Anda di halaman 1dari 76

PROPOSAL

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEPATUHAN


PROTOKOL KESEHATAN SELAMA PEMBELAJARAN TATAP
MUKA PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD ISLAM RADEN
PATAH SURABAYA

Oleh :
MAYANG SAFUTRI WARDHANI
NIM.181.0054

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2022
PROPOSAL

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEPATUHAN


PROTOKOL KESEHATAN SELAMA PEMBELAJARAN TATAP
MUKA PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD ISLAM RADEN
PATAH SURABAYA

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjan Keperawatan (S. Kep.) Di Sekolah


Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya

Oleh :
MAYANG SAFUTRI WARDHANI
NIM.181.0054

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2022
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Mayang Safutri Wardhani

NIM : 1810054

Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 30 juli 1999

Program Studi : S1 Keperawatan

Menyatakan bahwa proposal yang berjudul “ Hubungan Peran Orang Tua

Dengan Kepatuhan Protokol Kesehatan Selama Pembelajaran Tatap Muka Pada

Anak Usia Sekolah Di SD Islam Raden Patah Surabaya” saya susun tanpa

melakukan plagiat dengan peraturan yang berlaku di Stikes Hang Tuah Surabaya.

Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiat saya akan

bertanggungjawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Stikes

Hang Tuah Surabaya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya agar dapat

digunakan sebagaiaman semestinya.

Surabaya, 18 April 2022

Mayang Safutri
HALAMAN PERSETUJUAN

Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa:

Nama : Mayang Safutri Wardhani

NIM : 1810054

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : Hubungan Peran Orang Tua Dengan Kepatuhan

Protokol Kesehatan Selama Pembelajaran Tatap

Muka Pada Anak Usia Sekolah Di SD Islam Raden

Patah Surabaya

Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya , maka kami menganggap dan dapat

menyetujui bahwa proposal ini diajukan dalam sidang guna memenuhi sebagian

persyaratan untuk memperoleh gelar :

SARJANA KPERAWATAN (S. Kep)

Pembimbing I Pembimbing II

Dini Mei Widayanti., S.Kep., Ns., M.Kep. Sapto Dwi Anggoro., S.Pd.,M.Pd.

Ditetapkan di : Stikes Hang Tuah Surabaya

Tanggal :
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal dari :

Nama : Mayang Safutri

NIM : 1810054

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : Hubungan Peran Orang Tua Dengan Kepatuhan

Protokol Kesehatan Selama Pembelajaran Tatap

Muka Pada Anak Usia Sekolah Di SD Islam Raden

Patah Surabaya

Telah dipertahankan dihadapan dewan penguji proposal di Stikes Hang Tuah

Surabaya , dan dinyatakan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar “SARJANA KEPERAWATAN” pada Prodi S1 Keperawatan

Stikes Hang Tuah Surabaya.

Penguji I : Puji Hastuti., S.Kep., Ns., M. Kep.

Penguji II: Dini Mei Widayanti., S.Kep., Ns., M.Kep.

Penguji III : Sapto Dwi Anggoro., S.Pd., M.Pd.

Mengetahui

STIKES HANG TUAH SURABAYA

KAPRODI S-1 KEPERAWATAN

Puji Hastuti, .S.Kep., Ns., M.Kep.


KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati peneliti mengajukan puji syukur

Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia- Nya sehingga peneliti dapat menyusun Proposal dengan judul

“Hubungan Peran Orang Tua Dengan Kepatuhan Protokol Kesehatan Selama

Pembelajaran Tatap Muka Pada Anak Usia Sekolah Di SD Islam Raden Patah

Surabaya” sesuai waktu yang ditentukan.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan proposal ini banyak

mendapat bantuan dan bimbingan moril maupun materil dari berbagai pihak.

Untuk itu pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih

kepada :

1. Ibu Dr. AV Sri Suhardiningsih S.Kep., M.Kes. selaku Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan

dan fasilitas kepada peneliti untuk mengikuti dan menyelesaikan Program

Studi S1 Keperawatan.

2. Puket1, Puket 2 dan Puket 3, Stikes Hang Tuah Surabaya yang telah memberi

kesemapatan dan fasilitas kepada peneliti untuk mengikuti dan menyelesaikan

program studi S1 Keperawatan.

3. Ibu Puji Hastuti, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Kepala Program Studi

Pendidikan S1 Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya dan Penguji I yang

telah memberikan kesempatan untuk mengikuti dan menyelesaikan Progam

Pendidikan S1 Keperawatan.

4. Ibu Dini Mei Widayanti., S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing I yang

telah memberikan arahan dan bimbingan serta masukan dalam penyusunan

proposal ini.
5. Bapak Sapto Dwi Anggoro., S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan saran demi kelancaran penyusunan proposal ini.

6. Seluruh dosen, staf dan karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah

Surabaya yang telah memberikan bimbingan dan membantu kelancaran

proses belajar selama menuntut ilmu di Progam Studi S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya.

7. Kepala sekola, guru dan wali murid di SD Islam Raden Patah Surabaya yang

telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

8. Ayah (Wardono), Ibu (Margi Utami), dan Adik saya tercinta beserta keluarga

yang selalu memberikan semangat dan do’a.

9. Kekasih saya (Muhaimin Nur Rizqi) yang telah membantu, memotivasi,

mendoakan, dan memberikan saya semangat.

10. Teman-teman angkatan 24 dan semua teman-teman yang telah membantu dan

memotivasi dalam kelancaran penyusunan proposal ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran

sebagai masukan dalam perbaikan proposal ini. Akhirnya peneliti berharap

semoga proposal ini bermanfaat bagi para pembaca semua, Aamiin.

Surabaya, 2022

Mayang Safutri
NIM 1810054
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Peran Orang Tua


Dengan Kepatuhan Protokol Kesehatan Selama
Pembelajaran Tatap Muka Pada Anak Usia Sekolah Di
SD Islam Raden Patah Surabaya 39
.......................................................................................
Tabel 4.2 Klasifikasi Pernyataan Peran Orang Tua.................................
43
Tabel 4.3 Skoring Kuesioner Peran Orang Tua.............................................
43
Tabel 4.4 Interpretasi Hasil Kuesioner Peran Orang Tua........................
44
Tabel 4.5 Klasifikasi Kepatuhan Protokol Kesehatan..............................
44
Tabel 4.6 Skoring Kuesioner Kepatuhan Protokol Kesehatan.................
44
Tabel 4.7 Kategori Hasil Pengukuran Kuesioner Kepatuhan Protokol
Kesehatan................................................................................. 45

\
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1
Sistem model adaptasi Roy............................................
29

Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan Peran Orang


Gambar 3.1 Tua dengan Kepatuhan Protokol Kesehatan Selama
Pembelajaran Tatap Muka Pada Anak Usia Sekolah di SD
Islam Raden Patah Surabaya.......................................... 33

Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Peran Orang Tua


Gambar 4.1 dengan Kepatuhan Protokol Kesehatan Selama
Pembelajaran Tatap Muka Pada Anak Usia Sekolah di SD
Islam Raden Patah Surabaya.......................................... 36
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden................................


.................................................................................................66
Lampiran 2 Informed Consent......................................................................
.................................................................................................67
Lampiran 3 Kisi- kisi kuisioner....................................................................
.................................................................................................68
Lampiran 4 Instrumen Penelitian..................................................................
.................................................................................................70
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini  pemerintah sudah mulai mencanangkan masa

transisi Pandemi ke Endemi . Dimana ini merupakan era

ketidakpastian, baik dalam kondisi sosial, ekonomi, kesehatan, dan

termasuknya juga di bidang pendidikan. Era Endemi ini merupakan

langkah yang diambil oleh pemerintah dengan tetap memperhatikan

resiko yang muncul sebagai dampak dari kebijakan ini. Berkenaan

dengan dunia pendidikan, pembelajaran yang sebelumnya dilakukan

secara jarak jauh atau dalam jaringan (daring) kini telah kembali

dilakukan secara tatap muka, dengan adanya proses pembelajaran

tatap muka ini perlu adanya kepatuhan protokol kesehatan yang ketat.

Menurut hasil penelitian (Fauzi, 2021) tidak semua siswa mematuhi

peraturan tersebut, ketidakpatuhan terhadap protokol kesehatan terjadi

setiap hari dan diberbagai tempat, baik didalam ataupun luar rumah.

pada masa anak usia sekolah mempunyai perkembangan

psikososial dengan membangun rasa inisiatif versus rasa

bersalah, anak usia sekolah memiliki antusias untuk mempelajari hal-

hal baru dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pada tahap ini

anak mulai mengembangkan perkembangan moral dengan memahami

mana yang benar dan salah (Arif Rohman Mansur, 2019) Sehingga

orang tua harus memiliki peran sebagai pembimbing dan teladan

terlebih lagi pada masa pademi covid-19, orang tua melakukanya

1
perannya memberikan segala hal yang dapat membantu

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan dapat menjamin

kesehatan anak-anaknya, orang tua diharuskan menjadi teladan

untuk anak telebih anak yang memasuki usia prasekolah (Rohita,

2020) Pada peran orang tua sangat dibutuhkan untuk meningkatkan

penerapan dalam protokol kesehatan. Dari fenomena yang ditemukan

peran orang tua terhadap anak kurang dalam penerapan protokol

kesehatan seperti, mengingatkan anak saat penggunaan masker ke luar

atau pun kesekolah, tidak pernah untuk selalu mengingatkan saat

mencuci tangan setelah keluar ataupun saat dirumah . Sehingga peran

orang tua untuk mengingatkan , mendidik anak dalam mematuhi

protokol kesehatan sangat kurang , disaat anak pulang dari sekolah

orang tua sering lupa untuk mengingatkan cuci tangan terlebih dahulu

saat masuk kedalam rumah karena kebiasaan yang telah dilakukan

sehari -hari.

Dikutip dari media berita, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan

Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mengungkapkan

sebanyak 264.704 atau 59% sekolah dan 33.497.256 siswa di

Indonesia mengikuti pembelajaran tatap muka dengan kapasitas

100%. Sedangkan di Jawa Timur sendiri sudah ada 24 daerah yang

melakukan pembelajaran tatap muka dengan kapasitas 100% dan di

Surabaya sudah 95% sekolah sudah melaksanakan tatap muka dengan

kapasitas 100%. Namun dengan berjalannya pembelajaran tatap muka

ada beberapa aturan yang dirubah menyesuaikan kondisi saat ini.


Syarat bagi sekolah yang bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka

100% antara lain, berada di daerah PPKM level 1 dan 2, tingkat

vaksinasi dosis 2 peserta dan tenaga kependidikan lebih dari 80%,

serta vaksinasi dosis 2 lansia di kabupaten atau kota lebih dari 50%.

Selain itu jika pembelajaran tatap muka 100%, durasi belajar

ditambah menjadi empat jam, pembelajaran tatap muka digelar

berdasar hasil asesmen dan izin orang tua siswa. Berdasarkan studi

pendahuluan wawancara pada tanggal 1 februari 2022, 7 dari 10 siswa

didapatkan hasil bahwa belum mematuhi protokol kesehatan saat

keluar rumah, atau saat pelajaran berlangsung. tidak memakai masker

saat pergi kesekolah dan masih berkerumunan dan tidak menjaga

jarak, sedangkan peran orang tua dari 7 siswa tersebut karena

kurangnya pengetahuan untuk mengingatkan dan nasehati anaknya

untuk menerapkan protokol kesehatan saat keluar rumah. Beberapa

orang tua tidak menasehati anaknya apabila anaknya tidak memakai

masker saat diluar rumah, tidak mencuci tangan apabila anak setelah

beraktivitas diluar rumah, dan para orang tua juga jarang memberikan

bekal untuk menghindari penularan covid 19 seperti membawa

handsanitizer saat diluar rumah.

Orang tua memegang peranan penting ddalam mendidik anak dan

salah satunya faktor yang mempengaruhi kepatuhan terhadap

penerapan protokol kesehatan. Rompas et al., (2018 dalam Kurniati et

al., 2020) . Peran orang tua menurut Ihsani & Santoso (2020)

menyatakan bahwa memberikan edukasi kepada anak untuk selalu


menjaga kebersihan lingkungan, memberikan contoh untuk selalu

mencuci tangan setelah beraktivitas diluar, hal tersebut penting untuk

meningkatkan kebersihan lingkungan. Dan orang tua juga berperan

dalam membimbing sikap sert keterampilan mendasar seperti contoh

mengingatkan anak untuk selalu menerapkan protokol kesehatan

selama pandemi COVID-19 (Nurlaeni & Juniarti. 2017). Dengan

adanya proses pembelajaran tatap muka yang berlangsung pada era

endemi ini,dampak jika tidak teratasi dengan kepatuhan protokol

kesehatan yang telah ditentukan akan semakin berkembangnya

penyakit dan bertambahnya jumlah Covid-19.

Di era endemi, pemerintah Indonesia masih tetap memberlakukan

aturan terkait pencegahan penyebaran virus covid-19, seperti memakai

alat pelindung diri berupa masker ketika keluar rumah. Alat pelindung

diri (APD) bertujuan untuk melindungi dari ancaman risiko dan

menjaga kesehatan individu (Putri & Denny, 2017). Apalagi dalam

pembelajaran tatap muka perlu adanya sarana cuci tangan dan sabun

yang mengalir dengan menyesuaikan jumlah siswa, adanya petugas

atau guru untuk mengukur suhu, pengaturan kelompok untuk masuk

bergantian , selain itu pemberian informasi kepada orang tua maupun

siswa jika mengalami gangguan kesehatan diharapkan untuk tidak

hadir.himbauan juga untuk tetap memakai masker, selalu menjaga

jarak, dan menghindari kerumunan. Menurut penelitian Dwi

susilowati dkk (2021) tenaga kesehatan mempunyai peran penting

untuk meningkatkan dalam upaya adanya penerapan protokol


kesehatan bertugas untuk meningkatkan kesehatan pada masyarakat,

dengan diadakannya penyuluhan , penggunaan masker yang benar dan

cara mencuci tangan yang benar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat rumusan masalah

penelitian “Adakah hubungan Peran Orang Tua dengan Kepatuhan

Protokol Kesehatan Selama Pembelajaran Tatap Muka Pada Anak Usia

Sekolah di SD Islam Raden Patah Surabaya?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan peran orang tua dengan kepatuhan protokol

kesehatan selama pembelajaran tatap muka pada anak usia sekolah di SD

Islam Raden Patah Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi peran orang tua pada anak usia sekolah selama

pembelajaran tatap muka di SD Islam Raden Patah Surabaya

b. Mengidentifikasi kepatuhan protokol kesehatan pada anak usia

sekolah selama pembelajaran tatap muka di SD Islam Raden Patah

Surabaya.

c. Menganalisis hubungan peran orang tua dengan kepatuhan

protokol kesehatan selama pembelajaran tatap muka pada anak usia

sekolah di SD Islam Raden Patah Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

media informasi peran orang tua dengan kepatuhan protokol kesehatan

selama pembelajaran tatap muka dimasa pandemi Covid-19.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh responden

sebagai informasi, menambah wawasan, untuk orang tua dan siswa

untuk tetap mematuhi protokol kesehatan.

2. Bagi Lahan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

lahan dalam mematuhi protokol kesehatan agar kegiatan belajar

mengajar secara langsung tetap berjalan dengan baik meskipun

dalam keadaan pandemi belum hilang seratus persen.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran atau informasi

untuk mengembangkan dalam melakukan penelitian selanjutnya

yang berhubungan dengan Peran Orang Tua dengan Kepatuhan

Protokol Kesehatan Selama Pembelajaran Tatap Muka dimasa

Pandemi Covid-19.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai konsep, landasan teori, dan berbagai aspek

yang terkait dengan topik penelitian, meliputi : 1) Konsep Peran Orang Tua,

2) Konsep Kepatuhan, 3) Konsep Protokol Kesehatan, 4) Konsep

Pembelajaran Tatap Muka, 5) Konsep Anak Usia Sekolah, 6) Model Konsep

Keperawatan, 7) Hubungan Antar Konsep.

2.1 Konsep Peran Orang Tua

2.1.1 Definisi Peran Orang Tua

Peran Peran adalah perilaku yang terkait dengan status tersebut. Peran

merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Peran merupakan

pemeranan dari perangkat hak dan kewajiban. Apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia

menjalankan suatu peranan. (Yusuf & Rohmah, 2020)

Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan

merupakan hasil dari suatu ikatan perkawinan yang sah yang dapat

membentuk sebuah keluarga. Orang tua bertanggung jawab mendidik,

mengasuh dan membimbing anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang

menghantarkan anak untuk siap memasuki kehidupan sosial. (Ria, 2021)

Orang tua sendri adalah ayah atau ibu yang menjadi pendidik utama dan

pertama bagi anak-anaknya, karena orang tualah yang pertama kali menerima

pendidikan. Orang tua memegang peranan penting dalam baik buruknya


seorang anak. “Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam

hidup anak”. Kepribadian orang tua tentunya menjadi pusat perhatian yang

pertama bagi seorang anak. (Indrianti, 2020)

Berdasarkan penjelasan diatas peran orang tua adalah suatu tindakan

orang tua untuk memberikan motivasi, bimbingan, fasilitas belajar, serta

perhatian yang cukup terhadap anak-anaknya untuk mencapai tahapan

tertentu. Orang tua akan berperan aktif untuk menunjang keberhasilan anak.

Hal ini bisa dicapai dengan bagaimana peran orang tua memberi motivasi,

bimbingan, fasilitas belajar serta perhatian yang cukup terhadap anak-

anaknya. Kebiasaan belajar yang baik dan disiplin diri harus dimiliki anak,

selain itu kebutuhan untuk berprestasi tinggi dan berdaya saing tinggi harus

selalu ditanamkan pada diri anak sedini mungkin. Jika hal ini telah dilakukan

maka keberhasilan anak lebih mudah untuk dicapai.

2.1.2 Peranan Orang Tua

Semua aktivitas orang tua selalu di pantau dan dijadikan contoh oleh anak

baik dari prilaku atau kebiasaan orang tua yang baik maupun yang buruk,

secara sengaja atau tidak sengaja anak akan mudah meniru baik dari apa yang

mereka lihat dan dengar. Oleh sebab itu orang tua harus menjadi panutan dan

teladan yang baik bagi anak. Menurut Wibowo (2012, dalam Novita et al.,

2016), “pendidikan karakter sebaiknya harus dimulai sejak anak usia dini.

Adapun pihak yang paling bertanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan

membesarkan anak-anak menjadi generasi yang tangguh adalah orang tua.

Mereka merupakan orang yang paling dekat dengan anak dengan anak

sehingga kebiasaan dan segala tingkah laku yang terbentuk dalam keluarga
menjadi contoh dan dengan mudah ditiru anak”. Untuk dapat menjalankan

peran tersebut secara maksimal, orang tua harus memiliki kualitas diri dengan

membekali diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat,

pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang

perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk

pola pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak yang sesuai

dengan tujuan pendidikan itu sendiri.

2.1.3 Tanggung Jawab dan Tugas Orang Tua

Tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya bukan merupakan

tanggung jawab yang sangat ringan. Orang tua harus bertanggung jawab

memberikan pengajaran ke pada anaknya serta memimpin dan mengasuh

mereka agar menjadi orang yang utama dan mereka terpelihara dari segala

bentuk kesengsaraan hidup di dunia dan ahirat. Orang tua bertanggung jawab

memberikan prilaku yang menujukan kehangatan, efeksi, kepedulian,

kenyamanan, perhatian, perawatan, dukungan dan cinta.

Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua

orang tua terhadap anak menurut (Indrianti, 2020) antara lain :

1. Memelihara dan membesarkan anak, tanggung jawab ini merupakan

dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum,

dan perawatan agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.

2. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmani maupun

rohani dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat

membahayakan dirinya.
3. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang

berguna bagi kehidupannya kelak sehingga bila ia telah dewasa mampu

berdiri sendiri dan membantu orang lain dan melaksanakan kekhalifannya.

4. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya

pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan akhiran

manusia.

5. Melakukan system pembiasaan membentuk dan membimbing seorang

anak ke arah keselamatan latih batin akan lebih efektif jika dibantu dengan

pembiasan. Membiasakan anak dengan ketaatan pada peraturan agama

sebagai gejala budaya maupun gejala sosial akan membentuk suasana

kondusif dalam jiwa anak bagaikan mengukir di atas batu yang sulit dihapus.

6. Sytem pembiasaan seperti membiasakan anak mentaati peraturan.

Kebiasaan ini diharapkan timbul dan berkembang dengan didasari oleh

kesadaran, keyakinan, kepekaan, dan sikap. Dengan demikian, karakter yang

terbentuk melalui karakter bersifat inside-out, dalam arti bahwa perilaku yang

terjadi karena dorongan dari dalam, bukan paksaan dari luar.

