Anda di halaman 1dari 39

RINGKASAN MATERI KULIAH

“Perancangan Piston, Ring Piston, Pena Piston dan Batang Piston”

Disusun oleh :

1. Septo Widiyatmoko 15504241041


2. Kiki Okta Dwi Utama 15504241042
3. Dedy Wicaksono 15504241043
4. Zhafran Anas 15504241044
5. Carolus Ryan Putra Praditya 15504241045
Kelas : C1

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat serta
Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai perancangan elemen
mekanik otomotif ini dengan baik dan tepat waktu. Penyusunan tugas ini dibuat sebagai tugas
kelompok dari mata kuliah Elemen Mekanik Otomotif dimana membahas tentang
“Perancangan Piston, Ring Piston, Pena Piston, dan Batang Piston”.

Dalam makalah ini kami membahas tentang bagaimana proses perancangan dari
sebuah piston, ring piston, pena piston, dan batang piston serta dilengkapi dengan contoh
perhitungan dalam perancangan tersebut. Untuk menyusun makalah ini penulis juga
mengambil bahan dari referensi yang telah dianjurkan dan beberapa referensi lain sebagai
tambahan untuk pembahasan makalah ini.

Dalam proses penyelesaian tugas makalah ini, kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada segenap pihak yang telah membantu dalam menyelasaikan makalah ini
sehingga selesai dengan semestinya.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak ditemukan
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca agar dalam penyusunan makalah selanjutnya menjadi
lebih baik. Atas segala kekurangan tersebut kami memohon maaf.

Yogyakarta, 2 Desember 2016

Penyusun,
BAB I
TEORI PERANCANGAN KOMPONEN

A. PERANCANGAN PISTON
Piston adalah komponen mesin yang membentuk ruang bakar bersama – sama
dengan silinder blok dan silinder head. Piston juga melakukan gerakan naik turun untuk
melakukan siklus kerja mesin, serta piston harus mampu meneruskan tenaga hasil
pembakaran ke crankshaft. Jadi, piston memiliki fungsi yang sangat penting dalam
melakukan siklus kerja mesin dan dalam menghasilkan tenaga pembakaran. Maka piston
harus memiliki syarat – syarat sebagai berikut:
1. Ringan, agar mudah bagi mesin dalam mencapai putaran tinggi. Jika konstruksi
piston terlalu berat , maka sulit bagi mesin untuk mencapai putaran tinggi,
sehingga akselerasi sepeda motor atau mobil menjadi sangat lambat.
2. Tahan terhadap tekanan ledakan karena hasil pembakaran. Pada saat langkah
usaha , bensin dan udara terbakar oleh percikan bunga api listrik dari busi. Hasil
pembakaran ini akan menimbulkan ledakan dan tekanan yang sangat kuat di
dalam ruang bakar, tak terkecuali piston menerima ledakan dan tekanan dari hasil
pembakaran tersebut.. Karenanya selain piston harus ringan tapi piston juga harus
kuat dalam menahan ledakan dan tekanan hasil pembakaran untuk diteruskan
menggerakkan poros engkol.
3. Tahan terhadap pemuaian. Pembakaran campuran bensin dan udara dalam ruang
bakar akan menimbulkan panas, suhu di daerah ruang bakar akan naik sangat
tinggi. Seperti yang diketahui bahwa dengan naiknya suhu , maka logam akan
mengalami perubahan bentuk atau memuai. Piston yang terbuat dari logam –
logam khusus pun akan mengalami pemuiaan yang tidak sedikit. Jika pemuaian
yang dialami piston berlebihan maka akan membuat piston terkunci ke dinding
silinder blok, sehingga piston akan berhenti bekerja naik turun dalam silinder,
sehingga bisa dikatakan bahwa mesin telah mati dengan berhentinya piston dalam
melakukan gerakan naik turun.
Ditinjau dari desainnya, piston pada kapal diesel dibagi menjadi :
1. Trunk pistons
Trunk Pistons untuk mesin diesel kecil merupakan campuran dari besi atau
alumunium alloy yang di cor menjadi satu. Untuk piston dengan power silinder
sedang dan tinggi dilengkapi dengan kepala yang dapat dilepas. Pendinginan
buatan pada bagian kepala piston yaitu dengan oli pelumas, untuk mesin 4
langkah digunakan pada diameter silinder ≥ 450 mm. Sedangkan untuk mesin 2
langkah digunakan pada diameter ≥ 300 mm, karena silinder mendapat tegangan
termal yang lebih tinggi daripada mesin 4 langkah.
2. Pistons with crosshead
Piston jenis ini biasanya dilengkapi dengan kepala yang dapat dilepas yang
didinginkan secara buatan pada silinder dengan power yang tinggi.
3. Piston Mesin Aksi Ganda
Piston mesin diesel ini terdiri dari body dan dua buah kepala pada bagian atas dan
bawah ruang bakar pada silinder. Cairan pendingin dialirkan menuju kepala
melalui lubang pada batang piston.

Kepala piston dilengkapi dengan alur melingkar sebagai dudukan dari ring
kompresi. Variasi tipe dari ring sendi. Pasokan oli dihilangkan dari kerja di permukaan
silinder oleh control oli atau ring pengikis yang terpasang pada kepala, di bawah ring
kompresi dan salah satu dari 4 pada piston skirt.

Sisi dalam dari sebuah kepala noncooled trunk piston menggunakan rusuk radial
atau konsentrik yang memperkuat kepala dan meningkatkan transfer panas dari kepala ke
udara luar.
Kepala piston dibuat kerucut atau silinder di bagian luar sedangkan di bagian
permukaan luar dari skirt piston berbentuk datar atau membentuk elips pada bagian yang
paling tebal (dekat lubang pena piston). Hal ini membuat sebuah celah antara piston
karena pemuaian panas pada kepala piston. Selain itu, sebuah celah termal dibuat di
antara permukaan dari piston skirt dan liner yang menjamin piston skirt bebas
berekspansi selama mesin menyala.

