Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PERAWATAN SISTEM STARTER

BBPPMPV BMTI BANDUNG

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Kenaikan Kelas XII

Tahun Pelajaran

2022/2023

Disusun oleh :
ADRI RIFQI PRAMANA
NIS. 21220073

PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK OTOMOTIF


KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN
SMK YASMI GEBANG
2023
IDENTITAS SISWA

Nama : Adri Rifqi Pramana

NIS/NISN : 21220073

Tempat Tanggal Lahir : Cirebon, 10 mei 2006

Jenis Kelamin : Laki – laki

No Hp : 081286928942

Golongan Darah :-

Sekolah : SMK YASMI Gebang - Cirebon

Alamat : Jl. Raya Gebang – Losari Ds. Melakasari Kec. Gebang Kab.
Cirebon

Nomor Telephone : (0231)8832756

Catatan Kesehatan : Baik

Nama Orang Tua

Ayah : Suhar (alm)

Ibu : Herawati

Alamat Orang Tua : Ds. Astanalanggar Kec. Losari Kab. Cirebon

No Telp/No Hp Orang Tua : 0859160038047

Kepala Sekolah

SMK YASMI GEBANG

Darsono, S.Pd
LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kegiatan Praktek Lapangan (PKL) yang disusun oleh :

Nama : Adri Rifqi Pramana


NIS : 21220073
Program Keahlian : Teknik Otomotif
Kompetensi Keahlian : Teknik Kendaraan Ringan Otomotif

Dengan judul
PERAWATAN SISTEM STARTER

Telah disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Kepala Program Keahlian Pembimbing

Gina Lukistiawati, S.Pd. Gina Lukistiawati, S.Pd.

Mengetahui
Kepala SMK Yasmi Gebang

Darsono, S.Pd.I
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN

Laporan Kegiatan Praktek Lapangan (PKL) yang di. Susun oleh :

Nama : Adri Rifqi Pramana


NIS : 21220073
Program Keahlian : Teknik Otomotif
Kompetensi Keahlian : Teknik Kendaraan Ringan Otomotif

Dengan judul
PERAWATAN SISTEM STARTER

Telah disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Pembimbing DU/DI Pembimbing DU/DI Pembimbing DU/DI

Ceceng Basyar, SST. Hendrik, MT. Yunus, ST.MT.

Mengetahui

Kepala dept. otomotif BBPPMPV BMTI-BANDUNG

Sutiono, ST.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat dan
karunianya laporan Praktek Kerja lapangan (PKL) yang merupakan sub pokok dari
pendidikan system ganda (PSG) ini dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan praktek kerja lapangan diambil dari kegiatan selama mengikuti praktek
instansi dari buku jurnal harian dan buku mengenai pembahasan laporan tersebut juga dari
para pemimpin industri sehingga Laporan Praktek Kerja lapangan sesuai dengan
pemaparannya.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan praktek kerja lapangan merupakan


tanggung jawab kita sebagai siswa tingkat II Sekolah Menengah Kejurusan.

Dalam kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan banyak terima kasih pada :

1. Bapak DARSONO S.Pd.I, Selaku Kepala Sekolah SMK YASMI Gebang Cirebon
2. Bapak SUPRIONO, M.Si. Selaku Kepala BBPPMPV BMTI Bandung
3. INSTRUKTUR
4. Seluruh Pegawai / Staf BBPPMPV BMTI Bandung
5. Ibu Gina lukistiawati Selaku Pembimbing Penulis laporan
6. Ibu Gina lukistiawati, S.Pd. Selaku kaprog Teknik Kendaraan Ringan
7. Ibu. Liaerlinawati, S.Pd. Selaku Walikelas XI TKRO C
8. Ayah dan Ibunda tercinta yang telah membantu baik secara moral maupun
material sehingga laporan ini dapat di selesaikan dengan baik

Dan seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam menyusun laporan ini. Tidak lupa
menyusun menyampaikan maaf yang besar-besarnya apabila dalam penyusunan laporan ini
masih banyak kekurangan. oleh karena itu penyusun mengharapkan asuransi sehingga
laporan ini dapat tersusun dengan baik dengan laporan ini dapat tersusun lebih baik dan
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Cirebon, Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................

1.1 Latar Belakang ..................................................................................


1.2 Maksud dan Tujuan ..........................................................................
1.3 Manfaat .............................................................................................
1.4 Sistematika Penulisan .......................................................................

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN .........................................................