Selain itu menurut (Trisnawati & Sugito, 2020) pada pandemi (Covid-19)

orangtua berkewajiban sebagai pendidik utama untuk anaknya. Orangtua

mempunyai kerkewajiban sebagai guru pada anaknya, dalam menyelesaikan

tugas sekolah melalui cara mengakomodasi tugas anak, melakukan

pembelajar pada lingkungan sekitar, dan memberikan pemahaman kepada

anak mengenai Covid-19.

Peran orangtua secara khusus ialah menegakkan, mengarahkan, pendidik,

melindungi, dan peninjau anak agar mampu melaksanakan hidup sehat. Selain
itu orangtua juga menemani anak pada saat melaksanakan tugas atau belajar

di rumah, membuat lingkungan yang tentram bagi anak, peninjauan kepada

anggota keluarga, memberikan bimbingan,edukasi serta memberikan nafkah

dan kebutuhan keluarga.

Dari uraian tersebut peran orangtua memiliki peran penting dalam

pendidikan anak dikeluarga dengan perkembangan moral anak. Khususnya

pada saat ini peran orangtua sangat dibutuhkan untuk mendidik anak saat

anak belajar di rumah . Menurut Piaget moralitas adalah kecenderungan ke

arah penerimaan dan mematuhi suatu pelaturan. Selain itu, Kohlberg (dalam

Permata Sari Mela, 2021) percaya aspek moral tidak dibawah sejak lahir,

tetapi bisa dikembangkan atau dipelajari.

2.1.4 Penilaian Peran Orang Tua

Adapun peranan orang tua dalam keluarga yang diungkapkan oleh Covey

(2011, dalam JUNIOR, 2014) adalah dengan indikator sebagai berikut :

1. Modelling (example of trustworthness)

Orang tua adalah contoh atau model bagi anak. Tidak dapat disangkal bahwa

contoh dari orang tua mempunyai pengaruh yang sangat kuat bagi anak.

Ketika Abert Schweitzer ditanya tentang bagaimana mengembangkan anak,

dia menjawab : “ada tiga prinsip, yaitu pertama contoh, kedua contoh dan

ketiga contoh”. Orang tua merupakan model yang pertama dan terdepan bagi

anak (baik positif dan negatif) dan merupakan pola bagi “way of life” anak.
Cara berfikir dan berbuat anak dibentuk oleh cara berfikir dan berbuat orang

tuanya. Melalui “Modelling” anak akan belajar tentang sikap proaktif, sikap

respek dan kasih sayang.

2. Mentoring

yaitu kemampuan untuk menjalin atau membangun hubungan, investasi

emosional (kasih sayang kepada orang lain) atau pemberian perlindungan

kepada orang lain secara mendalam, jujur, pribadi dan tidak bersyarat.

Kedalaman dan kejujuran atau keikhlasan memberikan perlindungan ini akan

mendorong orang lain untuk bersikap terbuka dan mau menerima pengajaran,

karena dalam diri mereka telah tertanam perasaan percaya. Orang tua

merupakan mentor pertama bagi anak yang menjalin hubungan dan

membrikan kasih sayang secara mendalam, baik secara positif maupun

negatif. Orang tua menjadi sumber pertama bagi perkembangan perasaan

anak, rasa aman atau tidak aman, dicintai atau tidak dicintai. Ada lima cara

untuk memberikan kasih sayang kepada orang lain, yaitu :

a. empathizing: mendengarkan hati orang lain dengan hati sendiri,

b. sharing: berbagi wawasan, emosi dan keyakinan,

c. affirming: memberi ketegasan dengan orang lain dengan kepercayaan,

penilaian, konfirmasi, apresiasi dan dorongan,

d. praying: mendoakan orang lain dengan ikhlas dari jiwa yang paling

dalam,

e. sacrificing: berkorban untuk diri orang lain.

3. Organizing
yaitu orang tua seperti perusahaan yang memerlukan tim kerja dan

kerjasama antar anggota dalam menyelesaikan tugas-tugas atau memenuhi

kebutuhan keluarga. Peran organizing adalah untuk meluruskan struktur dan

sistem keluarga dalam rangka membantu menyelesaikan hal-hal penting.

4. Teaching

Orang tua berperan sebagai guru (pengajar) bagi anak-anaknya tentang

hukum-hukum dasar kehidupan. Peran orang tua sebagai guru adalah

menciptakan “conscious competence” pada diri anak, yaitu mereka

mengalami tentang apa yang mereka kerjakan dan alasan tentang mengapa

mereka mengerjakan itu.

2.2 Konsep Kepatuhan

2.2.1 Definisi Kepatuhan

Kepatuhan merupakan sikap atau ketaatan untuk memenuhi anjuran

petugas kesehatan tanpa dipaksa untuk melakukan tindakan (Fandinata &

Ernawati, 2020).

Menurut Purwati & Amin (2016), kepatuhan adalah memenuhi permintaan

orang lain, didefinisikan sebagai suatu tindakan atau perbuatan yang

dilakukan berdasarkan keinginan orang lain atau melakukan apa apa yang

diminta oleh orang lain.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan menurut (Kamidah, 2015)

diantaranya :

1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengar, pencium, rasa

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2007)

2. Motivasi

Motivasi adalah keinginan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk

berperilaku. Motivasi yang baik dalam mengkonsumsi tablet kalsium untuk

menjaga kesehatan ibu hamil dan janin, keinginan ini biasanya hanya pada

tahap anjuran dari petugas kesehatan, bukan atas keinginan diri sendiri.

Semakin baik motivasi maka semakin patuh ibu hamil dalam mengkonsumsi

tablet kalsium karena motivasi merupakan kondisi internal manusia seperti

keinginan dan harapan yang mendorong individu untuk berperilaku agar

mencapai tujuan yang dikehendakinya (Budiarni, 2012).

3. Dukungan keluarga

Upaya yang dilakukan dengan mengikutkan peran serta keluarga adalah

sebagai faktor dasar penting yang ada berada disekeliling ibu hamil dengan

memberdayakan anggota keluarga terutama suami untuk ikut membantu para

ibu hamil dalam meningkatkan kepatuhannya mengkonsumsi tablet kalsium .

Upaya ini sangat penting dilakukan, sebab ibu hamil adalah seorang individu

yang tidak berdiri sendiri, tetapi ia bergabung dalam sebuah ikatan

perkawinan dan hidup dalam sebuah bangunan rumah tangga dimana faktor
suami akan ikut mempengaruhi pola pikir dan perilakunya termasuk dalam

memperlakukan kehamilannya (Apriningsih et al., 2019).

2.2.3 Pengukuran Kepatuhan

Menurut Alimul Hidayat (2011, dalam (Pratiwi, 2021), skala likert adalah

skala pengukuran yang dikembangkan oleh Likert pada tahun 1932. Skala

likert mempunyai empat atau lebih butir-butir pertanyaan yang

dikombinasikan sehingga membentuk sebuah skor/nilai yang

merepresentasikan sifat individu, misalkan pengetahuan, sikap, dan perilaku.

Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam

kategori skala likert adalah sebagai berikut seperti tabel 1 :

Tabel 1
Pengukuran kepatuhan menurut skala likert

Pernyataan Positif Nilai Pernyataan Negatif Nilai


Sangat Patuh SP 5 Sangat Patuh SP 1
Patuh P 4 Patuh CP 2
Netral N 3 Netral N 3
Tidak Patuh TP 2 Tidak Patuh TP 4
Sangat Tidak Patuh STP 1 Sangat Tidak Patuh STP 5
Sumber : Metode Penelitian Keperawatan, V. Wiratna Sujarweni, 2014

2.2.4 Indikator Kepatuhan

Menurut Sarwono (2011, dalam Astuti, 2014) ) ada tiga indikator untuk

pengukuran kepatuhan tersebut :

1. Konformitas yaitu cara merubah sikap dan tingkah laku agar sesuai dengan

cara melakukan tindakan sesuai dan diterima dengan tuntutan sosial.


2. Penerimaan yaitu melakukan sesuatu atas permintaan orang lain yang

diakui otoritasnya

3. Ketaatan yaitu seseorang yang melakukan tingkah laku atas perintah orang

lain. Seseorang mentaati dan mematuhi permintaan orang lain untuk

melakukan tingkah laku tertentu karena ada unsur power.

2.3 Konsep Protokol Kesehatan

2.3.1 Definisi Protokol Kesehatan

Protokol Kesehatan merupakan aturan dan ketentuan yang perlu di ikuti

oleh segala pihak agar dapat beraktifitas secara aman pada saat pandemic

COVID-19 ini. Protokol kesehatan dibentuk dengan tujuan agar masyarakat

tetap dapat beraktivitas secara aman dan tidak membahayakan keamanan atau

Kesehatan orang lain (Kementerian Kesehatan, 2020).

2.3.2 Protokol Kesehatan pada Masa Pandemi Covid -19

Pencegahan penyebaran COVID-19 dapat dilakukan dengan menerapkan

protokol kesehatan sesuai kebijakan yang dikeluarkan oleh WHO sebagai

upaya pencegahan terhadap peningkatan jumlah penderita COVID-19. Upaya

pencegahan yang dapat dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut:

1. Menggunakan masker

Menurut (Wati et al., 2020) APD adalah alat yang digunakan untuk

melindungi diri dan mencegah infeksi nosokomial. Salah satu APD yang

wajib digunakan saat pandemi adalah masker. Masker bagian dari alat

pelindung wajah khususnya untuk melindungi membran mukosa pada mulut


dan hidung ketika berinteraksi dengan orang lain. Masker dianjurkan untuk

selalu digunakan ketika keluar rumah. COVID 19 adalah jenis virus yang

menular melalui droplet. Menurut Harianto (2009, dalam Zahroh, 2020),

bahwa penularan COVID 19 dapat melalui saluran pernapasan, maka

penggunaan masker oleh seluruh masyarakat dirasakan perlu di masa

pandemi COVID 19 ini. Masker dapat menjadi penghalang pertama jika ada

droplet/tetesan baik dari diri sendiri maupun dari orang lain. Alat pelindung

pernapasan atau masker merupakan alat yang digunakan untuk melindungi

mulut dan hidung dengan bahan yang dapat menyaring masuknya debu atau

uap. Mekanisme yang terjadi adalah dengan cara menangkap partikel atau

aerosol dari udara dengan metode penyaringan atau penyerapan, sehingga

udara yang melewati masker menjadi bersih dari partikulat (Zahroh, 2020).

2. Menggunakan handsanitizer

Alternatif lain yang bisa dilakukan selain mencuci tangan adalah dengan

menggunakan antiseptik sebagai zat yang dapat menghambat pertumbuhan

dan perkembangan mikroorganisme (Nakoe et al., 2020). Menurut Depkes RI,

2008 dalam (Nakoe et al., 2020) handsanitizer yaitu sebuah produk berbentuk

gel yang memiliki kandungan antiseptik sebagi pembersih tangan yang jika

menggunakannya tidak perlu dibilas dengan air. Menggunkannya sangat

efektif mematikan flora transien dan residen dibandingkan dengan

menggunakan air, pakai sabun biasa maupun sabun antiseptik. Berdasarkan

food and drug administration (FDA) bahwa hand sanitizer bisa membunuh

kuman dalam waktu kurang dari 30 detik.

3. Menerapkan social distancing


Jika kita cermati virus ini tidak dapat hidup diudara atau berterbangan,

namun penyebarannya harus melewati inang yakni melalui media seperti

pericikan air ludah dari orang yang terkena infeksi, maka dalam hal ini

diperlukan dalam mencegah penyebaran virus adanya pembatasan jarak atara

sesama, hal ini sesuai dengan instruksi presiden yang menghimbau untuk

melaksanakan social distancing (Ali, 2020). Social distancing adalah suatu

cara pencegahan dan pegendalian non- medis yang di terapkan untuk

mencegah penyebaran COVID-19 dengan cara mengurangi kontak anatara

mereka yang terinfeksi COVID19, sehingga dapat menghentikan mata rantai

penyebaran penyakit dalam suatu wilayah. Social distancing merupakan

tindakan preventif dalam mencegah penyebaran virus dengan cara menjauhi

keramaian, tidak bepergian kemana-mana kecuali dalam keadaan darurat dan

sebisa mungkin tidak keluar rumah, social distancing dapat diartikan mejaga

jarak sosial, sehingga akan menghambat penyebaran Coronavirus melalui

atau percikan air liur kontaminasi droplet pada jarak yang dekat dengan orang

yang terinfeksi.

Ketentuan protokol kesehatan saat pembelajaran tatap muka yaitu:

a. Dalam proses pembelajaran tatap muka dimasa new normal ini

pembaruan berbagai data kesiapan sekolah didaerah harus

melaksanakan kesehatan pada saat new normal.

b. Kemudian untuk jam masuk yang seperti biasanya dirubah, karena

menghindari kerumunan.

c. Dengan pembelajaran tatap muka ini dilakukan dengan social

distancing seperti mengatur jarak tempat duduk minimal 1 meter.


d. Selalu dalam pemakaian masker, selama dalam pembelajaran

berlangsung guru maupun peserta didik (Nadia, dkk. 2021).

2.4 Konsep Pembelajaran Tatap Muka

2.4.1 Pengertian Pembelajaran Tatap Muka

Menurut Bonk dan Graham, pembelajaran tatap muka adalah model

pembelajaran konvensional yang memberikan pengetahuan kepada siswa

dengan cara mempertemukan guru dan siswa di dalam kelas dengan

karakteristik yang terencana, yang berorientasi pada tempat, dan interaksi

sosial. (LIU, 2020)

Pembelajaran tatap muka adalah pembelajaran yang dimana siswa dan

guru melakukan pembelajaran secara langsung untuk mencapai interaksi

antara siswa dengan guru, serta siswa dengan siswa lainnya. Pembelajaran

langsung dirancang untuk dapat mengikuti peristiwa/perubahan yang terjadi

pada siswa dengan menggunakan metode pembelajaran tatap muka. (Lale .G,

2020)

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tatap Muka

1. Kelebihan pembelajaran tatap muka

Kelebihan pembelajaran tatap muka menurut (LIU, 2020) adalah :

a. Mendorong Siswa Giat Belajar


Dengan pembelajaran tatap muka, terjadi interaksi antara siswa dan

guru untuk mendorong siswa aktif mempelajari pelajaran yang

disampaikan oleh guru.

b. Partisipasi Aktif Siswa dan Guru

Selama proses pembelajaran siswa secara aktif terlibat dalam kegiatan

kelas. Siswa akan aktif bertanya kepada guru jika ada masalah dalam

pelajaran. Hal ini sangat penting untuk memiliki pemahaman yang jelas

tentang teori-teori yang dibahas di kelas.

c. Komunikasi

Dengan dilaksanakannya pembelajaran tatap muka, terjadi komunikasi

yang baik antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa itu

sendiri.

d. Terjadwal dengan Baik

Dalam pembelajaran tatap muka, jadwal dan pelaksanaannya sekolah

menjadi teratur dalam rangka melatih kedisiplinan siswa.

2. Kekurangan Pembelajaran Tatap Muka

Kekurangan pembelajaran tatap muka antara lain :

a. Seperti disuapi

Pada proses pembelajaran siswa terlalu tergantung pada guru mereka

dalam setiap hal yang terkait dengan pembelajaran.

b. Kegiatan Ekstra Kurikuler yang Mendistorsi Siswa

Ketika siswa terlibat dalam banyak kegiatan ekstrakurikuler, akan

sulit untuk fokus pada pembelajaran mereka. Karena siswa masih sulit

untuk menjaga keseimbangan belajar.


2.4.3 Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Dimasa Pandemi

1. Penyelenggaran Pembelajaran tatap muka harus memperhatikan protokol

kesehatan

2. Satuan pendidikan supaya menjalin komunikasi dengan stakeholder

(komite sekolah, pemerintah, . desa/kecamatan , puskesmas, dll)

3. Apabila terjadi penyelenggaraan terhadap protokol kesehatan yang

diterapkan dan ada yang terpapar maka pemberhentian pembelajaran

ditutup kembali (Haryanto, 2020).

2.5 Konsep Anak Usia Sekolah

2.5.1 Definisi Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah merupakan anak yang sedang berada pada periode usia

pertengahan yaitu anak yang berusia 6-12 tahun (Santrock, 2011), sedangkan

menurut Yusuf (2011) anak usia sekolah merupakan anak usia 6-12 tahun

yang sudah dapat mereaksikan rangsang intelektual atau melaksanakan tugas-

tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan

kognitif (seperti: membaca, menulis, dan menghitung). Umumnya pada

permulaan usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, dengan demikian anak

mulai mengenal dunia baru, anak-anak mulai berhubungan dengan orang-

orang di luar keluarganya dan mulai mengenal suasana baru di

lingkungannya. Hal-hal baru yang dialami oleh anak-anak yang sudah mulai

masuk dalam usia sekolah akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka.

Anak-anak akan merasakan kegembiraan di sekolah, rasa takut akan


terlambat tiba di sekolah, menyebabkan anak-anak ini menyimpang dari

kebiasaan makan yang diberikan kepada mereka (Moehji, 2009).

2.5.2 Karakteristik Anak Usia Sekolah

Karakteristik anak usia sekolah menurut (Supariasa, 2016) yaitu anak usia

sekolah (6-12 tahun) yang sehat memiliki ciri di antaranya adalah banyak

bermain di luar rumah, melakukan aktivitas fisik yang tinggi, serta beresiko

terpapar sumber penyakit dan perilaku hidup yang tidak sehat. Secara fisik

dalam kesehariannya anak akan sangat aktif bergerak, berlari, melompat, dan

sebagainya. Akibat dari tingginya aktivitas yang dilakukan anak, jika tidak

diimbangi dengan asupan zat gizi yang seimbang dapat menimbulkan

beberapa masalah gizi yaitu di antaranya adalah malnutrisi (kurang energi dan

protein), anemia defisiensi besi, kekurangan vitamin A dan kekurangan

yodium.

2.5.3 Kebutuhan Anak Sekolah Dasar

Kebutuhan merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh setiap manusia untuk

memenuhi kepuasaannya, baik itu berupa benda ataupun perasaan. Menurut

Maslow dalam Desmita (2010: 60), manusia memiliki lima tingkat

kebutuhan hidup yang akan selalu berusaha untuk dipenuhi sepanjang masa

hidupnya. Kelima tingkatan itu dari yang paling bawah adalah sebagai

berikut :

1. Phsyiological needs (kebutuhan fisiologis) Kebutuhan fisiologis


adalah sejumlah kebutuhan yang paling mendesak dan mendapatkan

prioritas utama dalam pemenuhannya karena berkaitan langsung dengan

kondisi fisik dan kelangsungan hidupnya.

2. Need for self-security and security (kebutuhan akan rasa aman dan

perlindungan) Kebutuhan akan rasa aman merupakan kebutuhan yang

mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan

keteraturan dari lingkungannya, jaminan keamanan, terlindung dari

bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, dan lain-lain.

3. Need for love and belongingness (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan

memiliki) Kebutuhan ini mendorong individu untuk mengadakan afeksi

atau ikatan emosional dengan orang lain, yang diaktualisasikan dalam

bentuk kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, mencintai dan dicintai,

kebutuhan akan rasa diakui dan diikutsertakan sebagai anggota kelompok,

merasa dirinya penting, rasa setia kawan, dan sebagainya.

4. Need for self-esteem (kebutuhan akan rasa harga diri) Kebutuhan akan rasa

harga diri merupakan kebutuhan individu untuk merasa berharga di dalam

hidupnya. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan akan penghormatan dan

penghargaan baik itu dari diri sendiri ataupun orang lain. Setiap individu

membutuhkan untuk merasa kompeten dan berguna serta pada saat yang

sama membutuhkan pengakuan atas nilai dan kompetensi yang kita miliki

dari orang lain. Kegagalan untuk diakui oleh diri sendiri ataupun orang

lain akan menimbulkan dampak negative seperti rendah diri, kehilangan

semangat dan putus asa.


5. Need for self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri) Kebutuhan

aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk memenuhi dorongan hakiki

manusia untuk menjadi orang yang sesuai dengan dorongan hakiki

manusia untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan potensinya.

Dengan kata lain, kebutuhan ini adalah kecenderungan untuk berjuang

menjadi apa saja yang mampu kita raih, motif yang mendorong kita untuk

mencapai potensi secara penuh dan mengekspresikan kemampuan kita

yang unik. Kebutuhan ini akan diwujudkan dengan bekerja sebaik-baiknya

sesuai dengan bidang masing-masing.

Teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow merupakan

teori kebutuhan secara umum baik itu dari anak-anak hingga kebutuhan orang

dewasa. Sejalan dengan teori Maslow di atas, Lindgren dalam Sumantri

(2007: 3.26), mengemukakan mengenai kebutuhan anak usia Sekolah Dasar

yang dibagi menjadi 4 aspek yaitu :

1. Kebutuhan Jasmaniah, keamanan dan pertahanan diri sesuai dengan

perkembangan fisik anak usia Sekolah Dasar yang bersifat individual, pada

masa ini kebutuhan anak bervariasi seperti porsi makanan dan minuman

meningkat. Karena pada masa ini perkembangan tubuh dan kognitif anak

mengalami masa pertumbuhan yang pesat. Berkaitan dengan pemeliharaan

dan pertahanan diri, anak usia Sekolah Dasar memasuki tahapan pendidikan

moral dan sosial yang memperhatikan keinginan dan kebutuhannya sendiri

tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain.


2. Kebutuhan akan kasih sayang Pada tahap perkembangan sosial anak

Sekolah Dasar terutama yang duduk di kelas tinggi, anak sudah ingin

memiliki teman tetap. Perkembangan tersebut juga sejalan dengan kebutuhan

untuk disayangi dan menyayangi teman. Tidak hanya rasa kasih kepada

teman, tetapi juga terhadap benda yang merupakan kesenangannya bisa

berupa perangko, komik, kartu dan sebagainya dan koleksi tersebut dirawat

dengan rasa sayang.

3. Kebutuhan untuk memiliki Kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki mulai

tumbuh pada masa anak membentuk gang atau kelompok bermainnya. Anak

pada masa ini akan cenderung mengikuti aturan dari kelompok bermainnya.

Kebutuhan untuk memiliki ini tidak terbatas pada pemilikan teman saja, tetapi

juga terhadap benda miliknya dan benda milik teman sekolahnya. Namun

demikian, pada masa ini anak masih menggantungkan dirinya kepada orang

yang dirasa mempunyai keunggulan atau kekuatan di dalam kelompok

bermainnya, atau bergantung pada pemegang otoritas yang disenangi seperti

guru di kelas, dan orang tua di rumah.

4. Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan ini erat kaitannya dengan kebutuhan

berprestasi. Kebutuhan ini terasa mulai dominan pada anak di kelas tinggi. Di

mana mereka mulai ingin merealisasikan potensi-potensi yang dimilikinya

sehingga anak berusaha memenuhi kebutuhan tersebut dengan sikap

persaingan, atau berusaha mewujudkan keinginannya. Dalam hal ini tentu

harus mendapat perhatian dari orang tua dan guru, mengingat wadah untu

mengaktualisasikan diri bukannya di bidang akademis tetapi juga di bidang

non akademis.
2.5.4 Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah Dasar

Perkembangan siswa sekolah dasar adalah perubahan kemampuan mental

seperti belajar, menalar, berpikir, dan berbahasa. Proses terus menerus untuk

membentuk struktur yang diperlukan melalui interaksi yang terus menerus

dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan dan pengetahuan

sangat subjektif pada anak usia dini dan anak usia dini, dan objektif pada

anak usia dini. (Arfiani & Eva Latipah, 2021)

Sehubungan dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya,

kemampuan kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi tahap.

Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan peserta

didik menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu

melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat

dan lingkungan.

Perkembangan kognitif mengubah kecerdasan, pengetahuan, dan

keterampilan hubungan siswa dengan lingkungannya. Jadi Kognitif

merupakan aspek perkembangan siswa yang berkaitan dengan pengetahuan,

Artinya, bagaimana individu belajar dan pikirkan tentang lingkungan.

2.5.6 Teori Perkembangan Kognitif

1. Teori Perkembangan Kognitif Menurut Pieget

Perkembangan kognitif seorang anak terjadi secara bertahap, tetapi

lingkungan tidak dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan anak.

Seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan tidak
bisa langsung menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan

didapat secara bertahap dengan cara belajar secara aktif dilingkungan

sekolah. (Perkembangan & Jean, n.d 2020)

2. Teori Perkembangan Kognitif Menurut Vygotsky

Kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi

untuk menggambarkan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan

persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan

seseorang memperoleh pengetahuan,memecahkan masalah, dan

merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan

bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati,

membayangkan,memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.

(Madaniyah et al., 2021)

3. Teori Perkembangan Kognitif Menurut J.S Bruber

Teori kognisi J. S Bruner menekankan pada cara individu

mengorganisasikan apa yang telah dialami dan dipelajari, sehingga individu

mampu menemukan dan mengembangkan sendiri konsep, teori-teori dan

prinsip-prinsip melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya.

Untuk meningkatkan proses belajar, menurut Bruner diperlukan lingkungan

yang dinamakan “discovery learnig envoirment” atau lingkungan yang

mendukung individu untuk melakukan eksplorasi dan penemuan-penemuan

baru. (Buto, n.d, 2012).


2.6 Model Konsep Keperawatan

Orem mengembangkan konsep keperawatan tentang perawatan diri sendiri

dan dipublikasikan dalam keperawatan (Concept of Pratice tahun 1971).

Tahun 1985 mempublikasikan buku kedua yang berisi tentang tiga teori,

yaitu :

1.      Theory self care.

2.      Theory self care deficit.

3.      Theory system keperawatan.

Dalam bidang keperawatan dapat dikatakan bahwa ahli Keperawatan dari

Amerika, Dorothea E Orem, termasuk salah seorang yang terpenting

diantara orang yang mengembangkan pandangan dalam bidang

Keperawatan. Dorothea Orem melihat bahwa perawatan propesional

mendapat bantuan  pengambil alihan tugas sebahagian atau pun

keseluruhan atau perawatan diri atau perawatan. Model konsep atau teori

keperawatan self care milik Orem mempunyai makna bahwa semua

manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka

mempunyai hak untuk memperolehnya sendiri kecuali jika tidak mampu.

Dengan demikian perawat mengakui potensi pasien untuk berpartisipasi

merawat dirinya sendiri pada tingkat kemampuannya dan perawatan dapat

menentukan tingkat bantuan yang akan diberikan. Untuk dapat

menerapkan model konsep atau teori keperawatan ini diperlukan suatu

pengetahuan dan ketrampilan yang mendalam terhadap teori keperawatan

sehingga diperoleh kemampuan tehnikal dan sikap yang therapeutik.


Keperawatan mandiri (self care) menurut Orem’s adalah : “Suatu

pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu sendiri

untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan

dan kesejahteraannya sesuai dengan keadaan, baik sehat maupun sakit ”

(Orem’s, 1980). Pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu

mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak

untuk mendapatkan kebtuhan itu sendiri, kecuali bila tidak

mampuAdaptasi

Teori ini mengacu kepada bagaimana individu memenuhi kebutuhan dan

menolong keperawatannya sendiri, maka timbullah teori dari Orem tentang

Self Care Deficit of Nursing.

Dari teori ini oleh Orem dijabarkan ke dalam tiga teori yaitu :

1. Self Care.

Teori self care ini berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang The

nepeutic sesuai dengan kebutuhan. Perawatan diri sendiri adalah suatu

langkah awal yang dilakukan oleh seorang perawat yang berlangsung

secara continue sesuai dengan keadaan dan keberadaannya , keadaan

kesehatan dan kesempurnaan. Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas

yang praktis dari seseorang dalam memelihara kesehatannya serta

mempertahankan kehidupannya. Terjadi hubungan antar pembeli self care

dengan penerima self care dalam hubungan terapi. Orem mengemukakan

tiga kategori / persyaratan self care yaitu : persyaratan universal,

persyaratan pengembangan dan persyaratan kesehatan.

2. Penekanan teori self care secara umum :


     Pemeliharaan intake udara. Pemeliharaan intake air.   Pemeliharaan intake

makanan.  Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan

eksresi. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.

Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi social.

Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia.

Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok

sosial sesuai dengan potensinya.

3. Self Care Deficit.

Teori ini merupakan inti dari teori perawatan general Orem, yang

menggambarkan kapan keperawatan di perlukan, oleh karena perencanaan

keperawatan pada saat perawatan yang dibutuhkan. Bila dewasa (pada

kasus ketergantungan, orang tua, pengasuh) tidak mampu atau

keterbatasan dalam melakukan self care yang efektif.

Teori self care deficit diterapkan bila :

Anak belum dewasa.

  Kebutuhan melebihi kemampuan perawatan.

    Kemampuan sebanding dengan kebutuhan tetapi diprediksi untuk masa

yang akan datang, kemungkinan terjadi penurunan kemampuan dan

peningkatan kebutuhan.

4.     Nursing System. 


Teori yang membahas bagaimana kebutuhan “Self Care” pasien dapat dipenuhi

oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing system ditentukan / direncanakan

berdasarkan kebutuhan “Self Care” dan kemampuan pasien untuk menjalani

aktifitas “Self Care”.

Gambar 6.1 Sistem model keperawatan orem

Menurut Orem, proses keperawatan adalah istilah yang digunakan oleh

perawat untuk menunjukkan proses profesional-teknologi dari tindakan

keperawatan beserta proses perencanaan dan evaluasi.


Orem menjelaskan tiga tahap proses keperawatan yaitu :

Step 1 : Diagnosa dan resep keperawatan. Tahap ini menjelaskan


 

mengapa keperawatan diperlukan. Analisa dan interprestasi membuat

keputusan tentang perawatan dini, juga memberikan manajemen kasus.

“Diagnosa keperawatan penting untuk pemeriksaan dan pengumpulan

data tentang kemampuan pasien dalam perawatan diri dan kebutuhan

akan terapi perawatan diri serta hubungan antara keduanya”

   Step 2 : Merancang system keperawatan dan merencanakan pelaksanaan

perawatan diri. Merancang  system keperawatan yang efektif dan efisien

menghasilkan data yang valid tentang kondisi pasien. Rancangan ini

termasuk peran dari perawat dan pasien dalam hubungan melakukan self

care, mengatur kebutuhan terapi perawatan diri , melindungi

pengembangan kemampuan perawatan diri.

   Step 3 : Produksi dan manajemen sistem keperawatan (Planning and

Controlling). Pengaturan system keperawatan dihasilkan ketika

berinteraksi dengan pasien secara terus menerus untuk mencapai

kemampuan terapi perawatan diri yang telah ditentukan dan mengatur

kemampuan untuk mengembangkan perawatan diri. Di tahap ini,

tindakan perawat adalah menghasilkan dan mengatur system

keperawatan..

2.7 Hubungan Antar Konsep

Dibukanya kembali pembelajaran tatap muka dengan protokol kesehatan

yang ketat oleh pendidik di tengah wabah covid 19 yang masih ada bahkan

muncul virus varian baru.dengan adanya pembelajaran tatap muka perlu


adanya kepatuhan protokol kesehatan yang ketat agar terputusnya dengan

masa covid-19. Pembelajaran tatap muka ini sehingga adanya peran orang tua

yang mempengaruhi kepatuha protokol kesehatan pada anak. Karena orang

tua penting sebagai pendidik, penasehat dalam perannya untuk selalu

mengingatkan perlu adanya tingkat protokol kesehatan yang baik, seperti

contoh dalam penggunaan masker yang benar, mencuci tangan sebelum atau

sesudah keluar dan saling menjaga jarak . karena dengan pembelajaran tatap

muka ini dengan kepatuhan protokol yang ketat sangat berpengaruh bagi

lingkungan dan agar terhindarnya suatu penyakut yang tidak diinginkan, dan

perlunya adaptasi dimasa pandemi covid-19.

Menurut teori model konsepe keperawatan orem ada tiga tahap proses

keperawatan. penelitian ini merupakan hubungan peran orang tua dengan

kepatuhan protokol kesehatan pada anak usia sekolah dengan perencenaan

keperawatan adanya peran oran orang tua dengan mendidik anak usia sekolah

untuk mematuhi protokol kesehatan pada masa pembelajaran tatap muka pada

masa pandemi, dengam tingkata peran orang tua akan adanya hasil

peningkatan untuk dalam mematuhi protokol kesehatan pada anak usia

sekolah. Dengan kondisi di masa transisi pandemi saat ini yang

mengharuskan pendidik membuka kembali pembelajaran tatap muka dengan

protokol kesehatan yang ketat, maka orang tua wali murid harus siap dan bisa

beradaptasi dengan kondisi yang baru.


BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Konsep Keperawatan Orem

Anak Usia Sekolah Stimulus internal:


1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Stimulus eksternal:
4. Pendidikan
5. Proses adaptasi
6. Dukungan Keluarga

Faktor Yang mempenngaruhi :


1. Pengetahuan
2. Motivasi Kepatuhan Protokol
3. Peran
PeranOrang
OrangtuaTua kesehatan
3.

Indikator :

1. Memakai Masker
2. Menjaga jarak
3. Mencuci tangan

Kepatuhan protokol
kesehatan meningkat

Keterangan:

: Diteliti : Tidak Diteliti

: Berhubungan : Berpengaruh

Gambar 3. 1 Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan Peran Orang Tua denga


n Kepatuhan Protokol Kesehatan Selama Pembelajaran Tatap Muka Pada Anak
Usia Sekolah di SD Islam Raden Patah Surabaya.
3.2 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada Hubungan Peran Orang Tua

dengan Kepatuhan Protokol Kesehatan Selama Pembelajaran Tatap Muka

Pada Anak Usia Sekolah di SD Islam Raden Patah Surabaya.


BAB 4

METODE PENELITIAN

Bab metode penelitian membahas mengenai: 1) Desain Penelitian, 2)

Kerangka Kerja, 3) Waktu dan Tempat Penelitian, 4) Populasi, Sampel, dan

Sampling, 5) Identifikasi Variabel, 6) Definisi Operasional, 7) Pengumpulan,

Pengolahan, Analisa Data, 8) Etika Penelitian.

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang

dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa

diterapkan (Nursalam, 2020). Analisis hubungan Peran Orang Tua dengan

Kepatuhan Protokol Kesehatan Selama Pembelajaran Tatap Muka Pada Anak

Usia Sekolah di SD Islam Raden Patah Surabaya dilakukan menggunakan

rancangan penelitian korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk

membuktikan adanya hubungan Peran Orang Tua dengan Kepatuhan Protokol

Kesehatan Selama Pembelajaran Tatap Muka Pada Anak Usia Sekolah di SD

Islam Raden Patah Surabaya. Penelitian dilakukan dengan pendekatan cross

sectional, yaitu pengukuran data yang hanya dilakukan satu kali dan dibatasi

oleh waktu (Buku Metodologi, 2018).

Pera Orang
Tua
Deskripsi
Uji Interpretasi
Variabel
Hubungan Makna/Arti
Kepatuhan Protokol
Kesehatan

Gambar 4. 1 Skema Penelitian Korelasional.


4.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


Populasi
Orang Tua dan siswa Kelas 1-6 di SD islam Raden Patah Surbaya sebanyak
593orang

Teknik Sampling
Probability Sampling dengan pendekatan Simple Random Sampling

Sampel
Orang Tua dan Siswa kelas 1-6 SD Islam raden Patah Surabaya yang
memenuhi kriteria sampel

Pengumpulan Data

Variabel Terikat
Variabel Bebas
Kepatuhan Protokol Kesehatan
Peran Orang tua (kuesioner)
(observasi)

Pengolahan Data
Editing, Coding, Skoring, Entry Data, Cleaning

Analisa Data
Uji Spearman Rho

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4. 2 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Peran Orang Tua dengan


Kepatuhan Protokol Kesehatan Selama Pembelajaran Tatap Muka
Pada Anak Usia Sekolah di SD Islam Raden Patah Surabaya.
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga April 2022 di SD Islam

Raden Patah Surabaya.

4.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

4.4.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah semua objek atau kelompok yang akan

diteliti (Shukla, 2020). Populasi dalam penelitian ini adalah Orang Tua siswa

kelas 1-6 di SD islam Raden Patah Surbaya sebanyak 593 orang

4.4.2 Sampel Penelitian

Menurut Shukla (2020) Sampel penelitian adalah bagian dari populasi

penelitian yang dianggap sudah mewakili dari seluruh populasi. Sampel

dalam penelitian ini adalah Orang Tua dan siswa kelas1-6 yang memenuhi

kriteria sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi didefinisikan sebagai karakteristik dari populasi target

yang akan digunakan peneliti untuk menjawab pertanyaan mereka dalam

penelitian ini (Notoatmodjo, 2018). Kriteria inklusi pada penelitian ini

adalah:

a. Orang tua dan siswa kelas 1-6

b. Bersedia menjadi responden dengan mengisi kuesioner yang telah

disediakan.
2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah subjek yang telah memenuhi kriteria inklusi tetapi

memiliki tambahan karakteristik yang dapat mengganggu keberhasilan suatu

penelitian (Notoatmodjo, 2018). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah

orang tua dan siswa yang tidak bisa hadir.

4.4.3 Besar Sampel

Berdasarkan perhitungan besar sampel menggunakan rumus Slovin

sebagai berikut:

Rumus :

Keterangan :

n : besar sampel

N : besarnya populasi

d : tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,1)

Maka besar sampel yang didapatkan dalam penelitian ini :

Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 158 orang.
4.4.4 Teknik Sampling

Menurut Datta (2018) teknik sampling adalah cara yang digunakan untuk

memilih subjek dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik

Probability Sampling dengan pendekatan Simple Random Sampling. Dengan

menggunakan teknik dan pendekatan ini, setiap subjek memiliki peluang

yang sama untuk dipilih sebagai sampel penelitian secara acak tanpa

membeda-bedakan status.

4.5 Identifikasi Variabel

Variabel adalah suatu karakteristik yang sedang dipelajari dalam

penelitian. Variabel berkaitan dengan orang, objek, hewan, tempat, dan

situasi atau fenomena alam (Shukla, 2018). Dalam penelitian ini terdapat

variabel bebas dan variabel terikat.

4.5.1 Variabel Bebas

Menurut Shukla (2018) variabel bebas adalah variabel yang nilainya

memengaruhi nilai variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

Peran Orang Tua.

4.5.2 Variabel Terikat

Menurut Shukla (2018) variabel terikat adalah variabel yang nilainya dapat

berubah karena adanya perubahan nilai dari variabel lain. Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah Kepatuhan Protokol Kesehatan.


4.6 Definisi Operasional

Tabel 4. 1 Definisi Operasional Penelitian Hubungan Peran Orang Tua denga


n Kepatuhan Protokol Kesehatan Selama Pembelajaran Tatap Muk
a Pada Anak Usia Sekolah di SD Islam Raden Patah Surabaya.
No. Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor
Operasional
1. Variabel hak dan kewajiban 1. Modeling Kuesioner Ordinal Skor:
Bebas: ayah dan ibu yang 2. Mentoring Ya: 1
Peran harus dilakukan 3. Organizing Tidak: 0
Oang tua sesuai dengan fungsi 4. Teaching Kategori:
1. Peran
dan kedudukannya
orang tua
sebagai baik jika
keluarga di dalam nilai 10-15
masyarakat dalam
mendidik anak- 2. Peran
anaknya untuk orang tua
mencapai cukup jika
kedewasaan. . nilai 5-9

3. Peran
orang tua
kurang jika
nilai 0-4
2. Variabel Perilaku yang 1. Memakai Kuesioner Ordinal Skor:
Terikat: diterapkan dengan Masker Ya: 1
Kepatuh dengan tindakan 2. Menjaga Tidak: 0
an sesuai dengan jarak Kategori:
1.
Protokol penerapan protokol 3. Mencuci
Kepatuhan
Kesehata kesehatan tangan protokol
n kesehatan
tinggi jika
nilai 10-15
2.
Kepatuhan
protokol
kesehatan
sedang jika
nilai 5-9
3.
Kepatuhan
protokol
kesehatan
rendah jika
nilai 0-4
4.7 Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisa Data

4.7.1 Pengumpulan Data

1. Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan empat instrumen untuk pengumpulan data,

yaitu kuesioner demografi, kuesioner Peran Orang Tua dan Kuisinoner

Kepatuhan Protokol Kesehatan.

a. Kuesioner Demografi

Kuesioner demografi berisikan data demografi responden yang

mencakup inisial nama, usia, jenis kelamin, usia orang tua, pendidikan

orang tua atau pekerjaan orang tua, kota atau kabupaten domisili.

b. Kuesioner Peran Orang Tua

Kuesioner Peran Orang tua diperoleh dari hasil penelitian dan hasil

pengembangan yang dilakukan Asih (2021). Terdapat 15 item pernyataan.

Penilaian didapatkan dengan menggunakan pengukuran skala guttam

dengan menggunakan penilaian 0 dan 1. Mendapatkan skor 0 apabila

tidak dilakukan dan mendapatkan skor 1 apabila dilakukan.

Tabel 4. 2 Klasifikasi Pernyataan Peran Orang Tua


No. Indikator Peran Nomor Pertanyaan Jumlah Pernyataan
Orang Tua
1. Modeling 5 1
2. Mentoring 2,3,4,10, 4
3. Organizing 6 1
4. Teaching 1,7,8,9,11,12,13,14,15 9
Total 15

Tabel 4. 3 Skoring Kuesioner Peran Orang Tua

Respon Pernyataan Skor


Ya 1
Tidak 0
Tabel 4. 4 Interpretasi Hasil Kuesioner Peran Orang Tua

Tingkat Peran Orang tua Total Skor


Baik 10 ≤ X
Cukup 5≤X<9
Kurang X < 0-4
Uji validitas adalah instrumen pengukuran harus valid dengan

kata lain instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya

dilakakukan pengukuran. Dimana dalam pengukuran r hitung kita

bandingkan dengan r tabel dengan menggunakan taraf signifikan 5%.

Dimana r hitung > dari r tabel (Muhammad Yusuf & Lukman Dari

s, 2019).

Kuesioner Peran Orang tua ini telah dilakukan uji validitas dan

reliabilitas oleh peneliti pada 10 responden dan didapatkan hasil r hitung ≥

r table (0.632) sehingga kuesioner dinyatakan valid dan reliabel dapat

digunakan.

c. Kuesioner Kepatuhan Protokol Kesehatan

Kuesioner Kepatuhan Protokol Kesehatan yang digunakan dalam

penelitian ini diperoleh dari hasil penelitian (Hikmah, 2020) dan telah

dimodifikasi sedikit sesuai dengan konsep penelitian yang diangkat

peneliti. Kuesioner Kepatuhan Protokol Kesehatan hasil modifikasi telah

melewati uji validitas yang menghasilkan 15 pernyataan.

Tabel 4. 5 Klasifikasi Kepatuhan Protokol Kesehatan


No Indikator Kepatuhan Nomor Jumlah
. Protokol Kesehatan Pernyataan Pernyataan
1. Memakai Masker 6,7,8,9,10 5
2. Menjaga Jarak 11,12,13,14,15 5
3. Mencuci tangan 1,2,3,4,5 5
Jumlah 15
Tabel 4. 6 Skoring Kuesioner Kepatuhan Protokol Kesehatan

Respon Pernyataan Skor


Ya 1
Tidak 0

Interpretasi hasil dari kuesioner ini didapat dari perhitungan sendiri secara

manual yang telah dimodifikasi oleh penelitian Okello et al. (2016)

dikarenakan peneliti tidak mencantumkan secara detail terkait interpretasi

kuesioner ini. Hasil perhitungan tersebut yaitu:

Tabel 4. 7 Kategori Hasil Pengukuran Kuesioner Kepatuhan Protokol


Kesehatan

Tingkat Kepatuhan Skor


Rendah X < 0-4
Sedang 5≤X<9
Tinggi 10 ≤ X

Kuesioner Kepatuhan Protokol Kesehatan ini telah dilakukan uji validitas

dan reliabilitas oleh peneliti pada 10 responden dan didapatkan hasil r hitung

≥ r table (0.632) sehingga kuesioner dinyatakan valid dan reliabel dapat

digunakan.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan melibatkan beberapa

pihak terkait yang telah ditetapkan, antara lain:

a. Persiapan Pengumpulan Data

Diawali dengan penyusunan proposal penelitian serta studi pendahuluan

sebagai bukti perlunya diadakan penelitian yang dimaksud peneliti.

Penyusunan proposal dilaksanakan sejak bulan Januari-Februari 2022


diimbangi dengan konsultasi dan bimbingan secara teratur bersama dosen

pembimbing skripsi. Setelah dosen penguji menyatakan lulus pada ujian

sidang proposal dan memberikan beberapa catatan perbaikan, peneliti

melakukan uji etik penelitian di Stikes Hang Tuah Surabaya.

b. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Mekanisme yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah

dengan cara menyebarkan kuesioner secara online yang didalamnya telah

menyertakan lembar persetujuan dan beberapa pernyataan sesuai variabel.

Kuesioner akan disebarkan oleh peneliti sendiri melalui berbagai media sosial

dan ditujukan pada responden yang memenuhi kriteria. Langkah selanjutnya

adalah pemeriksaan hasil kuesioner, tabulasi data, olah data, dan memutuskan

hasil.

4.7.2 Pengolahan Data

Hasil kuesioner yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan

data agar dapat menghasilkan informasi untuk menjawab pertanyaan peneliti.

Pengolahan data melewati beberapa tahap, yaitu:

1. Memeriksa Data (Editing)

Memeriksa kelengkapan hasil kuesioner yang berisikan tanggapan dari

responden yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

2. Memberikan Tanda Kode (Coding)

Melakukan klasifikasi terhadap hasil kuesioner dengan memberi tanda atau

kode berbentuk angka pada masing-masing variabel. Contohnya pada variabel

data demografi kode 1 = untuk responden pertama, 2 = untuk responden

kedua, 3 = untuk responden ketiga, dan begitu seterusnya. Melakukan coding


juga berlaku untuk variabel lain dalam penelitian agar memudahkan proses

pengolahan data.

3. Pengolahan Data (Processing)

Selanjutnya melakukan pengolahan data dengan menggunakan aplikasi

dengan cara memasukkan data penelitian yang telah diklasifikasin menjadi

kode berbentuk angka. Kemudian data diolah menggunakan fitur-fitur pada

aplikasi dan disesuaikan dengan maksud serta tujuan penelitian.

4. Pembersihan (Cleaning)

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang telah diolah dalam

aplikasi agar saat pelaksanaan analisis tidak terjadi kesalahan dan dapat

menghasilkan data yang akurat.


4.7.3 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat atau analisa deskriptif dilakukan untuk menggambarkan

setiap variabel yang diteliti dengan membuat tabel distribusi frekuensi dari

masing-masing variabel.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui korelasi/hubungan antara

variabel independan dan variabel dependen. Penelitian ini menggunakan

analisa bivariat uji non parametrik dengan metode Spearman rho Taraf

signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05 yang artinya jika ρ < α maka

dikatakan bahwa hipotesis diterima atau terdapat hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen. Sedangkan jika didapatkan hasil ρ > α

maka hipotesis ditolak atau tidak terdapat hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen.

4.8 Etika Penelitian

Penelitian dimulai dengan melakukan beberapa prinsip yang berhubungan

dengan etika penelitian, antara lain:

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Sebelum penelitian dilakukan, peneliti memberikan lembar persetujuan

secara online kepada calon responden yang sesuai kriteria. Jika calon

responden bersedia, maka dapat berpartisipasi dalam penelitian ini. Namun

jika calon responden tidak bersedia, maka dapat mengabaikan atau tidak

mengisi kuesioner. Peneliti wajib menghargai dan menghormati hak-hak dari

setiap responden serta tidak boleh memaksakan kehendak.


2. Tanpa Nama (Anonymity)

Peneliti tidak mencantumkan nama responden dalam kuesioner untuk

menjaga kerahasiaan identitas responden. Selanjutnya data akan dihilangkan

setelah informasi selesai digunakan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan infromasi yang didapatkan dari responden dalam penelitian

harus dijamin dan dijaga oleh peneliti. Penyajian dan pelaporannya hanya

terbatas pada hasil penelitian.


LAMPIRAN

Lampiran 1

Nama : Mayang Safutri Wardhani

NIM : 1810054

Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 30 juli 1999

Agama : Islam

Email : mayangayunda6@gmail.com

Riwayat Pendidikan

TK Islam Raden Patah Surabaya Lulus tahun 2006

SD Islam Raden patah Surabaya Lulus tahun 2012

SMP 17 Agustus 1945 Surabaya Lulus tahun 2015

SMA 17 Agustus 1945Surabaya Lulus tahun 2018


Lampiran 2

MOTTO & PERSEMBAHAN

Motto : “ BELAJAR DARI KEGAGALAN ADALAH HAL YANG BIJAK”

Persembahan :

1. Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha

Esa, saya sebagai penulis mempersembahkan karya ini kepada :

2. Kedua orang Tua saya tercinta dan tersayang (Bapak Wardono dan Ibu

Margi Utami) yang selalu menyemangati, memberikan dukungan,

memotivasi dan mendoakan yang tidak pernah terputus.

3. Untuk bude saya (Ida Rahayu) dan semua keluarga ku tersayang yang

selalu memberikan kebahagiaan dan menemani dalam suka maupun duka.

4. Untuk Ibu Dini dan Bapak Sapto yang selama penyusunan proposal/skripsi

ini selalu memberikan bimbingan ilmu, arahan, motivasi, solusi dan

perhatian kepada saya.

5. Untuk kekasih saya Muhaimin Nur Rizqi yang senantiasa mendengarkan

keluh kesahku selama penyusunan proposal dan memberi solusi di setiap

curhatanku.

6. Untuk sahabat-sahabat saya yang selalu memberikan dukungan dan

motivasi agar tidak menyerah di setiap rintangan.

7. Untuk semua teman-teman satu pembimbing saya yang selalu

memberikan semangat, dukungan dan bantuan selama pengerjaan

penelitian ini.
Lampiran 3
Lampiran 4

LEMBAR INFORMASI UNTUK PERSETUJUAN RESPONDEN

INFORMATION FOR CONSENT

Kepada Yth.

Calon Responden Penelitian

Di Stikes Hang Tuah Surabaya

```Saya adalah mahasiswa Prodi S1-Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya

akan mengadakan penelitian sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan (S.Kep). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Hubungan

Peran Orang Tua Dengan Kepatuhan Protokol Kesehatan Selama Pembelajaran

Tatap Muka Pada Anak Usia Sekolah Di SD Islam Raden Patah Surabaya”.

`Pada penelitian ini, peneliti akan memberikan jenis kuesioner yang berisikan

tentang kuesioner pengukuran Peran Orang Tua dan Kepatuhan Protokol

Kesehatan. Saya mengharapkan kepada responden untuk mengisi kuesioner

dengan jujur dan sebenar-benarnya.

Informasi atau keterangan yang saudara berikan akan dijamin kerahasiannya dan

akan digunakan untuk kepentingan ini saja. Apabila penelitian ini telah selesai,

pernyataan saudara akan kami hanguskan.

Yang Menjelaakan Yang dijelaskan

Mayang Safutri
Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN RESONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia untuk ikut berpartisipasi sebagai
responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Prodi S1- Keperawatan
Stikes Hang Tuah Surabaya atas nama:

Nama : Mayang Safutri

NIM : 1810054

Yang berjudul “Hubungan Peran Orang Tua Dengan Kepatuhan Protokol


Kesehatan Selama Pembelajaran Tatap Muka Pada Anak Usia Sekolah Di SD
Islam Raden Patah Surabaya”. Tanda tangan saya menunjukkan bahwa:

1. Saya telah diberi informasi atau penjelasan tentang penelitian ini dan
informasi peran saya.
2. Saya mengerti bahwa catatan tentang penelitian ini dijamin
kerahasiaannya. Semua berkas yang dicantumkan identitas dan jawaban
yang akan saya berikan hanya diperlukan untuk pengolahan data.
3. Saya mengerti bahwa penelitian ini akan mendorong pengembangan
tentang “Hubungan Peran Orang Tua Dengan Kepatuhan Protokol
Kesehatan Selama Pembelajaran Tatap Muka Pada Anak Usia Sekolah Di
SD Islam Raden Patah Surabaya”. Oleh karena itu saya secara suka rela
menyatakan ikut berperan serta dalam penelitian ini.

Surabaya , 2022

Peneliti Responden

Saksi peneliti Saksi Responden


Lampiran 6

LEMBAR KUISIONER

KUISIONER HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEPATUHAN

PROTOKOL KESEHATAN SELAMA PEMBELAJARAN TATAP MUKA

DI SD ISLAM RADEN PATAH SURABAYA

Petunjuk Pengisian :

1. Isilah identitas secara lengkap, dan benar sesuai kondisi anda

2. Bacalah setiap pertanyaan secara seksama

3. Isilah dengan cara memberikan tanda centang (√) pada salah satu kolom

yang tersedia

4. Pilih jawaban yang paling sesuai dengan kondisi anda

5. Kejujuran anda dalam menjawab kuisioner ini, sangat saya harapkan.

A. Karakteristik Responden

1. Nama Inisial :

2. Jenis Kelamin :

3. Usia :

4. No. Handphone / WhatsApp :


Lampiran 7

No. Pertanyaan Ya Tidak


Orang tua Menjelaskan kepada anak pentingnya
1 protokol kesehatan melauli 5M sebagai upaya
pencegahan covid-19
Orang tua Mengingatkan anak untuk mencuci
2
tangan sebelum dan sesudah makan
Orang tua Mengingatkan anak mencuci tangan
3
setelah BAB dan BAK
Orang tua Mengingatkan anak mencuci tangan
4
setelah bermain
menjelaskan dan Orang tua Menjelaskan mempratikan tentang
caramencuci tangan yang benar (6 langkah cuci
tangan) dan minimal waktu 20 detik
5 mengggunakan cairan berbasis alkohol dan
minimal 40 detik menggunakan sabun dan air
mengalir

Orang tua Menyediakan fasilitas untuk mencuci


6
tangan di depan rumah
Orang tua Mengingatkan anak untuk
7 menggunakan masker setiap kali keluar rumah
dan bertemu dengan orang lain
Orang tua Menjelasakan pada anak cara
8
menyimpan masker setelah dipakai
Orang tua Menjelaskan pada anak cara
9
memakai masker yang benar
Orang tua Mengawasi anak saat memakai
10
masker
Orang tua Menyediakan masker yang sesuai
11
untuk anak
Orang tua Mengingatkan pada anak untuk
12
menjaga jarak minimal 1 meter
Orang tua Mengingtkan pada anak untuk tidak
13
melakukan jabat tangan
Orang tua Mengingatkanpada anak untuk
14 menjauhi kerumunan dan lebih baik
melakukankegiatan didalam rumah
Orang tua Mengingatkan dan mengajak anak
15 untuk tetap dirumah dengan tidak keluar atau
masuk suatu wilayah

LEMBAR KUISIONER PERAN ORANG TUA


Lampiran 8

No. LEMBAR KUISIONER KEPATUHAN PROTOKOL KESEHATAN


Pertanyaan Ya Tidak
Anak selalu membersihkan tangan secara teratur
Anak
denganmelakukan kegiatan
cuci tangan yang melibatkan
menggunakan banyak
air mengalir
1 peserta/orang saat masa pandemik COVID-19
tanpa menjaga jarak minimal 1 meter
Anak membersihkan tangan menggunakan
2 handsanitizer karena efektif digunakan ketika
tangan tampak kotor dan berminyak

Anak selalu menyentuhmata, hidung, dan mulut


dengan tangan yang tidak bersih (yang mungkin
terkontaminasi droplet yang mengandung virus)
3 ketika belum cuci tangan dengan air mengalir
menggunakan sabun

Anak selalu menghindari menyentuhmata, hidung,


dan mulut dengan tangan yang tidak bersih (yang
4 mungkin terkontaminasi droplet yang mengandung
virus)

Anak selalu menyentuh gagang pintu, meja kasir


atau fasilitas umum lainnyatanpa melakukan cuci
5 tangan dengan air mengalir atau menggunakan
cairan antiseptik berbasis alkohol/handsanitizer

Anak selalu menyentuh gagang pintu, meja kasir


atau fasilitas umum lainnyatanpa melakukan cuci
6 tangan dengan air mengalir atau menggunakan
cairan antiseptik berbasis alkohol/handsanitizer

Apakah anak menggunakan masker kain, sebaiknya


7 mengggunakan masker kain 3 lapis

Anak selalu menggunakan masker ketika saat sakit


8

Anak selalu menghindari terkena droplet dari orang


yang bicara, batuk, atau bersin yang berada didekat
9 saya dengan menggunakan masker

Anak boleh berinteraksi dengan orang lain yang


tidak diketahui status seperti ODP, PDP tanpa
10 menggunakan alat pelindung berupa masker
11
12 Anak manaati protokol kesehatan untuk melakukan
social distancing

13. Anak mengunjungi tempat wisata bersama keluarga


saat masa pandemic COVID-19 dan tidak menaati
sosial distancing

14. Anak tidak perlu menjaga jarak jika tidak ada tenaga
kesehatan yang mengawas

15. Anak selalu menghindari kondisi kerumunan,


keramaian, dan berdesakan seperti di pasar dengan
melakukan sosial distancing
UJI VALIDITAS

Correlations

Item_ Item_1 Item_


item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6 Item_7 8 Item_9 Item_10 Item_11 Item_12 3 Item_14 15 Total_skor

item_1 Pearson
1 .048 .a .429 -.429 .218 -.429 -.089 -.089 .356 .218 -.535 -.218 .048 -.089 .085
Correlation

Sig. (2-
.896 . .217 .217 .545 .217 .807 .807 .312 .545 .111 .545 .896 .807 .816
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Item_2 Pearson
.048 1 .a -.048 -.429 .218 .048 -.089 -.089 -.089 .218 .356 -.218 .048 .356 .297
Correlation

Sig. (2-
.896 . .896 .217 .545 .896 .807 .807 .807 .545 .312 .545 .896 .312 .405
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Item_3 Pearson
.a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a
Correlation

Sig. (2-
. . . . . . . . . . . . . . .
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_4 Pearson
.429 -.048 .a 1 .429 -.218 -.524 -.356 .535 .089 -.218 -.356 -.218 .429 .089 .233
Correlation

Sig. (2-
.217 .896 . .217 .545 .120 .312 .111 .807 .545 .312 .545 .217 .807 .517
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Item_5 Pearson
-.429 -.429 .a .429 1 -.218 .048 -.089 .802** -.089 -.327 -.089 .218 .524 .356 .403
Correlation

Sig. (2-
.217 .217 . .217 .545 .896 .807 .005 .807 .356 .807 .545 .120 .312 .249
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Item_6 Pearson
.218 .218 .a -.218 -.218 1 .218 .000 .000 .408 .000 -.408 .600 .218 .408 .583
Correlation

Sig. (2-
.545 .545 . .545 .545 .545 1.000 1.000 .242 1.000 .242 .067 .545 .242 .077
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Item_7 Pearson
-.429 .048 .a -.524 .048 .218 1 .356 -.089 -.089 -.327 -.089 .655* -.429 -.089 .085
Correlation

Sig. (2-
.217 .896 . .120 .896 .545 .312 .807 .807 .356 .807 .040 .217 .807 .816
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_8 Pearson
-.089 -.089 .a -.356 -.089 .000 .356 1 -.250 -.667* .102 .167 .408 -.535 -.250 -.059
Correlation

Sig. (2-
.807 .807 . .312 .807 1.000 .312 .486 .035 .779 .645 .242 .111 .486 .870
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Item_9 Pearson
-.089 -.089 .a .535 .802** .000 -.089 -.250 1 .167 .102 -.250 .000 .802** .583 .734*
Correlation

Sig. (2-
.807 .807 . .111 .005 1.000 .807 .486 .645 .779 .486 1.000 .005 .077 .016
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Item_10 Pearson
.356 -.089 .a .089 -.089 .408 -.089 -.667* .167 1 .102 -.667* .000 .356 .167 .238
Correlation

Sig. (2-
.312 .807 . .807 .807 .242 .807 .035 .645 .779 .035 1.000 .312 .645 .508
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Item_11 Pearson
.218 .218 .a -.218 -.327 .000 -.327 .102 .102 .102 1 .102 -.500 .218 .102 .146
Correlation

Sig. (2-
.545 .545 . .545 .356 1.000 .356 .779 .779 .779 .779 .141 .545 .779 .688
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Item_12 Pearson
-.535 .356 .a -.356 -.089 -.408 -.089 .167 -.250 -.667* .102 1 -.408 -.089 .167 -.258
Correlation

Sig. (2-
.111 .312 . .312 .807 .242 .807 .645 .486 .035 .779 .242 .807 .645 .472
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Item_13 Pearson
-.218 -.218 .a -.218 .218 .600 .655* .408 .000 .000 -.500 -.408 1 -.218 .000 .291
Correlation

Sig. (2-
.545 .545 . .545 .545 .067 .040 .242 1.000 1.000 .141 .242 .545 1.000 .414
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Item_14 Pearson
.048 .048 .a .429 .524 .218 -.429 -.535 .802** .356 .218 -.089 -.218 1 .802** .721*
Correlation

Sig. (2-
.896 .896 . .217 .120 .545 .217 .111 .005 .312 .545 .807 .545 .005 .019
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Item_15 Pearson
-.089 .356 .a .089 .356 .408 -.089 -.250 .583 .167 .102 .167 .000 .802** 1 .833**
Correlation

Sig. (2-
.807 .312 . .807 .312 .242 .807 .486 .077 .645 .779 .645 1.000 .005 .003
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Total_skor Pearson
.085 .297 .a .233 .403 .583 .085 -.059 .734* .238 .146 -.258 .291 .721* .833** 1
Correlation

Sig. (2-
.816 .405 . .517 .249 .077 .816 .870 .016 .508 .688 .472 .414 .019 .003
tailed)

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

RELIABILITAS

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 32.3

Excludeda 21 67.7
Total 31 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.604 16

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha if


Deleted Item Deleted Total Correlation Item Deleted

item_1 18.50 18.722 -.027 .617

Item_2 18.50 17.833 .191 .594

Item_3 18.20 18.844 .000 .606


Item_4 18.90 18.100 .124 .601

Item_5 18.50 17.389 .303 .582

Item_6 18.70 16.456 .494 .557

Item_7 18.50 18.722 -.027 .617

Item_8 18.60 19.378 -.176 .634

Item_9 18.60 15.822 .671 .536

Item_10 18.60 18.044 .122 .602

Item_11 18.40 18.489 .049 .608

Item_12 18.60 20.267 -.363 .653

Item_13 18.70 17.789 .175 .596

Item_14 18.50 16.056 .660 .541

Item_15 18.60 15.378 .790 .520

Total_skor 9.60 4.711 1.000 .283

Anda mungkin juga menyukai