Anda di halaman 1dari 4

Analisis Penyebab Penyakit

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kelompok dengan


masyarakat yang mengunjungi Puskesmas Pembantu Desa Kapur, salah satu
faktor yang paling mempengaruhi kejadian penyakit ISPA adalah faktor
lingkungan. Kelompok menemukan bahwa masyarakat yang memiliki lingkungan
baik lebih sedikit mengalami kejadian ISPA karena lingkungan yang bersih
membuat masyarakat terhindar dari berbagai penyakit. Masyarakat yang tidak
membuang sampah sembarangan, rutin menyapu rumah dan menjaga rumahnya
agar tidak berdebu cenderung lebih jarang terserang ISPA dibandingan masyakat
yang tidak menjaga kebersihan lingkungannya.

Hal ini didukung oleh data dari Kemenkes RI yang mengatakan bahwa
faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian penyakit ISPA.
Faktor lingkungan tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar rumah. Untuk
faktor yang berasal dari dalam rumah sangat di pengaruhi oleh kualitas sanitasi
dari rumah itu sendiri (Kemenkes RI, 2011).

Selain faktor kebersihan lingkungan, faktor yang juga memiliki pengaruh


besar terhadap kejadian ISPA adalah baik atau buruknya sirkulasi udara di dalam
rumah. Kami menemukan bahwa masyarakat yang memiliki memiliki sistem
sirkulasi udara yang baik dalam rumahnya lebih jarang mengalami ISPA karena
pergantian udara dalam rumah sangat baik sehingga udara bersih dapat selalu
dirasakan oleh masyarakat tersebut. Menurut Kemenkes RI ventilasi yang baik
sangat penting, hal ini dikarenakan ventilasi merupakan tempat masuk dan
keluarnya udara sehingga udara didalam ruangan selalu segar dan ruangan tidak
terasa pengap. Hal ini berhubungan juga dengan tingkat kepadatan penduduk.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh kelompok di lingkungan sekitar
Puskemas Pembantu Desa Kapur, lingkungan pemukiman masyarakat terlihat
padat, jarak antar rumah sangat kecil. Kepadatan penduduk ini berhubungan
dengan kualitas udara di lingkungan tersebut. Semakin padat penduduk, semakin
buruk kualitas udara.

Selanjutnya masyarakat yang memiliki kebiasaan merokok ataupun biasa


terpapar asap rokok memiliki kecenderungan untuk mengalami penyakit ISPA
dibandingkan dengan masyarakat yang tidak merokok ataupun jarang terpapar
asap rokok. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh kelompok kepada
pengunjung Puskesmas Pembantu Desa Kapur, didapatkan hasil bahwa keluarga
dengan ayah yang merokok biasa mengalami gejala ISPA seperti batuk, bersin,
demam, sakit dan nyeri menelan.

Berdasarkan hasil wawancara dan analisis data yang kelompok peroleh,


dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling memengaruhi kejadian ISPA pada
masyarakat di daerah Puskesmas Pembantu Desa Kapur adalah sirkulasi udara
didalam rumah yang kurang baik, pemukiman penduduk yang padat serta
kebiasaan merokok penduduk yang memengaruhi kualitas udara.

Strategi Penyelesaian Masalah

Berdasarkan hasil analisis penyebab penyakit ISPA di daerah kerja


Puskesmas Pembantu Desa Kapur, ada beberapa strategi penyelesaian masalah
yang disusun oleh kelompok. Sesuai hasil analisis yang telah dilakukan
sebelumnya, strategi penyelesaian masalah yang pertama adalah memberikan
pendidikan kesehatan mengenai pentingnya sirkulasi udara yang baik untuk
pencegahan penyakit ISPA. Kelompok menawarkan solusi untuk memperbaiki
sirkulasi udara ditempat tinggal masing-masing keluarga karena dengan
mempertahankan kualitas udara didalam rumah dapat menjamin udara dalam
rumah aman untuk keperluan pernapasan. Masyarakat perlu mengetahui bahwa
sirkulasi udara yang baik sangat penting untuk mengurangi penularan pathogen
yang ditularkan dengan penularan obligat atau preferensial melalui airborne.
Pendidikan Kesehatan mengenai pentingnya sistem sirkulasi udara yang baik di
setiap rumah dinilai sebagai solusi paling rasional yang bisa ditawarkan oleh
kelompok, karena menumbuhkan kesadaran dalam masyarakat dapat memicu
masyarakat untuk segera melakukan tindakan. Hal serupa juga dilakukan untuk
mengatasi faktor kebersihan. Strategi penyelesaian masalah yang disusun oleh
kelompok juga adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai
pengaruh tingkat kebersihan lingkungan dengan kejadian penyakit ISPA.

Strategi penanggulangan lain yang disusun oleh kelompok adalah dengan


bekerja sama dengan pemangku kebijakan untuk menciptakan ruang publik bebas
asap rokok. Merokok merupakan kebiasaan yang paling umum dimiliki oleh
masyarakat laki-laki di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Desa Kapur.
Kebiasaan merokok ini terus meningkat harus ditekan dengan membatasi
kebebasan merokok ditempat-tempat umum. Kebijakan yang dimaksud dalam hal
ini tidak melarang dan menghentikan kebiasaan merokok masyarakat secara total
namun membatasi kebebasan merokok ditempat-tempat umum yang bisa
mengganggu masyakarat.

Sebagai pembanding, kebijakan ruang publik bebas asap rokok telah


diterapkan di Surabaya dan dimuat dalam Perwali Kota Surabaya Nomor 25
Tahun 2009. Peraturan ini adalah produk hukum yang mengikat setiap orang baik
individu maupun kelompok khususnya para perokok aktif (Raptasari, Nurani, &
Ratnawati, 2019).

Salah satu bentuk pengimplementasiannya dimuat dalam penelitian yang


dilakukan oleh Hakim tahun 2015 mengenai implementasi Peraturan Walikota
Surabaya Nomor 25 Tahun 2009 di Angkutan Umum Bus DAMRI Surabaya.
Bentuk Tindakan yang dilakukan berupa pemasangan tanda larangan merokok dan
penyediaan smoking area di terminal serta menegur penumpang maupun pegawai
yang melanggar peraturan dan juga tindakan tegas berupa menurunkan
penumpang yang kedapatan merokok di dalam Bus DAMRI Kota Surabaya. Hasil
evaluasi dari implementasi ini adalah kebijakan dapat dikatakan berhasil karena
pegawai jasa angkutan umum Bus DAMRI Kota Surabaya serta penumpangnya
sudah cukup tertib meskipun ada beberapa penumpang yang masih belum
mengetahui adanya larangan merokok (Hakim, 2019).

Kelompok menilai strategi ini bisa menjadi salah satu opsi untuk
mengurangi kejadian penyakit ISPA yang diakibatkan oleh paparan asap rokok.

Referensi :

HAKIM, M. A. R. (2015). IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA


SURABAYA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN
KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK
(Studi Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Angkutan Umum Bus DAMRI
Surabaya). Publika, 3(6).

KEMENKES RI (2011). Pedoman Penanggulangan ISPA.


https://idoc.pub/documents/pedoman-pengendalian-ispapdf-ylyxqgg5zenm.
Diakses pada Kamis, 25 Mei 2023.

Rapitasari, D., Nurani, J., & Ratnawati, S. (2019). Analisis Kebijakan Kota
Surabaya Tentang Kawasan Tanpa Rokok Pada Ruang Terbuka Publik.
Wacana Publik, 13(02), 113-118.

Anda mungkin juga menyukai