Anda di halaman 1dari 6

RANCANGAN KEGIATAN ADVOKASI TERHADAP ISU: PEMBENTUKAN

REGULASI TERHADAP PENGGUNAAN GAME ONLINE DAN MEDIA SOSIAL


BAGI ANAK DI BAWAH UMUR

Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Advokasi Hukum

Ajmi Pajrul Amien 205010100111130


No Absen : 10
Kelas : Advokasi Hukum L

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2023
Isu : Pembentukan Regulasi Terhadap Penggunaan Game Online Dan Media Sosial Bagi Anak Di
Bawah Umur

Kasus : Berkurangnya Moral dan Fungsi Kognisi Otak Anak Akibat Kecanduan Media Sosial : Kasus
Seorang Bocah Berusia 12 Tahun Hamili Kekasihnya Akibat Kecanduan Tiktok

Sumber Kasus :
https://www.viva.co.id/berita/nasional/1447518-kecanduan-tiktok-bocah-13-tahun-di-lombok-hamili-
anak-perempuan (diakses pada 30 Maret 2023)

Sumber Riset Studi :


https://media.neliti.com/media/publications/557075-analisis-penggunaan-tiktok-terhadap-peri-
8cd29e7f.pdf

Suswandari, M., Siahaan, K. W. A., Rosanawati, I. M. R., Angganing, P., & Alfhira, N. W. M.
(2022). ANALISIS PENGGUNAAN TIKTOK TERHADAP PERILAKU ADDICTED DI
KALANGAN USIA SEKOLAH DASAR. Journal of Educational Learning and Innovation
(ELIa), 2(2), 212-226.

