Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ghina Atikah

NIM : 171000022

Kelas : A

PENGERTIAN ADVOKASI
“Advokasi merupakan kegiatan terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan
untuk mempengaruhi para pembuat keputusan bahwa program kesehatan yang ditawarkan
perlu mendapat dukungan melalui suatu keputusan (Notoatmodjo, 2012).”
Berdasarkan sumber diatas dapat disimpulkan bahwa advokasi merupakan suatu program
yg membutuhkan ketegasan,untuk membuat suatu kebijakan yang berwawasan kesehatan maka
kita perlu membuat advokasi untuk mendapatkan dukungan melalui keputusan para penentu
kebijakan. Sebagai contoh seperti saya mengobservasi bahwa penggunaan pipet plastik
sekarang makin merajarela,maka saya menganjurkan untuk menggunakan pipet dari bahan non
plastik agar mengurangi dapat mengurangi sampah plastik di masyarakat,oleh sebab itu pihak
kesehatan harus membuat suatu advokasi mengenai pemberhentian penggunaan pipet plastik
khususnya untuk restoran cepat saji ,kemudian akandisampaikan kepada para penentu
kebijakan untuk mempengaruhi para pembuat keputusan bahwa program stop pipet plastik yg
ditawarkan perlu mendapat dukungan.

PENGERTIAN MEDIASI

”Mediasi (penghubung) berarti pelaksanaan promosi kesehatan perlu menjalin kemitraan


dengan berbagai program yang berkaitan dengan kesehatan”

Berdasarkan sumber diatas dapat disimpulkan bahwa mediasi dalam promosi kesehatan
merupakan suatu penghubung,untuk melaksanakan suatu program promosi kesehatan maka
kita harus menjadi suatu kerjasama dengan program yang akan berkaitan. Sebagai contoh saya
mengobservasi di desa simalungun masih dipercaya bahwa banyak anak banyak rezeki,akan
tetapi perekenomian di desa itu masih cukup rendah yang akan berdampak pada kasus kurang
gizi,oleh sebab itu saya ingin membuat program Keluarga Berencana. Untuk membuat program
KB tersebut maka perlu dilakukan suatu mediasi dengan puskesmas yang berada di desa
simalungun tersebut.
PENGERTIAN PEMBERDAYAAN

Pemberdayaan merupakan suatau proses pemberian informasi yang akan diberikan kepada
masyarakat secara terus menerus. Sebagai contoh di desa simalungun banyak masyarakat yang
terkena diabetes,kolesterol,karena sering makan yg manis manis dah berlemak lemak,tetapi
mereka menganggap remeh akan hal itu,oleh sebab itu kita perlu melakukan suatu
pemberdayaan beruba memberikan informasi kepada masyarakat di desa itu bahwa terlalu
sering makan yg berlemak dan manis manis akan berdampak burukkepada kesehatan,jadi
masyarakat yang belum tahu akan menjadi tahu dengan adanya informasi tersebut.

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

ADVOKASI

Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait
ini berupa tokoh tokoh masyarakat (formal dan informal) yang umumnya berperan sebagai
narasumber (opinion leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang dana. Juga
berupa kelompok-kelompok dalam masyarakat dan media massa yang dapat berperan dalam
menciptakan suasana kondusif, opini publik dan dorongan (pressure) bagi terciptanya PHBS
masyarakat. Advokasi merupakan upaya untuk menyukseskan bina suasana dan pemberdayaan
atau proses pembinaan PHBS secara umum.

Advokasi merupakan salah satu strategi promosi kesehatan dengan upaya atau proses untuk
mencapai masyarakat sehat ,kategori sehat dalam hal ini yaitu masyarakat yang bebas dari
penyakit,kemudian dari lingkungan dan orang orang sekitar,advokasi dapat berjalan dengan
baik melalui dukungan dari pihak pihat yang terkait. Sebagai contoh yaitu dengan menerapkan
kebijakan kawasan tanpa rokok,yang sudah diterapkan di fakultas kesehatan
masyarakat,melalu persetujuan pihak pihak yang bersangkutan.

PEMBERDAYAAN

Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang sangat
penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak. Pemberdayaan adalah proses
pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus
dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar
klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice).

Berdasarkan sumber di atas dapat kita simpulkan bahwa pemberdayaan merupakan suatu
fondasi untuk mengubah perilaku masyarakat. Pemberdayaan dilakukan untuk merubah
kesadaran masyarakat. Dilakukan secara terus menerus dan dapat dibantu melalui lingkungan
sekitar dan orang orang terdekat. Sebagai contoh yaitu remaja putra sekarang banyak yang
merokok dengan alasan mengikuti zaman. Kalau tidak merokok maka dikatakan tidak gentle
man. Padahal itu salah,merokok dapat berdampak buruk pada kesehatan,oleh sebab itu kita
perlu memberikan informasi yang lebih banyak lagi khususnya dikalangan remaja yang sejak
dini sudah mulai merokok,agar mereka sadar bahwa kandungan yang berada di dalam rokok
itu sangat berbahaya. Pemberdayaan yang dilakukan dalam kasus ini yaitu seperti memberikan
seminar tentang bahaya rokok di kawasan fakultas universitas dengan tujuan meningkatkan
kesadaran mahasiswa tentang bahaya rokok.

BINA SUASANA

Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu
anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan
terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada
(keluarga di rumah, organisasi siswa/mahasiswa, serikat pekerja/ karyawan, orang-orang yang
menjadi panutan/idola, kelompok arisan, majelis agama dan lain-lain, dan bahkan masyarakat
umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk memperkuat
proses pemberdayaan, khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke
fase mau, perlu dilakukan bina suasana.

Berdasarkan sumber diatas dapat disimpulkan bahwa bina suasana merupakan faktor setelah
melakukan pemberdayaan,bina suasana yaitu upaya yang dapat membuat masyarakat mau
melakukan perubahan perilaku kearah yang lebih baik lagi. Sebagai contoh setelah kita
melakukan pemberdayaan terkait dengan bahaya rokok di kalangan mahawaiswa khususnya
putra,maka kita lakukan bina susana dengan mengajak mereka untuk mengubah perilaku atau
kebiasaan merokok yang biasanya sehari dua batang menjadi sehari sebatang,perlahan perlahan
maka mereka akan menguranginya,atau dilakukan terapi oleh pihak pihak yang
bersangkutan,seperti tokoh agama dan lainnya.
Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan

1. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

Banyaknya angka kecelakaan kerja maka dibuatlah upaya-upaya pencegahan terjadinya


kecelakaan kerja. APD adalah alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau
penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazard) di tempat kerja, baik
yang bersifat kimia, biologi, radiasi dan lainnya. APD merupakan alternatif terakhir dari upaya
pencegahan kecelakaan kerja.

Regulasi:
a. Undang-Undang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja No. 1 Tahun 1970
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Per.08/Men/Vii/2010 Tentang Alat Pelindung Diri

Implementasi:

Sudah banyak APD tersedia di lingkungan kerja untuk mengurangi resiko terjadinya
kecelakaan kerja.

Kelebihan:

Dengan adanya APD maka berkurangnya angka kecelakaan kerja, Terhindarnya tenaga
kerja dari penyakit akibat kerja. Produktifitas tenaga kerja meningkat karena
berkurangnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Kekurangan:

Tenaga kerja tidak perduli dengan APD dan menganggap remeh terhadap terjadinya
kecelakaan kerja. Mereka tidak nyaman menggunakan APD karena dianggap terlalu
risih menggunakan APD.

2. Jamban Sehat
Bertambahnya jumlah penduduk tidak sebanding dengan area pemukiman yang ada,
masalah mengenai pembuangan kotoran manusia menjadi meningkat, dilihat dari segi
kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok
untuk sedini mungkin diatasi.
Regulasi:
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Implementasi:
Sebagian masyarakat kota sudah memiliki jamban sehat dirumahnya. Tetapi masih ada
yang menggunakan jamban cemplung, bahkan masih ada yang buang air besar
sembarangan.
Kelebihan:
Masyarakat lebih teredukasi tentang jamban sehat. Tanahnya tidak tercemar, tidak
menimbulkan bau/aroma yang tidak sedap. Masyarakat dapat menggunakan jamban
kapan saja tidak perlu keluar rumah untuk buang air besar.
Kekurangan:

Tidak adanya air dan sulit dijangkau pada daerah daerah tertentu. Untuk masyarakat
menengah ke bawah itu untuk membeli jamban mungkin sulit. Bisa juga membeli
jamban dengan cara patungan. Lalu karena pengetahuan mereka kurang makanya
mereka tidak menggunakan jamban sehat. Mereka hanya tahu untuk tidak bab
sembarang bukan mengetahui tentang jamban sehat. Tingkat pendidikannya rendah.
Tingkat pendapatan. Harus ada poster yang mendukung agar masyarakat mau
menggunakan jamban sehat.

3. Keluarga Berencana (KB)


Program keluarga berencana ada di setiap negara berkembang. Program ini sekaligus
sebagai kunci pembangunan sosial ekonomi. Hambatan penggunaan kontrasepsi akibat
tekanan sosial dan gender. Paradigma kesehatan reproduksi berubah menjadi lebih
menghormati hak reproduksi setiap individu. Untuk mewujudkan pembangunan keluarga
sejahtera.

Regulasi:

a. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Bagian


Ketujuh tentang Keluarga Berencana pada Pasal 78
b. UU 10/1992, Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Sejahtera di
Bagian Kedua Keluarga Berencana pada Pasal 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23
c. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Nomor:28/HK-
010/B5/2007 Tentang Visi, Misi, dan Grand Strategi Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional

Implentasi:

Sudah berjalan program keluarga berencana ini sehingga rata-rata dalam satu keluarga
memiliki 2 anak.

Kelebihan:
Dengan adanya undang-undang ini masyarakat bisa mengatur kehidupan keluarganya
seperti pendidikan yang baik, pangan yang bergizi terpenuhi, perkembangan sosial
budaya dan ekonomi dalam keluarga baik, dan keluarga hidup sejahtera. Masyarakat
juga bisa menentukan jumlah anak mereka sesuai dengan daya dukung lingkungan
keluarga mereka sendiri.
Kekurangan:
Tetapi masih banyak orang menganggap bahwa banyak anak banyak rezeki, tanpa
mereka sadari mereka banyak mengeluarkan biaya untuk keperluan keluarganya.
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang metode-metode kontrasepsi. Dan hanya
wanita saja yang ingin berkonsultasi KB sementara laki-laki tidak terlalu peduli.
Daftar Pustaka

sulistyowati, Lili S.2011.PROMOSI KESEHATAN DI DAERAH BERMASALAH


KESEHATAN Panduan bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas.Jakarta:KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Bagian


Ketujuh tentang Keluarga Berencana pada Pasal 78

UU 10/1992, Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera di Bagian


Kedua Keluarga Berencana pada Pasal 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Nomor:28/HK-


010/B5/2007 Tentang Visi, Misi, dan Grand Strategi Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat

Undang-Undang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja No. 1 Tahun 1970

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor


Per.08/Men/Vii/2010 Tentang Alat Pelindung Diri

Anda mungkin juga menyukai