Bentuk dari kepala piston harus menciptakan kondisi yang paling menguntungkan
untuk percampuran bahan bakar dan pembakaran di ruang bakar. Karena itu, bentuk dari
kepala piston diatur pertama dan terutama oleh desain ruang bakar yang dipilih. Pada
mesin 2 langkah, bentuk dari kepalanya jugatergantung pada jenis pembilasan.
Bentuk yang paling umum pada ruang bakar mesin disel mesin 4 langkah dengan
percikan busi mempunyai ruang bakar datar.Piston pada kapal disel dikenai beban
mekanik dan beban termal, bekerjadibawah tekanan tinggi dan temperature (300° - 350°
C). Oleh karena itu, bahan dari piston harus memiliki kekuatan yang tinggi dan tahan
terhadap karat dan aus. Piston untuk mesin putaran rendah terbuat dari besi cor C424-44
dan C 428-48. Kepala piston juga terbuat dari baja tempa tingkat 25 dan baja cor tahan
panas 30 M. Piston untuk mesin diesel putaran sedang dan diesel putaran tinggi terbuat
dari alumunium alloy yang ringan dan memiliki konduktivitas panas yang tinggi.
Kelemahan dari piston yang terbuat dari alumunium alloy yaitu memiliki koefisien
ekspansi linear yang tinggi yang menyebabkan terjadinya celah antara piston dan liner
saat mesin dalam keadaan dingin.

Besar diameter piston pada diesel putaran tinggi terbuat dari cor paduan seperti AJI1
yang mengandung nikel yang berfungsi untuk menambah ketahanan terhadap panas.
Piston dengan alumunium alloy pada mesin putaran tinggi dibuat lebih kuat dengan
drop-forging. Bahan tersebut berasal dari campuran tingkat AK4 dan AK2. Terkadang
pengerjaan pada permukaan piston besi cor dilapisi dengan timah agar piston dapat
berjalan lebih cepat dalam permukaan liner.

Piston skirt terlepas dari tujuan utama – transmisi kekuatan tekanan gas ke batang
penghubung – pada saat yang sama trunk piston juga berfungsi sebagai crosshead atau
sepatu.

Tekanan maksimum piston pada dinding silinder diasumsikan menjadi :

Nmax = Pz tan β

1 1
Nmax = 0,08 Pz ketika λ = dan Nmax = 0,1 Pz ketika λ =
5 4
N max
Tekanan sisi spesifik maksimum pada permukaan piston : qN di mana A adalah
A
proyeksi dari permukaan bantalan piston ( atau panduan ), A = Dls , di mana D adalah
diameter dan ls adalah panjang piston skirt.

Nilai yang diijinkan untuk qN pada mesin diesel adalah sebagai berikut :

Mesin 4 langkah putaran rendah qN = 1,8 – 2,8 kg/cm2


Mesin 4 langkah putaran sedang qN = 3,0 – 3,5 kg/cm2
Mesin 4 langkah putaran tinggi qN = 5 – 7 kg/cm2
Mesin 2 langkah putaran sedang qN = 3,0 – 3,5 kg/cm2
Apabila diasumsikan bahwa kepala piston terkena beban merata dari tekanan gas
maksimum Pz. Maka dapat diasumsikan juga bahwa kepala piston berbentuk piring bulat
bertumpu bebas pada silinder dari kepala piston dengan diameter Dl. Jika keduanya
berlaku:
Pz πD
2
F cg= =p z =
2 8
Maka akan terkonsentrasi pada titik pusat gravitasi dari bidang setengah lingkaran
kepala diganti untuk beban merata, kemudian dua momen bengkok (bending moments)
akan bekerja di bagian kritis kepala, terletak di sepanjang diameternya D, yaitu gaya
momen Fcg.
πD 2 2 D D3
M ' 0=F cg a= p x = p
8 z 3 π 12 z
2D
Di mana a = adalah jarak dari titik pusat gravitasi daerah setengah lingkaran ke
3 π
titik pusat kepala.

Dan Momen M’’b dari reaksi merata melalui tepi setengah lingkaran kepala dan
sama dengan gaya yang bekerja ∑R = Fcg.
Dengan mengasumsikan bahwa reaksi diterima oleh titik pusat gravitasi setengah
lingkaran, maka dapat ditemukan :
2 2
−πD Di −D D i
M ' ' b=−F cgb = pz = pz
8 π 8
Keterangan :
Di
b= adalah jarak dari titik pusat gravitasi setengah lingkaran ke titik pusat
π
lingkaran
Di adalah diameter rata-rata barel kepala piston.
Resultan momen bengkok :
D3 D2 Di
M b=M ' b + M ' ' b = p− pz
12 z 8
Diasumsikan bahwa Di=D , maka didapatkan :
3
D
M b= p
24 z
Tegangan bengkok :
Mb
σ b=
W
Di mana W adalah modulus bagian pada bagian lurus dari kepala piston. Jika kepala
piston datar dan tidak terdapat rusuk-rusuk, maka :
Dσ 2
W=
6
Dimana δ adalah tebal dari kepala piston.  
Untuk kepala rusuk atau kepala dengan bentuk kompleks, modulus bagian
ditentukan dengan metode terkenal grafis dan analisis. Dalam menghitung kepala piston
menggunakan metode yang dijelaskan di atas dan untuk tegangan bengkok (σb = dalam
kg/cm2) yang diijinkan adalah sebagai berikut :
 Besi Cor = 350 – 400
 Baja = 600 – 1000
 Paduan alumunium = 500 – 900
Pada mesin yang menyala berbeda suhunya antara bagian dalam dan luar kepala.
Maka, perhitungan di atas harus ditambahkan dengan tekanan mekanis yang dilengkapi
dengan apa yang disebut dengan tegangan termal (thermal stresses).
Untuk menentukan tegangan termal, dapat diasumsikan kepala piston sebagai
tembok datar dan temperaturnya berubah melalui tebal kepala secara lurus alami.
Sehongga, perbedaan temperatur antara permukaan dalam dan luar (pada cairan
pendingin dan sisi ruang bakar, terpisah) :

Δt = ti – tc =
λ
Keterangan :
q = jumlah panas sepanjang 1 m2 pada permukaan kepala dalam per jam
δ = ketebalan
λ = koefisien kandungan panas; λ = 50 cal/m-jam°C untuk baja dan besi
cor, dan 175 cal/m-jam°C untuk paduan alumunium.
Kompresi relative dan tegangan pada lapisan luar dan dalam pada kelapa piston,
masing-masing adalah sebagao berikut :
∆L ∆t
εc = εt = =α
2 2
Tekanan dan tegangan tarik :
εE ∆t E
σ c =σ t = =α x
1−m 2 1−m
Atau sesuai dengan persamaan :
qδ E
σ c =σ t =α
2 λ 1−m
Keterangan :
l = panjang lapisan pada permukaan kepala piston
Δl = selisih panjang lapisan akibat panas
α = koefisien pemuaian
E = modulus elastis bahan kepala piston
m = rasio

