Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH SAFETY INDUCTION, REWARD, AND PUNISHMENT TERHADAP

KEDISIPLINAN K3
(STUDI KASUS : PROYEK PEMBANGUNAN MENARA USM)

Ardian Zul Fauzi, Agus Bambang Siswanto, Mukhamad Afif Salim


Universitas 17 Agustus 1945 Semarang
ABSTRAK
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja secara umum di Indonesia masih sering terabaikan,
hal tersebut ditunjukan dengan meningkatnya angka kecelakaan kerja setiap tahunnya, penelitian ini
adalah untuk mengetahui Kedisiplinan K3 pada Proyek Pembangunan Menara USM.
Kedisiplinan K3 pada Proyek Pembangunan Menara USM dapat diketahui dengan cara
mengidentifikasi Safety Induction, Reward, and Punishment. Penelitian ini mendiskripsikan dan
menganalisis kebijakan Safety Induction, Reward, and Punishment yang selama ini diterapkan di
Proyek Pembangunan Menara USM. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan
kuantitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner, dan metode analisis yang
digunakan adalah SPSS 21.
Pelaksanaan K3 pada Proyek Pembangunan Menara USM dapat terlihat dari adanya aturan
kesehatan dan keselamatan kerja, adanya kesadaran karyawan untuk melaksanakan aturan yang ada,
alat pelindung diri sudah menjadi bagian wajib dari pekerjaan karyawan.
Konsultan mempunyai kebijakan Safety Induction, Reward, and Punishment terkait dengan
penerapan K3 di perusahaan. Penentuan Safety Induction, Reward, and Punishment terkait dengan K3
ini melibatkan divisi HSE. Divisi HSE bertugas untuk memberikan penilaian terhadap praktek K3
yang sudah dilakukan oleh karyawan setiap bulan, kemudian hasil penilaian ini yang akan
menentukan jenis reward dan punishment yang akan diberikan kepada pekerja.

Kata kunci : Safety induction, Reward, Punishment, Kedisiplinan K3

A. PENDAHULUAN
Upaya untuk meningkatkan produktivitas pencapaian terendah yang harus dapat
tenaga kerja adalah dengan cara pemberian dihasilkan oleh tenaga kerja. Apabila
Safety induction, rewards, dan punishment standar minimum ini tidak tercapai atau
kepada tenaga kerja. Dengan memberikan dilakukan oleh tenaga kerja, maka akan
pengenalan dan pelatihan keselamatan dan diberikan peringatan.
kesehatan kerja (K3) kepada tenaga kerja Pada penelitian ini, penulis mencoba
diharapkan mengurangi terjadinya angka melakukan studi Keselamatan dan
kecelakaan kerja. Reward yang sering Kesehatan Kerja (K3) pada proyek
diberikan kepada tenaga kerja antara lain konstruksi. Metode yang digunakan oleh
dalam bentuk bonus bagi tenaga kerja yang penulis dalam mengumpulkan data adalah
mampu bekerja dengan baik dan dapat dengan mendistribusikan kuesioner pada
mencapai atau bahkan melebihi target beberapa pekerja proyek konstruksi. Hasil
yang ditetapkan oleh perusahaan. Selain yang didapat dari kuesioner tersebut
reward, memberikan punishment bertujuan kemudian dianalisis dan kemudian akan
agar tenaga kerja terus terpacu bekerja didapatkan kesimpulan mengenai safety
lebih baik dan lebih produktif. Dengan hal induction, rewards, and punishment
ini maka harus ada standar output terhadap Keselamatan dan Kesehatan
minimum yang harus dihasilkan oleh Kerja (K3) pada suatu proyek konstruksi.
setiap tenaga kerja. Standar ini merupakan
lingkungan kerja dan memahami
B. TINJAUAN PUSTAKA bagaimana cara mengatasinya.
Safety induction • Meminimalisir kemungkinan
Safety induction adalah pengenalan terjadinya kecelakaan saat berada
dasar-dasar keselamatan dan kesehatan dalam lingkungan kerja.
kerja (K3) kepada tenaga kerja, visitor • Dan beberapa keuntungan lainnya
(tamu), dan dilakukan oleh supervisi divisi yang mungkin belum saya ketahui.
