Abstrak
Penelitian ini membahas tentang kasus direpresi terhadap akun TikTok "AWBIMAX" yang
melakukan kritik terhadap pemerintah daerah Lampung. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
dampak dari tindakan represif terhadap kebebasan berekspresi di media sosial serta implikasinya
terhadap pemerintah daerah Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan menggunakan studi kasus. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan
pemilik akun TikTok "AWBIMAX", sementara data sekunder diperoleh melalui analisis konten media
sosial dan dokumen terkait.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akun TikTok "AWBIMAX" melakukan kritik terhadap
kebijakan dan kinerja pemerintah daerah Lampung dengan menggunakan media sosial sebagai saluran
ekspresi. Namun, tindakan represif yang dilakukan pemerintah daerah terhadap akun tersebut, seperti
penangkapan dan penyensoran konten, berdampak negatif terhadap kebebasan berekspresi dan
menciptakan ketakutan di kalangan pengguna media sosial. Dampak dari direpresi terhadap akun TikTok
"AWBIMAX" terlihat dalam beberapa aspek. Pertama, terjadi pembatasan kebebasan berpendapat dan
berekspresi, yang melanggar hak asasi manusia. Kedua, tindakan represif ini dapat menciptakan
resistensi dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah daerah Lampung di kalangan masyarakat. Ketiga,
hal ini juga berdampak negatif terhadap citra pemerintah daerah di tingkat nasional dan internasional.
Implikasi dari penelitian ini adalah pentingnya melindungi kebebasan berekspresi di media sosial
sebagai bagian dari demokrasi yang sehat. Pemerintah daerah perlu memahami pentingnya
mendengarkan kritik dan masukan masyarakat serta menciptakan mekanisme partisipatif yang
memungkinkan dialog terbuka antara pemerintah dan warga negara. Selain itu, perlindungan terhadap
hak asasi manusia, termasuk kebebasan berpendapat dan berekspresi, harus menjadi prioritas dalam
tindakan pemerintah daerah.
Kata Kunci: direpresi, akun TikTok, kritik, pemerintah daerah, Lampung, kebebasan berekspresi.
1. PENDAHULUAN
Etnografi Virtual merupakan pendekatan penelitian yang mempelajari interaksi dan dinamika
sosial dalam dunia maya, terutama melalui platform media sosial. Penelitian ini berfokus pada eksplorasi
kasus direpresi pada akun TikTok "AWBIMAX" yang melakukan kritik terhadap pemerintah daerah
Lampung dalam konteks demokrasi di era digital.
Kehadiran media sosial telah mengubah lanskap politik dan partisipasi publik di banyak negara,
termasuk Indonesia. Platform seperti TikTok memberikan ruang bagi individu untuk mengemukakan
pendapat, mengkritik kebijakan pemerintah, dan berpartisipasi dalam diskusi politik secara luas. Namun,
kebebasan berekspresi ini tidak selalu diakui dan dihormati oleh pihak berwenang.
Kasus direpresi pada akun TikTok "AWBIMAX" yang melakukan kritik terhadap pemerintah
daerah Lampung mencerminkan tantangan yang dihadapi dalam menjaga kebebasan berpendapat dan
berekspresi di era digital. Represi tersebut mencakup tindakan penangkapan, penyensoran konten, atau
intimidasi terhadap individu yang menggunakan media sosial sebagai saluran untuk menyampaikan kritik
terhadap pemerintah.
Dalam konteks demokrasi, kebebasan berekspresi memiliki peran penting dalam membentuk
opini publik, memungkinkan partisipasi politik yang inklusif, dan memperkuat akuntabilitas pemerintah.
Namun, adanya tindakan represif terhadap akun TikTok "AWBIMAX" menimbulkan pertanyaan tentang
sejauh mana demokrasi di Indonesia mampu menjamin kebebasan berekspresi dalam ruang digital.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan etnografi virtual terhadap kasus direpresi pada
akun TikTok "AWBIMAX" yang melakukan kritik terhadap pemerintah daerah Lampung. Dengan
mempelajari interaksi dan dinamika sosial dalam dunia maya, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
dampak tindakan represif terhadap kebebasan berekspresi, memahami implikasi terhadap partisipasi
politik, serta menyoroti perlindungan hak asasi manusia dalam konteks demokrasi di era digital.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang peran media
sosial dalam demokrasi, tantangan yang dihadapi dalam menjaga kebebasan berekspresi, serta upaya yang
dapat dilakukan untuk melindungi hak-hak individu dalam ruang digital. Melalui pemahaman yang lebih
baik tentang etnografi virtual demokrasi direpresi, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang inklusif,
demokratis, dan menghormati kebebasan berpendapat dan berekspresi di Indonesia.