B. PERANCANGAN RING PISTON


Ring konsentrik menjamin distribusi oli pendingin di atas permukaan-permukaan
dalam dari kepala piston.
Ring piston dibuat dari besi cor tingkat C421-40 dan C424-44. Kekerasan dari
logam ring piston bervariasi dari angka Brinell 180 hingga 220. Kekerasan ring piston
diperoleh untuk berbeda dari liner silinder dengan ± 10 unit.
Ring piston pada diesel putaran rendah dan putaran sedang dibuat dengan cara
ditempa dari baja dengan tingkat 15. Sedangkan untuk ring piston disel dengan putaran
tinggi dibuat dari baja dengan tingkat 12XH3A dan 18XH3A.
Ring iston dikelompkka menjadi dua bagian yaitu piston ring kompresi
(compression rings) dan piston ring oli (oil ring). Bahan yang dipakai untuk piston ring
kompresi dan piston ring oli direncanakan dari bahan besi tuang.
Ring piston membentuk paket ring, yang biasanya terdiri dari 2 – 5 cincin, termasuk
satu ring kompresi. Jumlah dari ring dalam paket tergantung pada jenis mesin, namun
biasanya terdiri dari 2 – 4 ring kompresi dan 0 – 3 ring oli. Misalnya, pada mesin diesel 4
langkah memiliki 2 sampai 3 ring kompresi dan hanya satu ring oli.
1. Ring Kompresi

2. Ring Oli
C. PERANCANGAN PENA PISTON
Dalam perancangan Trunk Pistons digabungkan dengan batang penggerak dengan
tujuan agar pena piston aman di dalam bodi piston. Pena dapat mengubah gerakan bebas
poros untuk digunakan pada kerja di permukaan. Perpindahan pena secara aksial dibatasi
oleh penjepit khusus.
Pena piston pada mesin tipe kerja tunggal dilakukan pemeriksaan terhadap tekanan/
pemampatan dan terhadap tekukan aksi dari gaya akibat tekanan gas. Tekanan kompresi
pada pena piston dapat dirumuskan :
Pz
σ c=
a
Di mana :
a = penampang dari pena piston
Sedangkan tekanan kompresi yang diijinkan bekerja pada bahan adalah :
Baja karbon = 800 – 1000 kg/cm2
Baja paduan = 1200 – 1500 kg/cm2
Faktor keamanan dapat ditentukan dengan suatu rumus, akan tetapi angka yang
diijinkan adalah Sc = 4 – 5.
Untuk pendukung penampang yang meruncing pada perpanjangan/ perluasan pena
piston diperiksa dari kerusakan akibat gaya Pz.
Secara spesifik tekanan yang merusak pena adalah sebagai berikut :
Pz
q cr =
π 2 2
4
( d −d 1 )
Seharusnya nilai besaran tidak boleh melebihi qcr = 800 – 1000 kg/cm2, di mana nilai
d1 dan d2 adalah diameter atas dan bawah dari permukaan dukungan.
D. PERANCANGAN BATANG PISTON
Batang penghubung/penggerak pada piston dibuat dalam 2 tipe, yang pertama
berbentuk bulat “tabung” dan digunakan pada mesin yang bergerak pada kecepatan
rendah. Tipe yang kedua berbentuk seperti huruf I apabila dilihat dari perpotongan secara
vertikal, dan sering digunakan pada mesin kecepatan menengah hingga tinggi. Area
potongan melintan dibuat sama. Untuk tipe I memiliki koefisien yang lebih tinggi di
bagian bidangnya ( batang penghubung) daripada tipe batang bulat “tabung”. Batang
penghubung di mesin 4 langkah mempunyai satu bagian, yang kepala ujung kecil
menjadi satu dan yang satunya kepala batang penggerak yang besar dan terbagi atau
terbelah dua. Pada mesin 2 langkah, menggunakan torak trank yang kepala batang
penggerak ujung kecil bisa menggunakan salah satu dari jenis/tipe di atas (yang tipe
langsung menjadi satu atau terbagi dua). Di mana mesin yang kepalanya silang (V)
kepala ujung kecil adalah termasuk menggunakan tipe terbelah dua, dan juga memiliki
kepala bercabang.
Pada bagian kepala batang penggerak yang kecil baik yang tipe tidak terbelah
(menjadi satu) maupun yang tipe terbelah mempunyai ring/packing yang terbuat dari
perunggu khusus. Sedangkan pada bagian kepala batang penggerak yang besar biasanya
disediakan dengan baja penyokong yang terbelah (metal). Kadang-kadang untuk mesin
tipe kecepatan menengah cocok apabila dengan bantalan jarum di bagian kepala batang
penggerak yang kecil, bantalan itu menahan tekanan yang tinggi.

Pergerakan batang piston selalu menerima gaya/pergerakan yang memutar. Pada


mesin diesel yang bekerja tunggal, di bagian atas batang penggerak nenpunyai flens yang
melingkar pada derajat tertentu. Piston di pasang pada flens tersebut. Di bagian bawah
batang penggerak piston memanjang dengan mur atau flens untuk berhubungan dengan
kepala/topi yang melintang. Pada mesin yang bekerja ganda kepala batang penggerak
yang kecil terdapat galur/ulir untuk mengikatkannya dengan piston, mengingat kepala
batang penggerak bagian bawah mendapatkan perpanjangan dengan ketirusan dan mur
untuk mengikatkan ke kepala/topi melingkar. Cairan pendingin untuk piston di mesin
yang bekerja ganda di suplai melalui batang piston, yang dibuat cekungan dengan tujuan
membuat pipa atau saluran khusus. Sebuah rumah/casing untuk memasukkan batang
piston dan menyediakan pendinginan dan menjaga dari gas yang panas.
Kepala/topi yang melintang dari mesin bekerja tunggal dapat di bangun di salah satu
atau dua sisi. Pada bantalan yang menjadi satu (tidak tebelah), tekanan normal selama
langkah usaha terjadi diambil dari permukaan bantalan yang luas sebagai pengantar, dan
permukaan bantalan yang sempit ketika langkah kompresi. Selama bagian belakang
bergerak, maka permukaan bantalan yang sempit dari pengantar untuk mengambil
tekanan normal selama langkah usaha. Untuk tipe dua penghantar kepa/topi memiliki dua
permukaan bantalan yang rata di setiap sisi.
Pada ujung connecting rod dipasang small end bearing yang dibuat dari bahan
perunggu phospos, dan pemasangan dilakukan dengan cara mengepres. Melalui pena
piston, connecting rod berfungsi meneruskan gaya – gaya dari piston ke poros engkol,
atau sebaliknya. Sehingga connecting rod akan menerima gaya tekan dari proses
pembakaran, dan gaya inersia dari massa – massa yang bergerak bolak – balik serta gaya
inersia dari massa connecting rod itu sendiri. Bahan untuk connecting rod dibuat dari
baja karbon grade 45.
Perhitungan batang penggerak terletak pada kekuatan dalam menerima gaya atau
gerakan putar, kepala bagian kecil/atas, kepala bagian besar/bawah, dan baut pada kedua
kepala tersebut. Batang penggerak adalah bagian yang dipaksa oleh tekanan gas (Pz),
gaya inersia dengan massa (Ff) dan gaya inersia yang melintang dari batang penggerak.
Ketika posisi piston pada posisi TDC, saat itu proses pembakaran terjadi dan batang
penggerak mendapat tekanan/gaya dengan cepat.
Psum = Pz - Ff