K3/safety, safety induction menjadi Reward
pengendalian kecelakaan kerja. Penghargaan atau reward adalah balas
(Silalahi:1995). Tujuan safety induction jasa yang diberikan oleh perusahaan
adalah untuk mengkomunikasikan tentang kepada karyawannya atas waktu, tenaga
bahaya-bahaya keselamatan dan kesehatan dan pikiran yang telah karyawan berikan
kerja yang terdapat selama kepada perusahaan (Sutrisno, 2009).
bekerja/kunjungan, sehingga pekerja/tamu Pemberian reward tidak hanya untuk
bisa sadar serta bisa melakukan tindakan mempertahankan pekerja, namun juga
pengendalian terhadap bahaya tersebut untuk memotivasi pekerja untuk bekerja
Tujuan dan manfaat safety induction: lebih baik lagi. Dengan memberikan
• Memberikan pemahaman tentang reward dapat mendorong pekerja untuk
pentingnya keselamatan dan memiliki perilaku dan sikap yang lebih
kesehatan kerja (K3) di dalam positif dalam bekerja, selain itu dengan
proyek. Memberikan informasi pemberian reward mampu meningkatkan
terbaru tentang kondisi dalam loyalitas sehingga dapat meningkatkan
proyek sebab kondisi dalam proyek produktivitas
bisa berubah setiap hari. Reward diberikan untuk memuaskan
• Memberikan pemahaman tentang kebutuhan para karyawan dan mendorong
peraturan yang berlaku dan sanksi produktivitas mereka. Menurut
apa yang diberikan jika melanggar (karlins:1981) macam-macam reward yang
peraturan di proyek tersebut. dapat diberikan seperti: Pujian, Pengakuan
• Memberikan informasi tentang di depan umum, Keamanan kerja
prosedur kerja yang ada di wilayah (asuransi, tanggungan kesehatan),Uang
lingkungan kerja. insentif, Kenaikan pangkat.
Adapun manfaat dari safety induction, Tujuan rewards:
antara lain; • Menarik orang yang memiliki
• Seseorang lebih memahami tentang kualifikasi.
pentingnya keselamatan dan • Mempertahankan pekerja agar
kesehatan kerja (K3) saat berada di terus datang dan bekerja
lingkungan kerja. • Memotivasi pekerja untuk
• Mendapatkan informasi terbaru mencapai kinerja yang tinggi.
tentang kondisi dalam lingkungan Punishment
kerja. Punishment adalah ancaman hukuman
• Lebih memahami potensi bahaya yang bertujuan untuk meningkatkan
yang mungkin terjadi di dalam perilaku pekerja, memelihara peraturan
yang berlaku, dan memberikan pelajaran
pada pekerja agar mereka jera karena itu, pelaksanaan penelitian ini
(Mangkunegara, 2000) dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
Pemberian sanksi atau punishment Tahap 1 : Persiapan, Sebelum melakukan
kapada pekerja berupa teguran, surat penelitian perlu dilakukan studi literatur
peringatan, skrorsing dan bahkan untuk memperdalam ilmu yang berkaitan
pemberhentian atau pemutusan hubungan dengan topik penelitian. Kemudian
kerja. Punishment kepada pekerja akan ditentukan rumusan masalah sampai
menimbulkan rasa yang tidak dengan kompilasi data
menyenangkan, hal tersebut guna agar Tahap 2 : Pengumpulan Data, Data-data
pekerja tidak melakukan kesalahan yang proyek yang diperlukan untuk pembuatan
sama. laporan serta analisis data.
Fungsi punishment: Tahap 3 :Analisis Data, Data yang
• Membatasi perilaku, menghalangi dianalisis yaitu terkait Pengaruh Safety
terjadinya pengulangan tingkah Induction, Reward, and Punishment
laku yang tidak diharapkan terhadap Kedisiplinan K3 dengan
• Bersifat mendidik menggunakan SPSS 21.
