Anda di halaman 1dari 33

KELOMPOK 2

ARSITEKTUR ROMAWI

GARRY SANTANA EFFENDI (142017003)


FAJAR SETIAWAN (142017006)
A. Gambaran Umum Kekuasaan Romawi
Wilayah
 Romawi adalah daerah yang sekarang dikenal dengan nama Italia dengan ibukota
Roma.Roma, ibukota dari Kekaisaran Romawi. Kaisar Romawi pertama, Augustus Caesar
(dinobatkan 27 SM), mengatakan “Aku mendirikan Roma, kota dari batu; dan
meninggalkannya, kota dari marmer” . Roma mempunyai bermacam-macam jenis
bangunan dengan kekhasan dan keindahannya. Roma, adalah kota berpenduduk mungkin
sampai dengan 1 juta jiwa. Hal ini menyebabkan sarana dan prasarana yang lebih baik
mutlak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan penduduk kota. Kebutuhan seperti makanan
dan minuman, permukiman, pasar dan hiburan merupakan beberapa hal yang harus
dipikirkan oleh para arsitek dan perencana kota. Karena di tiap daerah kekuasaannya
(Eropa, Asia Kecil, Afrika Utara) ditempatkan gubernur dan pasukan yang akan tinggal
dalam waktu yang tidak sebentar, kota-kota yang dibangun Romawi di daerah
kekuasaannya tersebut juga dibangun dengan perencanaan yang baik mengikuti
perencanaan di Roma. Ciri khas kota Romawi, seperti forum, pemandian umum, teater dan
kuil, selalu ada di kota-kota tersebut.
 Pada awalnya peradaban ini dimulai dari kehidupan bangsa Latia di lembah sungai Tiber
dan hidup dengan bertani.
 Lalu pada tahun 492 SM Latium mulai dikuasai oleh bangsa Etruskia yaitu bangsa yang
kuat dan berpengaruh, namun pada akhirnya bangsa Latia memberontak dan berhasil
mendirikan Negara baru yaitu kerajaan romawi yang berbentuk republik.
 Pada awalnya Bangsa Romawi hidup sebagai petani, namun setelah bangsa romawi
berhasil melawan bangsa Etruskia, bangsa ini menjadi masyarakat yang kapitalis dan
materialis. Mereka suka berperang dan mengumpulkan kekayaan.
 Kebudayaan Bangsa romawi merupakan percampuran 2 budaya yaitu bangsa Yunani dan
Etruskia. Bangsa Romawi maju dalam iptek melanjutkan teori bangsa Yunani kuno.
Kepercayaan bangsa Romawi kuno sama dengan kepercayaan bangsa yunani yaitu percaya
akan dewa – dewa.
 Orang – orang romawi menciptakan karya teknik bangunan yang mengagumkan. seni
budaya bangsa romawi yang cenderung berkiblat pada Yunani. Banyak peninggalan –
peninggalan peradaban romawi seperti bangunan monument dan kuil.
1. Sejarah Peradaban Romawi Kuno
 Pada masa ini peradaban Romawi berpusat di kota roma. Peradaban romawi
dikembangkan oleh suku Latia yang menetap di lembah sungai Tiber. Suku
Latia menamakan tempat tinggal mereka ‘Latium’. Mereka hidup di kawasan
lembah pegunungan yang tanahnya baik untuk bertani, oleh karena itu
bangsa mereka berkembang dan menghasilkan peradaban yang tinggi. Dan
kemudian bangsa Latia disebut bangsa Latin.
 Kota Roma didirikan oleh Romulus sebagai raja pertama kerajaan romawi.
Menurut legenda, Romulus adalah keturunan pahlawan Troya, Aineas yang
bermigrasi ke Latium. Kerajaan romawi dipimpin oleh 7 raja.
 Pada tahun 492 SM daerah Latium dikuasai oleh kerajaan Etruskia yang
terletak disebelah utara kota roma. Bangsa Etruskia merupakan orang
paling kuat dan berpengaruh pada masa itu. Bangsa Etruskia mengajari
bangsa romawi mengembangkan tulisan, ilmu pasti, arsitektur, seni dan
agama. Sampai pada tahun 510 SM Bangsa Latium membrontak dan berhasil
membangun Negara sendiri yang berbentuk republik.