Latar Belakang dan Fakta Hukum Pengambilan Kasus sebagai target advokasi:
Dewasa ini penggunaan teknologi merupakan hal yang menjadi rutinitas khalayak umum dalam
mempermudah aktivitas sehari-hari. Penggunaan teknologi tersebut tidak hanya terbatas dalam
lingkup pekerjaan saja, namun dalam lingkup komunikasi dan berjejaring di dunia maya juga terus
mengalami perubahan yang signifikan. Masyarakat tiap tahunnya memiliki preference terhadap media
sosial yang terus berkembang, dari yang pada awalnya media untuk berkomunikasi hanya sebatas
tampilan text dua arah melalui fitur Short Message Service (SMS) hingga bentuk yang lebih kompleks
seperti hadirnya media sosial yang terkoneksi secara real-time online. Sebagai contoh media sosial
yang update saat ini antara lain: Youtube, Instagram, Facebook, Twitter, WhatsApp, serta media
sosial lainnya menawarkan fitur canggih dan terkini. Kesekian muculnya media sosial tidak hanya
difungsikan untuk komunikasi dan menyebarkan informasi, tapi juga menghibur penggunanya.
Salah satu media sosial dengan fungsi entertainment sekaligus juga sebagai media penyebaran
informasi dengan trade mark yang sedang meningkat adalah aplikasi Tiktok. TikTok merupakan
platform buatan negeri China yang dikombinasikan dengan video, lagu, stiker yang berdurasi 15
menit. Hingga setelah penggunannya, membagikan video yang dibuat sesuai kreativitasnya. Hingga
pada akhir bulan Juli 2020, setidaknya ada lebih dari 30 juta penduduk di Indonesia yang
menggunakan aplikasi TikTok. TikTok sendiri merupakan suatu saluran media sosial pengisi waktu
luang dengan konten yang bervariasi dari aksen komedi, tantangan, edukasi hingga dance.
Penggunaan aplikasi TikTok sendiri cenderung sangat mudah, dengan cukup melakukan pengunduhan
melalui Playstore/App Store, untuk melakukan proses loginya sendiri Tiktok tidak memberikan
pembatasan yang ketat, sebab tidak ada verifikasi umur yang ditautkan saat mendaftar di aplikasi
tersebut. Mudahnya pengaksesan aplikasi tersebut tentunya mengundang anak-anak dibawah umur
untuk mengunduh dan menikmati konten yang tersedia disana.
Dengan kemudahan registrasi aplikasi tersebut membuat lebih dari 30% pengguna Tiktok
adalah anak-anak yang masih dibawah umur. Hal ini menjadi permasalahan ketika Sebagian besar
pengguna aplikasi Tiktok ataupun media sosial lain adalah anak-anak, sebab banyak konten-konten di
tiktok yang tidak layak untuk ditonton anak-anak, seperti halnya tontonan hiburan ataupun tontonan
gaya hidup dewasa yang tidak terbatas lintas negara. Adanya konten-konten tersebut dapat
berimplikasi pada kecanduan anak-anak untuk terus menonton tanpa menghiraukan lingkungan
sekitar. Jumlah tersebut kian menghawatirkan sebab jika tidak ditangani oleh adanya regulasi yang
tegas terkait dengan pembatasan umur untuk menggunakan media sosial terutama Tiktok maka akan
berimplikasi pada hal yang negative bagi generasi bangsa kedepannya. Sebuah survei menunjukkan
bahwa lebih dari 19 persen remaja di Indonesia kecanduan internet. Ahli Adiksi Perilaku dr. Kristiana
Siste mengatakan angka itu diperoleh berdasarkan survei kepada anak-anak dari 34 provinsi di
Indonesia.
Survei tersebut dilakukan kepada ribuan generasi muda di Indonesia pada Mei sampai Juli
2020. "Hasilnya adalah 19,3 persen anak-anak telah kecanduan media sosial”. Tentunya hasil tersebut
merupakan indikasi yang tidak aman dan merupakan urgensitas pemerintah untuk mulai melakukan
pembatasan bagi anak-anak dibawah umur agar adiksi tidak bertambah parah.
Adapun adanya jumlah pengguna Tiktok anak-anak dan persentase kecanduan yang tinggi
merupakan refleksi dari bahayanya media sosial jika tidak dilakukan controlling dari pemerintah,
karena adiksi media sosial secara empiris bersifat merusak perkembangan anak. Berdasarkan
informasi yang dikutip dari BMC Public Health, kecanduan terhadap media sosial bagi anak dapat
menimbulkan adanya risiko gangguan mental, seperti depresi hingga menurunnya fungsi kognitif
otak. Disisi lain pun ketika anak-anak terus terpapar oleh konten-konten dewasa pada media sosial
yang berasal dari banyak negara akan berimplikasi secara tidak langsung pada penurunan nilai moral
anak, sebab anak masih belum dapat mencerna/menyaring konten yang baik ataupun buruk dengan
baik.
Salah satu contoh kasus yang menjadi kemirisan dan menjadi latar belakang mengapa advokasi
terhadap adiksi media sosial harus digalakan salah satunya adalah adanya kasus seorang bocah berusia
12 tahun di Lombok menghamili anak perempuan karena kecanduan konten Tiktok yang banyak
menunjukan gaya hidup liberal dan konten-konten tidak senonoh. Adanya kasus tersebut merupakan
suatu trigger warning bagi pemerintah dan juga orang tua untuk segera memperhatikan pembatasan
media sosial bagi anak.
Subjek dalam Advokasi (Pihak-pihak) :
1. Korban (korban dari adiksi media sosial terkhususnya tiktok) :
- Anak di bawah umur (korban adiksi dari adanya game online dan media sosial
terkhususnya aplikasi Tiktok, berdasarkan hasil riset yang dikutip penulis diatas
kecanduan media sosial Tiktok dapat berpengaruh pada menurunya tingkat moralitas dan
kemauan anak belajar yang berimplikasi pada mencuatnya kasus-kasus kriminalitas pada
anak)
- Orang tua anak (orang tua terdampak akibat prilaku adiksi Tiktok anak yang
berimplikasi pada berkurangnya fokus anak dalam memperhatikan himbauan dan didikan
orang tua)

2. Pelaku :
- Pemerintah sebagai pemangku regulasi terkhususnya legislatif (karena tidak
memberikan atau menyusun regulasi yang tegas terhadap pembatasan usia dalam bermain
media sosial terkhususnya aplikasi Tiktok)
- Tiktok Corporation (tidak memberikan mekanisme pembatasan usia yang tegas pada
aplikasinya dan tidak memberikan solusi atau tanggungjawab sebagai pelaku dalam
meminimalisir adiksi terhadap anak)

Target Advokasi :
Advokasi ini dilakukan dengan target pemerintah dan perusahaan media sosial terkait dapat
merealisasikan hal berikut:
- Pemerintah memperhatikan dan membuat regulasi terkait dengan pembatasan usia
penggunaan media sosial yang harus lebih ketat.
- Pemerintah memberikan fasilitas rehabilitasi terhadap anak terdampak media sosial dan
pemberian penyuluhan secara aktif bagi orang tua dan anak melalui kurikulum sekolah
terkait dengan bahaya adiksi media sosial.
- masyarakat terutama orang tua paham dan sadar akan bahaya game online dan media
sosial terutama di daerah Kota Malang dengan mengadakan diskusi terbuka dengan
masyarakat dengan cara seminar penyuluhan.
- Perusahaan media sosial terkait memberikan bentuk pertanggungjawaban terhadap publik
dengan memisahkan konten anak-anak dan dewasa agar tidak banyak anak yang
tercemari konten yang tidak senonoh.
Teknik Advokasi :
- Musyawarah dan seminar dengan memberikan edukasi terhadap orang tua dan anak
terkait dengan bahaya kecanduan media sosial terkhususnya Tiktok yang dapat
menghambat fungsi pertumbuhan otak anak dan berdampak pada Kesehatan mental anak
yang menjadi tidak stabil, musyawarah dan seminar tersebut secara khusus akan
dilaksanakan di daerah Kota Malang dan akan dibuka secara zoom daring untuk lebih
menjangkau subjek yang lebih luas lagi.
- Lobby politik dengan melakukan perbincangan dan rekomendasi dengan pemangku
kebijakan seperti anggota legislatif (Anggota DPR atau DPRD) untuk segera mengkaji
bahaya kecanduan game online dan media sosial (terkhususnya Tiktok), agar
pembentukan regulasi game online dan media sosial bagi anak semakin diperketat, serta
pemerintah diharapkan dapat menyediakan fasilitas rehabilitasi terhadap anak yang sudah
terdampak kecanduan game online.
- Petisi : menghimpun masyarakat (orang tua yang merasakan dampak) yang memiliki
keluhan yang sama dengan menandatangani surat petisi guna menghimpun basis massa
dalam melakukan advokasi bahaya kecanduan media sosial ini.
- ikut serta dalam dialog proses legislasi dan jurisdiksi, dengan memberikan saran
pentingnya regulasi yang jelas dan ketat untuk membatasi umur pengguna media sosial.

Langkah-Langkah yang akan dilakukan :


- Melakukan Riset dan memvuat laporan riset terkait jumlah anak-anak di Indonesia yang
mengalami adiksi media sosial.
- buat analisis resiko dan ancaman : kriminalisasi, gugat balik, serangan fisik/psikis serta
buat SOP antisipasi. Analisis ini akan berfokus pada risiko yang akan ditimbulkan dari
pihak pemegang media sosial, sehingga tim akan memprediksi terkait dengan timbal
Balik apa yang akan ditimbulkan dari perusahaan pemilik media sosial terkait.
- bangun jejaring sosial: NGO Lokal, nasional, akademisi, sesama korban dan tokoh-tokoh
masyarakat. Pembangunan jejaring akan dilakukan secara massive melalui grup media
sosial (Telegram dan Whatsapp) dan memberikan informasi secara aktif melalui media
sosial Instagram dan Youtube terkait bahaya adiksi kecanduan media sosial bagi anak dan
menjaring suara untuk ikut menekan pemerintah untuk segera memberikan Langkah
represif terhadap fenomena ini. Lebih lanjut pembangunan jejaring ini juga akan
dilakukan dengan melakukan petisi online terhadap pemerintah dan perusahaan Media
sosial terkait.
- membangun basis masa dengan mendirikan perkumpulan penegakan advokasi terkait
adiksi media sosial terhadap anak.
- memilih langkah litigasi/non litigasi jika diperlukan terkait dengan dampak dari
perusahaan media sosial yang tidak bertanggungjawab dalam memberikan batasan umur
terhadap anak, sehingga membuat tercemarnya moral pada anak di Indonesia.
- Melakukan demonstrasi secara terarah pada kawasan tempat legislatif strategis.

Anda mungkin juga menyukai