Abstrak:
Artikel ini bertujuan untuk mengevaluasi persiapan dari segi keterampilan komunikasi
dan penyelesaian konflik dalam membentuk pernikahan yang harmonis. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan dengan pendekatan kualitatif.
Melalui analisis literatur, artikel ini menggali informasi dan memperoleh pemahaman
tentang pentingnya keterampilan komunikasi yang efektif dalam mengungkapkan
perasaan dan kebutuhan, serta penyelesaian konflik yang sehat dalam membentuk
keluarga yang kokoh. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi yang
efektif berperan penting dalam membangun hubungan yang sehat. Kemampuan
mendengarkan dengan aktif, berempati, dan menggunakan ungkapan yang berpusat pada
diri sendiri menjadi dasar yang kuat dalam memperkuat pemahaman dan membangun
komunikasi yang sehat antara pasangan. Selain itu, penyelesaian konflik yang efektif juga
memiliki peran penting dalam membentuk keluarga yang harmonis. Kesadaran akan
pentingnya penyelesaian konflik yang sehat, pengembangan keterampilan penyelesaian
masalah, dan kemampuan mencari solusi yang saling menguntungkan membantu
membangun ikatan yang kuat dan memperkuat kepercayaan antar anggota keluarga.
Melalui artikel ini, diharapkan pasangan dan anggota keluarga dapat memahami
pentingnya keterampilan komunikasi yang efektif dan penyelesaian konflik yang sehat
dalam membentuk pernikahan yang harmonis dan keluarga yang kokoh. Dengan
kesadaran, komitmen, dan upaya bersama, pasangan dan anggota keluarga dapat
membangun fondasi yang kuat untuk menghadapi konflik dan mengembangkan
hubungan yang saling mendukung dan harmonis.
Kata Kunci : Pernikahan, Harmonis, Komunikasi, Penyelesaian Konflik
Pendahuluan
Pernikahan merupakan ikatan suci antara dua individu yang bertujuan
menciptakan kehidupan yang harmonis dan penuh kasih. Namun, mencapai
keharmonisan dalam pernikahan tidak selalu mudah. Setiap pasangan akan menghadapi
tantangan dan konflik yang bisa mengganggu kedamaian dalam hubungan mereka. Oleh
karena itu, penting bagi pasangan untuk mempersiapkan diri dengan baik sebelum
memasuki ikatan pernikahan.
Dalam perjalanan menuju pernikahan yang harmonis, keterampilan komunikasi
yang baik menjadi kunci penting. Komunikasi yang efektif dan terbuka antara pasangan
membantu dalam membangun saling pengertian, kepercayaan, dan keintiman emosional.
Dalam konteks pernikahan, kemampuan untuk saling mendengarkan dengan penuh
perhatian, mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan jujur, serta menghargai
pandangan dan perspektif pasangan sangat penting. Keterampilan komunikasi yang baik
juga membantu dalam menghindari kesalahpahaman dan mempercepat penyelesaian
masalah.
Selain itu, kemampuan penyelesaian konflik yang efektif juga sangat penting
dalam membentuk pernikahan yang harmonis. Setiap pasangan pasti akan menghadapi
perbedaan pendapat dan konflik dalam perjalanan hubungan mereka. Namun, bagaimana
konflik tersebut ditangani dapat menentukan arah pernikahan. Pasangan yang mampu
mengelola konflik dengan bijaksana dan membuka ruang untuk pemahaman bersama
akan dapat memperkuat ikatan mereka. Bagaimanapun, penting bagi pasangan untuk
memiliki keterampilan penyelesaian konflik yang sehat, yang melibatkan kemampuan
untuk mengemukakan masalah dengan bijaksana, mendengarkan dengan empati, mencari
solusi yang saling menguntungkan, dan bekerja sama menuju kompromi yang
memuaskan kedua belah pihak.
Dalam artikel ini, kita akan mengevaluasi persiapan pasangan dari segi
keterampilan komunikasi dan penyelesaian konflik sebelum memasuki ikatan pernikahan.
Kita akan menjelajahi berbagai strategi dan teknik yang dapat membantu pasangan
membangun keterampilan ini. Dari komunikasi yang efektif dalam mengungkapkan
perasaan dan kebutuhan, hingga strategi penyelesaian konflik yang konstruktif Melalui
pemahaman dan penerapan keterampilan komunikasi yang baik serta penyelesaian konflik
yang efektif, pasangan dapat menciptakan lingkungan yang saling mendukung dan
membangun dalam pernikahan mereka. Dengan kerja sama yang kuat dan komunikasi
yang terbuka, pasangan dapat merayakan keberagaman mereka dan tumbuh bersama dalam
ikatan pernikahan yang harmonis.
Metode Penelitian
Penelitian ini mengadopsi metode studi kepustakaan dalam pendekatan kualitatif.
Studi kepustakaan adalah analisis literatur yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman
tentang topik yang sedang diteliti. Pendekatan ini melibatkan analisis dan interpretasi
terhadap berbagai jenis referensi, seperti buku, artikel, internet, dan dokumen relevan
lainnya (Mardalis 1999) . Dalam studi ini, peneliti menggunakan teknik interpretasi untuk
mengungkap makna dan menjelaskan secara kritis teks atau fenomena yang diamati, serta
menghubungkannya dengan konteks yang sesuai. Studi kepustakaan sebagai metode
penelitian kualitatif yang kuat memungkinkan analisis terperinci terhadap sumber-sumber
referensi dalam bentuk teks dan penampilannya sesuai dengan tujuan penelitian yang
telah ditetapkan. Pentingnya sumber literatur yang valid, terkini, dan dapat dipercaya juga
ditekankan untuk memastikan akurasi dan kecocokan temuan dengan tujuan penelitian.
Ekspresi emosi yang sehat: Mengungkapkan perasaan dengan cara yang sehat dan
memadai adalah kunci dalam komunikasi yang efektif. Ini melibatkan
kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengartikulasikan emosi secara jelas
tanpa menyalahkan atau menyerang pasangan. Mengakui emosi kita sendiri dan
mengkomunikasikannya dengan tenang dan terkontrol akan membantu pasangan
untuk memahami dan merespons dengan lebih baik.
⮚ Mendengarkan secara aktif: Komunikasi yang efektif juga melibatkan
kemampuan untuk mendengarkan pasangan secara aktif dan penuh perhatian. Ini
berarti memberikan perhatian sepenuhnya kepada pasangan tanpa gangguan,
menghargai apa yang mereka sampaikan, dan menunjukkan minat yang tulus.
Mendengarkan secara aktif membantu kita memahami perasaan dan kebutuhan
pasangan dengan lebih baik, sehingga memungkinkan respon yang lebih baik
pula.
Pembahasan penting lain dalam persiapan pernikahan adalah penyelesaian konflik.
Konflik adalah bagian tak terhindarkan dalam setiap hubungan, termasuk pernikahan.
Namun, yang membedakan pernikahan yang harmonis adalah kemampuan pasangan untuk
secara bijaksana dan efektif menyelesaikan konflik yang muncul. De Gevona dan Rice
(2005) mengatakan bahwa keberhasilan maupun potensi konflik dalam hidup perkawinan
sudah dapat diprediksi sejak masa persiapan pernikahan. Untuk mencapai hal ini, persiapan
yang baik dalam hal penyelesaian konflik sangat penting. Dalam artikel ini, kita akan
mengevaluasi persiapan dari segi penyelesaian konflik yang dapat membantu pasangan
membangun fondasi yang kokoh untuk pernikahan yang harmonis.