2. Kondisi Masyarakat
 Sejak dari raja-raja Etruscan pada tahun 500 SM
hingga raja Julius Caesar pada tahun 100 SM
bangsa Romawi tidak pernah mengalami masa
demokrasi seperti bangsa Yunani. Sehingga bangsa
ini akan menerima segala keputusan/gagasan dari
seorang pemimpin yang paling berkuasa dan
tertinggi seperti Dewa. Tugas bagi para pemimpin
yang harus diemban adalah menaklukkan daerah-
daerah perluasan sekiranya daerah tersebut
mempunyai penguasa. Konsep kepemimpinan ini
menjadi konsep dasar hukum bagi sistem
kepemimpinan kekaisaran Romawi.
3. Kebudayaan Romawi
 Kebudayaan Romawi terbentuk berdasarkan elemen-elemen yang diambil dari kebudayaan Yunani,
kebudayaan Etruscan dan kebudayaan Syria. Penduduk asli Romawi adalah bangsa prajurit sejati yang suka
berperang sehingga memiliki karakter yang kuat dan lebih mencurahkan perhatiannya pada pekerjaan,
negara, dewa dan juga keluarga. Bangsa Romawi mempunyai disiplin dan ambisi yang tinggi terhadap
kekayaan dan penguasaan terhadap bangsa lain.
 Budaya Romawi berkembang melalui kekuasaan yang didapat dari penaklukan, berbeda dengan
penyebaran budaya Yunani yang melalui kolonisasi. Budaya Romawi termasuk arsitektur berkembang dari
kekuasan perebutan kekuasaan dan penaklukan tidak hanya berkembang di wilayah Itali, namun hingga
sebagian besar Eropa,Afrika Utara dan Asia Barat.
 Kebudayaan Romawi kuno merupakan hasil perpaduan dari kebudayaan Yunani dan Etruskia. Hal ini
terlihat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan seni di romawi kuno.
 Dalam ilmu pengetahuan , bangsa romawi bukanlah menciptakan teori – teori , melainkan pelaksana
teori – teori yang sudah ada pada peradaban yunani. Jadi bisa dikatakan dalam perumpamaan bila sarjana
Yunani adalah ahli teori, maka sarjana Romawi adalah ahli praktek.
 Seni romawi sebenarnya percampuran 2 unsur budaya yaitu Estruskia dan Yunani yang kemudian menjadi
budaya baru. Bangsa romawi tidak memiliki seniman besar, akan tetapi romawi mendatangkan seniman
seniman dari Yunani. Oleh karena itu pengaruh yunani di romawi sangat kuat. Disamping itu politik
maupun seni budaya roma dibawah bangsa Etruskia.
 Etruscan merupakan kelompok suku yang menjadi cikal bakal dari bangsa Romawi yang akan mendiami
wilayah Etruria di barat-tengah semenanjung Itali sekitar tahun 750-100 SM. (Sir Baniste Fletcher, 1975 :
256).
 Bahan mineral cukup melimpah di Etruria, terutama tembaga. Batu dan marmer seperti di wilayah Yunani,
sudah sejak dahulu menjadi bahan bangunan utama.
4. Sejarah Romawi
 Zaman Romawi Awal dimulai dari bangsa Etruscan yang menguasai wilayah
semenanjung Itali bagian barat-tengah telah di sebut di atas, pada sekitar
tahun 700-an SM. Berdasarkan legenda, kota Roma sekarang berada di
bukit-bukit bagian selatan dari wilayah Etruria. Dahulu wilayah ini di bawah
kekuasaan raja Etruscan.
 Setelah abad ke VI SM, supremasi bangsa Etruscan mulai turun, hingga
runtuh pada 500-an SM. Kekuatan Etruscan direbut dengan peperangan di
laut oleh Syracusans beraliansi dengan Cumae, koloni Yunani tertua di Itali
bagian selatan.
 Menurunnya kekuasaan Etruscan memberi kesempatan pada orang-orang
Roma untuk mendominasi kota-kota yang tadinya dikuasai orang-orang
Etruscan. Kekuasaan Romawi meluas terutama setelah wilayah Itali Selatan
jatuh ketangannya pada 273 SM.
 Penaklukan atas Macedonia dan Yunani (146 SM) selain menambah Provinsi
Romawi juga mendorong didatangkannya seni dan para seniman Yunani ke
wilayah Romawi pada 133 SM. Wilayah kekuasaan Yunani di Mediterania
Timur dan Asia Minor menjadi bagian utama dari Provinsi Romawi di Asia.
Spanyol dikuasai pada 64 SM sehingga kekuasaan Roma mencakup wilayah
Euphrates hingga Atlantik.
B.ARSITEKTUR ROMAWI
 Arsitektur Romawi hampir seluruhnya anonim seperti arsitektur Yunani, dengan alasan yang sama karena
dikerjakan bersama atas perintah penguasa dan belum adanya profesi arsitek. Pandangan akan profesi
arsitek mulai berubah dengan adanya Marcus Vitruvius Pollio (insinyur militer dan penulis buku Ten
Books of Architecture). Vitruvius berperan penting dalam keilmuan dan keprofesian arsitektur. Dalam
bukunya ia banyak membahas teori arsitektur secara lengkap termasuk dalam segi keprofesian. Terdapat
teorinya yang menjadi definisi arsitektur secara umum yakni venustas (keindahan), utilitas (kegunaan),
dan firmitas (kekokohan).
 Berikut gaya arsitektural romawi yaitu :
 a.Kombinasi kolom dan busur lengkung
 b.Romawi mempunyai lima buah gaya arsitektur (order)
 c.Tiga di antaranya merupakan ‘pinjaman’ langsung dari gaya Yunani: Doric, Ionic dan Corinthian.
Corinthian merupakan gaya yang paling populer di Romawi.
 d.Dua gaya lain yang ditambahkan oleh bangsa Romawi adalah Tuscan, dan Composite.
 e.Pada bangunan lebih dari satu lantai, gaya arsitektural diletakkan berurutan dari atas ke bawah. Paling
bawah gaya Doric, di atasnya Ionic, dan paling atas Corinthian.
 f.Pintu dan jendela biasanya berbentuk segi empat. Pada sisi-sisi pintu dibuat bentuk kolom.
 g.Bahan bangunan yang digunakan: batu bata, keramik, semen, beton dan besi.
 h.Bangsa Romawi telah mengembangkan beton yang memungkinkan mereka membuat bentukan atap
lengkung (vault) dan kubah Romawi. Bentang kubah ini – sebagian bergaris tengah di atas 50 m – tidak
tertandingi sampai ditemukannya konstruksi baja pada abad ke-19.
 Struktur dasar dari busur dan atap lengkung. Konstruksi dari busur
 a. memerlukan struktur kayu sementara (bekisting) untuk menahan
voussoirs (batu atau bata bentuk lengkung) sampai batu kunci, atau
voussoir tengah, dapat diletakkan di tempatnya. Antara busur
dihubungkan dengan bantuan impost
 b. busur-busur dapat dihubungkan
 c. untuk membentuk lorong, atau semacam terowongan dengan atap
lengkung. Beberapa lorong beratap lengkung
 d. digunakan untuk membentuk langit-langit lengkung. Bentuk atap
lengkung ini juga dapat divariasikan dengan menyilangkannya
 e. sehingga membentuk lorong yang menyilang.
 Bahan bangunan yang dipakai di Romawi adalah bata, keramik,
semen, beton dan besi. Beton, yang dikembangkan bangsa Romawi,
adalah bahan yang sangat kuat, tahan lama, sekaligus
ekonomis.Beton memungkinkan Romawi membangun bangunan
bentuk kubah.
 1, Pelengkung
 Suku bangsa Etruscans, telah disebut di atas mendiami wilayah tengah-barat Itali adalah kelompok suku
yang sangat maju pada zamannya dalam arsitektur. Pada sekitar abad VII SM sudah membangun kota
dengan antara lain dinding-dinding, pipa-pipa pembuangan air, hingga mengontrol sungai sehingga
permukaan airnya sama dengan rata-rata permukaan danau-danau. (Sir Banister Fletcher, 1975 : 263).
 Pada arsitektur Romawi, pelengkung menjadi bagian yang penting, karena berfungsi sebagai konstruksi
menggantikan kolom dan balok. Berkat pelengkung berbagai bangunan besar dan tinggi dapat didirikan.
 a.Pelengkung Augustus
 Pelengkung Augustus di Perugia, dibangun pada akhir abad 11 SM, juga menunjukan pemakaian
pelengkung sudah sejak zaman Romawi awal atau zaman Etruscan. Dengan sistem konstruksi pelengkung,
maka kolom dan balok tidak diperlukan lagi. Kemudian dalam perkembangannya, bentuk kolom dan balok
Yunani hanya menjadi bagian dari dekorasi. Berbagai kuil pada zaman Etruscan menggunakan sistem
kolom dan balok, namun konstruksi, proporsi, komposisi dan dekorasinya mempunyai ciri khusus
berbeda dengan ketiga Order Yunani.
 b.Pelengkung Konstantinus
 Untuk mengabadikan kemenangannya, Konstantinus memutuskan untuk membangun sebuah pelengkung
kejayaan. Di bagian atas pelengkunya, ditulis inskripsi yang ditujukkan untuk dewa. Di bagian bawahnya,
ada ukiran yang menggambarkan pertempuran Konstantinus. Ukiran pada pelengkung ini
menggambarkan Konstantinus memasuki kota Roma dengan kereta perang, juga ada ukiran yang
memperlihatkan Konstantinus memberi uang pada orang miskin. Inovasi pada pelengkung ini adalah
digunakannya pewarna, sedangkan pelengkung-pelengkung sebelumnya tidak dilapisi pewarna.
 c.Pelengkung Titus
 Pelengkung Titus terletak di bagian selatan dari pusat kota Roma, di ujung sebuah jalan yang berada di
samping selatan Kuil Venus. Pelengkung didirikan pada zaman Titus, untuk memperingati jatuhnya
Jerusalem ke tangan orang-orang Roma. Bagian dalam pelengkung ini diukir dengan ukiran timbul.
2. Kolom dan Balok
 Konstruksi kolom dan balok atau entablature menjadi ciri khas arsitektur Yunani yang
disebut Order. Keindahan dari Order terpancar dari ornamen yang menenkankan pada
bagian-bagian yang dominan antara lain kolom dan kepalanya, entablature dan pediment
dengan dekorasi, terbagi menjadi aliran masing-masing mempunyai ciri khas antara lain,
Dorik, Ionik, Korintien,Tuscan dan Composite.
 Bagian Order dibagi menjadi tiga yaitu: teratas disebut kepala atau capital, tengah atau
badan disebut shaft dan tumpuan terbawah disebut base. Capital mempunyai tiga bagian :
paling atas abacus, tengah echinus, paling bawah disebut leher atau neck. Di bawah leher
ada astragal bagian yang menghubungkan capital dengan shaft. Bagian bawah kolom atau
base terdiri dari tiga bagian, yang paling atas apophyge, tengah torus, bawah disebut plinth.
 Elemen-elemen Order dalam arsitektur Romawi hanya diambil bentuknya, sama sekali tidak
terkait dengan konstruksi, menghias pilaster dan balok-baloknya. Dalam berbagai bangunan
Romawi, elemen arsitektur Yunani hanya menjadi hiasan misalnya pada pintu masuk dan
jendela. Pada teater, kolom, balok atau entablature yang menyatu dengan pelengkung yang
berfungsi ganda yaitu sebagai bagian konstruksi penguat dinding dan juga sebagai dekorasi.
C. Denah Kuil
 Denah kuil-kuil dibangun pada zaman Romawi secara garis besar dapat dikategorikan
dalam dua bentuk, yaitu segi empat panjang dan bukan segi empat. Kuil Romawi berdenah
segi empat panjang sebagian besar mendapat pengaruh yang cukup besar dari arsitektur
Yunani. Pada zaman itu, mulai berkembang bentuk-bentuk kuil yang tidak segi empat
panjang, bervariasi dalam bentuk denah poligonal, lingkaran dan kombinasi lainnya.
1. Kuil Romawi Segi Empat
 Salah satu kuil tergolong dalam kategori berdenah segi empat adalah Kuil Jupiter
Capitolinus (509 SM) di pusat kota Roma. Kuil terletak di dalam Forum Romanus pada
ketinggian sebuah bukit, sehingga terlihat dari berbagai tempat di kota. Tata letak semacam
ini, kemungkinan besar mendapat pengaruh dari Yunani seperti misalnya kuil-kuil di
Acropolis. Denahnya segi empat panjang, identik dengan
 kuil-kuil Yunani, juga konstruksi kolom dan balok atau Order, dalam hal ini berciri Korintien,
langsing, kepala kolomnya dihias dengan ornamen floral.
 Tangga masuk tidak berbeda dengan berbagi kuil Yunani, langsung berhubungan dengan
pranaos, bagian dari kuil, posisinya seperti portico atau teras depan. Dari segi denah, ada
perbedaan kuil ini dibanding dengan kuil-kuil Yunani pada umumnya, yaitu pada letak naos
yang tidak berada di tengah, sehingga tidak ada ambulatory. Naos mempunyai tiga kamar
berderet melintang, di dalamnya masing-masing diletakkan patung Jupiter, Minerva dan Juno.
 Kuil Juno Sospita, Linivium (265 SM) berdenah segi empat,
denahnya sama dengan Kuil Jupiter, letak naos tidak berada di
tengah, sehingga tidak ada ambulatory. Demikian juga naos
yang mempunyai tiga kamar. Namun konstruksi bagian depan
berbeda dengan Kuil Jupiter dan Kuil-kuil Yunani pada
umumnya, tidak mempunyai pediment tympanum, frieze,
maupun architrave. Dengan kata lain arsitektur Kuil Sospita
tidak dalam konstruksi order, meskipun kolomnya silindris
sederhana tanpa ornamen, seperti kolom Dorik. Arsitektur
kuil Romawi adalah per-paduan antara Etruscan dengan
Yunani. Berbagai aspek seperti pada kedua kuil dibahas
sebelum ini khas Yunani, sedangkan portico dan podium atau
semacam panggung dimana bagian utama kuil berdiri,
merupakan bagian dari model kuil Etruscan yang sudah ada
sejak abad VII SM
 Kuil Fortuna Virilis di Roma (40 SM) adalah salah satu contoh dari
kecenderungan tersebut di atas, denahnya segi empat yang terdiri
dari cella dan portico. Kuil berdiri di atas podium setinggi 3 m dan
cella berupa ruang tunggal. Konstruksi dan dekorasinya terdiri dari
kolom-balok (Order), deretan depan terdapat empat kolom dengan
frieze, architrave, pediment, tympanum, dengan gaya Ionik.
 Bentuk dan denah Kuil Antonius dan Faustina di Roma (141 SM)
mirip dengan Kuil Virilis, namun lebih besar. Kuil terletak di Forum
Romawi menghadap ke selatan-barat. Kedua kuil berciri arsitektur
Romawi, yang berupa perpaduan Etruscan-Yunani. Tinggi podium 6
m, deretan enam buah kolom bergaya Korintien.
 Kuil Saturnus (Saturn) (284 M), juga di Roma, tidak lebih dari 200 m
di sebelah barat Kuil Antonius-Faustina dikemukakan sebelum ini.
Kuil menghadap ke utara-timur, beberapa puluh meter di selatan-
timur Capitol. Kuil berdiri di atas podium khas Etruscan. Tinggi
podium 3.73 m, dari tangga langsung ke portico, di mana terdapat
deretan enam kolom. Dalam hal ini kolom, frieze, architrave, pediment
dan tympanum, bercorak Ionik.
 Sebuah Kuil di Nimes Perancis bagian selatan dibangun tahun 6 SM,
pada zaman kekuasaan Romawi meliputi wilayah hampir seluruh
daratan Eropa, terutama Eropa Barat. Kuil diberi nama Maison Caree
yang artinya “Rumah Segi Empat”, karena bentuk denahnya yang segi
empat. Kuil ini merupakan satu-satunya peninggalan zaman Romawi,
yang masih dalam kondisi utuh.


 Maison Caree merupakan contoh sangat representatif dari arsitektur campuran
Yunani Etruscan dengan detail-detail corak Order Korientien. Bagian utama kuil
berdiri di atas podium model Etruscan setinggi 3.66 m. dengan tangga masuk ke teras
atau portico depan.
 Cella berupa kamar tunggal, besarnya selebar podium menghadap ke portico tersebut
juga merupakan bagian dari kuil Etruscan. Kolom langsing berderet enam buah di
depan berkepala dihias dengan pola floral, merupakan bagian dari konstruksi Order
yang menyangga frieze, architrave, pediment, tympanum yang bercorak Korintien.
 Kuil Romawi berdenah Lingkaran dan Poligonal
 Selain berbentuk segi empat hasil perpaduan arsitektur Etruscan-Yunani
pada zaman Romawi bentuk kuil-kuil berkembang lebih bervariasi menjadi
berdenah lingkaran dan segi banyak atau poligonal. Kecenderungan ini
terjadi sejak sekitar awal abad I M dan sesudahnya.
 Salah satu dari berbagai kuil dalam kategori ini adalah Kuil Vesta di Tivoli (80
SM). Kuil ini tidak besar, podium menjadi tumpuan dari kuil denahnya
lingkaran, berdiameter hanya 7.32 m. Sekelilingnya terdapat 18 buah kolom
bercorak Korintien, dan kepala kolomnya dihias bentuk floral setinggi 7.16
m.
 Dinding tidak menyatu dengan kolom, sehingga membentuk semacam teras
keliling. Atap kuil mengikuti denahnya yang lingkaran berbentuk kubah.
Meskipun kecil, kuil ini merupakan cikal bakal dari konstruksi kubah lebih
besar pada kuil-kuil Romawi hingga gereja-gereja pada zaman Bisantine
(Byzantine).
 Pantheon Roma merupakan kuil terbesar di zamannya yang berdenah lingkaran, kuil
terletak di tengah-tengah pusat seni, budaya dan pemerintahan kota pada zaman
Romawi. Mula pertama kuil dibangun oleh Agrippa pada 27 SM, kemudian
direkonstruksi oleh Hadrien antara 117-125 M. Pada abad VII ditransformasikan
menjadi gereja.
 Ruang utama berdenah lingkaran, sering disebut rotunda. Diameter bagian dalam
dinding 43,43 m. Ada yang berpasangan, ada yang menyatu dengan dinding atau dapat
disebut pilaster. Pilaster berpenampang segi empat terdapat cukup banyak dalam
Pantheon Roma dan bangunan-bangunan Romawi pada umumnya.
 Denah lingkaran dikombinasikan dengan gerbang masuk berdenah segi empat. Pintu
masuk terdapat dibelakang konstruksi gerbang tersebut. Pada portico terdapat 16
buah kolom, yang berderet 8 kolom pada ujung atas tangga. Kolom-kolom tadi
terbuat dari batu granit utuh. Kedelapan kolom depan menyangga pediment dan frize
yang dihias dengan cornice. Semua hiasan pada kepala kolom dan pilaster di dalam
maupun pada portico bercorak floral, khususnya daun Acanthus sangat khas dekorasi
Korintien.
 Mengikuti dinding berdenah lingkaran, rotunda diatapi oleh sebuah kubah
berdiameter 40 m. Pada puncak kubah terdapat lobang yang tertutup kaca, agar sinar
matahari dapat masuk. Kubah terbentuk oleh blok-blok semakin ke atas semakin
kecil, diekspos dengan garis-garis, menjadi elemen dekorasi kotak-kotak (rectangular)
yang indah. Bagian bawah dalam kubah dihias dengan molding membentuk garis-garis
melingkar.
 Hal yang unik dalam perancangan Pantheon Roma adalah ukuran diameter cella sama
dengan tinggi bangunan. Bila ditarik garis pada penampang melintang melalui titik
pusat ruang dalam dan puncak kubah akan terbentuk sebuah lingkaran.
 Basilika (Basilica)
 Basilika adalah gedung pengadilan Romawi dengan ciri ruang
utama di tengah tinggi, dan dikelilingi oleh gang (aisle). Pada ujungnya
terdapat ceruk (apse) dimana para pejabat pengadilan duduk. Dan
pada bagian tengah untuk umat disebut nave dan apse untuk altar.
 Basilika Trajan di Roma (98-112 M) dibangun oleh Apollodorus dari
Damascus. Basilika dahulu mempunyai nave tengah bentuknya segi
empat memanjang, 117.34 x 26.51 m². Nave dikelilingi oleh semacam
gang ganda dibentuk oleh deretan kolom dalam arsitektur klasik
disebut isle, masing-masing lebarnya 7.24 m. Tinggi total ruang
tengah (nave) yang sangat luas dan panjangnya 36.58 m. Kolom-
kolom berderet memisahkan nave dan aisle, terbuat dari batu granit
merah utuh, berbentuk silindris, semuanya berkepala Korintien. Pada
kedua ujungnya, masing-masing terdapat tribunal pada ketinggian
lantai dibentuk oleh trap-trap, dan denahnya setengah lingkaran.
 Basilika Constantine di Roma (310-13 M) terletak di Forum Romawi, di
antara Kuil Venus dan Forum Vespasian. Denahnya segi empat, dalam situasi
dan orientasi tidak terkait dengan arah utara-selatan, seperti bangunan di
sekelilingnya. Terlihat bahwa dalam mendirikan bangunan dalam tata letak di
Kota Roma, tidak saling tegak lurus dengan bangunan di sekelilingnya dan
tidak menurut arah atau orientasi tertentu. Basilika Constantine seperti
terjepit di antara bangunan di sekelilingnya yang menghadap ke arah utara-
timur.
 Thermae
 Kemungkinan istilah thermae yang berasal dari kata thermos (panas), turunan dari bangunan
gymnasia di zaman Yunani. Bangunan jenis ini tidak kalah megah dan mewah dibanding
bangunan lain seperti basilika, kuil, dan lain-lain. Hal itu menunjukan bahwa kegiatan mandi
di permandian penting dalam kehidupan masa itu, terutama di kalangan kekaisaran Roma.
Hal ini dapat di lihat dari kemewahan arsitektur Thermae Caracalla. Rekonstruksi dari
reruntuhan thermae memperlihatkan bahwa dahulu berdiri di atas semacam landasan atau
platform yang cukup tinggi yaitu 6.10 m. Di bagian bawah, terdapat kamar-kamar dengan
bagian atas yang berbentuk lengkung, gang, tungku-tungku, saluran-saluran untuk
pemanasan.
 Gedung besar dan mewah ini keseluruhannya berdenah simetris. Pintu masuk disebelah
utara-timur di tengah. Di kiri-kanannya langsung ada deretan tempat mandi dan kedai,
terdiri dari dua lantai, denahnya berbentuk U, pada lantai setinggi platform terdapat
permandian dengan sistem tiduran.
 Bagian utama berupa blok segi empat sangat besar yaitu 228 x 115.82 M2 dikelilingi dalam
bentuk U oleh tempat mandi dan keda. Dengan demikian bagian utama beratap ini luasnya
26.480 m2, suatu bangunan yang luar biasa luas, apalagi untuk ukuran zaman itu. Mengikuti
pola simetris dari seluruh kompleks, unit utama juga simetris bersumbu pada pintu masuk,
frigidarium sentral hall, tepidarium, dan calidarium frigidarium tidak beratap, identik dengan
posisi atrium, namun di sini berupa kolam juga untuk mandi. Pada sumbu melintang barat-
utara dan timur-selatan terdapat simetris di kiri dan kanan ruang-ruang antara lain : ante
room, peristyle terbuka, sudatorium, terpidarium, kamar mandi suite (gymnasium). Unit utama
ini mempunyai pintu masuk dari kiri-kanan, timur-selatan, dan barat-utara.
 Di belakang atau selatan-barat dari unit utama, terdapat taman publik
dengan deretan pohon-pohon. Denah dan posisi xitus identik dengan atrium,
dikelilingi oleh semacam portico. Simetris di kiri-kanan (utara-barat dan
timur-selatan) dari xitus selain portico yang denahnya berbentuk bagian dari
lingkaran terdapat ruang belajar dan perpustakaan. Di selatan-barat dari
xitus di kiri-kanan oleh ruang belajar dan perpustakaan. Di depan
memanjang dari reservoir terdapat stadium, yaitu tempat duduk melebar
bertrap.
 Kekuasaan berpengaruh besar dalam berbagai aspek termasuk budaya
terhadap wilayah yang dikuasai adalah kenyataan sejarah yang selalu terjadi
dimana saja. Dalam sejarah arsitektur hal semacam itu terjadi di Afrika
utara, yang dahulu merupakan daerah jajahan Romawi. Di kota Laptis
Magna, Afrika Utara terdapat banyak runtuhan bangunan yang dapat
dipastikan dahulu thermae, salah satunya adalah Thermae Hadrian (126-7
M).
 Teater (theatre) dan teater terbuka (amphitheatre)
 Kesenangan melaksanakan kegiatan diluar atau tidak di dalam
gedung beratap dari orang-orang Yunani sejak zaman kuno
terungkap jelas antara lain dengan adanya teater terbuka
(amphitheatre). Selain mengembangkan budaya termasuk arsitektur
pada wilayah jajahan, rupanya orang-orang Roma juga mengadopsi
budaya bangsa yang dijajah, termasuk Yunani. Kecenderungan
semacam itu terungkap dengan banyaknya teater dibangun hampir
di semua kota diseluruh wilayah kekuasaannya.
 Teater Marcellus di Roma (23-13 SM) adalah salah satu dari
bangunan jenis teater yang terletak di tengah-tengah kota Roma.
Tempat penonton berdenah setengah lingkaran, tidak dibuat dari
kemiringan sisi bukit, namun dengan dinding pelengkung-pelengkung.
Pelengkung berderet pada dinding luar yang denahnya setengah
lingkaran, terdiri dari dua tingkat. Masing-masing pelengkung diapit
oleh pilaster atau kolom yang menyatu dengan dinding, dalam hal ini
dekorasinya ada dua bentuk yaitu Ionik dan Dorik.
 Colosseum Roma adalah amphitheatre terbesar dan termegah yang
didirikan pada zaman Romawi. Dibangun atas perintah Vespasian pada tahun
70 M, diselesaikan oleh Demitian pada 82 M.
 Colosseum Roma terletak di tengah kota Roma, setelah timur-selatan Kuil
Venus pada lembah antara dua bukit, Esquiline di utara dan Caelian di
selatan. Colloseum adalah sejenis teater terbuka dalam ukuran besar dan
luas. Pada zamannya digunakan untuk olahraga termasuk pertandingan
gladiator, dan upacara-upacara penting kekaisaran. Dalam sejarah tercatat
bahwa Colisseum Roma pernah digunakan untuk penyiksaan dan
pembantaian orang-orang Kristen.
 Colosseum Roma sangat luas, denah berbentuk elip, garis tengahnya 189 x
156.4 m2. Pada dinding keliling yang bentuknya juga elips atau oval, berderet
melingkar 80 pelengkung yang bertingkat 3. Arena di kelilingi audiotorium
bertingkat 3, bentuknya juga oval, berdiameter 27.47 m x 54.86 m, dan di
kelilingi dinding setinggi 4.57 m. Dibalik atas dinding atau podium terdapat
singgasana kaisar dan tempat duduk para pejabat dan kerabat kekaisaran. Di
belakangnya lagi terdapat empat duduk penonton (meninanum) yang dapat
menampung 5000 orang pada gang pada masing-masing tingkat. Pilaster dan
kolom menggunakan hiasan berpola Order-Yunani, Ionik pada lantai 3 dan
Korientien pada lantai 4.
 Jembatan Saluran Air (Aquaduct)
 Dalam pengembangan wilayah jajahan Roma, konstruksi pelengkung
sangat berperan terutama dalam membangun jembatan dan
jembatan saluran air (aquaduct). Salah satu konstruksi luar biasa
besarnya, dibangun pada zaman Romawi adalah Pont du Grand di
Nimes, Perancis (14 M) berupa konstruksi jembatan yang
mempunyai saluran air sepanjang 40 km, mengalirkan air dari Uzes
ke Nimes. Panjang aquaduct 268.83 m, membentang setinggi 47.24
m di atas permukaan sungai dan lembah.
 Jembatan terdiri dari tiga tingkatan, masing-masing berbeda
bentangan dan lebar pelengkung. Terbesar dan terlebar paling
bawah, menjadi tumpuan yang di atas, juga untuk jembatan
kendaraan dan manusia. Pelengkung terlebar pada bagian ini, selebar
sungai, yaitu 24.50 M, semuanya pada bagian ini ada 5 buah. Deretan
pelengkung di atasnya ada 9 buah, masing-masing lebarnya berbeda,
tergantung yang ada dibawahnya, paling lebar 24.50 m, terpendek
15.30 m. Yang teratas relatif jauh lebih kecil, semua lebarnya sama,
dan sebanyak 36 buah.
 Aqua Claudia di Roma (38 M), juga menjadi bukti sejarah dari peranan
sistem konstruksi pelengkung dalam pengembangan wilayah, dalam hal ini
berupa saluran air yang panjangnya 72 km dan mengalirkan air dari Subiaco
ke Roma. Sebagian saluran dalam konstruksi pelengkung berderet
sepanjang 15.20 km, tinggi rata-rata 30 m, dan 48 km lainnya melintas pada
lembah.
 Forum Imperial
 Forum Imperial (Fori Imperiali dalam bahasa Italia) terdiri dari serangkaian
monumental forum (kotak publik), dibangun di Roma selama satu setengah
abad, antara 46 SM dan 113 Masehi. Ini forum adalah pusat Republik
Romawi dan dari Kekaisaran Romawi .
 Forum Imperial, sedangkan bukan bagian dari Forum Roma , terletak relatif
dekat satu sama lain. Julius Caesar adalah yang pertama untuk membangun
di bagian ini Roma dan diatur kembali baik Forum dan Comitium, jenis lain
forum ruang yang ditujukan untuk politik, untuk melakukannya. Forum ini
adalah pusat politik, agama dan ekonomi di Kekaisaran Romawi kuno.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai