Anda di halaman 1dari 11

PERENCANAAN KOTA

ARTIKEL

“PERKEMBANGAN KOTA PERADABAN ROMAWI PADA ERA NEO


KLASIK, RENAISSANCE, DAN MODERN”

Oleh :

Nama : Rizki Yuliyanti

Nim : F 231 17 132

PROGRAM STUDI S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
Peradaban Romawi

Peradaban Romawi- Roma pada awalnya merupakan negara kota (polis) yang kecil. Kota Roma diapit oleh
tujuh bukit, yaitu Platine (tempat dibangunnya bangunan-bangunan megah), Capitalone (pusat keramaian),
Quirinalle, Aventine, Vinninal, Esqualine, dan Caeline. Kota Roma dibelah oleh Sungai Tiber.

Peta Romawi

Periodisasi sejarah Roma dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Peradaban Romawi Periode kerajaan (756-510 SM)

Polis Roma menurut legenda didirikan oleh Romus dan Romulus yang berasal dari ibu Raisilpa. Namun,
diperkirakan polis Roma dibangun oleh orang-orang Yunani. Pada masa kerajaan, Roma dipimpin seorang
raja yang didampingi oleh senante (wakil-wakil dari para suku di sekitar Roma). Pada masa itu struktur
masyarakat Roma terdiri dari dua, yaitu Patricia (warga Roma asli) dan Plebeyer (para pendatang yang
kebanyakan hidup miskin). Raja Roma haruslah berasal dari warga Roma asli. Seorang raja Roma bernama
Tarvininus diturunkan oleh senat karena merupakan orang Etruskia.

2. Peradaban Romawi Periode republik (519-31 SM)

Pada masa republik, Roma dipegang oleh 2 orang konsul, yang dipilih oleh senat, tiap konsul itu memiliki
tugas masing-masing. Konsul pertama bertugas dalam masalah hukum dan ekonomi, sedangkan konsul yang
kedua memegang urusan pertahanan. Pada masa darurat, jumlah konsul hanya satu orang yaitu seorang
diktaktum. Pada masa republik inilah Roma mulai melakukan ekspansi ke Ephirus dan Etruskia. Peperangan
yang paling dahsyat ialah perang antara Roma dengan Khartago (Tunisia sekarang). Khartago adalah polis
yang dimiliki oleh orang Funisia. Roma dan Khartago berperang untuk memperebutkan hegemoni di Laut
Tengah. Perang itu dimulai ketika Pulau Sisilia yang merupakan pulau yang menjadi sumber bahan makanan
orang Roma dikuasai oleh Funisia. Perang Funisia terjadi sebanyak 3 kali, yaitu:

1. Perang Funisia I (246 SM-241 SM);


2. Perang Funisia II (218 SM-201 SM);
3. Perang Funisia III (149-146 SM).

Perang ini berakhir dengan dikuasainya pulau Sisilia, Pulau Sardinia, dan Corsica oleh orang Roma. Namun
Semenajung Iberia berhasil dikuasai oleh orang Chartago, dan di sana mereka membangun kota Cartagena.
Pada Perang Funisia II, Panglima Khartago, atau dikenal sebagai Hanibal hendak menyerang Roma lewat
utara dan berhasil menguasai Saguntum yang merupakan pusat pertahanan Roma di utara. Dikuasainya
Saguntum itu bersamaan dengan masih terjadinya perdebatan di kalangan Senat dalam menyikapi bagaimana
cara menghadapi Hanibal. Pada waktu itu muncul istilah delibrate senate perit saguntum (senat terus berdebat
sementara Saguntum berhasil dikuasai).

Masyarakat Roma pada masa republik terdiri atas beberapa kelas Pertama, kaum optimar (kaum yang sangat
kaya karena mempunyai wewenang untuk menarik pajak dengan batas yang mereka tentukan). Kaum yang
kedua adalah kaum proletar yang merupakan kaum miskin. Meskipun demikian, dua golongan itu memiliki
wakil di senat yaitu Sula (Optimar) dan Marius (Proletar).

Kekacauan pertama terjadi di Roma ketika Marius dibunuh oleh Sula. Kekacauan itu berhasil diatasi dengan
munculnya triumvirat yang pertama yaitu Crassus (menguasai Eropa Timur), Pompeyus (Roma dan Yunani),
dan Julius Caesar (Eropa Barat). Crassus terbunuh pada waktu perang dengan Persia. Di Roma timbul
persaingan antara Pompeyus dengan Julius Caesar, yang pada akhirnya Caesar tampil sebagai penguasa
tunggal. Kekacauan kedua timbul ketika Caesar dibunuh oleh anak angkatnya sendiri, yaitu Brutus dan
Lavius. Kekacauan itu dapat diatasi dengan munculnya triumvirat yang kedua yaitu Crassus (Eropa Timur),
Antonius (timur tengah dan Mesir), dan Octavianus (Italia). Crassus terbunuh, dan wilayahnya menjadi milik
Octavianus. Terjadi peperangan antara Octavianus melawan Antonius dikarenakan Antonius membela Mesir
untuk memerdekakan diri dari Romawi. Dalam pertempuran yang tidak seimbang, yang terjadi di Actium
tahun 31 SM, Antonius gugur. Dengan demikian, seluruh wilayah Mesir dan Timur Tengah menjadi milik
Octavianus, sehingga Roma berubah menjadi sistem kekaisaran (31 SM sampai 395 M).
PERIODE ROMA

1.Seluruh bentuk massa bangunan yang diproyeksikan diintegrasikan dengan deretan kolom-kolom sehingga
batas fisik ruang terbuka semakin jelas

2.Ruang kota dibagi menjadi unit-unit yang saling terpisah, a)Setiap unit berwujud persegi empat dan
terkesan formal b)Pola segiempat yang formal dan saling terpisah mencerminkan filosofi Romawi c)Filosofi
Romawi: Setiap kegiatan/kehidupan memiliki ritual dan cirinya masing-masing sehingga setiap ruang
sebaiknyamemiliki ekspresi arsitektural dan hirarki ruang yang berbeda (hirarki publik, privat).

1. KOTA ERA NEO KLASIK

Menjelaskan mengenai sejarah perkembangan kota-kota di Eropa pada periode neo-klasik pada pertengahan
abad ke-18 M (antara tahun 1669 hingga tahun 1790) yang ditandai dengan kebangkitan arsitektur Yunani
dan Roma pada desain kota-kota utama di Eropa.

.Latar Belakang Arsitektur neo-klasik ditandai dengan bangkitnya sebuah gaya arsitektur baru pada
pertengahan abad ke-18M. Pada periode tersebut, rumusan arsitektural dengan menggunakan prinsip-
prinsiparsitektur Yunani dan Roma kembali diterapkan pada desain arsitektur danpenataan ruang kotadi Eropa
meskipun dengan ciri dan karakteristik yang relatif berbeda. Dalam konteks ruang kota, prinsip arsitektur
Yunani dan Romawi yang mengutamakan monumentalisme/kemegahan dan keteraturan diterapkan melalui
pola ruang kotaberbentuk axial, radial atau konsentrik.

Gambar 1.1 Pantheon di Kota Paris(kiri) dan pola ruang kota radial konsentrik Washington DC (kanan) yang mempresentasikan ciri
arsitektur Yunani Romawi di Eropa pada periode neo-klasik Sumber: www.studyblue.comdan
http://www.rampartsofcivilization.comB.

Fenomena Sosial Periode Neoklasik Pada sekitar abad ke-18 M, terjadi peningkatan jumlah penduduk di kota-
kota feodal yang pada dasarnya telah terlihat sejak era medieval.Jumlah pendudukkota feodal pada periode
tersebut umumnyatidak lebih dari 50.000 jiwadan secara fisik, garis tengah kota kurang dari 1 mil
denganbatas kotayang jelas/tegas, memiliki benteng pertahanan yang kuat dan kota telah dilengkapi dengan
berbagai prasarana kota seperti jaringan sanitasi, drainase dan limbah. Dalam bidang komunikasi, kota
memiliki jaringan yang tidak terlalu efektif dan berlangsung relatif lambat. Demikian halnya dengan bidang
transportasi yang masih mengandalkan perjalan darat dengan berjalan kaki atau dengan kereta. Transportasi
belum bersifat praktis namun umumnyajarak antar kota feodal tetapmudah dicapai dengan waktu tempuh
kurang dari 1 hari dengan berjalan kaki untuk rute pulang pergi.Perdagangan dunia yang
berkembangpesatmengakibatkan tingkat perjalanan semakin tinggi dan terjadinya dekonsentrasi penduduk di
pusat kota terutama di jalan utama kota. Bahaya agresi militer berangsur-angsurberkurang karena adanya
hubungan dagang yang baik dan saling menguntungkan antar kota feodal. Ekonomi perdagangan yang
semakin berkembang justru mengakibatkan semakin kecilnya peran para penguasa feodal (penguasa lahan
kota) dalam mengatur perekonomian kota yang kini lebih dominan dikendalikan oleh para pengusaha/pemilik
pabrik dan buruh pekerja. Ksberhasilan para pengusaha dalam bidang perdagangan dan bisnis melahirkan
kelas/lapisan sosial baru yang hidup dalam kemakmuran/ketercukupan. Sedangkan gereja sebagai pusat religi
warga kota semakin berupaya memperluas jangkauan wilayah kekuasaannya di seluruh bagian kota
feodal.Kondisi masyarakat umum kota feodal turut mengalami perubahan. Perbudakan semakin menghilang
dan persekutuan antar profesi yang sebelumnya didirikan untuk memproteksi usaha dan harga produk, justru
semakin kehilangan perannya akibat kemajuan yang dialami dalam bidang perdagangan.Dengan semakin
bertambahnya kebutuhan warga kota, pembangunan pabrik-pabrik dan industri yang mampu menghasilkan
produk massal semakin tumbuh pesat khususnya di daerah pinggir kota feodal dan sebagian di pusat kota.
Proses pengolahan bahan-bahan mentah menjadi barang konsumsi lebih banyak menghandalkan tenaga buruh
sehingga mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Hal tersebut disebabkan oleh belum
ditemukannya mesin yang mampu menggerakkan alat-alat pabrik/industridalam waktu yang relatif singkat.
Sedangkan kehidupan masyarakat petani masih sangat memperihatinkan. Petani diwajibakan untuk membayar
pajak yang cukup memberatkan kepada pemerintah kota feodal karena lahan pertanian hanya berstatus
sebagai lahan pertanian sewa. Dengan demikian, kehidupan warga kota feodal dapat disimpulkan sangat
dikendalikan oleh uang hingga mengakar ke hampir seluruh kehidupan kota dan akhirnya mengancam
moralitas manusia di kota feodal pada periode tersebut.
Gambar 1.2.Kehidupan para petani yang memprihatinkan karena adanya beban membayar pajak yang sangat
memberatkan pada pemerintah kota feodal Sumber: www.spanglefish.com

2. KOTA ERA RENAISANCCE

Sebelum era Renaissance, di abad XV dimana merupakan fajar ilmu pengetahuan, ditemukan bubuk mesiu
sehingga di era Renaissance memiliki motivasi hidup yang berbeda dari era-era sebelumnya, karena kota
benteng di era ini sudah tidak berfungsi lagi, karena senjata perang bisa menggunakan bahan peledak yang
bisa meledakkan benteng sekalipun. Beberapa ciri yang bisa diambil dari kota di Era Renaissance antara lain:
a. Era Renaissance dimulai pada tahun 1440
b. Bentuk kota bintang dengan jalan yang bercabang dari titik pusatnya. Titik pusatnya biasa berupa
gereja/biara.
c. Perancangan on paper (diatas kertas)
d. Bentuk bangunan simetris penuh dan bersifat utopian.
e. Motivasi hidup terutama untuk bersosialitas dan peribadatan ditandai dengan gereja sebagai pusat
kota,(Spreiregen, 1965)

. Gambar Konsep kota di Renaissance


Sumber : Spreiregen, 1965
Di Perancis, raja adalah simbol persatuan bangsa sejaka abad ke-15 M. Muncul sebuah fenomena budaya
yang memperlihatkan adanya persaingan antar penguasa kota feodal dalam memamerkan pengaruh dan
kekuasaannya. Antara lain dengan berkompetisi mennciptakan desain kota dengan kualitas desain yang
spektakuler dan monumental dengan menerapkan prinsip dan ciri arsitektur klasik Roma. Kota-kota feodal
yang muncul dalam persaingan menampilkan kualitas kota yang indah antara lain kota-kota di Roma seperti
kota Florence, Venice, Roma dan Lombardy.Para penguasa kota feodal membangun istana baru yang dihiasi
oleh motif klasik dengan menerapkan kembali keagungan arsitektur Yunani dan Roma. Struktur bangunan
umumnya dihiasi dengan facade yang terdiri dari unsur-unsurklasikYunani dan Roma.

Gambar 1.3.Desain ornamen (kiri) dan bangunan bergaya arsitekturrenaissance (kanan)

Sumber: http://previews.123rf.com/dan www.studyblue.compaularoundtheworld.wordpress.com

Dalam bidang seni, produk seni menjadi simbol status bagi para pedagang kaya, pendeta dan raja. Profesi
seniman memperoleh penghargaan di mata publik. Selain itu, muncul sistem magang bagi para calon
seniman/artis. Tumbuh trend ketika kaum raja, bangsawan dan paus menjadi pelanggan setia para seniman
ternama yang produknya dinilai dengan mahal sangat tinggi/mahal. Akibatnya, sebagian besar warga kota
tertarik untuk berprofesi menjadi seniman (artis)pada periode renaissance.Secara fisik, ciri kota renaissance
adalah:

•Plaza formal zaman rennaissance berskalamonumental serta bentuk yang memiliki keantikan klasik masa
lalu

.•Ruang luar dikelilingi dengan facade formal yangdirancang dengan ukiran/pahatan.

•Muncul lapangan-lapangan formal, misal: Campodiglio di Bukit Capitoline di Romakarya Michael


Angelodan plaza St.Peterkarya Bernini.
Gambar 1.4. Basilika St. Peter di Vatican, salah satu bangunan arsitektur renaissance.

Salah satu contoh perubahan ruang kota akibat inovasi dalam bidang kemiliteran adalah kota Vienna, Austria.
Pada sekitar abad XVIII hingga abad XIX, sistem tembok danparit yang dibangun untuk pertahanan kota
semakin berkurang perannya karena digantikan oleh artileri jarak jauh. Tembok-tembok bentengdihancurkan
dan parit ditimbun.Jalan raya dibangun pada area bekas tembokdan parit. Dengan demikian,area bekas batas
tembok benteng beralih fungsi menjadi jalur sirkulasi/jalan utamakota yang berbentuk ring/cincin.

Gambar 1.5. Perubahan kota Vienna yang terjadi sebelum (kiri) dan sesudah tahun 1857 (kanan).
3. KOTA ERA MODERN

Era modern merupakan era besar perubahan arsitektur. Diabad 20 terdapat peristiwa-peristiwa penting seperti
perang dunia I 1911-1918 memiliki pengaruh dalam perubahan arsitektur menjadi arsmo/arsitektur modern.
Dalam peperangan tersebut, dunia arsitektur mengalami kerugian sangat besar, karena karya-karya arsitektur
menjadi hancur dan rusak akibat peperangan. Diakhir tahun 1918 sudah bermunculan ide-ide kreatif para
arsitek untuk menuju arsmo. Arsitektur modern disini juga pastinya berpengaruh pada perancangan kota
modern. Beberapa poin ciri-ciri perancangan kota modern sebagai pengaruh arsitektur modern antara lain:

a. Motivasi masyarakat untuk hidup memenuhi kebutuhannya, bukan lagi faktor keamanan yang utama.
b. Penggunaan material modern seperti baja dan kaca.
c. Arsitek kota dimanjakan dengan temuan mesin-mesin modern dalam pembangunan.
d. Kota membentuk pola yang jelas seperti linier, grid, radial.
e. Media lahan tidak hanya berupa tanah, terdapat inovasi kota secara ekstrim seperti underwater
city dan floating city.
f. Terdapat inovasi seperti garden city, kota ini berpola radial, dengan kota pusat yang dikelilingi kota-
kota kecil berkonsep garden city. Kedua jenis kota tersebut dipisahkan oleh area hijau juga dan
dihubungkan dengan jalan-jalan.
(Spreiregen, 1965)

Gambar. . Konsep kota apung


Sumber : Spreiregen, 1965

Latar Belakang Suatu peristiwa yang menandai lahirnya arsitektur kota-kota modern dengan ditemukannya
berbagai penemuan revolusioner antara periode abad ke-17 sampai abad ke-18 M. Pembangunan kota
didominansi oleh bangunan prototype bercirikan mesin yang kaku dan monoton. Dalam bidang perencanaan
kota, bentuk kota diarahkan untuk mendukung kepentingan industri yang berpusat pada aktivitas produksi
hingga pola bentuk kota yang paling relevan adalah pola kotagridiron. Pad akota grid, areal industri/pabrik-
pabrik direncanakan di daerah pusat dan pinggir kota serta berbagai infrastruktur khususnya sistem jalan
direncanakan untuk memperlancar kegiatan produksi dan distribusi barang.Pada masa revolusi industri,
dimensi manusia dalam rencana kota mulai tersingkir oleh besarnya peran mesin dan kepentingan industri.
Gambar 1.6. Kondisi kota era modern (kiri) dan pola grid iron pada kota Zion (kanan).

Menanggapi fenomena sosial di kota-kota modern pada masa revolusi industri, bidang seni dan arsitektur
mengembangkan dua jenis aliran baru, yaiturenaissance dan art-nouveau. Aliran seni dan arsitektur
renaissance berlandaskan pada gagasan untuk mengembalikan peran manusia sebagai pusat dari kehidupan
kota dan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan melalui pengetahuan dan seni. Sedangkan art nouevau
berupsa pada gagasan untuk mengembalikan peran alam dan lingkungan hidup dengan menampilkan
semangatromantisyang mengedepankankeindahan bentuk-bentuk alamseperti tanaman/flora yang senantiasa
tumbuh dan bersifat organik.Era modern movementyang brelangsung antara era abad ke-18 sampai dengan
abad ke-20 merupakan periode seni dan arsitektur modern yang sangat dipengaruhi oleh aliranrenaissancedan
art nouveau.
DAFTAR PUSTAKA

http://satriyafirmandhani.blogspot.com/2012/05/sejarah-perkembangan-kota-disusun-oleh.html

https://www.arsitag.com/article/mengenal-arsitektur-neo-klasik

https://pdftoword-converter.online/converted/c70f8195/sejarah-dan-teori-perkembangan-
kota/vjdivbciug2fftplsxahl9ce3wzx1lvkwr7f115cpdf.pdf

Anda mungkin juga menyukai