Dalam pembahasan yang lebih mendalam mengenai etnografi akun TikTok AWBIMAX yang
melakukan kritik terhadap pemerintah daerah Lampung, kita dapat menjelajahi beberapa aspek yang
relevan:
1. Konteks Sosial dan Budaya: Etnografi akan melibatkan pemahaman yang mendalam tentang
konteks sosial dan budaya di Lampung. Hal ini mencakup nilai-nilai, norma-norma, dan praktik-
praktik yang ada dalam masyarakat Lampung yang dapat mempengaruhi cara pandang dan
tanggapan terhadap kritik yang dilakukan oleh akun TikTok AWBIMAX.
2. Partisipasi Politik dan Ekspressionisme Digital: Etnografi akan melibatkan analisis mengenai
partisipasi politik dan ekspressionisme digital di masyarakat Lampung. Bagaimana akun TikTok
AWBIMAX memberikan suara dan ruang bagi individu untuk menyampaikan kritik terhadap
pemerintah daerah melalui media sosial, serta bagaimana masyarakat secara umum merespons
dan berpartisipasi dalam diskusi tersebut.
3. Dinamika Interaksi dan Persepsi: Etnografi akan memperhatikan dinamika interaksi yang terjadi
antara pemilik akun TikTok AWBIMAX dengan pengguna media sosial lainnya, termasuk
pendukung, penentang, dan pemerintah daerah. Analisis akan melibatkan pemahaman tentang
bagaimana persepsi terbentuk, bagaimana dialog dan diskusi berlangsung, serta bagaimana
respon tersebut dapat mempengaruhi dinamika sosial dan politik di Lampung.
4. Respons Pemerintah Daerah: Penting untuk menganalisis respons dan tindakan yang diambil oleh
pemerintah daerah Lampung terhadap kritik yang dilakukan oleh akun TikTok AWBIMAX.
Apakah ada upaya untuk berdialog dengan kritikus? Apakah ada tindakan represif seperti
penangkapan atau penyensoran? Ini akan memberikan wawasan tentang sikap pemerintah
terhadap kritik dan kebebasan berekspresi di ruang digital.
5. Implikasi Sosial dan Politik: Etnografi akan melibatkan pemahaman tentang implikasi sosial dan
politik dari kasus ini. Bagaimana kritik terhadap pemerintah daerah melalui akun TikTok
AWBIMAX mempengaruhi dinamika politik di Lampung? Apakah hal ini memicu diskusi publik
yang lebih luas tentang isu-isu yang dikritik? Implikasi jangka panjang dari kasus ini juga perlu
dieksplorasi.
Dalam pembahasan etnografi yang mendalam, fokus pada pemahaman konteks sosial dan budaya,
partisipasi politik, dinamika interaksi, respons pemerintah, dan implikasi sosial dan politik akan
membantu kita mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang kasus kritik akun TikTok
AWBIMAX terhadap pemerintah daerah Lampung.
Bima mengaku bahwa ketenaran yang ia dapat membuatnya dinasihati oleh orang tua untuk lebih
memerhatikan pemilihan kata yang ia gunakan di media sosial. Dan Bima merasa, hal tersebut
bertentangan dengan dirinya yang memegang paham kebebasan berbicara dan berekspresi.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Etnografi Virtual adalah pendekatan penelitian yang menggali interaksi dan dinamika sosial di
dunia maya, terutama melalui media sosial. Dalam konteks ini, etnografi virtual digunakan untuk
menganalisis kasus direpresi terhadap akun TikTok AWBIMAX yang melakukan kritik terhadap
pemerintah daerah Lampung.
Penelitian etnografi virtual ini bertujuan untuk memahami dampak tindakan represif terhadap
kebebasan berekspresi, implikasi terhadap partisipasi politik, dan perlindungan hak asasi manusia dalam
konteks demokrasi di era digital.
Dalam tinjauan ini, penelitian etnografi virtual akan memeriksa interaksi dan dinamika sosial di
media sosial terkait dengan kasus tersebut. Ini mencakup menganalisis konten yang diposting oleh akun
TikTok AWBIMAX, tanggapan dan reaksi dari pengguna media sosial lainnya, serta tindakan represif
yang dilakukan oleh pemerintah daerah Lampung.
Tinjauan ini akan memeriksa bagaimana akun TikTok AWBIMAX menggunakan media sosial
sebagai saluran untuk menyampaikan kritik terhadap pemerintah daerah Lampung. Pemahaman tentang
isu-isu yang dikritik dan tujuan dari kritik tersebut juga akan dieksplorasi. Selain itu, tinjauan ini akan
mencakup analisis tentang respons dan reaksi pengguna media sosial lainnya terhadap konten yang
diposting oleh akun TikTok AWBIMAX. Hal ini penting untuk memahami bagaimana opini publik
terbentuk dan bagaimana kritik terhadap pemerintah daerah Lampung diterima dan dipersepsikan oleh
masyarakat. Selanjutnya, tinjauan ini akan meneliti tindakan represif yang dilakukan oleh pemerintah
daerah Lampung terhadap akun TikTok AWBIMAX. Ini mencakup penangkapan individu, penyensoran
konten, atau tindakan lain yang diambil oleh pihak berwenang dalam merespons kritik tersebut.
Pada akhirnya, tinjauan etnografi virtual ini akan memberikan pemahaman yang lebih
komprehensif tentang kasus direpresi pada akun TikTok AWBIMAX yang melakukan kritik terhadap
pemerintah daerah Lampung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang peran
media sosial dalam demokrasi, tantangan dalam menjaga kebebasan berekspresi, serta implikasi yang
lebih luas terhadap partisipasi politik dan hak asasi manusia di era digital.
Melalui tinjauan ini, diharapkan dapat memperkuat pemahaman tentang perlunya perlindungan
kebebasan berekspresi, dialog terbuka, dan partisipasi aktif dalam membangun demokrasi yang inklusif
dan menghormati hak asasi manusia di Indonesia. Kasus pada akun TikTok AWBIMAX yang melakukan
kritik terhadap pemerintah daerah Lampung mengacu pada tindakan represif yang dilakukan terhadap
akun tersebut sebagai respons terhadap kritik yang disampaikan. Sebagai contoh, penangkapan dan
penyensoran konten yang dilakukan oleh pihak berwenang dapat menjadi bagian dari kasus tersebut.
Dalam konteks ini, akun TikTok AWBIMAX diduga menggunakan platform media sosial TikTok
sebagai saluran untuk menyampaikan kritik terhadap kebijakan dan kinerja pemerintah daerah Lampung.
Kritik tersebut mungkin berkaitan dengan isu-isu sosial, politik, atau ekonomi yang menjadi perhatian
publik di Lampung. Namun, respons dari pemerintah daerah Lampung terhadap akun TikTok AWBIMAX
diduga termasuk tindakan represif. Represi tersebut dapat mencakup penangkapan individu yang berada
di balik akun tersebut, penyensoran konten dengan menghapus atau memblokir konten yang dianggap
mengkritik pemerintah, atau bahkan ancaman dan intimidasi terhadap individu yang melakukan kritik.
Kasus ini menyoroti isu penting terkait kebebasan berekspresi, hak asasi manusia, dan demokrasi
di era digital. Kritik terhadap pemerintah adalah bagian integral dari demokrasi yang sehat, dan hak untuk
menyampaikan pendapat dan berekspresi harus dihormati dan dilindungi. Tindakan represif terhadap akun
TikTok AWBIMAX dapat menimbulkan kekhawatiran tentang kualitas demokrasi di Lampung dan
menimbulkan pertanyaan tentang ruang yang tersedia bagi warga negara untuk berpartisipasi secara aktif
dalam urusan publik.
Kasus ini menggaris bawahi perlunya perlindungan yang kuat terhadap kebebasan berekspresi
dalam lingkungan digital, serta kebutuhan akan dialog terbuka dan partisipasi aktif antara pemerintah
daerah dan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam memberikan kritik dan masukan merupakan
bagian integral dari proses demokrasi yang memungkinkan perbaikan dan perubahan yang positif.
3. METODELOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
merupakan penelitian yang bersifat Etnografi serta cendrung menggunakan wawancara. Penelitian
kualitatif bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena dengan mengumpulkan data. Pada penelitian
kualitatif , peneliti lebih ditekankan pada kedalaman data yang dapatkan. Semakin dalam serta semakin
detail data yang didapat maka akan semakin akurat.
