3. Memenuhi kebutuhan tubuh akan komponen utama nutrisi yang meliputi karbohidrat,
lemak, asam lemak esensial, protein, asam amino, air, vitamin, mineral, enzim, antioksidan,
karotenoid, flavonoid, alkaloid, dan fitoestrogen
4. Menghindarkan kekurangan gizi akibat pola makan tidak teratur dan tida sehat
Selain memiliki manfaat secara umum, suplemen juga memiliki manfaat yang
spesifik/khusus untuk membantu meringankan beberapa kondisi kesehatan tertentu. Berikut
beberapa contoh manfaat spesifik dari suplemen.
Konsumsi suplemen ditujukan untuk melengkapi nutrisi dalam tubuh. Suplemen bukan
ditujukan sebagai pengganti obat-obatan ataupun pengganti makanan sepenuhnya. Menurut
ahli diet yang terdaftar di University of Virginia Medical Center, Katherine Basbaum(2021),
dalam beberapa kasus, jika mengonsumsi asupan vitamin lebih dari yang dibutuhkan tubuh,
maka tubuh justru akan membuang kelebihannya. Kasus yang lebih serius, mengonsumsi
suplemen lebih dari yang dianggap aman, justru dapat menyebabkan efek samping yang
berbahaya, misalnya terlalu banyak asupan vitamin A, dapat menimbulkan efek beracun dan
menyebabkan kerusakan hati.
Jenis Suplemen
a. Suplemen Multivitamin
Vitamin(vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B5,
vitamin B6, vitamin B8, asam folat, vitamin B12, kolin, inositol, vitamin
C, vitamin D, vitamin K).
Mineral(kalsium, magnesium, fosfor, zat besi,mangan, kalium, natrium,
selenium, seng, tembaga, boron, sulfur, iodium, molybdenum, kromium,
vanadium).
Asam Lemak Essensial(omega3, omega6, omega9, EPA, DHA, ALA,
GLA).
Asam Amino(arginin, lisin, metionin, feninlalanin, treonin, triptopan,
valin, leusin, isoleusin, histidin, taurin, L-karnitin, sistein, GABA, asam L-
glutamat, glutation, lesitin, glisin, glutamin).
Enzim(asam hidroklorida, antasida, protease, amilase, lipase, oksbile,
laktase, sukrase, maltase, aspergilus, bromelin, papain, probiotik,
prebiotik, FOS, pektin, fiber).
b. Suplemen Herbal
Antioksidan(Coenzim Q10, Melatonin, Glutatione, SOD, Katalase,
Flavonoid, Silimarin, Luthein, Antosianidin, Proantosianidin, Quersetin,
Pignogenol, Hesperidin, Katecin, Tanin, Kapsaisin, Limonen, Quinone,
Karotenoid).
Herba Sistem Imun imun (Echinacea, aloe vera, Atragalus, golden seal,
Garlic, Ginseng, licorise), untuk tonikum (Rosemary dan ginger), untuk
anti kanker (Green tea, OPC, Maitake), untuk anti aging (mengkudu, pine
bark, velvet anler), untuk menjaga kesehatan hati (milk thistle dan
dandelion), untuk anti radang dan reumatik (Black cohos, cayene,
curcuma, devil claw, fever few, wildyam), untuk sirkulasi darah (Ginkgo
biloba, hawthron berry, bilberry), untuk mengatasi problema wanita (EPO,
Black current, Flaxid oils, Dong kuai, Red clover, Alfalfa, Borage), Untuk
saluran kemih (Saw palmeto, Netle, Pygeun, cranberry), untuk depresi (ST
Jhons wort), Untuk insomnia (Valerian, Camomile, kava-kava), untuk
pencernaan (psyllium sead husk, oat brand, Spirulina, wheat brand, kelp),
untuk vitalitas (Royal jelly, bee polen, Glucosamine, Colostrum, shark
cartilage).
Pengetahuan tentang suplemen perlu diketahui semua orang termasuk mahasiswa/i ITB.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapabesar pengetahuan mahasiswa/i ITB tentang
perlunya suplemen dalam kehidupan sehari-hari. Pengambilan data pada penelitin ini dilakukan
melalui survey kepada mahasiswa/i ITB. Terdapat 44 orang mahasiswa/i yang ikut serta dalam
pengambilan data pada penelitian ini. Berikut merupakan hasil survey yang telah peneliti lakukan.
ya tidak
Berdasarkan garfik di atas, terlihat bahwa 100% responden pernah mendengar tentang
suplemen. Jadi, bisa disimpulkan bahwa semua responden pernah mendengar tentang suplemen.
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa bentuk sediaan suplemen yang paling banyak
diketahui oleh responden adalah tablet, dengan persentase 97,7% atau 43 orang. Sedangakan,
bentuk sediaan suplemen yang paling sedikit diketahui oleh responden adalah granul dan Becomzet.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa telah banyak yang mengetahui berbagai jenis bentuk sediaan
suplemen.
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa sebanyak 40,9% responden mengatakan bahwa
mereka sekeluarga tidak mengonsumsi suplemen secara rutin. Sedangkan 34,1% responden
mengatakan bahwa mereka sekeluarga mengonsumsi suplemen secara rutin dan kebanyakan dari
sisanya mengatakan hanya sebagian anggota keluarga yang mengonsumsi suplemen secara rutin.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa lebih sedikit dari setengah respoden yang keluarganya rutin
mengonsumsi suplemen.
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa manfaat suplemen yang paling banyak diketahui
oleh responden adalah untuk menjaga imunitas tubuh agar terhindar dari penyakit, dengan
persentase 93,2% atau 41 orang. Sedangkan manfaat suplemen yang paling sedikit diketahui oleh
responden adalah unntuk meningkatkan penyerapan energi dan sebagai asuppan tambahan nutrisi
mikro, dengan persentase 2,3% atau 1 orang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa cukup banyak manfaat
suplemen yang diketahui oleh mahasiswa/i ITB.
Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa 63,6% responden mengatakan bahwa dosis
pengonsumsian suplemen adalah 1x1hari. Sedangkan sisanya ada yang mengatakan 3x1hari,
2x1hari, tergatung konsentrasi, tergantung jenis, dan saat diperlukan saja dengan persentasi yang
masih jauh dibawah 63,6%. Jadi, bisa disimpulkan bahwa kebanyakan dari responden mengatakan
bahwa dosis pengonsumsian yang tepat adalah 1x1hari.
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa 75% responden mengatakan bahwa terdapat
pengaruh suplemen terhadap peningkatan kebugaran pada tubuh mereka. Sedangkan 25%
responden mengatakan bahwa tidak terdapat pengaruh suplemen terhadap peningkatan kebugaran
pada tubuh mereka. Jadi, bisa disimpulkan bahwa suplemen cukup berpengaruh terhadap
kebugaran pada tubuh.
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa hanya 11,4% dari 44 orag mahasiswa yang
mengatakan bahwa manfaat suplemen selalu dirasakan. Sedangkan, 45,5% dari 44 orang mahasiswa
atau mendekati setengahnya mengatakan bahwa manfaat suplemen sering dirasakan, tetapi sering
pula tidak dirasakan. Jadi, bisa disimpulkan bahwa manfaat suplemen sudah cukup dirasakan
walaupun tidak selalu.
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa konsumsi suplemen sebelum pandemi hanya rutin
dilakukan oleh 13,6% responden dari 44 orang responden, sedangkan 27,3% responden lainnya
mengatakan tidak pernah mengonsumsi, lalu sisanya yaitu sebesar 59,1% mengatakan dikonsumsi
jika diperlukan saja. Jadi, bisa disimpulkan bahwa belum banyak orang yang rutin mengonsumsi
suplemen sebelum pandemi.
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa hanya 9,1% responden yang mengatakan tidak
pernah mengonsumsi suplemen di masa pandemi. Sedangkan sebanyak 36,4% mengatakan rutin
dan 52,3% mengatakan mengonsumsi jika diperlukan saja. Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsumsi
suplemen di masa pandemi mengalami peningkatan dibandingkan dengan konsumsi suplemen
sebelum pandemi.
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa masing-masing sebanyak 20,5 persen mengatakan
bahwa mereka jarang, sering, dan sering sekali dalam mengonsumsi suplemen di amsa pandemi.
Sebanyak 11,4% responden mengatakan jarang sekali, sedangakn sisanya mengatakn kadang-
kadang. Jadi, bisa disimpulkan bahwa terjadi peningkatan intensitas konsumsi suplemen yang cukup
besar di masa pandemi dibandingkan dengan sebelum pandemi.
3.5.14 Pendapat Tentang Dampak Positif Konsumsi Suplemen di Masa Pandemi Terhadap Imunitas
Tubuh.
Grafik pendapat tentang dampak positif konsumsi suplemen di masa pandemi terhadap imunitas
tubuh.
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa 45,5% responden mengatakan konsumsi suplemen
berdampak positif, 31,8% mengatakan konsumsi suplemen sangat berdampak positif. Sedangakn
masing-masing 0% responden mengatakn konsumsi suplemen sangat tidak berdampak positif dan
tidak berdampak positif. Jadi, bisa disimpulkan bahwa tidak ada responden yang mengatakan bahwa
konsumsi suplemen di masa pandemi tidak berdampak positif terhadap imunitas tubuh.