Anda di halaman 1dari 3

BERIL PRAMUDYA NIM: 132111133076 A2 TM-5 Sesi 7

Patofisiologi, farmakologi, dan terapi diet pada anemia

Farmakologi anemia

Patofisiologi anemia Pengobatan farmakologi anemia dapat dilakukan dengan pemberian zat
besi peroral sulfas ferosus atau glukonus ferosus dengan dosis 3 – 5 x
Patofisiologi anemia defisiensi besi (ADB) 0,20 mg. Pemberian zat besi parenteral diberikan bila ibu hamil tidak
disebabkan karena gangguan homeostasis zat tahan pemberian per oral atau absorbsi saluran penceranaan kurang
besi dalam tubuh. Homeostasis zat besi dalam
baik, kemasan diberikan secara IM atau IV. Masalah kesehatan ini sering
tubuh diatur oleh absropsi besi yang dipengaruhi
kali terjadi karena tidak tercukupinya jumlah zat besi, vitamin B12, dan
asupan besi dan hilangnya zat besi/iron loss.
folat. Jadi, sebagian besar cara penangannya berfokus pada
Kurangnya asupan zat besi/ion intake, penurunan
absropsi, dan peningkatan hilangnya zat besi konsumsi suplemen. Pada beberapa kondisi, pengidap mungkin
dapat menyebabkan ketidakseimbangan zat besi membutuhkan injeksi B12 karena tidak mampu diserap dengan baik dari
dalam tubuh sehingga menimbulkan anemia saluran pencernaan. Sementara itu, beberapa pilihan pengobatan
karena defisiensi besi. Zat besi yang diserap di lainnya adalah: Transfusi darah. Pemberian obat yang dapat menekan sistem
bagian proksimal usus halus dan dapat dialirkan
kekebalan tubuh. Pemberian obat dengan tujuan untuk memperbanyak
dalam darah bersama hemoglobin, masuk ke
sel darah dalam tubuh, seperti suntikan eritropoietin.
dalam enterosit, atau disimpan dalam bentuk
ferritin dan transferin. Terdapat 3 jalur yang
berperan dalam absropsi besi, yaitu: (1) jalur
heme, (2) jalur fero (Fe2+), dan (3) jalur
feri (Fe3+). Zat besi tersedia dalam bentuk ion Terapi diet anemia
fero dan dan ion feri. Ion feri akan memasuki sel
melalui jalur integrin-mobili ferrin (IMP), Terapi non farmakologis ini berupa minuman dari buah dan sayur
sedangkan ion fero memasuki sel dengan bantuan sangat efekti fdalam meningkatkan kadar HB pada kasus anemia yang
transporter metal divalent/divalent metal dialami oleh remaja putri. Langkah ini akan efektif jika dikonsumsi
transporter (DMT)-1. Zat besi yang berhasil masuk berturut-turut selama 7 hingga 10 hari. Memastikan vitamin C yang
ke dalam enterosit akan berinteraksi dengan cukup di dalam tubuh melalui makanan, minuman, atau suplemen. Hal
paraferitin untuk kemudian diabsropsi dan
ini agar tubuh dapat menyerap zat besi. Caranya dengan melakukan
digunakan dalam proses eritropioesis. Sebagian
diet seimbang. Konsumsi suplemen kalsium karena dapat memengaruhi
lainnya dialirkan ke dalam plasma darah untuk
reutilisasi atau disimpan dalam bentuk ferritin
cara tubuh menyerap zat besi. Hindari mengonsumsi minuman berkafein
maupun berikatan dengan transferin. Kompleks dan minum vitamin C agar tubuh dapat menyerap lebih banyak zat besi
besi-transferrin disimpan di dalam sel diluar dari makanan.BERIL PRAMUDYA
sistem pencernaan atau berada di dalam darah.
BERIL PRAMUDYA NIM: 132111133076 A2 TM-5 Sesi 7

Patofisiologi, farmakologi, dan terapi diet pada leukimia

Farmakologi leukimia

Patofisiologi leukimia Farmakologi asparaginase adalah sebagai obat antineoplastik sitotoksik


yang digunakan dalam tata laksana leukemia limfositik akut.
Leukemia adalah jenis ganguan pada sistem Asparaginase mengkatalisis asparagin menjadi L-aspartat dan amonia.
hematopoietic yang total dan terkait dengan Asparagin adalah asam amino nonesensial yang penting dalam
sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai
perkembangan sel leukemia. Imatinib atau imatinib mesylate adalah
dengan tidak terkendalinya proliferasi dari
obat untuk menangani leukemia atau kanker darah. Imatinib merupakan
leukemia dan prosedurnya. Sejumlah besar sel
obat antikanker golongan penghambat protein kinase (protein kinase
pertama menggumpal pada tempat asalnya. dan
menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke inhibitor). Imatinib bekerja dengan cara menghambat fungsi
organ yang lebih besar. Proliferasi dari satu jenis enzim tirosin kinase. Cara kerja ini akan membantu menghentikan
sel sering menggangu produksi normal sel pertumbuhan dan penyebaran sel kanker.
hematopoetik lainnya dan mengarah ke
pengembangan/pembelahan sel yang cepat dank
e sitopenias (penurunan jumlah). Pembelahan
dari sel darah putih mengakibatkan menurunnya
immunocompetence dengan meningkatnya
kemungkinan terjadi infeksi. normalnya sumsum
tulang diganti dengan tumor yang ganas,
imaturnya sel blas. Adanya proliferasi sel blast, Terapi diet leukimia
produksi eritrosit dan trombosit tergangu sehingga
akan menimbulkan anemia dan trombositopenia, Diet rendah purin mengharuskan penderita leukemia membatasi
sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan konsumsi makanan berpurin sedang hingga tinggi,misalnya tahu tempe,
menyebabkan ganguan sistem pertahann tubuh sayuran berdaun hijau, makanan laut, kacang – kacangan, dan juga
dan mudah mengalami infeksi, manifestasi akan jeroan. Selain itu juga lebih memperbanyak konsumsi tinggi protein
tampak pada gambaran gagalnya sumsum misalnya saja ikan, daging, telur, olahan susu, kedelai ataupun kacang-
tulang dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat.
kacangan. Memperbanyak makanan penambah energi. Batasi konsumsi
Gangguan pada nutrisi dan metabolisme, depresi
sumber asam folat. Lakukan diet rendah purin. konsumsi buah-buahan
sumsum tulang yang akan berdampak pada
penurunan leukosit, eritrosit, factor pembekuan
yang berkadar antioksidan tinggi, seperti kismis, kurma, blueberry,
dan peningkatan tekanan jaringan, dan adanya anggur, stroberi, pulm, manggis dan jeruk.
infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat
terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus Limfe,
dan nyeri persendian.
BERIL PRAMUDYA NIM: 132111133076 A2 TM-5 Sesi 7

Patofisiologi, farmakologi, dan terapi diet pada DHF

Farmakologi DHF

Patofisiologi DHF Pada pasien DHF diberikan cairan isotonik secara intravena, seperti salin
normal (NaCl 0,9%), ringer laktat, atau cairan Hartmann dengan
pTingginya permeabilitas kapiler dinding dosis pemberian: Berikan awal 5−7 mL/kgBB/jam selama 1−2 jam.
pembuluh darah menyebabkan kebocoran plasma Kurangi menjadi 3−5 mL/kgBB/jam selama 2−4 jam. dapat
yang berlangsung selama perjalanan penyakit,
mentoleransi cairan secara oral, mereka mungkin perlu cairan IV.
sejak permulaan masa demam mencapai
menghindari aspirin dan nonsteroid lainnya, obat anti inflamasi karena
puncaknya pada masa renjatan. Pada pasien
mereka meningkatkan risiko perdarahan. Paracetamol atau acetaminophen
dengan renjatan volume plasma dapat menurun
sampai 30% atau lebih. Jika keadaan tersebut berguna untuk meredakan nyeri otot dan sendi, serta mengatasi lesu
tidak teratasi akan menyebabkan anoksia pada pasien DBD. Obat paracetamol juga dapat menghambat
jaringan, asidosis metabolik dan berakhir dengan pembentukan zat prostaglandin yang memicu demam dan nyeri.
kematian. Perdarahan yang terjadi pada pasien
DBD terjadi karena trombositopenia, menurunnya
fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protombin, faktor V,VII, IX, X dan fibrinogen).
Selain trombositopenia, kelainan sistem koagulasi
juga berperan dalam perdarahan penderita DBD.
Perdarahan kulit pada penderita DBD umumnya
disebabkan oleh faktor kapiler, gangguan fungsi Terapi diet DHF
trombosit dan trombositopenia, sedangkan
perdarahan masih terjadi akibat kelainan Terapi Diet untuk untuk DBD didasarkan prinsip Tinggi Energi dan Tinggi
mekanisme yang lebih kompleks lagi, yaitu Protein (TETP), Tinggi Cairan dan Elektrolit. Diet TETP adalah diet
trombositopenia, gangguan faktor pembekuan yang mengandung energi dan protein lebih tinggi daripada makanan
dan kemungkinan besar oleh faktor Disseminated biasa. Tidak ada pantangan atau diet khusus untuk pasien DBD, hanya
Intravascular Coagulation. Manusia adalah inang memerlukan makanan yang memiliki nilai gizi tinggi agar daya tahan
(host) utama dari virus dengue. Nyamuk Aedes sp
tubuh lebih kuat. Semua penyakit yang disebabkan oleh virus umumnya
akan terinfeksi virus dengue apabila menggigit
hanya dilawan oleh pertahanan tubuh. Seperti memperbanyak sayuran,
seseorang yang sedang mengalami viremia,
kemudian virus dengue akan bereplikasi di dalam
buah-buahan, makanan yang berkarbohidrat, vitamin, zat besi dan
kelenjar liur nyamuk selama 8−12 hari. Namun, makanan yang sulit dicerna.
proses replikasi ini tidak memengaruhi hidup
nyamuk.

Anda mungkin juga menyukai