Anda di halaman 1dari 41

1

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

MEKANISME PEMBAYARAN AVAILABILITY PAYMENT


PADA PROYEK KPDBU SEKTOR TRANSPORTASI

Oleh:
Ir. Budi Ernawan, MPPM.
Plh. Direktur Pendapatan Daerah
Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah
KATEGORI DAN MITRA KERJA SAMA
DAERAH DALAM KERANGKA PP 28/2018

Sinergitas
Kerja Sama dengan Kerja Sama dengan Kerja Sama dengan Kerja Sama dengan
Perencanaan dan
Daerah Lain (KSDD) Pihak Ketiga Pemerintah Luar Lembaga Luar
Pelaksanaan
(KSDPK) Negeri (KSDPL) Negeri
Pembangunan

• Kerja Sama Wajib • Kerja Sama • Sister • Kerja Sama Teknik • Kerja Sama
• Kerja Sama Penyediaan Province/Sister • Kerja Sama dengan Instansi
Sukarela Layanan Publik City dengan vertikal
• Kerja Sama • Sister by Sector Universitas di LN Pemerintah
Pengelolaan Aset Cooperation • Kerja sama • Kerja Sama
• Kerja Sama dengan dengan Lembaga
Investasi Implementing Nonkementerian
• Kerja Sama Agencies dan NGO • Berbentuk Nota
Lainnya sesuai Kesepahaman
dengan peraturan
perundang-
undangan

2
PP 28/2018 Tentang
Pasal 13
Kerjasama Daerah
Dalam pelaksanaan KSDPK,
daerah diwakili oleh gubernur
atau bupati/wali kota yang SUBJEK HUKUM
bertindak untuk dan atas nama
daerah.
Gubernur atau bupati/wali kota
dapat memberikan kuasa kepada
pejabat di lingkungan perangkat KSDPK
daerah untuk menandatangani
kontrak/perjanjian kerja sama

JENIS KERJASAMA
Pasal 15
KSDPK meliputi:
KSDPK sebagaimana
a. kerja sama dalam penyediaan PP No 28 tahun 2018 & dimaksud pada huruf d
pelayanan publik; PMDN 22/2020 dapat berupa:
b. kerja sama dalam pengelolaan
a. Kerja sama dengan badan
aset untuk meningkatkan nilai Dilaksanakan sesuai
usaha berbadan hukum
tambah yang memberikan Ketentuan puu
dalam penyediaan
pendapatan bagi daerah; (PP 27/2014 & PMDN
infrastruktur; atau
c. kerja sama investasi; dan 19/2016)
b. kerja sama pengadaan
d. kerja sama lainnya yang
barang dan jasa, yang
bertentangan dengan ketentuan
dilaksanakan sesuai 3
peraturan perundang-undangan. 3
dengan ketentuan puu
REGULATORY KERJA SAMA DENGAN
MAPPING PIHAK KETIGA

KERJA SAMA DALAM KERJA SAMA DENGANBADAN KERJA SAMA


KERJA SAMA KERJA SAMA USAHA BERBADAN HUKUM
PENYEDIAAN DALAM PENYEDIAAN
PENGADAAN
PELAYANAN PUBLIK PENGELOLAAN ASET INVESTASI
INFRASTRUKTUR BARANG DAN JASA

PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 28 TAHUN 2020
TENTANG PERUBAHAN ATAS PP PERATURAN PRESIDEN RI
PERATURAN PRESIDEN RI PERATURAN PRESIDEN RI
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2014 NOMOR 12 TAHUN 2021
TENTANG PENGELOLAANBARANG
NOMOR 38 TAHUN 2015 NOMOR 38 TAHUN 2015
NOMOR 28 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN
MILIK NEGARA/DAERAH TENTANG TENTANG
TENTANG KERJA SAMA ATAS PERPRES NOMOR 16
KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN KERJASAMA PEMERINTAH
DAERAH
BADAN USAHA DENGAN BADAN USAHA TAHUN 2018 TENTANG
DALAM PENYEDIAAN DALAM PENYEDIAAN PENGADAAN BARANG/
PERMENDAGRI NOMOR INFRASTRUKTUR INFRASTRUKTUR JASA PEMERINTAH
19 TAHUN 2016
PERMENDAGRI TENTANG
NOMOR 22 TAHUN 2020 PEDOMAN PENGELOLAAN
TENTANG KERJA SAMA BARANG MILIK DAERAH PERMENDAGRI PERATURAN LEMBAGAKEBIJAKAN PERATURAN
DAERAH DENGAN DAERAH NOMOR 96 TAHUN 2016 PENGADAAN BARANG/JASA LEMBAGA KEBIJAKAN
LAIN KERJA SAMA DENGAN TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN
PEMBAYARAN KETERSEDIAAN PEMERINTAH
PIHAK KETIGA 2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI DALAM LAYAANAN DALAM RANGKA KERJA NOMOR 12 TAHUN 2021
TATA CARA PELAKSANAAN
NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMA PEMERINTAH DAERAH TENTANG
PENGADAAN BADAN USAHA PEDOMAN PELAKSANAAN
NOMOR 1 TAHUN 2016 DENGAN BADAN USAHA DALAM KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN PENGADAAN BARANG/JASA
TENTANG PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DI BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN PEMERINTAH MELALUI
PENGELOLAAN ASET DESA DAERAH INFRASTRUKTUR PENYEDIA
4
PERMENDAGRI NOMOR 22 TAHUN 2020
Pengertian pelayanan publik berdasarkan UU Nomor 25 Tahun 2009, Pasal 1 berbunyi “Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik”.

KSDPK dalam PMDN 22 Tahun 2020, tidak KSDPK dilakukan setelah daerah
meliputi kerja sama dalam hal: melakukan pemetaan urusan
1. kerja sama dalam pengelolaan aset untuk pemerintahan sesuai potensi dan
karakteristik daerah serta kebutuhan
meningkatkan nilai tambah
memberikan pendapatan bagi daerah;
2.kerja sama investasi;
yang
01 02 daerah yang dibuat dalam daftar kerja
sama setiap tahun dan ditetapkan dengan
3. Kerja sama dengan badan usaha berbadan Keputusan Kepala Daerah.
hukum dalam penyediaan infrastruktur;
4. kerja sama pengadaan barang dan jasa, KERJASAMA
yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
PENYEDIAAN
(Ditegaskan dalam PP Nomor 28 Tahun PELAYANAN
2018)
PUBLIK
Adanya penandatangan Kesepakatan
Bersama sebelum para pihak Adanya persetujuan DPRD apabila
menandatangani Perjanjian Kerja Sama
(PKS). Perjanjian Kerja Sama tidak melebihi 03 04 pelaksanaan KSDPK membebani
masyarakat dan daerah dan/atau
pendanaan KSDPK belum dianggarkan
masa berlakunya Kesepakatan Bersama
yaitu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat di dalam APBD tahun anggaranberjalan
perpanjang sesuai kesepakatan para pihak

5
6 6
7 7
8 8
DASAR HUKUM

UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah, PP 54/2017 tentang BUMD, PP 122/2015 tentang SPAM, PP No.
1. 12/2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Permendagri No. 77/2020 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Daerah, Permendagri 90/2019 dan Kepmendagri 50-5889/2021 tentang Hasil Verifikasi Validasi dan
Inventarisasi Klasifikasi Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah.

2. Perpres Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.

Permen PPN/Kepala Bappenas Nomor 2 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Permen PPN/Kepala Bappenas No. 4
3. Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur.
Peraturan Kepala LKPP Nomor 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama
4. Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Dalam Penyediaan Infrastruktur.

5. Permendagri Nomor 96 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment) Dalam
Rangka Kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Badan Usaha Untuk Penyediaan Infrastruktur di Daerah.

PMK Nomor 260/PMK.08/2016 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah
6. dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.
9
HUBUNGAN APBD DENGAN ANGGARAN BUMD

PENGEMBANGAN
USAHA
PMD
PEMBAYARAN
UTANG
BUMD

SUBSIDI SUBSIDI TARIF

10
Pelimpahan kewenangan sebagaimana
Pendirian BUMD dimaksud pada
ditetapkan dengan Perda. antara lain berupa:
a. perubahan anggaran dasar;
b. pengalihan aset tetap;
Bentuk c. kerja sama;
Perumda
d. investasi dan pembiayaan, termasuk
Pasal 4 ayat (3)
(KPM) pembentukan anak perusahaan
PP 54 /2017
PEMILIK dan/atau penyertaan modal;
Dapat Melimpahkan e. penyertaan modal Pemerintah
MODAL Kewenangan Daerah bersumber dari modal
kapitalisasi cadangan, keuntungan
revaluasi aset, dan agio saham;
f. pengangkatan dan pemberhentian
Kepala Dewan Pengawas, Komisaris, dan
Daerah Mengambil Direksi;
Kewena Keputusan
ngan g. penghasilan Dewan Pengawas,
Komisaris, dan Direksi;
Perseroda h. penetapan besaran penggunaan laba;
(RUPS) i. pengesahan laporan tahunan;
j. penggabungan, pemisahan,
PEMEGANG peleburan, pengambilalihan, dan
SAHAM k. pembubaran BUMD; dan jaminan
Pelaksana kewenangan dapat aset berjumlah lebih dari 5O% (lima
PASAL 2 AYAT 1 diberikan insentif yang puluh persen) dari jumlah kekayaan
bersumber dari hasil
bersih BUMD dalam 1 (satu) transaksi
Ketentuan pengelolaan Kekayaan
Pelaksanaan diatur Daerah Yang Dipisahkan. atau lebih;
dalam Peraturan pasal 3 ayat (5) PP 54/2017 11
Menteri
Struktur Kepengurusan BUMD
BUMD Perseroda BUMD Perumda

RUPS KPM

Komisaris DEWAS

Direksi komite Direksi komite

• Penetapan Komisaris/Dewan Pengawas, Direksi melalui fit and proper test.


• Penguatan Komite pada Komisaris/Dewan Pengawas.
Sumber Modal BUMD :

Sumber Modal
BUMD

Sumber Modal Penyertaan


Lainnya Modal Daerah

Hibah Pinjaman
PENYERTAAN MODAL DAERAH

1. Penyertaan modal Daerah kepada


BUMD dilakukan untuk: 2. Penyertaan modal Daerah
- pendirian BUMD; dapat berupa uang dan/atau
- penambahan modal BUMD; dan barang milik Daerah.
- pembelian saham pada perusahaan
perseroan Daerah lain.
Penyertaan
Modal Daerah

4. Penyertaan modal Daerah 3. Barang milik Daerah dinilai sesuai


ditetapkan dengan Perda nilai riil pada saat barang milik
Daerah dijadikan penyertaan
modal Daerah.
Penambahan Modal BUMD

Penambahan Modal
BUMD

Penyertaan modal Daerah


dalam rangka penambahan
modal BUMD dilakukan Penyertaan modal Daerah
untuk: untuk penambahan modal
BUMD dilaksanakan setelah
a. pengembangan usaha; dilakukan analisis investasi
b.penguatan struktur oleh Pemerintah Daerah dan
permodalan; dan tersedianya rencana bisnis
BUMD.
c.penugasan Pemerintah
Daerah.
PENGATURAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN
BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
Aspek Pengaturan
PERPRES 38/2015
Pemerintah Badan Usaha
1. Menteri 1. BUMN/BUMD
Subyek 2. Kepala Lembaga 2. Badan Usaha Asing
PERMEN PPN NO. 4/2015
TENTANG PANDUAN UMUM
Kerjasama 3. Kepala Daerah 3. Perseroan Terbatas
4. BUMN/BUMD 4. Koperasi PANDUAN SEKTORAL OLEH
KEMENTERIAN SEKTOR
Obyek
Infrastruktur Ekonomi dan Infrastruktur Sosial PERATURAN KEPALA LKPP
Kerjasama NO 19 TAHUN 2015 TENTANG
1. Pembangunan sebagian infrastruktur PENGADAAN BADAN USAHA;
Kontribusi
2.Dukungan pemerintah PEMBAYARAN
Pemerintah 3.Jaminan pemerintah KETERSEDIAAN LAYANAN;

1. Pembayaran oleh pengguna dalam bentuk tarif PERMENDAGRI


96 TAHUN 2016
(user charge).
Pengembalian
2. Pembayaran ketersediaan layanan (Availability
investasi Badan Payment).
PMK NO. 190/PMK. 08/2015
Usaha 3. Bentuk lain sepanjang tidak bertentangan dengan PENJAMINAN PEMERINTAH
Perundang-undangan. • Peraturan Presiden No. 78/2010
• PMK 260/PMK.011/2010
1. Tahap Perencanaan
Tahapan 2. Tahap Penyiapan DUKUNGAN PEMERINTAH
3. Tahap Transaksi PMK No. 223/PMK.11/2012 (VGF)
16
Perbedaan Skema Konvensional (APBD) dengan AP
Konvesional (APBD) AP
Penganggaran dan Kontraktual Dipecah dalam beberapa Kegiatan (Design, Konstruksi, Hanya Satu
Operasi, Pemeliharaan) (KPBDU/Kontrak AP)

Jangka Waktu 1. Konstruksi : 1. Sesuai Perjanjian/kontrak


a. 1 Tahun Anggaran
b. Tahun Jamak/Multiyears → kontrak tahun jamak max
masa jabatan KDH, persetujuan DPRD & KDH → dana 2. Pemeliharan oleh Badan Usaha
cadangan (PP 12/2019)
2. Pemeliharaan (setiap Tahun)

Beban Risiko Publik Bersama

Sumber Pendaanan untuk APBD (Pendapatan Daerah/Pinjaman) Badan Usaha


Konstruksi Jumlah (Rp) Jumlah (Rp) Relatif datar
Pembayaran (Tahunan) Berat di Awal (Sesuai kontrak 30 s.d 50 thn)

Waktu Waktu

Konstruksi Operasi Konstruksi Operasi


Manfaat AP Bagi Pemda
f
Tidak ada pembayaran selama ➢ AP dibayarkan untuk penyediaan jasa layanan.
Konstruksi ➢ PJKP tidak perlu membayar biaya konstruksi.

Pembayaran bersifat jangka AP dibayarkan selama periode operasi (30 s.d 50 Tahun).
panjang Sehingga dapat mengatasi keterbatasan fiskal daerah

Pembayaran dilakukan secara ➢ Jumlah pembayaran setiap tahun disesuaikan dengan


perjanjian kontrak.
cicilan ➢ Jumlah AP disesuaikan terhadap inflasi.
Struktur Pembayaran AP Jumlah AP meliputi:
Jumlah a) Design dan Konstruksi
(Rp) b) Operasi dan Pemeliharaan
c) Bunga pembayaran ke Bank
d) Profit untuk Badan Usaha

Jumlah AP

Waktu

Periode Operasi (15 Tahun)


Periode Konstruksi (3 Tahun)
18
PENGHITUNGAN BESARNYA “AVAILABILITY PAYMENT “
Skema AP
AP berdasarkan
kinerja layanan Belanja
APBD
APBD
Inflasi
alokasi AP Lender
Availability Payment
Debt Service
Periode konstruksi Periode operasi (30 tahun) Cicilan Badan
(3 tahun) PJPK AP
- PENALTY :
Usaha
AP = CAPEX : + OPEX : Perjanjian
• Debt service • Biaya • Bila kinerja Ka.SKPD kerjasama (Swasta)
• Barang Modal pemeliharaan layanan tidak pendapatan tarif &
• Beban penggantian • Administrasi sesuai target non tarif (x)
pegawai Capex Opex
• Tingkat
pengembalian Pengguna
Tidak ada pembayaran selama periode konstruksi jasa

Target output kinerja Layanan


- Jumlah penumpang yang diangkut per tahun;
- Ketepatan waktu kedatangan dan keberangkatan kereta api cepat;
- Pembangunan terminal bus sesuai rute yang dilayani;
- Kenyamanan penumpang atas fasilitas stasiun kereta api cepat;
- Ratio ruang kelas dengan jumlah siswa: 1:30;
- Membangun aula dgn fasilitas pengaturan suhu pendingin ruangan 23 o C.

19
Perencanaan, Pelaksanaan dan Penatausahaan APBD
Untuk Pembayaran Ketersediaan Layanan
(Availability Payment) dalam APBD

20
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN (UU 23/2014)

WAJIB PILIHAN

Berkaitan dengan pelayanan dasar Tidak berkaitan dengan pelayanan dasar

1. pendidikan; 1. kelautan dan perikanan;


2. kesehatan; 2. pariwisata;
3. pekerjaan umum & penataan 1. tenaga kerja; 9. perhubungan; 3. pertanian;
ruang; 2. pemberdayaan perempuan dan 10.komunikasi dan informatika; 4. kehutanan;
pelindungan anak; 11.koperasi, usaha kecil, dan 5. energi dan sumberdaya
4. perumahan rakyat &
3. pangan; menengah;
kawasan pemukiman; mineral;
4. pertanahan; 12.penanaman modal;
5. ketentraman & ketertiban 5. lingkungan hidup; 13.kepemudaan dan olah raga; 6. perdagangan;
umum serta perlindungan 6. administrasi kependudukan dan 14.statistik; 7. perindustrian; dan
masyarakat; pencatatan sipil; 15.persandian; 8. transmigrasi
6. sosial. 7. pemberdayaan masyarakat dan 16.kebudayaan;
desa; 17.perpustakaan; dan
8. pengendalian penduduk dan 18.kearsipan.
keluarga berencana;

21
KLASIFIKASI APBD
Klasifikasi APBD dalam Raperda Klasifikasi APBD dalam Raperkada
tentang APBD dirinci menurut: ttg Penjabaran APBD dirinci menurut:
a. Urusan Pemerintahan Daerah; a. Urusan Pemerintahan Daerah;
b. Bidang Urusan; b. Bidang Urusan;
c. Organisasi; c. Organisasi;
d. Program; d. Program;
e. Kegiatan; e. Kegiatan;
f. Sub Kegiatan; f. Sub Kegiatan;
g. Akun; g. Akun;
h. Kelompok; dan h. Kelompok;
i. Jenis i. Jenis
Pendapatan, Belanja, & Pembiayaan. j. Obyek;
k. Rincian Obyek; dan
l. Sub Rincian Obyek;
Pendapatan, Belanja, & Pembiayaan.

Klasifikasi APBD mengacu pada ketentuan per-UU-an mengenai Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur
Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah serta pemutakhirannya. --- Permendagri 90/2019 &
Kepmendagri 050-5889/2021.
22
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH (UU 23/2014)

23
PERMENDAGRI TENTANG KLASIFIKASI, KODEFIKASI DAN
NOMENKLATUR PERENCANAAN DAN KEUANGAN DAERAH
(SIMULASI)
URUSAN BIDANG URUSAN PROGRAM KEGIATAN SUB KEGIATAN
WAJIB PERHUBUNG PROGRAM
NASIONAL Kewenangan Kementerian Jenis Aktivitas / Layanan
BUKAN AN PERKERETAAPIAN Perhubungan
PELAYANAN
DASAR
KEGIATAN SUB KEGIATAN
PROVINSI Kewenangan Provinsi Jenis Aktivitas / Layanan
bidang Perhubungan

KODE BAKU KEGIATAN SUB KEGIATAN


TERSTANDAR KABUPATEN
/KOTA Kewenangan Kab/Kota Jenis Aktivitas / Layanan
bidang Perhubungan

AKUN KELOMPOK JENIS OBJEK RINCIAN OBJEK SUB RINCIAN OBJEK

BELANJA BELANJA OPERASI BARANG & JASA BELANJA JASA BELANJA JASA AP BELANJA JASA AP INFRA
PERKERETAAPIAN
BELANJA MODAL TANAH, GEDUNG & … … ….
BANGUNAN, DLL
24
STRUKTUR APBD PP 12/2019
PENDAPATAN BELANJA PEMBIAYAAN
Pendapatan Asli Daerah Belanja Operasi Penerimaan Pembiayaan
➢ Pajak Daerah ➢ SiLPA
➢ Belanja Pegawai
➢ Retribusi Daerah ➢ Pencairan Dana Cadangan
➢ Belanja Barang & Jasa
➢ Hasil Pengelolaan Kekayaan ➢ Penjualan Kekayaan Daerah yang
Daerah yang Dipisahkan ➢ Belanja Bunga Dipisahkan (Divestasi)
➢ Lain-lain PAD yang Sah ➢ Belanja Subsidi ➢ Penerimaan Pinjaman Daerah
Pendapatan Transfer ➢ Belanja Hibah ➢ Penerimaan Kembali Pemberian
➢ Transfer Pemerintah Pusat ➢ Belanja Bantuan Sosial Pinjaman Daerah
(Dana Perimbangan, DID, Otsus, ➢ Penerimaan Pembiayaan Lainnya
Keistimewaan & Dana Desa) Belanja Modal
sesuai per-UU-an
➢ Transfer Antar Daerah Belanja Tidak Terduga Pengeluaran Pembiayaan
(Pendapatan Bagi Hasil &
Bantuan Keuangan) ➢ Pembayaran Cicilan Pokok Utang
Belanja Transfer
Lain-lain Pendapatan yang Sah ➢ Penyertaan Modal Pemda
➢ Belanja Bagi Hasil (Investasi)
➢ Hibah
➢ Belanja Bantuan Keuangan ➢ Pembentukan Dana Cadangan
➢ Dana Darurat
➢ Pemberian Pinjaman Daerah
➢ Lain-Lain Pendapatan sesuai
per-UU-an ➢ Pengeluaran Pembiayaan Lainnya
sesuai per-UU-an
25
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Akun 5 : Belanja Daerah


Kelompok 1 : Belanja Operasi
LRA Jenis 02 : Belanja Barang & Jasa
Objek 02 : Belanja Jasa
Rincian Objek 10 : Belanja Jasa Ketersediaan Layanan (availability payment)
Sub Rincian Objek 0001 : Infrastruktur Transportasi

26
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Akun 2 : Kewajiban
NERACA Kelompok 1 : Jangka Pendek
Jenis 06 : Utang Belanja
Objek 02 : Utang Belanja dan Jasa
Rincian Objek 02 : Utang Belanja Jasa Ketersediaan Layanan
Sub Rincian Objek 0952 : Infrastruktur Transportasi
27
PERMENDAGRI TENTANG KLASIFIKASI, KODEFIKASI DAN
NOMENKLATUR PERENCANAAN DAN KEUANGAN DAERAH (SIMULASI)
URUSAN BIDANG URUSAN PROGRAM
KEGIATAN SUB KEGIATAN
Wajib Perhubungan Program Perkretaapian
Non PROVINSI Penyediaan Infrastruktur Perkretaapian Pembangunan Infrastruktur
Pelayanan Khusus Provinsi LRT
Dasar
LRA
AKUN KELOMPOK JENIS OBJEK RINCIAN OBJEK SUB RINCIAN OBJEK
BELANJA BELANJA OPERASI BELANJA BARANG DAN BELANJA JASA BELANJA JASA BELANJA
JASA KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR LRT
LAYANAN
5 2 02 02 10 0004
NERACA
AKUN KELOMPOK JENIS OBJEK RINCIAN OBJEK SUB RINCIAN OBJEK
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK UTANG BELANJA UTANG BELANJA UTANG BELANJA JASA UTANG BELANJA JASA
BARANG DAN JASA AP INFRA LRT

2 1 06 02 02 0955
AKUN KELOMPOK JENIS OBJEK RINCIAN OBJEK SUB RINCIAN OBJEK
KEWAJIBAN ASET TETAP UTANG BELANJA UTANG BELANJA UTANG BELANJA ALAT UTANG BELANJA ALAT
MODAL PERALATAN KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN BEDAH
DAN MESIN KESEHATAN
2 1 06 07 07 004

28
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

BELANJA JASA KETERSEDIAAN LAYANAN (AP)


DALAM PERMENDAGRI 90/2019 DAN
KEPMENDAGRI 50-3708/2020
Infrastruktur
▪ Transportasi
▪ Jalan
▪ SDA dan Irigasi
▪ Air Minum
▪ Sistem Pengelolaan Air Limbah dan Persampahan
▪ Telekomunikasi dan Informatika
▪ Ketenagalistrikan, Migas, EBT, dan Konservasi Energi
▪ Fasilitas Perkotaan
▪ Fasilitas Pendidikan
▪ Fasilitas Sarpras Olah raga dan Kesenian
▪ Kawasan
▪ Pariwisata
▪ Kesehatan
▪ Lembaga Pemasyarakatan
▪ Perumahan Rakyat
29
PJPK Menunjuk SKPD
berkenaan sbg PA

Perencanaan anggaran AP
SKPD sesuai objek KPDBU

Kebutuhan Anggaran
untuk pembayaran AP

TAPD
RKA SKPD
(menelaah dan
menjamin kepastian
KDH atas anggaran untuk
pembayaran AP)
AP I dianggarkan sesuai
perjanjian kerjasama
pada TA berkenaan
sebelum Commercial
Operation Date

Kelompok Belanja Operasi, diuraikan pada jenis, objek belanja


barang dan Jasa berkenaan
➢ Pelaksanaan pembayaran AP wajib dialokasikan oleh PJPK
berdasarkan perjanjian KPDBU dalam Perda tentang APBD dan
KRITERIA PEMBAYARAN Perkada tentang Penjabaran APBD.
➢ DPRD wajib menyetujui alokasi APBD untuk pembayaran AP yang
dialokasikan oleh PJPK selama masa perjanjian KPDBU.

31
➢ Kepala SKPD menyusun DPA-SKPD untuk AP setelah Perda tentang APBD dan
Perkada tentang Penjabaran APBD ditetapkan sesuai peraturan perundang-
undangan.
➢ PPKD selaku BUD mengesahkan DPA-SKPD setelah mendapat persetujuan
Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah.
➢ DPA-SKPD dijadikan dasar pelaksanaan Pembayaran AP kepada Badan Usaha.
➢ Atas dasar DPA-SKPD, Kepala SKPD menatausahakan keuangan untuk AP
PELAKSANAAN sesuai peraturan perundang-undangan.
ANGGARAN ➢ Kepala SKPD dapat melakukan Pembayaran Ketersediaan Layanan setelah
mendapat persetujuan dari Kepala Daerah selaku PJPK dan Badan Usaha telah
memenuhi kondisi sebagai berikut:
❖ Layanan infrastruktur yang dikerjasamakan telah dibangun dan
dinyatakan siap beroperasi.
❖ Kepala Daerah menyatakan bahwa infrastruktur telah memenuhi output
dan indikator kinerja (perjanjian KPDBU).
❖ Setiap AP dilakukan secara tepat waktu dan memperhatikan sistem dan
prosedur pelaksanaan dan penatausahaan keuangan

32
Pemberian Pertimbangan atas Usulan Proyek KPDBU
Provinsi dan Kab/Kota yang Menggunakan Skema
Pengembalian Investasi Melalui APBD

33
PROSES PERTIMBANGAN UNTUK PROVINSI

Gubernur menyampaikan Pertimbangan dilakukan dg Mendagri memberikan pertimbangan


Gubernur menyampaikan Gubernur memproses Gubernur bersama DPRD memperbaiki
dokumen OBC, FBC, dan meneliti kesesuaian dok renc. kepada Gubernur paling lama 15 hari sejak
ranperda yg telah disetujui Raperda PDRD menjadi Ranperda PDRD sesuai dengan rekomendasi,
proyeksi penghitungan Keg.PDRD
Perda KPBUsesuai
dg RPJMD, RKPD, usulan KPBU diterima.
bersama dg DPRD kepada lalu menyampaikan hasil perbaikan kepada
pembayaran AP kepada KUA-PPAS, & kelayakan
Mendagri, dan Mendagri ketentuan Per-UU-an
Mendagri unt mendapat kemampuan keuangan daerah Mendagri dan Menkeu paling lama 7 hari.
pertimbangan berdasarkan OBC dan FBC

PENOLAKAN

Mendagri berkoodinasi dg Pertimbangan Mendagri diberikan


Menkeu dalam hal renc. berdasarkan kesepakatan rakor paling lama
Keg. KPBU 3 hari setelah rakor antara Mendagri
mengikutsertakan dukungan dengan Menkeu.
Pemerintah (PDF, VGF, Paling lama 3 hari setelah
rakor Mendagri dg Menkeu
Penjaminan)
Pasal 33 Permendagri 96/2016

34
PROSES PERTIMBANGAN UNTUK KAB/KOTA

Bupati/Walikota Pertimbangan dilakukan dg Gubernur memberikan pertimbangan


Gubernur menyampaikan Gubernur memproses Gubernur bersama DPRD memperbaiki
menyampaikan dokumen OBC, meneliti kesesuaian dok renc. kepada Bupati/Walikota paling lama 15 hari
ranperda yg telah disetujui Raperda PDRD menjadi Ranperda PDRD sesuai denganSebelum
rekomendasi,
FBC, dan proyeksi Keg.PDRD
Perda KPBUsesuai
dg RPJMD, RKPD, sejak usulan KPBU diterima.
bersama dg DPRD kepada lalu menyampaikan hasil pertimbangan,
perbaikan kepada
penghitungan pembayaran AP KUA-PPAS, & kelayakan Gubernur memberikan
Mendagri, dan Mendagri ketentuan Per-UU-an
kepada Gubernur unt kemampuan keuangan daerah Mendagri
konsultasidan Menkeu
dulu paling lama
ke Mendagri 7 hari.
c.q. Dirjen
mendapat pertimbangan berdasarkan OBC dan FBC Keuangan Daerah

PENOLAKAN

Mendagri berkoodinasi dg Pertimbangan Gubernur diberikan


Menkeu dalam hal renc. berdasarkan kesepakatan rakor paling lama
Keg. KPBU 3 hari setelah rakor antara Mendagri
mengikutsertakan dukungan dengan Menkeu.
Pemerintah (PDF, VGF, Paling lama 3 hari setelah
rakor Mendagri dg Menkeu
Penjaminan)
Pasal 34 Permendagri 96/2016

35
Tujuan Pertimbangan Kemendagri/Gubernur

1. Kesesuaian KPDBU
Untuk meneliti dan menilai kesesuaian dokumen rencana kegiatan KPDBU dengan
RPJMD, RKPD, KUA dan PPAS, RENBIS dan RKA BUMD.

2. Kelayakan Kemampuan Keuangan Daerah dan BUMD


Untuk meneliti dan menilai kelayakan kemampuan keuangan daerah pada tahapan studi
awal atau Outline Business Case (“OBC”) dan studi penyiapan atau Final Business Case
(“FBC”)
Parameter Evaluasi Kelayakan Keuangan Daerah untuk AP
RASIO KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH Total AP ditambah total pinjaman daerah tidak
Memenuhi ketentuan rasio kemampuan melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari
keuangan daerah untuk mengembalikan jumlah penerimaan umum APBD tahun
pinjam yang ditetapkan pemerintah. Rasio sebelumnya.
dihitung dengan rumus berikut:
Pembatasan ini diperlukan dalam rangka
menjaga kemampuan keuangan daerah untuk
melakukan pembayaran AP. Secara akuntansi,
i RKMKL = Rasio Kemampuan Membayar Kembali Jasa Ketersediaan
pembayaran AP dapat dicatat sebagai
Layanan yang bersangkutan
PAD = Pendapatan Asli Daerah pengurangan liabilitas penyewaan asset (capital
DAU = Dana Alokasi Umum ii
DBH = Dana Bagi Hasil leasing liabilities). Karenanya, perlu ada batasan
DBHDR = Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi
AW = Alokasi Wajib
besaran AP agar APBD tidak terlalu terbebani.
BW = Belanja Wajib Hal ini juga untuk menjaga kepercayaan Badan
KWP = Kewajiban pinjaman yang ada (pokok+wajib) di tahun I
X = Rasio kemampuan membayar jasa layanan adalah 2,5x atau Usaha terhadap Pemerintah Daerah sebagai PJPK
bergantung terhadap batasan yang ditetapkan oleh peta akan kemampuan keuangan mereka dalam
fiscal Pemerintah
memenuhi perjanjian yang ada.

Tidak mempunyai tunggakan atas pengem-


iii balian pinjaman yang bersumber dari
Pemerintah
37
Dokumen-Dokumen Utama yang Dibutuhkan untuk Pengajuan
Pertimbangan AP

Neraca pada Perda Pelaksanaan


1 SK Tim KPBU/Simpul KPDBU 2 Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
selama 3 (tiga) tahun terakhir

Kerangka acuan kegiatan KPDBU, yaitu


Dokumen-dokumen Perencanaan (a.l.
3 RPJPD, RPJMD, RKPD, KUA-PPAS) 4 Draf OBC/OBC Akhir dan Draf
FBC/FBC Akhir

Pernyataan tidak mempunyai tunggakan


5 Rencana keuangan KPDBU 6 atas pengembalian pinjaman yang
berasal dari Pemerintah

Perbandingan total pembayaran AP dan


Perhitungan rasio kemampuan total pinjaman tidak melebihi 75% (tujuh
7 keuangan daerah untuk memenuhi 8 puluh lima persen) dari jumlah
kewajiban Tahun I AP baru penerimaan umum APBD tahun
sebelumnya

38
KETENTUAN LAIN-LAIN

BUMD
selaku
▪ Direksi BUMD dapat bertindak sebagai PJPK.
PJPK ▪ Dalam hal Direksi BUMD sebagai PJPK, pembayaran AP
untuk penyediaan infrastruktur di daerah dilaksanakan
berdasarkan perjanjian kerjasama.

▪ Pendanaan pengadaan tanah dapat bersumber dari


BUMD atau dari Badan Usaha Pelaksana melalui
kerjasama dengan BUMD yang bersangkutan.

▪ Pengaturan BUMD dalam skema KPDBU untuk


penyediaan infrastruktur di daerah lebih lanjut
berpedoman pada peraturan perundang-undangan di
bidang pengelolaan keuangan daerah (akan
diakomodir dalam RPP ttg BUMD; pengelolaan BUMD
mrpkn sub sistem dari pengelolaan keuda).

39
HAL-HAL TEKNIS YANG MENJADI PERHATIAN DALAM PEMBERIAN AP

Availibility Payment dalam kerangka KPBU diharapkan mampu mengatasi keterbatasan


1. kemampuan fiskal daerah dan menyediakan layanan yang berkualitas termasuk layanan
infrastruktur di BUMD

Mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar pelayanan yang diterima, atau


2. dalam hal tertentu mempertimbangkan kemampuan membayar pengguna.

Memberikan kepastian pengembalian investasi Badan Usaha dalam Penyediaan


3. Infrastruktur melalui AP.

Minat Badan Usaha atau Swasta bekerjasama dengan pemerintah daerah melalui KPDBU menjadi
4. tinggi, apabila daerah dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada hambatan dalam pembayaran
setiap tahun, tidak tergantung pada political will & dampak Pemilukada.

Untuk kepastian pelaksanaan program dan kegiatan melalui skema Availibility Payment
5. KPBU agar dituangkan ke dalam dokumen perencanaan(RPJMD, RKPD serta KUA-PPAS dll).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai