Anda di halaman 1dari 3

MAKALAH

DAMAI DALAM KERAGAMAN

KELOMPOK 5
DISUSUN OLEH : AZURA HELMI
FERISKA RIFERTY
JEAN ZOYA .A
NAJLA ZAFIRA
PUTRI ALAM PERTIWI
RIFELYSSA DIVA
KELAS : 12 MIPA 1
MATA PELAJARAN : AGAMA ISLAM

TAHUN AJARAN
2023/2024
KATA tidak ada satupun agama di dunia ini yang mengajarkan kebencian. Dan tidak ada
juga ajaran Rasulullah SAW yang menganjurkan kebencian, apalagi kekerasan seperti yang
sering ditunjukkan oleh kelompok yang mengatasnamakan agama. Kelompok ini justru lebih
dekat pada radikalisme, yang cenderung mengedepankan kekerasan dan merasa dirinya benar
sendiri. Mereka tidak pernah menghargai orang lain. Segala perilaku pihak yang
berseberangan, dianggap salah. Bahkan tidak jarang dari orang lain yang dianggap kafir, dan
harus diperangi.

Saat ini, kekerasan yang mengatasnamakan agama masih saja berkembang di negeri yang
katanya sangat mengedepankan toleransi ini. Sebagai negara muslim terbesar, Indonesia
nampaknya masih menjadi sasaran empuk bagi kelompok radikal, untuk menyebarkan paham
kekerasan. Paham semacam ini ternyata sudah terjadi sejak dulu. Di masa khulafaurrasyidin,
sempat muncul kelompok khawarij. Kelompok ini seringkali melakukan kekerasan, merasa
paling benar, dan suka menebar kebencian. Meski kelompok ini telah tidak tidak ada, namun
faktanya paham kekerasan dan kebencian masih tumbuh subur di masa modern seperti
sekarang.

Pertanyannya, apakah Islam mengajarkan kekerasan? Jawabnya tentu tidak. Kekerasan yang
terjadi dijaman dulu dan sekarang ini, lebih disebabkan karena pemahaman yang minim
mengenai agama itu sendiri. Banyak kelompok yang mempercayai tafsir, dan merasa
tafsirnya yang paling benar. Akibatnya, citra Islam yang mengedepankan damai menjadi
tercoreng. Orang Indonesia banyak yang memeluk Islam, tentu tidak ingin mengedepankan
kekerasan. Mereka memeluk Islam tentu ingin agar Indonesia tetap damai dan menghargai
perbedaan.

Dalam QS An Anfal ayat 61 disebutkan, “Dan jika mereka condong kepada perdamaian,
maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”Dalam QS Al Hujurat ayat 13 juga
disebutkan, “hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.” Dalam ayat diatas jelas disebutkan, bahwa setiap muslim harus
mengedepankan perdamaian, menghargai dan saling mengenal antar sesama. Perbedaan
bukan menjadi alasan untuk saling menjauhi, tapi perbedaan justru menjadi ruang untuk
menciptakan harmoni. Sekali lagi, apapun agamanya, semuanya sama-sama menyejukkan
kehidupan sosial. Jika masih ada pihak yang mempermasalahkan perbedaan keyakinan, hal
itu sangat mengancam kerukunan dan toleransi antar umat beragama. Ingat, Indonesia lahir
dan berkembang hingga saat ini, karena kemampuannya dalam menjaga keberagaman. Tanpa
adannya keberagaman, mustahil Indonesia bisa tumbuh menjadi negara yang berkembang.

Islam sendiri merupakan agama yang rahmatan lil’alamin. Islam memberikan rahmat kepada
siapa saja. Islam tidak pernah mengharamkan perbedaan. Sebaliknya, Islam justru
mengharamkan segala bentuk perpecahan. Berbeda untuk mencapai tujuan, masih dibenarkan
secara agama ataupun hukum yang berlaku. Segala praktek intoleransi harus segera
dihilangkan dari budaya Indonesia. Karena praktek intoleransi sungguh bertentangan dengan
Indonesia.
PENGANTAR
Di tengah-tengah beragam persoalan bangsa tersebut (baik kemiskinan, pengangguran, korupsi, serta
ketidakadilan ekonomi, hukum, dan sosial) maka peran tokoh-tokoh agama sangat penting untuk
memberi pencerahan dan suri teladan bagi umat, membangun kepercayaan terhadap diri sendiri dan
orang lain, serta mengajak umat untuk mendekati kemaslahatan dan menjauhi
kemungkaran.Pernyataan senada disampaikan Taufiq dalam sambutannya. Ia mengatakan, Indonesia
beruntung dianugerahi lima agama yang dianut oleh masyarakatnya. Anugerah tersebut harus dijaga
melalui jalinan persaudaraan asalkan berpegang teguh kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Marzuki menyambut dibentuknya
wadah berkomunikasi antaragama, IRC Indonesia. Agama menjadi tolok ukur pembangunan akhlak
generasi muda di masa-masa mendatang. “Kita menciptakan kerukunan antarumat beragama
meskipun berbeda-beda. Melalui agama, juga diharapkan mengajarkan akhlak agar generasi kita
tidak korupsi.”5 Fenomena tersebut diatas menunjukkan bahwa betapa pentingnya arti kerukunan
hidup antar umat beragama dalam sebuah cita-cita yang mulia “harmoni in diversity” dalam tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam rangka merealisasikan kondisi yang dicita-cita tersebut
di atas tentu merupakan sebuah perjuangan yang sangat panjang dan memerlukan keterlibatan dari
semua unsur baik dari fihak pemerintah maupun kalangan agama. Secara teoritis fenomena untuk
menciptakan harmoni dalam keragaman dalam bingkai kerukunan hidup antar umat beragama,
dapat dilihat dari perspektif teori konstruksi perdamaian

Anda mungkin juga menyukai