• Memperkuat motivasi untuk Tahap 4 : Kesimpulan, Kesimpulan
menghindarkan diri dari tingkah disebut juga pengambilan keputusan. Pada
laku yang tidak diharapkan tahap ini, data yang telah dianalisis dibuat
Kedisiplinan K3 suatu kesimpulan yang berhubungan
Disiplin sangat diperlukan dalam dengan tujuan penelitian.
dunia kerja karena dipandang sebagai Uji Validitas
faktor pengikat dan integrasi serta Menurut Azwar (1986) Validitas
merupakan kekuatan yang dapat memaksa berasal dari kata validity yang mempunyai
individu untuk mematuhi peraturan serta arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan
prosedur kerja yang telah ditentukan. suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
Kedisiplinan berpengaruh terhadap ukurnya.
keselamatan dan kesehatan kerja agar Suatu skala atau instrumen pengukur
karyawan dapat menjalankan pekerjaan dapat dikatakan mempunyai validitas yang
secara aman dan sehat. Untuk itu tinggi apabila instrumen tersebut
pengetahuan dan pemahaman mengenai menjalankan fungsi ukurnya, atau
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
harus diterapkan dan diberikan kepada maksud dilakukannya pengukuran
setiap karyawan.Menurut Kamus Besar tersebut. Sedangkan tes yang memiliki
Bahasa Indonesia disiplin merupakan validitas rendah akan menghasilkan data
latihan batin dan watak dengan maksud yang tidak relevan dengan tujuan
supaya segala perbuatannya selalu pengukuran.
mentaati tata tertib. Uji validitas yang digunakan adalah
Metode Penelitian memilih instrumen pertanyaan yang
Suatu penelitian harus dilaksanakan relevan untuk dianalisis.Uji validitas
secara sistematis dan dengan urutan yang dilakukan dengan melihat korelasi antar
jelas dan teratur, sehingga akan diperoleh skor masing-masing instrumen pertanyaan
hasil sesuai dengan yang diharapkan. Oleh dengan skor total.Perhitungan validitas
dilakukan dengan rumus tehnik korelasi Apabila nilai signifikan lebih kecil dari
product moment.(Sugiyono, 2000). derajat kepercayaan maka kita menerima
hipotesis alternatif, yang menyatakan
bahwa suatu variabel independen secara
Uji Reliabilitas parsial mempengaruhi variabel dependen.
Menurut Masri Singarimbun, Langkah-langkah pengujiannya adalah
realibilitas adalah indeks yang sebagai berikut :
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur 1. Menentukan formasi H0 dan H1
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. - Ha : bi= 0, berarti tidak ada
Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – pengaruh variabel independen
untuk mengukur gejala yang sama dan secara parsial terhadap variabel
hasil pengukuran yang diperoleh relatif dependen.
konsisten, maka alat pengukur tersebut - Ha : bi ≠0, berarti ada pengaruh
reliable. variabel independen secara parsial
Dengan kata lain, realibitas menunjukkan terhadap variabel dependen.
konsistensi suatu alat pengukur di dalam 2. Menentukan kriteria pengujian
pengukur gejala yang sama. - Sig < (0,05) : berarti tidak ada
Menurut Brennan (2001: 295) pengaruh antara variabel
reliabilitas merupakan karakteristik skor, independen (X) secara parsial
bukan tentang tes ataupun bentuk terhadap variabel dependen (Y).
tes.Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28) - Sig > (0,05) : berarti ada pengaruh
reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil antara variabel independen (X)
pengukuran dengan alat tersebut dapat secara parsial terhadap variabel
dipercaya.Hasil pengukuran harus reliabel dependen (Y).
dalam artian harus memiliki tingkat
konsistensi dan kemantapan. C. PEMBAHASAN
1. Obyek Penelitian.
Uji Hipotesis Penelitian ini dilakukan di Proyek
Uji hipotesis digunakan untuk Pembangunan Menara USM, dengan
menetapkan suatu dasar sehingga dapat obyek penelitian para pelaku pekerjaan
mengumpulkan bukti yang berupa data- konstruksi yang terlibat dalam proses
data dalam menentukan keputusan apakah Proyek Pembangunan Menara USM dalam
menolak atau menerima kebenaran dari hal ini adalah personil perusahaan
pernyataan atau asumsi yang telah dibuat. penyedia jasa konstruksi pada Proyek
Uji Hipotesis juga dapat memberikan Pembangunan Menara USM.
kepercayaan diri dalam pengambilan Jumlah personil perusahaan penyedia jasa
keputusan yang bersifat Objektif. Uji konstruksi pada Proyek Pembangunan
hipotesis dalam penelitian in menggunakan Menara USM yang dijadikan responden
Uji t. pada penelitian ini sebanyak 40 (empat
Uji t digunakan untuk mengetahui puluh) orang. Untuk mengetahui
apakah variabel-variabel independen karakteristik responden dilakukan analisis
secara parsial berpengaruh nyata atau tidak deskriptif terhadap identitas responden
terhadap variabel dependen. Derajat yang meliputi jabatan responden, usia
signifikansi yang digunakan adalah 0,05.
responden, tingkat pendidikan dan lama Pada uji validitas variabel X2 didapatkan
kerja. hasil pada instrument:
2. Uji Validitas X2P1: Memperoleh hasil 0,331. Dengan
Uji validitas digunakan untuk mengukur hal ini X1P1 dianggap Valid karena nilai R
valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu hitung 0,331 > 0,304 R tabel.
kuesioner dapat dikatakan valid apabila X2P2: Memperoleh hasil 0,155. Dengan
pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner hal ini X1P2 dianggap Tidak Valid karena
mampu untuk mengungkapkan sesuatu nilai R hitung 0,155 < 0,304 R tabel.
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Apabila R hitung > R tabel maka indicator X2P3: Memperoleh hasil 0,469. Dengan
tersebut dinyatakan Valid, tingkat hal ini X1P3 dianggap Valid karena nilai R
kepercayaan penelitian ini adalah 95% hitung 0,469 > 0,304 R tabel.
atau sig (0,05).
X2P4: Memperoleh hasil 0,618. Dengan
1. Hasil uji validitas pada variabel X1 hal ini X1P4 dianggap Valid karena nilai R
(safety induction) hitung 0,618 > 0,304 R tabel.
Pada uji validitas variabel X1 didapatkan
hasil pada instrument: X1P5: Memperoleh hasil 0,574. Dengan
hal ini X1P5 dianggap Tidak Valid karena
X1P1: Memperoleh hasil 0,612. Dengan nilai R hitung 0,574 > 0,304 R tabel.
hal ini X1P1 dianggap Valid karena nilai R
hitung 0,612 > 0,304 R tabel. Dikarenakan nilai R hitung pada X2P2
tidak valid, maka X2P2 di hapuskan.
X1P2: Memperoleh hasil 0,563. Dengan
Pada uji validitas variabel X2 yang ke 2
hal ini X1P2 dianggap Valid karena nilai R
didapatkan hasil pada instrument:
hitung 0,573 > 0,304 R tabel.
X2P1: Memperoleh hasil 0,408. Dengan
X1P3: Memperoleh hasil 0,313. Dengan hal ini X1P1 dianggap Valid karena nilai R
hal ini X1P3 dianggap Valid karena nilai R hitung 0,408 > 0,304 R tabel.
hitung 0,313 > 0,304 R tabel.
X2P3: Memperoleh hasil 0,512. Dengan
X1P4: Memperoleh hasil 0,707. Dengan hal ini X1P3 dianggap Valid karena nilai R
hal ini X1P4 dianggap Valid karena nilai R hitung 0,512 > 0,304 R tabel.
hitung 0,707 > 0,304 R tabel.
X2P4: Memperoleh hasil 0,726. Dengan
X1P5: Memperoleh hasil 0,549. Dengan
hal ini X1P4 dianggap Valid karena nilai R
hal ini X1P2 dianggap Valid karena nilai R
hitung 0,726 > 0,304 R tabel.
hitung 0,549 > 0,304 R tabel.

Dapat disimpulkan bahwa Uji validitas X1P5: Memperoleh hasil 0,527. Dengan
pada variabel X1 adalah valid, karena hal ini X1P5 dianggap Tidak Valid karena
instrument (pertanyaan) kuisioner variabel nilai R hitung 0,527 > 0,304 R tabel.
X1 mendapatkan hasil yang valid.
Dapat disimpulkan bahwa setelah Uji
2. Hasil uji validitas pada variabel X2 validitas yang ke 2 pada variabel X2
(Reward) adalah valid, karena instrument
(pertanyaan) kuisioner variabel X2 setelah instrument (pertanyaan) kuisioner variabel
X2P2 dihapus mendapatkan hasil yang Y1 mendapatkan hasil yang valid.
valid.
3. Uji Reliabilitas
3. Hasil uji validitas pada variabel X3 Uji reliabilitas adalah indeks
(Punishment) yang menunjukan suatu alat
Pada uji validitas variabel X3 didapatkan pengukur dapat dipercaya atau
hasil pada instrument: diandalkan, menurut kriteria nunnaly
X3P1: Memperoleh hasil 0,408. Dengan apabila nilai Cronbach alpha lebih
hal ini X1P1 dianggap Valid karena nilai R besar dari 0,6 atau 60% maka
hitung 0,408 > 0,304 R tabel. variabel tersebut dikatakan reliabel
Hasil pengujian reliabilitas
X3P2: Memperoleh hasil 0,618. Dengan dengan bantuan SPSS 21,00
hal ini X1P2 dianggap Valid karena nilai R selengkapnya dapat dilihat pada
hitung 0,618 > 0,304 R tabel. tabel berikut ini :
Variabel Cronbach’s Ambang Keterangan
Alpha Batas
X3P3: Memperoleh hasil 0,493. Dengan (Kriteria
hal ini X1P3 dianggap Valid karena nilai R Nunnaly)
hitung 0,493 > 0,304 R tabel. X1 (Safety 69% 60% Reliabel
X3P4: Memperoleh hasil 0,616. Dengan induction)
hal ini X1P4 dianggap Valid karena nilai R X2 (Reward) 63,1% 60% Reliabel
hitung 0,616 > 0,304 R tabel.
X3 61,6% 60% Reliabel
(Punishment)
Dapat disimpulkan bahwa Uji validitas
pada variabel X3 adalah valid, karena Y1 78,4% 60% Reliabel
(Kedisiplinan
instrument (pertanyaan) kuisioner variabel K3)
X3 mendapatkan hasil yang valid.
4. Uji Hipotesis (Uji t)
a
4. Hasil uji validitas pada variabel Y1 Coefficients
(Kedisiplinan K3) Model Unstandardized Standar t Sig.
Coefficients dized
Pada uji validitas variabel Y1 didapatkan Coefficie
hasil pada instrument: nts
B Std. Beta
Error
Y1P1: Memperoleh hasil 0,800. Dengan (Cons
6.356 2.241
2.83
.007
tant) 6
hal ini Y1P1 dianggap Valid karena nilai R
SUMX
hitung 0,800 > 0,304 R tabel. .062 .076 .140 .819 .418
1
1
SUMX
.068 .088 .131 .770 .447
2
Y1P2: Memperoleh hasil 0,703. Dengan SUMX
-.018 .093 -.034 -.199 .843
hal ini Y1P2 dianggap Valid karena nilai R 3
a. Dependent Variable: SUMY1
hitung 0,703 > 0,304 R tabel

1. Pengaruh Variabel independen X1


Dapat disimpulkan bahwa Uji validitas
terhadap Variabel dependen Y1
pada variabel Y1 adalah valid, karena
Dari pengujian pengaruh Safety induction
terhadap Kedisiplinan K3, diperoleh t E. KESIMPULAN
hitung sebesar 0,819 dan signifikansi Dari hasil penelitian yang telah
sebesar 0,418. 0leh karena itu nilai dilakukan dapat diambil kesimpulan
signifikansi lebih besar dari α = 0,05. sebagai berikut :
Maka Safety induction mempunyai
pengaruh parsial terhadap Kedisiplinan K3 1. Terbukti bahwa variabel Safety
2. Pengaruh Variabel independen X2 induction (X1) berpengaruh positif
terhadap dependen Y1 dan signifikan terhadap
Dari pengujian pengaruh Reward terhadap Kedisiplinan K3 pekerja pada
Kedisiplinan K3, diperoleh t hitung Proyek Pembangunan Menara
sebesar 0,770 dan signifikansi sebesar USM.
0,447. 0leh karena itu nilai signifikansi 2. Terbukti bahwa variabel Reward
lebih besar dari α = 0,05. Maka Reward (X2) berpengaruh positif dan
mempunyai pengaruh parsial terhadap signifikan terhadap Kedisiplinan
Kedisiplinan K3 K3 pekerja pada Proyek
3. Pengaruh Variabel independen X3 Pembangunan Menara USM.
terhadap dependen Y1 3. Terbukti bahwa variabel
Dari pengujian pengaruh Punishment Punishment (X3) berpengaruh
terhadap Kedisiplinan K3, diperoleh t negatif terhadap Kedisiplinan K3
hitung sebesar 0,199 dan signifikansi pekerja pada Proyek Pembangunan
sebesar 0,843. 0leh karena itu nilai Menara USM.
signifikansi lebih besar dari α = 0,05.
Maka Punishment mempunyai pengaruh F. DAFTAR PUSTAKA
parsial terhadap Kedisiplinan K3 Departemen Tenaga Kerja. (1970).
Undang- undang Republik Indonesia
D. PEMBAHASAN No. 1 tahun 1970 tentang
Y (Kedisiplinan K3) = 0,418 X1 + 0,447 Keselamatan Kerja, Jakarta:
X2 - 0,843 X3 + 0,007 C Departemen Tenaga Kerja.
X1 = Safety induction Departemen Tenaga Kerja. (1996).
X2 = Reward Peraturan Menteri No. 5 tahun 1996
X3 = Punishment tentang Sistem Manajemen
C = Constant Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Dari persamaan diatas maka dapat Jakarta: Departemen Tenaga Kerja
disimpulkan bahwa Kedisiplinan K3 Ervianto, W.I., 2005, Manajemen Proyek
memiliki nilai Constant dan dipengaruhi Kontruksi, Penerbit Andi
oleh variabel X1,X2, dan X3. Pengaruh Yogyakarta, Yogyakarta.
yang paling signifikan adalah pada
Geller, E.S., 2001. Working Safe: How to
variabel X3 yaitu Punishment, setelah itu
Help People Actively Care for
pengaruh signifikan ke dua adalah variabel Health and Safety. New York: Lewis
X2 yaitu Reward, pengaruh yang paling
kecil adalah variabel X1 yaitu Safety OHSAS 18001.2007 Occupational Health
induction, dan variabel X1 dan X2 and Safety Management System-
Requirement. BSI American.
mempunyai nilai yang relatif sama.
Reese, C. D., 2009, Occupational Health Salim, M. Afif, dan Agus B. Siswanto,
And Safety Management, Edisi 2019. “Analisis SWOT dengan
Kedua, New York: CRC Press metode kuesioner”. Pilar Nusantara,
Semarang.
Suma’mur, P. K., 1981, Keselamatan
Kerja dan Pencegahan Operasional, Siswanto, Agus Bambang, dan M. Afif
PT. Toko Gunung Agung, Jakarta Salim, 2019. “ Manajemen Proyek”.
Pilar Nusantara, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai