Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MIKROEKONOMI

“Penentuan Harga Faktor-faktor Produksi”


Dosen Pengampu: Sahade, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH:
Kelompok 1 – Kelas A
Muh. Fachrul Firdaus 210901500005
Sri Nurul Izzah 210901500006
Putri Nadia 210901501009
Mayla Azmainna Nabila 210901501010
Fitra Hartati G 210901502002
Difanita Nurul Wahda Irdian 210901502006
Aqila Nasira 210901502009
Herlina 210901502019
Fadillah Shivasah Posangi 210901502020

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat : Pada bab ini akan dibahas mengenai Penentuan Harga Faktor-
faktor Produksi,dimana Penentuan Harga Faktor-faktor Produksi
ini merupakan suatu konsep yang terdiri dari Permintaan Terhadap
Faktor-faktor Produksi, Penentuan Upah di Pasar Tenaga Kerja,
Serta Sewa, Bunga dan Keuntungan.

Relevansi : Pada bagian pembahasan, dijabarkan mengenai bagaimana


permintaan terhadap faktor-faktor produksi, bagaimana penentuan
upah di pasar tenaga kerja, serta apa saja indikator yang termasuk
dalam sewa, bunga dan keuntungan. Dimana dengan adanya dasar
pemahaman ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi
mahasiswa agar lebih dalam memahami mengenai Penentuan
Harga Faktor-faktor Produksi.

Indikator : Setelah memahami dan mempelajari makalah ini, diharapkan


mahasiswa mampu mengetahui tentang bagaimana permintaan
terhadap faktor-faktor produksi, bagaimana penentuan upah di
pasar tenaga kerja, serta apa saja yang termasuk dalam sewa,
bunga dan keuntungan.
PEMBAHASAN
A. Permintaan Terhadap Faktor-faktor Produksi

1. Pentingnya Analisis Penentuan Harga Faktor


Sedikit sedikitnya terdapat dua alasan yang menyebabkan kebutuhan untuk
menganalisis permintaan dan penawaran ke atas faktor-faktor produksi, yaitu (Sadono
Sukirno, 2019) :
a. Pengalokasian Faktor Produksi
Keinginan masyarakat adalah tidak terbatas, sedangkan sumber-sumber daya
yang tersedia mempunyai kemampuan yang terbatas dalam menghasilkan barang-
barang yang diinginkan tersebut. Maka yang dapat diusahakan adalah
memaksimumkan produksi yang dapat diciptakan oleh sumber-sumber daya yang
tersedia tersebut. Tujuan ini akan tercapai apabila mereka dapat dialokasikan ke
berbagai kegiatan ekonomi secara optimal, yaitu corak penggunaannya adalah
sedemikian rupa sehingga produksi yang mereka ciptakan mewujudkan
kesejahteraan masyarakat yang paling maksimum. Juga di dalam setiap
perusahaan usaha untuk menciptakan pengalokasian faktor-faktor produksi yang
optimal harus dijalankan.
b. Penentuan Pendapatan dan Distribusi Pendapatan
Setiap Faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian dimiliki oleh
anggota rumah tangga. Pemiliknya menyediakan faktor produksi tersebut untuk
digunakan oleh para pengusaha dan sebagai balas jasanya mereka akan
memperoleh pendapatan. Tenaga kerja mendapat gaji, tanah memperoleh sewa,
modal memperoleh bunga dan keahlian keusahaan memperoleh keuntungan.
Pendapatan yang diperoleh masing-masing jenis faktor produksi tersebut
tergantung kepada harga dan jumlah masing-masing faktor produksi yang
digunakan.

Jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai faktor produksi yang digunakan


untuk menghasilkan sesuatu barang adalah sama dengan harga dari barang tersebut.
Dengan demikian, di dalam suatu perusahaan, hasil penjualannya adalah merupakan
jumlah dari seluruh pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam
perusahaan tersebut. Kesimpulannya adalah bahwa analisis mengenai faktor-faktor
produksi meliputi ; menjelaskan tentang penentuan harga-harga faktor produksi,
menjelaskan tentang pendapatan dari masing-masing faktor produksi, dan distribusi
pendapatan ke berbagai jenis faktor produksi (Sadono Sukirno, 2019).

2. Teori Produktivitas Marginal


Teori Produktivitas Marginal yaitu bagaimana menggunakan suatu produksi
sampai kepada tingkat dimana keuntungan maksimum akan tercapai. Suatu faktor
produksi akan menciptakan keuntungan paling maksimum apabila memenuhi
persyaratan berikut; Menentukan jumlah faktor produksi yang digunakan. Untuk
memahami perumusan tersebut, berikut contohnya. Misalkan seorang produsen
sedang mempertimbangkan untuk menggunakan satu unit lagi tambahan faktor
produksi tertentu, katakanlah tenaga kerja, dan untuk melaksanakannya ia harus
mengeluarkan biaya produksi tambahan (yaitu biaya gaji tenaga kerja tersebut)
sebanyak Rp10000. Apakah yang akan dilakukan oleh produsen sekiranya produksi
tambahan yang diciptakan tenaga kerja menambah hasil penjualan sebanyak Rp8000
? sebanyak Rp14000? Atau sebanyak 10000?
Syarat Pemaksimuman Keuntungan, andai kata produsen memperoleh hasil
penjualan tambahan sebanyak Rp8000, keuntungan produsen itu akan berkurang
sebanyak Rp 2000 dan ini akan menyebabkan ia akan membatalkan rencananya.
Sebaliknya, apabila ia memperoleh Rp 14000, keuntungan produsen itu akan
bertambah sebanyak Rp 4000, dan menyebabkannya menggunakan tambahan faktor
produksi tersebut . Sekiranya ia hanya menerima hasil penjualan tambahan sebanyak
Rp10000 perusahaan tersebut dapat memilih salah satu dari dua keputusan berikut;
membatalkan atau meneruskan rencananya. Kedua dua keputusan ini tidak
mempengaruhi keuntungannya, tidak bertambah atau berkurang, maka pada tingkat
penggunaan faktor produksi tersebut telah mencapai keuntungan yang maksimum.
Apabila penggunaan faktor produksi terus ditambah keuntungan akan berkurang. Dan
apabila jumlah tenaga kerja yang digunakan dikurangi, jadi keuntungan akan
berkurang (Sadono Sukirno, 2019).

3. Sifat Permintaan Terhadap Faktor Produksi


Dalam menerangkan sifat-sifat permintaan terhadap faktor-faktor produksi dua
ciri-cirinya akan diterangkan, yaitu (i) permintaan faktor adalah permintaan terkait
dan (ii) kurva permintaan terhadap faktor -faktor produksi berbentuk menurun dari
kiri atas ke kanan bawah (Noor, 2013).
a. Permintaan Terkait
Seorang konsumen , apabila membeli barang atau jasa, melakukan hal itu
untuk memenuhi kebutuhannya. Seorang konsumen membeli mobil, misalnya,
supaya ia dapat pergi ke kantor dengan mudah, dapat membawa keluarganya
jalan-jalan, dan dapat dengan mudah bepergian ke berbagai tempat apabila hal itu
sewaktu-waktu diperlukan.
Telah ditunjukkan bahwa kegiatan pengusaha memproduksi barang bertujuan
untuk memperoleh keuntungan. Maka banyaknya faktor produksi yang akan
digunakan pengusaha tergantung kepada keuntungan yang mungkin
diperolehnya. Selama pertambahan penggunaan sesuatu faktor produksi akan
menambah keuntungannya, lebih banyak faktor produksi tersebut akan
digunakannya. Oleh karena permintaan pengusaha ke atas sesuatu faktor produksi
ditentukan oleh kemampuan faktor produksi tersebut untuk menghasilkan barang
yang dapat dijual pengusaha itu dengan menguntungkan, permintaan faktor-
faktor produksi dinamakan permintaan terkait atau derived demand (Noor, 2013).

b. Bentuk Kurva Permintaan Faktor


Seperti juga dengan permintaan konsumen ke atas sesuatu barang ,
permintaan produsen ke atas sesuatu faktor produksi dapat ditinjau dari dua sudut,
permintaan seorang produsen , dan permintaan seluruh produsen dalam sesuatu
pasar faktor . sifat permintaan seorang produsen telah ditunjukkan dalam contoh-
contoh di bagian yang terdahulu dari bab ini. Dapat dilihat bahwa kurva
permintaan ke atas faktor produksi bersifat :menurun dari kiri atas ke kanan
bawah. Kurva seperti itu menggambarkan bahwa tinggi harga faktor produksi,
makin sedikit permintaan ke atas faktor tersebut.
Permintaan pasar terhadap sesuatu faktor produksi merupakan jumlah dari
permintaan seluruh produsen yang ada dalam pasar faktor produksi tersebut. Oleh
karena permintaan seorang produsen terhadap faktor produksi berbentuk
menurun dari kiri atas ke kanan bawah, sudah tentulah permintaan pasar
(permintaan dari seluruh produsen ) akan mempunyai sifat yang demikian juga.
Ini berarti pula bahwa permintaan pasar terhadap sesuatu faktor produksi sifatnya
adalah :apabila harga faktor semakin tinggi, permintaannya akan menjadi
semakin rendah. Kurva permintaan terhadap sesuatu faktor pada umumnya
menurun ke bawah karena (i) perubahan harga akan mengubah pendapatan riil
pembeli dan perubahan pendapatan riil ini selanjutnya mempengaruhi
permintaannya, (ii) perubahan harga mengubah kepuasan relatif dari
mengonsumsikan barang itu kalau dibandingkan dengan barang lain. Permintaan
ke atas sesuatu faktor produksi digambarkan oleh kurva yang menurun ke bawah
disebabkan oleh tiga faktor berikut:
• Hubungan yang berbalikan antara harga faktor produksi dan permintaan
barang.
• Sifat substitusi di antara satu produksi dengan faktor produksi lainnya.
• Hukum hasil lebih yang semakin berkurang.

4. Pergeseran Kurva Permintaan Faktor Produksi


Terdapat beberapa faktor yang dapat menggeser kurva permintaan produsen
terhadap faktor-faktor Produksi (Sadono Sukirno, 2019). Yang terpenting adalah:
a. Perubahan permintaan ke atas barang yang diproduksikannya.
Telah diuraikan bahwa karena permintaan terhadap faktor produksi
merupakan permintaan terkait, perubahan dalam permintaan terhadap suatu
barang yang menyebabkan perubahan dalam produksi akan menimbulkan
perubahan dalam permintaan kertas faktor produksi tersebut. Kenaikan
permintaan suatu barang mendorong pengusaha untuk menaikkan produksi, dan
kenaikan memerlukan lebih banyak produksi. Sebaliknya, apabila permintaan
sesuatu barang berkurang, pengusaha terpaksa mengurangkan produksi dan
permintaan faktor produksi.
b. Perubahan harga dari faktor produksi lain yang digunakan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kertas faktor
produksi lain yang digunakan Perubahan harga faktor produksi lain tersebut
merupakan salah satu sebabnya yang penting. Sekiranya faktor produksi lain
menjadi semakin murah, biaya produksi akan dapat diturunkan apabila mereka
lebih banyak digunakan. Ini akan mengurangi penggunaan faktor produksi yang
harganya tidak mengalami perubahan. Kenaikan produktivitas sesuatu faktor
produksi lain juga dapat menyebabkan faktor produksi itu lebih banyak
digunakan dan mengurangi penggunaan ke atas Factory produksi yang
produktivitasnya tidak mengalami perubahan.
5. Elastisitas Permintaan Faktor Produksi
Sesuatu perubahan harga faktor produksi akan menimbulkan akibat yang
berlainan ke atas perubahan jumlah berbagai faktor produksi yang digunakan. Ada
beberapa faktor penting yang mempengaruhi elastisitas permintaan sesuatu faktor
produksi, diuraikan di bawah ini (Sadono Sukirno, 2019):
a. Elastisitas Permintaan dari Barang yang Dihasilkan
Penurunan harga faktor produksi menyebabkan pengurangan ke atas biaya
produksi, dan ini selanjutnya mendorong perusahaan mengurangi harga dari
barang yang diproduksinya. Pengurangan harga tersebut akan menaikkan
permintaan ke atas barang yang dihasilkan. Makin elastis permintaan barang
tersebut, makin besar kenaikan permintaan yang disebabkan oleh penurunan
harga. Sedangkan pertambahan yang besar ke atas permintaan selanjutnya akan
menambah permintaan yang besar pula ke atas faktor produksi. Dengan demikian,
semakin elastisitas permintaan terhadap barang yang dihasilkan semakin
elastisitas pula permintaan terhadap faktor produksi.