Tekanan kompresi disebabkan oleh gaya ini :


P∑ ¿
σ c= ¿

Di mana α adalah area minimum melintang dari batang torak, dan tegangan yang
diijinkan :
Baja karbon = σ c = 800 – 1200 kg/cm2
Baja paduan = σ c = 1200 – 1800 kg/cm2
Kestabilan melawan tekukan/ bengkok dari batang penggerak diperiksa dengan
rumus yang empiris untuk beban kritis/ maksimum, yaitu :
l
Untuk baja paduan Pcr =(3350−62 )∝ kg
ρ
l
Untuk baja paduan nikel 5% Pcr =(3350−62 )∝ kg
ρ
Di mana :
l : panjang jarak antara kepala kecil dengan kepala besar (cm)

ρ=
√ l

: jari – jari kelambanan dari penampang lintang (cm)

J : momen inersia minimum pada penampang lintasan (cm4)


α : area penampang lintang (cm2)
Untuk lingkarang yang padat :


2
π 4.d d
ρ= = cm
64 πd 2 4
Untuk lingkaran yang berlubang :
1 2 2
ρ=
4
√d +d 0 cm
Angka keamanan :
Pcr
Sc =
Pz
Angka keamanan yang diperbolehkan :
Baja karbon Sc = 4 – 8
Baja paduan Sc = 2,5 – 4
Pembengkokan dari tangkai batang penggerak oleh gaya melintang dari massa
batang penggerak diketahui ketika melakukan pengecekan. Beban yang didistribusikan di
tangkai batang penggerak diwakili oleh sebuah segitiga. Momen bengkok maksimum
yang disebabkan oleh gaya inersia ketika batang penggerak pada posisi di 90° dari
engkol.

M max = ( n 2
1200 )γ r al
2

Di mana :
n : kecepatan putaran poros engkol rpm
r : jari – jari engkol cm
l : panjang batang penggerak cm
a : penampang lintang batang penggerak cm2
γ : berat spesifik batang penggerak kg/cm3
Tegangan bengkok berkaitan dengan gaya inersia pada bagian tangkai batang
penggerak :
M max
σ b=
W
Di mana :
W : modulus penampang melintang dari batang piston (cm3)

Tegangan bengkok batang penggerak pada mesin adalah sebagai berikut :


Mesin kecepatan rendah σ b = 75 – 100 kg/cm2
Mesin kecepatan tinggi σ b = 150 – 200 kg/cm2

Penjumlahan tegangan yang ada pada tangkai batang penggerak berkaitannya


dengan kompresi oleg gaya Pz dan kebengkokan oleh momen Mmax, rumusnya adalah
sebagai berikut :
σ P M max
∑ ¿=σc +σb = ∝z + W
¿

Setengah dari nilai/ presentase kelelahan batang penggerak adalah berkenaan dengan
kelurusan batang dengan dua kepala dan beban dari konsentrasi gaya Pz yang mana sama
dengan gaya inersia Ff.
Gaya yang berubah-ubah akibat dari gerakan piston :
2
πD
F s=( 10−15 )
4
Pada kasus ini, momen bengkoknya adalah :
Pr o
M b=
8
Di mana ro adalah momen bengkok lengannya yang sama panjang dengan jarak
putaran sampai pusat gravitasi pada bagian sisi kepala dari batang penggerak.
Tegangan maksimum pada bagian BB :
Pr o
σ b=±
8W
Tegangan maksimum pada sisi AA disebabkan oleh tegangan dan gaya yang
membujur dan disebabkan juga oleh momen bengkok :
σ P Pr
∑ ¿=σt +σ b= 2∝ ±
8W
o
¿

Bagian CC adalah hubungan batang dengan kepala, tegangan tarik sama dengan
P
gaya normal : Pn= sin ∝
2
Sehingga :
P sin ∝
σ t=
2 ∝
P
Sedangkan tegangan geser sama dengan gaya tangensial F t= cos ∝
2
Sehingga :
P cos ∝
σ sh =
2∝
Dan tegangan bengkok sama dengan sepasang gaya :
P ∝
σ b=
2W
Di mana α adalah lengan dari sepasang gaya yang sama untuk mencari jarak antara
sumbu vertical sampai pusat gravitasi bagian AA dan CC.
Tegangan yang dihasilkan :


σ comb= ( σ t +σ b ) + √ 4 σ 2sh
2

Tegangan yang diijinkan untuk baja karbon, yaitu σ comb = 600 – 800 kg/cm2
Faktor keamanan :
σ −1
n σ= ≥4
( )
σ max kσ

3 εσ σ
Keterangan :
σ −1 : limit ketahanan terhadap tegangan balik langsung (tekan-tarik)
P max
σ max : tegangan maksimum pada bagian yang dipertimbangkan ( )

kσ : koefisien = 1 – 2
εσ : koefisien = 1
ασ : koefisien = 0,12 – 0,16
Penetapan tegangan tidak secara penuh tahan pada penggunaan yang terdapat pena
piston dan kepala bagian kecil batang penggerak. Kepala bagian kecil seharusnya dibuat
kaku. Deformasi yang relative terjadi pada kepala batang penggerak ditentukan oleh
hubungan :
2
PD m
δ=0,0017
EJ
Di mana :
Dm : rata – rata diameter kepala batang penggerak (cm).
J : momen inersia pada bagian tersebut (cm).
Angka yang diperbolehkan :
Mesin 2 Tak = δ ≤ 0,01 – 1,2 mm/cm
Mesin 4 Tak = δ ≤ 0,005 mm/cm
Pada bagian atas (garpu kepala) dari batang penggerak di cek untuk mengetahui
gaya maksimum tekanan gas Pz.
Pz
Gaya diterima permukaan bantalan bagian luar dengan jarak lewat poros sampai
2
pusat gravitasi AB, karena :
Pn
Tegangan tekan = σ c=
2a
Ft
Tegangan geser = σ sh =
2a
Pzl
Tegangan bengkok = σ b=
2W
Pn F
Dengan syarat dan t = normal dan tangensial untuk komponen AB
2a 2a
Pz
yang gayanya .
2
a = daerah garpu yang dicek.
W = modulus bagian penampang melintang.
Tegangan yang dihasilkan :


