BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
2.1 Rumusan masalah
3.1 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kaisar kaisar yang tak berhasil (180-284 M)
2.2 Reformasi diocletinaus dan penerusnya
2.3 roma mengalami ke munduran
2.4 Berkembangnya Agama Nasrani dan Kristen
2.5 Perang Iberia
2.6 Kerusuhan Nika
2.7 Perang Vandal
2.8 Perang Goth
1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui bentuk pemerintahan saat roma runtuh
2. untuk mengetahui bagaimana sistem kekaisaran yang berjalan saat itu
3. melihat apa saja perang yang terjadi pada saat roma runtuh
BAB 2 pembahasan
Namun cara hidup diatas dipandang oleh orang kebanyakan sebagai hal yang terlalu sulit untuk
dilakukan sehingga pada perkembangan selanjutnya muncul gaya pertapaan baru yang diperkenalkan
oleh Santo Pachomius. Cara baru ini adalah tetap bertapa dan menyendiri tetapi masih diharuskan
untuk bekerja, dan berdoa dan membanca injil bersama-sama dengan sesama pertapa. Ini disebabkan
karena dorongan alamiah seorang manusia untuk berkumpul dan bersosialisasi dengan manusia lain.
Tidak heran bila banyak pemeluk agama Kristen yang menerima ajaran ini dan beribu-ribu orang di
Mesir hulu mengikuti tata cara Pachomius ini.
Tetapi pada perkembangan selanjutnya muncul lagi revolusi sistem pertapaan tapi sistem ini lebih
mirip atau lebih baik disebut sistem kebiaraan. Pencetus cara baru ini adalah Santo Dasil yang
menyebutkan bahwa seorang pertapa seharusnya orang yang hidup dilingkungan keagamaan, hidup
bersama dalam suatu lingkungan peribadatan dilakukan juga bimbingan terhadap pembacaan Injil.
Dengan cara ini muncul biara-biara yang fungsinya sebagai tempat peribadatan umat Nasrani.n
ampak adanya Perang Salib adalah sebagai berikut. a. Jalur perdagangan Eropa dan Timur Tengah
menjadi terputus. Apalagi dengan dikuasainya Konstantinopel, maka para pedagang Eropa mulai
mencari jalan lain untuk mendapatkan rempah-rempah secara langsung. b. Bangsa Eropa mulai
mengetahui kelemahan dan ketertinggalan mereka dari orang-orang Islam dan Timur, sehingga
mereka mencoba untuk mengejar ketertinggalan itu dengan pengembangan Iptek secara besar-
besaran. c. Adanya motif balas dendam di kalangan orang-orang Kristen terhadap orang muslim
karena kekalahannya dalam peperangan di dunia Timur dalam rangka menguasai jalur perdagangan.
Umat Nasrani sendiri memiliki seorang rasul yang bernama Yohannes yang meninggal sekitar tahun
101, dan dengan kematiannya ini menandai bahwa telah berakhir zaman apostolik(zaman rasul-rasul)
kemudian muncul bapa-bapa apolistik yang dianggap menerima perintah khusus dari para rasul.
Diantara para bapa apolistik itu yang sangat terkenal adalah St Clement, St Ignatius dan St
Polycarpus. Setelah zaman para bapa apostolik, munculah para bapa gereja. Biasanya mereka adalah
orang berwatak mulia dan berdisiplin tinggi. Karya-karya mereka lazim disebut patristik yang sangat
berpengaruh pada Eropa abad pertengahan dan modern.
Beberapa bapa gereja tersebut adalah Uskup Eusebius, St Ambrosius, St Jeremius dan St Agustinus.
Karya Eusebius yang paling terkenal adalah sejarah gereja yang menjadi acuan bagi karya-karya
sejarah perkembangannya gereja oleh generasi selanjutnya. St Ambrosius yang dikenal sebagai Uskup
Milan memperkenalkan hymne liturgi ke gereja. St Jeremies menciptakan karya yang sangat penting
bagi gereja. Karya tersebut adalah terjemahan kitab perjanjian lama dan baru ke bahasa Latin. St
Agustinus adalah penulis dan pemikir terbesar di kalangan gereja Kristen di Eropa. Karya tersebut
diantarannya adalah Confessions(pengakuan-pengakuan), De Civitas dei, atau the city of God (kota
Tuhan). Dengan perkembangan itulah agama Kristen berkembang dengan pesat didataran Eropa.
2.5 Perang Iberia
Kaisar Yustin I wafat pada tahun 527, dan digantikanYustinianus I. Dari pamannya, Yustinianus
mewarisi Perang Iberia, konlik berkelanjutan dengan Kekaisaran Sassaniyah Persia. Belisarius pun
dikirim Yustinianus untuk berpartisipasi dalam perang tersebut. Awal masuknya Belisarius ke perang
ini berlangsung alot. Ia gagal melindungi pasukan ekspedisi Romawi yang sedang membangun
benteng pertahanan di Thannuris.
Pada tahun 530, Belisarius dan Hermogenes, rekannya yang membawahi 25.000 pasukan bertemu
dengan 40.000 pasukan Persia di Dara, Turki Selatan. Meski kalahjumlah, Belisarius tetap memilih
bertempur. Lewat formasi dan taktik penyergapan yang efektif, Belisarius berhasil memecah dan
mengalahkan telak pasukan Persia. Persia kehilangan 8.000 pasukannya sebelum akhirnya mundur
dan Belisarius mencetak kemenangan pertamanya dengan gemilang.
Namun kemenangan ini tidak membuat Romawi Timur berada di atas angin dalam waktu lama.
Belisarius dan pasukannya bertemu lagi dengan pasukan Persia di Callinicum ”sekarang Ar Raqah,
Suriah), sebuah daerah di utara sungai Euphrates pada bulan April, tahun 531. Berada dalam moral
yang tinggi, pasukan Romawi Timur dipenuhi semangat bertempur.
Hal ini berlawanan niat Belisarius yang hanya berniat memukul mundur pasukan Persia tanpa
melakukan konfrontasi yang beresiko. Setelah gagal membujuk pasukannya yang membangkang,
Belisarius akhirnya menyiapkan diri untuk pertempuran.
Setelah pertempuran yang berimbang selama setengah hari, kavaleri elit Persia berhasil menembus
pertahanan pasukan Ghassanid, sekutu Romawi Timur dan memaksa mereka mundur. Kehilangan
satu sayap pasukannya, Belisarius segera memerintahkan pasukannya untuk mundur. Pasukan Persia
pun mengejar dan membunuh pasukan Romawi Timur yang berusaha kabur. Meskipun berakhir
dengan kemenangan Persia, kedua kubu mendapat pukulan berat akibat pertempuran ini. Romawi
Timur kehilangan banyak pasukan, sedangkan Persia kini kekurangan kekuatan untuk menginvasi
Suriah. Pertempuran ini pun menutup Perang Iberia. Romawi Timur mendapat kembali Lazica dan
Persarmenia, namun harus membayar rampasan perang sebesar 11.000 pon emas tiap tahunnya.
Belisarius sendiri kembali dan diberhentikan dari jabatannya oleh kaisar.
Baik Kubu Biru dan Kubu Hijau meminta Yustinianus I untuk memberikan pengampunan, namun
sang kaisar tidak memberi jawaban. Kedua kubu yang marah pun kini bergabung dan merusuh di
sepanjang jalanan. Kejadian ini dikenal sebagai Kerusuhan Nika, karena para perusuh dari kedua kubu
yang biasa meneriakkan warna seragam tim pengendara kuda yang mereka bela pun mengubah
teriakannya menjadi “Nika!”, yang artinya kemenangan. Beberapa anggota senat yang tidak menyukai
Yustinianus pun memanfaatkan kerusuhan ini untuk mengkudeta sang kaisar. Mereka mengangkat
Hypatius, salah seorang senat, dan keponakan Anastasius I, kaisar pendahulu sebagai pengganti
Yustinianus. Yustinianus yang putus asa nyaris melarikan diri seandainya istrinya, Ratu Theodora,
tidak membujuknya.
Belisarius dipanggil bersama Narses, kasim yang juga merupakan penasehat kepercayaan kaisar, serta
Mundus, seorang jendral terkemuka untuk meredakan kerusuhan. Keduanya menggunakan
pendekatan yang sangat berbeda. Narses akan menggunakan sejumlah uang untuk membujuk Kubu
Biru, sembari mengingatkan bahwa Yustinianus adalah pendukung tim mereka. Jikalau Narses gagal,
Belisarius dan Mundus bersama pasukan kekaisaran akan membantai para perusuh. Narses gagal.
Belisarius dan Mundus pun menyerang. Kerusuhan pun berhasil diredakan. Hampir tiga puluh ribu
jiwa terbunuh dalam kejadian ini. Hypatius beserta anggota senat yang terlibat dieksekusi oleh
Yustinianus.
Posisi Yustinianus kini aman dan dia sekarang dapat mewujudkan ambisinya untuk menguasai
kembali kekaisaran bagian barat. Belisarius pun dipanggil kembali oleh sang kaisar. Meskipun ia
kalah di Callinicum, Yustinianus sadar bahwa Belisarius adalah sosok yang paling kompeten untuk
memimpin pasukan menguasai kembali wilayah milik kekaisaran.
Dr. Sugiharjo sumobroto budiawan. 1989. sejarah peradaban barat klasik dari prasejarah
hingga runtuhnya romawi. yogyakarta: Liberty yogyakarta
https://id.wikipedia.org/wiki/Keruntuhan_Kekaisaran_Romawi_Barat
http://widyanpn.blogspot.co.id/2014/06/runtuhnya-kekaisaran-romawi-barat.html