Model etnografi atau etnometodelogi adalah model penelitian kualitatif yang memiliki tujuan
mendeskripsikan karakteristik kultural yang terdapat dalam diri individu atau sekelompok orang yang
menjadi anggota sebuah kelompok masyarakat kultural (Hanurawan, 2016:88; Johnson & Christensen,
2004). Sedangkan Michel Burawoy mendefinisikan etnografi sebagai “mempelajari orang diruang dan
waktu mereka sendiri, dalam kehidupan sehari hari mereka sendiri. Penelitian etnografi adalah genre
penelitian kualitatif, yang dikembangkan dari metodelogi antropologi. Penelitian ini menyelidiki
masyarakat dan budaya dengan pengujian manusia , interpersonal, sosial dan budaya dalam segala
kerumitannya.
Metodologi Penelitian Etnografi Virtual Demokrasi Direpresi pada Kasus Akun TikTok AWBIMAX
Kritik Pemerintah Daerah Lampung:
1. Pendekatan Penelitian: Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi virtual, yang melibatkan
pengamatan, analisis, dan interpretasi interaksi dan dinamika sosial di dunia maya, khususnya
media sosial. Pendekatan ini memungkinkan pemahaman yang mendalam tentang konteks sosial,
budaya, dan politik yang melibatkan akun TikTok AWBIMAX dan pemerintah daerah Lampung.
2. Desain Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain studi kasus. Studi kasus memungkinkan
peneliti untuk mempelajari kasus spesifik dengan detail yang mendalam, dan dalam hal ini,
fokusnya adalah kasus direpresi terhadap akun TikTok AWBIMAX yang melakukan kritik
terhadap pemerintah daerah Lampung.
3. Pengumpulan Data:
A. Data Primer: Data primer akan dikumpulkan melalui wawancara dengan pemilik akun
TikTok AWBIMAX dan mungkin juga individu lain yang terkait dengan kasus tersebut.
Wawancara ini akan membantu mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang
niat, tujuan, dan pengalaman pemilik akun, serta respons yang diterima dari pemerintah
daerah dan masyarakat.
B. Data Sekunder: Data sekunder akan diperoleh melalui analisis konten media sosial,
seperti postingan dan komentar yang terkait dengan akun TikTok AWBIMAX. Selain itu,
dokumen dan berita terkait kasus ini juga akan dijadikan sebagai sumber data.
4. Analisis Data:
A. Analisis Konten: Data konten media sosial akan dianalisis untuk mengidentifikasi tema,
isu yang dikritik, dan tanggapan yang diterima. Hal ini akan membantu memahami pesan
yang disampaikan oleh akun TikTok AWBIMAX dan reaksi yang muncul di antara
pengguna media sosial lainnya.
B. Analisis Tematis: Data dari wawancara dan sumber sekunder akan dianalisis secara
tematis untuk mengidentifikasi pola, tren, dan pandangan yang muncul terkait dengan
direpresi, kebebasan berekspresi, dan demokrasi di era digital.
C. Interpretasi: Data akan diinterpretasikan secara kualitatif untuk memahami makna yang
terkandung dalam interaksi sosial dan konteks kasus tersebut. Interpretasi ini akan
melibatkan penafsiran peneliti berdasarkan pengetahuan dan pemahaman tentang konteks
sosial, politik, dan budaya.
5. Validitas dan Reliabilitas: Validitas dan reliabilitas penelitian ini akan diperkuat melalui
triangulasi data, dengan membandingkan data dari berbagai sumber, seperti wawancara, analisis
konten media sosial, dan dokumen terkait. Selain itu, refleksivitas peneliti akan digunakan untuk
mempertimbangkan pengaruh peneliti dalam interpretasi data.
Pada penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan data yang menkaji judul pada penelitian i
ni, dibutuhkan wawancara dan observasi kepada orang orang yang membaca media tersebut dan melihat
media tersebut.
1) Data Premier adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti itu sendiri.
2) Data Sekunder adalah data ini adalah data yang dikumpulkan oleh orang lain, bukan peneliti itu
sendiri.
4. PEMBAHASAN
4.2 Etnografi
Etnografi adalah metode penelitian yang digunakan untuk mempelajari dan memahami budaya
dan kehidupan sosial suatu kelompok atau masyarakat. Metode ini berfokus pada pengamatan dan analisis
langsung terhadap interaksi sosial, praktik budaya, nilai-nilai, norma, serta makna yang diberikan oleh
individu dan kelompok dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Etnografi melibatkan penyelidikan yang mendalam dan imersif di lapangan, di mana peneliti
terlibat secara langsung dengan kelompok yang diteliti untuk memahami konteks sosial dan budaya
mereka. Metode ini sering digunakan dalam antropologi dan sosiologi, tetapi juga dapat diterapkan dalam
berbagai bidang lain, termasuk studi media, pendidikan, atau organisasi.
Model etnografi atau etnometodelogi adalah model penelitian kualitatif yang memiliki tujuan
mendeskripsikan karakteristik kultural yang terdapat dalam diri individu atau sekelompok orang yang
menjadi anggota sebuah kelompok masyarakat kultural (Hanurawan, 2016:88; Johnson & Christensen,
2004). Sedangkan Michel Burawoy mendefinisikan etnografi sebagai “mempelajari orang diruang dan
waktu mereka sendiri, dalam kehidupan sehari hari mereka sendiri.
Penelitian etnografi adalah genre penelitian kualitatif, yang dikembangkan dari metodelogi
antropologi. Penelitian ini menyelidiki masyarakat dan budaya dengan pengujian manusia , interpersonal,
sosial dan budaya dalam segala kerumitannya.
Dalam pembahasan etnografi mengenai akun TikTok AWBIMAX yang melakukan kritik terhadap
pemerintah daerah Lampung, terdapat beberapa poin yang dapat diperhatikan:
1. Konteks Etnografis: Etnografi merupakan pendekatan penelitian yang berfokus pada pemahaman
mendalam tentang budaya, interaksi sosial, dan konteks tempat di mana fenomena terjadi. Dalam
konteks ini, etnografi akan melibatkan pengamatan dan analisis interaksi yang terjadi di akun
TikTok AWBIMAX, tanggapan dari pengguna media sosial lainnya, serta respons dari pemerintah
daerah Lampung.
2. Ruang Virtual sebagai Arena Kritik: Media sosial, termasuk TikTok, telah menjadi ruang virtual
di mana individu dapat menyampaikan kritik dan pendapat mereka secara publik. Akun TikTok
AWBIMAX menggunakan platform ini sebagai medium untuk mengkritik pemerintah daerah
Lampung. Penting untuk memahami peran media sosial dalam memberikan wadah bagi warga
negara untuk berpartisipasi dalam urusan publik.
3. Dinamika Interaksi dan Reaksi: Etnografi virtual akan memperhatikan dinamika interaksi yang
terjadi di antara pengguna media sosial terkait dengan konten yang diposting oleh akun TikTok
AWBIMAX. Tanggapan dan reaksi pengguna lainnya, termasuk pengguna yang setuju atau tidak
setuju dengan kritik yang disampaikan, akan menjadi bagian penting dalam memahami pengaruh
dan dampak kritik tersebut.
4. Pengaruh Represi terhadap Partisipasi Politik: Kasus direpresi terhadap akun TikTok AWBIMAX
menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap partisipasi politik di daerah tersebut.
Represi terhadap kritik dapat menyebabkan penurunan kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah dan menghambat partisipasi aktif dalam proses demokrasi. Penting untuk
mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari tindakan represif terhadap akun tersebut.
5. Implikasi terhadap Kebebasan Berekspresi: Kasus ini juga menyoroti perlunya menjaga
kebebasan berekspresi dalam ruang digital. Perlindungan terhadap kebebasan berekspresi
merupakan elemen penting dalam membangun masyarakat yang demokratis. Tindakan represif
yang membatasi kebebasan berekspresi dapat membawa dampak negatif pada kebebasan
berpendapat dan keterbukaan dalam suatu negara.
Dalam pembahasan etnografi ini, pemahaman yang komprehensif tentang interaksi sosial, konteks
budaya, dan respon dari pemerintah daerah akan membantu mendapatkan gambaran yang lebih lengkap
tentang kasus kritik akun TikTok AWBIMAX terhadap pemerintah daerah Lampung.
5. PENUTUP
Penelitian etnografi virtual ini telah menjelaskan kasus direpresi pada akun TikTok AWBIMAX
yang melakukan kritik terhadap pemerintah daerah Lampung dalam konteks demokrasi di era digital.
Melalui pendekatan etnografi virtual, penelitian ini memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang
interaksi dan dinamika sosial yang terjadi di media sosial terkait dengan kasus ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akun TikTok AWBIMAX digunakan sebagai saluran untuk
menyampaikan kritik terhadap kebijakan dan kinerja pemerintah daerah Lampung. Namun, tindakan
represif yang dilakukan oleh pemerintah daerah, seperti penangkapan individu dan penyensoran konten,
menunjukkan adanya pembatasan terhadap kebebasan berekspresi dan partisipasi politik di ruang digital.
Kasus ini menyoroti perlunya perlindungan yang kuat terhadap kebebasan berekspresi dan hak
asasi manusia dalam konteks demokrasi di era digital. Pemerintah daerah harus memastikan bahwa media
sosial menjadi ruang yang inklusif dan menghormati pluralitas pendapat, di mana kritik terhadap
pemerintah diterima sebagai bagian integral dari demokrasi yang sehat.
Dalam konteks ini, hasil penelitian ini memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih baik
tentang peran media sosial dalam demokrasi, tantangan dalam menjaga kebebasan berekspresi, dan
implikasi terhadap partisipasi politik di era digital. Penelitian ini juga memperkuat pentingnya
perlindungan hak asasi manusia dan dialog terbuka antara pemerintah dan masyarakat dalam membangun
demokrasi yang kuat dan inklusif.
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi dasar untuk perbaikan kebijakan dan upaya perlindungan
terhadap kebebasan berekspresi di ruang digital. Selain itu, diharapkan juga dapat memicu diskusi yang
lebih luas tentang perlunya menjaga demokrasi yang inklusif dan menghormati hak asasi manusia dalam
era digital yang terus berkembang.
Dalam kesimpulan etnografi virtual mengenai direpresinya demokrasi dalam kasus akun TikTok
AWBIMAX yang mengkritik pemerintah daerah Lampung, beberapa poin penting dapat diambil:
1. Ruang Virtual sebagai Wadah Ekspresi dan Partisipasi: Akun TikTok AWBIMAX menjadi saluran
bagi individu untuk menyampaikan kritik dan pendapat terhadap pemerintah daerah Lampung.
Media sosial, seperti TikTok, memberikan ruang bagi partisipasi politik di era digital.
2. Dampak Represi terhadap Kebebasan Berekspresi: Direpresinya akun TikTok AWBIMAX oleh
pemerintah daerah Lampung menunjukkan adanya pembatasan terhadap kebebasan berekspresi di
ruang digital. Tindakan represif semacam itu dapat menghambat partisipasi politik, memunculkan
kekhawatiran terkait kebebasan berpendapat, dan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah.
3. Peran Respons Pengguna dan Masyarakat: Tanggapan dan interaksi pengguna lain terhadap akun
TikTok AWBIMAX memainkan peran penting dalam memperkuat atau meredam efek kritik yang
disampaikan. Dalam beberapa kasus, respons solidaritas dan dukungan dari masyarakat dapat
membantu melawan represi dan mempertahankan ruang untuk kebebasan berekspresi.
4. Implikasi Sosial dan Politik yang Lebih Luas: Kasus ini mencerminkan dinamika sosial dan
politik yang lebih luas di Lampung dan mungkin juga di wilayah lain. Pembatasan terhadap kritik
di ruang digital dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap demokrasi, partisipasi politik,
dan hubungan antara pemerintah dan masyarakat.
5. Perlunya Perlindungan Terhadap Kebebasan Berekspresi: Kebebasan berekspresi merupakan hak
asasi yang penting dalam masyarakat demokratis. Melalui etnografi virtual ini, menjadi jelas
bahwa perlindungan terhadap kebebasan berekspresi di ruang digital perlu diperkuat dan dijaga
agar masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses demokrasi.
DAFTAR PUSTAKA
https://nasional.kompas.com/read/2023/04/17/07591411/saat-bima-yudho-kritik-lampung-di-tiktok-
diadukan-ke-polisi-diintimidasi
https://www.kompas.tv/article/398306/bima-tiktoker-yang-kritik-pemprov-lampung-ngaku-keluarganya-
diintervensi-ini-penjelasan-polisi
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/47521
https://www.researchgate.net/publication/
329016458_ETNOGRAFI_VIRTUAL_SEBAGAI_TEKNIK_PENGUMPULAN_DATA_DAN_METOD
E_PENELITIAN
PROFIL PENULIS