σ comb= ( σ t +σ b ) + √ 4 σ sh
2 2

Sedangkan tegangan yang diperbolehkan penampang garpu pada kepala bagian kecil
adalah σ comb = 1000 – 1300 kg/cm2.
Pada bagian setengah ke bawah sampai kepala atau ujung bagian besar batang
penggerak di mesin kecepatan rendah diperiksa akibat dari gaya bolak – balik piston
yang berubah – ubah (Fs), padahal pada mesin 4 langkah tipe kecepatan menengah dan
kecepatan tinggi yang diperiksa adalah efek dari semua gaya inersia (maksimum) yang
ada (Fsum). Selain itu, juga yang berlawanan dari massa piston dan batang penggerak serta
massa dari batang penggerak itu sendiri saat berputar.
F W cr .ret 2 W cr .rot
∑ ¿= g
r ω ( 1 +λ ) +
g
2
rω ¿

Keterangan :
Wcr.ret = Berat dari piston dan batang penggerak yang dipengaruhi oleh gerakan
bolak – balik.
Wcr.rot = Berat saat berotasi dari batang penggerak dikurangi oleh topi dari
kepala besar.
Momen bengkok dari gaya yang terkonsentrasi tadi Fsum :
F∑ ¿l
M b= 1
¿
4
Di mana l1 adalah jarak antara pusat baut di kepala dari batang penggerak.
Tegangan bengkok :
Mb
σ b=
W
Tegangan yang diijinkan pada baja di kepala bagian besar, yaitu :
Untuk konstruksi yang dicetak σ b = 500 – 650 kg/cm2
Untuk konstruksi yang ditempa σ b = 900 – 1000 kg/cm2
Lebar dari kepala batang penggerak bagian besar tidak boleh lebih dari lebar
diameter silinder (D). Pada mesin 4 Tak baut pada kepala kecil mendapat gaya inersia
massa piston Fj.p, padahal baut kepala besar menahan gaya inersia hasil penjumlahan
Fsum pada gerakan bolak – balik massa piston dan batang penggerak ditambah rotasi dari
massa batang bergerak itu sendiri.
Celah yang dibutuhkan dari kepala batang penggerak selama mesin hidup
seharusnya dipastikan kekencangannya dari baut batang penggerak.
F b=( 1,35−1,50 ) F
Di mana :
F = Fj.p untuk kepala bagian kecil (batang penggerak)
F =Fsum untuk kepala bagian besar
Pada mesin 2 Tak dan 4 Tak pada kecepatan rendah bautnya diperiksa atas
pertimbangan terhadap gaya dari piston :
2
πD
F s=( 10−15 ) kg
4
Tegangan tarik pada baut yang berkaitan dengan gaya pengencangan awal Fb :
F
σ t= 2
πd b
i
4
Di mana :
i = nomor baut pada batang penggerak
db = diameter minimum baut
Tegangan tarik yang diperbolehkan :
Baja karbon = 500 – 600 kg/cm2
Baja paduan = 900 – 1000 kg/cm2
Pada perhitungan yang lebih akurat dari tegangan tarik maksimum pada baut batang
penggerak ditentukan dengan rumus :

( )
1 1
σ t= F kg /cm2
α min t C1
1+
C2

Keterangan :
α min = penampang melintang minimum dari ulir baut
E1a1
C 1= = kekakuan daya jepit dari kepala batang penggerak
l1
l1 = panjang komponen sebelum dilakukan pengencangan
a1 = penampang melintang dari komponen sebelumterkena jepitan
E2a2
C 2= = kekakuan baut
l2
l2 = panjang baut di antara mur
a2 = rata – rata penampang melintang dari baut

Tegangan tarik yang diijinkan pada bagian ini adalah :


Baja karbon = 800 – 1200 kg/cm2
Baja paduan = 1300 – 2000 kg/cm2
BAB II
CONTOH PERHITUNGAN

Dalam rangka Perancangan Piston, Ring Piston, Pena Piston, dan Batang Piston
dibutuhkan data – data awal agar dalam perancangan dapat diketahui secara pasti
tujuannya. Data – data awal yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
Ne = Daya kuda (BHP) = 13,3 HP
Cm = Kecepatan rata – rata piston = 10 m/s
z = Stroke cycle ratio = 2 untuk motor 4 Tak
Pe = Tekanan efektif rata – rata = 8,78 kg/cm2
n = putaran mesin = 8500 rpm

A. Perhitungan Piston
1. Komposisi Kimia :
a) Ni = 2,0 % Direncanakan 2,0%
b) Mg = 1,5% Direncanakan 1,5%
c) Cu = 4,0% Direncanakan 4,0%
d) Si = 0,7% Direncanakan 0,6%
e) Zn = 0,3% Direncanakan 0,3%
f) Fe = 0,8% Direncanakan 0,7%
g) Al = Sisanya yaitu sekitar 90,9%
2. Sifat Mekanis :
a) Kekuatan tarik = 30 kg/mm2 (σu)
b) Kekuatan luluh = 26 kg/mm2 (σy)
c) Kekerasan = 130 kg/mm2 (BHN)

Dimensi dan nama – nama bagian piston yang digunakan pada mesin bensin 4
langkah ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.
Gambar Konstruksi Dimensi Piston (Kovakh, 1979 : 438)
Keterangan gambar :
H = tinggi piston
D = diameter piston
h = tinggi puncak piston ke ring bagian atas
hcr = tebal piston crown
h1 = jarak antara lubang ring piston
H1 = jarak antara sumbu pen dengan bagian bawah piston
H2 = tinggi piston skirt
bb = jarak antara lubang pen
Lpp = panjang pen piston
dex = diameter luar piston
din = diameter dalam piston
Perhitungan dimensi piston meliputi perhitungan – perhitungan sebagai berikut :
1. Volume ruang bakar (Vc) (Petrovsky, 1971 : 26)
Vd 160 3
V c= = =20 cm
ε −1 9−1

2. Tinggi piston (Hpis) (Kovakh, 1970 : 439)

D i=
√ Ne . z
0,00523 . Pe . Cm .i

D i=
√ 13,3 . 2
0,00523 x 8,78 x 10 x 1
¿ 7,61 cm=76,1 mm
V mesin = 0,785 . Di2 . L
160 = 0,785 . 7,612 . L
160
L =
0,785 .57,91
= 3,51 cm

