Anda di halaman 1dari 4

1.

Menjelaskan alasan pentingnya pemberdayaan


generasi muda  dan strategi yang diterapkan dalam
pemberdayaan generasi muda !
2.!
3. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
sosial dan globalisasi!
4. Jelaskan dimensi-dimensi pemberdayaan pemuda yang
harus dimiliki 
    menurut Stewart !
5. Jelaskan strategi pemberdayaan pemuda menurut Muh.
Surya !
Generasi muda pada semua zaman dan tempat memegang peranan yang signifikan. Tak heran
apabila kemudian generasi muda menjadi pilar dari kokoh tidaknya sebuah Negara. Dinamika
yang ada memberikan gambaran bahwa generasi muda memberikan kontribusi yang besar terkait
dengan perubahan dan proses pembangunan yang ada. Sejak era Pergerakan Nasional hingga
Orde Reformasi, generasi muda menjadi motor penggerak perubahan, sekaligus memastikan
bahwa proses perubahan tersebut sesuai dengan tuntutan jaman, dalam konteks pembaruan dan
pembangunan bangsa.

Akan tetapi, harus disadari bahwa pada konteks tertentu generasi muda tidak dapat dibiarkan
berjalan sendiri, namun membutuhkan stimulasi agar arah geraknya dapat berjalan dengan baik.
Sebab, harus diakui bahwa di satu sisi generasi muda memiliki semangat yang menggelora untuk
melakukan berbagai aktifitas positif bagi kemajuan bangsa, namun di sisi lain terdapat berbagai
godaan yang dapat mengendorkan dan membelokkan tujuan yang telah dirumuskan ke arah yang
tidak baik. Dan pada kelanjutannya akan mempengaruhi arah gerak bangsa.

II. Permasalahan Generasi Muda

Merujuk pada UU No. 40/2009 tentang Kepemudaan, generasi muda atau pemuda didefinisikan
sebagai “Warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan
perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Sementara itu dalam
konteks demografi dan antropologis, generasi muda dibagi ke dalam usia persiapan masuk dunia
kerja, atau usia produktif antara 15-40 tahun. Saat ini terdapat 40.234.823 penduduk Indonesia
masuk dalam kategori generasi muda. Sementara dari sudut pandang sosial budaya. Generasi
muda dari sudut pandang ini memiliki sifat majemuk dengan aneka ragam etnis, agama,
ekonomi, domisili, dan bahasa. Mereka memiliki ciri ekosistem kehidupan yang terbagi ke dalam
masyarakat nelayan, petani, pertambangan, perdagangan, perkantoran dan sebagainya.

Dalam konteks tersebut, generasi muda juga memiliki lima karakteristik yang berpengaruh pada
aktifitasnya, yakni: Pertama, generasi muda kerap kali memiliki mental yang tidak berorientasi
pada mutu. Kecenderungan tersebut diperkuat dengan keinginan untuk mencoba sesuatu tanpa
berupaya untuk mendapatkan hasil yang setimpal dengan aktivitas yang dilakukan. Karakteristik
ini menggejala pada hampir semua generasi muda. Mentalitas ini secara umum membentuk
karakteristik generasi muda yang sekedar menampilkan figure keberanian semata tanpa
memperhitungkan akibatnya.

Kedua, generasi muda cenderung memiliki karakteristik suka menerabas; hantam kromo, dan
cenderung berani tanpa memperhitungkan baik dan buruknya. Karakteristik ini bersesuaian
dengan sikap berani yang cenderung mengarah pada kenekatan. Meski begitu, secara positif,
sikap ini memberikan kekuatan mentalitas bagi generasi muda untuk mengambil posisi
memimpin dalam situasi yang secara normal sulit dilakukan oleh masyarakat umum. Sehingga
tak heran apabila mentalitas suka menerabas ini mengganjar generasi muda sebagai agen
perubahan (agent of change), karena proses perubahan harus diawali sikap menolak situasi yang
ada, dan generasi muda menjadi garda terdepan dari perubahan kea rah yang lebih baik tersebut.

Ketiga, karena secara psikologis masih labil, generasi muda cenderung memiliki karakter yang
tidak percaya diri, mudah putus asa, minder dan cenderung berupaya menghindari masalah,
karena adanya perasaan bahwa dirinya tidak akan mampu mengemban tugas dan tanggung jawab
tersebut. Di sisi lain sikap tersebut juga mengancam eksistensi kepemimpinan generasi muda
karena karakterstik tersebut.

Keempat, generasi muda juga cenderung kurang memiliki sikap disiplin, sulit di atur dan
cenderung anti kemapanan. Karakteristik ini menjadi basis bagi generasi muda untuk
menampilkan eksistensinya dan melawan atau setidaknya tidak mengikuti aturan yang ada,
sebagai bagian dari bentuk protes atau sekedar menarik perhatian bahwa yang bersangkutan
eksis.
Karakteristik yang kelima ditegaskan dengan kurangnya generasi muda pada tanggung jawab
yang diembannya. Pada konteks tertentu, sikap ini diikuti oleh aktifitas negative. Namun di sisi
lain tidak sedikit ekses dari sikap kurang bertanggung jawab ini berbuah positif.

Berdasarkan pengamatan penulis dan mengacu pada lima karakteristik generasi muda tersebut di
atas, maka permasalahan generasi muda terbagi dalam lima masalah, yakni: Pertama,
deideologisasi Pancasila dan radikalisme. Pengaruh langsung dari proses demokratisasi di
Indonesia adalah mengendurnya sikap patriotism dan nasionalisme. Pancasila yang seharusnya
menjadi ideology Negara cenderung diabaikan atas nama kebebasan dan Hak Asasi Manusia
(HAM). Praktik dan prilaku menyimpang dari norma-norma Pancasila ini makin menguat, sikap
intoleransi menjadi pemandangan yang kerap kali kita lihat. Hal tersebut juga melanda generasi
muda, di mana sikap abai terhadap kehidupan bernegara dengan falsafah Pancasila menyebabkan
visi berbangsa dan bernegara menjadi tidak jelas. Apalagi radikalisme atas nama agama tertentu
makin menjerumuskan generasi muda pada situasi yang keluar dari konteks kehidupan berbangsa
dan bernegara sebagaimana yang ditegaskan oleh para pendiri republik. Dalam konteks
radikalisme, 9 dari 10 pelaku terorisme adalah generasi muda, dalam pengertian berusia di
bawah 40 tahun.

Kedua, demoralisasi generasi muda dalam bentuk pergaulan bebas dan penyalahgunaan Narkoba.
Kondisi ini memosisikan generasi muda pada posisi sebagai bagian dari permasalahan. Di mana
secara harfiah generasi muda justru menjadi penyakit masyarakat. Pergaulan bebas dan
penyalahgunaan Narkoba berada pada posisi di mana generasi muda merupakan bagian dari
penyakit masyarakat. Dalam sebuah survey yang dilakukan oleh BKKBN dan Survei Prilaku
Seks pada tahun 2011, di Lima Kota Besar di Indonesia, termasuk Jakarta, hampir 60 % generasi
muda telah melakukan hubungan seks pra nikah. Sedangkan penyalahgunaan Narkoba juga
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari penyakit masyarakat, di mana dalam catatan BNN
bahwa lebih dari 75 % pengguna Narkoba berada pada usia produktif kerja.

Ketiga, Kriminalitas dan Premanisme. Masalah generasi muda makin kompleks dengan
maraknya tindakan kriminalitas dan premanisme. Gank motor yang melakukan aktivitas criminal
membuat pencitraan generasi muda tidak cukup baik di mata masyarakat. Belum lagi kelompok-
kelompok pemuda yang mengatasnamakan etnis tertentu dan tawuran antar kampong menjadi
pemberitaan sehari-hari.

Keempat, tidak peduli pada lingkungan sekitar. Sikap individualistis dan tidak peduli dengan
lingkungan sekitar adalah bagian yang tidak terpisahkan dari permasalahan generasi muda.
Banyak dari generasi muda lebih menikmati hidup bila bersama-sama dengan kelompoknya,
namun tidak apabila berada di tengah lingkungan sekitarnya. Kelima, sikap konsumerisme yang
menghamba pada materi dan penampilan semata.

Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah peralihan menuju ke arah yang berbeda dalam kehidupan masyarakat.
Perubahan dalam berbagai aspek dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif,
termasuk globalisasi.

Dampak Positif Globalisasi

Globalisasi telah memudahkan masyarakat Indonesia untuk berhubungan dengan masyarakat di


negara-negara lain. Salah satunya adalah mempercepat penyebaran informasi serta komunikasi.
Hal ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, khususnya internet. Lewat media
sosial, misalnya, kita dapat mengetahui peristiwa yang baru saja terjadi di belahan Bumi lain
hanya dalam hitungan menit.

Selain itu, globalisasi juga membantu kita dalam beraktivitas sehari-hari lho. Misalnya saja kita
bisa mendapatkan tips-tips untuk memasak dari video yang diunggah oleh orang Eropa. Orang di
negara-negara yang berbeda tentu menjalani kehidupan yang berbeda pula dengan kita sebagai
orang Indonesia. Menggunakan internet, kita bisa mengetahui kebiasaan mereka dan jika kita
dapat meniru hal-hal yang baik, tentu akan memudahkan kehidupan kita.
Berkat globalisasi, penyebaran informasi, komunikasi, dan teknologi baru juga dapat
meningkatkan produktivitas industri. Semakin tinggi produksi, tentu perusahaan memerlukan
lebih banyak tenaga kerja. Hal itu kemudian berdampak pada peningkatan lapangan pekerjaan.

Dampak Negatif Globalisasi

Walaupun globalisasi memberikan hal-hal positif, ada beberapa dampak yang berakibat buruk
bagi perubahan sosial. Yang rentan menerima akibat negatif dari globalisasi adalah budaya lokal.
Jika masyarakat lebih menyenangi budaya luar, orang-orang yang mampu meneruskan budaya
tradisional akan berkurang. Karena itu, kita harus memiliki kesadaran untuk mencintai budaya
sendiri agar tidak terganti oleh budaya asing.

Selain itu, kita juga mulai membanding-bandingkan kondisi di Indonesia dengan di luar negeri.
Walaupun hal tersebut dapat memotivasi agar kita menjadi negara yang lebih baik, ada pula saat
ketika kita iri melihat bangsa lain. Bagi penguasa, kondisi itu dapat meningkatkan rasa haus akan
kekuasaan dan keinginan untuk menguasai daerah tersebut.

Terakhir, gencarnya perkembangan teknologi juga membawa berita buruk bagi lingkungan.
Pabrik-pabrik yang semakin banyak untuk memenuhi permintaan akan produk digital akan
menghasilkan polusi yang juga meningkat. Sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan
perangkat digital akan dikeruk habis-habisan dan dapat menyebabkan kelangkaan.

Jelaskan faktor faktor apa saja yang mendorong terjadinya globalisasi?


Faktor Pendorong Globalisasi Eksternal

 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ...


 Kesepakatan internasional tentang pasar bebas. ...
 Keberhasilan perjuangan pro demokrasi/politik dunia. ...
 Meningkatnya fungsi dan peran lembaga-lembaga internasional. ...
 Perkembangan HAM di negara-negara belahan dunia. ...
 6. Kemudahaan dalam migrasi.

M. Surya (1988: 12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan
bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar
tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan. Sedangkan
menurut Oemar Hamalik (2000: 193) bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal
dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi di dalam kehidupannya.

Anda mungkin juga menyukai