Anda di halaman 1dari 6

CINTA DALAM DIAM

Lorna D.A

Memandangmu dari jauh

Hanya itu yang bisa kulakukan

Berharap kau peka

Berharap kau sadar

Berharap kau mengerti perasaan ini

Meski ku tak pernah mengatakannya

Ataupun memberimu kode

Karena ku hanya lelaki sederhana

Yang berada diantara orang-orang yang menyukaimu

Apa yang akan kulakukan dengan perasaan ini??

Jawabannya adalah

Ku akan menjaganya

Meski tak ada kepastian yang meyakinkanku

Namun ku percaya

Cinta ini begitu tulus

Hanya Untukmu
Puisi untuk Guru

Karya: Muhammad Yanuar

Engkau bagaikan cahaya

Yang menerangi jiwa

Dari segala gelap dunia

Engkau adalah setetes embun

Yang menyejukkan hati

Hati yang ditikam kebodohan

Sungguh mulia tugasmu guru

Tugas yang sangat besar

Guru engkau adalah pahlawanku

Yang tidak mengharapkan balasan

Segala yang engkau lakukan

Engkau lakukan dengan ikhlas

Guru jasamu takkan kulupa

Guru ingin kuucapkan

Terima kasih atas jasamu


Kesaksian Akhir Abad³

Karya: WS Rendra
Ratap tangis menerpa pintu kalbuku.
Bau anyir darah mengganggu tidur malamku.
O, tikar tafakur!
O, bau sungai tohor yang kotor!
Bagaimana aku akan bisa
membaca keadaan ini?

Di atas atap kesepian nalar pikiran


yang digalaukan oleh lampu-lampu kota
yang bertengkar dengan malam,
aku menyerukan namamu:
wahai para leluhur Nusantara!

O, Sanjaya!
Leluhur dari kebudayaan tanah.
O, Purnawarman!
Leluhur dari kebudayaan air!
Kedua wangsamu telah mampu
mempersekutukan budaya tanah dan air!

O, Resi Kuturan! O, Resi Nirarta!


Empu-empu tampan yang penuh kedamaian!
Telah kamu ajarkan tatanan hidup
yang aneka dan sejahtera,
yang dijaga oleh dewan huku adat.
O, bagaimana aku bisa mengerti bahasa bising dari
bangsaku ini?

O, Kajao Laliddo! Bintang cemerlang Tana Ugi!


Negarawan yang pintar dan bijaksana!
Telah kamu ajarkan aturan permainan
di dalam benturan-benturan keinginan
yang berbagai ragam
di dalam kehidupan:
ade, bicara, rapang, dan wari.
O, lihatlah wajah-wajah berdarah
dan rahim yang diperkosa
muncul dari puing-puing tatanan hidup
yang porak poranda.
Kejahatan kasatmata
tertawa tanpa pengadilan.
Kekuasaan kekerasan
berak dan berdahak
di atas bendera kebangsaan.

O, anak cucuku di zaman Cybernetic!


Bagaimana kalian akan baca prasasti dari zaman kami?
Apakah kami akan mampu
menjadi ilham bagi kesimpulan
ataukah kami justru
menjadi sumber masalah
di dalam kehidupan?

Dengan puisi ini aku bersaksi


bahwa rakyat Indonesia belum merdeka.
Rakyat yang tanpa hak hukum
bukanlah rakyat merdeka.
Hak hukum yang tidak dilindungi
oleh lembaga pengadilan yang tinggi
adalah hukum yang ditulis di atas air
Puisi: Jelata (Karya Mustiar AR)

Sepenuhnya |

Jelata

Aku hanya jelata hina

Aku bukan siapa-siapa

Aku tidak memiliki kuasa

Yang titahnya tak bisa dibantah

Aku hanya jelata kumal

memulung di negerinya nan kaya

Aku jelata yang melata

tak memiliki tahta

Karena semua telah kuwakilkan kepada mereka

di gedung yang mulia itu

Ahh.....

Negeriku Negeri hebat

Pemimpin yang sejahtera

Rakyat mati melarat


Serenada Senja

karya Joshua Igho

Senja beringsut di balik kabut

bulan mulai berdandan

sembari senandungkan nyanyian sunyi

lenakan para pemimpi

dan aku,

masih meniti dermaga retak

di antara deburan laut yang mengantarkan

ingatanku pada sebingkai rindu.

Anda mungkin juga menyukai