulasi bisa memindahkan suatu situasi nyata kedalam
kegiatan belajar karena adanya kesulitan/keterbatasan
untuk melakukan praktek dalam situasi yang
sesungguhnya.

c. Metode Berdasarkan Pendekatan Massa


Metode pendekatan massa ini cocok untuk
mengkomunikasikan pesan - pesan kesehatan yang
ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari
metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan
golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social
ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga
pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh
massa.

5. Media Pendidikan Kesehatan


Media pendidikan sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan
kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2012:54), alat-alat bantu tersebut
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan
b. Mencapai sasaran yang lebih banyak
c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang
diterima orang lain
e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan
20

f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/masyarakat


g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih
mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik
h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh
Menurut Notoatmodjo (2012:55), ada beberapa bentuk media
penyuluhan antara lain:
a. Berdasarkan Stimulasi Indra
1) Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu
menstimulasi indra penglihatan
2) Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu
untuk menstimulasi indra pendengar pada waktu penyampaian bahan
pendidikan/pengajaran
3) Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids)

b. Berdasarkan Pembuatannya dan Penggunaannya


1) Alat peraga atau media yang rumit, seperti film, film strip, slide, dan
sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor
2) Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-
bahan setempat

C.Konsep Dasar Simulasi


1. Definisi Simulasi
Menurut Muslihuddin Sudrajat dan Ujang Hendara (2012:63)
mengemukakan bahwa “Simulasi” berasal dari kata “Simulate” yang
memiliki arti pura-pura atau berbuat seolah-olah. Dan juga “simulation” yang
berarti tiruan atau perbuatan yang hanya berpura-pura saja. Sebagai metode
mengajar, simulasi dapat diartikan “Cara penyajian pengalaman belajar
dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip,
atau keterampilan tertentu”. Jadi, dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah
sebuah model yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama
dari sistem kehidupan yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-
21

keputusan yang menentukan bagaimana ciri- ciri utama itu bisa dimodifikasi
secara nyata.

2. Tujuan Simulasi
Ada beberapa tujuan dari metode simulasi menurut Tukiran Taniredja
dkk yang dikutip oleh Uni Fadhillah (2014: 21) yaitu:
(1) Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi
kehidupan sehari-hari
(2) Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip
(3) Melatih memecahkan masalah
(4) Meningkatkan keaktifan belajar
(5) Memberikan motivasi belajar kepada siswa
(6) Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok
(7) Menumbuhkan daya kreatif siswa
(8) Melatih Peserta didik untuk memahami dan menghargai pendapat
serta peranan orang lain.

3. Langkah-langkah Simulasi
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mengajar menurut Tukiran
Taniredja dkk yang dikutip oleh Uni Fadhillah (2014:23-24) dengan memakai
metode simulasi adalah sebagai berikut :
a) Persiapan simulasi
1) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh
simulasi
2) Memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan
3) Menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang
harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan
4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada
siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
b) Pelaksanaan simulasi
1) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran
22

2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian


3) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat
kesulitan
4) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan
untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang
sedang disimulasikan.
c) Penutup
1) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi
cerita yang disimulasikan.
2) Merumuskan kesimpulan.

D. Konsep Dasar Pengetahuan


1. Definisi Pengetahuan
Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil “tahu” yangterjadi
setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Muthmainnah, 2020 pengetahuan bukanlah fakta dari suatu
kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif
seseorang terhadap objek, pengalamam, maupun lingkungannya. Pengetahuan
sangat dibutuhkan pada saat menjumpai orang dengan henti nafas dan henti
jantung, jika pengetahuan tinggi maka orang tersebut akan mengetahui
penanganan awal henti nafas dan henti jantung, sebelum di bawa ke Rumah
Sakit.

2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Putri, 2017 secara garis besar pengetahuan dapat dibagi
menjadi 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
23

Tahu dapat diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, misalnya : apa penyebab penyakit gonore, bagaimana cara
menghindari HIV/AIDS.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
tepat tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi
tersebut secara baik, misalnya : seseorang yang melakukan seks bebas, dapat
beresiko terkena HIV/AIDS. Tidak hanya sekedar dapat menyebutkan
tetapi juga dapat menjelaskan apa saja penyakit yang dapat ditularkan
dari bahaya seks bebas.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari dan telah dipahami untuk diaplikasikan kembali
pada situasi tertentu, misalnya : seorang remaja telah memahami
apa akibat dari melakukan seks bebas dan kemudian ia mengajak teman-
temannya untuk menjauhi perilaku seks bebas tersebut.
d. Analisis (Analysis)
Analisis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi kedalam komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi
tersebut, misalnya : dapat mengetahui virus HIV dan cara penularannya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk merangkum atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru, misalnya : dapat membuat dan meringkas kata-kata yang telah dibaca,
didengar dan dapat menyimpulkan
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu objek tertentu, misalnya : remaja dapat menyebutkan apa
saja yang dapat menimbulkan penyakit menular seksual (PMS), dan
kemudian dapat menilai manfaat jika tidak melakukan perilaku seks
bebas.
24

Menurut Arikuto (2006), untuk mengetahui secara kualitas tingkat


pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%
2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 65-75%
3) Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai < 65%

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Handhika, 2017 faktor yang mempengaruhi pengetahuan
antara lain:
a. Faktor Internal
1) Pendidikan
Pendidikan sebagai bimbingan yang diberikan kepada seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita yang
menentukan manusia untuk mencapai kesuksesan.
2) Pekerjaan
Pekerjaan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menunjang kehidupan serta memperoleh pengalaman baik
secara langsung ataupun tidak langsung.
3) Umur
Umur merupakan usia seseorang, semakin bertambahnya
umur maka tingkat kematangan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja.
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan
Lingkungan merupakan kondisi yang ada pada sekitar
manusia dan dapat mempengaruhi perkembangan serta
perilaku seseorang maupun kelompok.
2) Sosial Budaya
Sosial budaya yang ada di masyarakat dapat berpengaruh
dalam menerima informasi.
25

E. Konsep Dasar Keterampilan


1. Definisi Keterampilan
Keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk bertindak
setelah menerima pengalaman belajar tertentu. Keterampilan sebenarnya
merupakan hasil belajar pengetahuan (memahami sesuatu) dan hasil dari
belajar sikap yang menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu dengan
makna yang terkandung dalam aktivitas mental atau otaknya (Sutiono,
2011).

2. Faktror-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan


Robbins (2012) mengatakan keterampilan merupakan aplikasi dari
pengetahuan sehingga tingkat keterampilan seseorang berkaitan dengan
tingkat pengetahuan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
keterampilan secara langsung menurut Widyatun (2013), yaitu :
a. Motivasi
Merupakan sesuatu yang membangkitkan keinginan dalam diri
seseorang untuk melakukan berbagai tindakan sesuai dengan prosedur
yang sudah di ajarkan.
b. Pengalaman
Merupakan suatu hal yang akan memperkuat kemampuan seseorang
dalam melakukan sebuah tindakan (keterampilan). Pengalaman
membangun seseorang untuk bias melakukan tindakan – tindakan
selanjutnya menjadi lebih baik yang dikarenakan sudah melakukan
tindakan-tindakan di masa lampaunya.
c. Keahlian
Keahlian yang dimiliki seseorang akan membuat terampil dalam
melakukan keterampilan tertentu. Keahlian akan membuat seseorang
mampu melakukan sesuatu sesuai dengan yang sudah di ajarkan.
26

3. Tingkatan Keterampilan
Beberapa tingkatan dari keterampilan menurut Notoatmodjo (2012)
adalah pengetahuan, sikap, dan praktik. Keterampilan motoric membutuhkan
praktek, yaitu kesempatan untuk mencoba dan pada akhirnya memperlancar
semua proses yang esensial untuk menghasilkan kinerja terkoordinasi yang
lancar. Dalam perkembanganya ada beberapa hal yang mempengaruhi
keterampilan seseorang yaitu pengetahuan, pengalaman, keyakinan,
lingkungan, dan sosial budaya. Pengetahuan termasuk cara melakukan
sesuatu dengan benar, biasanya didadapat dari pengalaman atau informasi
lain yang pernah didapat.

F. Konsep Palang Merah Remaja (PMR)


1. Definisi Palang Merah Remaja
Palang Merah Remaja (PMR) adalah wadah kegiatan remaja di
sekolah atau lembaga pendidikan normal dalam kepalangmerahan melalui
program kegiatan ekstra kurikuler (PMI, 2013).
Anggota PMR terdiri dari 3 tingkatan, yaitu:
a) PMR MULA setingkat Sekolah Dasar (SD)
b) PMR MADYA setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
c) PMR WIRA setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)

2. Syarat-Syarat Menjadi Anggota PMR


Adapun syarat-syarat menjadi anggota PMR adalah :
a) WNI atau WNA yang berdomisili di Indonesia
b) Berusia 7-20 tahun dan belum menikah
c) Berpendidikan setingkat SD, SLTP dan SLTA
d) Bersedia mengikuti pelatihan dan pendidikan dasar kepalangmerahan,
e) Mendapat persetujuan orang tua/wali.
Menurut Munandar (2004), Kegiatan Ekstrakurikuler merupakan
kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu
pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
27

dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan


oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan
dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler
diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab
sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.

3. Kegiatan PMR
a. Pengumpulan bantuan di sekolah untuk korban bencana
b. Bakti sosial dengan kunjungan ke rumah sakit atau panti jompo/panti
asuhan untuk perawatan keluarga, gerakan kebersihan lingkungan, dsb
c. Mengikuti gerakan kakek/nenek angkat asuh
d. Mengikuti pelatihan remaja sebaya di bidang kesehatan remaja dan
HIV/AIDS
e. Donor darah siswa
f. Seni (majalah dinding, lomba-lomba)
g. Program persahabatan remaja palang merah regional/internasional
h. Jumbara (Jumpa Bakti Gembira) PMR
28

G. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori

Faktor – faktor
yang
mempengaruhi
tingkat
pengetahuan :
1. Faktor Internal
a. Pendidikan
b. Pekerjaan Yang mempengaruhi
c. Umur keterampilan seseorang
Pendidikan Kesehatan & yaitu :
2. Faktor
Simulasi Bantuan Hidup a.Motivasi
Eksternal
Dasar b.Pengalaman
a.Lingkungan
c.Keahlian
b. Sosial Budaya

Pengetahuan Bantuan Siswa Keterampilan Bantuan


Hidup Dasar PMR Hidup Dasar

Peningkatan Pengetahuan
dan Keterampilan

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

: Berpengaruh

Sumber : Suprapto T(2009),Suprapto(2011),Widyatun (2013), Handhika(2017).


BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep ialah sebuah kerangka yang didalamnya menguraikan
konsep yang jelas berdasarkan dugaan teoritis, yang langsung digunakan
untuk mengistilahkan unsur yang ada pada objek yang akan diteliti serta
memastikan adanya hubungan antara konsep tersebut. Penelitian tersebut ada
2 variabel yaitu Variabel Dependen & Variabel Independen (Sunarsi, 2021).
Pada penelitian ini kerangka konsep digunakan untuk menghubungkan
dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel
independen adalah pendidikan kesehatan dan simulasi tentang Bantuan
Hidup Dasar sedangkan, variabel dependen adalah pengetahuan dan
keterampilan siswa PMR di SMA. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh pendidikan kesehatan dan simulasi tentang Bantuan Hidup Dasar
terhadap pengetahuan dan keterampilan siswa PMR di SMA Negeri 20
Palembang.
Bagan 3.1
Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pendidikan kesehatan dan Pengetahuan dan


Simulasi BHD Keterampilan

B. Definisi Operasional
Definisi Operasional disusun untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variable-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2014).
Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

29
30

Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Skala
Operasional Ukur Ukur
1 Pendidikan Upaya SAP Observasi Ya, -
kesehatan menyampaikan BHD dilakukan
dan simulasi informasi
tentang pendidikan
Bantuan kesehatan dan
Hidup Dasar simulasi tentang
Bantuan Hidup
Dasar
-Definisi
-Tujuan
-Indikasi
-Penatalaksanaan

Pengetahuan Informasi yang Lembar Wawancar Median Rasio


siswa diketahui siswa Kuesioner a dan pengetahu
2
PMR di dari sebelum dan mengisi an pre test:
SMA setelah diberikan angket 50,00
pendidikan (pre post (pengetah
kesehatan dan test) uan
simulasi tentang kurang)
Bantuan Hidup Median
Dasar pengetahu
an post
test: 90,00
(pengetah
uan baik)
Keterampila Kemampuan lembar Observasi Median Rasio
n siswa siswa untuk observasi Keterampi
3
PMR di mengetahui BHD lan pre
SMA tatalaksana test: 10,00
Bantuan Hidup (keterampi
Dasar (BHD) lan
sebelum dan kurang)
setelah diberikan Median
pendidikan keterampil
kesehatan dan an post
simulasi tentang test: 75,00
Bantuan Hidup (keterampi
Dasar lan cukup)
31

C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian. Menurut La Biondo-Wood dan Haber (2020) hipotesis
adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih
variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian.
Setiap hipotesis terdiri atas suatu unit atau bagian dari permasalahan.
Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan karena hipotesis akan bisa
memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan, analisis, dan interpretasi data
(Nursalam,2020). Dalam penelitian ini rumusan hipotesisnya adalah sebagai
berikut : Adanya pengaruh pendidikan kesehatan dan simulasi BHD terhadap
pengetahuan dan keterampilan siswa PMR di SMA Negeri 20 Palembang.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian
pre eksperiment atau disebut dengan one grup pre test and post test design
yaitu suatu prosedur penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan
atau intervensi pada satu kelompok subjek penelitian saja, dengan tujuan
menilai pengaruh suatu perlakuan pada variabel independen terhadap variabel
dependen (Notoadmodjo, 2018). Variabel independen dalam peneliitan ini
adalah pendidikan kesehatan dan simulasi tentang Bantuan Hidup Dasar,
sedangkan variabel dependennya adalah pengetahuan dan keterampilan siswa
PMR di SMA. Berikut merupakan skema alur penelitian berdasarkan desain
studi pre eksperimental.

Bagan 4.1
Desain Penelitian

R1 X R2

Keterangan :
R1 : Pre test untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
PMR sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan simulasi
tentang Bantuan Hidup Dasar
X : Peneliti memberikan intervensi kepada siswa PMR melalui
pendidikan kesehatan dan simulasi tentang Bantuan Hidup Dasar
R2 : Post test untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
PMR setelah diberikan pendidikan kesehatan dan simulasi tentang
Bantuan Hidup Dasar

32
33

Setelah selesai penelitian, kemudian peneliti mengukur perbedaan dari hasil


wawancara pretest dan postest pada pengetahuan dan keterampilan tentang
Bantuan Hidup pada siswa PMR.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia : klien)
yang memenuhi kriteria yang ditetapkan (Nursalam, 2021). Adapun dalam
penelitian ini populasinya yaitu seluruh siswa PMR di SMA Negeri 20
Palembang yang berjumlah 32 siswa.

2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sesuatu yang terdiri atas bagian populasi terjangkau
yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling.
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2021). Teknik pengambilan
sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah Total Sampling. Total
Sampling adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 32 responden yang terdiri dari kelas 1 sebanyak 15 siswa dan
kelas 2 sebanyak 17 siswa. Sedangkan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
berikut ini:
a. Kriteria Inklusi
1) Siwa/I aktif anggota PMR
2) Bersedia menjadi responden
3) Belum pernah mengikuti pelatihan BHD
b. Kriteria Eksklusi
1) Siwa/I yang tidak hadir pada saat pelaksanaan penelitian
34

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 20 Palembang, yang berlokasi
di Jl.TPH Sofyan Kenawas Gandus pada tanggal 12 Juni 2023.
D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ialah langkah yang paling awal pada proses
penelitian, sebab tujuan awal bagi penelitian ini yaitu mendapatkan data. Data
yang dibutuhkan disini ialah teknik pengumpulan data mana yang paling
tepat, sehingga benar-benar didapat data yang valid serta reliable (Sunarsi,
2021).
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Data primer
Data yang diperoleh dari responden dengan menggunakan kuesioner
yang telah disediakan (Nurlette et al., 2022). Data primer pada
penelitian ini dari hasil pengisian Kuesioner pengetahuan dan
keterampilan pada siswa PMR
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang di peroleh peneliti dari sumber
yang sudah ada (Masturoh, 2018). Dalam penelitian ini data
sekunder didapatkan dengan mempelajari berbagai sumber bacaan,
seperti: buku-buku, jurnal, artikel yang berkaitan erat dengan BHD dan
menggunakan internet untuk mengambil data yang relevan dengan
tujuan penelitian.

2. Proses Pengumpulan Data


a. Tahap persiapan
Pada tahap ini peneliti menyampaikan surat izin tempat penelitian dengan
mengajukan surat permohonan izin penelitian dari pimpinan Program Studi
Ilmu Keperawatan IKesT Muhammadiyah Palembang diajukan kepada
Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Palembang untuk diteruskan
kepada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan, dari Dinas Pendidikan
35

diteruskan kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 20 Palembang, sebagai


bukti peneliti di tempat tersebut.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Disaat hari penelitian tiba, dengan di dampingi guru Pembina
PMR, peneliti menemui responden dan menjelaskan tujuan,
manfaat, dan proses penelitian.
2) Peneliti menyiapkan lembar persetujuan untuk ditanda tangani
(informed consent) sebagai salah satu bukti bahwa bersedia
menjadi subjek dalam penelitian.
3) Responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar
persetujuan sebagai pernyataan persetujuan atas keikutsertaan
sebagai subjek penelitian.
4) Sebelum dilakukan intervensi, peneliti menjelaskan cara pengisian
kuesioner dan selanjutnya membagikan lembar kuesioner tentang
BHD kepada responden untuk di isi sebagai Pre test untuk
mengukur pengetahuan siswa PMR mengenai BHD.
5) Setelah responden mengisi lembar kuesioner pengetahuan dan
mengumpulkanya kepada peneliti, responden melakukan Pre test
selanjutnya untuk mengukur keterampilan mengenai BHD melalui
lembar observasi yang di nilai oleh pelatih dengan meminta
responden mensimulasikan tatalaksana BHD secara bergantian.
5) Tahap intervensi atau perlakuan berupa pendidikan kesehatan
seputar BHD dengan media leaflet serta mensimulasikan cara
melakukan BHD dengan media phantom BHD oleh pelatih yang
telah bersertifikat selama 60 menit.
6) Tahap Post test dilakukan untuk mengukur pengetahuan siswa
PMR seputar BHD dan menilai keterampilan BHD siswa PMR
setelah diberikan intervensi mengenai pendidikan kesehatan dan
simulasi BHD. Hal ini dilakukan dengan cara meminta siswa
untuk mengisi lembar kuesioner kembali seperti pada tahap Pre
test dan melakukan simulasi BHD kembali secara bergantian.
36

7) Setelah selesai lembar kuesioner yang telah di isi oleh responden


dan dinilai oleh pelatih tersebut dikumpulkan untuk dievaluasi
atau dicek kembali kelengkapan datanya
8) Selanjutnya peneliti melakukan proses pengolahan data dan analisa
data kemudian melakukan penyusunan laporan hasil penyajian
data.
.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah SAP, lembar kuesioner
dan lembar Ceklist observasi atau SOP bantuan hidup dasar.
 Lembar Kuesioner Pengetahuan
Lembar kuisioner diisi untuk mengetahui tingkat pengetahuan
siswa PMR mengenai Bantuan Hidup Dasar, kuesioner tingkat
pengetahuan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari
penelitian Abdillah Pujo Priosusilo (2021) berisi tentang pengetahuan
bantuan hidup dasar. Kuesioner ini berisi 10 item pertanyaan dan dengan
pengukuran skala Guttman , yaitu :
1. Skor untuk jawaban nilai benar diberi skor 1
2. Skor untuk menjawab nilai salah skor 0
Kriteria untuk tingkat pengetahuan yang digunakan adalah:
a. Pengetahuan baik, jika persentasi jawaban 76-100%
b.Pengetahuan cukup, jika persentasi jawaban 65-75%
c. Pengetahuan kurang, jika persentasi jawaban < 65%
Uji validitas dan reliabilitas untuk kuesioner pengetahuan BHD ini tidak
dilakukan karena mengambil dari kuesioner sebelumnya yang sudah dilakukan uji
dengan menggunakan product moment pearson dan r table = 0.308 dengan hasil
valid dan uji reliabilitas dengan dengan rumus alpha cronbach dan nilainya
0,902.dengan hasil reliable.
 Lembar Observasi / Checklist SOP
Lembar Observasi atau checklist SOP di gunakan untuk mengukur tingkat
keterampilan Bantuan Hidup Dasar pada siswa PMR. Instrumen ini di
37

adaptasi dari AHA 2020 mengenai BHD pada orang awam atau Hand Only
CPR, dengan pengukuran skala Guttman, yaitu: penilaian kemampuan 0 = Tidak
dilakukan dan 1 = Dilakukan.
F. Tahap Prosedur Penelitian
Bagan 4.2
Tahapan Prosedur Penelitian

Populasi
Siswa PMR di SMA Negeri 20 Palembang

Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah
Total Sampling

Kriteria Inklusi Kriteria Ekslusi

Sampel
Sebanyak 3 siswa PMR

Variabel Independen Variabel Dependen


Pendidikan Kesehatan dan Pengetahuan dan
Simulasi BHD Keterampilan

Instrumen
Lembar Kuesioner Pengetahuan
dan Lembar Observasi

Pengolahan Data

Analisa Data

Penyajian Data
38

G. Pengelolaan dan Analisis Data


1. Cara Pengolahan Data
Lembaran format yang sudah dikumpulkan pada penelitian ini akan
dianalisa, kemuian diolah dengan sistem komputerisasi dengan tahapan
sebagai berikut :
a) Editing
Setelah kuesioner selesai diisi, maka setiap lembar kuesioner dan
observasi diperiksa apakah diisi dengan benar dan lengkap, kemudian
apakah setiap item penelitian sudah diperoleh informasi.
b) Coding
Lembaran format yang telah dikumpulkan lalu diberi tanda simbol atau
kode, dan untuk nama hanya ditulis insialnya saja. Untuk
mempermudah kegiatan ini dilakukan oleh peneliti.
1. Responden
a. Responden 1 = R1, dst
2. Usia
a. 14 Tahun =1
b. 15 Tahun =2
c. 16 Tahun =3
d. 17 Tahun =4
e. 18 Tahun =5

3. Jenis Kelamin
a. Laki-laki = 1
b. Perempuan = 2
4. Kelas
a. Kelas 1 =1
b. Kelas 2 =2
5. Tingkat Pengetahuan
a. Baik = 1
b. Cukup = 2
c. Kurang = 3
39

6. Tingkat Keterampilan
a. Baik = 1
b. Cukup = 2
c. Kurang = 3
c) Tabulasi
Di tahapan ini kita melakukan data entry menyusun serta menghitung
data yang sudah dikodekan ke pada tabel.
d) Entry
Sesudah seluruh kuesioner terisi penuh dan benar serta telah melewati
pengodean. Maka langkah selanjutnya ialah memproses data supaya
yang sudah dientri bisa di analisis. Pemerosesan data dilakukan
menggunakan cara mengentri data dari kuesioner ke program computer
yang kemudian diolah mengunakan SPSS 23.
e) Cleaning
Aktivitas pengecekan kembali data yang telah di entry apakah terdapat
kesalahan atau tidak.

2. Analisis Data
a) Univariat
Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menggambarkan ciri-ciri
dari masing-masing baik variabel dependen maupun variabel
independen. Analisis data dengan menggunakan variabel tunggal
disebut sebagai analisis univariat. Bentuk analisa ini tergantung
datanya. Untuk data numerik yang digunakan dalah nilai median, nilai
minimum dan nilai maksimum. Pada umumnya analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2018)
b) Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2018). Pada
40

penelitian ini menggunakan analisis paired t-test untuk mengetahui


apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan dan simulasi BHD
terhadap tingkat pengetahuan dan keterampilan siswa PMR di SMA
Negeri 20 Palembang sebelum dilakukan tindakan (pre-test) dan
sesudah dilakukan tindakan (post-test). Uji statisitk yang digunakan
yaitu uji komparatif numerik, didahului dengan uji nomalitas Shapiro –
Wilk dengan kriteria signifikasi >0,05. Jika berdistribusi normal dapat
dianalisis dengan menggunakan independent T-test. Uji T Uji T
merupakan prosedur untuk sampel tunggal jika rata-rata suatu variabel
tunggal dibandingkan dengan suatu nilai konsta.
Syarat uji T :
1. Skala data interval/rasio
2. Kelompok data saling bebas atau tidak berpasangan
3. Data perkelompok berdistribusi normal
4. Data perkelompok tidak terdapat outlier
5. Varian antar kelompok sama atau homogen
Jika tidak memenuhi syarat, maka uji yang digunakan
adalah uji Wilcoxone Match Pair Test. Wilcoxone Match Pair Test
digunakan untuk menguji hipotesis nol yang menyatakan bahwa
perbedaan nilai median sama dengan nol. Uji ini digunakan untuk
menganalisis data berpasangan jika data tidak memiliki asumsi
normalitas (Anaene Oyeka & Ebuh, 2017) .

H. Etika Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa etika penelitian yang digunakan dalam
mengatasi risiko atau dampak yang timbul pada penelitian tersebut :
1) Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Lembar persetujuan sebagai responden pada penelitian yang memenuhi
kriteria peneliti dan di tandatangani. Bila responden bersedia. Sebelum itu
peneliti wajib memberitahu maksud & tujuan penelitian ini, menjelaskan
cara pengisian dan cara menjawab kuesioner penelitian tersebut.
41

2) Anonymity (Tanpa Nama)


Pada penggunaan subjek penelitian tidak memberikan atau mencamtukan
nama responden di lembar kuesioner cukup menuliskan kode di lembar
pengolahan data hasil penelitian atau menggunakan nama inisial.
3) Privacy (Kerahasiaan)
Dalam etika penelitian ini, peneliti tidak boleh menampilkan informasi
tentang identitas & kerahasiaan responden.
4) Justice (Keadilan)
Peneliti memperlakukan responden dengan perlakuan yang sama sebelum
maupun sesudah partisipasi pada penelitian tanpa membedakan agama,
suku, gender ataupun pangkat/status responden.
5) Non Maleficence (Tidak Merugikan)
Prinsip pada etika penelitian ini, peneliti hendaknya berusaha agar
meminimalkan dampak atau mencegah hal yang tidak akan membuat
reponden merasa dirugi.
BAB V
HASIL

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Sejarah Singkat SMA Negeri 20 Palembang
SMA Negeri 20 Palembang berlokasi di Jalan TPH Sofyan
Kenawas Kelurahan Gandus Kecamatan Gandus Kota Palembang Provinsi
Sumatera Selatan. Sekolah ini didirikan pada tahun 2002, pertama kali
didirikan keadaannya belum lengkap seperti sekarang. Awalnya bangunan
ini adalah SD Negeri 22 Palembang, dan saat itu hanya mempunyai tujuh
kelas.
Adapun SMA Negeri 20 Palembang secara resmi berdiri pada
tanggal 22 April 2003 Berdasaran SK Walikota yang saat itu Walikota
Palembang H. Husni. Saat ini SMA Negeri 20 Palembang telah memiliki
tambahan bangunan , baik untuk bangunan kelas dan bangunan fasilitas
penunjang kegiatan siswa lainnya, seperti jumlah kelas saat ini sudah
berjumlah 8 kelas untuk kelas 10, 4 kelas untuk kelas 11 dan 12 IPA serta
4 kelas untuk kelas 11 dan 12 IPS dan terdapat juga banguan UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah), ruang OSIS serta ruang Tata Usaha (TU).

2. Visi dan Misi SMA Negeri 20 Palembang


a. Visi : Terwujudnya Peserta Didik yang Beriman, Bermutu, dan
Berwawasan Lingkungan
b. Misi :
1. Menanamkan keimanan dan ketakwaan melalui pengamalan
ajaran agama.
2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan.
3. Mengembangkan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
berdasarkan minat, bakat, dan potensi peserta didik.

42
43

4. Membina kemandirian peserta didik melalui kegiatan


kewirausahaan dan pengembangan diri yang terencana dan
berkesinambungan.
5. Menjalin kerjasama yang harmonis antar warga sekolah,
masyarakat dan lembaga lain.
6. Menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.

3. Tujuan dan Target SMA Negeri 20 Palembang


a. Tujuan :
1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa
2. Meningkatkan pengembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam pembelajaran dan administrasi sekolah
3. Meningkatkan rasa cinta terhadap diri sendiri dan sesama
warga sekolah
4. Meningkatkan kegiatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan
5. Meningkatkan perilaku warga sekolah yang disiplin, jujur dan
bertangung jawab
6. Meningkatkan motivasi peserta didik untuk  mengenali potensi
dirinya dengan memberikan wadah dalam kegiatan
ekstrakurikuler.
7. Meningkatkan dan menumbuhkan rasa cinta terhadap
lingkungan hidup di sekolah
8. Meningkatkan hasil lulusan yang mampu berwirausaha.
9. Meningkatkan hasil lulusan yang mampu bersaing di era
globalisasi.
b. Target :
1. Rata-rata Nilai UN mencapai minimal 80,00 untuk IPA dan
75.00 untuk IPS.
2. Proporsi lulusan yang diterima pada PTN 50%
44

3. Memiliki kelompok Olimpiade Sain yang mampu bersaing


dengan sekolah lain
4. Memiliki kelompok KIR yang mampu memenangkan LKIR
Provinsi Sumatera Selatan maupun tingkat nasional
5. Ada peserta didik yang terpilih sebagai Paskibraka Provinsi
Sumatera Selatan
6. Semua warga sekolah terbudaya gemar membaca dan menulis.
7. Semua warga sekolah memiliki budaya bersih dan sehat
8. Semua guru dan peserta didik lancar menggunakan Bahasa
Inggris dalam berkomunikasi nonformal
9. Tetap memiliki tim kesenian (paduan suara, musik, tari, dan
drama yang mampu tampil pada acara tingkat propinsi)
10. Memiliki tim olahraga (Basket, Bulu Tangkis, Bola Volly,
Tenis Lapangan, serta bela diri) yang mampu tampil tingkat
Kota Palembang.
11. Dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran
secara maksimal

4. Ekstrakulikuler SMA Negeri 20 Palembang


Ekstrakulikuler yang ada di SMA Negeri 20 Palembang terdiri dari
MPK, OSIS, rohis, paskib, pramuka, PMR, KIR, bujang gadis,
sendratasik, band, tapak suci/ silat, futsal, basket dan voli.

