Anda di halaman 1dari 5

Hollywood, Menguji Batas Propaganda Amerika Serikat

Hollywood, sebuah tempat di Amerika Serikat yang menjadi kiblat perfilman dunia.
Simbol industri hiburan paling mahsyur dengan pangsa pasar internasional. Berbagai
tempat seni pertunjukan dan film seperti studio film, teater, dan landmark-
landmark teraglomerasi di salah satu kawasan distrik Los Angeles ini. Negara
adidaya ini memang unggul di segala bidang, terutama dalam sinematografinya.
Sudah menjadi fakta umum bahwa kualitas film Hollywood berada di puncak kasta
perfilman dunia. Film-film Hollywood selalu saja hadir untuk menarik hati
penikmatnya bahkan menjadi pop culture yang tak terlupakan. Dibalik dunia fiksi
yang disajikan oleh film Hollywood sering kali terselip kepentingan pihak Amerika
Serikat untuk mempromosikan budayanya, menyebarkan ideologinya atau bahkan
sekedar ajang pamer kekuatan militer. Tujuan-tujuan diatas sebenarnya adalah
bentuk propaganda yang paling umum dicapai Amerika dalam setiap film buatan
Hollywood.

Sebelum melanjutkan penjelasan, kita perlu memberi definisi tentang propaganda.


Leonard W. Dobb mendefinisikan propaganda sebagai usaha-usaha yang dilakukan
oleh individu-individu yang berkepentingan untuk mengontrol sikap kelompok
termasuk dengan cara menggunakan sugesti, sehingga berakibat menjadi kontrol
terhadap kegiatan kelompok tersebut. Arti propaganda menurut Ralph D. Casey tak
jauh berbeda seperti yang disampaikan Leonard W. Dobb. Menurut Ralph D. Casey
propaganda adalah sebuah bentuk usaha yang akan dilakukan secara sengaja serta
sadar untuk menetapkan sebuah sikap dan mengubah suatu pendapat yang telah
berkaitan dengan doktrin atau juga program dari pihak lain merupakan sebuah yang
sadar dari berbagai lembaga-lembaga komunikasi untuk dapat menyebarkan fakta
di dalam semangat obyektivitas dan juga kejujuran. Intinya proaganda dapat
diartikan sebagai informasi atau ide yang disebarluaskan dengan tujuan
memengaruhi pandangan serta tingkah laku sasarannya. Hal ini dilakukan agar
sasarannya, yakni kelompok tertentu, melakukan apa yang diinginkan oleh
propagandis, yaitu orang yang melakukan propaganda. Dalam kasus ini Amerika
menjadi propagandis yang menyebarkan ide dengan media film.

Film merupakan media massa yang mampu mengantarkan pesan kepada khalayak
dalam skala besar serta efisien. Dibutuhkan suatu media massa untuk membentuk
opini publik yang mendukung kampanye propaganda amerika serikat. Seperti yang
kita tahu propaganda dan doktrin tidak bisa terlepas dari kehadiran media massa.
Dalam hal ini film menjadi salah satu media massa yang paling efektif dalam
melancarkan serangan berupa persuasi bahkan doktrin untuk memengaruhi
penikmatnya. Mengingat film punya nuansa entertainment yang kental dan secara
tidak langsung mampu mendekrontruksi para penontonnya secara perlahan. Film
digunakan sebagai medium propaganda untuk membentuk persepsi, memanipulasi
kognisi, dan mengarahkan perilaku seseorang. Ironika bahwa Amerika
menggunakan film sebagai instrumen kampanye kebudayaan mereka memang
benar adanya. Daya imajinasi sineas perfilman Hollywood sungguh sangat luar biasa,
mereka bisa menempatkan Amerika Serikat sebagai pusat Perdaban Dunia, Pusat
kecanggihan militer dunia, pusat kecanggihan teknologi dan informasi dunia dan
juga pusat pengetahuan dunia. Film-film Hollywod terkadang menjadi pendukung
posisi politik Amerika dalam hubungan internasional, karena melalui media film,
konstruksi propaganda lebih mudah diterima publik dunia daripada dengan orasi
dogmatis. Hollywood seakan mendikte pihak internasional tentang bagaimana
Amerika Serikat menjadi korban sekaligus pahlawan. Play victim yang dilakukan dan
heroisme yang diusung pada setiap film tentunya membawa hal positif bagi Amerika
di mata dunia.

Amerika Serikat punya daya jelajah yang cukup kuat untuk melakukan propaganda.
Peranan media massa dan industri film Hollywod menjadi alat perang tersendiri bagi
AS. Media sangat berpengaruh penting dalam mempersuasi pikiran bahkan tindakan
seseorang. Media juga mampu melakukan konstruksi sosialnya untuk membungkus
realitas menjadi suatu idealitas yang hari itu dipercaya karena terus terjadi berulang
ulang. Terciptanya kontruksi sosial itu melalui tiga momen dialektis , yakni
eksternalisasi, objektivikasi, dan internalisasi. Eketernalisasi sebagai bagian dari
penyesuaian diri dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia., sedangkan
objektivitasi sebagai interkasi sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan
atau mengalami proses institusionalisasi dan , internalisasi merupakan upaya
individu mengidentifikasi diri dari lembaga-lembaga social atau organisasi social
tempat dimana individu menjadi anggota. Dalam kasusini Hollywood sebagai
industry film punya peranan penting dalam menyampaikan pesan-pesan
propaganda yang dilakukan AS. Dengan demikian media massa punya peranan
penting untuk bagaimana merekontruksi kondisi social maka jelas sekali Amerika
Serikat tetap akan mempertahankan dominasinya melalui berbagai macam
propaganda termasuk yang dilakukan melaui film hollywood.