2.1 Gambaran umum Perusahaan ...........................................................

2.1.1 Sejarah singkat Perusahaan ....................................................

2.1.2 Visi dan Misi Perusahaan .......................................................

2.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan .............................................

2.2 Uraian Kerja .....................................................................................

2.3 Jadwal Kegiatan ...............................................................................

BAB III PEMBAHASAN DAN TEMUAN ..................................................

3.1 Teori Dasar ......................................................................................

3.2 Temuan Studi ..................................................................................

BAB IV PENUTUP ........................................................................................

4.1 Kesimpulan .....................................................................................

4.2 Saran ...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


DAFTAR GAMBAR
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) merupakan kegiatan belajar mengajar
(KBM) pada sekolah menengah kejurusan (SMK) sebagai tempat untuk belajar bagi
siswa, dengan harapan siswa mampu belajar mempraktekkan apa yang telah diperoleh di
bangku sekolah serta mendidik siswa untuk bekerja sebagai bekal dimasa yang akan
datang.
Kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) tentunya harus sesuai dengan program
keahlian teknik otomotif kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan, maka kegiatan
praktek kerja lapangan pun dilaksanakan di bengkel-bengkel, baik bengkel motor maupun
bengkel mobil. dengan harapan mampu mengenal peralatan, komponen-komponen
kendaraan serta mampu membantu mekanik dalam perbaikan kendaraan.
Baik secara langsung maupun tidak langsung kegiatan praktek kerja lapangan
(PKL) ini akan bermanfaat bagi siswa maupun bagi sekolah, karena siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga bekerja secara langsung pada bengkel, di
sekolah tentunya bermanfaat karena siswanya dapat belajar mempraktekkan apa yang
diperoleh di sekolah sesuai dengan program keahliannya.

1.2 Maksud dan Tujuan

Kegiatan Praktek Kerja lapangan (PKL) mempunyai maksud dan tujuan baik bagi
siswa maupun bagi sekolah, antara lain :

a. Dengan kegiatan Prakerin ini diharapkan siswa dapat mempraktekkan apa yang
diajarkan sekolah.
b. Dengan kegiatan Prakerin ini diharapkan dapat memperoleh pengalaman yang sangat
berharga baik secara ilmu maupun mental berwirausaha.
c. Dengan kegiatan ini diharapkan mampu berkomunikasi baik dengan konsumen
maupun dengan pemilik serta dengan mekanik-mekaniknya.
d. Memberikan masukan kepada sekolah perihal kekurangan-kekurangan yang
diajarkan, sebagai bekal evaluasi bagi sekolah.
e. Sebagai sarana motivasi untuk bekerja setelah lulus sekolah.
1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini antara lain :

a. Belajar hidup mandiri


b. Bertambahnya ilmu
c. Belajar bertanggung jawab
d. Mengerti aturan kerja
e. Mampu berkomunikasi dengan baik
BAB II

KEGIATAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

2.1 Gambaran Umum Perusahaan

Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Mesin dan
Teknik Industri (BBPPMPV BMTI) merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Pendidikan Vokasi), Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan yang pendiriannya mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 26 tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. BBPPMPV BMTI
memiliki tugas melaksanakan pengembangan penjaminan mutu pendidikan di bidang mesin
dan teknik industri dan mempunyai fungsi:

1. Penyusunan program pengembangan penjaminan mutu pendidikan vokasi;


2. Pelaksanaan penjaminan mutu peserta didik, sarana prasarana, dan tata kelola
pendidikan vokasi;
3. Pelaksanaan penyelarasan pendidikan vokasi sesuai dengan kebutuhan dunia usaha
dan dunia industri;
4. Pelaksanaan fasilitasi dan peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
pada pendidikan vokasi;
5. Pengelolaan data dan informasi;
6. Pelaksanaan kerja sama di bidang pengembangan penjaminan mutu pendidikan
vokasi;
7. Pelaksanaan evaluasi pengembangan penjaminan mutu pendidikan vokasi; dan
8. Pelaksanaan urusan administrasi.

2.1.1 Sejarah singkat Perusahaan

SEJARAH SINGKAT KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN AWAL PPPG


TEKNOLOGI BANDUNG

1. Pembangunan Pendidikan Teknologi pada Pelita I (1969/1970 – 1974/1975)

Pemerintah Republik Indonesia telah menempatkan pembangunan pendidikan


teknologi sebagai bagian integral rencana pembangunan lima tahun guna penyiapan
tenaga kerja teknisi untuk mengisi keperluan pembangunan itu sendiri.
Tahun pertama Pelita I (1969-1970) dimulai dengan pembangunan 8 (delapan)
STM Pembangunan, dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia
sendiri (dengan tenaga dan dana yang ada). Suatu hal yang penting untuk dicatat, bahwa
Direktorat Pendidikan Teknologi adalah satu-satunya direktorat yang paling siap dengan
paket proposal pembangunan pada waktu itu. Sebelum Pelita 1 dimulai, Direktorat
Pendidikan Teknologi (dalam masa jabatan Kol. Amir Gondokusumo sebagai Direktur),
telah melakukan analisis kebutuhan, analisis jabatan, sampai kepada analisis kemampuan
yang kemudian dijabarkan dalam bentuk kurikulum STM Pembangunan. Bertepatan
dengan adanya program Pelita I, segera program tersebut dapat direalisasikan.

Tahun kedua Pelita I (1970-1971), pembangunan pendidikan teknik ditingkatkan


lagi dengan pembangunan lima TTC (Technical Training Centre = BLPT, Balai Latihan
Pendidikan Teknik), dengan bantuan pinjaman dana dari World Bank, dan bantuan tenaga
ahli dari UNESCO dan dari pemerintah Inggris.

Tahun Keempat Pelita I (1972-1973), diadakan proyek peningktan Mutu


Pengajaran Teknik (PMPT), dengan pusat penyelenggara di STM Instruktor (ex SGPT),
Jl. Dr. Rum No. 9, Bandung, untuk mendukung peningkatan mutu guru teknik pada
proyek-proyek STM Pembangunan dan BLPT

2. Perkembangan Kelembagaan

Sejalan dengan perkembangan yang semakin intensif pembangunan pendidikan


teknik, antara lain dengan penambahan 4 (empat) BLPT (menjadi sembilan) atas bantuan
pinjaman dari World Bank, dan rehabilitasi 27 STM atas bantuan pinjaman dari
pemerintah Belanda, maka mulai dirasakan perlunya pelembagaaan proyek-proyek
penataran guru teknik. Melalui bantuan tenaga ahli Australia (Mr. Ian Scott, tahun 1972-
1973, dan Mr. Ken Sharp, tahun 1974-1975) dirumuskan satu bentuk kelembagaan, yang
waktu itu disebut TTUC (Technical Teacher Upgrading Centre) di Jalan Dr. Rum No. 9
Bandung.

Sejak tahun 1975/1976, kegiatan-kegiatan penataran telah mulai dioperasikan


secara melembaga oleh TTUC, sekalipun waktu itu masih berstatus proyek, dengan
pemimpin proyek Drs. E.M. Hidayat.

Perlu juga dicatat, bahwa pengakuan (recognition) terhadap fungsi dan peranan
pendidikan teknologi sebagai bagian integral program pembangunan nasional (Repelita),
mulai diperoleh pada masa jabatan Drs. Soenaryo, M.Sc. sebagai Direktur Pendidikan
Menengah Kejuruan (dari tahun 1972 sampai dengan tahun 1979). Pada masa itu juga
sistem pendidikan menengah kejuruan dirumuskan secara konsepsional.

Untuk mendukung upaya pelembagaan TTUC, atas bantuan (grant) Pemerintah


Australia, tahun 1976 dikirim sebanyak 6 orang guru-guru teknik pilihan, dilatih selama 1
tahun di Australia. Mereka inilah yang kemudian menjadi tenaga andalan pelembagaan
TTUC yang belakangan dikenal sebagai PPPG Teknologi Bandung. Beberapa orang dari
mereka yang berperanan aktif dan menonjol, antara lain ; Achmad Suwarna, M. Bukit,
Soenarno, R. Sitorus, Hadi Moelyono, dan Soekandar.

3. Modal Awal Pelembagaan TTUC (Technical Teacher Upgrading Centre)

Pada tahun 1979, STM Instruktur (yang kemudian bernama STM Negeri 5
Bandung), pindah dari jalan Dr. Rum ke Jalan Pajajaran 92 Bandung, dan sejak itu
Kampus STM Instruktor di Jalan Dr. Rum No. 9, secara penuh menjadi modal awal
pelembagaan TTUC. Modal awal tenaga instruktor berasal dari :

1) Tenaga yang telah dilatih di Australia;


2) Guru-guru STM Instruktur Bandung; dan
3) Guru-guru STM pilihan dari STM seluruh Indonesia yang dicatat Berprestasi
menonjol selama mengikuti penataran PMPT.
4. Pelaksanaan Program Diploma III Guru Kejuruan Teknologi

Pelaksanaan program penataran guru STM dalam bentuk Program Diploma III
Guru Kejuruan Teknologi yang dimulai bulan Juli 1982, adalah suatu tantangan dan
sekaligus sebagai kesempatan untuk memantapkan organisasi dan manajemen PPPG
Teknologi Bandung.

Misi Pelaksanaan Program Diploma III Guru Kejuruan Teknologi pada awalnya
telah secara jelas digariskan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan yaitu
“menciptakan guru STM menjadi guru profesional”. Tidak hanya dalam penguasaan
keterampilan mencapai tingkat kompetensi profesional, tetapi ditekankan pada
pembentukan sikap profesional yang harus dapat diukur melalui “Conduct” dan
produktivitasnya. Misi telah memaksa PPPG Teknologi Bandung menyajikan program
yang berkualitas profesional atas dukungan manajemen yang berperforma profesional.

Kajian pengembangan PPPG Teknologi Bandung dari fungsi sekedar “ Pusat


penataran “ menjadi “pusat pengembangan pendidikan teknologi”, telah memberi
inspirasi untuk memikirkan pemindahan kampus PPPG Teknologi dari Jl. Dr. Rum No. 9
Bandung yang hanya memiliki area tanah sekitar 2,9 Ha, ke lokasi yang lebih luas yang
memungkinkan PPPG Teknologi mengembangkan fungsinya menjadi pusat
pengembangan

5. Pemindahan Kampus

Pada tahun 1982, Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan (pada waktu itu Ir.
Hadiwiratama, M.Sc.E) menetapkan rencana pemindahan kampus PPPG Teknologi
Bandung ke Desa Cibabat, Cimahi Utara dengan penyediaan dana pengadaan tanah pada
Tahun anggaran 1982-1983. Pembangunan gedung beserta sarana penunjang
dilaksanakan pada tahun anggaran 1983-1984, 1984-1985, dan 1985-1986.

Kejadian yang dirasakan cukup mengesankan, pada bulan Juni 1986 saat
permindahan PPPG Teknologi Bandung dari Jl. Dr. Rum No.9 Bandung ke Jl. Pasantren,
Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara. Pemindahan keseluruhan alat bengkel dan
perlengkapan PPPG Teknologi Bandung dilakukan hanya dalam 1 minggu, dan proses
pemasangan dan penataan kembali di kampus baru diselesaikan dalam waktu 1 minggu
berikutnya. Seluruh staf, mahasiswa, dan peserta penataran PPPG Teknologi Bandung
dikerahkan ikut berperanan aktif, sehingga proses pemindahan itu sendiri sekaligus
berperanan meningkatkan rasa percaya diri dan membangun kekompakan kerja antar staf,
mahasiswa, dan peserta penataran.

Pada bulan Desember 1987, enam orang angkatan terakhir tenaga ahli Australia
meninggalkan PPPG Teknologi Bandung, sesuai dengan batas akhir Proyek Kerja Sama
Indonesia-Australia (IATEP).

6. Peresmian Pemakaian Kampus (Baru) PPPG Teknologi Bandung

Pada tanggal 27 Juli 1988, peresmian pemakaian kampus baru PPPG Teknologi
Bandung, oleh bapak Fuad Hasan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Acara peresmian
dihadiri juga oleh Duta Besar Australia, Mr. Bill Morrison. Hal yang sangat menarik pada
waktu itu, kedua belah pihak (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Dubes
Australia) menyampaikan pernyataan bersama, bahwa : “PPPG Teknologi Bandung
adalah Monumen Keberhasilan Kerja Sama Indonesia-Australia”.

7. Organisasi PPPG Teknologi Bandung

Dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0529/O/1990, tanggal 14


Agustus 1990 diadakan perampingan organisasi PPPG Teknologi. Dibalik perampingan
organisasi ini, terdapat kebijaksanaan yang sangat strategis, karena dalam SK tersebut
terdapat pengakuan fungsi dan peranan PPPG tidak hanya sekedar pelaksana kegiatan
penataran guru, tetapi sekaligus sebagai pusat pengembangan pendidikan, suatu fungsi
yang telah lama dilaksanakan dan diperjuangkan oleh PPPG Teknologi Bandung.

Dalam masa jabatan Prof. Dr. Benny Soeprapto sebagai Direktur Pendidikan
Menengah Kejuruan (1988-1992), semakin terbuka kesempatan bagi PPPG Teknologi
Bandung mengembangkan programnya sebagai salah satu sub sistem yang sangat vital
dalam sistem pembangunan pendidikan menengah teknologi di Indonesia.

Sesuai dengan pengakuan dan realita peranan dan fungsi PPPG Teknologi
Bandung, maka sejak 26 September 1992, nama Inggris TTUC Bandung dirubah menjadi
TEDC (Technical Education Development Centre) Bandung. Peranan sebagai TEDC
terus dilanjutkan dan dikembangkan oleh para kepala pusat berikutnya yang pada saat itu
yang memimpin adalah Achmad Suwarna, BE. (1995-1998); Ir. Eddy Suwarni (1998-
1999); Dr. Masriam Bukit, M.Pd. (1999-2004); Plt. Kapus Drs. Sutomo M.Ed. (2004-
2006), Drs. Achmad Dasuki, MM.M.Pd. (2006-2008) dan Dr. Murtoyo, MM. (2008-
2010).

Dengan dikeluarkannya Permendiknas Nomor 8 Tahun 2007, PPPG Teknologi


Bandung mengalami reorganisasi menjadi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (PPPPTK BMTI)
Bandung di bawah Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan tenaga
Kependidikan yang merupakan pemekarandari Ditjen Dikdasmen. Melalui reorganisasi
ini peran sebagai TEDC tetap dilakukan, bahkan semakin meningkatkan posisi PPPTK
BMTI, karena kegiatan pengembangan pendidikan teknik dilakukan dalam kerangka
pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan pada semua jenis dan jenjang
pendidikan dasar dan menengah (uraian khusus tentang reorganisasi PPPG Teknologi
Bandung lihat pada bagian D).

Perubahan kembali terjadi pada akhir tahun 2010. Pada tanggal 2 Desember 2010,
terbit Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 67 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi. Dalam Perpres

Tersebut dijelaskan susunan organisasi eselon I Kementerian Pendidikan


Nasional, di antaranya adalah Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan
dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Perpres ini ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 134/M/2010 tentang Satuan Kerja Kementerian Pendidikan
Nasional. Menurut Keputusan ini, kedudukan PPPPTK BMTI ada di bawah Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

2.1.2 Visi dan misi perusahaan

a) Visi :

Terwujudnya ekosistem pendidikan untuk membentuk pelajar berkarakter


pancasila melalui pengembangan mutu pendidikan vokasi di Bidang Mesin dan Teknik
Industri.

b) Misi :
1. Meningkatkan mutu peserta didik, sarana dan prasarana, dan tata kelola
pendidikan vokasi;
2. Meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pada pendidikan
vokasi;
3. Meningkatkan ketersedian layanan fasilitasi pendidikan vokasi sesuai dengan
kebutuhan dunia usaha dan dunia isdustri; dan
4. Memperluas kerjasama di bidang pengembangan penjaminan mutu pendidikan
vokasi.

2.1.3 Struktur organisasi perusahaan


2.2 Uraian Kerja

Kegiatan selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL), yaitu :

a. Membongkar dan memasang ban

b. Mencopot dan memasang distributor

c. Merangkai sistem kelistrikan sistem starter

d. Memvakum dan mengisi refrigerant pada AC

e. Mengidentifikasi komponen sistem pengapian

f. Mengidentifikasi komponen sistem pengisian

g. Mengidentifikasi komponen sistem starter

h. Membantu membersihkan bengkel

i. Mengukur diameter blok silinder.

2.3 Jadwal Kegiatan

WAKTU

HARI ISTIRAHAT ISTIRAHAT


MASUK PULANG
KE 1 KE 2

Senin 08.00 10.00 – 10.15 12.00 – 14.00 16.00

Selasa 08.00 10.00 – 10.15 12.00 – 14.00 16.00

Rabu 08.00 10.00 – 10.15 12.00 – 14.00 16.00

Kamis 08.00 10.00 – 10.15 12.00 – 14.00 16.00

Jum’at 08.00 10.00 – 10.15 12.00 – 14.00 16.30

BAB lll
PEMBAHASAN DAN TEMUAN STUDY

PERAWATAN SISTEM STARTER

3.1 Teori dasar

3.1.1 pengertian sistem stater

Sistem starter adalah suatu mesin pada kendaraan baik sepeda motor maupun
mobil kita selalu menekan atau memutar starting yang berguna agar mesin kendaraan
dapat hidup awal. Sistem ini memudahkan pengguna dalam mengoperasikan kendaraan
saat proses awal kendaraan.

Gambar 1: sistem
starter

3.1.2 Fungsi sistem starter

a) Sistem starter merupakan komponen pada kendaraan yang berfungsi untuk


menghidupkan atau menjalankan mesin.
b) Komponen ini berfungsi untuk mengubah arus listrik yang terdapat pada aki
menjadi energi mekanik

3.1.3 Komponen-Komponen Sistem Starter


a) Yoke dan pole core

Sebetulnya kita lebih mengenalnya dalam satu Kesatuan rumah starter.


Bentuknya silinder dan merupakan dudukan buat lilitan starter ( field coil). di
dalam yoke terdapat inti besi (pole core). Fungsinya untuk memperbesar
kemagnetan dari ( field coil).

Gambar 2: yoke dan file core

b) Field coil

Field Coil ini adalah lilitan yang dibuat dari lempengan tembaga Fungsinya
untuk membangkitkan medan magnet. Pada motor starter, umumnya menggunakan
empat (4) field coil yang berarti mempunyai empat (4) fole core.

Gambar 3: field coil

C) Armature dan shaft


Armature ini sering kita kenal sebagai angker (semoga tulisannya bener).
Bentuknya silinder dan terdapat slot-slot serta terdapat kumparan. Dan juga
terdapat komutator atau yang pernah kita dengar dengan istilah cincin belah.
Fungsi dari armature adalah untuk merubah energi mekanik dalam bentuk gerak
putar. Armature ini akan selalu menghasilkan medan magnet dengan kutup yang
sama dengan field coil, sehingga akan selalu ditolak. Hal inilah yang menyebabkan
armature berputar

Gambar 4: armature

c) Brush

Brush atau sikat dibuat dari bahan tembaga lunak. Untuk fungsinya adalah
meneruskan arus listrik dari lilitan (field coil) ke armature coil.

Gambar 5: brush
d) Armature brake

Fungsinya untuk perngereman armature setelah starter bekerja dan pinion lepas
dari flywheel.

e) Driver lever

Drive lever ini adalah tuas pengungkit agar pinion gear terdorong ke
flywheel saat magnetic switch bekerja.

f) Starter clutch

Fungsinya untuk mencegah starter ikut berputar dengan mesin. Cara kerjanya
mirip dengan free wheel milik sepeda.

Gambar 6: starter clutch

g) Magnetic switch

Fungsinya ada dua yaitu sebagai relay yang mengalirkan arus listrik yang
besar ke motor starter, dan untuk menghubungkan dan melepaskan pinion dengan
flywheel

Gambar7: magnetic switch


3.2 Temuan study cara merawat atau pemeriksaan sistem starter

A. Pemeriksaan pada magnetic switch

1. Pemeriksaan pull ini coil

Gambar8;Pemeriksaan pull ini coil

Cara melakukan pemeriksaan pull in coil pada magnetic switch dengan


melakukan langkah berikut:

1. Menggunakan Multimeter (digital ataupun analog)

2. Pilih selector ke posisi OHM

3. Pasang probe pada terminal 50 dan terminal C

Saat memeriksa pull ini coil, multimeter harus terdapat adanya kontinuitas
(ditandai dengan adanya perubahan nilai ukur pada AVO).

2. Pemeriksaan Hold ini coil

Gambar9 : pemeriksaan Hould ini coil


Cara melakukan pemeriksaan Hold in coil pada magnetic switch
dengan melakukan langkah berikut:

1. Gunakan AVO meter (digital ataupun analog)

2. Putar selector pada posisi OHM

3.Tempatkan probe pada terminal 50 juga body magnetic switch.

Ketika pemeriksaan Hold ini coil, multimeter harus mengindikasikan adanya kontinuitas
(ditandai dengan adanya perubahan nilai ukur pada AVO).

3. Pemeriksaan Contact Plate

Gambar10 : pemeriksaan
Contact plate

Cara memeriksa contact plate pada magnetic switch dengan melakukan langkah berikut:

1. Gunakan Multimeter (digital ataupun analog)

2. Letakan selector pada posisi OHM

3. Pasang probe pada terminal 30 dan terminal C kemudian pencet plunyer

Waktu anda melakukan pemeriksaan Contact plate, pada Multimeter harus mengindikasikan
adanya kontinuitas (ditandai dengan adanya perubahan nilai ukur pada AVO).
B. Pemeriksaan Pada Armature

1. Pemeriksaan Diameter Komutator

Pemeriksaan Motor Starter Kendaraan Ringan dan Alat Berat

Gambar11 : pemeriksaan diameter komutator

Cara melakukan pemeriksaan diameter komutator dengan melakukan langkah berikut:

1. Menggunakan jangka sorong / vernier caliper

2. Perhatikan posisi alat ukur dan objek ukur, pastikan baik

3. Lakukan pembacaan hasil pengukuran

Cara menentukan bagus atau tidaknya adalah dengan membandingkan hasil pengukuran
dengan spesifikasi pada buku manual kendaraan tersebut.

2. Pemeriksaan kedalam alur setiap segmen pada komutator

Gunakan jangka sorong untuk mengukur kedalam alur (undercut) setiap segmen pada
komutator. Perhatikan gambar dibawah

Gambar12 : pemeriksaan segmen komutator

Hasil pengukuran bagus jika kedalam alur memiliki tinggi lebih dari 0,2mm (normal 0,6mm)
1. Pemeriksaan Run Out Komutator

Gunakan dial gauge dan v-block untuk mengukur Run Out yang ada pada komutator.
perhatikan pada gambar dibawah

Gambar13 : pemeriksaan run out komutator

Pemeriksaan Motor Starter Kendaraan Ringan dan Alat Berat Jika pengukuran Run Out pada
komutator kurang dari 0,1mm maka kondisi komutator dianggap baik.

4. Pemeriksaan Hubungan Singkat Armatur dengan Massa

Gambar14 : pemeriksaan hubungan singkat armature Dengan masa

Cara melakukan pemeriksaan hubungan singkat armatur dengan massa, lakukan langkah
berikut:

1. Menggunakan Multimeter (analog ataupun digital)

2. Putar selector pada posisi OHM

3. Pasangkan satu probe pada segmen komutator dan yang lain pada armature core
(tidak ada kontinuitas/hubungan)
5. Pemeriksaan Hubungan Antar Segmen (Komutator)

Gambar15 : pemeriksaan hubungan antar segmen ( komutator)

Pemeriksaan Motor Starter Kendaraan Ringan dan Alat Berat

Cara melakukan pemeriksaan hubungan antar segmen, lakukan langkah berikut:

1. Gunakan AVO meter (analog ataupun digital)

2. Putar selektor pada posisi OHM

3. Tempatkan kedua probe pada masing masing segmen (harus ada kontinuitas)

Catatan: Segmen-segmen pada komutator harus saling menyambung, cek adanya kontinuitas
dari seluruh segmen. Ganti jika tidak terdapat kontinuitas pada segmen!

C. Pemeriksaan Pada Brush

1. Jumlah dan Kondisi Brush

Cara melakukan pemeriksaan jumlah dan kondisi brush dengan melakukan langkah berikut:

Menggunakan visual

Hitung jumlah brush yang tersedia

perhatikan kondisinya, jika patah atau sudah sangat pendek, ganti

Catatan: Jumlah brush yang terdapat pada holder ada empat buat. Apabila kurang dari empat,
tambahkan dengan yang baru.

2. Pemeriksaan Hubungan Brush Holder (+) dengan Brush Holder (-)

Gunakan Ohmmeter untuk memeriksa hubungan antara Brush Holder (+) dengan Brush
Holder (-), perhatikan gambar
Gambar16 : pemeriksaan hubungan brush (+) dan hubungan brush (-)

Kondisi baik jika diantara kedua brush holder tidak ada hubungan (no connectivity)

3. Pemeriksaan Panjang Brush

Gambar17 : pemeriksaan panjang brush

Cara melakukan pemeriksaan panjang brush/sikat dengan melakukan langkah berikut:

1. Menggunakan vernier caliper/jangka sorong

2. cara melakukan pengukuran panjang brush tempatkan pada posisi yang tepat
kemudian lakukan pembacaan hasil pengukuran.