B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 20
Palembang pada tanggal 12 Juni 2023 dengan jumlah sampel yang
dikumpulkan sebanyak 32 responden sesuai kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil
penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan teks antara lain sebagai
berikut:
45

1. Analisa Univariat
a. Karakteristik Responden
a) Jenis Kelamin
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin

Variabel Frekuensi Presentase (%)


Laki-laki 6 18,8
Perempuan 26 81,2
Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi


menurut jenis kelamin terbanyak yaitu perempuan dengan jumlah 26
responden (81,2%) dibandingkan laki-laki dengan jumlah 6 responden
(18,8).
b) Usia
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia
Variabel Frekuensi Presentase (%)
14 Tahun 1 3,1
15 Tahun 15 46,9
16 Tahun 10 31,2
17 Tahun 5 15,7
18 Tahun 1 3,1
Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.2 distribusi frekuensi dari total 32 responden


sebagian besar usia yaitu 15 Tahun sebanyak 15 (46,9%).
46

c) Kelas
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Kelas
Variabel Frekuensi Presentase (%)
Kelas 1 15 46,9
Kelas 2 17 53,1
Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.3 distribusi frekuensi menurut tikat kelas dari


total 32 responden sebagian besar dari kelas 2 yaitu 17 (53,1%).

b. Pengetahuan siswa PMR sebelum dan sesudah diberikan


Pendidikan Kesehatan dan simulasi BHD
Tabel 5.4
Nilai Pengetahuan Siswa PMR Sebelum dan Sesudah Diberikan
Pendidikan Kesehatan BHD
Variabel n Mean Median Min Max

Pengetahuan
Sebelum
32 47,81 50,00 20 60
Pendidikan
Kesehatan
Pengetahuan
Sesudah
32 85,00 90,00 50 100
Pendidikan
Kesehatan

er
47

Berdasarkan tabel 5.4 nilai mean sebelum diberikan Pendidikan


Kesehatan mengenai BHD adalah 47,81 dan median 50,00 dengan
nilai minimum 20 dan nilai maksimum 60, dan nilai mean setelah
diberikan Pendidikan Kesehatan mengenai BHD adalah 85,00 dan
median 90,00 dengan nilai minimum 50 dan nilai maksimum 100.

c. Keterampilan siswa PMR Sebelum dan Sesudah Diberikan


Simulasi BHD
Tabel 5.5
Nilai Keterampilan Siswa PMR Sebelum dan Sesudah Diberikan
Simulasi BHD
Variabel n Mean Median Min Max

Keterampilan
Sebelum 32 15,94 10 30
10,00
Simulasi
Keterampilan
Sesudah 32 78,75 50 100
75,00
Simulasi

Berdasarkan tabel 5.5 nilai mean sebelum diberikan Simulasi


mengenai BHD adalah 15,94 dan median 10,00 dengan nilai minimum
10 dan nilai maksimum 30, dan nilai mean setelah diberikan Simulasi
mengenai BHD adalah 78,75 dan median 75,00 dengan nilai minimum
50 dan nilai maksimum 100.

2. Analisa Bivarat
a. Uji Normalitas Data
48

Syarat yang digunakan untuk uji T-Test yaitu data harus


berdistribusi normal, sehingga pada penelitian ini peneliti menggunakan
uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk Test untuk melihat apakah
data yang di dapat distribusi normal atau tidak, dikarenakan jumlah
sampel <50 responden.

Tabel 5.6
Uji Normalitas Data

Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig

Pengetahuan Sebelum 0,866 32 0,001


Pengetahuan Sesudah 0,839 32 0,000
Keterampilan sebelum 0,728 32 0,000
Keterampilan sesudah 0,841 32 0,000

Berdasarkan tabel 5.6 diatas menjelaskan bahwa hasil uji


normalitas dengan hasil uji normalitas nilai pengetahuan sebelum
diberikan pendidikan kesehatan tentang BHD dengan nilai Sig. 0,001 <
α (0,05) artinya data tersebut tidak normal dan pengetahuan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan tentang BHD dengan nilai Sig. 0,000 <
α (0,05) artinya data tersebut tidak normal. Dan uji normalitas
keterampilan sebelum diberikan simulasi tentang BHD dengan nilai
Sig. 0,000 < α (0,05) artinya data tersebut tidak normal dan
keterampilan sesudah diberikan simulasi tentang BHD dengan nilai Sig.
0,000 < α (0,05) yang artinya data tersebujt juga tidak normal.
49

Berdasarkan hasil uji normalitas diatas data pengetahuan dan


keterampilan yang diteliti berdistribusi tidak normal, sehingga uji
statistic yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji
Wilcoxon.

b. Transformasi Data
Dalam uji bivariate ini peneliti melakukan transform data pada
kategori nilai pengetahuan dan keterampilan sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan dan simulasi BHD.

Tabel 5.7
Transformasi Data
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig

Pengetahuan Sebelum 0,809 32 0,000


Pengetahuan Sesudah 0,820 32 0,000
Keterampilan sebelum 0,731 32 0,000
Keterampilan sesudah 0,848 32 0,000

Berdasarkan tabel diatas menjelaskan bahwa nilai transformasi data


dengan hasil yang menunjukkan bahwa nilai sign kurang dari nilai
(α=0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data hasil pre dan post test
tidak berdistribusi normal sehingga menggunakan cara alternatife yaitu
uji statistic wilcoxon.
c. Perbedaan Nilai Pengetahuan dan Keterampilan Sebelum dan
Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan dan Simulasi BHD pada
Siswa PMR.
Tabel 5.8
Perbedaan nilai pengetahuan dan keterampilan sebelum dan sesudah
pemberian pendidikan kesehatan dan simulasi BHD.
50

Variabel n Median Min Max ρ value


Pengetahuan 32 50,00 20 60 0,000
Sebelum
PenKes
Pengetahuan 32 90,00 50 100 0,000
Sesudah
Penkes
Keterampilan 32 10,00 10 30 0,000
Sebelum
Simulasi
Keterampilan 32 75,00 50 100 0,000
Sesudah
Simulasi

Berdasarkan tabel 5.8 diatas, diperoleh nilai pengetahuan sebelum


dengan median 50,00 dan nilai pengetahuan sesudah dengan median
90,00, dan nilai keterampilan sebelum dengan median 10,00 dan nilai
pengetahuan sesudah dengan median 75,00, hasil uji statistik keduanya
dengan menggunakan uji wilcoxon derajat signifikan sebesar ρ value =
0.000 (ρ value < 0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh pendidikan dan simulasi BHD terhadap pengetahuan dan
keterampilan siswa PMR di SMA Negeri 20 Palembang.
51

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

1. Median Nilai Pengetahuan dan Keterampilan BHD siswa PMR

a. Nilai Median Pengetahuan dan Keterampilan BHD pada siswa PMR


Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan dan Simulasi BHD di SMA
Negeri 20 Palembang.

Pada penelitian ini, data yang didapatkan yaitu nilai median


pengetahuan BHD siswa PMR sebelum diberikan intervensi pendidikan
kesehatan mengenai BHD adalah 50,00 dengan nilai minimum 20 dan nilai
maksimum 60 serta nilai median keterampilan BHD siswa PMR sebelum
diberikan intervensi simulasi BHD adalah 10,00 dengan nilai minimum 10
dan nilai maksimum 30. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan dan
keterampilan siswa PMR dalam mengerjakan dan mensimulasikan tentang
bantuan hidup dasar masih kurang memahami. Data yang didapat dari
kuesioner maupun observasi, siswa banyak yang salah pada waktu
mengerjakan soal mengenai tatalaksana BHD dan paling banyak benar
52

hanya di soal pengertian BHD, begitu juga pada saat melakukan simulasi,
siswa masih belum tepat dalam melakukan tindakan BHD dan belum
sempurna. Hal ini sesuai penelitian sebelumnya terkait Bantuan Hidup
Dasar di SMA Negeri 1 Toili bahwa 72 responden sebelum dilakukan
intervensi bantuan hidup dasar memiliki pengetahuan dan keterampilan
kurang (Lontoh,2013). Hal ini di karenakan belum adanya pengalaman
siswa dalam menerima materi BHD dan melakukan tindakan tersebut.
Faktro-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan menurut
Notoadmodjo (2012) adalah pendidikan, pekerjaan, pengalaman,
keyakinan, sosial dan budaya. Pendidikan merupakan faktor yang dapat
meningkatkan informasi yang akurat dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang dalam bantuan hidup dasar. Pengetahuan merupakan hasil
tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada suatu
objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat
kehidupan sehari-hari untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo ,2010). Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa usia remaja
umur 15 dan 16 tahun dalam tahap perkembangan anak remaja dengen
ciri khas mencari identitas diri, memiliki ingin rasa tahu yang besar dalam
mengembangkan kemampuan berfikir abstrak merupakan dapat
mempengaruhi sikap dan perbuatan yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari (Turambi dkk, 2016).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan seseorang menurut
Widyatun (2015) adalah motivasi, pengalaman dan keahlian. Pengalaman
mendapatkan informasi yang akurat dapat meningkatkan keterampilan
seseorang dalam melakukan suatu prosedur. Pengembangan suatu
pengetahuan terlihat dari kemampuan seseorang mampu mengaplikasikan
salah satu dalam bentuk keterampilan. Menurut (Ningrum dalam Turambi
dkk, 2016) proses pengembangan keterampilan harus dimulai dari apa
yang dikuasai siswa ke keterampilan yang belum dikuasai. Mengenai umur
seseorang, dengen bertambahnya umur tingkat kematangan dan kekuatan
akan lebih matang dalam berfikir.
53

Dari uraian di atas peneliti berpendapat bahwa siswa PMR SMAN


20 Palembang kurang ahli dalam melakukan pertolongan pertama pada
korban henti jantung yang dilakukan. Oleh karena itu perlu pemberian
intervensi pendidikan kesehatan dan simulasi mengenai BHD yang
dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan setiap siswa.
Diharapkan siswa yang mendapatkan intervensi bantuan hidup dasar dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan nya dengan baik.
b. Nilai Median Pengetahuan dan Keterampilan BHD pada siswa PMR
Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan dan Simulasi BHD di SMA
Negeri 20 Palembang.
Pada penelitian ini, data yang didapatkan yaitu nilai median
pengetahuan BHD siswa PMR sesudah diberikan intervensi pendidikan
kesehatan mengenai BHD adalah 90,00 dengan nilai minimum 50 dan nilai
maksimum 100 serta nilai median keterampilan BHD siswa PMR sebelum
diberikan intervensi simulasi BHD adalah 75,00 dengan nilai minimum 50
dan nilai maksimum 100. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan dan
keterampilan siswa PMR dalam mengerjakan dan mensimulasikan tentang
bantuan hidup dasar sebagian besar responden pada pengetahuan dan
keterampilan yang baik. Data yang didapat dari kuesioner maupun
observasi, siswa telah mampu menjawab soal-soal pada kuesioner
pengetahuan dengan benar seperti indikasi dilakukannya BHD, siapa saja
yang dapat melakukan BHD, serta tahapan yang benar mengenai BHD.
begitu juga pada saat melakukan simulasi, siswa sudah mampu melakukan
tahapan BHD seperti melakukan cek respon, melakukan posisi yang benar
serta tatacara pada saat melakukan kompresi sebagian besar siswa sudah
bias melakukan dengan benar setelah diberikan intervensi.
Perubahan tingkat pengetahuan dan keterampilan ini disebabkan
oleh pemberian intervensi pendidikan kesehatan dan simulasi mengenai
BHD. Adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada siswa
PMR dapat dibuktikan dari hasil uji hipotesis menggunakan uji Wilcoxon
dengan signifikasi 0,05. Berdasarkan uji Wilcoxon diketahui bahwa nilai
54

signifikasi sebesar 0,000 yang artinya terjadi peningkatan pengetahuan dan


keterampilan BHD pada siswa setelah intervensi. Hal ini sesuai penelitian
Resmi Pangaribuan dkk (2017) terkai pendidikan kesehatan dan simulasi
dengan phantom. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan paling
banyak setelah diberikan intervensi. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Mulyadi (2016) terkait penyuluhan dan simulasi BHD di SMAN 9 Manado
di dapatkan pengetahuan dan keterampilan siswa meningkat setelah
diberikan penyuluhan dan simulasi.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan
pendidikan kesehatan maupun simulasi BHD adalah pemilihan metode
yang tepat. Pemilihan metode tergantung pada tujuan, kemampuan
pengajar, besar kelompok sasaran, waktu pengajaran dan fasilitas yang
tersedia (Notoadmojo,2012). Metode pendidikan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu ceramah terkait materi BHD dengan media leatflet dan
simulasi dengan phantom BHD dalam penilaian keterampilan siswa.
Proses belajar menurut Notoatmodjo (2010), dapat diartikan
sebagai proses untuk menambah pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan yang dapat diperoleh dari pengalaman atau melakukan studi
(proses belajar mengajar) dari belajar individu diharapkan mampu
menggali apa yang terpendam dalam dirinya dengan mendorong untuk
berfikir dan mengembangkan kepribandian dengan membebaskan diri dari
ketidaketahuan. Menurut widyatun (2015) adalah Pengalaman
mendapatkan informasi yang akurat dapat meningkatkan keterampilan
seseorang dalam melakukan suatu prosedur. Pengembangan suatu
pengetahuan terlihat dari kemampuan seseorang mampu mengaplikasikan
salah satu dalam bentuk keterampilan.
Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa adanya perubahan
tingkat pengetahuan dan keterampilan, dengan diberikan intervensi
bantuan hidup dasar menunjukkan bahwa perubahan pengetahuan baik dan
keterampilan baik, ini disebabkan oleh pemberian pendidikan kesehatan
dan simulasi bantuan hidup dasar yang mempengaruhi tingkat
55

pengetahuan dan keterampilan siswa sehingga siswa dapat memahami dan


mampu dalam melakukan bantuan hidup dasar secara mandiri.
Kemampuan merawat seseorang yang memperlukan bantuan hidup dasar
harus cepat, tepat dan benar, sehingga tidak berdampak fatal atau sampai
mengalami kematian.

B. Analisa Univariat
1. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dan Simulasi Bantuan Hidup Dasar
Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Siswa PMR di SMA Negeri
20 Palembang.
Sebelum dilakukan uji statistik peneliti melakukan uji kenormalan
data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Untuk mengetahui apakah
data normal atau tidak. Hasil uji kenormalan data dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil data tidak
normal, maka dari itu peneliti menggunakan uji statistik welcoxon yang
merupakan uji non parametrik. Berdasarkan uji statistik dengan
menggunakan uji statistik Wilcoxon dengan bantuan aplikasi SPSS,
Pengetahuan dan keterampilan siswa PMR telah dilakukan uji
statistik wilcoxon dengan tingkat kemaknan (a) (0,05) dengan nilai (p)
yang diperoleh sebesar 0,000, karena nilai(p) lebih kecil dari nilai (a),
maka H1 diterima, yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara
pemberian pendidikan kesehatan dan simulasi bantuan hidup dasar
terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada siswa PMR di
SMAN 20 Palembang.
Sebelum diberikan intervensi, nilai pengetahuan dan keterampilan
siswa PMR terkait BHD keseluruhan siswa mendapat nilai dalam ketegori
kurang, dan dari hasil wawancara dengan siswa dan guru PMR didapatkan
info bahwa siswa belum pernah mendapatkan materi mengenai BHD baik di
dalam pembelajaran di kelas maupun dalam ekstrakulikuler PMR
sebelumnya. Namun setelah diberikan intervensi dari peneliti mengenai
pendidikan kesehatan BHD dan mensimulasikan panatalaksanaannya
56

disdepat siswa, sebagian besar siswa mampu melakukannya, dilihat dari nilai
pengetahuan dan keterampilan siswa yang meningkat setelah diberikan
intervensi yaitu nilai median pengetahuan dan keterampilan sebelum
intervensi adalah 50,00 dan 10,00 (kurang) dan mengalami peningkatan
setelah intervensi yaitu pada nilai median pengetahuan dan keterampilan
90,00 dan 75,00 (baik).
Pada penelitian sebelumnya terkait penyuluhan dan simulasi BHD
terhadap tingkat pengetahuan dan keterampilan siswa SMAN 9 Manado
yang dilakukan pada 47 siswa terdapat pengaruh dengan hasil sebelum
dilakukan intervensi 8 siswa masuk kategori cukup, 39 siswa kategori
kurang. Setelah dilakukan intervensi 42 siswa masuk kategori baik dan 4
siswa kategori cukup, dan 1 siswa kategori kurang (Mulyadi, 2016).
Pengetahuan dan keterampilan siswa menegnai BHD sangat diperlukan oleh
seluruh kalangan masyarakat dan bahkan sejak tingkat usia sekolah. Salah
satu tingkat pendidikan yang bias diajak dalam proses pemberdayaan
masyarakat adalah siswa SMA (Mulyadi,2016).
Anak usia remaja, khususnya siswa setingkat Sekolah Menengah
Atas (SMA) seharusnya sudah dapat melakukan tindakan resusitasi
jantung paru dengan baik. Di Indonesia remaja yang tergabung dalam
Palang Merah Remaja (PMR) dibawah asuhan PMI (Palang Merah
Indonesia) yang ada sejak duduk di bangku SMP dan kemudian
dilanjutkan ke tingkat SMA telah diajarkan bagaimana memberikan
bantuan hidup dasar kepada korban henti jantung maupun henti nafas.
Semakin banyak seseorang mempelajari atau mengetahui sesuatu hal
maka ia akan lebih termotivasi untuk mengaplikasikan apa yang pernah ia
pelajari.
Toyyibah (2014) dalam jurnal penelitiannya mengatakan bahwa
remaja yang berada dalam perkembangan pada ukuran tubuh, kekuatan,
psikologis, kemampuan bereproduksi, mudah untuk termotivasi dan
cepat belajar diharapkan dapat menjadi bysander dilingkungannya
masing-masing dan karakteristik tersebut dapat ditemukan pada remaja
57

tingkat Sekolah Menengah Atas Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Athorid (2016) mengatakan bahwa peran PMR sangat
penting karena mereka sebagai satu-satunya petugas kesehatan yang
berada di sekolah. Setiap anggota PMR wajib untuk mengerti tentang
materi pertolongan pertama.
Peranan orang awam dalam hal ini siswa SMA PMR menjadi
sangat penting untuk peningkatan harapan hidup seseorang melalui
pengetahuan dan keterampilan maupun kemampuan melakukan bantuan
hidup dasar, oleh karena pemberian informasi baik berupa pendidikan
kesehatan, simulasi BHD perlu dilakukan secara berkelanjutan
(Mulyadi,2016).

C. Keterbatasan Peneliti
Peneliti mengakui bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna
dan telah mengupayakan semaksimal mungkin sesuai dengan maksud dan
tujuan penelitian. Dikarenakan terdapat sedikit keterbatasan yang dialami
pada saat dilakukannya penelitian, yaitu ada beberapa siswa yang tidak
fokus dalam menerima materi di awal penelitian, dikarenakan pada saat
penelitian juga bertepatan dengan waktu remedial siswa. Namun hal
tersebut tidak berlangsung lama, karena siswa antusias dalam mengikuti
kegiatan terutama pada saat melihat adanya phantom BHD yang asing
mereka temui.
58

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan:
1. Nilai median pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan
sebesar 50,00 dan nilai median keterampilan mengenai bantuan hidup
dasar sebelum diberikan dan simulasi sebesar 10,00.
2. Nilai median pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
sebesar 90,00 dan nilai median keterampilan mengenai bantuan hidup
dasar sesudah diberikan dan simulasi sebesar 75,00.
3. Ada pengaruh pendidikan kesehatan dan simulasi BHD terhadap
pengetahuan dan keterampilan siswa PMR dari sebelum diberikan
intervensi dan sesudah diberikan intervensi dengan (ρ = 0,000).
B. Saran
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai pengaruh
pedidikan kesehatan dan simulasi BHD terhadap pengetahuan dan
keterampilan Siswa PMR di SMA
2. Bagi Institusi Pendidikan
59

Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi


tambahan untuk pengembangan pendidikan, khususnya pendidikan
keperawatan.
3. Bagi Responden
Dengan dilakukannya kegiatan pendidikan kesehatan dan simulasi BHD
diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
membantu mengatasi kasus korban henti nafas dan henti jantung sebelum
menuju ke pelayanan kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

AHA, 2013. Cardiac arrest vs heart attack. Available at:


http://cpr.heart.org/AHAECC/CPRAndECC/AboutCPRFirstAid/
CardiacArre stvsHeartAttack/UCM_473213_Cardiac-Arrest-vs-
Heart-Attack.jsp.

American Heart Association. AHA.(2015). Guideline Update for CPR


andECC.Circulation Vol. 132.

American Heart Association. (2015). Fokus Utama Pembaruan


Pedoman American Heart Association 2015 untuk CPR dan
ECC, (http://www.heart.org, diperoleh 29 Desember 2015).

Botha, L. et al., 2017. Knowledge of cardiopulmonary resuscitation of


clinicians at a South African tertiary hospital Knowledge of
cardiopulmonaryresuscitation of clinicians at a South African
tertiary hospital.

Christie, Hartanti & Nanik. (2013). Pengaruh pelatihan teori Bantuan


Hidup Dasar terhadap pengetahuan RJP siswa siswi SMA N 1
Toili . Jurnal Imiah Mahasiswa Surabaya.
60

CNN Indonesia. (2021). Langkah CPR, Pertolongan Pertama Henti


Jantung. Diunduh dari (https://www.cnnindonesia.com/gaya-
hidup/20210616175932-258-655290/infografis-langkah-cpr-
pertolongan-pertama-henti-jantung.)

Dahlan,S. (2016). Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan


Kesehatan. Edisi 4. Jakarta. Epidemiologi Indonesia.

DepartemenKesehatan RI. (2014). Lingkungan Sehat


Jantung Sehat
(http://www.depkes.go.id/article/view/201410080002/
lingkungan- sehat-jantung-sehat.html diakses tanggal 11 April
2019

Deitje E.K Turambi, (2016). Pengaruh pelatihan bantuan hidup dasar


(BHD) terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan
siswa kelas XI dan XII SMA negri 2 langohan.Universitas
Sariputra Indonesia Tomohon.

Fadhillah, Uni. 2014. Pengaruh Metode Pembelajaran Simulasi


terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Di SMP
Negeri 3 Tangerang Selatan. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta

Frame, Scott B. (2012). PHTLS : Basic and Advanced Prehospital


Trauma Life Support.

Syapitri H, Hutajulu, Johansen, et al. Simulasi Bantuan Hidup Dasar


(BHD) Di Smk Kesehatan Sentra Medika Medan Johor.
Communnity Dev J. 2020;1(3):218-222.

Kemenkes RI. Laporan Provinsi Sumatera Selatan RISKESDAS


2018. Kementerian Kesehatan RI. 2018;121.

Lontoh, Christie. Kiling. Maykel, Wongkar, Djon. (2013). Pengaruh


Pelatihan Teori Bantuan Hidup Dasar terhadap Pengetahuan
Resesitasi Jantung Paru Siswa-siswi SMA Negeri 1 Toili,
ejournal keperawatan,1-5
61

Mulyadi. (2016). Pengaruh Penyuluhan dan Simulasi Bantuan Hidup


Dasar Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa SMAN 9 Manado.

Notoatmodjo, S. (2012).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta

Notoatmodjo, S.(2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan


Ketiga. Jakarta: PT Rineka Cipta

Notoatmodjo, S.(2019). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka


Cipta

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:


Selemba Medika

Palang Merah Indonesia. 2019. Pertolongan Pertama Palang Merah


Remaja Wira. Jakarta: Palang Merah Indonesia Pusat

Puji,A, P. (2021).Pengaruh Pemberian Pelatihan Bantuan Hidup Dasar


Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Siswa
SMKN 1 Geger Madiun.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta.l+

Susilo. (2012). Perencanaan pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda


Karya.

Syapitri H, Hutajulu, Johansen, et al. Simulasi Bantuan Hidup Dasar


(BHD) Di Smk Kesehatan Sentra Medika Medan Johor.
Communnity Dev J. 2020;1(3):218-222.

Yenny (2017). Faktor – faktor yang berhubungan dengan penanganan


bantuan hidup dasar (BLS) pada kejadian kecelakaan lalu lintas
di SMK . Jurnal Imiah Mahasiswa Universitas Muhammaddiyah
Banjarmasin.
62
LAMPIRAN
Lembar Pengajuan Judul
Lembar Bimbingan 1
Lembar Bimbingan 2
Surat Izin Studi Pendahuluan
Surat Izin Penelitian
Surat Selesai Penelitian
INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama (inisial) :
Umur :
Jenis Kelamin :
Kelas :

Setelah mendengarkan penjelasan dari peneliti, dengan ini menyatakan


(Bersedia / Tidak Bersedia*) untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian
yang akan dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan yang
bernama Seftiya Anggraini dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan dan
Simulasi BHD Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan siswa PMR”.
Dengan surat persetujuan ini saya buat dengan sukarela tanpa ada paksaan
dari pihak manapun untuk diperlukan sebagaimana mestinya.

Palembang, Juni 2023


Hormat Saya

( )
SATUAN ACARA PENYULUHAN
BANTUAN HIDUP DASAR

Topik : Pendidikan Kesehatan dan Simulasi Bantuan Hidup Dasar


Sasaran : Siswa PMR
Hari/tanggal : 12 Juni 2023
Waktu/jam : +- 200 menit
Tempat : SMA Negeri 20 Palembang
Penyuluh : Seftiya Anggraini

A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan dan simulasi BHD selama
1x180 menit diharapkan peserta mampu menjelaskan kembali apa yang
dimaksud dengan BHD dan mensimulasikan tahapan BHD.
Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan pengertian BHD
2. Mampu menjelaskan tujuan BHD
3. Mampu menjelaskan indikasi BHD
4. Mampu menjelaskan tahapan BHD
5. Mampu menjelaskan kapan berhenti dilakukannya BHD
B. Materi Terlampir
C. Metode
1. Pengisian kuesioner pengetahuan (pre-test dan post test)
2. Pengisian lembar observasi keterampilan (pre-test dan post test)
D. Media
1. Leatflet
2. Phantom BHD
3. Kuesioner pengetahuan.
4. Lembar observasi keterampilan
E. Kegiatan
No Tahap Waktu Kegiatan Kegiatan peserta

1. Pembukaan 15 Menit Pembukaan :

a. Memberikan salam a. Menjawab


salam
b. Mendengarkan
b. Memperkenalkan
dan
diri
memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan c. Mendengarkan
dan prosedur dan
tindakan memperhatikan

d. Membuat kontrak d. Menyetujui


dan waktu kontrak waktu

2. Pelaksanaan 150 Menit Pelaksanaan :


a. Menilai a. Mengisi pretest
pengetahuan dan dan melakukan
keterampilan tentang simulasi
Bantuan Hidup
Dasar (pretest).
b. Menjelaskan b. Mendengarkan,
materi pendidikan Menyimak dan
kesehatan dengan Memperhatikan
media powerpoint
tentang Bantuan
Hidup Dasar
c. Memberikan
simulasi tentang c. Mendengarkan,
Bantuan Hidup Menyimak dan
Dasar dengan Memperhatikan
phantom oleh pelatih
d. Menilai d.Mengisi posttest
pengetahuan dan dan melakukan
keterampilan tentang simulasi
Bantuan Hidup Dasar
(posttest).

3. Evaluasi 20 Menit Terminasi:


a. Memberikan a. Bertanya
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya.

b. Menanyakan kembali b. Menjawab


pada siswa tentang
materi yang
disampaikan.

4. Penutup 15 Menit Penutup :


a. Menyimpulkan materi a. Mendengarkan
yang telah disampaikan

b. Mengucapkan b. Mendengarkan
terimakasih atas perhatian
dan waktu yang telah
diberikan kepada
responden
c. Menjawab
c. Mengucapkan salam.

F. Evaluasi
1. Mampu menjelaskan pengertian BHD
2. Mampu menjelaskan tujuan BHD
3. Mampu menjelaskan indikasi BHD
4. Mampu menjelaskan tahapan BHD
5. Mampu menjelaskan kapan berhenti dilakukannya BHD
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN
“BANTUAN HIDUP DASAR”

2. Definisi Bantuan Hidup Dasar (BHD)


Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah pertolongan pertama kepada
pasien OHCA yang dapat meningkatkan angka keberlangsungan hidup
kepada korban henti jantung. OHCA (Out-of-Hospital Cardiac Arrest)
adalah keadaan hilangnya fungsi jantung tiba-tiba yang terjadi diluar
rumah sakit dan membutuhkan pertolongan cepat (Suranadi, 2018).
Henti jantung (Cardiac Arrest) merupakan kasus kegawatdaruratan
yang harus ditangani dengan tepat dan segera dari petugas medis atau
masyarakat yang sudah terlatih. Kematian otak dan kematian permanen
terjadi dalam jangka waktu 8 sampai 10 menit setelah seseorang
mengalami henti jantung. BHD adalah salah satu tindakan yang harus
segera dilakukan oleh seseorang jika menemukan korban yang
membutuhkan (Wiliastuti et al., 2018).

2. Indikasi Bantuan Hidup Dasar (BHD)


a. Henti jantung (cardiac arrest)
Henti Jantung adalah suatu keadaan saat sirkulasi darah berhenti
akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif. Keadaan
henti jantung ditandai dengan tidak adanya nadi dan tanda-tanda
sirkulasi. (AHA, 2015). Henti jantung adalah hilangnya fungsi pompa
jantung secara mendadak dan terjadi secara tiba-tiba yang dipicu oleh
kerusakan listrik pada jantung yang menyebabkan detak jantung tidak
teratur (aritmia), sehingga jantung tidak dapat memompa darah ke otak,
paru-paru dan organ lainnya (Mancini et al., 2015).
b. Henti nafas (respiratory arrest)
Henti napas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh
banyak hal, misalnya stroke, keracunan obat, tenggelam, inhalasi
asap/uap/gas, obstruksi jalan napas oleh benda asing, tersengat listrik,
tersambar petir, serangan radang epiglotis, tercekik (suffocation),
trauma, dan lain-lain. (AHA, 2010). Henti napas ditandai dengan tidak
adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan dari korban dan ini
merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar
(Ganthikumar, 2016).

3. Tujuan Bantuan Hidup Dasar (BHD)


Tujuan dilakukannya bantuan hidup dasar adalah untuk oksigenasi
darurat secara efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui
ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat
menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal (Hutajulu
et al., 2020).

4. Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar


Menurut American Heart Association (2020) Rantai kelansungan
hidup dan langkah-langkah bantuan hidup dasar untuk korban dewasa
termasuk penolong yang tidak terlatih meliputi:
Rantai Kelangsungan Hidup AHA 2020 untuk OHCA

a) Identified korban henti jantung dan aktivasi pelayanan Gawat


Darurat/emergency call service (EMS)
1) Melakukan 3A ( Aman ) Sebelum memberikan bantuan harus
diingat bahwa tidak jarang anda berada dalam situasi berbahaya.
Selain resiko infeksi, anda juga bisa menjadi korban jika tidak
memperhatikan lingkungan sekitar pada saat memberikan pertolongan.
Oleh karena itu, beberapa hal yang perlu dilakukan penolong pada
korban yaitu :
(a) Memastikan keamanaan anda
Keamanaan sendiri adalah prioritas pertama karena jika kondisi kita
dalam bahaya, bagaimana kita bisa melakukan pertolongan kepada
pasien.
(b) Memastikan keamanan lingkungan
Memastikan keamanan lingkungan dari potensi bahaya sebelum
menolong pasien, seperti lalu lintas kendaraan, kabel listrik, asap,
cuaca ekstrim, atau emosi dari orang-orang di sekitar lokasi kejadian.
Kemudian gunakan alat perlindungan diri (APD) yang sesuai.
(c) Memastikan keamanan korban
Apapun situasinya, prioritas terakhir adalah korban sendiri karena
korban sudah mengalami luka lebih awal.
2) Memastikan kesadaran korban dan cek pernapasan
Penolong harus memastikan bahwa korban tidak merespon dengan
cara memanggil korban dengan lantang dan menepuk-nepuk atau
menggoyangkan korban. Penolong harus memastikan bahwa korban
tidak sadarkan diri dan bernafas tidak normal serta penolong harus
memastikan bahwa korban mengalami henti jantung.
3) Meminta pertolongan
Minta bantuan ke orang-orang di sekitar tempat kejadian. Hal ini
sangat penting karena sangat sulit untuk menolong pasien sendirian,
jika ada lebih dari satu penolong maka akan lebih efektif dalam
menangani korban seperti mengaktifkan Emergency Medical Services
(EMS) dan mengamankan lokasi.

b) Circulation (C)

Sebelum melakukan tindakan RJP, periksa terlebih dahulu


sirkulasi pada korban dengan memeriksa denyut nadi pada arteri
karotis korban selama 5-10 detik. Jika nadi teraba tetapi tidak ada
pernapasan maka berikan napas buatan selama 5-6 detik setiap
1 kali napas buatan. Apabila nadi arteri karotis tidak teraba maka
lakukan RJP. Resusitasi jantung paru adalah salah satu rangkaian
tindakan penyelamatan nyawa yang bertujuan untuk meningkatkan
kelangsungan hidup pasien henti jantung mendadak.
RJP yang dilakukan secara dini dan efektif akan membantu
mempertahankan serta mengambil alih fungsi sirkulasi ke organ-organ
penting seperti otak dan jantung. Resusitasi jantung paru yang efektif
dapat mencegah fibrilasi ventrikel jatuh ke dalam kondisi asistol, yang
dapat menjadi prognosis buruk bagi korban. Resusitasi jantung paru
yang efektif dapat mengangkut 1/3 dari jumlah darah ke otak. Mouth
to mouth selama resusitasi jantung paru akan memberikan cukup
oksigen bagi korban untuk bertahan hidup, sementara kompresi dada
akan meningkatkan aliran arah dan mengoksidasi organ vital,
khususnya otak dan jantung.
Bila terdapat 2 atau lebih penyelamat, maka kompresi dada
dilakukan kira-kira setiap 2 menit (atau setelah sekitar 5 siklus
kompresi dan ventilasi dengan rasio 30:2) untuk mencegah penurunan
kualitas kompresi. Kompresi dada dilakukan dengan prinsip tekan
kuat, kompresi cepat, ekspansi dada sempurna, dan gangguan minimal.
Untuk memaksimalkan efek kompresi dada, korban
harus berada di permukaan yang rata. Posisi penolong berlutut di
samping korban jika berada di luar rumah sakit atau berdiri disamping
korban bila berada di rumah sakit. Kompresi di atas matras atau di atas
tempat tidur pasien dapat menyebabkan kompresi dada tidak
maksimal. Backboard dapat digunakan selama RJP.
Menurut AHA (2017), pelaksanaan tindakan RJP (Resusitasi
Jantung Paru ) pada Masyarakat Awam Hands-Only CPR merupakan
RJP tanpa pemberian bantuan nafas mulut-ke-mulut. Tehnik ini
direkomendasikan penggunaannya untuk orang yang melihat seorang
dewasa atau remaja tiba-tiba tidak sadarkan diri di luar rumah sakit,
entah itu di rumah, tempat kerja atau mungkin di taman.
Tehnik Hands-Only CPR ini terdiri dari 2 langkah mudah yaitu :
c) Memanggil bantuan (nomor telepon emergensi terdekat) atau minta
seseorang untuk memanggil bantuan (Call 9-1-1).
d) Langkah kedua adalah melakukan penekanan yang cepat dan kuat
pada tengah dada.

Teknik Resusitasi Jantung Paru (RJP)

c) Airway (A)

Teknik yang digunakan untuk membuka jalan napas adalah dengan


head tilt-chin lift dan jaw thrust. Penolong harus mempertimbangkan
kemungkinan cedera tulang belakang sebelum membuka jalan napas.
Jika cedera tulang belakang dicurigai atau tidak dapat
dikesampingkan, penolong harus membuka jalan napas dengan
menggunakan jaw thrust head.
1. Head tilt
Letakkan telapak tangan pada dahi, kemudian dengan pelan
tengadahkan kepala dengan mendorong dahi ke arah belakang
sehingga posisi kepala dalam keadaan ekstensi (slight extention).
2. Chin lift
Chin lift dilakukan dengan mengangkat otot pangkal lidah ke depan.
Pegang dagu pasien dengan jari tengah dan jari telunjuk, kemudian
angkat dan dorong ke depan. Teknik ini dilakukan bersamaan dengan
head tilt.
3. Jaw Thrust
d) Breathing (B)

Breathing adalah saat dimana penolong memastikan napas


korban masih ada atau tidak. Jika pernapasan masih ada selama
pemeriksaan maka posisikan korban pada posisi recovery dan pantau
secara teratur setiap 2 menit. Jika pasien tidak bernapas tetapi
memiliki denyut nadi maka bantuan napas dilakukan setiap 5-6 detik
serta napas dan nadi dipantau secara teratur setiap 2 menit. Jika tidak
ada nadi dan napas maka dilakukan RJP.
e) Posisi pemulihan

Jika korban tidak sadar tetapi bernapas, biarkan orang itu dalam
posisi menghadap ke atas dan pertahankan jalan napas tetap terbuka
terutama jika dicurigai cedera kepala, leher, atau tulang belakang.
Rekomendasi posisi pemulihan adalah meletakkan tangan kanan
korban ke atas, tekuk kaki kiri korban, kemudian tarik korban
sehingga korban miring ke arah kanan dengan lengan di bawah kepala
korban.

5. Tatalaksana Hands Only CPR


Hands-Only CPR merupakan CPR atau RJP tanpa pemberian
bantuan nafas mulut-ke-mulut. Tehnik ini direkomendasikan
penggunaannya untuk orang yang melihat seorang dewasa atau remaja tiba-
tiba kolaps di luar rumah sakit, entah itu di rumah, tempat kerja atau
mungkin di taman (AHA, 2017). Tehnik ini terdiri dari dua langkah mudah
yakni:
b. Panggil bantuan (nomor telepon emergensi terdekat) atau minta
seseorang untuk memanggil bantuan (Call 9-1-1).
b. langkah kedua adalah melakukan penekanan yang cepat dan kuat pada
tengah dada (push hard and fast in the center of the chest) (Manik et al.
2018)
6. Penghentian RJP
Jangan hentikan RJP kecuali dalam salah satu situasi berikut:
1. Kembalinya sirkulasi dan ventilasi spontan
2. AED siap digunakan untuk menganalisis irama jantung pasien
3. Tenaga medis yang bertanggungjawab mengambil ahli
4. Sebuah arahan untuk tidak dilakukan resusitasi jantung paru atau pada
pasien Do Not Attempt Resusitation (DNAR)
5. Penolong terlalu lelah untuk melanjutkan RJP
KUESIONER
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN BHD TERHADAP PENGETAHUAN
SISWA PMR
A. Data Umum Responden
Nama Insial :
Jenis Kelamin :
Umur :
Kelas :

B. Pengetahuan Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD)

1. Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau dalam bahasa Inggris disebut Basic
Life Support (BLS) merupakan pengertian dari :
a. Pertolongan pertama yang dilakukan pada seseorang yang mengalami
henti jantung
b. Tindakan yang dilakukan pada seseorang yang mengalami patah
tulang
c. Tindakan yang dilakukan pada seseorang yang mengalami nyeri

2. Bantuan Hidup Dasar (BHD) dapat dilakukan oleh:


a. Kalangan medis seperti dokter dan perawat saja
b. Siapa saja baik dari bidang medis maupun masyarakat yang mampu
melakukannya
c. Masyarakat saja

3. Seseorang diberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD) apabila


a. Henti jantung dan atau henti nafas
b. Luka
c. Patah tulang

4. Tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) terdiri dari:


a. Pembebasan jalan nafas dan memberi bantuan nafas
b. Pembebasan jalan nafas dan sirkulasi
c. Pembebasan jalan nafas, memberikan bantuan nafas, dan pijat
jantung

5. Saat menemukan korban yang tidak sadar, hal yang pertama kali kita
lakukan adalah:
a. Cek kesadaran dengan menepuk pundak korban sambil memanggil
“Pak! Pak!” atau “Ibu! Ibu!”
b. Membebaskan jalan nafas
c. Memberi nafas buatan

6. Apabila korban tidak sadar yang perlu dilakukan selanjutnya adalah:


a. Memberikan jalan nafas
b. Cek nadi korban
c. Meminta bantuan atau hubungi nomor darurat (ambulans atau rumah
sakit terdekat)
7. Lokasi yang tepat untuk melakukan pijat jantung adalah:
a. Di tengah perut
b. Di tengah tulang dada
c. Diantara perut dan dada

8. Tindakan pijat jantung dilakukan pada :


a. Alas yang keras dan datar
b. Alas yang keras dan tidak datar
c. Alas yang lunak dan datar

9. Pijat jantung dilakukan dengan frekuensi / kecepatan:


a. 50-60 kali permenit
b. 80-90 kali permenit
c. 100-120 kali permenit

10. Dalam pelaksanaan pijat jantung minimal kedalaman pijat jantung adalah:
a. 3 cm
b. 5 cm
c. 7 cm
LEMBAR OBSERVASI
KETERAMPILAN BANTUAN HIDUP DASAR

A. Data Umum Responden


Nama Insial :
Jenis Kelamin :
Umur :
Kelas :

B. Keterampilan tentang Bantuan Hidup Dasar


Hasil observasi

No Tindakan Dilakukan Tidak


dilakukan

1 Memastikan keamanan penolong, lingkungan dan keamanan


korban

2 Menilai respon korban dengan cara:

a. Memanggil korban, seperti “Bangun, pak” atau “buka


mata pak”
b. Menepuk bahu atau mencubit korban

3 Meminta pertolongan sambil tetap bersama korban dengan


cara:

Menggunakan handphone untuk memanggil bantuan /


ambulans atau Jika sendirian tanpa handphone, memanggil
bantuan dengan berteriak

4 Posisi tubuh penolong:

a. Meletakkan kedua tumit telapak tangan menumpuk pada


pertengahan dada dengan posisi lengan tegak lurus
menghindari ujung jari-jari menyentuh dinding dada
korban
b. Mengatur posisi penolong: berlutut di samping korban.

5 RJP yang berkualitas :

a. Kedalaman kompresi dada dengan kedalaman 2 inchi


atau 5-6 cm
b. kecepatan kompresi 100-120 kali / menit

c. memberikan kesempatan pada dada untuk dapat recoil


penuh.
6 Kompresi dada dihentikan apabila terdapat tanda-tanda
kehidupan seperti korban bernafas, Penolong mengalami
kelelahan, Petugas kesehatan tiba ditempat kejadian

SKOR
Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin, Usia, Kelas, pengetahuan dan
keterampilan Siswa PMR
di SMA Negeri 20 Palembang

Statistic Frekuensi Jenis Kelamin, Usia, Kelas, pengetahuan dan keterampilan


Statistics
nilai sebelum nilai setelah nilai sebelum nilai setelah jenis kelamin usia kelas
penkes penkes keterampilan keterampilan
N Valid 32 32 32 32 32 32 32
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 47.81 85.00 15.94 78.75 1.81 15.69 1.53
Std. Error of Mean 1.837 2.768 1.336 3.353 .070 .158 .090
Median 50.00 90.00 10.00 75.00 2.00 15.50 2.00
Std. Deviation 10.391 15.658 7.560 18.965 .397 .896 .507
Minimum 20 50 10 50 1 14 1
Maximum 60 100 30 100 2 18 2

Jenis Kelamin
jenis kelamin
Frequenc Percent Valid Percent Cumulative
y Percent
Valid laki-laki 6 18.8 18.8 18.8
perempuan 26 81.3 81.3 100.0
Total 32 100.0 100.0

Usia
usia
Frequenc Percent Valid Percent Cumulative
y Percent
Valid 14 1 3.1 3.1 3.1
15 15 46.9 46.9 50.0
16 10 31.3 31.3 81.3
17 5 15.6 15.6 96.9
18 1 3.1 3.1 100.0
Total 32 100.0 100.0

Kelas
kelas
Frequenc Percent Valid Percent Cumulative
y Percent
Valid kelas 1 15 46.9 46.9 46.9
kelas 2 17 53.1 53.1 100.0
Total 32 100.0 100.0

Pengetahuan BHD sebelum Penkes


nilai sebelum penkes
Frequenc Percent Valid Percent Cumulative
y Percent
Valid 20 1 3.1 3.1 3.1
30 3 9.4 9.4 12.5
40 6 18.8 18.8 31.3
50 14 43.8 43.8 75.0
60 8 25.0 25.0 100.0
Total 32 100.0 100.0

Pengetahuan BHD sesudah Penkes


nilai setelah penkes
Frequenc Percent Valid Percent Cumulative
y Percent
Valid 50 3 9.4 9.4 9.4
70 5 15.6 15.6 25.0
80 5 15.6 15.6 40.6
90 8 25.0 25.0 65.6
100 11 34.4 34.4 100.0
Total 32 100.0 100.0
Histogram

Keterampilan BHD sebelum Simulasi

nilai sebelum keterampilan


Frequenc Percent Valid Percent Cumulative
y Percent
Valid 10 18 56.3 56.3 56.3
20 9 28.1 28.1 84.4
30 5 15.6 15.6 100.0
Total 32 100.0 100.0
Keterampilan BHD sesudah Simulasi
nilai sesudah keterampilan
Frequenc Percent Valid Percent Cumulative
y Percent
Valid 50 4 12.5 12.5 12.5
60 5 15.6 15.6 28.1
70 7 21.9 21.9 50.0
80 3 9.4 9.4 59.4
90 1 3.1 3.1 62.5
100 12 37.5 37.5 100.0
Total 32 100.0 100.0

Histogram
Uji Normalitas Data Pengetahuan dan Keterampilan BHD Siswa PMR

Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
sebelum
penkes
Pengetahuan 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
sesudah
penkes

Descriptives
Statistic Std.
Error
Pengetahuan Mean 47.81 1.837
sebelum penkes 95% Confidence Lower Bound 44.07
Interval for Mean Upper Bound 51.56
5% Trimmed Mean 48.47
Median 50.00
Variance 107.964
Std. Deviation 10.391
Minimum 20
Maximum 60
Range 40
Interquartile Range 18
Skewness -.819 .414
Kurtosis .380 .809
Pengetahuan Mean 85.00 2.768
sesudah penkes 95% Confidence Lower Bound 79.35
Interval for Mean Upper Bound 90.65
5% Trimmed Mean 86.11
Median 90.00
Variance 245.161
Std. Deviation 15.658
Minimum 50
Maximum 100
Range 50
Interquartile Range 28
Skewness -.968 .414
Kurtosis .152 .809

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pengetahuan .271 32 .000 .866 32 .001
sebelum
penkes
Pengetahuan .219 32 .000 .839 32 .000
sesudah
penkes
a. Lilliefors Significance Correction
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Sum of Ranks
Rank
Pengetahuan Negative Ranks 0a
.00 .00
BHD sesudah Positive Ranks 30
b
15.50 465.00
penkes- Ties 2 c

Pengetahuan Total 32
BHD sebelum
Penkes
a. Pengetahuan BHD sesudah Penkes < Pengetahuan BHD sebelum Penkes
b. Pengetahuan BHD sesudah Penkes > Pengetahuan BHD sebelum Penkes
c. Pengetahuan BHD sesudah Penkes = Pengetahuan BHD sebelum Penkes

Test Statisticsa
posttest -
pretest
Z -4.822b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Keterampilan sebelum 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
simulasi
Keterampilan sesudah 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
simulasi
Descriptives

Statistic Std.
Error
Keterampilan sebelum Mean 15.94 1.336
simulasi 95% Confidence Interval Lower Bound 13.21
for Mean
Upper Bound 18.66

5% Trimmed Mean 15.49

Median 10.00

Variance 57.157

Std. Deviation 7.560

Minimum 10

Maximum 30

Range 20

Interquartile Range 10

Skewness .855 .414

Kurtosis -.673 .809

Keterampilan sesudah Mean 78.75 3.353


simulasi 95% Confidence Interval Lower Bound 71.91
for Mean
Upper Bound 85.59

5% Trimmed Mean 79.17

Median 75.00

Variance 359.677

Std. Deviation 18.965

Minimum 50

Maximum 100

Range 50

Interquartile Range 40

Skewness -.081 .414


Kurtosis -1.542 .809

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Keterampilan sebelum .346 32 .000 .728 32 .000
simulasi
Keterampilan sesudah .244 32 .000 .841 32 .000
simulasi
a. Lilliefors Significance Correction
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Sum of Ranks
Rank
Keterampilan sesudah Negative Ranks 0a .00 .00
simulasi - Keterampilan Positive Ranks 32b 16.50 528.00
sebelum simulasi
Ties 0c
Total 32
a. Keterampilan sesudah simulasi < Keterampilan sebelum simulasi
b. Keterampilan sesudah simulasi > Keterampilan sebelum simulasi
c. Keterampilan sesudah simulasi = Keterampilan sebelum simulasi

Test Statisticsa
posttest -
pretest
Z -4.951b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Transformasi Data Pengetahuan dan Keterampilan BHD Siswa PMR

EXPLOR
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
TRANSFORM_Pengetahuan 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
Sebelum Penkes
TRANSFORM_Pengetahuan 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
Sesudah Penkes

Descriptives
Statistic Std.
Error
TRANSFORM_Pengetahuan Mean 3.8392 .04510
Sebelum Penkes 95% Confidence Lower Bound 3.7473
Interval for Mean Upper Bound 3.9312
5% Trimmed Mean 3.8635
Median 3.9120
Variance .065
Std. Deviation .25511
Minimum 3.00
Maximum 4.09
Range 1.10
Interquartile Range .36
Skewness -1.522 .414
Kurtosis 2.732 .809
TRANSFORM_Pengetahuan Mean 9.1769 .15900
Sesudah Penkes 95% Confidence Lower Bound 8.8527
Interval for Mean Upper Bound 9.5012
5% Trimmed Mean 9.2482
Median 9.4868
Variance .809
Std. Deviation .89943
Minimum 7.07
Maximum 10.00
Range 2.93
Interquartile Range 1.49
Skewness -1.152 .414
Kurtosis .653 .809

Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
TRANSFORM_Pengetahuan .809 32 .000
Sebelum Penkes
TRANSFORM_Pengetahuan .820 32 .000
Sesudah Penkes
a. Lilliefors Significance Correction

TRANSFORMASI DATA SEBELUM PENKES


TRANSFORMASI DATA SESUDAH PENKES
EXPLOR

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
TRANSFORM_Keterampilan 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
sebelum Simulasi
TRANSFORM_Keterampilan 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
sebelum Simulasi

Descriptives
Statistic Std.
Error
TRANSFORM_Keterampilan Mean 3.8924 .15932
sebelum Simulasi 95% Confidence Lower Bound 3.5675
Interval for Mean Upper Bound 4.2173
5% Trimmed Mean 3.8449
Median 3.1623
Variance .812
Std. Deviation .90123
Minimum 3.16
Maximum 5.48
Range 2.31
Interquartile Range 1.31
Skewness .689 .414
Kurtosis -1.078 .809
TRANSFORM_Keterampilan Mean 8.8094 .19218
sesudah Simulasi 95% Confidence Lower Bound 8.4174
Interval for Mean Upper Bound 9.2013
5% Trimmed Mean 8.8398
Median 8.6554
Variance 1.182
Std. Deviation 1.08714
Minimum 7.07
Maximum 10.00
Range 2.93
Interquartile Range 2.25
Skewness -.189 .414
Kurtosis -1.421 .809

Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
TRANSFORM_Keterampilan .731 32 .000
sebelum Simulasi
TRANSFORM_Keterampilan .848 32 .000
sesudah Simulasi
a. Lilliefors Significance Correction

TRANSFORMASI DATA KETERAMPILAN SEBELUM SIMULASI


TRANSFORMASI DATA KETERAMPILAN SESUDAH SIMULASI
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

TRANSFORM_Pengetahuan Negative 0 a
.00 .00

Sesudah Penkes Ranks

TRANSFORM_Pengetahuan Positive Ranks 32b 16.50 528.00


Sebelum Penkes Ties 0c

Total 32

TRANSFORM_Keterampilan Negative 0d .00 .00

sesudah Simulasi Ranks

TRANSFORM_Keterampilan Positive Ranks 32e 16.50 528.00


sebelum Simulasi Ties 0 f

Total 32

a. TRANSFORM_Pengetahuan Sesudah Penkes < TRANSFORM_Pengetahuan Sebelum Penkes

b. TRANSFORM_Pengetahuan Sesudah Penkes > TRANSFORM_Pengetahuan Sebelum Penkes

c TRANSFORM_Pengetahuan Sesudah Penkes = TRANSFORM_Pengetahuan Sebelum Penkes

d TRANSFORM_Keterampilan sesudah Simulasi < TRANSFORM_Keterampilan sebelum Simulasi

e. TRANSFORM_Keterampilan sesudah Simulasi > TRANSFORM_Keterampilan sebelum Simulasi

f. TRANSFORM_Keterampilan sesudah Simulasi = TRANSFORM_Keterampilan sebelum Simulasi

Test Statisticsa

TRANSFORM_ TRANSFORM_

Sesudah Penkes sesudah

- TRANSFORM_ Simulasi -

Sebelum Penkes TRANSFORM_

sebelum

Simulasi -

Z -4.944 b
-4.944b

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on negative ranks.


TABULASI DATA
DOKUMENTASI

Membagikan inform consent


Membagikan kuesioner

Melakukan pre test simulasi Melakukan intervensi

Melakukan post test simulasi

Anda mungkin juga menyukai