Hollywood sendiri mampu mengeksplorasi aspek-aspek yang dapat dijadikan


kampanye, misalmya saja heroisme dan terorisme dalam lingkup politik, dan LGBTQ
dalam lingkup sosial budaya. Bukti adanya praktek propaganda heroisme Amerika
sudah terlalu banyak. Mungkin lebih dari setengah film Hollywood yang telah dirilis
menayangkan betapa hebatnya Amerika Serikat dalam menyelamatkan dunia. Film-
film seperti Independence day dan War of the Worlds menggambarkan bahwa
Amerika Serikat merupakan negara heroik yang rela berkorban demi
menyelamatkan dunia dari alien. Tersirat pesat bahwa Amerika menjadi garda
terdepan dalam melindungi bumi dan isinya. Seperti yang telah disebut, selain
heroisme propaganda terorisme menjadi pokok utama agenda Amerika Serikat.
Genre film war dan action menjadi genre yang paling sering dijadikan film
propaganda militer dan terorisme. Propaganda terorisme gencar dilakukan
semenjak insiden nine eleven. Film seperti "The Kingdom", "The Black Hawk Down",
dan "Air Force one" menjadi bagian kecil dari beberapa film propaganda bertema
terorisme. Dalam ketiga film tersebut jelas sekali bahwa AS memberikan stereotipe
bahwa orang yang bersorban, berjengggot panjang dianalogikan sebagai seorang
terroris yang sangat berbahaya. Dengan kata lain atribut islam dijadikan sebagai
simbol-simbol kekerasan. Tentunya hal ini sangat merugikan orang musilm secara
universal. Negara islam seperti Afghanistan selalu digambarkan sebagai negara
sarang Terorris kelas kakap. Bahkan negara lain yang tak ada sangkut pautnya
dengan insiden nime eleven juga ikut menjadi korban. Negara-negara yang menjadi
korban biasanya berseberangan dengan kepentingan politik Amerika Serikat.
Misalnya saja Korea Utara digambarkan sebagai negara miskin akibat kepemimpinan
rezim Diktator yang Gila. Kemudian, Russia yang selalu dicitrakan sebagai negara
yang selalu ingin menginisiasi perang nuklir. Negara-Negara Amerika Tengah seperti
Kuba, Meksiko, Nicaragua, dan Colombia dideskripsikan sebagai negara sarang
Kartel Narkoba, Gangster, dan Imigran Gelap.

Dalam kultur sosial, Hollywood berperan peting di masyarakat. Topik kontroversial


dan sensitif seperti LGBTQ dalam sistem masyarakat sudah menjadi agenda rutin
bagi Hollywood. Apalagi pada 3 tahun terakhir LGBTQ makin gencar digaungkan
dalam beberapa film Hollywood. Bahkan sering kali film yang mengusung topik ini
memiliki target audiens anak-anak. Anak-anak yang masih polos dicekoki oleh
pemikiran orientasi seksual yang menyimpang dari norma dan agama. Propaganda
LGBTQ biasanya dilakukan oleh para kaum kiri yang merupakan bentuk ekstrim dari
lawannya konservatif. Mereka melawan nilai-nilai yang sudah ada seperti LGBTQ itu
adalah normal dan memaksa yang lainnya untuk bisa menerima LGBTQ. Masuknya
agenda SJW kedalam ranah hiburan seperti Hollywood memperparah kondisi bahwa
propaganda LGBTQ ini telah menyebar secara luas tanpa ada yang membetengi.
Film seperti Eternals, Danish Girl, The Prom, dan Fantastic Beasts: The Secrets of
Dumbledore merupakan beberapa contoh film Hollywood yang dijadikan kampanye
kaum LGBTQ.
Setelah melihat dari sekian banyak aspek yang ada. Tentunya industri film
Hollywood adalah sebagai komunikator yang mempunyai andil besar dalam
merumuskan pesan-pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Sedangkan
objek dari komunikator “Hollywood” adalah masyarakat internasional. Mengapa
demikian, hollywood adalah indsutri perfilman dengan pangsa pasar yakni
masyarakat seluruh dunia. Maka komunikan disini bisa juga diartikan sebagai
pangsa pasar film itu sendiri. Apabila propaganda yang dilakukan Amerika Serikat
melalui Hollywood berhasil mengubah pandangan masyarakat dunia mengenai
terrorisme (dalam artian islam dijadikan label terrorisme) atau mungkin
menormalisasi adanya komunitas LGBTQ, maka Amerika Serikat sudah bisa
dianggap berhasil dalam melakukan prinsip dasar komunikasi. Walaupun dalam hal
ini merupakan komunikasi bersifat negatif.

Anda mungkin juga menyukai