Catatan: Bandingkan panjang brush hasil pengukuran dengan batas limit yang diperbolehkan
dengan melihat buku manual kendaraan. Ganti brush jika panjangnya sudah kurang dari batas
spesifikasi yang diizinkan.
D. Pemeriksaan Pada Yoke Assembly

1. Pemeriksaan Field Coil

Gambar18 : pemeriksaan field coil

Pemeriksaan Motor Starter Kendaraan Ringan dan Alat Berat

Cara melakukan pemeriksaan fild coil, lakukan langkah berikut:

1. Gunakan AVO meter (analog ataupun digital)

2. Putar selektor pada posisi OHM

3.Tempatkan probe pada brush yang bersebrangan dan pada kondisi ini harus
terdapat kontinuitas.

Pemeriksaan field coil berarti anda sedang memeriksa kumparan medan dari kemungkinan
putus

2. Pemeriksaan Kumparan Medan Terhadap Hubungan Singkat dengan ground

Gambar19 : pemeriksaan kumparan medan

Pemeriksaan Motor Starter Kendaraan Ringan dan Alat Berat

Cara melakukan pemeriksaan hubungan singkat field coil dengan massa, lakukan langkah
berikut:

1. Gunakan AVO meter (analog ataupun digital)

2. Putar selektor pada posisi OHM


3. Tempatkan salah satu probe pada brush dan satunya lagi pada body yoke (Harus tidak ada
kontinuitas/hubungan)

Catatan: Jika pada pemeriksaan ini terdapat hubungan singkat antara field coil dengan body
yoke segera lakukan perbaikan

E. Pemeriksaan Pada Starter Clutch

1. Pemeriksaan Starter Clutch

Komponen berikutnya yang masuk kedalam pemeriksaan motor starter adalah pemeriksaan
kondisi Overrunning clutch.

Gambar20 : pemeriksaan starter clutch

Pemeriksaan Motor Starter Kendaraan Ringan dan Alat Berat Periksa starter clutch dengan
cara putar starter clutch searah jarum jam maka pinion gear akan dapat berputar bebas.
Kemudian putar starter clutch berlawanan arah jarum jam dan pinion gear akan terkunci.
Perhatikan pada gambar dibawah berikut

Gambar21 : pemeriksaan starter clutch


Pemeriksaan Motor Starter Kendaraan Ringan dan Alat Berat

Motor starter yang bermasalah pada overruning clutch akan menyulitkan kita pada situasi
penting. Overrunning clutch dalam kondisi baik jika pinion gear diputar searah jarum jam dia
dapat berputar, sedangkan jika diputar kebalikannya, gear pinion akan terkunci
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari uraian laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :

1. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan kegiatan belajar mempraktekkan apa
yang telah diperoleh di bangku sekolah serta mendidik siswa untuk bekerja sebagai bekal di
masa yang akan datang.

2. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di BBPPMPV BMTI Bandung, baik
dengan harapan mampu mengenal peralatan, komponen-komponen kendaraan. Kegiatan PKL
merupakan tempat melatih kemandirian dan belajar dewasa.

3. Berdasarkan materi sistem pengapian, sistem pengapian merupakan suatu sistem yang
digunakan untuk menghasilkan percikan bunga api sehingga terjadi proses pembakaran.

4.2 Saran

4.2.1 Saran untuk Sekolah

1. Pihak sekolah terus menjalin hubungan yang lebih baik lagi dengan pihak tempat PKL
sehingga diharapkan terciptanya kerjasama yang lebih baik, sehingga pihak sekolah dapat
mengirimkan muridnya untuk melakukan PKL di tempat itu lagi.

2. Para pembimbing PKL lebih berperan aktif dalam berkomunikasi dan berkoordinasi
dengan pihak perusahaan guna menjalin hubungan yang baik serta aktif.

3. Materi yang diajukan oleh pihak sekolah terhadap instansi tersebut seharusnya sesuai
dengan kemampuan siswa, sehingga siswa tidak terlalu sulit untuk memahami materi yang
disampaikan.

4.2.2 Saran untuk BBPPMPV BMTI

1. Tingkatkan sosialisasi atau kerja sama antara pimpinan, pegawai, dan siswa-siswi SMK
Yasmi Gebang, sehingga dengan demikian mampu menumbuhkan hubungan kekeluargaan
yang harmonis dan baik.
2. Tingkatkan semangat atau etos kerja, guna pencapaian kerja lebih efisien.

3. Memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa-siswi SMK Yasmi Gebang.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.geraiteknologi.com/2021/08/sistem-starter.html

https://www.teknik-otomotif.com/2017/10/pemeriksaan-motor-starter.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai