Anda di halaman 1dari 1

RUNTUHNYA KEKAISARAN ROMAWI

Pada 117 Masehi, Kekaisaran Romawi mencapai masa keemasan dan tumbuh menjadi kekaisaran terbesar
di dunia kala itu. Namun, sejak akhir abad ke-2 Masehi, Kekaisaran Romawi mulai menunjukkan tanda-
tanda kemunduran.

Tanda-tanda kemunduran dapat dirasakan semenjak wafatnya Marcus Aurelius pada 180 Masehi.
Pengganti Marcus Aurelius adalah kaisar-kaisar yang lemah seperti Commodus (180-198). Pada masa
pemerintahannya, sering terjadi kekacauan, korupsi, dan pertumpahan darah. Akhirnya Commodus
terbunuh dalam huru-hara yang dilakukan oleh pihak militer.

Diodetianus Kaisar Romawi yang berkuasa antara 284-305 Masehi, berusaha untuk mengatasi sejumlah
kemunduran supaya kekaisarannya tidak runtuh. Akan tetapi usaha yang ia lakukan tidak berhasil.

Pada masa pemerintahan Theodosius, Kekaisaran Romawi dibagi menjadi dua bagian yaitu Roma Barat
dengan ibu kota di Roma dan Roma Timur dengan ibu kota di Konstantinopel. Pembagian ini didasari
oleh serangkaian ancaman Suku Barbar yang selama puluhan tahun telah mengganggu stabilitas. Akan
tetapi pembagian wilayah ini justru mendorong keruntuhan Kekaisaran Romawi. Segera setelah kematian
Theodosius, kekacauan terjadi dan berbagai provinsi, penuh dengan kekuasaan benda asing.

Pemerintahan Roma Barat mengalami keruntuhan usai dikalahkan oleh orang-orang Barbar. Sehingga
berakibat pada krisis sosil ekonomi dan politik. Kekaisaran Romawioun benar-benar runtuh pada 476
Masehi akibat serangan Suku Barbar yang dipimpin oleh Odaacer.

Sementara Romawi Timur atau Kekaisaran Bizantium yang berpusat di Konstantinopel justru semakin
makmur dan tidak tersentuh dari manapun hingga 1000 tahun kemudian.

Anda mungkin juga menyukai