b. Perbandingan antara biaya faktor produksi dengan biaya total


Untuk melihat bagaimana hal ini mempengaruhi elastisitas permintaan
terhadap faktor produksi, perhatikan perbandingan berikut : (i) di suatu
perusahaan , sebanyak 50% dari biaya produksi sesuatu barang terdiri dari
pembayaran kepada sesuatu faktor produksi, dan (ii) di suatu perusahaan lain
hanya sebanyak 10% dari biaya produksi digunakan untuk membayar faktor
produksi yang sama. Permintaan ke atas faktor produksi dari perusahaan manakan
yang elastis?

Untuk memperoleh jawabannya, akan diperhatikan akibat perubahan harga


faktor produksi terhadap biaya produksi, misalnya harga faktor produksi itu naik
sebanyak 25%. Untuk perusahaan yang biaya produksinya seperti yang
dinyatakan dalam (i), kenaikan tersebut akan menaikkan biaya produksinya
sebanyak 12,5%. Tetapi untuk perusahaan yang biaya produksinya dinyatakan
dalam (ii), kenaikan harga faktor produksi tersebut hanya akan menaikkan biaya
produksi sebanyak 2,5%. Oleh karena biaya produksi akan mempengaruhi harga,
maka harga barang yang dihasilkan perusahaan pertama akan mengalami
kenaikan yang lebih tinggi dari harga barang yang dihasilkan oleh perusahaan
kedua. Sebagai akibatnya permintaan terhadap barang yang diproduksi
perusahaan pertama mengalami penurunan yang lebih besar daripada permintaan
terhadap barang yang diproduksi perusahaan kedua. Penurunan permintaan faktor
produksi, seperti telah ditunjukkan sebelum ini, akan mengalami perubahan yang
sama sifatnya dengan perubahan permintaan terhadap barang yang dihasilkan..
Dari keadaan ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar bagian dari biaya
produksi total yang dibayarkan kepada suatu faktor produksi, semakin lebih
elastis permintaan faktor produksi tersebut.

c. Tingkat Penggantian di antara Faktor Produksi


Untuk memperoleh suatu barang biasanya diperlukan beberapa jenis facto
produksi, dan untuk mencapai suatu tingkat produksi tertentu, terdapat beberapa
gabungan faktor produksi tang dapat dipilih. Anda kata diinginkan mencapai
suatu tingkat produksi beras tertentu, sebagai contoh berbagai cara produksi dapat
digunakan yaitu mengurangi tenaga kerja dan menggunakan lebih banyak pupuk,
dsb. Oleh karena terdapat kemungkinan untuk mengganti suatu faktor produksi
dengan faktor produksi lainnya, perubahan harga suatu faktor produksi akan
menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap permintaannya. Apabila terdapat
banyak faktor produksi lain yang menggantikannya, permintaan terhadap faktor
produksi tersebut akan menurun kalau harganya naik, dan akan mengalami
pertambahan yang banyak pada waktu harganya menurun. Tetapi apabila tidak
banyak faktor produksi yang dapat menggantikannya, kenaikan atau penurunan
harga produksi tersebut tidak mengubah jumlah yang diminta.

d. Tingkat Penurunan Produksi Fisik Marginal


Hasil penjualan produksi marginal sangat dipengaruhi oleh produksi fisik
marginal. Penurunan yang cepat ke atas MPP akan diikuti oleh penurunan yang
cepat pula ke atas MRP. Sebaliknya apabila MPP mengalami penurunan yang
lambat maka MRP juga lambat sifat penurunannya. Telah pun digambarkan
bahwa kurva MRP menggambarkan juga permintaan terhadap faktor produksi.Ini
berarti produksi fisik marginal sangat mempengaruhi permintaan ke atas faktor
produksi, yaitu semakin cepat penurunan produksi fisik marginal semakin tidak
elastis permintaan terhadap faktor produksi yang bersangkutan.

B. Penentuan Upah di Pasar Tenaga Kerja


Upah adalah semua jenis pembayaran atas jasa-jasa yang disediakan pekerja untuk
perusahaan kepada pekerja pelaksana (buruh). Untuk jangka waktu penerimaan, gaji pada
umumnya diberikan secara periodik biasanya setiap akhir bulan, sedangkan upah diberikan
pada setiap hari atau mingguan (Mankiw, 2003).
Upah dan gaji tenaga kerja adalah harga atau biaya yang harus dibayarkan oleh
pengguna tenaga kerja. Hal ini kadang disebut dengan istilah balas jasa tenaga kerja. Upah
dan gaji tenaga kerja yang terjadi biasanya mengikuti kriteria sebagai berikut:
• Berdasarkan keseimbangan permintaan dan penawaran tenaga kerja
• Mengoptimalkan kepuasan semua pihak yang berinteraksi

Pengertian tingkat upah dan gaji secara faktor adalah pembauran yang diterima oleh :
• Pekerja di luar tenaga manajemen
• Professional seperti dokter, pengacara, pilot dan lainnya
• Pemilik usaha kecil seperti tukang servis

Dalam praktik upah dan gaji terdiri dari tiga atau empat komponen, yaitu :
• Upah atau gaji (diukur menurut satuan waktu) misalnya bulanan, mingguan, harian
• Bonus
• Komisi

Upah nominal adalah jumlah uang yang diterima oleh tenaga kerja atau satuan waktu
tertentu. Upah minimal ini hanya menggambarkan jumlah nominal dari uang yang diterima
belum menggambarkan atau daya beli untuk mendapatkan barang dan jasa.

Upah minimum adalah tingkat upah minimal yang harus dibayarkan oleh pengguna
tenaga kerja kepada pekerjanya. Upah minimum ini ditetapkan oleh pemerintah
berdasarkan kebutuhan hidup minimum para pekerja. Hal ini dilakukan oleh pemerintah
dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai pelindung kepentingan masyarakat
khususnya para pekerja (Mankiw, 2003).

1. Macam-macam Upah dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Menurut Rivai (2004), upah dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a. Upah menurut waktu, yaitu upah yang diberikan kepada para pekerja menurut
waktu kapasitas kerjanya. Pembayaran upah tersebut bisa dilakukan secara
harian, mingguan, dan bulan. Besarnya upah yang dibayarkan didasarkan kepada
taranya bekerja bulan dikaitkan dengan prestasi kerjanya.
Kebaikan upah menurut waktu adalah:
1) tata usaha yang mengurus soal pembayaran upah dapat menyelenggarakan
dengan mudah
2) perhitungan tidak menyukarkan
keburukan upah menurut waktu adalah

1) upah pekerja yang rajin dan malas yang disamakan


2) pimpinan [perusahaan tidak mempunyai kepastian tentang kecakapan dan
kemauan bekerja dari pekerja
3) buruh tidak mempunyai dorongan untuk bekerja keras demi perusahaan
b. Upah menurut satuan hasil, yaitu upah yang diberikan kepada para pekerja
menurut prestasi yang dihasilkan oleh para pekerja tersebut. Artinya, besarnya
upah ditetapkan atas kesatuan unit yang dihasilkan pekerja, seperti per potong,
meter, liter dan kilogram. Besarnya upah yang diberikan selalu didasarkan kepada
banyaknya hasil yang dikerjakan bukan kepada lamanya waktu untuk
mengerjakannya.
Kebaikan upah menurut satuan hasil :

1) Pekerja yang rajin akan mendapatkan upah yang tinggi daripada pekerja yang
malas
2) Pekerja berusaha mendapatkan prestasi kerja sehingga menguntungkan
perusahaan karena hasil produksi meningkat

Keburukan upah menurut satuan hasil :


1) Kualitas barang yang dihasilkan turun karena pegawai bekerja dengan
tergesa – gesa
2) Keinginan pegawai untuk mendapatkan upah yang besar menyebabkan ia
bekerja terus – menerus yang pada akhirnya mempengaruhi Kesehatan bagi
pekerja
c. Upah menurut Borongan, yaitu suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya
jasa didasarkan atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya penetapan
besarnya balas jasa berdasarkan sistem Borongan cukup rumit, lama
mengerjakannya serta banyak alat yang diperlukan untuk menyelesaikannya.

2. Prinsip, tujuan upah dan gaji


Menurut Mockijat (1992) menyebutkan beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam pemberian gaji dan upah yaitu sebagai berikut :
a. Upah itu harus adil
b. Upah yang diberikan harus layak dan wajar
c. Upah harus dapat memenuhi kebutuhan yang minimal
d. Upah harus dapat mengikat
e. Upah tidak boleh bersifat statis

Adapun tujuan diberikannya upah atau gaji adalah sebagai berikut :


a. Mampu menarik tenaga kerja yang berkualitas baik dan mempertahankan mereka
b. Memotivasi tenaga kerja yang baik untuk berprestasi tingi
c. Mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia
d. Membantu mengendalikan biaya imbalan tenaga kerja
e. Disiplin

3. Upah uang dan upah riil


a. Upah uang adalah jumlah uang yang diterima para pekerja dari para pengusaha
sebagai pembayaran ke atas tenaga mental atau fisik para pekerja yang digunakan
dalam proses produksi.

b. Upah riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah
tersebut membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan para pekerja.

4. Hubungan antara produktivitas dan upah


a. Upah riil yang diterima tenaga kerja terutama tergantung kepada produktivitas
dari tenaga kerja tersebut
b. Di negara-negara maju, menunjukkan bahwa terdapat per kaitan yang erat antara
kenaikan upah riil tenaga kerja dengan kenaikan produktivitas mereka.
Teori Neo Klasik mengemukakan bahwa dalam rangka memaksimumkan
keuntungan tiap-tiap pengusaha menggunakan faktor-faktor produksi sedemikian rupa
sehingga tiap faktor produksi yang dipergunakan menerima atau diberi imbalan
seberapa nilai pertambahan hasil marginal dari faktor produksi tersebut. Ini berarti
bahwa pengusaha mempekerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa sehingga nilai
pertambahan hasil marginal seseorang sama dengan upah yang diterima orang
tersebut.

5. Faktor=faktor yang menyebabkan perbedaan upah


Faktor-faktor yang menjadi sumber dari perbedaan upah di antara pekerja-pekerja
di dalam suatu jenis kerja tertentu dan di antara berbagai golongan pekerjaan adalah
(Lipsey, 1993):
a. Perbedaan corak permintaan dan penawaran dalam berbagai jenis pekerjaan
b. Perbedaan dalam jenis-jenis pekerjaan
c. Perbedaan kemampuan, keahlian dan pendidikan
d. Terdapatnya pertimbangan bukan keuangan dalam memilih pekerjaan
e. Tidak sempurna dalam mobilitas tenaga kerja.

6. Sistem Upah
Ada beberapa cara atau sistem yang digunakan untuk memperhitungkan besarnya
upah dan cara pembayarannya. Yang terpenting adalah (Lipsey, 1993):
a. Upah menurut prestasi (upah potongan)
Dengan cara ini besarnya balas karya langsung dikaitkan dengan prestasi kerja,
karena besarnya upah tergantung dari banyak sedikitnya hasil yang dicapai dalam
waktu tertentu. Cara ini hanya dapat diterapkan kalau hasil kerja dapat diukur
secara kuantitatif.
b. Upah waktu
Sistem ini mendasarkan upah pada lamanya waktu pekerja melakukan pekerjaan
bagi majikan, bisa dihitung perjam, perhari, perminggu atau perbulan. System ini
terutama dipakai untuk jenis pekerjaan yang hasilnya sulit dihitung perpotong.
Cara ini memungkinkan mutu pekerjaan yang baik karena karyawan tidak
tergesa-gesa, tetapi perlu pengawasan dan regulasi untuk memastikan karyawan
benar-benar bekerja selama jam kerja.
c. Upah Borongan
Sistem upah borongan adalah balas jasa yang dibayar untuk suatu pekerjaan yang
diborongkan. Cara memperhitungkan upah ini kerap kali dipakai pada suatu
pekerjaan yang diselesaikan oleh suatu kelompok pekerja. Untuk seluruh
pekerjaan ditentukan suatu balas jasa, yang kemudian dibagi-bagi antara para
pelaksanaan. Misalnya untuk pembangunan gedung, pembuatan sumur dan
lainnya.
d. Upah premi
Sistem upah ini merupakan kombinasi antara upah waktu dan upah potongan.
Upah dasar untuk prestasi normal berdasarkan waktu atau jumlah hasil. Apabila
seorang karyawan mencapai prestasi yang lebih dari itu, ia diberi premi. Premi
dapat juga diberikan misalnya untuk penghematan waktu dan bahan baku,
kualitas produk yang baik dan lain sebagainya.
e. Upah bagi hasil
Sistem ini banyak dipakai di bidang pertanian dan dalam usaha keluarga, namun
juga di kenal di luar kalangan itu, yang mana karyawan ikut menerima bagian
dari keuntungan bersih perusahaan.

C. Sewa, Bunga, dan Keuntungan

1. Sewa
Sewa ekonomi adalah bagian pembayaran atas sesuatu faktor produksi yang
melebihi pendapatan yang diterimanya dari pilihan pekerjaan lain yang dilakukannya.
Definisi ini agak berbeda dengan definisi yang telah dibuat sebelumnya. Di dalam
definisi ini sesuatu faktor produksi dipandang mempunyai beberapa kegunaan.
Pendapatan yang dibayar kepada faktor produksi dapat dibedakan dalam dua bagian
(Dinar & Hasan, 2018).
a. Tanah dan Sewa Ekonomi
Tanah merupakan faktor produksi yang jumlahnya tidak dapat di ubah, yaitu
jumlahnya tidak dapat di tambah atau di kurang.

Penentuan Sewa Tanah

Sumber: situs ekonomi

Makin tinggi permintaan, makin tinggi pula sewa tanah yang harus dibayar.
Sedangkan permintaan tanah tergantung kepada besarnya permintaan barang-
barang yang dapat dihasilkan di atas tanah tersebut. Pada kurva tersebut
dijelaskan bahwa pada mulanya harga barang tersebut tidak terlalu tinggi dan
tidak terlalu rendah. Berdasarkan kepada produksi yang harus dicapai pada harga
tersebut, keinginan petani untuk menggunakan tanah adalah seperti yang
ditunjukkan oleh kurva D0 D0. Maka sewa tanah mencapai sebesar R0. Misalkan
permintaan dari luar negeri yang bertambah besar, harga jagung mengalami
kenaikan yang sangat tinggi. Lebih banyak orang ingin menanam jagung. Maka
permintaan ke atas tanah bergeser menjadi D1 D1. Sebagai akibatnya sewa tanah
naik dari R0 menjadi R1. Namun jika sebaliknya, yaitu harga jagung sangat
merosot, permintaan atas tanah untuk ditanami jagung akan merosot juga.
Katakanlah permintaan terhadap tanah menurun dari D0D0 menjadi D2 D2.
Akibatnya sewa tanah akan turun dari R0 menjadi R2. Inilah analisis yang
keluarkan oleh Riccardo sebagaimana yang disebutkan sebelumnya.

b. Sewa Tanah Adalah Suatu Surplus


Harga (sewa) tanah tidak bisa disamakan dengan harga faktor produksi
lainnya. Perubahan-perubahan sewa tanah tidak akan menimbulkan
pengaruh/efek apa pun terhadap penawaran tanah, baik sewa atau jual. Sebesar
apa pun perubahan sewa tanah, penawaran tanah tidak akan mengalami
perubahan. Apakah sewa tanah adalah nol atau bernilai berjuta- juta rupiah,
jumlah penawaran tanah tidak akan bertambah atau berkurang. Sifat penawaran
tanah ditanggapi oleh ekonom sebagai surplus. Artinya, sewa tanah bukanlah
suatu pembayaran atau perangsang untuk menjamin agar tanah dapat disesuaikan
jumlah dan penawarannya sesuai kebutuhan. Sekalipun sewanya nol, atau sedikit,
atau sangat tinggi, jumlah tanah yang tersedia untuk digunakan dalam kegiatan
ekonomi dan kegiatan lainnya tetap sama banyaknya.

2. Suku Bunga

a. Modal dan Suku Bunga


Bunga disimbolkan dengan angka persentase dari modal dinamakan suku
bunga. Pada umumnya persentase suku bunga adalah sejumlah modal dalam satu
tahun. Dengan demikian kalau dinyatakan suku bunga adalah 15%, artinya
adalah: modal yang dipinjamkan suku bunganya sebesar 15% setahun.

Didunia ekonomi modern, banyak perusahaan memerlukan modal untuk


menjalankan dan mengembangkan usahanya. Sebaliknya rumah tangga memiliki
kelebihan pendapatan yang dapat dipinjamkan dengan harapan untuk
memperoleh bunga. Analisis ini bertujuan untuk menerangkan hal-hal berikut:

1) Faktor utama yang menentukan permintaan dana modal

2) Dana modal utama yang menentukan penawaran tabungan oleh masyarakat.


3) Teori-teori utama yang menerangkan penentuan suku bunga.

4) Sebab-sebabnya terdapat beberapa tingkat bunga di dalam perekonomian.

5) Perbedaan di antara suku bunga nominal dan suku bunga riil.

b. Peranan Modal dalam Perekonomian


Untuk menjamin agar teknik memproduksinya tetap mengalami kemajuan
dan tetap dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain, investasi atau
penanaman modal harus selalu dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Investasi
atau penanaman modal adalah “pengeluaran sektor perusahaan untuk membeli
dan memperoleh barang-barang modal baru yang lebih modern untuk mengganti
barang modal lama yang tidak terpakai atau asing”. Untuk melakukan penanaman
modal para pengusaha memerlukan dana. Adakalanya dana ini bersumber dari
tabungan perusahaan, yaitu dana yang diperoleh dari keuntungan yang tidak
dibagikan. Ada pula yang berasal dari meminjam dari pihak lain.

c. Produktivitas Modal
Permintaan dana modal yang akan digunakan untuk investasi tergantung

kepada produktivitas dari dana modal tersebut. Dengan demikian, seperti juga
dengan tenaga kerja, faktor yang terutama yang menentukan permintaan dana
modal adalah produktivitasnya. Produktivitas dari modal dihitung dengan cara
menentukan besarnya pendapatan rata-rata tahunan neto (yaitu setelah dikurangi
dengan penyusutan modal yang digunakan) dan dinyatakan sebagai persentase
dari modal yang ditanamkan. Produktivitas modal tersebut dinamakan tingkat
pengembalian modal atau rate of returns.

d. Menentukan Tingkat Pengembalian Modal


Tingkat pengembalian modal dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Nilai investasi menunjukkan besarnya investasi yang dilakukan oleh perusahaan
untuk mewujudkan suatu barang modal tertentu (misalnya barang modal itu
adalah pabrik tenun). Dalam persamaan ini dicontohkan seluruh investasi
dilakukan dalam satu tahun pertama. Seterusnya XP X2, X , . . . X adalah
pendapatan bersih, yaitu hasil penjualan pada tahun 1, 2, 3 setelah dikurangi oleh
biaya produksi dan operasi perusahaan tersebut pada tahun yangbersamaan. Umur
ekonomi barang modal itu adalah n, dan A nilai barang modal itu pada akhir tahun
n. Nilai R, yang dinyatakan dalam persen, adalah tingkat pengembalian modal
perusahaan tersebut. Perusahaan akan dapat mengetahui nilai investasi yang
dilakukannya, dan di samping itu dapat meramalkan XP X2, X3,.. ...X dan A.
dengan demikian nilai R dapat dihitung dengan besaran persentase (%) dari nilai
investasi.

e. Permintaan Terhadap Dana Modal

Kurva Dm menggambarkan permintaan dana modal. Kurva tersebut


menunjukkanhubungan di antara tingkat pengembalian modal dengan setiap unit
pertambahan barang modal yang dilakukan. Kurva tersebut menurun dari kiri atas
ke kanan bawah karena pada awalnya investasi akan dilakukan untuk
mengembangkan proyek-proyek dengan tingkat pengembalian modalnya tinggi,
dan kemudian diikuti oleh proyek-proyek yang lebih rendah tingkat
pengembalian modalnya.

Perusahaan akan meminta dana modal bergantung pada suku bunga yang
berlakudalam perekonomian. Misalnya suku bunga adalah 10%, suku bunga ini
tidak menguntungkan kepada perusahaan untuk melakukan investasi dengan
tingkat pengembalian modalnya adalah di bawah 10% karena keuntungan yang
diperolehnya tidak dapat membayar bunga dana modal yang dipinjamnya.
Dengan demikian pada suku bunga sebesar 10%, para pengusaha akan
mengembangkan proyek-proyek yang tingkat pengembalian modalnya setidak-
tidaknya sama dengan suku bunga. Ini berarti apabila 51 suku bunga 10%,
investasi yang dilakukan adalah sebanyak I0. Tetapi kalau suku bunga adalah 6%,
lebih banyak investasi yang akan dilakukan, yaitu sebanyak I1.

f. Suku Bunga dan Tabungan Masyarakat


Dalam perekonomian, tidak semua pendapatan yang diterima masyarakat
akan digunakan untuk konsumsi. Sebagian akan disisihkan oleh penerima
pendapatan sebagai tabungan. Tabungan dilakukan untuk beberapa tujuan, seperti
untuk membiayai pengeluaran konsumsi ketika pensiun, biaya pendidikan anak-
anak, dan untuk masa depan. Terdapat beberapa pandangan ekonom mengenai
suku bunga dan tabungan masyarakat:
1) Pandangan Klasik
Pandangan tradisional, yaitu pandangan ahli-ahli ekonomi yang
digolongkan sebagai ahli ekonomi Klasik (ahli-ahli ekonomi yang hidup di
akhir abad kedelapan belas sehingga permulaan abad kedua puluh),
berkeyakinan bahwa jumlah tabungan yang dilakukan masyarakat
ditentukan oleh suku bunga. Semakin tinggi suku bunga, semakin besar
jumlahtabungan yang akan dilakukan masyarakat. Secara grafik sifat per
kaitan ini adalah seperti yang terdapat dalam gambar di bawah ini:

Suku Bunga dan Tabungan Pandangan Klasik

Kurva S adalah kurva tabungan. Keadaan yang semakin naik tersebut


menggambarkanbahwa semakin tinggi suku bunga, semakin banyak jumlah
tabungan. Dapat dilihat bahwa pada waktu suku bunga adalah 6%, jumlah
tabungan adalah S0 dan tabungan bertambah menjadi S1 pada waktu suku
bunga mencapai 12%.
2) Pandangan Keynes
Menurut Keynesian, tabungan tergantung kepada pendapatan nasional
(pendapatan seluruh penduduk dalam perekonomian). Pada tingkat
pendapatan nasional yang rendah tabungan adalah negatif, yaitu konsumsi
masyarakat lebih tinggi dari pendapatan nasional. Semakin tinggi
pendapatan nasional, semakin tinggi tabungan masyarakat. Hal ini
digambarkan melalui kurva berikut:

Suku Bunga dan Tabungan Pandangan Keynes

Untuk membiayai konsumsi yang lebih tinggi pada waktu pendapatan


nasional rendah,masyarakat harus menggunakan tabungan yang dibuat pada
masa lalu. Pada gambar di atas tabungan yang negatif tersebut terjadi pada
tingkat pendapatan kurang dari Y0. Misalnya pada pendapatan sebesar Y2
tabungan masyarakat adalah -S2. Nilai negatif ini berarti masyarakat
tersebut meminjam dari pihak lain atau menggunakan tabungan masa
lalu untuk membiayai konsumsi yang mereka lakukan. Pada waktu
pendapatan nasional adalah Y0 tabungan adalah nol. Semakin tinggi
pendapatan nasional semakin besar jumlah tabungan. Pada pendapatan
nasional sebesar Y1, tabungan adalah S1. Dari penjelasan İni dapat dilihat
bahwa dalam pandangan Keynesian, suku bunga kurang penting peranannya
dalam menentukan jumlah tabungan masyarakat.

g. Penentuan Suku Bunga


1) Pandangan Klasik

Menurut ahli ekonomi Klasik suku bunga ditentukan oleh permintaan


tabungan dan penawaran tabungan. Gambaran pengaruh ini dijelaskan
melalui kurva di bawah ini:

Penentuan Suku Bunga Menurut Pandangan Klasik


Kurva S dan I merupakan kurva penawaran dana modal (penawaran
tabungan) dan permintaan dana modal (permintaan tabungan). Maka
keseimbangan tercapai di titik E0, dan ini menunjukkan bahwa jumlah dana
modal yang akan diinvestasikan dan penawaran modal tetap sebesar S.
Ketika keseimbangan berada pada E1, berarti suku bunga naik dari r0
menjadi r1 dan dana yang diinvestasikan bertambah dari I0 menjadi I1.
Apabila permintaan dana modal tetap sebesar I tetapi penawarannya
bertambah menjadi S1, maka keseimbangan pindah ke E2. Dengan
demikian perubahan tersebut menyebabkan suku bunga turun dari r0 ke r2,
sehingga dana yang diinvestasikan bertambah menjadi I2.
2) Pandangan Keynes

Keynesian didukung oleh argumen dari pandangan Klasik tersebut, menurut


mereka suku bunga bergantung kepada jumlah uang yang beredar
(penawaran uang) dan preferensi likuiditas (permintaan uang). Preferensi
likuiditas adalah permintaan uang oleh seluruh masyarakat dalam
perekonomian. Keynesian menyatakan bahwa permintaan uang oleh
masyarakat mempunyai tiga motivasi/tujuan, yaitu: pertama, untuk
transaksi, masyarakat meminta uang untuk membayar konsumsi yang
dilakukannya. Kedua, untuk antisipasi menghadapi masalah yang tidak
terduga, seperti kematian dan kehilangan pekerjaan. Ketiga, untuk spekulasi
dalam penanaman saham-saham atau surat berharga lain. Pandangan
Keynesian ini dalam digambarkan melalui kurva di bawah:

Penentuan Suku Bunga Menurut Pandangan Keynes


h. Faktor Penyebab Perbedaan Suku Bunga

1) Perbedaan Risiko
Pinjaman pemerintah membayar suku bunga yang lebih rendah dari suku
bunga pinjaman swasta. Walaupun begitu pemerintah masih dapat
memperoleh pinjaman yang diperlukannya karena risiko dari meminjamkan
kepada pemerintah adalah sangat kecil.

2) Jangka Waktu Pinjaman


Semakin lama pinjaman, semakin besar tingkat bunga yang harus dibayar.
Penyebabnya adalah risiko yang ditanggung bank akan menjadi semakin
besar apabila jangka waktu pinjaman bertambah panjang.

3) Biaya Administrasi Pinjaman


Berdasarkan pertimbangan biaya administrasi, pinjaman yang relatif lebih
kecil jumlahnya akan membayar suku bunga yang lebih tinggi.

i. Suku Bunga Nominal Dan Suku Bunga Riil


Terdapat perbedaan antara suku bunga nominal dan suku bunga riil. Suku bunga
deposito berjangka dalam satu tahun di sebuah bank sebesar 15% per tahun, maka
suku bunga ini dinamakan suku bunga nominal. Suku bunga ini digunakan untuk
menentukan besarnya bunga yang harus dibayar oleh pihak peminjam dana
modal. Sedangkan tingkat bunga riil menunjukkan persentase kenaikan nilai riil
dari modal ditambah bunganya dalam setahun, dinyatakan sebagai persentase dari
nilai riil modal sebelum dibungakan.

3. Keuntungan

a. Definisi keuntungan

Dalam teori ekonomi keuntungan mempunyai arti yang sedikit berbeda dengan
pengertian keuntungan dari segi pembukuan. ditinjau dari sudut pandangan
perusahaan/pembukaan perusahaan, seperti telah diterangkan di atas, keuntungan
adalah perbedaan nilai uang dari hasil penjualan yang diperoleh dengan seluruh
biaya yang dikeluarkan. Dalam teori ekonomi definisi itu dipandang terlalu luas
karena tidak mempertimbangkan ongkos tersembunyi, yaitu ongkos produksi
yang tidak dibayar dengan uang tetapi perlu dipandang sebagai bagian dari
ongkos produksi. Keuntungan menurut pandangan pembukuan, apabila
dikurangi lebih lanjut oleh ongkos tersembunyi, akan menghasilkan keuntungan
ekonomi atau keuntungan murni. Dalam teori ekonomi, kalau dinyatakan
keuntungan yang dimaksud adalah keuntungan ekonomi (Zahara et al., 2021).

b. Sumber dari keuntungan ekonomi

Seperti juga upah, sewa dan bunga, keuntungan adalah pembayaran ke atas
jasa yang diberikan oleh sesuatu faktor produksi. Keuntungan merupakan
pembayaran kepada “keahlian keusahawanan” yang disediakan oleh para
pengusaha. Keahlian keusahawanan tersebut akan digunakan para pengusaha di
dalam membuat keputusan – keputusan berikut : (i) menentukan barang apa yang
perlu diproduksikan dan dijual ke pasar, dan berapa banyaknya, dan (ii)
menentukan cara memproduksi yang terbaik dan kombinasi faktor – faktor
produksi yang paling efisien dalam memproduksikan barang tersebut. Dengan
demikian pada pokoknya dengan menggunakan keahlian keusahawanan yang
dimilikinya, fungsi para pengusaha dalam proses produksi adalah menentukan
cara yang paling efisien di dalam menyediakan barang yang dibutuhkan
masyarakat. Apabila usaha mereka berhasil, mereka akan dapat memperoleh
balas jasa dari jerih payahnya dalam bentuk keuntungan ekonomi atau
keuntungan murni (Zahara et al., 2021).

c. Keuntungan adalah pembayaran ke atas risiko

Mendirikan dan menjalankan kegiatan perusahaan adalah kegiatan ekonomi


yang penuh dengan risiko. Tiak terdapat jaminan bahwa sesuatu usaha akan pasti
berhasil. Setiap tahun banyak perusahaan baru yang muncul. Tetapi banyak pula
perusahaan yang gulung tikar dan pemiliknya mengalami kerugian dalam bentuk
uang mau pun tenaga yang dikeluarkan. Maka, ditinjau dari sudut risiko yang
dihadapi oleh setiap jenis usaha, keuntungan dipandang sebagai pembayaran
untuk menghadapi risiko.
d. Keuntungan sebagai pembayaran ke atas kegiatan inovasi (pembaharuan)

Dalam perekonomian biasanya terdapat banyak perusahaan yang


menghasilkan barang yang sejenis dan barang yang tidak sejenis tetapi sifatnya
sangat mendekati dan dapat menggantikan satu sama lain. Kegiatan perusahaan
untuk melakukan inovasi, yaitu mengadakan pembaharuan dalam manajemen,
pemasaran dan teknik memproduksi, pemegang peranan penting di dalam
menjamin kesuksesan usaha tersebut. Dengan melakukan inovasi teknik
memproduksi yang baru dapat diperkenalkan, mutu produksi dapat diperbaiki,
ongkos produksi diturunkan lebih lanjut, dan barang baru diperkenalkan.
Langkah – langkah seperti itu di satu pihak dapat menaikkan hasil penjualan dan
dilain pihak menurunkan ongkos per unit produksi. Kedua perubahan ini akan
menaikkan keuntungan perusahaan. Dengan demikian keuntungan dapat pula
dipandang sebagai pembayaran ke atas kegiatan inovasi (Zahara et al., 2021).

e. Keuntungan adalah akibat kekuasaan monopoli

Sebagai akibatnya di dalam pasar dari beberapa barang tertentu hanya terdapat
beberapa perusahaan atau ia sendiri dari satu perusahaan saja. Terdapatnya
kemungkinan untuk membatasi persaingan ini memungkinkan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan yang melebihi normal di dalam jangka panjang .
keadaan ini dicapai oleh perusahaan – perusahaan tersebut dengan membatasi
produksi dan menjamin agar tingkat harga adalah melebihi ongkos rata – rata.
Kemungkinan untuk memperoleh keuntungan tersebut menyebabkan ahli – ahli
ekonomi berpendapat bahwa keuntungan boleh pula dipandang sebagai
pendapatan dari kekuasaan monopoli yang dimiliki perusahaan (Zahara et al.,
2021).
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut sebagai
berikut:

1. Permintaan Terhadap Faktor-faktor Produksi

Harga faktor-faktor produksi ditentukan oleh permintaan terhadap mereka.


Permintaan faktor-faktor produksi dipengaruhi oleh kebutuhan dan keinginan
perusahaan untuk menggunakan faktor-faktor produksi tertentu dalam proses produksi
mereka. Permintaan ini bergantung pada berbagai faktor, termasuk kebutuhan
perusahaan, tingkat teknologi, tingkat harga produk akhir, dan faktor-faktor ekonomi
lainnya.

2. Penentuan Upah di Pasar Tenaga Kerja

Upah merupakan salah satu faktor produksi utama yang mempengaruhi


penentuan harga faktor-faktor produksi. Upah di pasar tenaga kerja ditentukan oleh
interaksi antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Faktor-faktor yang
memengaruhi penentuan upah meliputi tingkat pendidikan dan keterampilan pekerja,
tingkat inflasi, tingkat pengangguran, serta kekuatan tawar-menawar antara pekerja dan
pengusaha.

3. Sewa, Bunga, dan Keuntungan

Selain upah, faktor-faktor produksi lainnya seperti sewa, bunga, dan


keuntungan juga berperan dalam penentuan harga faktor-faktor produksi. Sewa
merujuk pada harga yang dibayarkan untuk menggunakan aset produktif seperti tanah
atau gedung. Bunga merupakan biaya yang harus dibayar untuk menggunakan modal
pinjaman. Keuntungan adalah ganjaran bagi pemilik modal atau pengusaha atas
investasi mereka. Harga sewa, bunga, dan keuntungan dipengaruhi oleh permintaan dan
penawaran aset tersebut di pasar.

Secara keseluruhan, penentuan harga faktor-faktor produksi melibatkan interaksi


kompleks antara permintaan dan penawaran faktor-faktor produksi, termasuk upah, sewa,
bunga, dan keuntungan. Faktor-faktor ekonomi, kondisi pasar tenaga kerja, tingkat inflasi, dan
faktor-faktor lainnya berperan penting dalam menentukan harga-harga ini. Dalam praktiknya,
penentuan harga faktor-faktor produksi adalah hasil dari interaksi kompleks antara faktor-
faktor pasar, kondisi ekonomi, dan kebijakan yang ada. Setiap faktor produksi memiliki
karakteristik dan dinamika pasar yang berbeda, yang mempengaruhi harga mereka secara
individual. Oleh karena itu, pemahaman yang komprehensif tentang faktor-faktor tersebut
sangat penting dalam menganalisis dan memahami penentuan harga faktor-faktor produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Dinar, M., & Hasan, M. (2018). Pengantar Ekonomi: Teori dan Aplikasi. Makassar: CV.
Nur Lina Bekerjasama Dengan Pustaka Taman Ilmu.
Lipsey, R. G. dkk. (1993). Ilmu Ekonomi Edisi Ketujuh jilid 2 (7th ed.). Rincka Cipta.
Mankiw, N. G. (2003). Pengantar Ekonomi Edisi Kedua. Erlangga.
Noor, H. F. (2013). Ekonomi Manajerial. Rajawali Pers.
Sadono Sukirno. (2019). Mikroekonomi: Teori Pengantar: Vol. xvi (3rd ed.). Rajawali Pers.
Zahara, V. M., SE, M. E., Anwar, C. J., & SE, M. E. (2021). MIKROEKONOMI (Sebuah
Pengantar). Media Sains Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai