Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TEGANGAN TINGGI

“Arester”

OLEH :
KELOMPOK A
ARRIDA RAHMADANIA
44220030
3B-TPE

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PEMBANGKIT ENERGI


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2022/2023
PERCOBAAN
PENGUJIAN
ARESTER

A. TUJUAN PERCOBAAN

Setelah mempelajari dan melaksanakan praktikum, mahasiswa di


harapkan dapat :

1. Mengetahui cara kerja arrester dengan memberikan implus petir.

2. Mencari tegangan kerja suatuarrester.

B. TEORI DASAR

Prinsip Kerja Arester

Alat pelindung yang paling sempurna adalah arrester (lighting


arrester, kadang-kadang juga disebut surge diverter). pada pokoknya
arrester ini terdiri dari dua unsure :sela api (spark gap) dan tahanan
linier atau tahanan kran (valve resistor), kedua dihubungkan secara
seri, seperti gambar 4. batas atas dan bawah dari tegangan percikan
ditentukan oleh tegangan system maksimum dan oleh tingkat isolasi
peralatan yang dilindungi. seringkali persoalan ini dapat dipecahkan
hanya dengan mngetrapkan cara-cara khusus pengaturan tegangan
(voltage control), oleh karena itu sebenarnya arrester terdiri dari 3
unsur
: sela api, tahanan kran dan system pengaturan atau pembagian
tegangan (grading system). seperti yang telah diutarakan sebelumnya,
bila persoalannya hanya melindungi isolasi terhadap bahaya
kerusakan karena ganguan dengan tidak mempedulikan akibatnya
terhadap pelayanan, maka cukup dipakai sela batang yang
memungkinkan terjadinya percikan pada waktu tegangannya mencapai
keadaan bahaya. dalam hal ini, tegangan dibuka. dengan menyambung
sela api ini dengan sebuah tahanan, maka mungkin apinya dapat
dipadamkan. tetapi bila tahannya mempunyai sebuah harga tetap,
maka jatuh tegangannya
menjadi besar sekali sehingga maksud untuk meniadakkan tegangan
lebih tidak terlaksana, akibatnya maksud untuk melindungi isolasi pun
gagal. oleh sebab itu, dipakailah tahanan kran yang mempunyai sifat
khusus bahwa tahanannya kecil sekali bila tegangannya dan arusnya
besar. proses pengecilan tahanan berlangsung cepat sekali yaitu
selama tegangan lebih mencapai harga puncaknya.

Bila tegangan lebih habis dan tegangan normal tinggi, tahanannya naik
lagi sehingga arus susulannya dibatasi sampai kira-kira 50 A. arus
susulan ini akhirnya dimatikan oleh sela api pada waktu tegangan
sistemnya mencapai titik nol yang pertama, sehingga alat ini bertindak
sebagai sebuah kran yang menutup arus. dari sini didapatkan nama
tahanan kran, pada arrester modern pemadaman arus susulannya cukup
besar (200-300 A) dilakukan dengan bantuan medan magnet.

Gambar 1. Arrester
Karakteristik Arrester
oleh karena telah disinggung dimuka, arrester dipakai guna
menetapkan BIL, maka karakteristiknya perlu diketahui dengan jelas,
sebagai berikut :

1. Ia mempunyai tegangan dasar (rated) 50 c/s yang tidak boleh dilampaui

2. Ia mempunyai karakteristik yang dibatasi oleh tegangan (voltage


limiting) bila dilalui oleh berbagai macam arus petir.

3. Ia mempunyai batas termis

Agar supaya tekanan (stresses) pada isolasi dapat dibuat serendah


mungkin, suatu system perlindungan tegangan lebih perlu memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
 Dapat melepas tegangan lebih ke tanah tanpa menyebabkan
hubungan singkat ke tanah (saturted ground fault).

 Dapat memutuskan arussusulan

 Mempunyai tingkat perlindungan (protection level) yang rendah,


artinya tegangan percikan sela dan tegangan pelepasannya rendah.

tegangan gagal sela, disebut juga tegangan tegangan percikan


frekuensi 50 c/s harus mempunyai harga yang tinggi untuk mengurangi
seminimum mungkin pelepasan yang disebabkan oleh adanya hubungan
singkat ke tanah dan surja hubung. tegangan pelepasan disebut juga
tegangan sisa (residual) atau jatuh tegangan IR, adalah tegangan antara
terminal – terminal arrester bila sedang melakukan arus surja.
C. ALAT DAN BAHAN

a) Rangkaian pengujian tegangan tinggi implus

b) objek tes arrester

D. RANGKAIAN PERCOBAAN

Peralatan yang digunakan :


TH : High Voltage Transformator RMS 100 kV/5 kVA
CST : Voltage Devider RMS 100 kV/500pF
SB : Control Box type 273 (Including Regulation Transformer)
TSM : Transformer Sekundary AC Current
TO : Test Object
R6 : Damping Resistor; AC Voltage
R7 : Damping Resistor; Impuls Voltage
F : Arrester
E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Mengamati objek tes sebuah arrester
2. Memasang arrester pada rangkaian percobaan
3. Meng “ON” kan control board dan menaikkan tegangan secara
perlahan- lahan hingga menyebabkan terjadinya korona.
4. Catat tegangan efektif dan tegangan implus dengan
memperhatikan factor pengali pada tegangan implusnya. (Arus
sekunder tidak melampaui 75 mA).
5. Pengukuran dilakukan 3 kali setiap jarak celah bola besar dan data
percobaan dimasukkan kedalam tabel pengamatan.
6. Pengukuran dilakukan terus sehingga nilai tegangan implusnya
konstan atau tetap.

F. KESELAMATAN KERJA

Bebarapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan


keselamatan kerja :

1. Perhatikanlah petunjuk penggunaan alat sebelum melakukan


percobaan, tanyakanlah kepada pembimbing job bila ada hal yang
kurang dimengerti.

2. Gunakanlah sepatu berlapis karet untuk menghindari electric


shock bila terjadi hubungan singkat atau arus bocor
G. DATA PENGAMATAN
Tabel 1. Data Hasil Percobaan DC Berbeban Homogen untuk Bola-
Bola
Jarak
Veff Vimp Tekanan Temperatur
No Celah Bola
(kV) (V) (mBar) (°C)
(mm)

1 0,5 3 2,9 1009 30

2 1 3,9 4,4 1009 30

3 1,5 4,8 6,1 1009 30

4 2 5,1 11,7 1009 30

5 2,5 12,2 12,1 1009 30

6 3 14,1 13,2 1009 30

H. ANALISIS DATA
Perhitungan pada data ke 1.
Diketahui :
P = 1009 mBar
T = 30 ̊C
V eff = 3 kV
Ditanyakan :
a. V max = …?
b. V B = …?
c. FC = …?
Penyelesaian :
a. Tegangan maksimal (V max )
V max =V eff × √ 2=3× √ 2=9,24 kV
b. Tegangan sebenarnya (V B)
P 273+ 20
V B=V max × ×
1013 273+T
10 09 273+20
¿ 4 , 24 × ×
1013 273+3 0
¿ 4 , 25 kV
c. Faktor koreksi (FC)
V eff 4,25
FC = = =1,002
V B 4 , 24

Perhitungan pada data ke 2.


Diketahui :
P = 1009 mBar
T = 30 ̊C
V eff = 3,9 kV
Ditanyakan :
a. V max = …?
b. V B = …?
c. FC = …?
Penyelesaian :
a. Tegangan maksimal (V max )
V max =V eff × √ 2=3,9× √ 2=5,5 kV
b. Tegangan sebenarnya (V B)
P 273+ 20
V B=V max × ×
1013 273+T
10 09 273+10
¿ 8,47 × ×
101 3 273+3 0
¿ 5,30 kV
c. Faktor koreksi (FC)
V eff 5 , 30
FC = = =0 , 96
V B 5,31

Perhitungan pada data ke 3.


Diketahui :
P = 1009 mBar
T = 30 ̊C
V eff = 4,8 kV
Ditanyakan :
a. V max = …?
b. V B = …?
c. FC = …?
Penyelesaian :
a. Tegangan maksimal (V max )
V max =V eff × √ 2=4,8 × √ 2=6,78 kV
b. Tegangan sebenarnya (V B)
P 273+ 20
V B=V max × ×
1013 273+T
10 09 273+20
¿ 6,78 × ×
1013 273+3 0
¿ 6,53 kV
c. Faktor koreksi (FC)
V eff 6 , 53
FC = = =0 , 96
V B 6,78

Perhitungan pada data ke 4.


Diketahui :
P = 1009 mBar
T = 30 ̊C
V eff = 5,1 kV
Ditanyakan :
a. V max = …?
b. V B = …?
c. FC = …?
Penyelesaian :
a. Tegangan maksimal (V max )
V max =V eff × √ 2=5,1× √ 2=7,21kV
b. Tegangan sebenarnya (V B)
P 273+ 20
V B=V max × ×
1013 273+T
10 09 273+20
¿ 2,71 × ×
1013 273+30
¿ 6,97 kV
c. Faktor koreksi (FC)
V eff 6,97
FC = = =0 , 96
V B 7,21

Perhitungan pada data ke 5.


Diketahui :
P = 1009 mBar
T = 30 ̊C
V eff = 12,2 kV
Ditanyakan :
a. V max = …?
b. V B = …?
c. FC = …?
Penyelesaian :
a. Tegangan maksimal (V max )
V max =V eff × √ 2=12, 2 × √ 2=17 , 25kV
b. Tegangan sebenarnya (V B)
P 273+ 20
V B=V max × ×
1013 273+T
10 09 273+20
¿ 17 , 25 × ×
1013 273+30
¿ 1 6 , 61kV
c. Faktor koreksi (FC)
V eff 1 6,61
FC = = =0 , 96
V B 1 7,27
Perhitungan pada data ke 5.
Diketahui :
P = 1009 mBar
T = 30 ̊C
V eff = 12,2 kV
Ditanyakan :
a. V max = …?
b. V B = …?
c. FC = …?
Penyelesaian :
a. Tegangan maksimal (V max )
V max =V eff × √ 2=12,2× √ 2=17,25kV
b. Tegangan sebenarnya (V B)
P 273+ 20
V B=V max × ×
1013 273+T
1009 273+20
¿ 17,25 × ×
1013 273+30
¿ 16,61 kV
c. Faktor koreksi (FC)
V eff 16,61
FC = = =0,96
V B 17,27
Perhitungan pada data ke 6.
Diketahui :
P = 1009 mBar
T = 30 ̊C
V eff = 14,1kV
Ditanyakan :
a. V max = …?
b. V B = …?
c. FC = …?
Penyelesaian :
a. Tegangan maksimal (V max )
V max =V eff × √ 2=1 4,1× √ 2=1 4,94 kV
b. Tegangan sebenarnya (V B)
P 273+ 3 0
V B=V max × ×
1013 273+T
1009 273+ 20
¿ 1 4,94 × ×
1013 273+ 30
¿ 1 8,77 kV
c. Faktor koreksi (FC)
V eff 1 8,77
FC = = =0,9 63
V B 19,49

I. TABEL HASIL ANALISIS DATA


Tabel 2. Analisa Data Percobaan DC Berbeban Homogen untuk Bola-Bola
Jarak Celah Veff Vmax VB
No FC
Bola (mm) (kV) (kV) (kV)

1 0,5 3 4,24 4,25 1,00


2 1 3,9 5,51 5,30 0,96
3 1,5 4,8 6,78 6,53 0,96
4 2 5,1 7,21 6,94 0,96
5 2,5 12,2 17.25 16,61 0,96

6 3 14,1 19,49 18,77 0,96

Anda mungkin juga menyukai