H = (0,9 sampai 1,3) . Di diasumsikan 1,1


= 1,1 . 76,1 mm
= 83,71 mm

3. Tinggi dari puncak piston sampai alur ring teratas (Kovakh, 1970 : 439)
h = (0,06 sampai 0,09) . Di diasumsikan 0,08
= 0,08 . 76,1 mm
= 6,088 mm

4. Tebal puncak piston (Kovakh, 1970 : 439)


hcr
0,07 sampai 0,08 = diasumsikan 0,07
Di
hcr = 0,07 . 76,1 mm
= 5,327 mm

5. Tinggi alur ring piston (Kovakh, 1970 : 439)


hi = (0,03 sampai 0,05) . Di diasumsikan 0,04
= 0,04 . 76,1 mm
= 3,044 mm

6. Tinggi piston skirt (Kovakh, 1970 : 439)


H2 = (0,68 sampai 0,74) . H diasumsikan 0,70
= 0,70 . 83,71 mm
= 58,597 mm

7. Jarak dari dasar piston hingga sumbu piston ke pen (Kovakh, 1970 : 439)
H1 = (0,41 sampai 0,61) . H diasumsikan 0,50
= 0,50 . 83,71 mm
= 41,855 mm

8. Diameter luar pen (Kovakh, 1970 : 439)


dex = (0,24 sampai 0,28) . Di diasumsikan 0,26
= 0,26 . 76,1 mm
= 19,786 mm

9. Jarak antara tengah – tengah piston pen (Kovakh, 1970 : 439)


bb = 0,40 . Di
= 0,40 . 76,1 mm
= 30,44 mm

Tinjauan kekuatan dan perhitungan pada bagian piston skirt, di dapat dari
persamaan-persamaan di bawah ini :
1. Tekanan piston maksimal terhadap dinding liner (Petrovsky, 1962 : 368)
Nmax = 0,08 . Pz (tekanan akhir pembakaran = 18,2 kg/cm2)
= 0,08 . 18,2 kg/cm2
= 1,456 kg/cm2

2. Tekanan samping spesifikasi maksimal pada permukaan piston (Petrovsky, 1962 :


368)
N max
qn =
Di . H 2
1,456
=
6,71. 5,86
= 0,037 kg/cm2

Piston Skirt dinyatakan AMAN karena tekanan samping yang terjadi pada piston
skirt adalah 0,037 kg/cm2 dan masih berada di bawah tekanan samping ijin pada piston
skirt qn = 3 – 3,5 kg/cm2.
Selanjutnya pada piston crown dianggap distribusi beban merata dari tekanan gas
sisa pembakaran (Pz). Ilustrasi pembebanan pada piston crown ditunjukkan oleh gambar
di bawah ini.

Gambar ilustrasi beban pada piston crown (Petrovsky, 1962 : 368)

1. Gaya tekan luasan ½ lingkaran piston crown (Petrovsky, 1962 : 368)


P2 πDi
2
Fcg = = P2 .
2 8
3,14 .7,612
Maka : Fcg = 18,2 .
8
= 413,69 kg/cm2

2. Momen bending yang terjadi dengan asumsi Dipis = D (Petrovsky, 1962 : 369)
D3
Mb = Pz
24
3
7,61
Maka : Mb = .18,2
24
= 334,21 kg.cm

3. Momen tahanan lentur pada piston crown (Petrovsky, 1962 : 370)


2
D. δ
W =
6
Dengan : δ = hcr = 0,5327 cm
2
7,61cm . ( 0,533 cm )
Maka : W = =0,4 cm3
6
M b 334,21 2
σb = = =835,51 kg /cm
W 0,4
Harga batas tegangan bending untuk bahan material paduan alumunium adalah σ b =
500 – 900 kg/cm2, maka hasil perhitungan tegangan bending memenuhi syarat yang
ditentukan.

B. Perhitungan Ring Piston


Untuk mencapai tujuan dan fungsi dari kedua ring piston tersebut , maka ring piston
harus mempunyai syarat sebagai berikut:
 Tahan terhadap panas dan pemuaian
 Tahan akan keausan
 Tahan puntiran dan tidak mudah patah.
1. Komposisi Kimia :
a. Si = 0,9 – 1,15% Direncanakan= 1,13%
b. Mn = 0,8 – 1,0% Direncanakan = 0,9%
c. P = 0,1 – 0,3% Direncanakan = 0,2%
d. Ni = 0,6 – 1,2% Direncanakan = 1,0%
e. Cr =0,3 – 0,5% Direncanakan = 0,4%
f. V = 0,1 – 0,2% Direncanakam = 0,2%
g. Mo = 0,1-0,4% Direncanakan = 0,4%
h. S < 0.12% Direncanakan = 1,0%
i. Fe = 94,5%

2. Sifat Mekanis :
a. Kekuatan tarik σ u≈ σ t = 1800 kg/cm²
b. Kekuatan bengkok σb = 4800 kg/cm²
c. Kekuatan tekan σc = 900 kg/cm²
d. Kekerasan brinell BHN = 190 – 230

Ilustrasi dimensi pada ring kompresi dan ring oli ditunjukkan oleh gambar di bawah
ini :
1. Perhitungan ring kompresi (Petrovsky, 1962 : 374)
a. Lebar ring piston
b = (0,029 sampai 0,033) . Di diasumsikan 0,033
= 0,033 . 7,61 cm
= 0,25 cm
b. Tebal ring piston
h = (0,6 sampai 1,0) . b diasumsikan 1,0
= 1,0 . 0,25 cm
= 0,25 cm
c. Jarak antara ujung ring sebelum masuk ke dalam silinder
L = (0,10 sampai 0,18) . Di diasumsikan 0,18
= 0,18 . 7,61 cm
= 1,37 cm
d. Jarak antara ujung ring setelah masuk piston
Li = 0,35 . h
= 0,35 . 0,25 cm
= 0,088 cm
e. Momen bengkok yang terjadi
D
Mb = D . b . P sp .
2
D2
= b . P sp
2
2
7,61
= .0,25 . 0,45
2
= 3,3 kg.cm
Dengan Psp = tekanan spesifik ring piston ke dinding silinder
= 0,45 – 0,7 kg/cm2 ( direncanakan : 0,45 )
f. Momen tahanan pada ring kompresi
1
W = . b . h2
6
1
= . 0,25 . (0,25)2
6
= 0,0026 cm2
g. Tegangan bengkok yang terjadi
Mb
σb =
W
3,3
=
0,0026
= 1269,23 kg/cm2
Tegangan yang diijinkan untuk besi – besi tuang pada ring kompresi adalah 1000 –
1500 kg/cm2, maka dari hasil perhitungan di atas memenuhi SYARAT dan AMAN.

2. Perhitungan ring oli


a. Lebar ring oli
b = (0,029 sampai 0,033) . Di diasumsikan 0,33
= 0,033 . 7,61
= 0,25 cm

b. Tebal ring oli


h = (0,6 sampai 1,0) . b diasumsikan 1,0
= 1,0 . 0,228
= 0,228 cm
c. Jarak antara ujung ring sebelum masuk ke dalam silinder
L = (0,10 sampai 0,18) . Di diasumsikan 0,12
= 0,12 . 7,61 cm
= 0,91 cm
d. Jarak antara ujung ring setelah masuk piston
Li = 0,35 . h
= 0,35 . 0,228 cm
= 0,0798 cm
e. Momen bengkok yang terjadi
D
Mb = D . b . P sp .
2
D2
= b . P sp
2
2
7,61
= .0,25 . 0,45
2
= 3,25 kg.cm
f. Momen tahanan pada ring kompresi
1
W = . b . h2
6
1
= . 0,25 . (0,25)2
6
= 0,0026 cm2
g. Tegangan bengkok yang terjadi
Mb
σb =
W
3,25
=
0,0026
= 1250 kg/cm2
Tegangan yang diijinkan untuk besi – besi tuang pada ring oli adalah 1000 – 1500
kg/cm2, maka dari hasil perhitungan di atas yaitu memenuhi SYARAT dan AMAN.

C. Perhitungan Batang Penggerak


1. Komposisi kimia
a) Karbon ( C ) = 0,4 %
b) Silikon ( Si ) = 0,17 %
c) Mangan ( Mn ) = 0,5 %
d) Phospor ( P ) = 0,045 %
e) Besi ( Fe ) = 98,84 %

2. Sifat mekanik
a) Batas tegangan ultimate {σ u ) = 60 kg / mm

b) Batas tegangan lulun ( Yp ) = 34 kg / mm

c) Brinel Hardnes ( Hb) = 170 - 210

d) Perpanjangan = 15 %

Bagian – bagian yang akan dihitung pada connecting rod ditunjukkan oleh gambar
di bawah ini :

Connecting Rod dan Small End


a. Panjang small end bearing akibat beban full, dapat dicari dengan
menggunakan rumus (Khovakh, 1979 : 439)
bb = 0,04 . Di
= 0,04 . 76,1
= 30,44 cm
b. Jarak antara sisi bagian dalam bush, dapat dicari dengan menggunakan rumus
(khovakh, (1979, 458)
a = Lpp - bb
= 6,088 – 3,044 = 3,044 cm
c. Bahan bush dari perunggu timah hitam, dengan :
Allowable stress (b σ ) = 2 – 3,2 kg/mm2
Brinel Hardness (Hb) = 40 – 80
d. Ketebalan bush
tb = (0,08 sampai 0,085) . dex diasumsikan 0,083
= 0,083 . 1,9786 cm
= 0,1642 cm
e. Clearence bush dengan pin piston (Khovakh 1979 : 467)
 = (0,00084 sampai 0,015) . dex diasumsikan 0,007
 = 0,007 . 1,9786 cm
 = 0,01385 cm

f. Diameter luar bush


Dhex = dex + (2 . tb) + 
= 1,9786 cm + ( 2 . 0,1642 ) + 0,01385 cm
= 2,445 cm
g. Jari – jari luar bush
d¿
R = ¿
2
2,445
=
2
= 1,22 cm
h. Radius luar small end
Ro = (1,2 sampai 1,3) . R diasumsikan 1,3
= 1,3 . 1,22 cm
= 1,59 cm
i. Diameter small end
Do = 2 . Ro
= 2 . 1,59 cm
= 3,18 cm
j. Volume small end bearing
= ¼ π ( d bex −(d bex −2 t b) bb )
2
Vb
= 0,785 (2,3212 – (2,321 – 0,3284) 3,044 )
= 9,75 cm3

k. Berat small end bearing


Wb = V b . Bj
= 9,75 . 0,0044 kg
= 0,0429 kg
l. Panjang connecting rod (jarak antara sumbu poros small end ke big end)
Lc = (4 sampai 4,475) . R diasumsikan 4,5
= 4,5 . 1,755 cm R = ½ stroke piston
= 7,8975 cm

Ketahanan terhadap lengkungan pada beban kritis untuk cast steel, dapat dicari
dengan menggunakan rumus ( Petrovsky : 380 )
Lc
Per=(3350−6,2 x )α
ρ
Dengan :
a. Total gaya pada connecting rod, dapat dicari dengan menggunakan rumus
(Petrovsky : 380 ):
Psum Fd−Pz
σc = =
α α

Tegangan kompresi yang diijinkan untuk :

Karbon steel = 800 - 1200 kg / cm2

Alloy steel = 1200 - 1800 kg / cm2

b. Cross sectional area pada connecting rod, dapat dicari dengan menggunakan
rumus ( Petrovsky : 380 ).
p ¿ (1370,15−60,71) (1309,44)
α = ∑ ¿= = = 1,64 cm2
σc 800 800

α√ √
ρ = J = 110,57 = 8,21 cm
1,64
5,37
Pcr = (3350 – 6,2 x )1,64= 5487,25 kg
8,09

Faktor keamanan untuk connecting rod, dapat dicari dengan menggunakan rumus
(Petrovsky : 380 ).
Pcr 5487,25
Sc = = =4
Fd 1370,15
Nilai faktor keamanan yang diijinkan untuk karbon steel 4 – 8, sehingga connecting
rod tersebut sangat aman digunakan.
Bending momen maksimum yaitu bending momen yang disebabkan oleh gaya
inersia transfersal yang terjadi ketika connecting rod pada posisi 900, dapat dicari dengan
menggunakan rumus ( Petrovsky : 381 ) :

( ) Bj. R . α . Lc
2
n
Mmax ≈
1200

Dengan :
n = putaran poros maksimum = 8500 rpm

Bj = berat jenis karbon steel = 0,0044 kg / cm2

( )
2
7500
Maka : Mmax = 0,0044x 1,1924x 1,64 x 5,37= 1,80 kg.cm
1200

Modulus penampang terkecil connecting rod

2
bb x d ex 2,3848 x 1,6692
W= = = 1,11 cm3
6 6
Bending stress pada connecting rod , dapat dicari dengan menggunakan rumus
( Petrovsky : 381 ):

M max 1,80
σb = = = 1,622 kg/cm2
W 1,11

Nilai yang diijinkan untuk bending stress pada connecting rod untuk putaran tinggi =
150 – 200 kg / cm2, sehingga aman untuk digunakan.
Jumlah tegangan akibat tekanan kompresi dan bending momen maksimum:

σsum = σb + σc = 1,622+ 800 = 801,622 Kg/cm2

3. Connecting rod big end


a. Diameter crank pin, dapat dicari dengan menggunakan rumus ( Khovakh 1979
:469 ) :
dcp = (0,66 – 0,68) Di = 0,67 x 5,962 = 3,4 cm

b. Ketebalan big end bearing, dapat dicari dengan menggunakan rumus


(Khovakh 1979 : 470 ) :
tb2 = (0,03 – 0,05) x dcp = 0,04 x 3,4 cm = 0,136 cm
c. Diameter clearance big end bearing terhadap crank pin dapat dicari dengan
menggunakan rumus ( Khovakh 1979 : 470 ) :
Δcp = ( 0,0005 – 0,001) x dcp = 0,0007 x 3,4 = 0,00238 cm
d. Diameter luar big end bearing
Dbed = dcp + 2tb2 + Δcp = 3,4 + 2. 0,136 + 0,00238
= 3,67438 cm
e. Diameter dalam big end bearing

Dinb = dcp + Δcp = 3,4 + 0,00238= 3,40238 cm

f. Diameter bagian luar big end


Dbixer = (1,2 – 1,3) Dbed = 1,3 .3,67438= 4,777 cm

D. Perhitungan Pena Piston


Pena torak piston (Piston pin) yaitu komponen yang menghubungkan torak dengan
bagian ujung yang kecil (small end) pada batang torak. Dan meneruskan tekanan
pembakaran yang berlaku pada torak ke batang torak. Pena torak berlubang di dalamnya
untuk mengurangi berat berlebihan dan kedua ujung ditahan oleh brushing pena torak.
(Toyota New Step 1)
Bahan yang akan digunakan sebagai pena piston direncanakan bahan baja paduan
(Alloy steel) menurut standar USSR (30 M) :
1. Komposisi Kimia :
a. C = 0,05 – 0,25 % Direncanakan = 0,15%
b. Mn = 0,30 – 0,50% Direncanakan = 0,50%
c. Si = 0,01 – 0,15% Direncanakan = 0,15%,
d. S ≤ 0,04% Direncanakan = 0,4%,
e. P ≤ 0,04% Direncanakan = 0,4%
f. Fe = 99,12%
2. Sifat Mekanis :
a) Kekutan tarik σu = 5500 Kg/cm2,
b) Kekuatan luluh σs = 2800 Kg/cm2
c) Pertambahan panjang σb = 19 %,
d) Kekuatan impact Wimp = 5 kgm/cm2
Ilustrasi pembebanan pada pena piston dan dimensi pena piston ditunjukan oleh
gambar 4.5

Gambar Ilustrasi pembebanan dan dimensi pena piston


(Petrovsky,1962; 372)

3. Perhitungan Pena Piston (Kovakh, 1979 : 459) :


dex = Diameter luar pen = 15,501 mm= 1,5501 cm
din = Diameter dalam pen
din= dex . rd

maka : d ¿=d ex . r d =1,5501 x 0,791=1,226 cm

Lpp = Panjang pena piston = 0,80 . Di= 0,80 x 6,23= 4,98cm

bb = Jarak antara tengah-tengah piston pen = 2,3848cm

L pp+ bb 4,98+2,3848
Li=Jarak senter kedua boss= = =3,682 cm
2 2

4. Momen bending maksimum yang terjadi ( Petrovsky, 1962:372) :

M max = (
P x Li L
2 2 4
− )
π
Dengan: Px=gaya tekan maksimum=P z . . D2
4
3,14 2 kg
Px=60,71 . .6,23 =1849,71 2
4 cm
L = bb = 2,384 cm

Maka : M max =
2 2
−(
1849,71 3,682 2,384
4 )
2
M max =1159,76 kg/ cm
5. Tegangan bending yang terjadi
M max
σ b=
W

( )
4 4
π d ex −d ¿
dengan W =momen tahanan=
32 d ex

( )
4 4
3,14 1,5501 −1,226 2
¿ =0,61cm
32 1,5501

M max 1159,76 kg
maka :σ b = = =1901,25 2
W 0,61 cm
Tegangan bending yang diijinkan = 1500 – 2300 Kg/cm, maka dari hasil
perhitungan diatas yaitu 1901,25 kg/cm2 memenuhi syarat dan aman.

6. Tegangan geser yang terjadi :


Px
σ sh =
2f
π π
Dengan: f =luasan melintang piston pin= = ( 2,251 −1,78 )
2 2
4 4
2
¿ 1,49 cm
1849,71 kg
maka :σ sh = =489,06 2
2 x 1,49 cm

Batas tegangan geser yang diijinkan < 500kg/cm2, maka dari hasil perhitungan diatas
yaitu 489,06 kg/cm2 memenuhi syarat dan aman.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dalam perancangan komponen harus melalui beberapa tahap perancangan secara
sistematis. Selain itu, perancangan satu komponen harus memperhatikan komponen lain.
Sebagai contohnya dalam merancang piston harus memperhatikan komponen lainnya,
seperti ring piston dan pena piston. Karena dalam perhitungan hasilnya sangat
berpengaruh terhadap perhitungan komponen lain.
Selain hal di atas, ketika dalam perancangan juga perlu memperhatikan beberapa
batas angka tegangan yang diijinkan untuk keamanan masing – masing komponen.
Angka tersebut tergantung dari bahan yang digunakan, hasil perhitungan dari variabel
yang terkait, pemilihan angka yang digunakan untuk mengansumsikan, dan juga jenis
tegangan yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

 Anderson, Peter, Tamminen, Jaana & Sandstrom, Carlk-Erik. 2002. Piston Ring
Tribology, Helsinki : A literature survey, VTT Tiedotteita – Research Notes 2178

 Honda “Genuine Part & Accessories, Part catalogue” www.honda–motor .co.id

 Kovakh.,M., 1979, ”Motor Vehicle Engines”MIR Publisher, Moscow

 Petrovsky., M., 1973, ”Marine Internal Combution Engine”MIR Publisher, Moscow

 Toyota, “Engine Group Step 2”, P.T. Toyota-Astra Motor

Anda mungkin juga menyukai