Anda di halaman 1dari 44

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI

BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS


i
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL
KESEHATAN MASYARAKAT

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Direktorat Kesehatan Keluarga
Jakarta, 2021

Penanggung Jawab:
drg. Kartini Rustandi, M.Kes

Tim penyusun :
dr. Wira Hartiti, M. Epid; dr. Yenni Yuliana; dr. Fida Dewi Ambarsari, MKK; dr. Ima Nuraina,
Nabila Salsabila, SKM, Ika Ratnawati, SKM, MKK; I Dewa Gde Gandi Widi Pramana, SKM;
Retno Juli Siswantari, SKM, MKM, dr. Putriayu Hartini, MKK

Kontributor :
Kementerian Kesehatan :
dr. Sylviana Andinisari, M.Sc, Merlida Sitinjak, SKM, Yosnelli, SKM, MKM; dr. Endang
Budi Hastuti, MKM, dr. Solihah Widyastuti, M.Epid, Sri Drisna Dewi, SKM.MPH; Irmawati,
SKM.M.Kes, dr. Herbet Sidabutar, Sp.KJ, Dyah Santika Laila Romadhoni, M.Psi

BKKBN :
Cikik Sikmiyati, S.IP, MM

Organisasi Profesi :
Dr.dr.R.Soerjo Hadijono SpOG Subsp.Obginsos (HOGSI); dr. Muhammad Dwi Priangga,
SpOG (POGI); dr. Ariningsih, MKK, SpOk (PERDOKI); dr. Titis Mariyamah,MKK,SpOk
(PERDOKI); Loveria Sekarrini (IAKMI); Novita Eliza (IBI); Dr.Heru Herdiawati.SST.SH.MH
(IBI); Siti Mutia Rahmawati (PERSAGI)

Daerah :
Fitri Mawarti, SKM, MKM (Dinkes Provinsi Babel); Sita Febrianti Roslan (Dinkes Provinsi
Jawa Barat); Mega Erika (Puskesmasn Kenanga, Kab. Bangka); Rusmini R (Sudinkes
Jakarta Utara); Lisnasari, AM.Keb (Dinkes Kab. Bangka); Itsnataini (Dinkes Provinsi
Babel); Sintoyibi Kennurfathani (Puskesmas Sukmajaya, Depok); Lia Oktavia (Puskesmas
Kecamatan Cilincing DKI Jakarta); dr. Zeba Evolusi S, MM (Dinkes Provinsi DKI Jakarta);
dr. Ridhafika Ulfa (Puskesmas Kecamatan Palmerah); Teti Erikawati, A.Md. Keb (Dinas
Kesehatan Kota Depok) drg. Anita Rachmawati (Puskesmas Sukmajaya Kota Depok).

ii PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah,
petunjuk dan karuniaNya, sehingga Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Bagi Calon Pengantin di
Puskesmas ini selesai disusun. Tersusunnya buku ini merupakan
upaya meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi calon
pengantin yang komprehensif dengan melibatkan lintas program
terkait.

Calon pengantin merupakan sasaran strategis dalam upaya


menurunkan Angka Kematian lbu (AKI), Angka Kematian
Bayi (AKB) sekaligus menekan risiko stunting. Setiap tahun
diperkirakan ada sekitar 2 juta pasang calon pengantin di
Indonesia dengan kemungkinan hamil sebesar 70% pada 1 tahun
pertama setelah pernikahan. Kondisi kesehatan calon pengantin
maupun Wanita Usia Subur (WUS) akan mempengaruhi kesehatan
dan keselamatan diri ibu, bayi yang dikandung. lbu yang sehat
akan melahirkan generasi yang sehat dan cerdas.

Buku petunjuk teknis ini terdiri dari 4 (empat) bab meliputi:


Pendahuluan, Pelayanan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin,
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Reproduksi bagi Calon
Pengantin, dan Penutup. Sebelumnya telah disusun pula Pedoman
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, yang dilengkapi
alat bantu Lembar Balik Kesehatan Reproduksi Bagi Calon
Pengantin, dan juga Buku Saku Kesehatan Reproduksi Calon
Pengantin. Petunjuk teknis ini diharapkan menjadi acuan bagi

iv PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
v
petugas kesehatan dalam memberikan
pada calon pengantin di puskesmas dengan baik.
pelayanan kesehatan
DAFTAR ISI
Kami menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dan memberikan masukan dalam
penyusunan buku petunjuk teknis ini. Semoga buku ini dapat SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT...iii
bermanfaat dalam mendukung program penurunan AKI dan KATA PENGANTAR...........................................................................v
AKB, dan dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak DAFTAR ISI.........................................................................................vi
Indonesia.
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................1
B. Dasar Hukum...............................................................2
C. Tujuan...........................................................................5
Jakarta, Agustus 2022 D. Sasaran.........................................................................5
Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia, E. Ruang Lingkup.............................................................5

BAB 2 PELAKSANAAN PELAYANANKESEHATAN


REPRODUKSI BAGI CALON PENGANTIN..........................6
A. Alur dan Kolaborasi Pelaksanaan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Bagi Calon Pengantin..........7
drg. Kartini Rustandi, M.Kes B. Pelayanan Kesehatan Bagi Catin Puskesmas...........9

BAB 3 PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN


REPRODUKSI CALON PENGANTIN...................................52
A. Persiapan Penyelenggaraan.......................................52
B. Pelaksanaan.................................................................53
C. Pencatatan dan Pelaporan.........................................55
D. Monitoring dan Evaluasi.............................................56

BAB 4 PENUTUP.............................................................................57

LAMPIRAN.........................................................................................58

vi PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
vii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan Kesehatan reproduksi di Indonesia masih
menghadapi banyak tantangan. Hal ini tercermin dari masih
tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 305 per 100.000 kelahiran
hidup (SUPAS 2015), Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 24 per 1000
kelahiran hidup (SDKI 2017), stunting balita yaitu 30,8% (Riskesdas
2018), dan angka kelahiran pada perempuan usia 15-19 tahun
(Age Specific Fertility Rate/ASFR) sebesar 36 per 1000 (SDKI 2017).
Permasalahan terkait AKI, AKB dan stunting, dilatarbelakangi oleh
banyak faktor yang menyebabkan rendahnya status kesehatan
reproduksi perempuan, seperti status gizi ibu yang buruk,
kehamilan tidak diinginkan, penyakit menular seksual dan penyakit
menular lainnya, penyakit tidak menular yang angkanya semakin
meningkat, serta rendahnya pengetahuan mengenai kesehatan
reproduksi.

Upaya untuk menurunkan AKI, AKB, dan stunting harus


dilaksanakan bukan pada saat hamil saja, namun dimulai sejak
masa remaja, dewasa muda, catin dan pasangan usia subur
melalui pemberian Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dan
konseling terkait kesehatan reproduksi, pemeriksaan kesehatan
bagi calon pengantin serta perencanaan kehamilan sehat bagi
pasangan Pasangan Usia Subur (PUS). Hal ini bertujuan agar dapat

viii PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
1
memperbaiki status kesehatan reproduksi perempuan sebelum 8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 88 Tahun 2014 tentang
memasuki masa kehamilan, karena ibu yang sehat dan kehamilan Standar Tablet Tambah Darah bagi WUS dan Ibu Hamil
yang sehat akan melahirkan generasi yang berkualitas.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Calon pengantin (catin) merupakan salah satu tahapan Penyelenggaraan Imunisasi
siklus hidup yang strategis sebagai sasaran program kesehatan,
10. Peraturan Menteri Kesehatan No 52 tahun 2017 Tentang
seperti upaya perbaikan gizi, penyiapan kesehatan keluarga,
Eliminasi Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis dari Ibu ke Anak
serta pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan
tidak menular. Hal ini guna menyiapkan pasangan catin menjadi 11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2021 tentang

pasangan dengan kehidupan reproduksi yang sehat dan mampu Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,

melahirkan generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, dan Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan

berkualitas. Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual

12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang


Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada
B. DASAR HUKUM Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
1. Undang-Undang Nomor 16 tahun 2019 tentang Perubahan
13. Kesepakatan Bersama antara Menteri Kesehatan, Menteri
UU Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
Agama dan BKKBN Nomor 2 Tahun 2020, Nomor HK.03.01/
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Menkes/125/2020, Nomor 12/KSM/G2/2020 tentang
Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan bagi Calon Pengantin
3. Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
dalam Rangka Penguatan Ketahanan dan Kesejahteraan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Keluarga
4. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang
14. Perjanjian Kerjasama Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kesehatan Reproduksi
Kementerian Kesehatan dengan Direktur Jenderal Bimbingan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 87 tahun 2014 tentang Masyarakat Katolik kementerian Agama Nomor HK.03.01/
Perkembangan Kependudukan, Pembangunan Keluarga, II/460/2021, Nomor 170/DJ.IV/PW.00/04/2021 tanggal 29
Keluarga Berencana dan Sistem Informasi Keluarga April 2021 tentang Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan dan
6. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Pelayanan Kesehatan Bagi Calon Pengantin
Penurunan Stunting 15. Perjanjian Kerjasama Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
7. Peraturan Menteri Kesehatan No 21 tahun 2013 Tentang Kementerian Kesehatan dengan Direktur Jenderal Bimbingan
Penanggulangan Program HIV AIDS dan PIMS Masyarakat Kristen Kementerian Agama Nomor HK.03.01/

2 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
3
II/460/2021, Nomor 170/DJ.IV/PW.00/04/2021 tanggal 29 20. Surat Edaran Direktur Jenderal Bimas Islam Nomor B-4726/
April 2021 tentang Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan dan DJ.III.II.4/Hm.00/ 12/2021 tanggal 12 Desember 2021 Perihal
Pelayanan Kesehatan Bagi Calon Pengantin Kerjasama Percepatan Penurunan Stunting yang ditujukan
kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
16. Perjanjian Kerjasama Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan dengan Direktur Jenderal Bimbingan 21. Surat Edaran Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
Masyarakat Hindu Kementerian Agama Nomor HK.03.01/ HK.03.03/5/0595/2016 tentang Pemberian Tablet Tambah
II/461/2021, Nomor 01/PKS/04/2021 tanggal 29 April 2021 Darah pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur
tentang Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan dan Pelayanan
Kesehatan Bagi Calon Pengantin
C. TUJUAN
17. Perjanjian Kerjasama Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan dengan Direktur Jenderal Bimbingan Sebagai petunjuk teknis bagi petugas kesehatan dalam

Masyarakat Buddha Kementerian Agama Nomor HK.03.01/ memberikan pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon

II/463/2021, Nomor 1161/DJ.VII/DtVII 1.2 tanggal 29 April 2021 pengantin di Puskesmas

tentang Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan dan Pelayanan


Kesehatan Bagi Calon Pengantin
D. SASARAN
18. Perjanjian Kerjasama Direktur Kesehatan Keluarga
1. Pengelola Program Kesehatan Reproduksi di Dinas Kesehatan
Kementerian Kesehatan dengan Kepala Pusat Bimbingan
Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas
dan Pendidikan Konghucu Kementerian Agama Nomor KG.
2. Petugas Kesehatan di Puskesmas
04.04/4/1128/2021, Nomor B-145/B.IX-BA1.1/04/2021 tanggal
29 April 2021 tentang Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan
dan Pelayanan Kesehatan Bagi Calon Pengantin E. RUANG LINGKUP
19. Perjanjian Kerjasama Antara Direktur Jenderal Bimbingan Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon
Masyarakat Islam, Kementerian Agama RIdan Sekretaris pengantin di Puskesmas, meliputi pemberian KIE, pemeriksaan
Utama BKKBN, Nomor B-4730/DJ.III/HM.01/12/2021, Nomor kesehatan, tatalaksana, konseling dan rujukan.
43/PKS/G2/2021, tanggal 16 Desember 2021 tentang
Penguatan Pendampingan Bagi Remaja, Calon Pengantin, dan
Keluarga Muda Dalam Rangka Pencegahan Perkawinan Anak
dan Penurunan Stunting

4 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
5
BAB 2 A. ALUR DAN KOLABORASI
PELAKSANAAN PELAKSANAAN PELAYANAN
PELAYANANKESEHATAN KESEHATAN REPRODUKSI BAGI
REPRODUKSI BAGI CALON CALON PENGANTIN
PENGANTIN Berikut alur pelayanan Kesehatan bagi calon pengantin. Alur
ini dapat disesuaikan dengan kebijakan yang berlaku di daerah
masing masing.

Calon pengantin (catin) adalah laki-laki dan perempuan


yang akan melangsungkan perkawinan mulai 3 bulan menjelang
hari perkawinan sampai hari melangsungkan perkawinan.
Dalam mempersiapkan catin yang siap secara fisik dan mental,
Kementerian Kesehatan bersama dengan Kementerian Agama
dan BKKBN telah menandatangani Keputusan Bersama tentang
Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Dalam Rangka Peningkatan
Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga pada tanggal 19 Februari
2020.

Hal tersebut juga diatur dalam Peraturan Presiden Nomor


72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting yang
mewajibkan Catin mendapatkan pendampingan sejak 3 bulan
sebelum menikah, bimbingan perkawinan dan pemeriksaan • Pendampingan calon pengantin dilakukan oleh Tim
kesehatan. Pelaksanaan pendampingan Catin sejak 3 Pendamping Keluarga (TPK) yang terdiri dari unsur Kader KB,
bulan sebelum pernikahan dikoordinasikan oleh BKKBN, Kader PKK, dan Bidan/Tenaga Kesehatan selain Puskesmas
bimbingan perkawinan di KUA/Lembaga Agama/Rumah Ibadah dan jaringannya yang dikoordinasikan oleh PLKB, dimulai sejak
dikoordinasikan oleh Kementerian Agama dan pelayanan 3 bulan sebelum menikah. Pendamping catin menyampaikan
kesehatan reproduksi di Puskesmas dikoordinasikan oleh data catin yang akan menikah ke puskesmas,mendorong
Kementerian Kesehatan. dan memastikan calon pengantin mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksidi puskesmas serta mendapatkan

6 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
7
bimbingan perkawinan di KUA/Lembaga Agama/Rumah • Catin mengisi elsimil dan mengikuti anjuran/tatalaksana yang
ibadah. diberikan oleh puskesmas didampingi oleh pendamping
catin yaitu Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang terdiri dari
• KUA/Lembaga agama/Rumah ibadah mendorong calon
unsur Kader KB, Kader PKK, dan Bidan/Tenaga Kesehatan
pengantin mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas
selain tenaga Kesehatan di Puskesmas dan jaringannya,
dan memintakan surat keterangan telah mendapatkan
dikoordinasikan oleh PLKB.
pelayanan kesehatan calon pengantin

• Bimbingan perkawinan dilaksanakan oleh KUA/Lembaga


agama/Rumah ibadah. Puskesmas bekerjasama dengan KUA/ B. PELAYANAN KESEHATAN BAGI CATIN
Lembaga Agama/Rumah ibadah dalam memberikan materi DI PUSKESMAS
kesehatan reproduksi pada bimbingan perkawinan.
Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
• Materi KIE tentang kesehatan reproduksi calon pengantin bagi catin sebagai berikut :
dan untuk menilai secara mandiri kelayakan untuk hamil 1. Komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kesehatan reproduksi
dapat diakses oleh catin melalui aplikasi kescatin dengan calon pengantin
mendownload aplikasi kescatin melalui app storedanmengisi 2. Pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin
skrining layak hamil untuk menilai layak hamil. Pemeriksaan kesehatan bagi catin minimal pemeriksaan status
gizi meliputi : (penentuan IMT dan pemeriksaan Lingkar Lengan
• Calon pengantin mengambil dan mengisi formulir model N1,
Atas(LiLa)) dan tanda anemia (pemeriksaan konjungtiva dan
N2 dan N4 di kelurahan atau desa dan menyampaikan ke KUA
pemeriksaan hemoglobin). Pemeriksaan penunjang lainnya
sebagai syarat pernikahan di KUA. Calon pengantin dapat
dapat dilakukan atas indikasi seperti TBC, HIV, sifilis, Hepatitis
direkomendasikan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dll).Pelayanan kesehatan bagi calon pengantin diberikan oleh
ke puskesmas pada saat pengambilan form ini.
tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan dan atau perawat
• Puskesmas melakukan pelayanan kesehatan reproduksi dan atau petugas gizi)
berupa pemeriksaan kesehatan dan konseling individu dan 3. Konseling berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan
tatalaksana sesuai dengan kondisi calon pengantin serta 4. Tatalaksana medis berdasarkan hasil pemeriksaan
mengeluarkan surat keterangan kesehatan calon pangantin. 5. Pemberian surat keterangan telah melakukan pemeriksaan
Di Puskesmas, Catin mendapatkan konseling dan skrining kesehatan calon pengantin.
kesehatan. Bagi catin degan risiko tinggi dan bermasalah
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi catin dilakukan di
kesehatan akan ditatalaksana sesuai dengan temuan medis
Puskesmas secara individual (terpisah antara calon pengantin
serta didampingi oleh pendamping catin sampai kondisi layak
laki-laki dan perempuan) untuk menjaga privasi klien,namun
untuk hamil sehat.

8 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
9
pemberian KIE dan konseling dapat diberikan secara berpasangan. melalui android. Calon pengantin juga melakukan skrining layak
Perlu diperhatikan untuk konseling hasil pemeriksaan medis hamil secara mandiri melalui aplikasi kescatin untuk nanti dapat
dapat dilakukan secara individu atau berpasangan sesuai dengan ditindaklanjuti oleh tenaga kesehatan melalui e kohort kesehatan
kesepakatan catin, termasuk dalam pemberian Surat Keterangan reproduksi.
telah melakukan pemeriksaan, hanya tercantum keterangan
bahwa catin tersebut telah diperiksa dan tidak dicantumkan hasil
pemeriksaan. Hasil pemeriksaan merupakan rahasia medis yang
hanya boleh disampaikan kepada klien atau catin yang diperiksa.

1. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)


Tujuan KIE dalam pelayanan kesehatan catin adalah untuk
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian mereka
sehingga dapat menjalankan fungsi dan perilaku reproduksi yang
sehat dan aman.

Materi KIE untuk catin meliputi: 2. Pemeriksaan Kesehatan pada Calon Pengantin :
a. Filosofi pernikahan a. Anamnesis
b. Informasi Pranikah
1) Anamnesis Umum
c. Informasi tentang Kehamilan dan Kontrasepsi
Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara antara
d. Kondisi Kesehatan yang perlu diwaspadai oleh pasangan calon
tenaga kesehatan dan klien untuk memperoleh
pengantin
informasi tentang keluhan, penyakit yang diderita,
e. Kehidupan dangangguan seksual suami istri
riwayat penyakit, faktor risiko pada catin.
f. Menjaga Kesehatan jiwa dan harmonisasi pasangan suami istri
g. Kesetaraan peran suami istri dalam rumah tangga
h. Gerakan masyarakat hidup Sehat ANAMNESIS UMUM
Pemberian KIE dan konseling kesehatan reproduksi bagi calon Keluhan • Keluhan atau sesuatu yang dirasakan oleh
pengantin dapat menggunakan lembar balik kesehatan reproduksi Utama pasien yang mendorong pasien mencari layanan
kesehatan (tujuan memeriksakan diri).
bagi calon pengantin dan dapat dilakukan secara mandiri oleh
calon pengantin melalui aplikasi kescatin yang dapat di download Misalnya: terlambat haid dari biasanya.

10 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
11
ANAMNESIS UMUM ANAMNESIS UMUM
Riwayat • Penjelasan dari keluhan utama, mendeskripsikan Riwayat • Penyakit yang diderita sewaktu kecil.
penyakit perkembangan gejala dari keluhan utama penyakit
sekarang (RPS) tersebut. Dimulai saat pertama kali pasien dahulu (RPD) • Penyakit yang diderita sesudah dewasa beserta
merasakan keluhan. waktu kejadiannya.

• Menemukan adanya gejala penyerta dan • Riwayat alergi dan riwayat operasi.
mendeskripsikannya (lokasi, durasi, frekuensi,
tingkat keparahan, faktor-faktor yang • Riwayat pemeliharaan kesehatan, seperti
memperburuk dan mengurangi keluhan). imunisasi, screening test, dan pengaturan pola
hidup.
• Kebiasaan/lifestyle (merokok, konsumsi makanan
berlemak, olahraga rutin atau tidak, konsumsi • Riwayat trauma fisik, seperti jatuh, kecelakaan lalu
alkohol dan NAPZA, dsb). lintas, dan lain-lain.

• Mencari hubungan antara keluhan dengan faktor • Riwayat penyakit gondongan (khusus laki-laki).
atau suasana psikologis dan emosional pasien,
Riwayat • Riwayat mengenai ayah, ibu, saudara laki-laki,
termasuk pikiran dan perasaan pasien tentang
penyakit saudara perempuan pasien, dituliskan tentang
penyakitnya.
keluarga (RPK) umur dan keadaan kesehatan masing-masing
bila masih hidup, atau umur waktu meninggal
• Apakah keluhan sudah diobati, jika ya tanyakan
dan sebabnya, serta Riwayat adanya pernikahan
obat serta berapa dosis yang diminum, tanyakan
sedarah di keluarga. Gambarkan bagan keluarga
apakah ada riwayat alergi.
yang berhubungan dengan keadaan ini.
• Obat-obatan yang digunakan (obat pelangsing, pil
• Tuliskan Riwayat penyakit keluarga, misalnya
KB, obat penenang, obat maag, obat hipertensi,
hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes,
obat asma), riwayat alergi, riwayat merokok,
hepatitis, HIV dan lain sebagainya.
riwayat konsumsi alkohol.

• Riwayat haid: kapan mulai haid, teratur atau tidak,


durasi haid berapa lama, sakit pada waktu haid/ Riwayat sosial • Riwayat pendidikan terakhir.
dismenorhea, dan banyaknya darah haid. ekonomi
• Riwayat pekerjaan: pernah bekerja atau belum,
• Apakah ada keinginan untuk menunda kehamilan. jenis pekerjaan, risiko pajanan di tempat kerja,
dimana dan berapa lama serta mengapa berhenti
• Skrining Imunisasi Tetanus dari pekerjaan tersebut, jenis pekerjaan.

• Apakah pernah didiagnosis thalassemia, hemofilia • Riwayat perilaku berisiko (seks pranikah, NAPZA
atau catin mendapatkan transfusi darah secara dan merokok).
rutin
• Riwayat terpapar panas di area organ reproduksi,
Riwayat • Keterangan terperinci dari semua penyakit yang
baik dari pekerjaan maupun perilakunya
penyakit pernah dialami dan sedapat mungkin dituliskan
(misalnya: koki, sering mandi sauna, dll) (khusus
dahulu (RPD) menurut urutan waktu.
untuk laki-laki).

12 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
13
ANAMNESIS UMUM Self-Reporting Questionnaire (SRQ-20)

Sexuality • Adanya perilaku seksual pranikah atau perilaku Nama: _________________ Tanggal : _________________
(Aktivitas seksual berisiko.
Alamat:_________________ Telepon/HP :_________________
seksual)
• Kemungkinan IMS/HIV.
Petunjuk: Bacalah petunjuk ini seluruhnya sebelum
• Kemungkinan Hepatitis mulai mengisi. Pertanyaan berikut berhubungan
• Kemungkinan kekerasan seksual. dengan masalah yang mungkin mengganggu Anda
selama 30 hari terakhir. Apabila Anda menganggap
JIKA CALON PENGANTIN BERUSIA REMAJA
pertanyaan itu berlaku bagi Anda dan Anda mengalami
Alasan • Kehendak pribadi, keluarga atau permasalahan
memutuskan lainnya. masalah yang disebutkan dalam 30 hari terakhir,
untuk menikah berilah tanda (x) pada kolom Ya. Sebaliknya, Apabila
(JIKA CALON PENGANTIN SUDAH PERNAH MENIKAH SEBELUMNYA) Anda menganggap pertanyaan itu tidak berlaku
Riwayat • Usia pertama kali menikah dan lama pernikahan bagi Anda dan Anda tidak mengalami masalah yang
pernikahan sebelumnya.
disebutkan dalam 30 hari terakhir, berilah tanda pada
sebelumnya
• Jumlah anak pada pernikahan sebelumnya, jarak kolom Tidak. Jika Anda tidak yakin tentang jawabannya,
anak.
berilah jawaban yang paling sesuai di antara Ya dan
• Status kesehatan pasangan sebelumnya, riwayat Tidak. Kami tegaskan bahwa, jawaban Anda bersifat
penyakit pasangan sebelumnya, adanya perilaku
rahasia, dan akan digunakan hanya untuk membantu
seksual berisiko.
pemecahan masalah Anda.
Riwayat • Riwayat kehamilan, persalinan, jumlah anak, bayi
obstetric yang dilahirkan, keguguran dan kontrasepsi.
Ya Tidak
1. Apakah Anda sering menderita sakit kepala?

2. Deteksi Dini Masalah Kesehatan Jiwa 2 Apakah Anda kehilangan nafsu makan?

Deteksi masalah kesehatan jiwa yang relatif murah, 3 Apakah tidur Anda tidak lelap?
mudah, dan efektif untuk catin dilakukan dengan 4 Apakah Anda mudah menjadi takut?
menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh 5 Apakah Anda merasa cemas, tegang dan kha-
WHO, yaitu Self Reporting Questionnaire (SRQ) 20. watir?

Dalam SRQ, ada 20 pertanyaan terkait gejala masalah 6 Apakah tangan Anda gemetar?
kesehatan jiwa yang harus dijawab mandiri oleh klien 7 Apakah Anda mengalami gangguan pencer-
naan?
dengan jawaban ya atau tidak.

14 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
15
8 Apakah Anda merasa sulit berpikir jernih? Konseling) dan dapat dilanjutkan pemeriksaan oleh

9 Apakah Anda merasa tidak bahagia?


dokter atau psikolog klinis.

10 Apakah Anda lebih sering menangis?


11 Apakah Anda merasa sulit untuk menikmati b. Pemeriksaan Fisik
aktivitas sehari-hari?
12 Apakah Anda mengalami kesulitan untuk men- Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui dan
gambil keputusan? mengidentifikasi status kesehatan catin. Pemeriksaan
13 Apakah aktivitas/tugas sehari-hari Anda ter- dilakukan melalui pemeriksaan denyut nadi, frekuensi
bengkalai?
nafas, tekanan darah, suhu tubuh, dan pemeriksaan
14 Apakah Anda merasa tidak mampu berperan seluruh tubuh. Selain itu harus dilakukan pemeriksaan
dalam kehidupan ini?
status gizi yang meliputi pengukuran berat badan, tinggi
15 Apakah Anda kehilangan minat terhadap
banyak hal?
badan, LiLA, dan tanda-tanda Anemia.

16 Apakah Anda merasa tidak berharga? Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan
17 Apakah Anda mempunyai pikiran untuk men- pemeriksaan fisik:
gakhiri hidup Anda?
yy Mintalah persetujuan tindakan medis kepada catin,
18 Apakah Anda merasa lelah sepanjang waktu?
termasuk bila pasien yang meminta pemeriksaan
19 Apakah Anda merasa tidak enak di perut?
tersebut. Informed consent diperlukan untuk tindakan
20 Apakah Anda mudah lelah? medis yang invasif.

yy Beberapa pemeriksaan fisik mungkin akan


Interpretasi: menimbulkan perasaan tidak nyaman dan malu.
Usahakan semaksimal mungkin agar pemeriksaan
a. Jika ditemukan jawaban YA lebih dariatau sama
dilakukan oleh tenaga kesehatan berjenis kelamin yang
dengan (≥) 6 mengindikasikan adanya masalah
sama dengan klien. Jika tidak memungkinkan, pastikan
psikologis, perlu dirujuk untuk mendapatkan
adanya rekan kerja yang berjenis kelamin sama dengan
pelayanan bagi masalah psikologisnya
klien selama pemeriksaan dilakukan.
b. Bila jawaban YA lebih dari atau sama dengan (≥)
yy Pastikan privasi saat dilakukan pemeriksaan (contohnya
6 atau jawaban pertanyaan no 17 YA, maka harus
memastikan tempat pemeriksaan tertutup tirai, pintu
dilakukan tindak lanjut oleh petugas kesehatan
tertutup dan orang yang tidak berkepentingan dilarang
dengan cara KIP-K (Komunikasi Interpersonal dan
masuk selama pemeriksaan dilakukan).

16 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
17
Pemeriksaan Tanda vital Klasifikasi Tekanan Darah

- Tanda vital harus diukur dan dan dicatat secara akurat. Kategori Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)
Normal <120 <80
- Pemeriksaan tanda vital dilakukan melalui pengukuran Pre- Hipertensi 120-139 80-89
suhu tubuh ketiak, tekanan darah (sistolik dan diastolik), Hipertensi Stage 1 140-159 90-99
denyut nadi per menit frekuensi nafas per menit, serta Hipertensi Stage 2 ≥160 ≥100
auskultasi jantung dan paru. Hipertensi sistole terisolasi ≥140 <90
Sumber : JNC VIII, 2014
- Hasil pemeriksaan tanda vital pada pasien dapat
membantu dalam membuat diagnosa dan perubahan
respon pasien 2. Denyut nadi/heart rate
- Catin yang mengalami masalah dengan tanda vital Pemeriksaan denyut nadi umumnya dilakukan pada
dapat mengindikasikan masalah infeksi, hipertensi, arteri radialis pada pergelangan tangan. Denyut nadi
penyakit paru (Asma, TB), jantung, yang jika tidak biasanya diukur dengan melakukan perabaan nadi
segera diobati berisiko mengganggu kesehatannya, dengan menggunakan 3 jari selama 1 menit.
karena malaise (lemah), sakit kepala, sesak napas, Klasifikasi Denyut Nadi/Heartrate
nafsu makan menurun.
Denyut nadi (per menit) Klasifikasi
<60 Bradikardi
60-100 Normal
1. Tekanan darah
>100 Takikardi
Tekanan darah memiliki dua komponen yaitu sistolik
dan diastolik. Tekanan darah diukur dengan alat Sumber: Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwatyat
pengukur tekanan darah yang disebut dengan Kesehatan Bates,2008

Tensimeter. Pemeriksaan ini dilakukan ketika istirahat


sekitar 15 menit setelah melakukan suatu aktifvitas
3. Frekuensi napas/respiratory rate (RR)
fisik. 
Pemeriksaan frekuensi pernafasan dilakukan dengan
menghitung jumlah pernafasan, yaitu inspirasi yang
diikuti ekspirasi dalam satu menit penuh.

18 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
19
Klasifikasi Frekuensi Nafas 1. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Frekuensi Nafas / RR (per menit) Klasifikasi Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran IMT.
≤13 Bradipnea Indeks Massa Tubuh atau IMT merupakan proporsi
14-20 Normal (eupnea) standar berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB).
>20 Takipnea IMT perlu diketahui untuk menilai status gizi catin
dalam kaitannya dengan persiapan kehamilan. Jika
Sumber: Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwatyat Kesehatan Bates,2008
perempuan atau catin mempunyai status gizi kurang
ingin hamil, sebaiknya menunda kehamilan, untuk
4. Suhu tubuh dilakukan intervensi perbaikan gizi sampai status
Suhu tubuh seseorang dapat diukur melalui ketiak gizinya baik. Ibu hamil dengan kekurangan gizi memiliki
/ suhu aksila, yang dilakukan dengan meletakkan risiko yang dapat membahayakan ibu dan janin antara
termometer di ketiak/aksila. lain: Anemia pada ibu dan janin, risiko perdarahan saat
Klasifikasi suhu tubuh melahirkan, BBLR, mudah terkena penyakit infeksi,

Suhu tubuh (°C) Kesan risiko keguguran, bayi lahir mati, serta cacat bawaan
<36,5 Hipotermia pada janin. Begitupun dengan catin perempuan
36,5 - 37,5 Normal yang obesitas sebaiknya menunda kehamilan hingga
37,5 – 37,9 Demam berat badannya dapat dikurangi untuk menghindari
≥38 Demam tinggi terjadinya risiko pada masa kehamilan dan persalinan.

Sumber: Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwatyat Kesehatan Bates,2008 Indeks massa tubuh (IMT) = berat badan (kg) : tinggi
badan (m)².

Pemeriksaan Status Gizi Batas ambang IMT adalah sebagai berikut:


Klasifikasi Nilai IMT
Pemeriksaan status gizi pada catin harus dilakukan untuk
mendeteksi secara dini masalah gizi kurang, gizi lebih, Status Gizi Kategori IMT
dan kekurangan zat gizi mikro antara lain Anemia Gizi Sangat kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Besi (AGB). Pemeriksaan status gizi dilakukan melalui Kurus Kekurangan berat badan tingkat ringan 17 - < 18,5
pemeriksaan kadar Hb serta pengukuran antropometri
Normal 18,5 – 25,0
dengan menggunakan LiLA dan IMT.
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 – 27,0
Obesitas Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Permenkes Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang

20 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
21
2. LiLA (Lingkar Lengan Atas) Leher Pembesaran kelenjar tyroid +/-, pembesaran
Penapisan status gizi dilakukan dengan pengukuran kelenjar limfe +/-
menggunakan pita LiLA pada WUS untuk mengetahui
Thoraks Kelainan bentuk dada, tulang belakang,
adanya risiko KEK. Ambang batas LiLA pada WUS dengan sikatriks, pemeriksaan bunyi jantung dan
risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila hasil suara paru, masa/benjolan payudara (bila ada
indikasi)
pengukuran kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah
pita LiLA, artinya perempuan tersebut mempunyai SADANIS (Periksa Pemeriksa klinis payudara dikerjakan oleh
Payudara Klinis) tenaga kesehatan yang terlatih. SADANIS
risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan BBLR dilakukan sekurangnya 3 tahun sekali atau
(Arisman, 2007). apabila ditemukan adanya abnormalitas
pada proses SADARI (Periksa Payudara
Sendiri). Setelah dilakukan Sadanis maka
dapat ditentukan apakah memang benar
Pemeriksaan Fisik Lengkap ada kelainan dan apakah kelainan termasuk
kelainan jinak, ganas, atau perlu pemeriksaan
Pemeriksaan fisik lengkap pada catin dilakukan untuk lebih lanjut sehingga membutuhkan rujukan
ke tingkat pelayanan lebih lanjut.
mengetahui status kesehatan catin. Dari pemeriksaan ini
diharapkan tenaga kesehatan mampu mendeteksi adanya Abdomen Nyeri tekan abdominal, bising usus, hepar/
gangguan kesehatan pada catin, misalnya gangguan limpa, massa, bekas operasi

jantung/paru, tanda Anemia, Hepatitis, IMS, dan lain-lain. Muskuloskeletal Sesuai indikasi, periksa apakah ada deformitas/
kelainan bentuk, keterbatasan gerak, nyeri
tekan

Kepala Mata: Conjungtiva anemis +/- Integumentum ruam, benjolan, rasa sakit, gatal-gatal, kering,
Sclera ikterik +/-, perubahan warna, perubahan pada kuku atau
Kelopak mata oedema +/- rambut, perubahan warna kuku atau warna
tahi lalat, bekas luka sayatan di lengan
fungsi penglihatanvisus (normal/tidak normal),
(kacamata - / +) Anus (atas indikasi) Bila ada indikasi, luka, hemoroid
Telinga: cairan +/-, serumen +/-
Hidung: fungsi penciuman, septum deviasi +/-, Genitalia (atas Bila ada indikasi, Keputihan dan perdarahan
polip +/- indikasi) yang abnormal, luka/lecet, bengkak pada
pangkal paha, adanya vegetasi/kondiloma/
Mulut: bibir sianosis +/-, pucat +/-, kering +/-,
jengger ayam, gatal/rasa terbakar
keadaan gigi karies +/, pembengkakan gusi +/-,
bercak putih/jamur +/-

22 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
23
c. Pemeriksaan Penunjang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika didapatkan
hasil diluar nilai normal perlu dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang (laboratorium) yang diperlukan
lanjutan yang lebih spesifik sehingga diagnosa dan
oleh catin terdiri dari:
terapi yang tepat dapat segera dilakukan.
• Pemeriksaanlaboratorium rutin:
1) Darah lengkap Pemeriksaan kadar hemoglobin sangat penting
2) Golongan darah dan rhesus dilakukan dalam menegakkan diagnosa dari suatu
• Pemeriksaan sesuai indikasi: penyakit, sebab jumlah kadar hemoglobin dalam sel
1) Urin rutin darah akan menentukan kemampuan darah untuk
2) Gula darah mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh.
3) HIV Disebut anemia bila kadar hemoglobin (Hb) di dalam
4) IMS: Sifilis, (dan Gonorea, Klamidiasis dll jika darah kurang dari normal. Pemeriksaan Hemoglobin
tersedia di Puskesmas) dilakukan melalui sampel darah yang diambil dari
5) Hepatitis darah tepi.
6) Malaria (untuk daerah endemis) Rekomendasi WHO Tentang Pengelompokan Anemia (g/dL)
7) Thalassemia (MCV, MCH, MCHC) Berdasarkan Umur
8) TORCH (untuk catin perempuan)
Tidak Anemia
9) IVA atau pap smear (bagi catin perempuan yang Populasi
Anemia Ringan Sedang Berat
sudah pernah menikah)
WUS tidak hamil 12 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
10) TBC
Ibu hamil 11 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Laki-laki > 15 tahun 13 11.0-12.9 8.0-10.9 <8.0
Pemeriksaan Laboratorium Rutin
Sumber: Pedoman Penatalaksanaan Pemberian Tablet Tambah Darah,
Kemenkes, 2015
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan pada darah dan komponennya yang
2. Pemeriksaan golongan darah dan rhesus
dapat menggambarkan kondisi tubuh secara umum.
Golongan darah tidak hanya sebagai pelengkap kartu
Kelainan yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan
identitas. Golongan darah wajib kita ketahui karena
darah lengkap antara lain anemia bahkan kecurigaan
dapat mencegah risiko kesehatan, membantu orang
penyakit genetik seperti thalassemia. Pemeriksaan
dalam keadaan darurat dan dalam proses tranfusi
darah lengkap disarankan kepada pasien yang datang
darah.

24 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
25
Jenis Golongan Darah dengan rhesus negatif mempunyai sejumlah kesulitan

Aglutinogen dalam sel


karena di dunia ini, jumlah orang dengan rhesus
No Golongan darah
darah merah negatif relatif lebih sedikit. Pada orang kulit putih,
1. A A rhesus negatif hanya sekitar 15%, pada orang kulit
2. B B hitam sekitar 8%, dan pada orang asia bahkan hampir

3. AB A dan B seluruhnya merupakan orang dengan rhesus positif.

4. O - Apabila terdapat inkompatibilitas rhesus


(ketidakcocokan rhesus), akan dapat terjadi
Manfaat mengetahui golongan darah yaitu:
pembekuan darah yang berakibat fatal, yaitu kematian
yy Proses transfusi darah penerima darah, hal ini juga dapat menimbulkan
Bila terjadi sebuah kecelakaan parah/bencana atau risiko pada ibu hamil yang mengandung bayi dengan
terkena penyakit yang membutuhkan transfusi rhesus yang berbeda. Umumnya dijumpai pada orang
darah dan harus segera mendapatkan bantuan, asing atau orang yang mempunyai garis keturunan
maka dengan mengetahui golongan darah asing seperti Eropa dan Arab, namun demikian tidak
akanmemudahkan proses tranfusi darah tersebut. menutup kemungkinan terdapat juga orang yang tidak
mempunyai riwayat keturunan asing memiliki rhesus
yy Terhindar dari penyakit.
negatif, namun jumlahnya lebih sedikit. Di Indonesia,
Selain hemolisis ada kelainan genetik lain yang juga kasus kehamilan dengan rhesus negatif ternyata cukup
mengancam ibu dan bayi yang diakibatkan bila ada banyak dijumpai, terutama pada pernikahan dengan
perbedaan rhesus dari pasangan calon suami isteri. ras non-Asia.
Apabila rhesus ibu negatif sementara ayah memiliki
rhesus positif, bila terjadi kehamilan dapat berisiko
terhadap kesehatan janin yang dikandung. Pemeriksaan Laboratorium Atas Indikasi

Saat dilakukan pemeriksaan golongan darah seseorang 1. Urin Rutin


sekaligus akan diketahui jenis rhesusnya. Rhesus (Rh) Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah
merupakan penggolongan atas ada atau tidak adanya pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, dan kimia urin.
antigen-D di dalam darah seseorang. Orang yang Pemeriksaan urin rutin dilakukan untuk mengetahui
dalam darahnya mempunyai antigen-D disebut rhesus dan memantau kelainan ginjal/saluran kemih termasuk
positif, sedang orang yang dalam darahnya tidak infeksi saluran kemih (ISK) dan mendeteksi penyakit
dijumpai antigen-D, disebut rhesus negatif. Orang metabolik atau sistemik.

26 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
27
Pemeriksaan urin rutin meliputi:
- Pemeriksaan makroskopik: warna, volume, berat
jenis, bau dan PH urin.
- Pemeriksaan mikroskopik: sedimen urin, eritrosit,
lekosit, silinder, kristal, dan epitel.
- Pemeriksaan kimia: protein, glukosa, bilirubin,
urobilinogen dan benda-benda keton.

2. Gula darah
Dalam keadaan normal tingkat gula dapat berfluktuasi
sepanjang hari, kadar glukosa yang terendah di
pagi hari, dan kebanyakan cenderung naik selama
beberapa jam setelah makan, tergantung pada volume
karbohidrat yang dikonsumsi. Tubuh kita memiliki
mekanisme yang sangat baik untuk mengatur kadar
gula darah normal. Cadangan glukosa disimpan dalam
hati sebagai glikogen. Glikogen  adalah gula dalam
bentuk yang lebih kompleks dan biasa ditemukan
di hati serta otot, yang fungsinya sebagai cadangan
makanan agar mudah dipecah ke dalam aliran darah 3. Tes HIV (Rapid test)
ketika terjadi penurunan kadar gula. Seseorang untuk mengetahui status HIV nya harus

Pemeriksaan skrining Diabetes Melitus dilakukan melalui pemeriksaan darah. Test HIV dilakukan dengan

dengan menggunakan rapid test darah kapiler. rapid tes (RDT) yang ada dilayanan puskesmas. Tes

Diagnosa ditegakkan berdasarkan pemeriksaan ini diperuntukan kepada setiap orang yang berisiko

glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma terinfeksi virus yang melemahkan sistem kekebalan

vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan tubuh.Tes dilakukanbila ada indikasi medis dan adanya

dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah riwayat risiko sesuai anjuran petugas kesehatan.

kapiler dengan glukometer. Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan gejala
atau keluhan tertentu. Pasien datang dapat dengan

28 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
29
keluhan demam (suhu >37,50C) terus menerus atau hamil yang sifilis kepada bayi dan produk IMLTD (Infeksi
intermiten lebihdari satu bulan, diare yang terus Menular Lewat Transfusi Darah) yang terinfeksi.
menerus atau intermiten lebih dari satu bulan(window
Sifilis dibedakan menjadi dua yaitu sifilis kongenital
periode 10 hari – 3 bulan). Keluhan disertai kehilangan
yang ditularkan dari ibu kepada janin sejak dari dalam
berat badan (BB) >10% dari beratbadan dasar
kandungan hingga saat dilahirkan. Dan sifilis akuisita
dan keluhan lain bergantung dari penyakit yang
yang ditularkan melalui hubungan sex dan produk
menyertainya.
darah yang terinfeksi. Tes sifilis dilayanan dapat
Faktor Risiko infeksi HIV adalahpekerja seks komersial, dilakukan dengan melakukan rapid tes. Tes IMS lain
aktivitas seks bebas, berganti ganti pasangan lebih nya seperti GO, Klamidia dan lainya dapat dilakukan
dari 1 orang,pengguna NAPZA suntik, laki-laki apabila puskesmas mempunyai laboratorium dan
yang berhubungan seks dengan sesama laki-laki reagen untuk pemeriksaan tersebut.
dantransgender, hubungan seksual yang berisiko atau
tidak aman, pernah atau sedang mengidap penyakit
infeksi menular seksual(IMS), pernah mendapatkan 5. PemeriksaanHepatitis/Tes HBsAg

transfusi darah, pembuatan tato dan atau alat Pemeriksaan HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen) adalah

medis/alat tajam yang tercemarHIV, dan pasangan test untuk mendeteksi adanya infeksi virus hepatitis

serodiskordan (salah satu pasangan positif HIV). B.Pemeriksaan HBsAg dilakukan dengan menggunakan
RDT HBsAg maupun dengan menggunakan metode
Sebelum melakukan tes HIV perlu dilakukan
lainnya seperti ELISA.
konselingsebelumnya.Terdapatdua macam pendekatan
untuk tes HIV yaitu Konseling dan tes HIV sukarela (KTS- Virus Hepatitis B merupakan salah salah satu dan yang

VCT = VoluntarCounseling and Testing) dan Tes HIV dan paling sering menjadi penyebab peradangan hati yang

konseling atas inisiatif petugas Kesehatan (TIPK – PITC bisa mengakibatkan sirosis, kanker hati dan kematian.

= Provider-Initiated Testing and Counseling) Virus Hepatitis B terutama menular melalui paparan
media darah dan cairan tubuh (sperma, vagina) yang
terkontaminasi virus Hepatitis B.
4. Tes IMS (Rapid Test)
Penularan virus Hepatitis B secara umum terjadi secara
IMS yang mendukung tercapainya triple eliminasi
vertikal (dari ibu yang positif menderita Hepatitis B
adalah sifilis. Sifilis ditularkan melalui beberapa cara
kepada bayinya) dan horizontal (dari individu yang
yaitu hubungan sex dengan pasangan yang sifilis, ibu
positif menderita Hepatiis B kepada individu lainnya).

30 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
31
Pada daerah endemik seperti Indonesia penularan dalam rangka skrining. Pemeriksaan di daerah non
hepatitis B umumnya terjadi secara vertikal terutama endemis malaria dilakukan apabila ada indikasi.
saat masa perinatal dan 95% bayi yang tertular saat Rapid Diagnostic Test (RDT) adalah pemeriksaan yang
masa perinatal akan menjadi hepatitis B kronik. dilakukan berdasarkan antigen parasit malaria dengan
imunokromatografi dalam bentuk dipstick. Test ini
Faktor Risiko :
digunakan pada waktu terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa)
- Memiliki riwayat hubungan seksual yang tidak
atau untuk memeriksa malaria pada daerah terpencil
aman dengan orangyang sudah terinfeksi hepatitis
yang tidak memiliki sarana laboratorium. Dibandingkan
- Memakai jarum suntik secara bergantian terutama
uji mikroskopis, tes ini memiliki kelebihan yaitu hasil
kepadapenyalahgunaan obat suntik.
pengujian lebih cepat,sebaiknya dipilih RDT dengan
- Memiliki Riwayat hubungan seksualmenularkan
tingkat sentitivitas dan spesifisitas lebih dari 95%.
secara bersama dengan penderita hepatitis seperti
Hasilnya bisa didapatkan dalam 15-20 menit. RDT bisa
pisau cukur, sikat gigi, gunting kuku dll.
memastikan apakah jenis parasit yang ada di dalam
- Pekerja dengan pajanan darah dan cairan tubuh
darah itu adalah Plasmodium falciparum atau jenis lain.
manusia.
- Orang yang memiliki riwayat mendapat transfusi Selain tes RDT, malaria juga bisa didiagnosis dengan
darah sebelum dilakukan pemilahan terhadap menggunakan pemeriksaan mikroskopis, yaitu dengan
donor. pemeriksaan sediaan darah tebal dan sediaan darah
- Penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisis. tipis. Tes ini bisa memastikan keberadaan dan jenis
- Anak yang dilahirkan oleh ibu yang menderita parasit malaria dalam darah serta proporsi sel darah
hepatitis B merah yang terinfeksi.

Selain pemeriksaan HBsAg untuk mendeteksi Hepatitis


B, dapat juga dilakukan Pemeriksaan Rapid AntiHCV
7. Pemeriksaan Thalassemia
untuk mendeteksi adanya infeksi virus hepatitis C
Catin dengan anemia harus dilakukan pemeriksaan
dengan menggunakan metode ELISA.
darah lengkap yang meliputi Hb, MCV, MCH untuk
mendeteksi dini pembawa sifat thalassemia. Bila Hb
< 11gr/dl, MCV< 80 dan MCH< 30 dicurigai pembawa
6. Rapid test malaria dan sediaan darah apus malaria
sifat thalassemia dan dilakukan rujukan ke Fasilitas
Pemeriksaan darah malaria dilakukan pada remaja,
Kesehatan Rujukan untuk dilakukan pemeriksaan
catin, dan PUS yang berada di daerah endemis malaria
analisa Hb.

32 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
33
8. TORCH salah satu pemeriksaan skrining kanker leher rahim
TORCH adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh yang lebih murah, praktis, sangat mudah untuk
infeksi virus Toksoplasma Gondii, Rubella, Cytomegalovirus dilaksanakan, peralatan sederhana, serta dapat
(CMV), dan Herpes Simplex Virus II (HSV-II). TORCH dapat dilakukan oleh dokter, bidan, atau perawat yang
ditularkan melalui konsumsi makanan dan sayuran terlatih.Pemeriksaan IVA sebaiknya dilakukan pada
yang tidak bersih dan tidak dimasak sempurna atau perempuan yang sudah melakukan kontak seksual
setengah matang, kotoran yang terinfeksi virus (bukan hanya melakukan hubungan seksual tetapi
TORCH, dan juga pada ibu hamil ke janin. TORCH dapat termasuk penggunaan alat, jari, dll).
menimbulkan masalah kesuburan (fertilitas) baik pada
Deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA
perempuan maupun laki-laki sehingga menyebabkan
dilakukan dengan jadwal sebagai berikut:
sulit terjadinya kehamilan, kecacatan janin, dan risiko
• Skrining pada setiap perempuan minimal 1 kali
keguguran. Pemeriksaan TORCH dapat dilakukan di
pada usia 35-40 tahun.
rumah sakit atau laboratorium bila ada indikasi atau
• Jika fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10
atas saran dokter.
tahun pada usia 35-55 tahun.
• Jika fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun
pada usia 35-55 tahun.
9. IVA Test atau Pap Smear (untuk Catin yang pernah
• Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap
menikah sebelumnya)
3 tahun pada perempuan usia 25-60 tahun.
Dilakukan pada WUS yang sudah pernah menikah
• Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun
atau pernah seksual aktif disarankan untuk melakukan
atau sekali seumur hidup memiliki dampak
pemeriksaan skrining kanker leher rahim dengan IVA
yang cukup signifikan.
test atau Pap smear.
Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila
a. IVA test
hasil positif (+) adalah 1 tahun dan apabila hasil
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) negatif (-) adalah 5 tahun.
merupakan cara sederhana untuk mendeteksi
b. Pap smear
kanker leher rahim sedini mungkin.IVA merupakan
pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara Pemeriksaan Pap Smear adalah metode skrining
melihat langsung (dengan mata telanjang) leher ginekologi yang dilakukan oleh dokter kandungan
rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan untuk memeriksa leher rahim (serviks) untuk
asam asetat 3-5%.Pemeriksaan IVA merupakan mengetahui sejak dini adanya kelainan sel pada

34 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
35
leher rahim. Pemeriksaan ini dilakukan pada Kesimpulan Pemeriksaan
perempuan yang sudah pernah melakukan
Dari hasil pemeriksaan dapat disimpulkan kondisi calon
hubungan seksual, idealnya dilakukan setiap tahun
pengantin terutama calon pengantin perempuan apakah:
dan wajib dilakukan setelah tiga tahun dari kontak
1. Layak untuk Hamil
seksual pertama. Bagi perempuan yang sudah
2. Dapat Hamil dalam Pengawasan Dokter
menopause, perlu dilakukan pap smear setiap 2-3
3. Tidak Layak Hamil
tahun.
Kondisi layak hamil antara lain :
a. Umur
10. TB/sputum BTA Ideal: 20-35 tahun
Pemeriksaan TBC dapat melalui pemeriksaan BTA atu Jika:
TCM pada suspek TB (seseorang dengan gejala atau - Usia < 20 tahun : Tunda kehamilan
tanda TB). Gejala umum TB Paru adalah batuk produktif - Usia > 35 tahun : Belum mempunyai anak–boleh
lebih dari 2minggudisertai : hamil dibawah pengawasan dokter
- Gejala pernapasan (nyeri dada, sesak napas, b. Jumlah Anak
hemoptisis)dan/atau Ideal: < 3 orang
- Gejala sistemik (demam, tidak nafsu makan, Jika: ≥ 3 orang : dianjurkan tidak hamil lagi
penurunanberat badan, keringat malam dan c. Jarak Kehamilan
mudah lelah) Ideal: > 2 tahun
Jika<2tahun: tunda kehamilan sampai usia anak 2
tahun
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan atas indikasi d. Status Gizi
dapat diintegrasikan dengan pembiayaan program. Ideal: 18,5 – 24,9 (normal), LiLA>23,5 cm
Untuk pemeriksaan penujang lanjutan lainnyayang Jika :
dibutuhkan sesuai hasil pemeriksaan dapat menggunakan - IMT < 18,5 cm (KEK): tunda kehamilan, dan
skema JKN bila sebagai anggota BPJS atau pembiayaan tatalaksana gizi
mandiri bagi yang tidak peserta JKN. - IMT > 25,0 – 27,0 (kelebihan BB tingkat ringan) dan
> 27,0 (kelebihan BB tingkat berat/obesitas):tunda
kehamilan dan tatalaksana gizi

36 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
37
e. Tidak Ada Riwayat Kehamilan Dengan Penyulit/ 4. Tata Laksana Medis Berdasarkan Hasil
Komplikasi Sebelumnya Pemeriksaan
Jika ada riwayat kehamilan dengan penyulit atau
Tatalaksana medis di Puskesmas dapat berpedoman pada
komplikasi sebelumnya, periksa terlebihdahulu untuk
pedoman/panduan yang telah dikeluarkan oleh Kementerian
menilai risiko kehamilan selanjutnya
Kesehatan dan Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
f. Kondisi Kesehatan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Keputusan
Ideal: Tidak mempunyai masalah kesehatan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/
Jika mempunyai masalah kesehatan: tunda kehamilan
Menkes/1186/2022)
dan anjuran ditatalaksana sampai sembuh atau
terkontrol dibawah pengawasan dokter
Kondisi kesehatan yang perlu diperhatikan: a. Pelayanan Gizi
- Kadar Hb
1. Catin dengan status gizi normal
- Penyakit menular (HIV, Sifilis, Hepatitis, TB, malaria,
Pelayanan gizi pada WUS catin dengan status gizi normal
kecacingan dll)
dilakukan edukasi gizi seimbang dengan menerapkan
- Penyakit tidak menular (DM, Hipertensi, Jantung,
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan dianjurkan
auto imun, kanker, stroke, dll)
minum tablet tambah darah untuk mencegah anemia
- Kesehatan Jiwa
sebanyak 1 tablet setiap minggu sepanjang tahun. TTD
- Penyakit genetik: Thalassemia, Hemofilia
adalah suplemen gizi dengan kandungan zat besi yang
setara dengan 60 mg besi elemental (setara dengan
300 mg ferro sulfat hepahydrate atau 180 mg ferro
3. KonselingBerdasarkan Hasil Pemeriksaan
fumarate atau 500 mg ferro gluconat dan 400 mcg
Kesehatan
asam folat. Tablet tambah darah bisa didapat secara
Konseling diberikan sesuai dengan hasil pemeriksaan mandiri dengan membeli di apotik.
kesehatan, dan dapat berkoordinasi dengan penanggung
2. Catin dengan KEK
jawab program terkait. Pada catin dengan HIV AIDS dan
Pelayanan gizi pada WUS Catin gizi kurang/KEK
catin dengan kondisi khusus seperti thalassemia, hemofilia,
bertujuan meningkatkan berat badan melalui konseling
disabilitas intelektual/mental baik pada yang bersangkutan
gizi seimbang, cara pemilihan dan pengolahan
maupun keluarga, petugas kesehatan perlu melakukan
makanan yang tepat, serta menerapkan PHBS. Pantau
konseling kesehatan reproduksi yang lebih intensif khususnya
berat badan setiap bulan, bila dalam 1 bulan tidak
terkait perencanaan kehamilan.

38 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
39
ada kenaikan berat badan segera dirujuk. WUS KEK konsumsi junk food dan meningkatkan aktivitas fisik.
tidak hamil umumnya disertai juga dengan anemia.
4. Catin dengan Anemia
Bila kadar Hb <12 gr/dL segera dirujuk ke RS untuk
Untuk catin anemia, konsumsi TTD harus
mengetahui penyebab anemianya. Suplementasi besi
berdasarkan anjuran dokter. Setelah penegakan
pada persiapan masa sebelum hamil sangat dibutuhkan
diagnosisdapatdiberikan sulfas ferrosus 3 x 200
untuk meningkatkan kesehatan ibu, mengurangi
mg (200 mg mengandung 66 mgbesi elemental).
kelelahan, dan bermanfaat bagi perkembangan otak
Penanggulangan Anemia pada catin harus dilakukan
janin.
bersamaan dengan pencegahan dan pengobatan KEK,
3. Catin dengan Obesitas kecacingan, malaria, TB, dan HIV AIDS.
Kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan
Konseling dan Edukasi dengan memberikan pengertian
energi lebih tinggi daripada energi yang dikeluarkan.
kepada pasien dan keluarga tentangperjalanan
Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi
penyakit dan tata laksananya, sehingga
makanan sumber energi dan lemak tinggi, sedangkan
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan dalam
pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena
berobat, pasien juga diinformasikan mengenai efek
kurangnya aktivitas fisik.
samping obat berupamual, muntah, heartburn,
Pola makan yang merupakan pencetus terjadinya konstipasi, diare, serta BABkehitaman.
kegemukan dan obesitas adalah mengonsumsi
makanan porsi besar (melebihi dari kebutuhan),
makanan tinggi energi, tinggi lemak, tinggi karbohidrat b. Skrining dan Imunisasi Tetanus

sederhana dan rendah serat. Sedangkan perilaku Catin perempuan perlu mendapat imunisasi Tetanus
makan yang salah adalah tindakan memilih makanan untuk mencegah dan melindungi diri terhadap penyakit
berupa junk food, makanan dalam kemasan, dan Tetanus sehingga memiliki masa perlindungan >25 tahun
minuman ringan. terhadap penyakit Tetanus untuk ibu dan bayi. Setiap

Untuk menghindari terjadinya obesitas dimulai dari perempuan usia subur diharapkan sudah mencapai status

perubahan perilaku membiasakan makan dengan T5. Jika status imunisasi Tetanus belum lengkap, maka

gizi seimbang, meningkatkan kebiasaan konsumsi catin perempuan harus melengkapi status imunisasinya di

buah, sayur dan mengurangi konsumsi makanan dan Puskesmas atau fasyankes lainnya.

minuman manis, makanan tinggi energi dan lemak,

40 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
41
Status imunisasi tetanus dapat ditentukan melalui skrining Masa Perlindungan Imunisasi Tetanus
status T pada catin perempuan dari riwayat imunisasi Status Imunisasi Interval Minimal Masa Perlindungan
tetanus yang didapat pada saat bayi, baduta, anak usia Pemberian
sekolah. Berikut jadwal pemberian imunisasi Tetanus yang T1 - -
menentukan status T: T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
- Seorang anak mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
sebanyak 3 kali (pada usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
atau selama usia bayi) maka status imunisasi tetanus
T5 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun
anak tersebut adalah T2.
- Pada saat usia 18 bulan (baduta) anak tersebut Sumber: Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi

mendapatkan booster DPT-HB-Hib 1 kali, maka status *) Yang dimaksud dengan status T5 adalah status yang
imunisasi tetanus menjadi T3 (interval antara DPT-HB- didapatkan oleh seorang wanita usia subur setelah
Hib 3 dengan booster > 6 bulan). mendapatkan lima dosis imunisasi yang megandung
- Saat kelas 1 SD, pada pelaksanaan BIAS mendapat DT tetanus toxoid dengan interval waktu tertentu dan berguna
1 kali, maka status imunisasi tetanus anak tersebut sebagai kekebalan terhadap tetanus selama >25 tahun
menjadi T4. Dan ketika kelas 2 dan 5 SD masing-masing
Catatan:
mendapatkan Td 1 kali sehingga status imunisasi
tetanus anak tersebut menjadi T5. yy Pemberian imunisasi Tetanus tidak perlu diberikan, apabila
- Jika dari penapisan sasaran menyatakan tidak ingat pemberian imunisasi Tetanus sudah lengkap (status T5)
atau tidak bisa membuktikan pernah mendapatkan yang dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak,
imunisasi tetanus maka dianggap status T0. Sebaiknya buku Rapor Kesehatanku, rekam medis, dan/atau kohort.
sasaran sesegera mungkin diberikan imunisasi tetanus yy Apabila hanya berdasarkan ingatan dan WUS terlihat ragu
untuk mendapatkan status T1 dan untuk imunisasi dengan jawabannya atau petugas meragukan jawaban
selanjutnya dapat diberikan sesuai interval minimal. tersebut maka dianggap tidak mendapatkan imunisasi
Untuk mengetahui masa perlindungan dapat dilihat pada sebelumnya
tabel :.

42 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
43
c. Masalah Kesehatan Lain Terapi Hipertensi tanpa compelling indication :

Disamping masalah di atas dapat juga ditemukan masalah - Hipertensi stage1 dapat diberikan diuretik (HCT
kesehatan lain berdasarkan pemeriksaan lanjutan atas 12.5-50mg/hari, atau pemberian penghambat ACE
indikasi sepertipenyakit tidak menular (hipertensi, diabetes (captopril3x12,5-50 mg/hari), atau nifedipin long
melitus, kanker payudara, kanker serviks dll); penyakit acting 30-60mg/hari) atau kombinasi.
menular (TBC, HIV, IMS, hepatitis, dll).
- Hipertensi stage2
Masalah kesehatan tersebut harus dilakukan pengobatan
Bila target terapi tidak tercapai
dan tatalaksana sesuai dengan pendekatan program.
setelah observasi selama 2
Dalam hal ini sangat diperlukan koordinasi dan kerjasama
minggu, dapat diberikan kombinasi 2 obat,
dengan penanggungjawab program terkait untuk
biasanyagolongan diuretik, tiazid dan penghambat
melakukan tindak lanjut termasuk pemantauan hingga
ACE ataupenyekat reseptor beta atau penghambat
penyakit sembuh atau terkontrol dan menjadi sasaran
kalsium.
program terkait.
- Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada
tidaknyakontraindikasi dari masing-masing
1. Catin dengan Hipertensi antihipertensi diatas.Sebaiknya pilih obat hipertensi
yang diminum sekali sehariatau maksimum 2 kali
Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan
sehari.Bila target tidak tercapai maka dilakukan
perubahan gaya hidup dan terapi farmakologis.
optimalisasidosis atau ditambahkan obat lain
Modifikasi gaya hidup untuk hipertensi : sampai target tekanandarah tercapai

Konseling dan Edukasi : Edukasi tentang cara minum


obat di rumah, pemberian obat anti hipertensi
merupakan pengobatan jangka panjang, minum obat
teratur meskipun tak ada gejala, kontrol pengobatan
dilakukan setiap 2 minggu atau 1bulan untuk
mengoptimalkan hasil pengobatan.

44 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
45
2. Catin dengan Diabetes Melitus Type 2 - Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan.
- Metformin : sebelum/pada saat/sesudah
Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan
makan.
modifikasi gaya hidup dan pengobatan.
- Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama
makan suapanpertama.

Konseling dan EdukasitentangPenyakit DM tipe 2 tidak


dapat sembuh tetapi dapat dikontrol, gaya hidup sehat
harus diterapkan pada penderita misalnyaolahraga,
menghindari rokok, dan menjaga pola makan dan
pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur
setiap 2minggu

3. Catin dengan TB

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap


awal dan lanjutan. Tahap awal menggunakan pad-
uan obat rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan
etambutol, tahap lanjutan menggunakan panduan
obat rifampisin danisoniazid. Panduan OAT lini per-
tama yang digunakan oleh Program Nasional Pen-
gendalian Tuberkulosis di Indonesia adalah sebagai
berikut:
Catatan: Pemilihan jenis Obat Hipoglikemik oral (OHO) - Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
dan insulinbersifat individual tergantung kondisi pasien Lama pengobatan seluruhnya 6bulan.
dan sebaiknyamengkombinasi obat dengan cara kerja - Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
yang berbeda. Diberikan pada TB paru pengobatan ulang (TB kam-
Cara Pemberian OHO, terdiri dari: buh, gagal pengobatan, putus berobat/default).
- OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan Tahap awal pengobatan selama 3 bulan terdiri dari
secara bertahap sesuai respons kadar glukosa 2 bulanRHZE ditambah suntikan streptomisin, dan
darah, dapat diberikan sampai dosis optimal. 1 bulan HRZE.Tahaplanjutan diberikan HRE selama

46 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
47
5 bulan, 3 kali seminggu.Jadi lama pengobatan 8 bu- Infeksi Azithromycin 1 g oral, dosis tunggal (KI
lan. Klamidia Kehamilan) atau
OAT sisipan : HRZE 100 mg oral, dua kali sehari
Apabila pemeriksaan dahak masih positif (belum Doxycycline untuk 7 hari (KI Kehamilan)
konversi) pada akhir pengobatan tahap awal kate- Infeksi Erythromycin 500 mg, 4 kali sehari untuk
gori 1 maupun kategori 2, maka diberikan pengo- Klamidia 7 hari
Amoxicillin
batan sisipan selama bulan dengan HRZE 500 mg oral, 3 kali sehari
untuk 7 hari
Konseling dan Edukasi dengan memberikan informasi
Sifilis Benzathine 2,4 juta IU, IM sekali
kepada pasien dan keluarga tentangpenyakit
dibagi 2 suntikan
tuberculosis, pengawasan ketaatan minum obat dan Azythromycin benzylpenicillinberbeda
kontrol secara teratur serta pola hidup sehat dan tempat atau 1g oral, dosis
tunggal
sanitasi lingkungan. Setiap catin yang menderita TB
Sifilis, Doxycycline 100 mg oral, dua kali
dilakukan pemeriksaan HIV. pasien alergi sehari untuk 14 hari
penicillin (kontraindikasi kehamilan)

Konseling dan Edukasi :Pasien diberikan pemahaman


4. Catin dengan IMS
tentang penyakit, penularan sertapenatalaksanaan dan
Setiap Calon pengantin yang menderita IMS juga harus pasien disarankan untuk tidak melakukan hubungan
dilakukan penapisan HIV. Untuk pasien sifilis harus seksualselama penyakit belum tuntas diobati
dirujuk ke fasilitaspelayanan kesehatan yang memiliki
dokter spesialis kulit dan kelamin
Regimen untuk Pencegahan dan PengobatanInfeksi 5. Catin dengan HIV
Menular Seksual (IMS)
(Sumber: Pedoman Nasional Tata Laksana IMS, 2015 Tatalaksana HIV di layanan tingkat pertama dapat dimulai
apabila penderita HIV sudah dipastikan tidak memiliki
NAMA JENIS OBAT REGIMEN
komplikasi atauinfeksi oportunistik yang dapat memicu
Gonorhea Ciprofloxcacin 500 mg oral, dosis tunggal terjadinya sindrom pulihimun. Evaluasi ada tidaknya infeksi
(kontraindikasi untuk
perempuan hamil) atau oportunistik dapat denganmerujuk ke layanan sekunder
Cefixime untuk pemeriksaan lebih lanjutkarena gejala klinis infeksi
400 mg oral, dosis tunggal,
Ceftriaxone atau pada penderita HIV sering tidak spesifik.Untuk memulai
125 mg IM, dosis tunggal terapi antiretroviral perlu dilakukan pemeriksaanjumlah

48 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
49
CD4 (bila tersedia) dan penentuan stadium klinis infeksi d. Rujukan
HIV.
Tata laksana dapat diberikan di Puskesmas dan jaringannya
- Tidak tersedia pemeriksaan CD4 : Penentuan mulai
sesuai dengan standar pelayanan di Puskesmas. Bila
terapi ARV didasarkan pada penilaian klinis.
Puskesmas dan jaringannya tidak mampu memberikan
- Tersedia pemeriksaan CD4 :Mulai terapi ARV pada
penanganan (terkait keterbatasan tenaga, sarana-
semua pasien dengan jumlah CD4<350 sel/mm3 tanpa
prasarana, obat, maupun kewenangan) dilakukan rujukan
memandang stadium klinisnya.Terapi ARV dianjurkan
ke fasilitas kesehatan yang mampu tatalaksana atau ke
pada semua pasien dengan TB aktif,ibu hamil dan
FKRTL untuk mendapatkan penanganan lanjutan.
koinfeksi Hepatitis B tanpa memandangjumlah CD4
Pembiayaan tata laksana dan rujukan melalui sistem
Setelah dinyatakan terinfeksi HIV maka pasien perlu dirujuk
pembiayaan yang ada sesuai dengan aturan yang
ke Pelayanan Dukungan Pengobatan untuk menjalankan
berlaku.
serangkaian layanan yang meliputi penilaian stadium
klinis,penilaian imunologis dan penilaian virologi.

Konseling dan Edukasi :


- Konseling klien untuk membuka statusnya kepada
calon istri/suaminya untuk dapat dilakukan pencegahan
penularan pada pasangannya

- Menganjurkan tes HIV pada pasien TB, infeksi menular


seksual(IMS), dan kelompok risiko tinggi beserta
pasangan seksualnya,sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

- Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga


tentangpenyakit HIV/AIDS. Pasien disarankan untuk
bergabungdengan kelompok penanggulangan HIV/
AIDS untukmenguatkan dirinya dalam menghadapi
pengobatanpenyakitnya.

50 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
51
BAB 3 2. RuanganPelayanan

PENYELENGGARAAN Ruang pelayanan dapat menggunakan ruang pemeriksaan


PELAYANANKESEHATAN klaster usia produktif dan lanjut usia, ruang konseling atau
REPRODUKSI CALON PENGANTIN ruangan lain yang dapat menjamin priviasi klien

3. SDM

Pelayanan kesehatan reproduksi pada catin dilakukan oleh


dokter dan atau bidan/perawat/petugas gizi.

4. Pembiayaan

- Transportasi petugas dalam memberikan materi kesehatan


A. PERSIAPAN PENYELENGGARAAN
reproduksi pada bimbingan perkawinan di KUA/ lembaga
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam penyelenggaraan agama dapat menggunakan dana Bantuan Operasional
pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin di Puskemas Kesehatan (BOK) Puskesmas.
antara lain :
- Pembiayaan pemeriksaan kesehatan catin secara mandiri
1. Sarana prasarana (out of pocket) sesuai dengan Perda yang berlaku, kecuali
1) Timbangan, bagi daerah yang telah mempunyai kebijakan mewajibkan
2) Pengukur Tinggi badan, dan membiayai pemeriksaan kesehatan bagi calon
3) Tensimeter, pengantin.
4) Thermometer, - Pembiayaan untuk pengobatan/tatalaksana berdasarkan
5) Alat pemeriksaan HB temuan medis mengikuti kebijakan program dan aturan
6) Reagen pemeriksaaan (RDT dll), BPJS atau dibayarkan secara mandiri (out of pocket) oleh
7) Timer catin .
8) Pita Lila
9) Lembar balik kespro catin
10) Bed pemeriksaan
11) Kartu Catin Sehat (KCS)
B. PELAKSANAAN
12) Lembar Balik Perencanaan Kehamilan Bagi Pasangan
ODHIV (Orang Hidup dengan HIV) Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon
pengantin di Puskesmas :

52 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
53
1. Alur Pelayanan - Setelah mendapatkan pemeriksaan, konseling dan tatalaksana
calon pengantin diberikan Surat Keterangan Pemeriksaan
Alur pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin di
Kesehatan Calon Pengantin. Pada surat keterangan ini tidak
puskesmas dapat menggunakan alur dibawah ini atau dapat
dicantumkan hasil pemeriksaan.
disesuaikan dengan ketersediaan sarana danprasarana yang ada
di Puskemas. 2. Koordinasi Lintas Program

Tatalaksana dan konseling dilakukan dengan berkoordinasi


bersama program terkait (program gizi, penyakit tidak menular,
penyakit menular, dll) sesuai dengan hasil temuan medis.

Catin Laki-laki dan


Perempuan
Ruang Pemeriksaan
C. PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pelaksanaan program dan pelayanan kesehatan reproduksi
bagi calon pengantin dicatat dan dilaporkan sehingga dapat
dilakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala.
Ruang Pemeriksaan/
Ruang Konseling
Saat memberikan pelayanan kesehatan kepada calon
pengantin tenaga kesehatan mencatat hasil pemeriksaannya.

Calon pengantin mengisi skrining layak hamil yang terdapat


- Sebelum ke fasilitas pelayanan kesehatan, calon
pada aplikasi kescatin. Data yang diisi oleh catin akan terhubung
pengantinmendownload aplikasi kescatin dan mengisi data
ke petugas puskesmas melalui aplikasi e kohort untuk dapat
skrining layak hamil sehingga datanya terhubung kefasilitas
ditindaklanjuti dengan pemeriksaan kesehatan.
pelayanan kesehatan setempat.
Tugas tenaga kesehatan dalam melakukan pencatatan dan
- Calon Pengantin datang ke fasilitas pelayanan kesehatan
pelaporan pelayanan kesehatan bagi calon pengantin antara lain:
sendiri atau bersama calon pasangan, dan dalam pemeriksaan
1) Mencatat semua jenis kegiatan pelayanan kesehatan kepada
dan dan konseling terkait temuan medis tetap dilakukan
calon pengantin secara berkesimbungan pada rekam medik.
secara individu.
2) Pencatatan dan pelaporan dengan menggunakan kohort
- Hasil pemeriksaan medis bersifat rahasia dan hanya kesehatan usia reproduksi (manual/elektronik). Data yang telah
disampaikan kepada calon pengantin yang bersangkutan. diisi oleh catin melalui aplikasi kescatin dilakukan verifikasi

54 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
55
melalui pemeriksaan Kesehatan. Teknik pengisian mengacu BAB VI
pada Juknis Pencatatan Kohort Kesehatan Reproduksi. PENUTUP
3) Mengolah data tersebut untuk menjadi informasi di puskesmas
sehingga bermanfaat dalam menentukan permasalahan
kesehatan reproduksi serta upaya penanggulangannya di
wilayah puskesmas.

Informasi hasil pemeriksaan kesehatan yang diterima Catin


dari Petugas Kesehatan, yang meliputi pemeriksaan dasar (LiLA, Kesehatan calon pengantin sangat penting dan mempunyai
tinggi badan, berat badan) dan pemeriksaan kadar Hb, diinput pengaruh yang besar terhadap kesehatan ibu dan anak. Pelayanan
oleh Catin dalam aplikasi ELSIMIL (Elektronik Siap Nikah dan kesehatan catin dilaksanakan agar catin dapat menjadi pasangan
Hamil) sebagai dasar menentukan apakah Catin tersebut berisiko yang siap secara fisik dan mental dalam membentuk sebuah
melahirkan anak stunting atau tidak (sehat/ideal). keluarga, siap dalam perencanaan kehamilan, dan mampu
melahirkan generasi penerus yang sehat, cerdas, dan berkualitas.
Dengan adanya dukungan dari lintas sektoral, diharapkan
pelayanan kesehatan bagi catin dapat berjalan dengan optimal.
D. MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan bagi calon
pengantin dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota kepada Puskesmas yang berada di wilayah kerjanya,
melalui analisis laporan rutin dan pengamatan lapangan yang
dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali dan paling sedikit 1 (satu)
tahun sekali. Dinas kesehatan juga harus melakukan pembinaan
terhadap puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan
calon pengantin melalui pertemuan yang diadakan secara berkala.

Dinas Kesehatan juga melakukan koordinasi dan sinergi data


pelayanan kespro catin dengan Kanwil Agama dan Dinas KB di
Kabupaten/Kota. Selain itu DinasKesehatan juga memfasilitasi
Puskesmas untuk dapat bekerjasama dengan KUA/Lembaga
Agama/Rumah Ibadah dan pendamping Catin.

56 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
57
LAMPIRAN perencanaan keluarga, seperti menggunakan alat kontrasepsi
serta mendukung kehamilan dan persalinan yang aman
4) Laki-laki dan perempuan mempunyai risiko masalah kesehatan
reproduksi terhadap penularan penyakit. Perempuan lebih
rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi
Lampiran 1. Materi KIE Kesehatan Masa Sebelum Hamil Bagi
pada saat berhubungan seksual, hamil, melahirkan, nifas,
Catin dan PUS
keguguran, dan pemakaian alat kontrasepsi, karena struktur
alat reproduksinya lebih rentan secara sosial maupun fisik
Materi KIE Kesehatan Masa Sebelum Hamil terhadap penularan infeksi menular seksual (IMS) termasuk
Untuk Calon Pengantin (Catin) dan Pasangan Usia Subur HIV.
(PUS) 5) Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang
sama untuk menjaga kesehatan reproduksi.

1. PENGETAHUAN KESEHATAN
REPRODUKSI c. Penerapan Kesetaraan Gender Dalam Pernikahan
a. Pengertian 1) Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan
Keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak laki-laki dapat saling menghormati dan menghargai satu sama
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan lain, misalnya:
dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. a) Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga
dilakukan secara bersama dan tidak memaksakan ego
masing-masing.
b. Pentingnya Kesehatan Reproduksi b) Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan rumah
1) Catin dan PUS perlu mengetahui informasi kesehatan tangga, pengasuhan dan pendidikan anak.
reproduksi untuk menjalankan proses, fungsi, dan perilaku c) Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama laki-laki
reproduksi yang sehat dan aman. dan perempuan.
2) Catin perempuan dan wanita usia subur (WUS) akan menjadi d) Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI
calon ibu yang harus mempersiapkan kehamilannyaagar dapat eksklusif.
melahirkan anak yang sehat dan berkualitas.
3) Laki-laki catin dan usia subur akan menjadi calon ayah yang
harus memiliki kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam

58 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
59
2) Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal sebagai samping dan komplikasi dari masing-masing alat dan obat
berikut: kontrasepsi.
a) Kekerasan secara fisik (memukul, menampar, menjambak d) Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan
rambut, menyundut dengan rokok, melukai, dll) pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan. Catin
b) Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina, komentar- perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan
komentar yang merendahkan, membentak, mengancam, reproduksi yang dibutuhkan agar sehat dan selamat dalam
dll) menjalani kehamilan, persalinan, nifas, serta memperoleh
c) Kekerasan seksual bayi yang sehat.
d) Penelantaran rumah tangga

e. Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan


d. Hak dan Kesehatan Reproduksi kasih sayang, saling menghargai dan menghormati
1) Hak reproduksi adalah hak asasi manusia yang dimiliki oleh pasangan, serta dilakukan dalam kondisi dan waktu
setiap laki-laki dan perempuan yang berkaitan dengan yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan,
kehidupan reproduksinya. Hak-hak ini menjamin setiap ancaman, dan kekerasan
pasangan dan individu untuk memutuskan secara bebas
dan bertanggung jawab mengenai jumlah, jarak, dan waktu
f. Perilaku yang Sebaiknya Dihindari dalam Aktivitas
memiliki anak serta untuk memperoleh informasi kesehatan
Seksual untuk Menjaga Kesehatan Reproduksi
reproduksi.
1) Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa
2) Informasi kesehatan reproduksi yang perlu disampaikan:
nifas
a) Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara
2) Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut.
mengatasinya
b) Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki a. Cara Merawat Organ Reproduksi
terlindungi dari infeksi menular seksual (IMS), HIV-AIDS Laki-laki dan Perempuan Laki-laki
dan infeksi saluran reproduksi (ISR) serta memahami cara Perempuan
penularannya, upaya pencegahan, dan pengobatan.
• Pakaian dalam diganti • Bersihkan organ • Menjaga
c) Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman, efektif, minimal 2 kali sehari. reproduksi dari depan kebersihan organ
terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, dan ke belakang dengan kelamin
• Menggunakan pakaian menggunakan air bersih
tanpa paksaan serta mengetahui dan memahami efek dalam yang menyerap dan dikeringkan.
keringat dan cairan.

60 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
61
• Bersihkan organ • Sebaiknya tidak • Dianjurkan sunat 2. KEHAMILAN DAN PERENCANAAN
kelamin sampai bersih menggunakan cairan untuk menjaga KEHAMILAN
dan kering. pembilas vagina karena kebersihan kulup
dapat membunuh bakteri (kulit luar yang a. Kehamilan
• Menggunakan celana baik dalam vagina dan menutupi kepala
yang tidak ketat. memicu tumbuhnya penis). 1) Kehamilan adalah adalah masa dimana seorang perempuan
jamur. memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya.
• Membersihkan organ • Jika ada keluhan
kelamin setelah BAK Setiap kehamilan harus direncanakan, diinginkan dan
• Pilihlah pembalut pada organ
dan BAB. berkualitas yang lembut kelamin dan dijaga perkembangannya dengan baik.
dan mempunyai daya daerah sekitar 2) Catin perlu mengetahui tanda-tanda kehamilan agar
serap tinggi. Jangan kelamin segera
mempunyai pemahaman dan kepedulian bila kelak hamil,
memakai pembalut memeriksakan
dalam waktu lama. diri ke petugas mempersiapkan diri untuk hamil dan besalin secara sehat
Saat menstruasi, ganti kesehatan. dan aman.
pembalut sesering
3) Perlu diperhatikan bila seseorang perempuan sedang
mungkin.
hamil:
• Jika sering keputihan, a) Ibu hamil tetap dapat melakukan aktivitas rutin dengan
berbau, berwarna,
dan terasa gatal, menjaga kesehatan dan cukup istirahat.
serta keluhan organ b) Tidak boleh mengonsumsi obat-obatan diluar anjuran
reproduksi lainnya segera dokter.
memeriksakan diri ke
petugas kesehatan. c) Hindari merokok (baik aktif maupun pasif) dan
mengonsumsi alcohol.
b. Pesan Utama
d) Boleh melakukan hubungan seksual dan tetap
Catin dan PUS perlu mengetahui cara menjaga organ memperhatikan kondisi kesehatan ibu dan janin.
reproduksinya sehingga dapat melakukan fungsi reproduksi
secara bertanggungjawab.
b. Perencanaan Kehamilan
1) Perencanaan kehamilan adalah pengaturan kapan usia
ideal dan saat yang tepat untuk hamil serta mengatur jarak
kehamilan dan jumlah anak
2) Perencanaan kehamilan bertujuan untuk mencegah:
a) Terlalu muda (< 20 tahun)

62 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
63
b) Terlalu tua (> 35 tahun) 3) Konsultasikan dengan petugas kesehatan mengenai
c) Terlalu dekat jarak kehamilan (< 2 tahun) metode kontrasepsi yang dapat digunakan untuk menunda
d) Terlalu sering hamil (> 3 anak) kehamilan sesuai dengan kondisi pasangan suami istri.

Bila terjadi kehamilan dengan 4 terlalu akan berdampak


tidak baik untuk kesehatan ibu dan anak. Kehamilan perlu
d. Metode Kontrasepsi yang Dapat Digunakan untuk
direncanakan karena tiap catin diharapkan memiliki kesehatan
Penundaan dan Penjarangan Kehamilan
yang baik dan terhindar dari penyakit.
1) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
a) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
c. Dampak Usia Kehamilan Muda dan Kehamilan b) Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) / Implan
Usia Tua c) Metode Operasi Wanita (MOW)

Kehamilan pada usia muda Kehamilan pada usia tua (> 35 d) Metode Operasi Pria (MOP)
(< 20 tahun) tahun)
- Organ reproduksi belum- - Dapat meningkatkan risiko hiper- 2) Non-Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non-MKJP)
berkembang sempurna tensi dalam kehamilan
- Keracunan kehamilan (pre - Diabetes a) Metode Amenore Laktasi (MAL)
eklamsi) - Pre eklamsi b) Kondom
- Keguguran - Bayi Berat Lahir Rendah
- Cacat bawaan
c) KB Suntik
- Perdarahan
- Risiko panggul sempit - Lahir sebelum waktunya d) KB Pil
sehingga menyulitkan saat - Keguguran
bersalin
- Bayi lahir sebelum waktunya
e. Pesan utama
- Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) Setiap kehamilan harus direncanakan dan dipersiapkan
- Cacat bawaan
- Masalah mental sosial (ibu dengan baik.
belum siap menerima ke-
hamilan)

Cara mencegah kehamilan di usia muda, yaitu:

1) Mengupayakan pernikahan pada perempuan usia di atas


20 tahun.
2) Tunda kehamilan pertama sampai usia perempuan di atas
20 tahun.

64 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
65
3. KONDISI DAN PENYAKIT YANG PERLU c. Pesan utama
DIWASPADAI PADA CATIN Catin dan PUS perlu mengetahui penyakit yang perlu diwaspadai
a. Kondisi dibawah Ini Perlu Diwaspadai pada Catin dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk
yang Akan Merencanakan Kehamilan mencegah penyakit-penyakit yang perlu diwaspadai.

1) Anemia
2) Malnutrisi (obesitas, KEK, dll)
3) Hipertensi dalam kehamilan
4. KESEHATAN JIWA
4) Kesehatan mulut (caries, penyakit periodontal,dll)
a. Pengertian
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
b. Penyakit-Penyakit Yang Perlu Diwaspadai Pada Catin
berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga
1) HIV AIDS individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
2) Infeksi Menular Seksual (IMS) menghadapi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan
3) Hepatitis B mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
4) Diabetes Melitus
b. Ciri-Ciri Sehat Jiwa
5) TORCH
6) Malaria 1) Perasaan sehat dan bahagia
7) Penyakit genetik (thalassemia dan hemofilia) 2) Menyadari kemampuan diri
8) Depresi/ansietas 3) Merasa nyaman terhadap diri sendiri
4) Dapat menerima orang lain apa adanya
Selain kondisi-kondisi diatas, bagi PUS perlu juga mewaspadai
5) Merasa nyaman berinteraksi dengan orang lain
penyakit kanker payudara dan kanker leher rahim. Untuk
6) Mampu memenuhi kebutuhan hidup
mendeteksi kanker payudara dapat dilakukan pemeriksaan
7) Mampu menghadapi tantangan hidup
SADANIS dan mammografi, sedangkan untuk mendeteksi
8) Mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang
kanker leher rahim dapat dilakukan pemeriksaan IVA test atau
lain
papsmear.

66 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
67
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan 5) Catin perlu memahami bahwa kualitas hubungan fisik
oleh Catin dan psikis antara suami-istri dapat berpengaruh pada
perkembangan anak. Pasanganan yang selalu dalam
1) Komunikasi di dalam perkawinan merupakan ajang
konflik tidak akan dapat memberikan pengasuhan yang
komunikasi yang paling erat dibandingkan dengan media
sesuai untuk anak-anak mereka.
komunikasi yang lain (pertemanan, pekerjaan dsb). Untuk
itu diperlukan bekal yang cukup untuk dapat menjamin 6) Membangun lingkungan dalam rumah yang kondusif:
terjalinnya komunikasi yang sehat. saling mencintai, percaya, pengertian, saling menghormati
antar suami-istri merupakan keahlian lain yang perlu
2) Membangun komunikasi yang sehat di antara pasangan,
ditumbuhkan dan dirawat setiap saat.
memerlukan keahlian yang unik di antaranya manajemen
konflik. Komunikasi yang sehat dengan keluarga calon 7) Memahami konsep pola asuh.
pasangan juga sangat penting untuk dipersiapkan. Tidak ada satu pola asuh yang ideal untuk semua anak.
Pernikahan tidak hanya menyatukan sepasang suami-istri, Pemilihan tipe pola asuh sangat dipengaruhi oleh faktor
namun juga menyatukan dua keluarga dengan tradisi yang orangtua dan kondisi perkembangan psikologis seorang
berbeda. Pasangan catin perlu mendiskusikan sampai anak. Orang tua yang baik akan berupaya belajar
sejauh mana keluarga besar dapat terlibat/berpengaruh mengenai pola asuh ini dari berbagai sumber, tidak hanya
dalam keluarga mereka. mengandalkan dari pengalaman pribadi mereka ketika
3) Konflik dengan pasangan merupakan suatu keniscayaan. mereka diasuh oleh orangtua mereka masing-masing.
Dua orang manusia yang dibesarkan di keluarga berbeda Secara umum pola asuh dapat dibagi menjadi:
selama puluhan tahun, kini dipersatukan dalam suatu
• Pola asuh demokrasi: Memfasilitasi hak anak untuk
ikatan perkawinan.
didengarkan, dihargai, dan diakui serta memberikan
4) Keharmonisan perkawinan sebagian besar ditentukan kesempatan kepada anak untuk belajar mandiri namun
oleh kualitas hubungan antar pasangan. Pasangan catin tetap memberikan batasan kepada anak melalui diskusi
perlu saling memahami pola komunikasi pasangannya, serta melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap
memahami pola komunikasi pasangan, sikap asertif, serta batasan-batasan yang telah disepakati.
memiliki pengalaman yang cukup dalam menghadapi
• Pola asuh otoriter: Cenderung memaksa anak untuk
konflik dengan sehat merupakan salah satu predictor
mengikuti perintah orang tua tanpa banyak alasan, pada
dalam kelanggengan sebuah rumah tangga.
umumnya disertai dengan ancaman-ancaman ataupun
hukuman fisik apabila anak tidak menuruti aturan

68 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
69
tersebut. Orang tua membuat peraturan tanpa kompromi 5. PENGETAHUAN TENTANG FERTILITAS/
dan diskusi dengan anak dan komunikasi orang tua-anak KESUBURAN (MASA SUBUR)
bersifat satu arah sehingga membuat hubungan orang tua
a. Cara Menghitung Masa Subur
dan anak cenderung dingin.
Kehamilan terjadi ketika sel sperma dari laki-laki masuk ke
• Pola asuh permisif: Pola asuh yang bersifat hangat namun
dalam rahim perempuan dan membuahi sel telur, kehamilan
lunak. Orang tua cenderung tidak memberikan banyak
terjadi jika dilakukan pada masa subur. Masa subur dapat
Batasan maupun pengawasan terhadap anak dengan
diketahui dengan cara menghitung ovulasi/masa subur pada
menganggap bahwa hal tersebut merupakan persoalan
wanita. Puncak masa subur biasanya terjadi pada 13 hari
pribadi anak. Orang tua terlalu berfokus pada membina
setelah haid hari pertama, sedangkan masa subur biasanya
hubungan yang baik dengan anaknya tanpa melakukan
akan terjadi kurang lebih 3 hari sebelum dan sesudah menuju
perannya dalam mendidik dan membimbing anak.
puncak masa subur tersebut.
• Pola asuh uninvolved: Batasan dan pengawasan dari orang
tua cenderung sedikit, orang tua bersifat masa bodoh
terhadap perilaku anaknya sehingga anak dapat bertindak b. Tanda-Tanda Masa Subur
melenceng dari norma dan nilai yang berlaku di masyarakat.
1) Perubahan lendir serviks
Komunikasi orang tua dan anak kurang sehingga membuat
Jika dalam masa subur cairan ini bertekstur lengket dan
hubungan orang tua dan anak cenderung dingin.
kental. Perubahan terjadi menjelang masa subur, yaitu
d. Pesan Utama dengan meningkatnya jumlah cairan dan perubahan
tekstur menjadi bewarna bening dan bertekstur lebih cair.
Catin dan PUS perlu memiliki kesehatan jiwa yang baik untuk
mewujudkan keluarga yang sehat dan berkualitas. Untuk 2) Dorongan seksual meningkat
meningkatkan kesehatan jiwa Catin dan PUS, Catin dan PUS Hormon kewanitaan akan meningkat dalam masa subur
dapat menggali informasi dari berbagai sumber pengetahuan, sehingga berpengaruh terhadap hasrat seksual.
berkonsultasi kepada orang tua dalam porsi yang cukup dan
3) Temperatur tubuh meningkat dan payudara lebih lunak
dapat berkonsultasi kepada tenaga kesehatan atau tenaga
Meningkatnya hormon progesterone ketika masa subur
professional kesehatan jiwa jika memerlukan “second opinion”
akan memicu kenaikan suhu tubuh, namun kenaikan
atau sebagai tempat rujukan.
suhu tubuh tesebut hanya sedikit (± 0,5°C), maka cukup
sulit mengamati kenaikan masa subur hanya dengan
memperhatikan kenaikan suhu tubuh pada wanita. Oleh

70 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
71
karena itu cara ini jarang digunakan sebagai acuan. Akibat Untuk mencegah terinfeksi bakteri dan virus tersebut, tenaga
lain dari meningkatnya produksi hormon yang tinggi kesehatan juga harus menginformasikan mengenai cara
menyebabkan payudara menjadi lebih lunak. memasak makanan yang baik:
yy Makanan yang berpotensi terkontaminasi harus
didinginkan dan dikonsumsi sesegera mungkin
c. Infertilitas yy Telur dan daging harus dimasak matang
Infertilitas adalah kegagalan pasangan suami isteri untuk yy Susu harus dipasteurisasi
mengalami kehamilan setelah melakukan hubungan
seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu tahun. Faktor yang Pada pria, pajanan dengan bahan kimia/zat di tempat kerja,
mempengaruhi infertilitas adalah: seperti radiasi, zat kimia, NAPZA, dan pajanan panas, dapat
yy Umur berpengaruh pada:
yy Lama infertilitas yy Jumlah sperma berkurang, jika tidak ada sperma yang
yy Emosi diproduksi menyebabkan infertilitas.
yy Lingkungan yy Bentuk sperma yang tidak normal, sehingga kemampuan
yy Hubungan seksual sperma untuk membuahi ovum berkurang.
yy Kondisi sosial dan ekonomi yy Performa seksual berkurang
yy Kondisi reproduksi wanita, meliputi cervix, uterus, dan sel yy Kromosom pada sperma berubah atau rusak dan
telur berdampak pada kemampuan sperma untuk membuahi
yy Kondisi reproduksi pria, yaitu kualitas sperma dan atau berpengaruh pada perkembangan janin.
seksualitas
yy Penyebab lain.
Untuk melindungi diri dari pajanan bahan kimia, dapat
Selain faktor diatas, infertilitas juga dapat dipengaruhi oleh dilakukan langkah berikut:
infeksi bakteri dan virus yang dapat ditularkan melalui yy Simpan bahan kimia di tempat yang aman setelah
makanan atau hewan peliharaan, seperti: digunakan.
yy Salmonella yy Cuci tangan setelah bekerja, sebelum makan, dan sesudah
yy Campylobacter (menyebabkan diare) BAB/BAK.
yy Listeria (dapat menyebabkan keguguran pada wanita yy Hindari kontak secara langsung dengan bahan kimia.
hamil) yy Untuk mencegah kontaminasi di rumah, ganti pakaian
yy Toxoplasmosis kerja dan cuci secara terpisah.
yy Ikuti prosedur kesehatan dan keselamatan kerja.

72 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
73
d. Pesan utama 2. Kekerasan Psikologis (Emosional): Penghinaan,
perselingkuhan, memaki-maki.
Kenali masa subur anda dan pasangan sebagai bagian dari
3. Kekerasan Ekonomi (Penelantaran).
perencanaan kehamilan. Bila anda mengalami masalah
4. Kekerasan Seksual (mulai dari pelecehan seksual hingga
fertilitas segera konsultasikan dengan dokter atau bidan.
perkosaan).
5. Perdagangan orang.

6. KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA


c. Pesan Utama
a. Pengertian
Setiap pernikahan harus terbebas dari tindak kekerasan, baik
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah setiap kekerasan fisik, psikis, dan seksual. Hubungan suami istri harus
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing dan
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara dilakukan dalam kondisi yang diinginkan bersama tanpa unsur
fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan,
atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum
dalam lingkup rumah tangga.

Kekerasan terhadap perempuan dan anak (KtP/A) adalah 7. PEMERIKSAAN KESEHATAN


segala bentuk tindak kekerasan berbasis gender yang REPRODUKSI BAGI CATIN DAN PUS
berakibat, atau mungkin berakibat, menyakiti secara fisik, a. Pengertian
seksual, mental atau penderitaan terhadap perempuan dan
Pemeriksaan kesehatan reproduksi bagi catin dan PUS adalah
anak, termasuk ancaman dari tindakan tersebut, pemaksaan
pemeriksaan kesehatan yang ditujukan bagi pasangan catin
atau perampasan semena-mena kebebasan, baik yang terjadi
dan PUS untuk mengetahui status kesehatan masing-masing
di lingkungan masyarakat maupun dalam kehidupan pribadi.
pasangan.

b. Jenis-Jenis Kekerasan b. Jenis pemeriksaan


1. Kekerasan Fisik: pemukulan dengan tangan kosong atau 1) Anamnesis termasuk skrining status imunisasi Tetanus
alat, melukai dengan senjata tajam atau senjata api. 2) Pemeriksaan fisik lengkap, pemeriksaan status gizi serta
pemeriksaan kesehatan jiwa.

74 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
75
3) Pemeriksaan penunjang (laboratorium): Hb, golongan Lampiran 2. Surat Keterangan Pemeriksaan Kesehatan Calon
darah, dan pemeriksaan lain sesuai indikasi. Pengantin
4) Pelayanan: KIE/konseling, imunisasi Tetanus sesuai status,
pelayanan gizi, dan pelayanan lain sesuai indikasi.
(KOP FASYANKES)

c. Pesan utama
Catin dan PUS berhak mendapatkan pemeriksaan kesehatan
untuk menentukan status kesehatan agar dapat merencanakan Yang terhormat,

dan mempersiapkan kehamilan yang sehat dan aman. Kepala *) ……………………….….

di ………………………………..….

SURAT KETERANGAN PEMERIKSAAN KESEHATAN


CALON PENGANTIN

Telah datang ke Puskesmas/RS/........................ calon pengantin


(catin) sebagai berikut:

1. Catin laki-laki
yy Nama :
yy Tanggal lahir : (Umur: tahun)
yy Alamat :

2. Catin perempuan
yy Nama :
yy Tanggal lahir : (Umur: tahun)
yy Alamat :

76 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS
77
Terhadap catin tersebut di atas telah kami lakukan pelayanan
kesehatan meliputi konseling dan pemeriksaan kesehatan.

Demikian surat keterangan kesehatan ini dibuat dengan


sebenarnya dan untuk digunakan semestinya.

..........….…, …...…………20.…

(Petugas Pemeriksa)

-----------------------------------------

*)
KUA/Kantor Catatan Sipil/Lembaga Agama

78 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI


BAGI CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS

Anda mungkin juga menyukai