FAJAR SETIAWAN (142017006) A. Gambaran Umum Kekuasaan Romawi Wilayah Romawi adalah daerah yang sekarang dikenal dengan nama Italia dengan ibukota Roma.Roma, ibukota dari Kekaisaran Romawi. Kaisar Romawi pertama, Augustus Caesar (dinobatkan 27 SM), mengatakan “Aku mendirikan Roma, kota dari batu; dan meninggalkannya, kota dari marmer” . Roma mempunyai bermacam-macam jenis bangunan dengan kekhasan dan keindahannya. Roma, adalah kota berpenduduk mungkin sampai dengan 1 juta jiwa. Hal ini menyebabkan sarana dan prasarana yang lebih baik mutlak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan penduduk kota. Kebutuhan seperti makanan dan minuman, permukiman, pasar dan hiburan merupakan beberapa hal yang harus dipikirkan oleh para arsitek dan perencana kota. Karena di tiap daerah kekuasaannya (Eropa, Asia Kecil, Afrika Utara) ditempatkan gubernur dan pasukan yang akan tinggal dalam waktu yang tidak sebentar, kota-kota yang dibangun Romawi di daerah kekuasaannya tersebut juga dibangun dengan perencanaan yang baik mengikuti perencanaan di Roma. Ciri khas kota Romawi, seperti forum, pemandian umum, teater dan kuil, selalu ada di kota-kota tersebut. Pada awalnya peradaban ini dimulai dari kehidupan bangsa Latia di lembah sungai Tiber dan hidup dengan bertani. Lalu pada tahun 492 SM Latium mulai dikuasai oleh bangsa Etruskia yaitu bangsa yang kuat dan berpengaruh, namun pada akhirnya bangsa Latia memberontak dan berhasil mendirikan Negara baru yaitu kerajaan romawi yang berbentuk republik. Pada awalnya Bangsa Romawi hidup sebagai petani, namun setelah bangsa romawi berhasil melawan bangsa Etruskia, bangsa ini menjadi masyarakat yang kapitalis dan materialis. Mereka suka berperang dan mengumpulkan kekayaan. Kebudayaan Bangsa romawi merupakan percampuran 2 budaya yaitu bangsa Yunani dan Etruskia. Bangsa Romawi maju dalam iptek melanjutkan teori bangsa Yunani kuno. Kepercayaan bangsa Romawi kuno sama dengan kepercayaan bangsa yunani yaitu percaya akan dewa – dewa. Orang – orang romawi menciptakan karya teknik bangunan yang mengagumkan. seni budaya bangsa romawi yang cenderung berkiblat pada Yunani. Banyak peninggalan – peninggalan peradaban romawi seperti bangunan monument dan kuil. 1. Sejarah Peradaban Romawi Kuno Pada masa ini peradaban Romawi berpusat di kota roma. Peradaban romawi dikembangkan oleh suku Latia yang menetap di lembah sungai Tiber. Suku Latia menamakan tempat tinggal mereka ‘Latium’. Mereka hidup di kawasan lembah pegunungan yang tanahnya baik untuk bertani, oleh karena itu bangsa mereka berkembang dan menghasilkan peradaban yang tinggi. Dan kemudian bangsa Latia disebut bangsa Latin. Kota Roma didirikan oleh Romulus sebagai raja pertama kerajaan romawi. Menurut legenda, Romulus adalah keturunan pahlawan Troya, Aineas yang bermigrasi ke Latium. Kerajaan romawi dipimpin oleh 7 raja. Pada tahun 492 SM daerah Latium dikuasai oleh kerajaan Etruskia yang terletak disebelah utara kota roma. Bangsa Etruskia merupakan orang paling kuat dan berpengaruh pada masa itu. Bangsa Etruskia mengajari bangsa romawi mengembangkan tulisan, ilmu pasti, arsitektur, seni dan agama. Sampai pada tahun 510 SM Bangsa Latium membrontak dan berhasil membangun Negara sendiri yang berbentuk republik. 2. Kondisi Masyarakat Sejak dari raja-raja Etruscan pada tahun 500 SM hingga raja Julius Caesar pada tahun 100 SM bangsa Romawi tidak pernah mengalami masa demokrasi seperti bangsa Yunani. Sehingga bangsa ini akan menerima segala keputusan/gagasan dari seorang pemimpin yang paling berkuasa dan tertinggi seperti Dewa. Tugas bagi para pemimpin yang harus diemban adalah menaklukkan daerah- daerah perluasan sekiranya daerah tersebut mempunyai penguasa. Konsep kepemimpinan ini menjadi konsep dasar hukum bagi sistem kepemimpinan kekaisaran Romawi. 3. Kebudayaan Romawi Kebudayaan Romawi terbentuk berdasarkan elemen-elemen yang diambil dari kebudayaan Yunani, kebudayaan Etruscan dan kebudayaan Syria. Penduduk asli Romawi adalah bangsa prajurit sejati yang suka berperang sehingga memiliki karakter yang kuat dan lebih mencurahkan perhatiannya pada pekerjaan, negara, dewa dan juga keluarga. Bangsa Romawi mempunyai disiplin dan ambisi yang tinggi terhadap kekayaan dan penguasaan terhadap bangsa lain. Budaya Romawi berkembang melalui kekuasaan yang didapat dari penaklukan, berbeda dengan penyebaran budaya Yunani yang melalui kolonisasi. Budaya Romawi termasuk arsitektur berkembang dari kekuasan perebutan kekuasaan dan penaklukan tidak hanya berkembang di wilayah Itali, namun hingga sebagian besar Eropa,Afrika Utara dan Asia Barat. Kebudayaan Romawi kuno merupakan hasil perpaduan dari kebudayaan Yunani dan Etruskia. Hal ini terlihat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan seni di romawi kuno. Dalam ilmu pengetahuan , bangsa romawi bukanlah menciptakan teori – teori , melainkan pelaksana teori – teori yang sudah ada pada peradaban yunani. Jadi bisa dikatakan dalam perumpamaan bila sarjana Yunani adalah ahli teori, maka sarjana Romawi adalah ahli praktek. Seni romawi sebenarnya percampuran 2 unsur budaya yaitu Estruskia dan Yunani yang kemudian menjadi budaya baru. Bangsa romawi tidak memiliki seniman besar, akan tetapi romawi mendatangkan seniman seniman dari Yunani. Oleh karena itu pengaruh yunani di romawi sangat kuat. Disamping itu politik maupun seni budaya roma dibawah bangsa Etruskia. Etruscan merupakan kelompok suku yang menjadi cikal bakal dari bangsa Romawi yang akan mendiami wilayah Etruria di barat-tengah semenanjung Itali sekitar tahun 750-100 SM. (Sir Baniste Fletcher, 1975 : 256). Bahan mineral cukup melimpah di Etruria, terutama tembaga. Batu dan marmer seperti di wilayah Yunani, sudah sejak dahulu menjadi bahan bangunan utama. 4. Sejarah Romawi Zaman Romawi Awal dimulai dari bangsa Etruscan yang menguasai wilayah semenanjung Itali bagian barat-tengah telah di sebut di atas, pada sekitar tahun 700-an SM. Berdasarkan legenda, kota Roma sekarang berada di bukit-bukit bagian selatan dari wilayah Etruria. Dahulu wilayah ini di bawah kekuasaan raja Etruscan. Setelah abad ke VI SM, supremasi bangsa Etruscan mulai turun, hingga runtuh pada 500-an SM. Kekuatan Etruscan direbut dengan peperangan di laut oleh Syracusans beraliansi dengan Cumae, koloni Yunani tertua di Itali bagian selatan. Menurunnya kekuasaan Etruscan memberi kesempatan pada orang-orang Roma untuk mendominasi kota-kota yang tadinya dikuasai orang-orang Etruscan. Kekuasaan Romawi meluas terutama setelah wilayah Itali Selatan jatuh ketangannya pada 273 SM. Penaklukan atas Macedonia dan Yunani (146 SM) selain menambah Provinsi Romawi juga mendorong didatangkannya seni dan para seniman Yunani ke wilayah Romawi pada 133 SM. Wilayah kekuasaan Yunani di Mediterania Timur dan Asia Minor menjadi bagian utama dari Provinsi Romawi di Asia. Spanyol dikuasai pada 64 SM sehingga kekuasaan Roma mencakup wilayah Euphrates hingga Atlantik. B.ARSITEKTUR ROMAWI Arsitektur Romawi hampir seluruhnya anonim seperti arsitektur Yunani, dengan alasan yang sama karena dikerjakan bersama atas perintah penguasa dan belum adanya profesi arsitek. Pandangan akan profesi arsitek mulai berubah dengan adanya Marcus Vitruvius Pollio (insinyur militer dan penulis buku Ten Books of Architecture). Vitruvius berperan penting dalam keilmuan dan keprofesian arsitektur. Dalam bukunya ia banyak membahas teori arsitektur secara lengkap termasuk dalam segi keprofesian. Terdapat teorinya yang menjadi definisi arsitektur secara umum yakni venustas (keindahan), utilitas (kegunaan), dan firmitas (kekokohan). Berikut gaya arsitektural romawi yaitu : a.Kombinasi kolom dan busur lengkung b.Romawi mempunyai lima buah gaya arsitektur (order) c.Tiga di antaranya merupakan ‘pinjaman’ langsung dari gaya Yunani: Doric, Ionic dan Corinthian. Corinthian merupakan gaya yang paling populer di Romawi. d.Dua gaya lain yang ditambahkan oleh bangsa Romawi adalah Tuscan, dan Composite. e.Pada bangunan lebih dari satu lantai, gaya arsitektural diletakkan berurutan dari atas ke bawah. Paling bawah gaya Doric, di atasnya Ionic, dan paling atas Corinthian. f.Pintu dan jendela biasanya berbentuk segi empat. Pada sisi-sisi pintu dibuat bentuk kolom. g.Bahan bangunan yang digunakan: batu bata, keramik, semen, beton dan besi. h.Bangsa Romawi telah mengembangkan beton yang memungkinkan mereka membuat bentukan atap lengkung (vault) dan kubah Romawi. Bentang kubah ini – sebagian bergaris tengah di atas 50 m – tidak tertandingi sampai ditemukannya konstruksi baja pada abad ke-19. Struktur dasar dari busur dan atap lengkung. Konstruksi dari busur a. memerlukan struktur kayu sementara (bekisting) untuk menahan voussoirs (batu atau bata bentuk lengkung) sampai batu kunci, atau voussoir tengah, dapat diletakkan di tempatnya. Antara busur dihubungkan dengan bantuan impost b. busur-busur dapat dihubungkan c. untuk membentuk lorong, atau semacam terowongan dengan atap lengkung. Beberapa lorong beratap lengkung d. digunakan untuk membentuk langit-langit lengkung. Bentuk atap lengkung ini juga dapat divariasikan dengan menyilangkannya e. sehingga membentuk lorong yang menyilang. Bahan bangunan yang dipakai di Romawi adalah bata, keramik, semen, beton dan besi. Beton, yang dikembangkan bangsa Romawi, adalah bahan yang sangat kuat, tahan lama, sekaligus ekonomis.Beton memungkinkan Romawi membangun bangunan bentuk kubah. 1, Pelengkung Suku bangsa Etruscans, telah disebut di atas mendiami wilayah tengah-barat Itali adalah kelompok suku yang sangat maju pada zamannya dalam arsitektur. Pada sekitar abad VII SM sudah membangun kota dengan antara lain dinding-dinding, pipa-pipa pembuangan air, hingga mengontrol sungai sehingga permukaan airnya sama dengan rata-rata permukaan danau-danau. (Sir Banister Fletcher, 1975 : 263). Pada arsitektur Romawi, pelengkung menjadi bagian yang penting, karena berfungsi sebagai konstruksi menggantikan kolom dan balok. Berkat pelengkung berbagai bangunan besar dan tinggi dapat didirikan. a.Pelengkung Augustus Pelengkung Augustus di Perugia, dibangun pada akhir abad 11 SM, juga menunjukan pemakaian pelengkung sudah sejak zaman Romawi awal atau zaman Etruscan. Dengan sistem konstruksi pelengkung, maka kolom dan balok tidak diperlukan lagi. Kemudian dalam perkembangannya, bentuk kolom dan balok Yunani hanya menjadi bagian dari dekorasi. Berbagai kuil pada zaman Etruscan menggunakan sistem kolom dan balok, namun konstruksi, proporsi, komposisi dan dekorasinya mempunyai ciri khusus berbeda dengan ketiga Order Yunani. b.Pelengkung Konstantinus Untuk mengabadikan kemenangannya, Konstantinus memutuskan untuk membangun sebuah pelengkung kejayaan. Di bagian atas pelengkunya, ditulis inskripsi yang ditujukkan untuk dewa. Di bagian bawahnya, ada ukiran yang menggambarkan pertempuran Konstantinus. Ukiran pada pelengkung ini menggambarkan Konstantinus memasuki kota Roma dengan kereta perang, juga ada ukiran yang memperlihatkan Konstantinus memberi uang pada orang miskin. Inovasi pada pelengkung ini adalah digunakannya pewarna, sedangkan pelengkung-pelengkung sebelumnya tidak dilapisi pewarna. c.Pelengkung Titus Pelengkung Titus terletak di bagian selatan dari pusat kota Roma, di ujung sebuah jalan yang berada di samping selatan Kuil Venus. Pelengkung didirikan pada zaman Titus, untuk memperingati jatuhnya Jerusalem ke tangan orang-orang Roma. Bagian dalam pelengkung ini diukir dengan ukiran timbul. 2. Kolom dan Balok Konstruksi kolom dan balok atau entablature menjadi ciri khas arsitektur Yunani yang disebut Order. Keindahan dari Order terpancar dari ornamen yang menenkankan pada bagian-bagian yang dominan antara lain kolom dan kepalanya, entablature dan pediment dengan dekorasi, terbagi menjadi aliran masing-masing mempunyai ciri khas antara lain, Dorik, Ionik, Korintien,Tuscan dan Composite. Bagian Order dibagi menjadi tiga yaitu: teratas disebut kepala atau capital, tengah atau badan disebut shaft dan tumpuan terbawah disebut base. Capital mempunyai tiga bagian : paling atas abacus, tengah echinus, paling bawah disebut leher atau neck. Di bawah leher ada astragal bagian yang menghubungkan capital dengan shaft. Bagian bawah kolom atau base terdiri dari tiga bagian, yang paling atas apophyge, tengah torus, bawah disebut plinth. Elemen-elemen Order dalam arsitektur Romawi hanya diambil bentuknya, sama sekali tidak terkait dengan konstruksi, menghias pilaster dan balok-baloknya. Dalam berbagai bangunan Romawi, elemen arsitektur Yunani hanya menjadi hiasan misalnya pada pintu masuk dan jendela. Pada teater, kolom, balok atau entablature yang menyatu dengan pelengkung yang berfungsi ganda yaitu sebagai bagian konstruksi penguat dinding dan juga sebagai dekorasi. C. Denah Kuil Denah kuil-kuil dibangun pada zaman Romawi secara garis besar dapat dikategorikan dalam dua bentuk, yaitu segi empat panjang dan bukan segi empat. Kuil Romawi berdenah segi empat panjang sebagian besar mendapat pengaruh yang cukup besar dari arsitektur Yunani. Pada zaman itu, mulai berkembang bentuk-bentuk kuil yang tidak segi empat panjang, bervariasi dalam bentuk denah poligonal, lingkaran dan kombinasi lainnya. 1. Kuil Romawi Segi Empat Salah satu kuil tergolong dalam kategori berdenah segi empat adalah Kuil Jupiter Capitolinus (509 SM) di pusat kota Roma. Kuil terletak di dalam Forum Romanus pada ketinggian sebuah bukit, sehingga terlihat dari berbagai tempat di kota. Tata letak semacam ini, kemungkinan besar mendapat pengaruh dari Yunani seperti misalnya kuil-kuil di Acropolis. Denahnya segi empat panjang, identik dengan kuil-kuil Yunani, juga konstruksi kolom dan balok atau Order, dalam hal ini berciri Korintien, langsing, kepala kolomnya dihias dengan ornamen floral. Tangga masuk tidak berbeda dengan berbagi kuil Yunani, langsung berhubungan dengan pranaos, bagian dari kuil, posisinya seperti portico atau teras depan. Dari segi denah, ada perbedaan kuil ini dibanding dengan kuil-kuil Yunani pada umumnya, yaitu pada letak naos yang tidak berada di tengah, sehingga tidak ada ambulatory. Naos mempunyai tiga kamar berderet melintang, di dalamnya masing-masing diletakkan patung Jupiter, Minerva dan Juno. Kuil Juno Sospita, Linivium (265 SM) berdenah segi empat, denahnya sama dengan Kuil Jupiter, letak naos tidak berada di tengah, sehingga tidak ada ambulatory. Demikian juga naos yang mempunyai tiga kamar. Namun konstruksi bagian depan berbeda dengan Kuil Jupiter dan Kuil-kuil Yunani pada umumnya, tidak mempunyai pediment tympanum, frieze, maupun architrave. Dengan kata lain arsitektur Kuil Sospita tidak dalam konstruksi order, meskipun kolomnya silindris sederhana tanpa ornamen, seperti kolom Dorik. Arsitektur kuil Romawi adalah per-paduan antara Etruscan dengan Yunani. Berbagai aspek seperti pada kedua kuil dibahas sebelum ini khas Yunani, sedangkan portico dan podium atau semacam panggung dimana bagian utama kuil berdiri, merupakan bagian dari model kuil Etruscan yang sudah ada sejak abad VII SM Kuil Fortuna Virilis di Roma (40 SM) adalah salah satu contoh dari kecenderungan tersebut di atas, denahnya segi empat yang terdiri dari cella dan portico. Kuil berdiri di atas podium setinggi 3 m dan cella berupa ruang tunggal. Konstruksi dan dekorasinya terdiri dari kolom-balok (Order), deretan depan terdapat empat kolom dengan frieze, architrave, pediment, tympanum, dengan gaya Ionik. Bentuk dan denah Kuil Antonius dan Faustina di Roma (141 SM) mirip dengan Kuil Virilis, namun lebih besar. Kuil terletak di Forum Romawi menghadap ke selatan-barat. Kedua kuil berciri arsitektur Romawi, yang berupa perpaduan Etruscan-Yunani. Tinggi podium 6 m, deretan enam buah kolom bergaya Korintien. Kuil Saturnus (Saturn) (284 M), juga di Roma, tidak lebih dari 200 m di sebelah barat Kuil Antonius-Faustina dikemukakan sebelum ini. Kuil menghadap ke utara-timur, beberapa puluh meter di selatan- timur Capitol. Kuil berdiri di atas podium khas Etruscan. Tinggi podium 3.73 m, dari tangga langsung ke portico, di mana terdapat deretan enam kolom. Dalam hal ini kolom, frieze, architrave, pediment dan tympanum, bercorak Ionik. Sebuah Kuil di Nimes Perancis bagian selatan dibangun tahun 6 SM, pada zaman kekuasaan Romawi meliputi wilayah hampir seluruh daratan Eropa, terutama Eropa Barat. Kuil diberi nama Maison Caree yang artinya “Rumah Segi Empat”, karena bentuk denahnya yang segi empat. Kuil ini merupakan satu-satunya peninggalan zaman Romawi, yang masih dalam kondisi utuh. Maison Caree merupakan contoh sangat representatif dari arsitektur campuran Yunani Etruscan dengan detail-detail corak Order Korientien. Bagian utama kuil berdiri di atas podium model Etruscan setinggi 3.66 m. dengan tangga masuk ke teras atau portico depan. Cella berupa kamar tunggal, besarnya selebar podium menghadap ke portico tersebut juga merupakan bagian dari kuil Etruscan. Kolom langsing berderet enam buah di depan berkepala dihias dengan pola floral, merupakan bagian dari konstruksi Order yang menyangga frieze, architrave, pediment, tympanum yang bercorak Korintien. Kuil Romawi berdenah Lingkaran dan Poligonal Selain berbentuk segi empat hasil perpaduan arsitektur Etruscan-Yunani pada zaman Romawi bentuk kuil-kuil berkembang lebih bervariasi menjadi berdenah lingkaran dan segi banyak atau poligonal. Kecenderungan ini terjadi sejak sekitar awal abad I M dan sesudahnya. Salah satu dari berbagai kuil dalam kategori ini adalah Kuil Vesta di Tivoli (80 SM). Kuil ini tidak besar, podium menjadi tumpuan dari kuil denahnya lingkaran, berdiameter hanya 7.32 m. Sekelilingnya terdapat 18 buah kolom bercorak Korintien, dan kepala kolomnya dihias bentuk floral setinggi 7.16 m. Dinding tidak menyatu dengan kolom, sehingga membentuk semacam teras keliling. Atap kuil mengikuti denahnya yang lingkaran berbentuk kubah. Meskipun kecil, kuil ini merupakan cikal bakal dari konstruksi kubah lebih besar pada kuil-kuil Romawi hingga gereja-gereja pada zaman Bisantine (Byzantine). Pantheon Roma merupakan kuil terbesar di zamannya yang berdenah lingkaran, kuil terletak di tengah-tengah pusat seni, budaya dan pemerintahan kota pada zaman Romawi. Mula pertama kuil dibangun oleh Agrippa pada 27 SM, kemudian direkonstruksi oleh Hadrien antara 117-125 M. Pada abad VII ditransformasikan menjadi gereja. Ruang utama berdenah lingkaran, sering disebut rotunda. Diameter bagian dalam dinding 43,43 m. Ada yang berpasangan, ada yang menyatu dengan dinding atau dapat disebut pilaster. Pilaster berpenampang segi empat terdapat cukup banyak dalam Pantheon Roma dan bangunan-bangunan Romawi pada umumnya. Denah lingkaran dikombinasikan dengan gerbang masuk berdenah segi empat. Pintu masuk terdapat dibelakang konstruksi gerbang tersebut. Pada portico terdapat 16 buah kolom, yang berderet 8 kolom pada ujung atas tangga. Kolom-kolom tadi terbuat dari batu granit utuh. Kedelapan kolom depan menyangga pediment dan frize yang dihias dengan cornice. Semua hiasan pada kepala kolom dan pilaster di dalam maupun pada portico bercorak floral, khususnya daun Acanthus sangat khas dekorasi Korintien. Mengikuti dinding berdenah lingkaran, rotunda diatapi oleh sebuah kubah berdiameter 40 m. Pada puncak kubah terdapat lobang yang tertutup kaca, agar sinar matahari dapat masuk. Kubah terbentuk oleh blok-blok semakin ke atas semakin kecil, diekspos dengan garis-garis, menjadi elemen dekorasi kotak-kotak (rectangular) yang indah. Bagian bawah dalam kubah dihias dengan molding membentuk garis-garis melingkar. Hal yang unik dalam perancangan Pantheon Roma adalah ukuran diameter cella sama dengan tinggi bangunan. Bila ditarik garis pada penampang melintang melalui titik pusat ruang dalam dan puncak kubah akan terbentuk sebuah lingkaran. Basilika (Basilica) Basilika adalah gedung pengadilan Romawi dengan ciri ruang utama di tengah tinggi, dan dikelilingi oleh gang (aisle). Pada ujungnya terdapat ceruk (apse) dimana para pejabat pengadilan duduk. Dan pada bagian tengah untuk umat disebut nave dan apse untuk altar. Basilika Trajan di Roma (98-112 M) dibangun oleh Apollodorus dari Damascus. Basilika dahulu mempunyai nave tengah bentuknya segi empat memanjang, 117.34 x 26.51 m². Nave dikelilingi oleh semacam gang ganda dibentuk oleh deretan kolom dalam arsitektur klasik disebut isle, masing-masing lebarnya 7.24 m. Tinggi total ruang tengah (nave) yang sangat luas dan panjangnya 36.58 m. Kolom- kolom berderet memisahkan nave dan aisle, terbuat dari batu granit merah utuh, berbentuk silindris, semuanya berkepala Korintien. Pada kedua ujungnya, masing-masing terdapat tribunal pada ketinggian lantai dibentuk oleh trap-trap, dan denahnya setengah lingkaran. Basilika Constantine di Roma (310-13 M) terletak di Forum Romawi, di antara Kuil Venus dan Forum Vespasian. Denahnya segi empat, dalam situasi dan orientasi tidak terkait dengan arah utara-selatan, seperti bangunan di sekelilingnya. Terlihat bahwa dalam mendirikan bangunan dalam tata letak di Kota Roma, tidak saling tegak lurus dengan bangunan di sekelilingnya dan tidak menurut arah atau orientasi tertentu. Basilika Constantine seperti terjepit di antara bangunan di sekelilingnya yang menghadap ke arah utara- timur. Thermae Kemungkinan istilah thermae yang berasal dari kata thermos (panas), turunan dari bangunan gymnasia di zaman Yunani. Bangunan jenis ini tidak kalah megah dan mewah dibanding bangunan lain seperti basilika, kuil, dan lain-lain. Hal itu menunjukan bahwa kegiatan mandi di permandian penting dalam kehidupan masa itu, terutama di kalangan kekaisaran Roma. Hal ini dapat di lihat dari kemewahan arsitektur Thermae Caracalla. Rekonstruksi dari reruntuhan thermae memperlihatkan bahwa dahulu berdiri di atas semacam landasan atau platform yang cukup tinggi yaitu 6.10 m. Di bagian bawah, terdapat kamar-kamar dengan bagian atas yang berbentuk lengkung, gang, tungku-tungku, saluran-saluran untuk pemanasan. Gedung besar dan mewah ini keseluruhannya berdenah simetris. Pintu masuk disebelah utara-timur di tengah. Di kiri-kanannya langsung ada deretan tempat mandi dan kedai, terdiri dari dua lantai, denahnya berbentuk U, pada lantai setinggi platform terdapat permandian dengan sistem tiduran. Bagian utama berupa blok segi empat sangat besar yaitu 228 x 115.82 M2 dikelilingi dalam bentuk U oleh tempat mandi dan keda. Dengan demikian bagian utama beratap ini luasnya 26.480 m2, suatu bangunan yang luar biasa luas, apalagi untuk ukuran zaman itu. Mengikuti pola simetris dari seluruh kompleks, unit utama juga simetris bersumbu pada pintu masuk, frigidarium sentral hall, tepidarium, dan calidarium frigidarium tidak beratap, identik dengan posisi atrium, namun di sini berupa kolam juga untuk mandi. Pada sumbu melintang barat- utara dan timur-selatan terdapat simetris di kiri dan kanan ruang-ruang antara lain : ante room, peristyle terbuka, sudatorium, terpidarium, kamar mandi suite (gymnasium). Unit utama ini mempunyai pintu masuk dari kiri-kanan, timur-selatan, dan barat-utara. Di belakang atau selatan-barat dari unit utama, terdapat taman publik dengan deretan pohon-pohon. Denah dan posisi xitus identik dengan atrium, dikelilingi oleh semacam portico. Simetris di kiri-kanan (utara-barat dan timur-selatan) dari xitus selain portico yang denahnya berbentuk bagian dari lingkaran terdapat ruang belajar dan perpustakaan. Di selatan-barat dari xitus di kiri-kanan oleh ruang belajar dan perpustakaan. Di depan memanjang dari reservoir terdapat stadium, yaitu tempat duduk melebar bertrap. Kekuasaan berpengaruh besar dalam berbagai aspek termasuk budaya terhadap wilayah yang dikuasai adalah kenyataan sejarah yang selalu terjadi dimana saja. Dalam sejarah arsitektur hal semacam itu terjadi di Afrika utara, yang dahulu merupakan daerah jajahan Romawi. Di kota Laptis Magna, Afrika Utara terdapat banyak runtuhan bangunan yang dapat dipastikan dahulu thermae, salah satunya adalah Thermae Hadrian (126-7 M). Teater (theatre) dan teater terbuka (amphitheatre) Kesenangan melaksanakan kegiatan diluar atau tidak di dalam gedung beratap dari orang-orang Yunani sejak zaman kuno terungkap jelas antara lain dengan adanya teater terbuka (amphitheatre). Selain mengembangkan budaya termasuk arsitektur pada wilayah jajahan, rupanya orang-orang Roma juga mengadopsi budaya bangsa yang dijajah, termasuk Yunani. Kecenderungan semacam itu terungkap dengan banyaknya teater dibangun hampir di semua kota diseluruh wilayah kekuasaannya. Teater Marcellus di Roma (23-13 SM) adalah salah satu dari bangunan jenis teater yang terletak di tengah-tengah kota Roma. Tempat penonton berdenah setengah lingkaran, tidak dibuat dari kemiringan sisi bukit, namun dengan dinding pelengkung-pelengkung. Pelengkung berderet pada dinding luar yang denahnya setengah lingkaran, terdiri dari dua tingkat. Masing-masing pelengkung diapit oleh pilaster atau kolom yang menyatu dengan dinding, dalam hal ini dekorasinya ada dua bentuk yaitu Ionik dan Dorik. Colosseum Roma adalah amphitheatre terbesar dan termegah yang didirikan pada zaman Romawi. Dibangun atas perintah Vespasian pada tahun 70 M, diselesaikan oleh Demitian pada 82 M. Colosseum Roma terletak di tengah kota Roma, setelah timur-selatan Kuil Venus pada lembah antara dua bukit, Esquiline di utara dan Caelian di selatan. Colloseum adalah sejenis teater terbuka dalam ukuran besar dan luas. Pada zamannya digunakan untuk olahraga termasuk pertandingan gladiator, dan upacara-upacara penting kekaisaran. Dalam sejarah tercatat bahwa Colisseum Roma pernah digunakan untuk penyiksaan dan pembantaian orang-orang Kristen. Colosseum Roma sangat luas, denah berbentuk elip, garis tengahnya 189 x 156.4 m2. Pada dinding keliling yang bentuknya juga elips atau oval, berderet melingkar 80 pelengkung yang bertingkat 3. Arena di kelilingi audiotorium bertingkat 3, bentuknya juga oval, berdiameter 27.47 m x 54.86 m, dan di kelilingi dinding setinggi 4.57 m. Dibalik atas dinding atau podium terdapat singgasana kaisar dan tempat duduk para pejabat dan kerabat kekaisaran. Di belakangnya lagi terdapat empat duduk penonton (meninanum) yang dapat menampung 5000 orang pada gang pada masing-masing tingkat. Pilaster dan kolom menggunakan hiasan berpola Order-Yunani, Ionik pada lantai 3 dan Korientien pada lantai 4. Jembatan Saluran Air (Aquaduct) Dalam pengembangan wilayah jajahan Roma, konstruksi pelengkung sangat berperan terutama dalam membangun jembatan dan jembatan saluran air (aquaduct). Salah satu konstruksi luar biasa besarnya, dibangun pada zaman Romawi adalah Pont du Grand di Nimes, Perancis (14 M) berupa konstruksi jembatan yang mempunyai saluran air sepanjang 40 km, mengalirkan air dari Uzes ke Nimes. Panjang aquaduct 268.83 m, membentang setinggi 47.24 m di atas permukaan sungai dan lembah. Jembatan terdiri dari tiga tingkatan, masing-masing berbeda bentangan dan lebar pelengkung. Terbesar dan terlebar paling bawah, menjadi tumpuan yang di atas, juga untuk jembatan kendaraan dan manusia. Pelengkung terlebar pada bagian ini, selebar sungai, yaitu 24.50 M, semuanya pada bagian ini ada 5 buah. Deretan pelengkung di atasnya ada 9 buah, masing-masing lebarnya berbeda, tergantung yang ada dibawahnya, paling lebar 24.50 m, terpendek 15.30 m. Yang teratas relatif jauh lebih kecil, semua lebarnya sama, dan sebanyak 36 buah. Aqua Claudia di Roma (38 M), juga menjadi bukti sejarah dari peranan sistem konstruksi pelengkung dalam pengembangan wilayah, dalam hal ini berupa saluran air yang panjangnya 72 km dan mengalirkan air dari Subiaco ke Roma. Sebagian saluran dalam konstruksi pelengkung berderet sepanjang 15.20 km, tinggi rata-rata 30 m, dan 48 km lainnya melintas pada lembah. Forum Imperial Forum Imperial (Fori Imperiali dalam bahasa Italia) terdiri dari serangkaian monumental forum (kotak publik), dibangun di Roma selama satu setengah abad, antara 46 SM dan 113 Masehi. Ini forum adalah pusat Republik Romawi dan dari Kekaisaran Romawi . Forum Imperial, sedangkan bukan bagian dari Forum Roma , terletak relatif dekat satu sama lain. Julius Caesar adalah yang pertama untuk membangun di bagian ini Roma dan diatur kembali baik Forum dan Comitium, jenis lain forum ruang yang ditujukan untuk politik, untuk melakukannya. Forum ini adalah pusat politik, agama dan ekonomi di Kekaisaran Romawi kuno. TERIMA KASIH