Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/340342461

PENGARUH SAFETY INDUCTION, REWARD, AND PUNISHMENT TERHADAP


KEDISIPLINAN K3 (STUDI KASUS : PROYEK PEMBANGUNAN MENARA USM)

Article · April 2020

CITATION READS

1 3,405

3 authors, including:

Ardian zul Fauzi Agus Bambang Siswanto


Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Universitas 17 Agustus 1945 Semarang
3 PUBLICATIONS   3 CITATIONS    54 PUBLICATIONS   90 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ardian zul Fauzi on 03 April 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGARUH SAFETY INDUCTION, REWARD, AND PUNISHMENT TERHADAP
KEDISIPLINAN K3
(STUDI KASUS : PROYEK PEMBANGUNAN MENARA USM)

Ardian Zul Fauzi, Agus B Siswanto, Mukhamad Afif Salim


Universitas 17 Agustus 1945 Semarang
ABSTRAK
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja secara umum di Indonesia masih sering terabaikan,
hal tersebut ditunjukan dengan meningkatnya angka kecelakaan kerja setiap tahunnya, penelitian ini
adalah untuk mengetahui Kedisiplinan K3 pada Proyek Pembangunan Menara USM.
Kedisiplinan K3 pada Proyek Pembangunan Menara USM dapat diketahui dengan cara
mengidentifikasi Safety Induction, Reward, and Punishment. Penelitian ini mendiskripsikan dan
menganalisis kebijakan Safety Induction, Reward, and Punishment yang selama ini diterapkan di
Proyek Pembangunan Menara USM. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan
kuantitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner, dan metode analisis yang
digunakan adalah SPSS 21.
Pelaksanaan K3 pada Proyek Pembangunan Menara USM dapat terlihat dari adanya aturan
kesehatan dan keselamatan kerja, adanya kesadaran karyawan untuk melaksanakan aturan yang ada,
alat pelindung diri sudah menjadi bagian wajib dari pekerjaan karyawan.
Konsultan mempunyai kebijakan Safety Induction, Reward, and Punishment terkait dengan
penerapan K3 di perusahaan. Penentuan Safety Induction, Reward, and Punishment terkait dengan K3
ini melibatkan divisi HSE. Divisi HSE bertugas untuk memberikan penilaian terhadap praktek K3 yang
sudah dilakukan oleh karyawan setiap bulan, kemudian hasil penilaian ini yang akan menentukan jenis
reward dan punishment yang akan diberikan kepada pekerja.

Kata kunci : Safety induction, Reward, Punishment, Kedisiplinan K3

A. PENDAHULUAN
Upaya untuk meningkatkan produktivitas yang harus dapat dihasilkan oleh tenaga
tenaga kerja adalah dengan cara pemberian kerja. Apabila standar minimum ini tidak
Safety induction, rewards, dan punishment tercapai atau dilakukan oleh tenaga kerja,
kepada tenaga kerja. Dengan memberikan maka akan diberikan peringatan.
pengenalan dan pelatihan keselamatan dan Pada penelitian ini, penulis mencoba
kesehatan kerja (K3) kepada tenaga kerja melakukan studi Keselamatan dan
diharapkan mengurangi terjadinya angka Kesehatan Kerja (K3) pada proyek
kecelakaan kerja. Reward yang sering konstruksi. Metode yang digunakan oleh
diberikan kepada tenaga kerja antara lain penulis dalam mengumpulkan data adalah
dalam bentuk bonus bagi tenaga kerja yang dengan mendistribusikan kuesioner pada
mampu bekerja dengan baik dan dapat beberapa pekerja proyek konstruksi. Hasil
mencapai atau bahkan melebihi target yang yang didapat dari kuesioner tersebut
ditetapkan oleh perusahaan. Selain reward, kemudian dianalisis dan kemudian akan
memberikan punishment bertujuan agar didapatkan kesimpulan mengenai safety
tenaga kerja terus terpacu bekerja lebih baik induction, rewards, and punishment
dan lebih produktif. Dengan hal ini maka terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja
harus ada standar output minimum yang (K3) pada suatu proyek konstruksi.
harus dihasilkan oleh setiap tenaga kerja.
Standar ini merupakan pencapaian terendah
B. TINJAUAN PUSTAKA  Meminimalisir kemungkinan
Safety induction terjadinya kecelakaan saat berada
Safety induction adalah pengenalan dalam lingkungan kerja.
dasar-dasar keselamatan dan kesehatan  Dan beberapa keuntungan lainnya
kerja (K3) kepada tenaga kerja, visitor yang mungkin belum saya ketahui.
(tamu), dan dilakukan oleh supervisi divisi Reward
K3/safety, safety induction menjadi Penghargaan atau reward adalah balas
pengendalian kecelakaan kerja. jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada
(Silalahi:1995). Tujuan safety induction karyawannya atas waktu, tenaga dan
adalah untuk mengkomunikasikan tentang pikiran yang telah karyawan berikan
bahaya-bahaya keselamatan dan kesehatan kepada perusahaan (Sutrisno, 2009).
kerja yang terdapat selama Pemberian reward tidak hanya untuk
bekerja/kunjungan, sehingga pekerja/tamu mempertahankan pekerja, namun juga
bisa sadar serta bisa melakukan tindakan untuk memotivasi pekerja untuk bekerja
pengendalian terhadap bahaya tersebut lebih baik lagi. Dengan memberikan reward
Tujuan dan manfaat safety induction: dapat mendorong pekerja untuk memiliki
 Memberikan pemahaman tentang perilaku dan sikap yang lebih positif dalam
pentingnya keselamatan dan bekerja, selain itu dengan pemberian
kesehatan kerja (K3) di dalam reward mampu meningkatkan loyalitas
proyek. Memberikan informasi sehingga dapat meningkatkan produktivitas
terbaru tentang kondisi dalam Reward diberikan untuk memuaskan
proyek sebab kondisi dalam proyek kebutuhan para karyawan dan mendorong
bisa berubah setiap hari. produktivitas mereka. Menurut
 Memberikan pemahaman tentang (karlins:1981) macam-macam reward yang
peraturan yang berlaku dan sanksi dapat diberikan seperti: Pujian, Pengakuan
apa yang diberikan jika melanggar di depan umum, Keamanan kerja (asuransi,
peraturan di proyek tersebut. tanggungan kesehatan),Uang insentif,
 Memberikan informasi tentang Kenaikan pangkat.
prosedur kerja yang ada di wilayah Tujuan rewards:
lingkungan kerja.  Menarik orang yang memiliki
Adapun manfaat dari safety induction, kualifikasi.
antara lain;  Mempertahankan pekerja agar terus
 Seseorang lebih memahami tentang datang dan bekerja
pentingnya keselamatan dan  Memotivasi pekerja untuk
kesehatan kerja (K3) saat berada di mencapai kinerja yang tinggi.
lingkungan kerja. Punishment
 Mendapatkan informasi terbaru Punishment adalah ancaman hukuman
tentang kondisi dalam lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan
kerja. perilaku pekerja, memelihara peraturan
 Lebih memahami potensi bahaya yang berlaku, dan memberikan pelajaran
yang mungkin terjadi di dalam pada pekerja agar mereka jera
lingkungan kerja dan memahami (Mangkunegara, 2000)
bagaimana cara mengatasinya.
Pemberian sanksi atau punishment Tahap 1 : Persiapan, Sebelum melakukan
kapada pekerja berupa teguran, surat penelitian perlu dilakukan studi literatur
peringatan, skrorsing dan bahkan untuk memperdalam ilmu yang berkaitan
pemberhentian atau pemutusan hubungan dengan topik penelitian. Kemudian
kerja. Punishment kepada pekerja akan ditentukan rumusan masalah sampai
menimbulkan rasa yang tidak dengan kompilasi data
menyenangkan, hal tersebut guna agar Tahap 2 : Pengumpulan Data, Data-data
pekerja tidak melakukan kesalahan yang proyek yang diperlukan untuk pembuatan
sama. laporan serta analisis data.
Fungsi punishment: Tahap 3 :Analisis Data, Data yang
 Membatasi perilaku, menghalangi dianalisis yaitu terkait Pengaruh Safety
terjadinya pengulangan tingkah Induction, Reward, and Punishment
laku yang tidak diharapkan terhadap Kedisiplinan K3 dengan
 Bersifat mendidik menggunakan SPSS 21.
 Memperkuat motivasi untuk Tahap 4 : Kesimpulan, Kesimpulan disebut
menghindarkan diri dari tingkah juga pengambilan keputusan. Pada tahap
laku yang tidak diharapkan ini, data yang telah dianalisis dibuat suatu
Kedisiplinan K3 kesimpulan yang berhubungan dengan
Disiplin sangat diperlukan dalam dunia tujuan penelitian.
kerja karena dipandang sebagai faktor Uji Validitas
pengikat dan integrasi serta merupakan Menurut Azwar (1986) Validitas
kekuatan yang dapat memaksa individu berasal dari kata validity yang mempunyai
untuk mematuhi peraturan serta prosedur arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan
kerja yang telah ditentukan. Kedisiplinan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
berpengaruh terhadap keselamatan dan ukurnya.
kesehatan kerja agar karyawan dapat Suatu skala atau instrumen pengukur
menjalankan pekerjaan secara aman dan dapat dikatakan mempunyai validitas yang
sehat. Untuk itu pengetahuan dan tinggi apabila instrumen tersebut
pemahaman mengenai keselamatan dan menjalankan fungsi ukurnya, atau
kesehatan kerja (K3) harus diterapkan dan memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
diberikan kepada setiap karyawan.Menurut maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Kamus Besar Bahasa Indonesia disiplin Sedangkan tes yang memiliki validitas
merupakan latihan batin dan watak dengan rendah akan menghasilkan data yang tidak
maksud supaya segala perbuatannya selalu relevan dengan tujuan pengukuran.
mentaati tata tertib. Uji validitas yang digunakan adalah
Metode Penelitian memilih instrumen pertanyaan yang
Suatu penelitian harus dilaksanakan relevan untuk dianalisis.Uji validitas
secara sistematis dan dengan urutan yang dilakukan dengan melihat korelasi antar
jelas dan teratur, sehingga akan diperoleh skor masing-masing instrumen pertanyaan
hasil sesuai dengan yang diharapkan. Oleh dengan skor total.Perhitungan validitas
karena itu, pelaksanaan penelitian ini dibagi dilakukan dengan rumus tehnik korelasi
dalam beberapa tahap, yaitu : product moment.(Sugiyono, 2000).
Uji Reliabilitas parsial mempengaruhi variabel dependen.
Menurut Masri Singarimbun, Langkah-langkah pengujiannya adalah
realibilitas adalah indeks yang sebagai berikut :
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur 1. Menentukan formasi H0 dan H1
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila - Ha : bi= 0, berarti tidak ada
suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk pengaruh variabel independen
mengukur gejala yang sama dan hasil secara parsial terhadap variabel
pengukuran yang diperoleh relatif dependen.
konsisten, maka alat pengukur tersebut - Ha : bi ≠0, berarti ada pengaruh
reliable. variabel independen secara parsial
Dengan kata lain, realibitas menunjukkan terhadap variabel dependen.
konsistensi suatu alat pengukur di dalam 2. Menentukan kriteria pengujian
pengukur gejala yang sama. - Sig < (0,05) : berarti tidak ada
Menurut Brennan (2001: 295) pengaruh antara variabel
reliabilitas merupakan karakteristik skor, independen (X) secara parsial
bukan tentang tes ataupun bentuk terhadap variabel dependen (Y).
tes.Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28) - Sig > (0,05) : berarti ada pengaruh
reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil antara variabel independen (X)
pengukuran dengan alat tersebut dapat secara parsial terhadap variabel
dipercaya.Hasil pengukuran harus reliabel dependen (Y).
dalam artian harus memiliki tingkat
konsistensi dan kemantapan. C. PEMBAHASAN
1. Obyek Penelitian.
Uji Hipotesis Penelitian ini dilakukan di Proyek
Uji hipotesis digunakan untuk Pembangunan Menara USM, dengan obyek
menetapkan suatu dasar sehingga dapat penelitian para pelaku pekerjaan konstruksi
mengumpulkan bukti yang berupa data- yang terlibat dalam proses Proyek
data dalam menentukan keputusan apakah Pembangunan Menara USM dalam hal ini
menolak atau menerima kebenaran dari adalah personil perusahaan penyedia jasa
pernyataan atau asumsi yang telah dibuat. konstruksi pada Proyek Pembangunan
Uji Hipotesis juga dapat memberikan Menara USM.
kepercayaan diri dalam pengambilan Jumlah personil perusahaan penyedia jasa
keputusan yang bersifat Objektif. Uji konstruksi pada Proyek Pembangunan
hipotesis dalam penelitian in menggunakan Menara USM yang dijadikan responden
Uji t. pada penelitian ini sebanyak 40 (empat
Uji t digunakan untuk mengetahui puluh) orang. Untuk mengetahui
apakah variabel-variabel independen secara karakteristik responden dilakukan analisis
parsial berpengaruh nyata atau tidak deskriptif terhadap identitas responden
terhadap variabel dependen. Derajat yang meliputi jabatan responden, usia
signifikansi yang digunakan adalah 0,05. responden, tingkat pendidikan dan lama
Apabila nilai signifikan lebih kecil dari kerja.
derajat kepercayaan maka kita menerima 2. Uji Validitas
hipotesis alternatif, yang menyatakan Uji validitas digunakan untuk mengukur
bahwa suatu variabel independen secara valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dapat dikatakan valid apabila X2P2: Memperoleh hasil 0,155. Dengan hal
pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner ini X1P2 dianggap Tidak Valid karena nilai
mampu untuk mengungkapkan sesuatu R hitung 0,155 < 0,304 R tabel.
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Apabila R hitung > R tabel maka indicator X2P3: Memperoleh hasil 0,469. Dengan hal
tersebut dinyatakan Valid, tingkat ini X1P3 dianggap Valid karena nilai R
kepercayaan penelitian ini adalah 95% atau hitung 0,469 > 0,304 R tabel.
sig (0,05).
X2P4: Memperoleh hasil 0,618. Dengan hal
1. Hasil uji validitas pada variabel X1 ini X1P4 dianggap Valid karena nilai R
(safety induction) hitung 0,618 > 0,304 R tabel.
Pada uji validitas variabel X1 didapatkan
hasil pada instrument: X1P5: Memperoleh hasil 0,574. Dengan hal
ini X1P5 dianggap Tidak Valid karena nilai
X1P1: Memperoleh hasil 0,612. Dengan hal R hitung 0,574 > 0,304 R tabel.
ini X1P1 dianggap Valid karena nilai R
hitung 0,612 > 0,304 R tabel. Dikarenakan nilai R hitung pada X2P2
tidak valid, maka X2P2 di hapuskan.
X1P2: Memperoleh hasil 0,563. Dengan hal
Pada uji validitas variabel X2 yang ke 2
ini X1P2 dianggap Valid karena nilai R
didapatkan hasil pada instrument:
hitung 0,573 > 0,304 R tabel.
X2P1: Memperoleh hasil 0,408. Dengan hal
X1P3: Memperoleh hasil 0,313. Dengan hal ini X1P1 dianggap Valid karena nilai R
ini X1P3 dianggap Valid karena nilai R hitung 0,408 > 0,304 R tabel.
hitung 0,313 > 0,304 R tabel.
X2P3: Memperoleh hasil 0,512. Dengan hal
X1P4: Memperoleh hasil 0,707. Dengan hal ini X1P3 dianggap Valid karena nilai R
ini X1P4 dianggap Valid karena nilai R hitung 0,512 > 0,304 R tabel.
hitung 0,707 > 0,304 R tabel.
X2P4: Memperoleh hasil 0,726. Dengan hal
X1P5: Memperoleh hasil 0,549. Dengan hal
ini X1P4 dianggap Valid karena nilai R
ini X1P2 dianggap Valid karena nilai R
hitung 0,726 > 0,304 R tabel.
hitung 0,549 > 0,304 R tabel.

