DISUSUN OLEH:
Kelompok 1 – Kelas A
Muh. Fachrul Firdaus 210901500005
Sri Nurul Izzah 210901500006
Putri Nadia 210901501009
Mayla Azmainna Nabila 210901501010
Fitra Hartati G 210901502002
Difanita Nurul Wahda Irdian 210901502006
Aqila Nasira 210901502009
Herlina 210901502019
Fadillah Shivasah Posangi 210901502020
Pengertian tingkat upah dan gaji secara faktor adalah pembauran yang diterima oleh :
• Pekerja di luar tenaga manajemen
• Professional seperti dokter, pengacara, pilot dan lainnya
• Pemilik usaha kecil seperti tukang servis
Dalam praktik upah dan gaji terdiri dari tiga atau empat komponen, yaitu :
• Upah atau gaji (diukur menurut satuan waktu) misalnya bulanan, mingguan, harian
• Bonus
• Komisi
Upah nominal adalah jumlah uang yang diterima oleh tenaga kerja atau satuan waktu
tertentu. Upah minimal ini hanya menggambarkan jumlah nominal dari uang yang diterima
belum menggambarkan atau daya beli untuk mendapatkan barang dan jasa.
Upah minimum adalah tingkat upah minimal yang harus dibayarkan oleh pengguna
tenaga kerja kepada pekerjanya. Upah minimum ini ditetapkan oleh pemerintah
berdasarkan kebutuhan hidup minimum para pekerja. Hal ini dilakukan oleh pemerintah
dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai pelindung kepentingan masyarakat
khususnya para pekerja (Mankiw, 2003).
1) Pekerja yang rajin akan mendapatkan upah yang tinggi daripada pekerja yang
malas
2) Pekerja berusaha mendapatkan prestasi kerja sehingga menguntungkan
perusahaan karena hasil produksi meningkat
b. Upah riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah
tersebut membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan para pekerja.
6. Sistem Upah
Ada beberapa cara atau sistem yang digunakan untuk memperhitungkan besarnya
upah dan cara pembayarannya. Yang terpenting adalah (Lipsey, 1993):
a. Upah menurut prestasi (upah potongan)
Dengan cara ini besarnya balas karya langsung dikaitkan dengan prestasi kerja,
karena besarnya upah tergantung dari banyak sedikitnya hasil yang dicapai dalam
waktu tertentu. Cara ini hanya dapat diterapkan kalau hasil kerja dapat diukur
secara kuantitatif.
b. Upah waktu
Sistem ini mendasarkan upah pada lamanya waktu pekerja melakukan pekerjaan
bagi majikan, bisa dihitung perjam, perhari, perminggu atau perbulan. System ini
terutama dipakai untuk jenis pekerjaan yang hasilnya sulit dihitung perpotong.
Cara ini memungkinkan mutu pekerjaan yang baik karena karyawan tidak
tergesa-gesa, tetapi perlu pengawasan dan regulasi untuk memastikan karyawan
benar-benar bekerja selama jam kerja.
c. Upah Borongan
Sistem upah borongan adalah balas jasa yang dibayar untuk suatu pekerjaan yang
diborongkan. Cara memperhitungkan upah ini kerap kali dipakai pada suatu
pekerjaan yang diselesaikan oleh suatu kelompok pekerja. Untuk seluruh
pekerjaan ditentukan suatu balas jasa, yang kemudian dibagi-bagi antara para
pelaksanaan. Misalnya untuk pembangunan gedung, pembuatan sumur dan
lainnya.
d. Upah premi
Sistem upah ini merupakan kombinasi antara upah waktu dan upah potongan.
Upah dasar untuk prestasi normal berdasarkan waktu atau jumlah hasil. Apabila
seorang karyawan mencapai prestasi yang lebih dari itu, ia diberi premi. Premi
dapat juga diberikan misalnya untuk penghematan waktu dan bahan baku,
kualitas produk yang baik dan lain sebagainya.
e. Upah bagi hasil
Sistem ini banyak dipakai di bidang pertanian dan dalam usaha keluarga, namun
juga di kenal di luar kalangan itu, yang mana karyawan ikut menerima bagian
dari keuntungan bersih perusahaan.
1. Sewa
Sewa ekonomi adalah bagian pembayaran atas sesuatu faktor produksi yang
melebihi pendapatan yang diterimanya dari pilihan pekerjaan lain yang dilakukannya.
Definisi ini agak berbeda dengan definisi yang telah dibuat sebelumnya. Di dalam
definisi ini sesuatu faktor produksi dipandang mempunyai beberapa kegunaan.
Pendapatan yang dibayar kepada faktor produksi dapat dibedakan dalam dua bagian
(Dinar & Hasan, 2018).
a. Tanah dan Sewa Ekonomi
Tanah merupakan faktor produksi yang jumlahnya tidak dapat di ubah, yaitu
jumlahnya tidak dapat di tambah atau di kurang.
Makin tinggi permintaan, makin tinggi pula sewa tanah yang harus dibayar.
Sedangkan permintaan tanah tergantung kepada besarnya permintaan barang-
barang yang dapat dihasilkan di atas tanah tersebut. Pada kurva tersebut
dijelaskan bahwa pada mulanya harga barang tersebut tidak terlalu tinggi dan
tidak terlalu rendah. Berdasarkan kepada produksi yang harus dicapai pada harga
tersebut, keinginan petani untuk menggunakan tanah adalah seperti yang
ditunjukkan oleh kurva D0 D0. Maka sewa tanah mencapai sebesar R0. Misalkan
permintaan dari luar negeri yang bertambah besar, harga jagung mengalami
kenaikan yang sangat tinggi. Lebih banyak orang ingin menanam jagung. Maka
permintaan ke atas tanah bergeser menjadi D1 D1. Sebagai akibatnya sewa tanah
naik dari R0 menjadi R1. Namun jika sebaliknya, yaitu harga jagung sangat
merosot, permintaan atas tanah untuk ditanami jagung akan merosot juga.
Katakanlah permintaan terhadap tanah menurun dari D0D0 menjadi D2 D2.
Akibatnya sewa tanah akan turun dari R0 menjadi R2. Inilah analisis yang
keluarkan oleh Riccardo sebagaimana yang disebutkan sebelumnya.
2. Suku Bunga
c. Produktivitas Modal
Permintaan dana modal yang akan digunakan untuk investasi tergantung
kepada produktivitas dari dana modal tersebut. Dengan demikian, seperti juga
dengan tenaga kerja, faktor yang terutama yang menentukan permintaan dana
modal adalah produktivitasnya. Produktivitas dari modal dihitung dengan cara
menentukan besarnya pendapatan rata-rata tahunan neto (yaitu setelah dikurangi
dengan penyusutan modal yang digunakan) dan dinyatakan sebagai persentase
dari modal yang ditanamkan. Produktivitas modal tersebut dinamakan tingkat
pengembalian modal atau rate of returns.
Perusahaan akan meminta dana modal bergantung pada suku bunga yang
berlakudalam perekonomian. Misalnya suku bunga adalah 10%, suku bunga ini
tidak menguntungkan kepada perusahaan untuk melakukan investasi dengan
tingkat pengembalian modalnya adalah di bawah 10% karena keuntungan yang
diperolehnya tidak dapat membayar bunga dana modal yang dipinjamnya.
Dengan demikian pada suku bunga sebesar 10%, para pengusaha akan
mengembangkan proyek-proyek yang tingkat pengembalian modalnya setidak-
tidaknya sama dengan suku bunga. Ini berarti apabila 51 suku bunga 10%,
investasi yang dilakukan adalah sebanyak I0. Tetapi kalau suku bunga adalah 6%,
lebih banyak investasi yang akan dilakukan, yaitu sebanyak I1.
1) Perbedaan Risiko
Pinjaman pemerintah membayar suku bunga yang lebih rendah dari suku
bunga pinjaman swasta. Walaupun begitu pemerintah masih dapat
memperoleh pinjaman yang diperlukannya karena risiko dari meminjamkan
kepada pemerintah adalah sangat kecil.
3. Keuntungan
a. Definisi keuntungan
Dalam teori ekonomi keuntungan mempunyai arti yang sedikit berbeda dengan
pengertian keuntungan dari segi pembukuan. ditinjau dari sudut pandangan
perusahaan/pembukaan perusahaan, seperti telah diterangkan di atas, keuntungan
adalah perbedaan nilai uang dari hasil penjualan yang diperoleh dengan seluruh
biaya yang dikeluarkan. Dalam teori ekonomi definisi itu dipandang terlalu luas
karena tidak mempertimbangkan ongkos tersembunyi, yaitu ongkos produksi
yang tidak dibayar dengan uang tetapi perlu dipandang sebagai bagian dari
ongkos produksi. Keuntungan menurut pandangan pembukuan, apabila
dikurangi lebih lanjut oleh ongkos tersembunyi, akan menghasilkan keuntungan
ekonomi atau keuntungan murni. Dalam teori ekonomi, kalau dinyatakan
keuntungan yang dimaksud adalah keuntungan ekonomi (Zahara et al., 2021).
Seperti juga upah, sewa dan bunga, keuntungan adalah pembayaran ke atas
jasa yang diberikan oleh sesuatu faktor produksi. Keuntungan merupakan
pembayaran kepada “keahlian keusahawanan” yang disediakan oleh para
pengusaha. Keahlian keusahawanan tersebut akan digunakan para pengusaha di
dalam membuat keputusan – keputusan berikut : (i) menentukan barang apa yang
perlu diproduksikan dan dijual ke pasar, dan berapa banyaknya, dan (ii)
menentukan cara memproduksi yang terbaik dan kombinasi faktor – faktor
produksi yang paling efisien dalam memproduksikan barang tersebut. Dengan
demikian pada pokoknya dengan menggunakan keahlian keusahawanan yang
dimilikinya, fungsi para pengusaha dalam proses produksi adalah menentukan
cara yang paling efisien di dalam menyediakan barang yang dibutuhkan
masyarakat. Apabila usaha mereka berhasil, mereka akan dapat memperoleh
balas jasa dari jerih payahnya dalam bentuk keuntungan ekonomi atau
keuntungan murni (Zahara et al., 2021).
Sebagai akibatnya di dalam pasar dari beberapa barang tertentu hanya terdapat
beberapa perusahaan atau ia sendiri dari satu perusahaan saja. Terdapatnya
kemungkinan untuk membatasi persaingan ini memungkinkan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan yang melebihi normal di dalam jangka panjang .
keadaan ini dicapai oleh perusahaan – perusahaan tersebut dengan membatasi
produksi dan menjamin agar tingkat harga adalah melebihi ongkos rata – rata.
Kemungkinan untuk memperoleh keuntungan tersebut menyebabkan ahli – ahli
ekonomi berpendapat bahwa keuntungan boleh pula dipandang sebagai
pendapatan dari kekuasaan monopoli yang dimiliki perusahaan (Zahara et al.,
2021).
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut sebagai
berikut: