Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
2.1 Rumusan masalah
3.1 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kaisar kaisar yang tak berhasil (180-284 M)
2.2 Reformasi diocletinaus dan penerusnya
2.3 roma mengalami ke munduran
2.4 Berkembangnya Agama Nasrani dan Kristen
2.5 Perang Iberia
2.6 Kerusuhan Nika
2.7 Perang Vandal 
2.8 Perang Goth

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
BAB 1 pendahuluan

1.1 Latar belakang


marcus aurelus meninggal pada tahun 180 M banyak sekali karya peradaban romawi yang
berakhir, commodus menggantikannya tetapi malah membuat kekacauan dimana mana karena
commodus tak mempunyai bakat apapun. Penerus selanjutnya pun tak jauh berbeda malah sempat
terjadi anarki militer. Keruntuhan romawi beakibat pada tata kehidupan bangsa eropa yang semula
menerapkan hukum romawi menjadi kacau dan pada akhirnya bahasa romawi terbagi menjadi dua
begitu pula bahasanya romawi barat dengan menggunakan bahasa latin dan timur bahasa yunani inilah
yang perlahan menggerogoti kekaisaran romawi.
Diocletanius dan penerus sesudahnya mencoba untuk melakukan reformasi bentuk
pemerintahan dengan memberikan kekuasaan sepenuhnya pada gubernur atas urusan lokal serta
mengurangi luas propinsi, dalam bentuk angkatan bersenjata dioselatianus mengabaikan para pemalas
dan tukang jagal dan disisa pemerintahanya yang dilakukan adalah mencoba menstablkan kondisi
keuangan.

1.2 Rumusan masalah


1. bagaimana keadaan pemerintahan saat romawi runtuh
2. bagaimana sistem pemerintahan yang berjalan saat itu
3. apa saja perang yang terjadi pasca romawi runtuh

1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui bentuk pemerintahan saat roma runtuh
2. untuk mengetahui bagaimana sistem kekaisaran yang berjalan saat itu
3. melihat apa saja perang yang terjadi pada saat roma runtuh
BAB 2 pembahasan

2.1 Kaisar kaisar yang tak berhasil (180-284 M)


Dengan meninggalnya Marcus Aurelius pada tahun 180 M, Pax Romana dan abad abad yang penuh
dengan karya-karya agung dalam peradaban Romawi berakhir. Melalui kebanggaan dan pengaruh
kebapak-bapakan yang tidak pada tempatnya, penganut Stoa yang agung itu meninggalkan prinsip-
prinsip adopsi dan mengijinkan anaknya yang sungguhnya, Commodus (180 193 M), untuk
menggantikannya. Kekacauan, korupsi dan pertumpahan darah pada masa-masa pemerintahan
Caligula, Claudius dan Nero segera muncul kembali. Commodus tak mempunyai bakat apa-apa
kecuali dalam pacuan kereta perang dan perkelahian gladiator. Obsesinya pada olah raga semacam ini
dengan cepat merendahkan prestise atau kewibawaan pemerintah, dan pengabaiannya atas
keselamatan pribadinya menyebabkan nyawa nya melayang karena suatu pembunuhan.
Para pengganti atau penerus commodus juga kaisar kaisar yang lemah. Akibat dari kelemahan kaisar
ini adalah anarki militer (234-284 M, )zaman yang penuh dengan konflik intern antara faksi-faksi
militer sehingga menyebabkan stabilitas dan efisien pemerintahan hilang sehingga tidak heran bila
dalam kurun waktu setengah abad terjadi hampir dua lusin pergantian kaisar dan yang
mencengangkan adalah hanya satu kaisar yang meninggal secara wajar.
Sedangkan lainnya mati dalam peperangan melawan sekutu yang memberontak atau dibunuh oleh
tentaranya sendiri. Terpikat untuk masuk politik dan mencari uang, tentara mengabaikan tugas
wajibnya dalam melindungi Kekaisaran. Pertahanan di sepanjang perbatasan di daerah Rhine-Danube
mulai mengalami kemerosotan di bawah tekanan yang terus menerus meningkat dari orang-orang
Jerman, dan di Timur, kekaisaran Persia yang telah bangkit kembali mulai merupakan ancaman atas
daerah-daerah dominion Roma.

2.2 Reformasi diocletinaus dan penerusnya


Runtuhnya Romawi mengakibatkan tata kehidupan bangsa-bangsa Eropa yang semula berkiblat pada
hukum Romawi menjadi kacau. Anarkhi militer seperti yang dijelaskan diatas akan menjadikan
keruntuhan total yang singkat jika tidak ada seorang kaisar yang kuat yang mampu menghentikannya.
Kaisar kuat tersebut adalah Diacletianus (284-305 M) seorang veteran tentara. Ia mulai melakukan
berbagai perubahan penting yang salah satu diantaranya adalah mensentralisasikan kekuasaan ke
pusat yang sistemnya mirip prinsip oriental tradisional. Sistem pemerintah model tersebut juga
dipraktekan oleh pengganti-penggantinya seperti Galerius (305-311 M) dan Constantine (306-337 M).
Sepanjang periode ini penuh diwarnai dengan kebingungan karena kacau atau tidak selalu jelas
kebijakan-kebijakan yang mana yang harus dipertalikan dengan Diocletianus dan mana yang harus
dihubungkan dengan Galerius atau Constantine.
Diocletianus dan para penerusnya meninggalkan rasa hormat mereka atas bentuk-bentuk republikan
sebagaimana yang juga diperlihatkan oleh Augustus dan kaisar-kaisar lainnya pada masa awal
Kekaisaran. Mereka menghancurkan keseimbangan antara sentralisasi dan desentralisasi, Kekaisaran
dan civitas, menghapus hak-hak otonomi yang ada pada “civitates" dan memberikan kuasaan n
absolut kepada para gubernur atas urusan lokal. Agar supaya dapat menjadikan para wakil di propinsi,
yakni para gubernur itu, dengan kesatuan-kesatuan teritorial yang lebih kompak, Untuk membuat para
gubernur lebih padu dan kompak Diacletianus menyusutkan provinsi agar mudah dalam
pengontrolannya sehingga tidak heran bila jumlah provinsi meningkat tajam, sebelumnya ada 45
provinsi menjadi 101 provinsi Diocletanius juga membuat suatu badan yang bernama keuskupan yang
menjadi lembaga perantara antara provinsi dengan pusat. Ia juga membagi kekaisaran menjadi 2 yaitu
barat dan timur yang masing-masing mencakup beberapa keuskupan.
Diocletianus memindahkan ibukota kekaisaran belahan barat dari Roma ke Milan yang terletak di
Italia Utara. Dia memilih Milan karena kota tersebut jauh dari intrik-intrik politik yang saling
menjatuhkan seperti di Roma. Wilayah ini juga diluas perbatasan dimana ia berusaha untuk
menumpas kaum barbar yang ada disana. Kota Roma peranannya menjadi berkurang karena banyak
penduduknya yang pindah dan banyak banyak juga gedung yang rusak karena tidak terawat.
Sedangkan Constantine menetapkan ibukota kekaisaran Romawi Timur di Byzantium yang kemudian
ia rubah menjadi Konstantinopel.
Dioclectianus dan para penerusnya menerapkan tindakan-tindakan yang agak serupa terhadap
kelompok-kelompok sosial lainnya, dengan akibat yang sama-sama buruknya. Para kaisar
menghendaki agar gandum yang ada di atas ladang-ladang yang diusahakan oleh pemerintah itu
dipanen untuk mensuplai roti yang dibagikan secara cuma-cuma di Roma. Untuk menjaga agar para
penggarap ladang tidak mogok dan mencegah penurunan suplai biji padi-padian, para buruh tani itu
dibikin terikat kepada ladang-ladang milik negara itu. Mereka akhirny menjadi coloni, yang statusnya
kurang lebih samd dengan setengah budak, Tindakan yang serupa, yakni pewarisan yang dipaksakan,
juga diterapkan pada kelompok-kelompok profesional yang penting lainnya, yakni terhadap para
kontraktor, para saudagar yang bertindak sebagai agen-agen bisnis pemerintah, kepada para pekerja
yang membangun dan memperbaiki jalan-jalan dan aquaduct-aquaduct.

2.3 roma mengalami ke munduran


Untuk mengatasi sebab keruntuhan Roma harus ditelusuri pada beberapa abad sebelum abad 4 dan 5
M. Dalam bidang militer kemunduran sudah terlihat pada abad 3 M seiring dengan proses regenerasi
legiun, dan terlibatnya milter dalam urusan politik dan ekonomi. Dalam bidang politik kemunduran
mulai nampak pada tahun 180 M dimana mulai ditinggalkannya sistem adopsi yang memicu
timbulnya anarkhi militer dan pemaksaan secara sentralisasi oriental. Pada masa Diocletianus keadaan
ekonomi sudah sangat parah keadaanya. Sistem kasta yang dipraktekan hanya bertujuan untuk
mengatasi kekuatan-kekuatan dalam negeri yang dapat menggerogoti masyarakat Roma. Pertumbuhan
penduduk yang semakin menurun juga menjadi pemicu keruntuhan Roma ini karena dengan
berkurangnya penduduk maka berkurang pula pendapatan negara yang berasal dari pajak. Disamping
itu kekeringan yang terjadi di Afrika Utara yang merupakan penyuplai gandum juga memicu
keruntuhan Roma. Keadaan ekonomi negara yang kocar-kacir menjadikan penduduk Roma
terjerumus ke dalam jurang kemiskinan. Standard hidup yang rendah dan munculnya ajaran agama
baru yaitu Kristen yang lebih menekankan pada urusan hidup setelah mati membuat rasa nasionalisme
penduduk Roma semakin meredup dan dengan digunakannya orang-orang Jerman sebagai tentara
bayaran membuat semangat juang masyarakat Roma meredup, hal-hal inilah yang membuat
kekaisaran romawi barat dengan mudah dikalahkan oleh bangsa barbar yang menyerang kekaisaran
tersebut. Zaman kemunduran ini disebut zaman kegelapan (Dark Ages). Runtuhnya Romawi
mengakibatkan tata kehidupan bangsa-bangsa Eropa yang semula berkiblat pada hukum Romawi
menjadi kacau. Pembagian ini memiliki arti yang cukup penting karena pembagian ini didasarkan
pada persamaan bahasa. Di Romawi Barat penduduknya menggunakan bahasa latin sedangkan di
Timur menggunakan bahasa Yunani. Sehingga tidak heran bila pembagian ini mulai menggerogoti
persatuan kekaisaran Romawi. Hal inilah yang nantinya menjadi jurang pemisah antara peradaban
Eropa Barat dan Selatan yang lebih condong ke Romawi, dan peradaban Greco Oriental yang tersebar
di Rusia dan daerah-daerah Balkan.
Untuk memperkuat pasukannya Diacletionus tidak mengizinkan para pemalas dan pembunuh masuk
dalam legiun ketentaraan sehingga ia lebih suka menggunakan tentara bayaran yang terdiri dari orang
asing yaitu orang-orang Jerman, jadi ia menghapuskan kebiasaan merekrut warga negara untuk
menjadi tentara. Untuk menunjukkan kewibawaan raja, Diacletionus menggunakan kosep Persia yaitu
mendudukkan raja sebagai seorang dewa, jubahnya yang dilapiasi emas mununjukkan wibawanya
yang begitu tinggi dihadapan para dewa di bumi dan langit. Para pejabat juga memperoleh gelar-gelar
yang agung seperti pejabat keuangan kini bergelar Pangeran yang mendapat anugerah suci dan dewan
negara menjadi Dewan suci. Diocletionus juga mencoba menyelamatkan perekonomian negara tetapi
hal tersebut sia-sia. Nilai mata uang menurun drastis karena kaisar-kaisar pendahulunya menurunkan
nilai pembuatan uang logam yakni mengurangi kuantitas logam mulia pada koin-koin itu. Dalam
waktu singkat ia berusaha menstabilkan nilai logam dan kemudian kembali kepada praktek
pengurangan nilai seperti sebelumnya, tetapi hasilnya sangat lain dari harapan karena nilai-nilai mata
uang romawi merosot tajam dan harga barang-barang naik secara bersamaan usaha Diocletionus
untuk mengendalikan inflasi dengan melakukan kontrol-kontrolnya atau harga menimbulkan
munculnya pasar gelap dan kerusuhan-kerusuhan di kalangan para penjual dan pembeli.
Diocletianus berusaha untuk mengatasi keadaan krisis financial dengan menetapkan pajak yang tinggi
kepada penduduk pajak-pajak tersebut ditarik dewan kota praja dan anggota curia. Apabila pajak
tersebut tidak memenuhi ketentuan maka dewan kota praja dan anggota curia harus
menambahkannya. Sehingga memicu bencana besar yang disebut Katastrofic, dimana banyak anggota
curia dan dewan kota praja yang mengundurkan diri karena tidak mampu memenuhi pajak yang harus
disetarakan kepada pemerintah. Dalam mengatasi masalah ini para kaisar penerus Diocletionus
memaksa para curia dan dewan kota praja agar tetap menduduki jabatannya dan menetapkan bahwa
jabatan tersebut turun temurun sehingga pada waktu itu jabatan curia yang sebelumnya dianggap
sebagai kedudukan terhormat kini menjadi beban yang amat berat, jadi dengan demikian Diocletianus
telah mulai menjalankan suatu kelompok sosial penting dalam kekaisaran. Diocletianus dan para
penerusnya melakukan hal serupa pada kelompok sosial lain yang akibatnya juga buruk misalnya
kaum petani yang dipaksa untuk menanam gandum sebagai bahan pokok pembuatan roti yang
nantinya akan disuplai ke pemerintah untuk dibagikan secara cuma-cuma di Roma seperti kasus
sebelumnya pemerintah juga menerapkan staf, mereka turun temurun.

2.4 Berkembangnya Agama Nasrani dan Kristen


Agama Nasrani dan Kristen menyebar secara luas dan menjadi agama mayoritas, terpopuler dab
dijunjung tinggi di kalangan bangsa Eropa Pada awal perkembanganya agama nasrani banyak
mendapat tekanan dari pemerintah karena agama ini dianggap menyalahi kepercayaan setempat yang
punya banyak dewa atau disebut polytheisme sedangkan agama nasrani lebih menjurus ke
monotheisme tetapi pada perkembangan selanjutnya ajaran agama nasrani mampu berkembang cukup
pesat pada golongan masyarakat bawah yang pada perkembangan selanjutnya para penguasa juga
memulai memeluk agama ini. Ini tidak lain juga merupakan imbas dari kekacauan yang terjadi di
kekaisaran Roma yang memicu tumbuhnya keinginan untuk memilih agama yang lebih baik dari
agama yang dianut mereka sebelumnya sebagai pegangan hidup. Masyarakat Romawu sudah tidak
percaya lagi pada dewa yang mereka sembah karena mereka sudah punya anggapan bahwa dewa-
dewa tersebut tidak mampu menyelesaikan persoalan mereka.
Pada awal abad 4 M, Kaisar Roma yang bernama Konstatin memeluk agama nasrani dan melegalkan
masyarakatnya untuk menganut agama nasrani. Dia melakukan hal itu karena saat bertempur dia
melihat di angkasa salib dengan tulisan (dengan tanda ini engkau akan menang).Dan hal itu membuat
ia yakin bahwa agama nasrani adalah agama yang benar. Pada saat itulah agama nasrani berkembang
pesat tetapi sudah kehilangan bentuk aslinya.
Kini justru Romawi lah yang mempengaruhi agama tersebut. Pengaruh tersebut adalah adanya suatu
organisasi yang memicu munculnya susunan organisasi gereja, dengan posisi tertinggi yaitu Paus.
Gereja menjelma menjadi suatu negara tersendiri, dengan istana Paus di Vatikan yang menjadi pusat
agama nasrani. Segala kekuasaan dalam gereja berasal dari pusat yang menjadikan Paus menjadi
pemimpin tertinggi gereja yang tidak hanya mengurus masalah kerohanian saja tetapi juga sudah lebih
ke politik.
Perkembangan agama Kristen yang begitu pesat ternyata menimbulkan banyak masalah baru,
diantaranya yaitu banyak orang yang masuk Kristen hanya untuk menanamkan pengaruh di
komunitas-komunitas Kristen tersebut, sehingga banyak orang yang masuk Kristen hanya ikut-ikutan
saja tidak berdasarkan hati nurani. Melihat gejala sosial tersebut para pemeluk agama Kristen yang
puritan sangat prihatin sehingga mereka mengundurkan diri dari dunia ramai dan menyepi ditempat-
tempat seperti hutan, gunung, dan padang pasir sebagai pertapa. Hidup para pertapa itu serba sulit,
namun mereka punya pengikut yang banyak, bahkan beberapa diantara mereka melakukan
askekitisme yang cukup ekstrim. Diantara para pertapa yang terkenal itu adalah Santo Anthonius dari
Mesir, dan Santo Simean Stylitus.

Namun cara hidup diatas dipandang oleh orang kebanyakan sebagai hal yang terlalu sulit untuk
dilakukan sehingga pada perkembangan selanjutnya muncul gaya pertapaan baru yang diperkenalkan
oleh Santo Pachomius. Cara baru ini adalah tetap bertapa dan menyendiri tetapi masih diharuskan
untuk bekerja, dan berdoa dan membanca injil bersama-sama dengan sesama pertapa. Ini disebabkan
karena dorongan alamiah seorang manusia untuk berkumpul dan bersosialisasi dengan manusia lain.
Tidak heran bila banyak pemeluk agama Kristen yang menerima ajaran ini dan beribu-ribu orang di
Mesir hulu mengikuti tata cara Pachomius ini.
Tetapi pada perkembangan selanjutnya muncul lagi revolusi sistem pertapaan tapi sistem ini lebih
mirip atau lebih baik disebut sistem kebiaraan. Pencetus cara baru ini adalah Santo Dasil yang
menyebutkan bahwa seorang pertapa seharusnya orang yang hidup dilingkungan keagamaan, hidup
bersama dalam suatu lingkungan peribadatan dilakukan juga bimbingan terhadap pembacaan Injil.
Dengan cara ini muncul biara-biara yang fungsinya sebagai tempat peribadatan umat Nasrani.n
ampak adanya Perang Salib adalah sebagai berikut. a. Jalur perdagangan Eropa dan Timur Tengah
menjadi terputus. Apalagi dengan dikuasainya Konstantinopel, maka para pedagang Eropa mulai
mencari jalan lain untuk mendapatkan rempah-rempah secara langsung. b. Bangsa Eropa mulai
mengetahui kelemahan dan ketertinggalan mereka dari orang-orang Islam dan Timur, sehingga
mereka mencoba untuk mengejar ketertinggalan itu dengan pengembangan Iptek secara besar-
besaran. c. Adanya motif balas dendam di kalangan orang-orang Kristen terhadap orang muslim
karena kekalahannya dalam peperangan di dunia Timur dalam rangka menguasai jalur perdagangan.
Umat Nasrani sendiri memiliki seorang rasul yang bernama Yohannes yang meninggal sekitar tahun
101, dan dengan kematiannya ini menandai bahwa telah berakhir zaman apostolik(zaman rasul-rasul)
kemudian muncul bapa-bapa apolistik yang dianggap menerima perintah khusus dari para rasul.
Diantara para bapa apolistik itu yang sangat terkenal adalah St Clement, St Ignatius dan St
Polycarpus. Setelah zaman para bapa apostolik, munculah para bapa gereja. Biasanya mereka adalah
orang berwatak mulia dan berdisiplin tinggi. Karya-karya mereka lazim disebut patristik yang sangat
berpengaruh pada Eropa abad pertengahan dan modern.
Beberapa bapa gereja tersebut adalah Uskup Eusebius, St Ambrosius, St Jeremius dan St Agustinus.
Karya Eusebius yang paling terkenal adalah sejarah gereja yang menjadi acuan bagi karya-karya
sejarah perkembangannya gereja oleh generasi selanjutnya. St Ambrosius yang dikenal sebagai Uskup
Milan memperkenalkan hymne liturgi ke gereja. St Jeremies menciptakan karya yang sangat penting
bagi gereja. Karya tersebut adalah terjemahan kitab perjanjian lama dan baru ke bahasa Latin. St
Agustinus adalah penulis dan pemikir terbesar di kalangan gereja Kristen di Eropa. Karya tersebut
diantarannya adalah Confessions(pengakuan-pengakuan), De Civitas dei, atau the city of God (kota
Tuhan). Dengan perkembangan itulah agama Kristen berkembang dengan pesat didataran Eropa.
2.5 Perang Iberia
Kaisar Yustin I wafat pada tahun 527, dan digantikanYustinianus I. Dari pamannya, Yustinianus
mewarisi Perang Iberia, konlik berkelanjutan dengan Kekaisaran Sassaniyah Persia. Belisarius pun
dikirim Yustinianus untuk berpartisipasi dalam perang tersebut. Awal masuknya Belisarius ke perang
ini berlangsung alot. Ia gagal melindungi pasukan ekspedisi Romawi yang sedang membangun
benteng pertahanan di Thannuris. 
Pada tahun 530, Belisarius dan Hermogenes, rekannya yang membawahi 25.000 pasukan bertemu
dengan 40.000 pasukan Persia di Dara, Turki Selatan. Meski kalahjumlah, Belisarius tetap memilih
bertempur. Lewat formasi dan taktik penyergapan yang efektif, Belisarius berhasil memecah dan
mengalahkan telak pasukan Persia. Persia kehilangan 8.000 pasukannya sebelum akhirnya mundur
dan Belisarius mencetak kemenangan pertamanya dengan gemilang. 
Namun kemenangan ini tidak membuat Romawi Timur berada di atas angin dalam waktu lama.
Belisarius dan pasukannya bertemu lagi dengan pasukan Persia di Callinicum ”sekarang Ar Raqah,
Suriah), sebuah daerah di utara sungai Euphrates pada bulan April, tahun 531. Berada dalam moral
yang tinggi, pasukan Romawi Timur dipenuhi semangat bertempur. 
Hal ini berlawanan niat Belisarius yang hanya berniat memukul mundur pasukan Persia tanpa
melakukan konfrontasi yang beresiko. Setelah gagal membujuk pasukannya yang membangkang,
Belisarius akhirnya menyiapkan diri untuk pertempuran. 
Setelah pertempuran yang berimbang selama setengah hari, kavaleri elit Persia berhasil menembus
pertahanan pasukan Ghassanid, sekutu Romawi Timur dan memaksa mereka mundur. Kehilangan
satu sayap pasukannya, Belisarius segera memerintahkan pasukannya untuk mundur. Pasukan Persia
pun mengejar dan membunuh pasukan Romawi Timur yang berusaha kabur. Meskipun berakhir
dengan kemenangan Persia, kedua kubu mendapat pukulan berat akibat pertempuran ini. Romawi
Timur kehilangan banyak pasukan, sedangkan Persia kini kekurangan kekuatan untuk menginvasi
Suriah. Pertempuran ini pun menutup Perang Iberia. Romawi Timur mendapat kembali Lazica dan
Persarmenia, namun harus membayar rampasan perang sebesar 11.000 pon emas tiap tahunnya.
Belisarius sendiri kembali dan diberhentikan dari jabatannya oleh kaisar. 

2.6 Kerusuhan Nika


Konstantinopel pada awal tahun 532 adalah tempat yang kacau. Yustinianus I, yang sudah
memerintah selama lima tahun kehilangan kepercayaan rakyatnya. Banyak yang tidak menyukai
kebijakannya dalam memilih penasehat kekaisaran dan pejabat kota. Eudaemon, prefek
Konstantinopel adalah salah satu pejabat yang paling dibenci oleh masyarakat. 
Balapan kereta kuda adalah olahraga paling populer di Konstantinopel. Ada beberapa kubu suporter
yang berlawanan dalam olahraga ini. Mereka menamakan diri sesuai seragam tim pengendara kuda
yang mereka dukung. Yang paling besar di antara kubu-kubu ini adalah Kubu Biru dan Kubu Hijau.
Kedua kubu merupakan kekuatan politik yang cukup kuat dan sering ikut campur dalam masalah
negara, dari perihal keagamaan hingga suksesi kekaisaran. Kaisar Yustinianus I sendiri mendukung
Kubu Biru. 
Tujuh anggota Kubu Biru dan Kubu Hijau dituding terlibat pembunuhan yang terjadi pasca
pertandingan. Eudaemon, yang disebut sebelumnya pun memvonis hukuman mati untuk mereka. Pada
saat eksekusi, dua orang dari masing-masing kubu berhasil kabur dan bersembunyi di sebuah gereja. 

Baik Kubu Biru dan Kubu Hijau meminta Yustinianus I untuk memberikan pengampunan, namun
sang kaisar tidak memberi jawaban. Kedua kubu yang marah pun kini bergabung dan merusuh di
sepanjang jalanan. Kejadian ini dikenal sebagai Kerusuhan Nika, karena para perusuh dari kedua kubu
yang biasa meneriakkan warna seragam tim pengendara kuda yang mereka bela pun mengubah
teriakannya menjadi “Nika!”, yang artinya kemenangan. Beberapa anggota senat yang tidak menyukai
Yustinianus pun memanfaatkan kerusuhan ini untuk mengkudeta sang kaisar. Mereka mengangkat
Hypatius, salah seorang senat, dan keponakan Anastasius I, kaisar pendahulu sebagai pengganti
Yustinianus. Yustinianus yang putus asa nyaris melarikan diri seandainya istrinya, Ratu Theodora,
tidak membujuknya. 

Belisarius dipanggil bersama Narses, kasim yang juga merupakan penasehat kepercayaan kaisar, serta
Mundus, seorang jendral terkemuka untuk meredakan kerusuhan. Keduanya menggunakan
pendekatan yang sangat berbeda. Narses akan menggunakan sejumlah uang untuk membujuk Kubu
Biru, sembari mengingatkan bahwa Yustinianus adalah pendukung tim mereka. Jikalau Narses gagal,
Belisarius dan Mundus bersama pasukan kekaisaran akan membantai para perusuh. Narses gagal.
Belisarius dan Mundus pun menyerang. Kerusuhan pun berhasil diredakan. Hampir tiga puluh ribu
jiwa terbunuh dalam kejadian ini. Hypatius beserta anggota senat yang terlibat dieksekusi oleh
Yustinianus. 
Posisi Yustinianus kini aman dan dia sekarang dapat mewujudkan ambisinya untuk menguasai
kembali kekaisaran bagian barat. Belisarius pun dipanggil kembali oleh sang kaisar. Meskipun ia
kalah di Callinicum, Yustinianus sadar bahwa Belisarius adalah sosok yang paling kompeten untuk
memimpin pasukan menguasai kembali wilayah milik kekaisaran. 

2.7 Perang Vandal 


Mei, tahun 429, Geiseric, pemimpin bangsa Vandal menyeberangi Selat Gibraltar menuju Afrika
Utara bersama 80.000 rakyatnya. Geiseric menyerang dan berhasil mengambil alih Mauretania
Sitifensis, Mauretania Caesariensis dan Numidia. Pihak kekaisaran Romawi Barat mengakui
pemerintahan Geiseric atas daerah-daerah tersebut dan membuat perjanjian damai dengan Geiseric. 
Perdamaian tidak berlangsung lama. Geiseric mengepung Kartago pada bulan Oktober, tahun 439.
Perjanjian damai dibuat kembali pada tahun 442. Lewat perjanjian ini, Geiseric menukar beberapa
daerah yang mereka kuasai dengan dua provinsi milik kekaisaran yang kaya sumber daya alam,
Byzacena, dan Zeugitana. Kartago pun kini menjadi ibukota Kerajaan Vandal. 
Meskipun terikat perjanjian damai, bangsa Vandal tetap menyusahkan kekaisaran Romawi Barat.
Perompak-perompak Vandal mengacau di laut Aegea, dan pada tahun 455, Geiseric menyerang dan
menjarah kota Roma. Seusai penjarahan yang berlangsung selama2 minggu, Geiseric dan pasukannya
berlayar ke Corsica, Sardinia, dan Kepulauan Balears. Daerah-daerah ini pun dikuasai oleh Kerajaan
Vandal. Di tahun 468, Kekaisaran Barat dan Kekaisaran Timur melancarkan ekspedisi penghukuman
ke Kartago, namun sayangnya, Kerajaan Vandal unggul dan mengalahkan mereka di Cape Bon,
Tunisia. Setengah dari kapal perang Romawi terbakar dan tengelam. 
Di tahun 476, Kekaisaran Romawi Barat runtuh setelah Kaisar Romulus Augustulus dimakzulkan
oleh Odoaker, kepala suku Scirii. Odoaker mengangkat dirinya sebagai Raja Italia, sebelum akhirnya
tewas dalam perang melawan Theodorik, pemimpin bangsa Ostrogoth. Theodorik pun menggantikan
Odoaker sebagai penguasa Italia. 
Bangsa Vandal menganut doktrin agama Kristen Arianisme, dan sering menindas penganut Kristen
Kalkedonia. Pihak Kekaisaran Romawi Timur kerap memprotes tindakan ini, namun hampir tidak
pernah digubris. Semua berubah ketika Hilderic, cucu Geiseric naik tahta. Ia menghentikan
penindasan para penganut Kristen Kalkedonia, dan menjalin hubungan diplomasi dengan Kekaisaran
Romawi Timur. Banyak bangsawan Vandal tidak menyukai kebijakan pro-Romawinya. Mereka
memberontak danmengantikan Hilderic dengan Gelimer, sepupunya. 
Kaisar Yustinianus I meminta Gelimer mengembalikan tahta kepada Gelimer, atau setidaknya
mengirimkan Gelimer ke Konstantinopel. Kedua permintaan ditolak mentah-mentah oleh Gelimer.
Pembangkangan ini pun memulai Perang Vandal. Belisarius diangkat sebagai komandan ekspedisi
penyerangan Kerajaan Vandal. Ia membawahi 10.000 infantri, 5.000 kavaleri, dan 500 kapal perang.
Pasukan ini dinilai terlalu minim, mengingat reputasi bangsa Vandal di bawah pemerintahan Geiseric
yang dikenal sebagai petarung dan perompak yang tangguh. Beberapa pejabat mencoba mengingatkan
sang kaisar kekalahan memalukan di Cape Bon. Meski begitu, Yustinianus bersikeras dan tidak
mengindahkan nasehat mereka. Pada bulan Juni, tahun 533, Belisarius pun berangkat. Ia membawa
istrinya, Antonina, serta Procopius, sekretaris pribadinya dalam ekspedisi ini. 
Pasukan Romawi pun mendarat di Caputvada. Belisarius dan pasukannya bergegas menuju Kartago,
ibukota Kerajaan Vandal. Belisarius sadar bahwa citra pasukan Romawi Timur sangat penting dalam
perang kali ini. Ia ingin para penduduk setempat menganggap mereka datang sebagai pembebas, maka
dari itu Belisarius menekankan disiplin ketat pada pasukannya. Hal ini menyebabkan para penduduk
setempat kooperatif dengan pasukan Belisarius. 
Berita kedatangan Belisarius pun sampai ke telinga Gelimer. Ia mengeksekusi Hilderic, dan
menyiapkan pasukan untuk menyergap pasukan Romawi Timur sebelum mereka mencapai Kartago.
Gelimer hanya memiliki 11.000 pasukan, kalah jumlah dengan 15.000 pasukan Romawi Timur.
Gelimer berencana mengepung pasukan Belisarius dengan memanfaatkan pengetahuannya akan
medan setempat. Kedua pasukan bertemu pada tanggal 13 September, tahun 533. 
Meski rencana awalnya untuk mengepung pasukan Romawi Timur gagal, Gelimer berada di atas
angin. Moral pasukannya tinggi, dan ia berhasil mengalahkan pasukan kavaleri Romawi Timur.
Sayangnya, Gelimer mendapat kabar bahwa saudaranya, Ammatas telah tewas terbunuh musuh.
Tengelam dalam kesedihan, Gelimer membatalkan serangan penghabisan ke pasukan Romawi Timur.
Belisarius segera memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang balik. Pasukan Romawi Timur pun
mengalahkan pasukan Vandal. 
Kekalahan Gelimer mengakibatkan kota Kartago tidak memiliki pertahanan. Pasukan Romawi Timur
pun memasuki kota tanpa perlawanan. Belisarius memerintahkan pasukannya untuk tidak mengusik
penduduk setempat. Ia pun memerintahkan pembangunan kembali dinding pertahanan kota. Setelah
terusir dari Kartago, Gelimer membawa pasukannya menuju Bulla Regia, Numidia. Ia mengirim
pesan kepada saudaranya, Tzazon yang sedang berada di Sardinia untuk kembali ke Afrika Utara.
Menunggu kedatangan saudaranya, Gelimer mencoba memecah pasukan Romawi Timur. Ia
menawarkan hadiah untuk setiap kepala pasukan Romawi Timur yang mereka bawa kepada suku
pribumi. Ia juga mencoba menyogok kavaleri bayaran Hun yang berperan penting dalam
kekalahannya sebelumnya. 
Tzazon pun sampai ke Afrika Utara pada bulan Desember. Gelimer segera mengerahkan pasukan
menuju Kartago. Bersama dengan pasukan Tzazon, ia memerintahkan penghancuran tanggul air yang
menjadi sumber air untuk Kartago. Dalam dua belas minggu semenjak ia menguasai Kartago,
Belisarius telah menyelesaikan pembangunan dinding pertahanan. Ia juga sadar penyusup- penyusup
Gelimer telah meracuni loyalitas pasukan bayaran yang ia bawa, sehingga menempatkan mereka di
posisi paling belakang dalam formasi perang. Belisarius dan pasukannya keluar dari Kartago,dan
bertemu dengan pasukanVandal yang berjumlah50.000 di Tricamarum. KavaleriRomawi Timur pun
menghantampasukan Vandal danmembunuh Tzazon. KematianTzazon membuat Gelimer
kehilangansemangat tempurnyasekali lagi. Pasukan Vandal mundur, namun dikejar oleh pasukan
Romawi Timur. Sekitar 3.000 pasukan Vandal tewas dalam pertempuran ini. Tanpa perlawanan
berarti, Belisarius dan pasukannya menguasai kota-kota Kerajaan Vandal satu-persatu.

2.8 Perang Goth 


Athalarik, cucu Theodorik, menggantikan kakeknya sebagai penguasa Italia. Athalarik yang baru
berusia 10 tahun memerintah di bawah pengawasan Amalasuntha, ibunya yang dianggap pro-
Romawi. Ia akrab dengan Yustinianus. Amalasuntha juga cenderung mendidik anaknya dengan tradisi
Romawi, menyebabkan dirinya dibenci oleh bangsawan-bangsawan Ostrogoth.Sadar bahwa para
bangsawan tersebut mencoba menyingkirkannya, Amalasuntha pun mengeksekusi mereka. 
Sayangnya, Athalarik meninggal pada tahun 534. Amalasuntha pun mengangkat Theohadad,
sepupunya sebagai pemimpin baru bangsa Ostrogoth dan penguasa Italia. Ironis, Theohadad yang ia
anggap dapat membantu posisinya malah berpihak pada para bangsawan yang membenci
Amalashuntha. Alhasil, Amalasuntha pun diasingkan dan dibunuh pada bulan April, tahun 535.
Kematian Amalasuntha pun kini menjadi alasan yang dapat dipakai oleh Yustinianus untuk
menyerang Italia. Ia memanggil Belisarius untuk memimpin ekspedisi sekali lagi, kali ini bersama
7.500 prajurit, hanya setengah dari saat perang melawan Kerajaan Vandal. Yustinianus juga mengirim
Mundus, pemimpin pasukan kekaisaran di Illyricum untuk menguasai Dalmatia. Belisarius dan
pasukannya pun mendarat di Sisilia. Penduduk pulau yang strategis ini menerima kedatangan pasukan
Romawi Timur, membuat Belisarius tidak menemui kesulitan dalam menguasai Sisilia. Theohadad,
mengingat kemenangan cepat Belisarius di Afrika pun menyerah dan berjanji akan menyerahkan
Italia dan Sisilia kepada kekaisaran.
Yustinianus merasa sangat girang mendapati betapa mudahnya ia dapat menguasai Italia kembali,
tetapi kenyataan akhirnya berkata lain. Mundus berhasil menguasai Dalmatia, namun pasukan
Ostrogoth datang dan menyerang dengan niat merebut kembali provinsi tersebut. Di tengah
pertempuran, Mauricius, putra Mundus terbunuh. Mundus yang marah besar pun memimpin serangan
yang brutal ke pasukan Ostrogoth. Pasukan Ostrogoth yang mendapat pukulan berat pun mundur, dan
Mundus memerintahkan pengejaran. Di tengah pengejaran ini, Mundus terluka parah, menyebabkan
pasukan Romawi Timur kehilangan arah, dan terpaksa meninggalkan Dalmatia. Theohadad yang
mendapatkan berita ini pun mendapatkan keberanian untuk melawan Yustinianus, dan membatalkan
niatnya untuk menyerah. 
Belisarius yang berada di Sisilia pun diperintahkan untuk menyerang Italia. Bulan Oktober, tahun
536, pasukan Romawi Timur pun mencapai Naples. Setelah pengepungan yang brutal selama 3
minggu, Naples pun jatuh. Penduduk setempat menolak untuk menyerah, mengakibatkan Belisarius
memperbolehkan pasukannya untuk menjarah kota tersebut.Ketidakmampuan Theohadad untuk
menghentikan serangan Romawi Timur pun harus ia bayar dengan tahta dan nyawanya. Para
bangsawan Ostrogoth pun mengangkat Witiges, seorang jendral sebagai pemimpin baru mereka.
Witiges tahu jelas kemampuan Belisarius, dan berniat untuk memantapkan keadaan pasukannya
sebelum melawannya. Ia meninggalkan kota Roma dan pergi ke Ravenna. Ia juga menceraikan
istrinya, dan menikahi Matasuntha, anak perempuan Amalasuntha untuk memperkuat posisinya. 
Sementara itu, Belisarius sendiri belum menunjukkanpergerakan menuju Roma. Iamencoba
memperkuat posisinyadi Italia Selatan sembariberkirim surat denganPaus Silverius. Paus
Silveriusyang tidak ingin Roma bernasib sama dengan Naples pun memutuskan untuk mendukung
Belisarius. Mendapati kabar ini, Belisarius pun bergerak menuju Roma. Ia dan pasukannya memasuki
kota tersebut tanpa perlawanan. Tahu bahwa pasukan Ostrogoth akan kembali, Belisarius pun
memperkuat pertahanan kota, dan menumpuk ransum dan suplai untuk perang mendatang. 
Witiges sadar betul bahwa kredibitilasnya sebagai pemimpin Ostrogoth dipertaruhkan dalam
pertempurannya melawan Belisarius. Ia pun menyiapkan 45.000 pasukannya dan segera mengepung
Roma pada Maret, tahun 537. Witiges memerintahkan pasukannya untuk menyabotase tanggul air
yang merupakan sumber air utama Roma. Belisarius yang hanya memiliki 5.000 pasukan pun
meminta bantuan dari Konstantinopel. Sembari menunggu pasukan bantuan, Belisarius memanfaatkan
mata air di sekitar kota sebagai pengganti sumber air. 
Setelah pengepungan selama dua bulan, pasukan bantuan pun datang. 1.600 kavaleri bayaran bangsa
Hun menembus blokade dan bergabung dengan pasukan Belisarius di dalam kota. Meski begitu,
pasukan Romawi Timur masih kalah jumlah. Belisarius berhasil menghentikan serangan Witiges
dengan korban minimal, namun jumlah pasukan Ostrogoth yang besar membuat pertempuran berjalan
cenderung stagnan. Seiring pengepungan berlangsung, baik pasukan Romawi Timur dan Ostrogoth
pun mulai kehabisan ransum dan terjangkit penyakit. 
Di bulan November, 5.000 pasukan elit Romawi Timur pun sampai ke Roma dibawah pimpinan John.
Witiges yang awalnya percaya diri dengan jumlah pasukannya pun mulai patah semangat. Moral
pasukannya sudah jatuh akibat pengepungan yang tak membuahkan hasil. Sebelum situasi semakin
buruk, Witiges pun berniat mengakhiri perang dengan negosiasi dan menawarkan perjanjian gencatan
senjata selama tiga bulan. Pengepungan pun dihentikan untuk memberikan waktu untuk perjalana
utusan Ostrogoth ke Konstantinopel. 
Memanfaatkan waktu luang ini, Belisarius pun mendatangkan 3.000 pasukan Issauria. Dengan hati-
hati, ia merusak jalur suplai pasukan Ostrogoth. Ia juga mengirim John bersama 2.000 kavaleri untuk
menjarah Picenum. Witiges memprotes tindakan Belisarius, namun ia tidak mengindahkannya.
Witiges pun mencoba membalas Belisarius. Ia mengirimkan mata- mata untuk mensabotase
pertahanan Roma, namun berhasil digagalkan. 
Belisarius kemudian mengirim John untuk menguasai Rimini, sementara Witiges masih menunggu
dengan gelisah hasil negosiasi damainya dengan Yustinianus. Setelah mendengar kabar bahwa Rimini
telah jatuh ke tangan John, Witiges pun segera mundur ke Ravenna. Ravenna, ibukotanya hanya
berjarak satu hari perjalanan dari Rimini. Takut pusat kekuasaannya akan diserang oleh pasukan
Romawi Timur, Witiges pun mengakhiri pengepungannya di Roma pada bulan Maret tahun 538. 
Bersamaan dengan mundurnya Witiges dan pasukannya, Belisarius pun mulai menyerang kota-kota
yang dikuasai Ostrogoth. Ia pun memerintahkan John dan 2.000 kavalerinya untuk bergabung kembali
dengan pasukan utama, namun ia menolak. John mencoba untuk meyakinkan Matasuntha, istri
Witiges untuk mengkhianati suaminya. Sayangnya, sebelum John berhasil, Witiges mengerahkan
pasukannya untuk mengambil kembali Rimini. 
Belisarius pun bergegas menuju Rimini bersama pasukannya untuk menolong John. Bersamaan
dengan ini, Narses dan 5.000 pasukannya sampai di Italia. Narses, kasim dan penasehat kepercayaan
Yustinianus diutus oleh sang kaisar untuk mengawasi tindak-tanduk Belisarius. Keberhasilan sang
jendral telah mengundang banyak gosip tidak sedap akan semakin besar ambisinya seiring
meroketnya reputasinya. 
Baik sang jendral dan sang kasim punya pendekatan yang berbeda akan bagaimana cara mereka
membantu John. Narses memilih konfrontasi langsung, sementara Belisarius memilih untuk berhati-
hati. Setelah perdebatan panjang, diputuskanlah rencana Belisarius lah yang dipakai. Ia pun membagi
pasukannya menjadi tiga, dimana dua di antaranya akan mendekati Rimini lewat laut, sementara
pasukan utama yang dipimpin oleh Belisarius dan Narses akan mendekati kota lewat darat. Witiges
yang mengetahui bahwa ia akan dikepung dari tiga arah pun akhirnya memilih untuk kembali ke
Ravenna. Ramini pun berhasil dikuasai Belisarius dan Narses. Ironisnya, kemenangan ini memecah
pasukan Romawi Timur menjadi dua faksi. Satu faksi berpihak pada Belisarius, faksi lainnya berpihak
pada Narses, dimana John menjadi salah satu anggotanya karena ia sadar bahwa status Narses lebih
menjanjikan, meskipun ia berhutang nyawa dengan Belisarius. 
Di bulan April 538, Belisarius mendapatkan permintaan dari Mediolanum ”Milan). Penduduk kota
tersebut meminta Belisarius untuk membebaskan mereka dari pemerintahan bangsa Ostrogoth.
Belisarius pun mengirim 1.000 pasukannya yang dipimpin oleh Mundilas, salah seorang letnannya.
Pasukan kecil ini, dengan bantuan penduduk Milan pun berhasil mengamankan Milan dan daerah
sekitarnya. Mediolanum merupakan kota terkaya kedua di Italia setelah Roma. Kehilangan kota
tersebut merupakan pukulan berat untuk harga diri Witiges. Ia pun memerintahkan 10.000
pasukannya untuk merebut kembali Mediolanum. 
Mundilaspun segera memberitahukan kabar ini kepada Belisarius dan mengirimkan pasukan ke
Mediolanum. Meski begitu, pasukan bantuan ini pun kewalahan oleh jumlah pasukan Ostrogoth.
Mereka pun meminta bantuan kepada Belisarius, dimana ia kemudian memerintahkan John untuk
segera berangkat ke Mediolanum. John menolak, dan beralasan bahwa ia hanya akan mengikuti
perintah langsung dari Narses. Meski Narses memberikan perintah, John jatuh sakit.
Penundaan-penundaan tersebut mengakibatkan Milan berada dalam bahaya besar. Lama
dikepung,suplai mereka pun mulai habis. Pasukan Ostrogoth berjanji akan membebaskan Mundilas
dan pasukannya apabila mereka menyerah. Mundilas menolak, karena penduduk Mediolanum yang
telah mengkhianati Witiges tentu tidak akan diampuni. Di akhir Maret, tahun 539, Mundilas, di bawah
tekanan pasukannya yang sudah kehilangan semangat tempur pun terpaksa menerima tawaran
tersebut. Pasukan Romawi Timur pun meninggalkan kota dengan selamat, namun tidak dengan
penduduk setempat. Pasukan Ostrogoth menjarah Mediolanum, membunuhi penduduknya dan
membakar kota tersebut. 
Yustinianus pun menyadari kesalahannya, dan memanggil Narses kembali, dan memberi komando
sepenuhnya kepada Belisarius. Witeges yang menyadari kerajaannya kini terancam runtuh. Ia
mengirim utusan ke Persia, ke Khosrau I agar ia memulai perang baru dengan Kekaisaran Romawi
Timur. Sayangnya, utusannya tersebut tak pernah kembali. Belisarius dan pasukannya pun menyerang
kota-kota di selatan Ravenna dengan cepat. Di tengah perang, pasukan Romawi Timur dan Ostrogoth
sama-sama dikagetkan dengan munculnya pasukan bangsa Franka di bawah pimpinan Raja
Theudebert. Pasukan Ostrogoth yang mengira kedatangan mereka adalah untuk membantu mereka
melawan para penyerang Romawi Timur pun dihancurkan oleh pasukan Franka dengan mudah.
Pasukan Romawi Timur pun terpaksa mundur. 
Pasukan Franka mungkin akan bisa mengubah sejarah Perang Goth seandainya wabah disentri tidak
menyerang. Wabah ini menyebabkan pukulan berat ke moral pasukan Franka. Mereka pun akhirnya
mundur. Belisarius pun melanjutkan serangannya ke Ravenna. Di saat yang sama, utusan Yustinianus
pun sampai ke Italia untuk menawarkan perjanjian damai. Bangsa Ostrogoth akan tetap memegang
kuasa atas daerah di utara Sungai Po, sementara daerah di selatan akan menjadi milik kekaisaran. Tak
punya banyak pilihan, Witiges pun setuju. 
Saat Belisarius menyadari hal ini, ia pun marah besar. Kemenangan yang sudah di depan mata
menyebabkannya menolak perjanjian damai tersebut, kecuali Yustinianus sendiri yang
menandatangainya. Ia pun melanjutkan serangannya ke Ravenna. Witiges mendekati Belisarius. Ia
dan rakyatnya pun menyerah dan ia juga bersedia menyerahkan kerajaannya, jikalau Belisarius
bersedia mengangkat dirinya menjadi Kaisar Romawi Barat. Belisarius ingin menolak, namun ia
melihat tawaran ini sebagai kesempatan untuk mengakhiri perang ini tanpa menumpahkan lebih
banyak darah. Ia pun berpura- pura menerimanya, dan masuk ke Ravenna bersama pasukannya pada
bulan Mei, tahun 540. Bersamaannya dengan masuknya Belisarius ke ibukota mereka, pasukan Goth
di utara pun menyerah. Seusai kemenangan ini, Belisarius kembali ke Konstantinopel, mengakhiri
Perang Goth, untuk sementara.
3.1 kesimpulan
Roma adalah suatu peradaban yang besar akan tetapi akibat adanya beberapa hal mulai dari
kekacauan, korupsi dan pertumpahan darah yang ada di dalam pemerintahannya, disini
mulailah awal dari keruntuhan roma. beberapa kaisar yang memimpin pun tidak bisa
mengatasinya sampai seorang bernama diacletanius mulai menghentikan kekacauan yang ada
ia membagi kekaisaran menjadi dua yaitu barat yang berbahasa latin dan timur berbahasa
yunani, tindakan ini justru membuat masalah lain karena peradaban romawi terbagi menjadi
dua. Banyak perang yang terjadi ditambah bangkitnya kekaisaran romawi timur
mempengaruhi runtuhnya romawi barat semakin cepat. Perkembangan agama nasrani dan
kristen mempengaruhi perkembangan masyarakat karena kepercayaan setempat menganut
dewa dewa.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Sugiharjo sumobroto budiawan. 1989. sejarah peradaban barat klasik dari prasejarah
hingga runtuhnya romawi. yogyakarta: Liberty yogyakarta
https://id.wikipedia.org/wiki/Keruntuhan_Kekaisaran_Romawi_Barat
http://widyanpn.blogspot.co.id/2014/06/runtuhnya-kekaisaran-romawi-barat.html

Anda mungkin juga menyukai