Kesadaran akan pentingnya penyelesaian konflik yang sehat dan konstruktif adalah
langkah awal yang penting dalam evaluasi persiapan. Pasangan harus menyadari bahwa
konflik adalah kesempatan untuk pertumbuhan dan pemahaman yang lebih dalam. Dalam
melihat konflik sebagai peluang, pasangan dapat lebih terbuka untuk belajar dari
pengalaman tersebut dan mencari solusi yang saling menguntungkan.
Selanjutnya, penting untuk mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif
dalam penyelesaian konflik. Hal ini melibatkan kemampuan untuk mendengarkan secara
aktif dan empati, memahami perspektif pasangan, dan mengungkapkan ketidaksetujuan
dengan sopan. Dalam komunikasi konflik, penting untuk menghindari serangan pribadi
atau mengambil posisi yang defensif. Pasangan harus belajar untuk berbicara dengan
tenang, menggunakan ungkapan yang jelas dan memfokuskan pada masalah yang harus
diselesaikan.
Selain itu, kemampuan untuk mencari solusi yang saling menguntungkan juga
merupakan aspek penting dalam penyelesaian konflik. Pasangan harus berusaha untuk
mengidentifikasi tujuan bersama dan bekerja sama untuk mencapainya. Ini melibatkan
kemampuan untuk melihat di luar kepentingan pribadi dan mempertimbangkan kebutuhan
dan keinginan pasangan. Kompromi dan kerja sama adalah kunci dalam mencapai solusi
yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
Selama evaluasi persiapan penyelesaian konflik, penting juga untuk mengembangkan
kesadaran akan gaya penyelesaian konflik yang mungkin muncul. Pasangan harus melihat
apakah mereka cenderung menghindari konflik, mengambil posisi yang dominan, atau
mengikuti gaya kompromi. Mengetahui gaya penyelesaian konflik yang dominan dapat
membantu pasangan untuk lebih memahami bagaimana mereka merespons konflik dan
mencari cara yang lebih efektif untuk menyelesaikannya.
Selain itu, pasangan juga perlu mempersiapkan strategi untuk menghadapi konflik
yang lebih kompleks dan intens. Hal ini melibatkan kemampuan untuk mengendalikan
emosi dalam situasi yang tegang, mencari bantuan dari profesional jika diperlukan, dan
memahami bahwa beberapa konflik membutuhkan waktu dan upaya yang lebih banyak
untuk diselesaikan.
Dalam evaluasi persiapan penyelesaian konflik, penting juga untuk mengakui bahwa
pernikahan adalah perjalanan yang terus berubah. Pasangan harus siap untuk terus belajar
dan berkembang dalam penyelesaian konflik. Perubahan kebutuhan, prioritas, dan
dinamika hubungan dapat mempengaruhi cara penyelesaian konflik dilakukan. Oleh
karena itu, fleksibilitas dan komitmen untuk terus memperbaiki penyelesaian konflik
menjadi kunci dalam mencapai pernikahan yang harmonis.
Dalam rangka membangun pernikahan yang harmonis, evaluasi persiapan dari segi
penyelesaian konflik sangat penting. Dengan kesadaran akan pentingnya penyelesaian
konflik yang sehat, pengembangan keterampilan komunikasi yang efektif, pencarian solusi
yang saling menguntungkan, kesadaran akan gaya penyelesaian konflik yang mungkin, dan
kesiapan untuk belajar dan berkembang, pasangan dapat membangun fondasi yang kokoh
untuk pernikahan yang harmonis dan bahagia.
Kesimpulan
Dalam kajian di atas, kita mengevaluasi persiapan dari segi keterampilan komunikasi
dan penyelesaian konflik dalam membentuk pernikahan yang harmonis. Keterampilan
komunikasi yang efektif dalam mengungkapkan perasaan dan kebutuhan menjadi fondasi
yang kuat untuk membangun hubungan yang sehat. Kemampuan untuk mendengarkan
dengan aktif, berempati, dan menggunakan ungkapan yang berpusat pada diri sendiri
membantu pasangan dalam saling memahami dan merespons dengan baik.
Sementara itu, penyelesaian konflik yang efektif berperan penting dalam membentuk
keluarga yang kokoh. Kesadaran akan pentingnya penyelesaian konflik yang sehat,
pengembangan keterampilan komunikasi yang efektif, dan pencarian solusi yang saling
menguntungkan membantu membangun komunikasi yang sehat dan memperkuat
pemahaman serta empati antar anggota keluarga. Selain itu, penyelesaian konflik juga
mengajarkan keterampilan penyelesaian masalah yang bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari dan membantu membangun kepercayaan serta ikatan yang lebih kuat.
Dalam rangka mencapai pernikahan yang harmonis dan keluarga yang kokoh, penting
untuk memahami dan mengasah keterampilan komunikasi dan penyelesaian konflik.
Melalui kesadaran, latihan, dan kesediaan untuk terus belajar dan berkembang, pasangan
dan anggota keluarga dapat membangun fondasi yang kuat untuk menghadapi tantangan
dan mengembangkan hubungan yang saling mendukung dan harmonis.
Dalam kesimpulan, investasi dalam keterampilan komunikasi yang efektif dan
penyelesaian konflik yang sehat adalah langkah penting dalam membentuk pernikahan
yang harmonis dan keluarga yang kokoh. Dengan kesadaran, komitmen, dan upaya
bersama, pasangan dan anggota keluarga dapat mengembangkan hubungan yang saling
memahami, empatik, dan berlandaskan rasa saling menghormati.
Daftar Pustaka
Purnamasari, L., & Iwannudin, I. (2018). Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) Dalam
Membina Keharmonisan Rumah Tangga Di Kecamatan Metro Timur. JURNAL
MAHKAMAH: Kajian Ilmu Hukum Dan Hukum Islam, 3(2), 323-348.
Hidayat, R., Sugianto, S., Utama, E. P., & Noor, M. A. B. M. (2022). BIMBINGAN
KONSELING PRA NIKAH SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN
KELUARGA BAHAGIA DAN IDEAL DALAM PERSPEKTIF HUMANISTIK
CARL R. ROGERS. Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam, 4(1), 45-64.
Najah, U., Desyanty, E. S., & Widianto, E. (2021). Kontribusi Program Pembinaan Calon
Pengantin Terhadap Kesiapan Berumah Tangga Bagi Masyarakat Kota Malang.
Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 7(3), 1303-1312.
Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) Dalam Membina
Keharmonisan Rumah Tangga
Di Kecamatan Metro Timur
1
Lili Purnamasari, 2 Iwannudin
Institut Agama Islam Ma’arif NU (IAIM NU) Mrto Lampung
E-mail: 1 lilipurnamasari4@gmail.com,
2
iwannudin000@gmail.com
Abstract
Marriage is a sunnatullah that applies to all creatures of
God, both humans, animals, and plants. Islam views that
quality marriage will be measured from the process of pre,
right, and post marriage. How someone starts the process of
looking for a prospective wife or husband until the marriage
contract and post-marriage will have offspring, all of which
are clad in a clear Shari'a. So that the hope when having
children, is that children who are pious and pious, can
provide benefits to the people. Based on this matter, the
Ministry of Religion took the initiative to implement the
Candidate Candidate Course program in accordance with
the government regulations that had been made.
This research is a type of field research. The nature of this
research is qualitative descriptive. In this study data
collection methods used were observation, interview and
documentation. In analyzing data, researchers used an
inductive approach.
The results of the study explained that what is meant by pre-
marriage debriefing is the process of transforming behavior
and attitudes in groups or the smallest social unit in society
towards prospective brides. Quality marriage is a condition
where marriage can produce happiness, conformity and
stability of marriage. While the level of quality of marriage
itself is influenced by factors such as optimal family
composition, family life cycle, socio-economic feasibility and
suitability of roles, social and personal resource factors of
husband and wife even by premarital conditions. That the
sakinah family is a family that all family members feel love,
security, peace, protection, happiness, blessing, respect,
respect, trust and blessed by Allah SWT.
1
Boedi Abdullah, Beni Ahmad Saebani, Perkawinan Perceraian
Keluarga Muslim, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 17
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:
Diponegoro, 2006), hlm. 417
3
Boedi Abdullah, Beni Ahmad Saebani, Perkawinan Perceraian
Keluarga Muslim., hlm. 17
4
Habib Ismail dan Nur Alfi Khotamin, “Faktor dan Dampak
Perkawinan Dalam Masa Iddah (Studi Kasus di Kecamatan Trimurjo
Lampung Tengah),” JURNAL MAHKAMAH 2, no. 1 (3 Agustus 2017):
hlm. 137, https://doi.org/10.25217/jm.v2i1.81.
5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., hlm. 61
6
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Bukhari Muslim, (Surabaya, Bina
Ilmu, 2005), hal. 480
7
Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Kementerian
Agama, Buku Pegangan Calon Pengantin, (Jakarta: Dirjen Bimas Islam
dan Penyelenggaraan Haji Kementerian Agama, 2003), hlm. 17-263
8
Departemen Agama, Pedoman Pembantu Pegawai Pencatat
Nikah, (Jakarta: Dirjen Bimas Islam da Penyelenggara Haji, 2004), hlm.
58
9
Jamil Sahrodi dkk, Membedah Nalar Pendidikan Islam,
Pengantar kearah Ilmu Pendidikan Islam, (Cirebon: Pustaka Rihlah
Group, 2005), hlm. 76-78
10
Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, (Bandung: Rosda
Karya, 2006), hlm. 64
11
Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari Teori hingga
Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 12-13.
12
HD. Sujana, Pendidikan Nonformal, Wawasan Sejarah
Perkembangan Filsafat Teori Pendukung Asas, (Bandung: Falah
Production, 2004), hlm. 54.
13
HD. Sujana, Pendidikan Nonformal, Wawasan Sejarah ,
hlm. 56-57
14
Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Kementerian
Agama RI, Nomor D/71/1999, pasal 3.
15
Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor
D/71/1999, pasal 4
16
Departemen Agama, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta:
Dirjen BMI dan PUH, 2003), hlm. 50-52.
17
Departemen Agama, Membina Keluarga Sakinah, hlm. 52-54.
18
Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari Teori hingga
Apikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 13.
19
Wawancara dengan Bastomi (Kepala KUA Kecamatan Metro
Timur) tanggal 20 Mei 2018 di Metro Timur.
20
Wawancara dengan Bapak Bastomi (Ka KUA Kecamatan Metro
Timur) tanggal 20 Mei 2018 di KUA Kecamatan Metro Timur.
21
Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Kementerian
Agama RI, Nomor D/71/1999, pasal 3.
Daftar Pustaka
Rahmat Hidayat
Institut Agama Islam An Nur Lampung
hidayatrahmat677@gmail.com
Sugianto
Institut Agama Islam An Nur Lampung
sugiantoalfaruqi3@gmail.com
ABSTRAC
Marriage is sunnatullah, for everything in the world is created in pairs. In this
paper, the author aims to uncover the guidance of premarital counseling to realize a
happy family perspective of Carl R. Rogers. The results showed that the premarital
counseling guidance approach was from the perspective of Carl R. Roger through a
humanistic approach. This approach is carried out with the stages of forming a
mindset and forming a soul pattern based on Islamic religious values. thus, if the
mindset and pattern of the soul are based on Islamic values, then the justification of
the motivation will be in accordance with the rules of Islamic shari'a.
Keywords: Pre-Marriage Conseling; Happy and Ideal; Humanistic
Approach.
45
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol.4 No.1 Januari-Juni 2022
A. PENDAHULUAN
Islam memandang pernikahan sebagai suatu bentuk ibadah
yang kompleks karena meliputi semua aspek, baik aspek materi, jiwa,
waktu, dan tenaga. Dibalik tanggung jawab yang besar, pernikan juga
mempunyai manfaat dalam struktur sosial masyarakat. Kepentingan
sosial itu adalah memelihara kelangsungan jenis manusia, memelihara
keturunan, menjaga keselamatan masyarakat dari segala macam
penyakit yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta
menjaga ketenteraman jiwa.
Perbedaan antara dua orang baik dari perbedaan latar belakang,
perbedaan jenis kelamin, perbedaan budaya dan adat istiadat dapat
disatukan melalui ikatan pernikahan. Melalui ikatan pernikan ini,
dapat digunakan untuk mewujudkan tatanan sosial yang harmonis1.
Hal ini sesuai dengan rumusan yang terkandung dalam Undang-
Undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 1 bahwa: Perkawinan merupakan
ikatan lahir dan batin antara seorang wanita dengan seorang pria
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Menikah mempunyai dua peluang yang sama besar. Jika
masing-masing mampu menyeimbangkan antara hak dan
kewajibannya masing-masing maka akan terwujud keluarga yang
sakinah, mawadah dan rahmah. Sebaliknya, jika masing-masing saling
menuntuk haknya dan mengabaikan kewajibanya masing-masing,
maka untuk mewujudkan sakinah, mawadah dan rahmah akan sulit 2.
Selain itu, pernikahan juga menjadi fenomena sosial, karena pernikahan
menghubungkan dua keluarga besar yang berbeda dari pihak laki-laki
dan pihak perempuan3. Pada sisi lain, melalui tahapan pernikahan
terdapat tuntunan walimah. Walimah merupakan media untuk
menyatukan interaksi sosial masyarakat, yakni interaksi sosial dua
keluarga besar.
Interaksi sosial dalam keluarga merupakan media penyambung
tali silaturahmi, ajang reuni, dan penymbung ikatan kekerabatan yang
prikologi calon pengantin (studi kasus KUA kecamatan Batulayar),” bimbingan dan
konseling islam (2020).
2 Ahmad Juhaidi dan Masyithah Umar, “Pernikahan Dini, Pendidikan,
46
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol.4 No.1 Januari-Juni 2022
Perspektif Fiqh Munakahat dan UU no. 1/1974 Tentang Poligami dan Problematikanya
(Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 129.
Rahmat Hidayat Dkk.... Bimbingan Konseling Pra Nikah....
47
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol.4 No.1 Januari-Juni 2022
B. PEMBAHASAN
1. Pernikahan Perspektif Ajaran Islam
Kehadiran islam mempunyai misi utama sebagai rahmatan lil
„alamin atau bersifat universal, yaitu mengatur seluruh sendi
kehidupan termasuk mengatur masalah pernikahan. Pernikahan
merupakan akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak
dan kewajiban antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang
bukan mahram6. Secara leksikal kata pernikahan mempunyai akar kata
nikah yang mendapat imbuhan awalan per dan imbuhan ahir an. Kata
nikah berasal dari bahasa Arab yaitu kata nikkah (bahasa Arab: ) النكاح
yang berarti perjanjian perkawinan; berikutnya kata itu berasal dari
kata lain dalam bahasa Arab yaitu kata nikah (bahasa Arab: )نكاحyang
berarti persetubuhan. Secara sosial, kata pernikahan dipergunakan
dalam berbagai upacara perkawinan. Nikah merupakan asas hidup
yangpaling utama delam pergaulan atau embrio bangunan masyarakat
yang sempurna. Pernikahan itu bukan saja merupakan satu jalan yang
amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan,
tetapi juga dapat dipandang sebagai satu jalan menuju pintu
perkenalan antara suatu kaum dengan kaum yang lain, dan pereknalan
itu akan menjadi jalan interrelasi antar satu kaum dengan laum yang
lain7.
Esensi akad nikah merupakan pertalian yang kuat dalam
kehidupan manusia, bukan saja antara suami istri dan keturunannya,
melainkan antara dua keluarga. Sehubungan dengan hal ini Abu
Zahrah8 mengemukakan bahwa pernikahan merupakan suatu akad
yang menghalalkan hubungan kelamin antara seorang pria dan wanita,
saling membantu, masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang
harus dipenuhi menurut ketentuan syari’at.
48
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol.4 No.1 Januari-Juni 2022
a. Aspek Personal
Aspek personal mempunyai dua aspek yakni aspek
kebutuhan biologis dan reproduksi. Adapun kedua hal tersebut,
yaitu:
Penyaluran Kebutuhan Biologis. Sebagai suatu sunnatullah,
manusia hidup berpasangan diantara dua jenis kelamin yang
berlainan. Hidup bersama dan berpasangan tidaklah harus selalu
dihubungkan dengan masalah seks, walaupun faktor ini
merupakan faktor yang dominan. Kebutuhan manusia akan seks
telah menjadi fitrah manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh
karena itu perlu disalurkan pada proporsi yang tepat dan sah
sesuai derajat kemanusiaan. Reproduksi generasi. Diantara aspek
lain dalam perkawinan yaitu reproduksi generasi. Sebagaimana
diketahui bahwa syari’at Islam tentang pernikahan tidak hanya
masalah reproduksi, melainkan menjaga keturunan sebagai
amanah dari Sang Pencipta. Pernikahan menjadi bagian dari
maqosyid syari’at, yakni memelihara keturunan (hifdzh an-nafs)9.
1994).
Rahmat Hidayat Dkk.... Bimbingan Konseling Pra Nikah....
49
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol.4 No.1 Januari-Juni 2022
b. Aspek Sosial
Masyarakat yang baik berasal dari rumah tangga yang baik.
Rumah tangga yang baik menjadi pondasi terbentuknya
masyarakat yang baik10. Pernikahan menjadi perekat yang kuat
untuk menjaga keharmonisan dalam kehidupan masyarakat.
Sebagaimana dalam al-Qur’an disebut sebagai mawaddah dan
rahmah, itulah yang menyebabkan mereka begitu kuat
mempengaruhi bahtera kehidupan, sebagaimana dalam QS. Ar-
Rum ayat 21: Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istrimu dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu
rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” ( QS. Ar-Rum:21).
Keluarga menjadi bagian dari struktur suatu bangsa mempunyai
kontribusi besar terhadap bangsa itu sendiri. Jadi kuat atau
tidaknya suatu bangsa tergantung pada kuat atau tidaknya
kumpulan keluarga.
c. Aspek Ritual
Pernikahan diartikan sebagai ibadah, pelaksanaannya
merupakan refleksi ketaatan mahluk kepada khaliq-nya. Dalam
ajaran Islam terdapat aturan yang rinci dalam mengenai
pelaksanaan pernikahan. Aturan tersebut mencakup pra nikah,
dalam pernikahan dan pasca pernikahan. Kesemuanya diatur
secara detail dalam islam, khususnya dalam fiqh munakahat11.
Pandangan lain menegaskan bahwa Nabi Muhammad melarang
membujang12. Hal ini karena libido seksualitas merupakan fitrah
manusia dan juga makhluk hidup lainnya yang melekat dalam diri
setiap makhluk hidup yang suatu asaat akan mendesak
penyalurannya. Bagi manusia, penyaluran itu hanya ada satu jalan
yaitu melalui perkawinan. Rasulullah menegaskan kembali dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Sa’ad bin Abi Waqash: Rasulullah
menolak Utsman bin Mu‟adz untuk membujang, andaikan dia dibolehkan
membujang,tentu kami (para sahabat) akan berkebiri saja. ( HR. Bukhari).
Fiqh Munakahat dan UU no. 1/1974 Tentang Poligami dan Problematikanya, h. 47.
Rahmat Hidayat Dkk.... Bimbingan Konseling Pra Nikah....
50
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol.4 No.1 Januari-Juni 2022
51
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol.4 No.1 Januari-Juni 2022
(2011): 332–333.
15 Nasaruddin Latif, Marriage Counseling: Problematika Seputar Keluarga dan
52
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol.4 No.1 Januari-Juni 2022
Perspektif Fiqh Munakahat dan UU no. 1/1974 Tentang Poligami dan Problematikanya
(Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 127.
18 Mubasyaroh, “Konseling Pra Nikah dalam Mewujudkan Keluarga
53
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol.4 No.1 Januari-Juni 2022
54
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol.4 No.1 Januari-Juni 2022
55
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol.4 No.1 Januari-Juni 2022
56
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol.4 No.1 Januari-Juni 2022
21 Ibid, h. 99.
22 Bonnie J F Meyer, “IDENTIFICATION OF THE STRUCTURE OF PROSE
AND ITS IMPLICATIONS FOR THE STUDY OF READING AND MEMORY a,” no.
1974 (n.d.).
Rahmat Hidayat Dkk.... Bimbingan Konseling Pra Nikah....
57
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol.4 No.1 Januari-Juni 2022
58
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol.4 No.1 Januari-Juni 2022
59
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol.4 No.1 Januari-Juni 2022
dirinya secara otentik dengan menjadi sadar atas segala potensi dan
tindakan yang di dasarkan pada potensi kemampuannya. Otentik
tersebut sebagai nilai utama dari psikoterapi dan sebuah nilai
eksistensial pokok. Dan terdapat tiga nilai atau karakteristik akan
eksistensi tersebut, seperti; 1) Menyadari dengan seluruhnya kedaan
sekarang dialami, 2) Mampu memilih dan merekonstruksi bagaimana
hidup pada saat sekarang dan 3) Konsekuensi dalam memikul
tanggung jawab atas pilihannya.
Pendekatan humanistik salah satu di dalamnya membahas
tentang konseling keluarga serta struktural dan bagaimana arah sebuah
keluarga mencapai keberlangsungan kehidupan kedepan. Dengan
harapan idealisasi kehidupan sebuah keluarga berjalan sebagaimana
mestinya dan dapat berfungsi sesuai dengan peranannya masing-
masing (Belkin, 1980: 347) 25.
Sirkulasi kehidupan dalam keluarga mendeskripsikan
bahwasanya sebuah tujuan pembentukan dan membangun rumah
tangga akan engarah pada sebuah tata aturan pada sebuah pandangan
bahwa keluarga merupakan sistem yang pasti akan mengalami
perubahan. Terdapat tugas, fungsi dan aturan khusus yang seiring
dengan perkembangan tersebut.
Dalam Walgito26 bahwasanya sebuah perkawinan pasti ada
yang namanya ikatan lahir dan batin dalam keluarga yang utamanya
adalah antara suami istri sebagai pasangan. Ikatan tersebut adalah
nampak, dan secara keseluruhanya sesuai dengan tata aturan yang
berlaku dalam norma sosial27. Dan batin adalah sebuah ikuatan dalam
rumah tangga yang tidak nampak yang dimana sesungguhnya ini
adalah ikatan pisikologis dari sebuah keluarga. Kewajiban ikatan
tersebut haruslah dimiliki oleh setiap pasangan suami istri.
Oleh karenanya sebuah kebahagiaan akan muncul dengan salah
satunya ialah pasangan suami istri dalam rumah tangga memiliki
ikatan emosional lahir dan batin satu sama lainya. Normatifnya ini
memang menjadi nilai yang relatif dan pasti. Artinya sebuah
kebahagiaan yang ideal dalam rumah tangga akan lahir jikalau ikatan
tersebut terjalin, dijaga dan selalu dirawat. Namun yang perlu dicatat,
guna Meningkatkan Keluarga Sakinah (Studi Kasus pada Majelis Ta’lim Al-
Muhajirin Sukarame II Bandar Lampung)” 1, no. 1 (2019): 92–108.
Rahmat Hidayat Dkk.... Bimbingan Konseling Pra Nikah....
60
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol.4 No.1 Januari-Juni 2022
C. KESIMPULAN
Pertalian yang kokoh, kuat dan ulet bagi wanita dan laki-laki
61
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol.4 No.1 Januari-Juni 2022
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Rofiq Faudy. “ANALISIS PERSEPSI PELAJAR TINGKAT
MENENGAH PADA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
KUDUS.” Journal Edukasia; Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 10, no. 1
(2015): 189–210.
Amelia, Nida. “Layanan Bimbingan Pranikah dalam Meningkatkan
Keharmonisan Keluarga di KUA Cileunyi” 8 (2020): 41–58.
Bimo Walgito. Pengantar Pisijologi Umum. Yogyakarta: Andi, 2010.
Rahmat Hidayat Dkk.... Bimbingan Konseling Pra Nikah....
62
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol.4 No.1 Januari-Juni 2022
63
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Vol.4 No.1 Januari-Juni 2022
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJA.
Rahmat Hidayat. “Peran Penyuluh Agama dalam Kehidupan Beragama
guna Meningkatkan Keluarga Sakinah (Studi Kasus pada Majelis
Ta’lim Al-Muhajirin Sukarame II Bandar Lampung)” 1, no. 1 (2019):
92–108.
Saebani, Beni Ahmad. Perkawinan dalam Hukum Islam dan Undang-Undang:
Perspektif Fiqh Munakahat dan UU no. 1/1974 Tentang Poligami dan
Problematikanya. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Sugianto, S, dan R Hidayat. “Moderasi Beragama Sebagai Jalan Dakwah
Mayoritas Muslim Pada Minoritas Non Muslim.” Jurnal Bimbingan
Penyuluhan … 3, no. 1 (2021): 23–41. https://e-
journal.metrouniv.ac.id/index.php/JBPI/article/view/3270.
Syamsu Yusuf L.N, A. Juntika Nurihsan. Landasan Bimbingan Dan Konseling.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Yusuf Qardawi. Ghairu al Muslim fii Mujtama‟ al islami. Bandung: MIZAN,
1994.
64
AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal
P-ISSN 2407-8018 E-ISSN 2721-7310 DOI prefix 10.37905
Volume 07, (03) September 2021
http://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/Aksara
Abstract: This study aims to determine the prospective bride and groom development
program, determine the household readiness of the prospective bride and groom coaching
participants, and the contribution of the bride and groom coaching program to the
readiness for marriage in KUA throughout Malang City. Respondents in this study were
88 participants of the bride and groom. The results of this study indicate that a) The Bridal
Guidance Program is included in the good category, b) The household readiness of the
bride and groom coaching participants is included in the good category, c) The
contribution of the Bridal Guidance Program to Household Readiness is 70.04%, meaning
that there is a significant contribution. There is a big difference between the prospective
bride and groom development program on household readiness.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program pembinaan calon pengantin,
mengetahui kesiapan berumah tangga peserta pembinaan calon pengantin, dan kontribusi
program pembinaan calon pengantin terhadap kesiapan berumah tangga di KUA Se-Kota
Malang. Responden dalam penelitian ini sebanyak 88 peserta calon pengantin. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa a) Program pembinaan calon pengantin termasuk
dalam kategori baik, b) Kesiapan berumah tangga peserta pembinaan calon pengantin
termasuk dalam kategori baik, c) Kontribusi Program Pembinaan Calon Pengantin
terhadap Kesiapan Berumah Tangga adalah 70,04% artinya terdapat kontribusi yang
besar antara program pembinaan calon pengantin terhadap kesiapan berumah tangga.
PENDAHULUAN
Sarana yang sah dalam pembentukan keluarga berdasarkan ikatan agama adalah
pernikahan. Pernikahan bukan hanya suatu cara terhormat untuk mendapatkan keturunan,
menjaga faraj atau hanya menyalurkan naluri, atau hanya untuk menyalurkan biologis
saja (Wahab dkk., 2017). Pernikahan yaitu penyatuan dua insan yang memiliki
kepribadian yang berbeda dan disatukan untuk membangun rumah tangga dalam ikatan
pernikahan untuk membentuk sebuah keluarga.
Terwujudnya keluarga yang sakinah mawaddah warohmah merupakan hal yang
didambakan setiap keluarga, yaitu keluarga yang penuh cinta dan kasih sayang, harmonis,
bahagia, dan keluarga yang damai. Kerja sama yang baik antar anggota keluarga
diperlukan agar terwujudnta keluarga yang sakinah mawaddah warohmah dengan cara
seluruh anggota keluarga dapat menjalankan peranya dengan baik. Kehidupan keluarga
seperti sebuah bangunan, dan untuk melindunginya dari gempa bumi, guncangan, dan
badai, harus dibangun di pondasi yang kuat dari bahan bangunan yang kokoh. Begitu pula
dalam membangun sebuah keluarga atau rumah tangga dibutuhkan pondasi yang kuat
yaitu ajaran agama Islam. Selain itu, kesiapan fisik, mental calon ayah maupun ibu, serta
hak dan kewajiban suami istri perlu difahami setiap pasangan.
Berdasarkan laporan perkara yang diterima Pengadilan Agama Kota Madya Malang
bulan Januari sampai dengan Februari 2021 terdata ada 156 cerai talak dan 427 cerai
gugat, angka perceraian di Kota Malang tergolong tinggi. Oleh karena itu perlu
diadakannya program pembinaan calon pengantin di Kota Malang yang merupakan salah
satu kepeduliaan pemerintah terhadap pernikahan, sesuai dengan Peraturan Dirjen Bimas
Islam Kemenag Nomor: DJ.II/542 Tahun 2013 diinstruksikan sebelum menikah setiap
pasangan calon pengantin terlebih dulu harus diberikan pengetahuan atau pandangan
mengenai makna suatu rumah tangga dengan mengikuti kursus calon pengantin (sucatin)
yang diselenggarkan Kantor Urusan Agama (KUA). Pada peraturan berisi mengenai
proses pelaksanaan kursus pranikah mulai dari petunjuk teknis dan pedoman untuk calon
pengantin. Pedoman buku yang diberikan pada calon pengantin didalamnya berisi tentang
gambaran atau kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan berumah tangga, sehingga
nantinya apabila terjadi masalah dalam berumah tangga dapat diminimalisir dan
mengantisipasinya dengan baik.
Program pembinaan calon pengantin termasuk dari salah satu bagian Pendidikan
Luar Sekolah karena dalam pelaksanaanya termasuk dalam kegiatan kursus karena
peserta pembinaan calon pengantin mendapatkan bekal pengetahuan serta ketrampilan
mengenai kehidupan berumah tangga atau berkeluarga dan dapat menambah kesiapan
berumah tangga peserta pembinaan calon pengantin. Pernyataan tersebut sama dengan
UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat (5) Tujuan dari
kursus dan pelatihan adalah untuk mengembangkan potensi pribadi, mengembangkan
karir, usaha dan kewirausahaan serta memberikan kecakapan hidup, ketrampilan,
pengetahuan dan sikap yang diperlukan untuk pendidikan lebih lanjut di tingkat yang
lebih tinggi di masyarakat. Menambah ketrampilan individu untuk mendukung fungsi dan
tugas pada organisasi maupun untuk kehidupan individu itu sendiri merupakan tujuan
pelatihan (Widianto, 2018)
Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai tempat pelaksanaan pembinaan calon pengantin
di Kota Malang memiliki 5 KUA yang ada di masing-masing kecamatan yaitu, KUA
Blimbing, KUA Klojen, KUA Lowokwaru, KUA Sukun, dan KUA Kedungkandang.
Pembinaan calon pengantin bertujuan untuk mengurangi angka perceraian yang ada
dimasyarakat, mewujudkan keluarga yang harmonis dengan menambah pengetahuan dan
pemahaman calon pengantin mengenai kehidupan rumah tangg, dan juga untuk
menghindari kekerasan dalam rumah tangga (Amelia dkk., 2020).
Penelitian ini membahas tentang kontribusi program pembinaan calon pengantin
terhadap kesiapan berumah tangga. Pelakasanaan program pembinaan calon pengantin
memiliki kontribusi atau tidak terhadap kesiapan berumah tangga bagi masyarakat Kota
Malang. Penelitian ini membahas tetang calon pengantin yang telah mengikuti program
pembinaan calon pengantin dan kontribusinya terhadap kesiapan berumah tangga.
Menurut (Sari dkk., 2016) dalam menentukan kesiapan menikah seorang individu ada
delapan faktor utama yang dinilai penting, yaitu faktor ketrampilan, faktor ekonomi,
faktor sosial, faktor emosi, faktor hubungan interpersonal, faktor kesiapan mental, faktor
kesiapan fisik, faktor usia
Materi program pembinaan calon pengantin penyelenggaraanya sudah diatur pada
Peraturan Dirjen Bimas Islam Kemenag tahun 2013. Pada peraturan tersebut, materi yang
disampaikan dalam program pembinaan calon pengantin dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu: kelompok dasar (perkenalan kebijakan pemerintah mengenai pembinaan pranikah),
kelompok inti (pengenalan kehidupan rumah tangga), dan kelompok penunjang
(pemantapan pemahaman pernikahan). Materi yang disampaikan mencakup tentang
undang-undang KDRT, fungsi dalam keluarga, merawat cinta dalam keluarga dengan
membangun komunikasi yang baik dalam keluarga, manajemen konflik dalam keluarga
dengan memberikan cara agar anggota keluarga dapat menyelesaikan masalah tanpa
emosi.
Kesiapan menikah yaitu keadaan seseorang yang sudah siap menerima tanggung
jawab sebagai istri atau suami, sudah siap berhubungan fisik atau seskusal dengan
pasangan, bersedia berhubungan dengan pasangan, telah siap membina keluarga, serta
sudah siap mengurus anak (Duvall & Miller, 1985). Ketika seseorang sudah memutuskan
untuk menikah berarti sudah siap baik secara mental maupun psikisnya, sudah siap
menjalankan peran sebagai suami atau istri, sudah siap membangun keluarga, sudah siap
berhubungan secara fisik dengan pasangan, dan telah siap mengurus dan memiliki anak.
Agar dapat mewujudkan keluarga yang harmonis dan bahagia, maka kesiapan menikah
perlu disiapkan secara matang sebelum memasuki masa pernikahan.
Pernikahan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia serta merupakan
bagian dari siklus kehidupan manusia (Syepriana dkk., 2018). Dalam membentuk
keluarga yang bahagia dan harmonis banyak yang harus dipersiapkan sebelum memasuki
jenjang pernikahan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pernikahan yang harmonis dan
bahagia harus disiapkan dengan matang agar saat sudah memasuki usia pernikahan tidak
kaget karena sudah mempersipkan sebelumya. Ada 6 upaya yang perlu dilakukan dalam
persiapan pernikahan yaitu: keadaan kedua pasangan sebelum memasuki kehidupan
berkeluarga, kesehatan jasmani maupun rohani kedua pasangan, pemahaman kedua
pasangan mengenai pernikahan maupun keluarga, keadaan keluarga tempat
dibesarkannya kedua pasangan, keadaan sosial maupun ekonomi keluarga, dan kehidupan
beragama (Kenedi, 2005) .
Menurut (Sari dkk., 2016) dalam menentukan kesiapan menikah seorang individu ada
delapan faktor utama yang dinilai penting, yaitu faktor ketrampilan, faktor ekonomi,
faktor sosial, faktor emosi, faktor hubungan interpersonal, faktor kesiapan mental, faktor
kesiapan fisik, faktor usia. Menurut (Blood, 1978) kesiapan menikah terdiri dari kesiapan
emosi, peran, sosial, usia, dan finansial. Ada banyak persiapan yang harus disiapkan oleh
calon pengantin serta banyak aspek yang harus diperhatikan atau dipertimbangkan agar
ketika sudah waktunya menikah calon pengantin sudah siap dalam berumah tangga.
Selain itu, kesiapan menikah dapat dilihat dari tujuh aspek yaitu aspek individu, emosi,
intelektual, finansial, sosial, moral, dan mental istri (Syepriana dkk., 2018). Berdasarkan
penelitian (Ghalili dkk., 2012) ada kesiapan menikah yang perlu dimiliki oleh calon
pengantin antara lain: kesiapan interpersonal, mental, emosi, finansial, usia, moral, fisik,
dan kontak sosial.
Jadi dapat disimpulkan faktor- faktor kesiapan berumah tangga dapat dilihat dari 10
faktor,yaitu: kesiapan emosi, peran, sosial, usia, finansial, hubungan interpersonal, fisik,
mental, intelektual, dan moral.
Penelitian ini membahas tentang kontribusi program pembinaan calon pengantin
terhadap kesiapan berumah tangga. Pelakasanaan program pembinaan calon pengantin
memiliki kontribusi atau tidak terhadap kesiapan berumah tangga bagi masyarakat Kota
Malang. Penelitian ini meneliti calon pengantin yang telah mengikuti program pembinaan
calon pengantin dan kontribusinya terhadap kesiapan calon pengantin dalam membangun
rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi program pembinaan
calon pengantin terhadap kesiapan berumah tangga calon pengantin.
METODE
Metode penelitian kuantitatif yang digunakan pada penelitian ini menggunakan uji
hipotesis regresi linier sederhana. Populasi dan sampel penelitian adalah peserta program
pembinaan calon pengantin di KUA Se-Kota Malang. Peneliti menggunakan teknik
Purposive Sampling untuk menemukan sampel dari subyek yang akan diteliti yaitu lembaga
KUA di Kota Malang populasi dalam penelitian ini berjumlah 112 peserta pada bulan Maret
2021 dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 88 peserta pembinaan calon pengantin
yang ditentukan menggunakan rumus Slovin. Data program pembinaan calon pengantin
diperoleh melalui kuesioner dengan menggunakan instrument materi yang disampaikan
dalam program pembinaan calon pengantin yaitu kelompok dasar (perkenalan kebijakan
pemerintah tentang pembinaan pranikah), kelompok inti (pengenalan kehidupan rumah
tangga), dan kelompok penunjang (pemantapan pemahaman pernikahan). Data tentang
kesiapan berumah tangga diperoleh melalui kuesioner dengan menggunakan faktor-faktor
kesiapan berumah tangga dapat dilihat dari 10 faktor, yaitu: kesiapan emosi, peran, sosial,
usia, finansial, hubungan interpersonal, fisik, mental, intelektual, dan moral.
Penelitian instrument ini menggunakan kuesioner dengan skala likert dengan 4
alternatif jawaban sebagai skala pengukuran datanya. Uji coba instrument penelitian ini
dilakukan kepada 31 peserta pembinaan calon pengantin tahun 2020 dengan jumlah 60
pernyataan. Hasilnya ada 1 pernyataan yang tidak valid yang kemudian dilakukan
tindakan drop out. Hasil uji realiabilitas pada variabel X dan Y nilai alpha Cronbach lebih
dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa instrument tersebut reliable. Teknik
pengumpulan datanya menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Kuesioner dibagikan
langsung kepada peserta pembinaan calon pengantin di Kua setiap kecamatan Se-Kota
Malang. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 15-24 Maret 2021. Analisis
data pada penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif, lalu uji asumsi klasik
yaitu uji linieritas, uji normalitas, uji multikolineritas, dan uji heteroskedastitas. Pada
tahap uji hipotesis menggunakan analisis regresi linier sederhana.
B Std. Beta
Error
(Cons 19.605 6.102 3.213 .002
tant)
1
P. .920 .064 .839 14.315 .000
Catin
a. Dependent Variable: K. Rumah Tangga
T tabel = t(a/2 : n-k-1) = t (0,025 : 86) = 1.987934
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa t hitung 14,315 > t tabel 1,987 dan nilai
signifikasi 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan Ha diterima sehingga secara parsial
Pembahasan
Pedoman pelaksanaan kursus pra nikah yang terdapat pada peraturan Dirjen Bimas
Islam pasal 2 No. DJ.II/542 tahun 2013 menyatakan bahwa peraturan ini bertujuan untuk
meningakatkan pemahaman serta menambah pengetahuan kepada calon pengantin
mengenai kehidupan berkeluarga atau berumah tangga untuk mewujudkan keluarga yang
sakinah, mawaddah warahmah, memgurangi kekerasan dalam rumah tangga, mengurangi
perceraian, serta perselisisihan dalam keluarga. Penyebab banyaknya konflik dalam
keluarga adalah kurang matangnya persiapan mental dan fisik dari calon pengantin serta
kurangnya pembekalan tentang pernikahan (Sundani, 2018). Oleh karena itu, diharapkan
setelah adanya pembinaan calon pengantin masyarakat lebih mengetahui cara berumah
tangga yang baik serta mengetahui hak dan kewajiban setiap pasangan dalam bekeluarga
maupun dalam membina anggota keluarga agar dapat terwujudnya keluarga yang sakinah,
mawaddah, dan warrahmah.
Berdasarkan data analisis deskripsi terdapat variabel program pembinaan calon
pengantin yang telah dijelaskan sebelumnya, diperoleh bahwa program pembinaan calon
pengantin di KUA Se-kota Malang dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu
untuk kategori yang cukup baik sebanyak 25%, untuk kategori yang baik sebanyak
54,55%, dan untuk kategori yag sangat baik sebanyak 20,45%. Jadi, untuk program
pembinaan calon pengantin termasuk kategori baik, dikarenakan pada kategori baik
memiliki jumlah frekuensi yang paling banyak. Sedangkan kategorisasi nilai per sub
variabel pada program pembinaan calon pengantin seluruh sub variabel termasuk dalam
kategori baik, namun presentase paling tertinggi sebesar 73,86% pada sub variabel
pengenalan kehidupan rumah tangga dan pemantapan pemahaman pernikahan. Sebagai
upaya menambah kesiapn calon pengantin untuk membentuk keluarga yang bahagia
dalam upaya mewujudkan kehidupan berkeluarga perlu mempersiapkannya dengan
matang, dengan pembinaan pranikah (Alam, 2019). Pemahaman proses keluarga lebih
difokuskan oleh konselor keluarga (Mubasyaroh, 2017) dalam pemantapan pemahaman
pernikahan. Semua materi yang disampaikan pada program pembinaan calon pengantin
telah menambah pribadi individu dalam berkeluarga serta menambah kesiapan berumah
tangga para peserta calon pengantin. Hal yang sangat penting dalam mencapai kesuksesan
keluarga adalah dengan mempersiapkan kesiapan menikah dengan baik sebelum menikah
(Afni, 2020).
Kesediaan seseorang untuk membentuk suatu ikatan batin maupun lahir antara
pasangan suami istri untuk membentuk keluarga yang sah serta diakui menurut agama,
masyarakat, dan hukum disebut kesiapan menikah (Dewi, 2006). Kesiapan menikah dapat
terbentuk ketika sesorang memliki pengetahuan dan persepsi yang positif mengenai
pernikahan. Persepsi positif terhadap pernikahan akan terbentuk apabila seseorang
memiliki pengetahuan yang baik tentang pernikahan. Ketika seseorang sudah
memutuskan untuk menikah berarti sudah siap baik secara mental maupun psikisnya,
sudah siap menjalankan peran sebagai suami atau istri, sudah siap membangun keluarga,
sudah siap melakukan hubungan seksual, serta sudah siap memiliki anak dan mengasuh
atau mendidik anak. Kesejahteraan dalam pernikahan dapat tercapai apabila kedua
pasangan yang akan menikah memiliki kesiapan menikah (Mawarpuri dkk., 2019).
Kesipan menikah pelu disiapkan dengan matang sebelum memasuki jenjang pernikahan
agar dapat mewujudkan keluarga yang bahagia dan harmonis.
Berdasarkan data anlisis deskripsi variabel kesiapan berumah tangga dapat diketahui
kesiapan berumah tangga peserta pembinaan calon pengantin di KUA Se-kota Malang
terdapat tiga kategori yaitu untuk kategori cukup baik dengan hasil presentase sebanyak
19,32%, untuk kategori baik dengan hasil presentase sebanyak 59,09%, dan untuk
kategori sangat baik dengan hasil presentase sebanyak 21,59%. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa variabel kesiapan berumah tangga termasuk pada kategori baik dengan hasil
presentase sebesar 59,09% yang disebabkan karena memiliki jumlah frekeunsi yang
paling banyak. Meminimalisisr terjadinya ketidakstabilan dalam keluarga serta
mengurangi risiko terjadinya perceraian apabila kedua pasangan memilki kesiapan
menikah yang baik (Tsania dkk., 2015).
PENUTUP
Kesimpulan
Program pembinaan calon pengantin termasuk pada kategori baik dengan jumlah frekuensi
sebesar 48 dan dipresentasikan menjadi 54,55%. Pada kesiapan berumah tangga termasuk
pada kategori baik dengan jumlah frekuensi sebesar 52 dan dipresentasikan menjadi
59,09%. Nilai Signifikasi pada uji regresi menunjukkan hasil nilai signifikasi 0,000 <
0,05, maka dapat disimpulkan memiliki pengaruh yang signifikan. Nilai sebesar 0,704
atau 70,4% adalah nilai koefisien determinasi (𝑅2 ), sehingga dapat disimpulkan bahawa
pengaruh program pembinaan calon pengantin (X) terhadap variabel kesiapan berumah
tangga (Y) adalah sebesar 70,4% artinya terdapat kontribusi yang besar antara program
pembinaan calon pengantin terhadap kesiapan berumah tangga
Saran
Bagi KUA Kota Malang diharapkan pemerintah melaksanakan program pembinaan
calon pengantin secara rutin agar semua masyarakat Kota Malang yang akan menikah
mempunyai kesempatan mengikuti pembinaan calon pengantin. Bagi peserta pembinaan
calon pengantin diharapkan menerapkan semua yang diajarkan pada saat pembinaan
dalam kehidupan rumah tangga agar dapat terwujudnya keluarga yang sakinah,
mawaddah, dan warahmah. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan
tambahan rujukan dari hasil penelitian ini untuk dikembangkan oleh peneliti selanjutnya,
bisa menggunakan variabel lainnya agar teridentifikasi faktor lain yang bepengaruh
dalam kesiapan berumah tangga.
DAFTAR RUJUKAN
Afni, Safura. 2020. “Layanan Konseling Islami Dalam Membina Kesiapan Menikah
Pada Siswa Smk Broadcasting Bina Creative Medan.” Jurnal Ikatan Alumni
Bimbingan dan Konseling Islam (IKA BKI) 2(2):1–129.
Alam, Samsul. 2019. “Pembinaan Pranikah Dalam Peningkatan Pemahaman
Keagamaan Calon Pengantin Di Kua Kecamatan Sleman.” 4(1):25–30.
Azwar, S. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Amelia, N., D. I. Efendi, & L. A. Marfuah. 2020. “Layanan Bimbingan Pranikah dalam
Meningkatkan Keharmonisan Keluarga di KUA Cileunyi.” Irsyad: Jurnal
Bimbingan … 8:41–58. doi: 10.15575/irsyad.v8i1.1480.
Blood, M, D. 1978. Marriage 3(rd). New York: Free Pass.
Dewi, Ika Sari. 2006. Kesiapan Menikah Pada Wanita Dewasa Awal Yang Bekerja.
Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Duvall, E, M., & C. Miller, B. 1985. Marriage and Family Development. New York,
US: Harper and Row.
Ghalili, Zohreh, Ozra Etemadi, S. Ahmad Ahmadi, Maryam Fatehizadeh, &
Mohammad Reza Abedi. 2012. “Marriage readiness criteria among young adults of
Isfahan: a qualitative study.” International Journal of Contemporary Research in
Business 4(4):1076–83.
Kementerian Agama. 2013. Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam.
Nomor:DJ.II/542 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra
Nikah
(online),(https://jatim.kemenag.go.id/file/file/peraturantentangPNS/esdz142587374
4.pdf), diakses 9 April 2020.
Kenedi, H, Gusril. 2005. Model Konseling Pranikah Berorientasi Pengembangan
Konsep-DirI : Studi Kasus Tentang Persiapan Pernikahan Mahasiswa Etnis
Minangkabau di IAIN Imam Bonjol Padang. Tesis tidak diterbitkan. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Mawarpuri, Marty, Syarifah Faradina, Sari Mawaddah, & Lely Safrina. 2019.
“Perbedaan Kesiapan Menikah Pada
Dewasa Awal Ditinjau Dari Jenis Kelamin Di Banda Aceh.” Empati 8(1):320–28.
Mubasyaroh. 2017. “Konseling Pra Nikah Dalam Mewujudkan Keluarga Bahagia (Studi
Pendekatan Humanistik Carl R. Rogers).” KONSELING RELIGI Jurnal Bimbingan
Konseling Islam 7(2):1. doi: 10.21043/kr.v7i2.2128.
Pengadilan Agama Kota Kodya Malang Tentang Laporan Perkara yang Diterima
Pengadilan Agama Kota Madya Malang bulan Januari sampai dengan Februari
2021 (online),
(https://www.pamalangkota.go.id/arsip/images/Laporan/Perkara_Diterima/perkara
_diterima_per_februari_2021.jpg), dikases 19 Juli 2021.
Sari, Yunita, Andhita Nurul Khasanah, & Sarah Sartika. 2016. “Studi Mengenai
Kesiapan Menikah Pada Muslim Dewasa Muda.” Prosiding Seminar Nasional
Penelitian dan PKM Kesehatan 6(1):2010–14.
Sundani, Fithri Laela. 2018. “Layanan Bimbingan Pra Nikah dalam Membentuk
Kesiapan Mental Calon Pengantin.” Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan,
Konseling dan Psikoterapi Islam 6(2):165–84.
Syepriana, Yunita, Firdaus Wahyudi, & Ari Budi Himawan. 2018. “Gambaran
karakteristik kesiapan menikah dan fungsi keluarga pada ibu hamil usia muda.”
Jurnal Kedokteran Diponegoro 7(2):935–46.
Tsania, Nurlita, Euis Sunarti, & D. K. Pranaji. 2015. “Karakteristik Keluarga, Kesiapan
Menikah Istri, dan Perkembangan Anak Usia 3-5 tahun.” Jurnal Ilmu Keluarga
dan Konsumen 8(1):28–37. doi: 10.24156/jikk.2015.8.1.28.
Undang-Undang RI No.20 SIDIKNAS Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. (online),
http://pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/uuno20th2003ttgsisdiknas.pdf.,
dikakses 19 Juni 2021.
Wahab, Zulkfli, Supardin, & Patimah. 2017. “Bimbingan Keluarga Sakinah.” Jurnal
Diskursus Islam 05:146–60.
Widianto, Edi. 2018. “Pola Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Di Balai Diklat
Keuangan Kota Malang.” Ilmu Pendidikan: Jurnal Kajian Teori dan Praktik
Kependidikan 3(1):40–49. doi: 10.17977/um027v3i12018p040.