Anda di halaman 1dari 10

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG

ANEMIA DI SMA X

PROPOSAL

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

Ahli Madya Kebidanan Pada Program Studi Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh :

BELLA INDRI KURNIAWATI

NIM 1421330

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

AKADEMI KEBIDANAN MULIA MADANI YOGYAKARTA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau kadar

hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal untuk

kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin. Pada orang sehat butir-butir

darah merah mengandung hemoglobin, yaitu sel darah merah yang bertugas

untuk membawa oksigen serta zat gizi lain seperti vitamin dan mineral ke otak

dan ke jaringan tubuh. Kadar Hb normal pada laki-laki dan perempuan terdapat

perbedaan. Kadar Hb untuk pria anemia yaitu kurang dari 13,5 g/dl, sedangkan

kadar Hb pada wanita kurang dari 12 g/dl.

Anemia dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain defisiensi zat besi,

defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat, penyakit infeksi, faktor bawaan

dan perdarahan. Di negara sedang berkembang 40% anemia disebabkan karena

defisiensi zat besi (The World Bank, 2006) yang dikenal dengan istilah anemia

gizi besi. Pola makan yang miskin zat gizi besi, tingginya prevalensi

kecacingan, dan tingginya prevalensi malaria di daerah endemis merupakan

faktor-faktor yang sering dikaitkan dengan tingginya defisiensi besi di negara

berkembang.

Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rentan menderita anemia

dibandingkan dengan remaja laki-laki karena alasan pertama remaja putri setiap

bulan mengalami siklus mestruasi dan alasan kedua yaitu karena memiliki
kebiasaan makan yang salah. Hal ini terjadi karena para remaja putri ingin

terlihat ideal untuk menjaga penampilannya sehingga mereka berdiet dan

mengurangi makan, akan tetapi diet yang dijalankan merupakan diet yang tidak

seimbang dengan kebutuhan tuhuh sehingga dapat menyebabkan tubuh

kekurangan zat-zat penting seperti zat besi (Ani, 2016).

Berdasarkan data dari WHO (World Health Organization) (2011), dua miliar

penduduk dunia mengidap anemia defisiensi zat besi. Sekitar 50% kasus anemia

diakibatkan karena defisiensi besi. Anemia defisiensi besi merupakan suatu

kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah tergolong rendah. Menurut

hasil penelitian yang dilakukan oleh WHO (2015) menyatakan bahwa

prevalensi anemia pada remaja putri sebesar 29%. Prevalensi anemia pada

remaja putri usia (usia 10-18 tahun) mencapai 41,5% di negara berkembang.

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dengan prevalensi anemia

pada remaja putri di Indonesia menurut WHO sebesar 37% lebih tinggi dari

prevalensi anemia di dunia (WHO, 2015).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, angka kejadian

anemia di Indonesia pada kelompok usia remaja 15 –24 tahun mengalami

anemia sebanyak 32,0% dan lebih banyak dialami perempuan (27,0%)

dibandingkan dengan laki – laki (20,0%).

Dalam survey yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan DIY pada tahun 2018

dengan sasaran 1500 remaja putri di 5 Kabupaten dan Kota, menunjukkan

bahwa sebanyak 19,3 % remaja putri mengalami anemia (Hb dibawah 12 g/dl).

Penelitian dengan sasaran sebanyak 187 siswi di salah satu SMK Negeri di
Yogyakarta, menunjukkan hasil bahwa prevalensi anemia pada remaja putri

sebanyak 12,8 % s. Sedangkan faktor resiko yang diperoleh dari hasil penelitian

adalah masih rendahnya pengetahuan remaja putri mengenai anemia

(ditunjukkan dengan nilai skor kuisioner seluruh siswi dibawah 65).

Dapat diketahui dari data di atas, Kabupaten Kulon Progo menduduki urutan

pertama terjadinya kasus anemia pada remaja di DIY. Kabupaten Kulon Progo

terdiri dari 12 Kecamatan dan memiliki 21 Puskesmas. Data menunjukkan

bahwa terdapat 5 puskesmas dengan prevalensi tertinggi anemia remaja di

Kabupaten Kulon Progo berdasarkan wilayah kerja puskesmas yaitu Puskesmas

Kokap 1 (33,44%), Puskesmas Lendah 1 (20%), Puskesmas Sentolo 1 (15%),

Puskesmas Nanggulan (12,91%) dan Puskesmas Pengasih 1 (10,36%) (Dinkes

Kulon Progo, 2017).

Data di atas memperlihatkan bahwa kasus anemia remaja tertinggi adalah di

wilayah kerja Puskesmas Kokap 1. Wilayah kerja Puskesmas Kokap 1 terdapat

8 SMP dan SMA, salah satunya yaitu SMA Negeri 1 Kokap. SMA Negeri 1

Kokap merupakan satu-satunya SMA di Kecamatan Kokap yang memiliki

jumlah peserta didik 181 siswa dengan 106 orang (58,56%) di antaranya adalah

siswa putri. Dari 3 kelas yang ada di SMA Negeri 1 Kokap, siswi kelas X

merupakan kelas dengan jumlah siswi terbanyak yaitu 40 siswa (37,73%) dan

sebelumnya belum pernah dilakukan pemeriksaan hemoglobin pada siswi kelas

X. Selain itu, terdapat banyak siswi putri yang mengantuk saat pelajaran, pusing

dan terlihat pucat waktu upacara, jarang ada yang pingsan namun 2-3 orang ada
yang masuk UKS saat upacara berlangsung (Dapodik SMA Negeri 1 Kokap,

2019).

Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Kokap 1, pemeriksaan

hemoglobin telah rutin dilakukan pada saat siswi memasuki awal kelas XI dan

kelas XII. Berdasarkan data dari UKS, kejadian anemia remaja di SMA Negeri

1 Kokap mengalami peningkatan dua tahun terakhir dan memerlukan perhatian

khusus. Belum pernah ada penelitian mengenai karakteristik anemia remaja di

SMA Negeri 1 Kokap. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Dan Sikap

Remaja Putri Tentang Anemia di SMA X”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan sebagai berikut

“Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Yang Baik Untuk Anak

Remaja”

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan yang baik dan benar

untuk anak remaja yang mengalami anemia.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang

pengertian anemia di SMA X.


b. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang tanda

gejala dan penyebab anemia di SMA X.

c. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang bahaya

anemia di SMA X.

d. Untuk mengetahui tingkat pencegahan dan pengobatan anemia di SMA

X.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah

dan meningkatkan pengetahuan, wawasan serta menambah pengalaman

peneliti dalam melakukan penelitian khususnya tentang teori anemia.

2. Bagi Institusi

a. Bagi staff perpustakaan di AKBID Mulia Madani Yogyakarta

Sebagai bahan acuan atau masukan bagi para pembaca untuk penelitian

lebih lanjut dan sebagai referensi di perpustakaan khususnya

pengetahuan tentang anemia.

b. Bagi Kepala Sekolah SMA X

Sebagai bahan masukan dalam merencanakan program penyuluhan dan

edukasi tentang anemia kepada remaja putri di SMA X.

c. Bagi Respoonden

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

meningkatkan pengetahuan tentang anemia pada remaja putri.


d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebangai sumber referensi bagi peneliti selanjutnya untuk

menambahkkan dan menyempurnakan hasil penelitian dengan topik

yang sama yaitu terkait anemia.

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian sekarang dengan terdahulu

No Nama Judul Metode Hasil Persamaan


dan

Perbedaan
1. Ayu Hubungan Deskriptif Responden remaja Perbedaan
Pengetahuan, kuantitatif putri terbanyak judul,
Magdalena Sikap, dan Sosial dengan desain berada pada perbedaan
ekonomi studi potong kategori usia lokasi
Natalia dengan Perilaku lintang (cross- masa remaja penelitian,w
Pencegahan sectional) tengah (14-16 aktu, jenis
Situmeang, Anemia pada tahun) sebanyak
Remaja 30 orang (41,6%),
dkk (2022) Putri di Desa dan paling sedikit
Sirnagalih, Bogor berada pada
kategori usia masa
remaja akhir
(17-19 tahun)
yaitu 20 orang
(27,8%).
Responden
terbanyak
bersekolah di
SMP/MTS yaitu
40 orang (55,6%),
dan paling sedikit
bersekolah di SD
yaitu 3 orang
(4,2%).
2. Fachira Pengaruh Penulis bahwa pemberian Perbedaan
Pemanfaatan menggunakan edukasi gizi judul,lokasi,
Kasmarin Media Edukasi literature review dengan media waktu dan
Gizi untuk dengan metode berupa kartu jenis
(2022) Meningkatkan PRISMA games, media
Pengetahuan animasi, komik,
Terkait Anemia dan video blog
pada Remaja Putri (vlog)
: Literature berpengaruh
Review terhadap
peningkatan
pengetahuan
remaja putri
terkait anemia

3. Suci Utami Peningkatan proses Para peserta Perbedaan


pengetahuan pendekatan atau adalah remaja judul,lokasi,
(2022) tentang anemia cara belajar putri yang waktu dan
pada remaja putri melalui proses tergabung dalam jenis
untuk mencegah ceramah, posyandu remaja
terjadinya diskusi serta tanya putri, mereka
stunting jawab sangat aktif
menggunakan mengikuti
media lembar kegiatan
balik untuk pendidikan
mempermudah kesehatan tentang
proses belajar. anemia pada
remaja.
4. Safira Hubungan penelitian remaja putri dapat Perbedaan
pengetahuan kuantitatif dengan diketahui sebagian judul,lokasi,
Laksmita remaja putri menggunakan remaja putri waktu dan
tentang anemia pendekatan cross memiliki jenis
(2018) dengan kejadian sectional. pengetahuan
anemia di tentang
Kabupaten anemia yang
Tanggamus kurang sebesar
53,1%,
sedangkan remaja
putri memiliki
pengetahuan
tentang anemia
yang cukup
sebesar 46,9%.

5. Prawira Hubungan tingkat penelitian Berdasarkan Perbedaan


pengetahuan kuantitatif dengan distribusi usia judul, lokasi,
Dieniyah tentang anemia pendekatan Cross responden waktu dan
dengan kejadian Sectional yang disajikan jenis
(2019) anemia pada dalam tabel
remaja putri di bahwa, dari 78
SMK kota Bogor responden, 67
remaja putri (85,9
%) yang
termasuk kategori
usia remaja
menengah
diantaranya
berusia 14-16
tahun, dan 11
remaja putri
(14,1%) yang
termasuk kategori
usia remaja akhir
diantaranya
berusia 17-19
tahun.

Anda mungkin juga menyukai