Dapat disimpulkan bahwa Uji validitas X1P5: Memperoleh hasil 0,527. Dengan hal
pada variabel X1 adalah valid, karena ini X1P5 dianggap Tidak Valid karena nilai
instrument (pertanyaan) kuisioner variabel R hitung 0,527 > 0,304 R tabel.
X1 mendapatkan hasil yang valid.
Dapat disimpulkan bahwa setelah Uji
2. Hasil uji validitas pada variabel X2 validitas yang ke 2 pada variabel X2 adalah
(Reward) valid, karena instrument (pertanyaan)
Pada uji validitas variabel X2 didapatkan kuisioner variabel X2 setelah X2P2 dihapus
hasil pada instrument: mendapatkan hasil yang valid.
X2P1: Memperoleh hasil 0,331. Dengan hal
ini X1P1 dianggap Valid karena nilai R 3. Hasil uji validitas pada variabel X3
hitung 0,331 > 0,304 R tabel. (Punishment)
Pada uji validitas variabel X3 didapatkan diandalkan, menurut kriteria nunnaly
hasil pada instrument: apabila nilai Cronbach alpha lebih
X3P1: Memperoleh hasil 0,408. Dengan hal besar dari 0,6 atau 60% maka variabel
ini X1P1 dianggap Valid karena nilai R tersebut dikatakan reliabel
hitung 0,408 > 0,304 R tabel. Hasil pengujian reliabilitas
dengan bantuan SPSS 21,00
X3P2: Memperoleh hasil 0,618. Dengan hal selengkapnya dapat dilihat pada tabel
ini X1P2 dianggap Valid karena nilai R berikut ini :
hitung 0,618 > 0,304 R tabel. Variabel Cronbach’s Ambang Keterangan
Alpha Batas
(Kriteria
X3P3: Memperoleh hasil 0,493. Dengan hal Nunnaly)
ini X1P3 dianggap Valid karena nilai R
X1 (Safety 69% 60% Reliabel
hitung 0,493 > 0,304 R tabel. induction)
X3P4: Memperoleh hasil 0,616. Dengan hal X2 (Reward) 63,1% 60% Reliabel
ini X1P4 dianggap Valid karena nilai R
hitung 0,616 > 0,304 R tabel. X3 61,6% 60% Reliabel
(Punishment)

Dapat disimpulkan bahwa Uji validitas Y1 78,4% 60% Reliabel


(Kedisiplinan
pada variabel X3 adalah valid, karena K3)
instrument (pertanyaan) kuisioner variabel
X3 mendapatkan hasil yang valid. 4. Uji Hipotesis (Uji t)
Coefficientsa
4. Hasil uji validitas pada variabel Y1 Model Unstandardized Standar t Sig.
Coefficients dized
(Kedisiplinan K3) Coefficie
Pada uji validitas variabel Y1 didapatkan nts
B Std. Beta
hasil pada instrument: Error
(Cons 2.83
6.356 2.241 .007
tant) 6
Y1P1: Memperoleh hasil 0,800. Dengan hal
SUMX
ini Y1P1 dianggap Valid karena nilai R .062 .076 .140 .819 .418
1
1
hitung 0,800 > 0,304 R tabel. SUMX
.068 .088 .131 .770 .447
2
SUMX
-.018 .093 -.034 -.199 .843
Y1P2: Memperoleh hasil 0,703. Dengan hal 3
a. Dependent Variable: SUMY1
ini Y1P2 dianggap Valid karena nilai R
hitung 0,703 > 0,304 R tabel
1. Pengaruh Variabel independen X1
terhadap Variabel dependen Y1
Dapat disimpulkan bahwa Uji validitas
Dari pengujian pengaruh Safety induction
pada variabel Y1 adalah valid, karena
terhadap Kedisiplinan K3, diperoleh t
instrument (pertanyaan) kuisioner variabel
hitung sebesar 0,819 dan signifikansi
Y1 mendapatkan hasil yang valid.
sebesar 0,418. 0leh karena itu nilai
signifikansi lebih besar dari α = 0,05. Maka
3. Uji Reliabilitas
Safety induction mempunyai pengaruh
Uji reliabilitas adalah indeks
parsial terhadap Kedisiplinan K3
yang menunjukan suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau
2. Pengaruh Variabel independen X2 dan signifikan terhadap
terhadap dependen Y1 Kedisiplinan K3 pekerja pada
Dari pengujian pengaruh Reward terhadap Proyek Pembangunan Menara
Kedisiplinan K3, diperoleh t hitung sebesar USM.
0,770 dan signifikansi sebesar 0,447. 0leh 2. Terbukti bahwa variabel Reward
karena itu nilai signifikansi lebih besar dari (X2) berpengaruh positif dan
α = 0,05. Maka Reward mempunyai signifikan terhadap Kedisiplinan K3
pengaruh parsial terhadap Kedisiplinan K3 pekerja pada Proyek Pembangunan
3. Pengaruh Variabel independen X3 Menara USM.
terhadap dependen Y1 3. Terbukti bahwa variabel
Dari pengujian pengaruh Punishment Punishment (X3) berpengaruh
terhadap Kedisiplinan K3, diperoleh t negatif terhadap Kedisiplinan K3
hitung sebesar 0,199 dan signifikansi pekerja pada Proyek Pembangunan
sebesar 0,843. 0leh karena itu nilai Menara USM.
signifikansi lebih besar dari α = 0,05. Maka
Punishment mempunyai pengaruh parsial F. DAFTAR PUSTAKA
terhadap Kedisiplinan K3
Departemen Tenaga Kerja. (1970).
Undang- undang Republik Indonesia
D. PEMBAHASAN
No. 1 tahun 1970 tentang
Y (Kedisiplinan K3) = 0,418 X1 + 0,447 X2 Keselamatan Kerja, Jakarta:
- 0,843 X3 + 0,007 C Departemen Tenaga Kerja.
X1 = Safety induction
X2 = Reward Departemen Tenaga Kerja. (1996).
Peraturan Menteri No. 5 tahun 1996
X3 = Punishment
tentang Sistem Manajemen
C = Constant Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Dari persamaan diatas maka dapat Jakarta: Departemen Tenaga Kerja
disimpulkan bahwa Kedisiplinan K3
memiliki nilai Constant dan dipengaruhi Ervianto, W.I., 2005, Manajemen Proyek
Kontruksi, Penerbit Andi
oleh variabel X1,X2, dan X3. Pengaruh
Yogyakarta, Yogyakarta.
yang paling signifikan adalah pada variabel
X3 yaitu Punishment, setelah itu pengaruh Geller, E.S., 2001. Working Safe: How to
signifikan ke dua adalah variabel X2 yaitu Help People Actively Care for Health
Reward, pengaruh yang paling kecil adalah and Safety. New York: Lewis
variabel X1 yaitu Safety induction, dan OHSAS 18001.2007 Occupational Health
variabel X1 dan X2 mempunyai nilai yang and Safety Management System-
relatif sama. Requirement. BSI American.

Reese, C. D., 2009, Occupational Health


E. KESIMPULAN And Safety Management, Edisi
Dari hasil penelitian yang telah Kedua, New York: CRC Press
dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut : Suma’mur, P. K., 1981, Keselamatan Kerja
dan Pencegahan Operasional, PT.
1. Terbukti bahwa variabel Safety Toko Gunung Agung, Jakarta
induction (X1) berpengaruh positif
Salim, M. Afif, dan Agus B. Siswanto, Siswanto, Agus Bambang, dan M. Afif
2019. “Analisis SWOT dengan Salim, 2019. “ Manajemen Proyek”.
metode kuesioner”. Pilar Nusantara, Pilar Nusantara, Semarang.
Semarang.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai