Anda di halaman 1dari 26

BAB 1.

PENDAHULUAN

Bab 1. Pendahuluan ini dijabarkan tentang (1) Latar Belakang, (2) Rumusan
Masalah, (3) Tujuan Penelitian dan (4) Manfaat Penelitian. Penjelasan yaitu sebagai
berikut.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas


sumber daya manusia, untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa. Hal
tersebut akan terjadi apabila pendidikan dijadikan sarana untuk meningkatkan dan
mengembangkan kualitas sumber daya manusia di suatu negara. Ditunjukkan dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa peran utama pendidikan adalah
membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Undang-Undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggunga jawab. Adanya tujuan pendidikan yang sedemikian rupa mengacu agar
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berkualitas, baik dari segi spritual,
kepribadian, serta pengetahuan yang dimiliki guna mengisi keberlangsungan hidup
pribadi, masyarakat, dan negara. Semua tujuan ini akan tercapai, apabila membentuk
manusia berkarakter yang dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan.

Salah satu ciri peningkatan mutu pendidikan itu sendiri adalah dengan
dimilikinya kemampuan berpikir kritis. Terlebih di era globalisasi yang menuntut
semua pihak untuk dapat berpikir kritis, karena dengan mudahnya mendapatkan
informasi dari berbagai sumber. Tidak hanya itu, manusia juga dituntut memiliki
kemampuan memperoleh, mengolah, dan menindaklanjuti informasi yang didapatkan
untuk dimanfaatkan di dalam kehidupan. Semua hal inilah yang menuntut kita untuk
berpikir kritis, kreatif, logis, dan sistematis.

Berdasarkan pernyataan tersebut, matematika menjadi salah satu bagian dari ilmu
pendidikan yang dapat melatih siswa untuk berpikir kritis.

Matematika merupakan ilmu dasar untuk ilmu pengetahuan yang lain. Dalam
kehidupan sehari-hari matematika tidak hanya digunakan sebagai transaksi
perdagangan namun juga diterapkan pada aktivitas yang melibatkan angka lainnya.
Pembelajaran matematika sudah diberikan sejak dini kepada siswa mulai dari jenjang
taman kanak-kanak, sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Diberikannya
pembelajaran matematika sejak usia dasar diharapkan dapat membentuk pola pikir
siswa untuk menghadapi perubahan keadaan terutama dalam masalah matematika.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan di sekolah
terutama SD, dalam proses pembelajaran matematika sangat diperlukan sarana
penunjang salah satunya adalah sumber belajar. Buku merupakan sarana penunjang
utama siswa dalam belajar. Jika tidak menggunakan buku teks sebagai penunjang
proses belajar maka pembelajaran menjadi kurang terarah, efesien, dan efektif. Tidak
hanya siswa, gurupun memerlukan buku teks dalam melaksanakan proses belajar
mengajar. Karena pada kenyataannya, bagi siswa buku teks sebagai informasi yang
utama dan mayoritas ilmu pengetahuan yang guru berikan berasal dari buku teks.

Buku teks diharapkan dapat digunakan guru dan siswa sebagai pegangan dalam
proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, sangatlah penting pertimbangan
dalam memilih buku teks yang digunakan sebagai pegangan siswa dan guru sekolah
dasar. Buku teks yang dipertimbangkan tidak hanya dari segi isi, namun juga harus
memperhatikan faktor-faktor pengembangan kognitif anak yang salah satunya
kesesuian dengan tingkat perkembangan struktur kognitif siswa SD. Britton (dalam
Sunardi, 2001:132) berpendapat bahwa penyajian buku teks matematika akan efektif
jika sesuai dengan pemrosesan dan kemampuan kognitif pembacanya. Oleh
karenanya, guru perlu meneliti dan menganalisis isi buku berupa materi atau soal
sebelum digunakan dalam pembelajaran matematika. Analisis isi buku merupakan
langkah awal filterisasi buku yang akan diajarkan bagi siswa, terlebih guru akan
mengajarakan materi dan memberikan soal yang ada di dalamnya.

Masalah yang muncul di dalam pelajaran matematika umumnya disebut soal.


Soal adalah suatu alat yang digunakan guru sebagai tolak ukur untuk mengetahui
sebarapa paham siswa terhadap materi yang terima. Saat seorang anak mengerjakan
soal, ia akan berusaha menjawabnya dengan benar.

Soal terkadang dianggap masalah bagi sebagian siswa yang tidak mengetahui
cara penyelesaiannya. Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah
secara langsung untuk menemukan suatu solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah
yang spesifik (Solso et al, 2008:434). Melalui informasi yang ada, nantinya akan
diperoleh suatu penyelesaian yang memuaskan. Semakin banyak informasi atau data
yang diperlukan, maka akan semakin baik respon dari siswa. Dari pengerjaan soal
dapat diketahui tingkat perkembangan siswa melalui respon siswa terhadap soal-soal
atau tugas-tugas yang diberikan. Biggs dan Collis menanamkan respon nyata siswa
ini sebagai Taksonomi SOLO.

Taksonomi SOLO (The Structure of the Observed Learning Outcome) atau


struktur hasil belajar yang teramati mengklasifikasi kualitas hasil belajar siswa serta
merupaka alat yang mudah dan sederhana untuk menentukan tingkat kesulitan atau
kompleksitas suatu soal atau pertanyaan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Watson
(dalam Sunardi, 1996:3) yang mengatakan bahwa taksonomi SOLO dan peta respon
sangat cocok digunakan dalam konteks apa yang diharapkan dan bagaimana soal
disusun. Dengan adanya kompleksitas suatu soal atau pertanyaan matematika, maka
dapat diketahui sejauh mana bahan pelajaran sudah diterima siswa. Dengan demikian,
klasifikasi taksonomi SOLO terhadap soal-soal matematika kelas V SD dapat
memberikan sejauh mana soal tersebut mengukur hasil belajar siswa SD pada mata
pelajaran matematika.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui level soal
dalam buku teks matematika Erlangga Straight Point Series (ESPS) kelas V
berdasarkan taksonomi SOLO. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Milati menyatakan bahwa hasil persentase dari keseluruhan soal cerita yang dianalisis
mendapatkan hasil 2,34%; 47,65%; 50,01%; 0% berturut-turut pada level
Uninstruktural (U), Multistruktural (M), Relasional (R), Abstrak diperluas (E) yang
dipergunakan untuk mengetahui level soal cerita pada buku penunjang Sekolah
Menengah Kejuruan. Taksonomi ini dipilih karena memiliki kelebihan sebagaimana
dikemukakan oleh Sunardi (1996:3) diantaranya sebagai berikut.

1) Taksonomi SOLO merupakaan alat yang mudah dan sederhana untuk


menetukan level respon siswa terhadap suatu pertanyaan matematika.
2) Taksonomi SOLO merupakan alat yang mudah dan sederhana untuk
mengkategorikan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal atau
pertanyaan matematika.
3) Taksonomi SOLO merupakan alat yang mudah dan sederhana untuk
menyusun dan menentukan tingkat kesulitan atau kompleksitas suatu soal
atau pertanyaan matematika.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk
melaksanakan penelitian dengan judul “Analisis Level Pertanyaan Berdasarkan
Taksonomi SOLO Pada Soal Matematika Dalam Buku Erlangga Straight Point
Series Kelas V SD”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat


dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1) Adakah level pertanyaan pada soal-soal yang sesuai Taksonomi SOLO di setiap
pokok bahasan dalam buku matematika Erlangga Straight Point Series (ESPS)
kelas V SD ?
2) Berapakah persentase masing-masing level pertanyaan berdasarkan Taksonomi
SOLO pada keseluruhan soal-soal dalam buku matematika Erlangga Straight
Point Series (ESPS) kelas V SD di setiap pokok bahasan?
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:

1) Mengetahui adanya level pertanyaan pada soal-soal sesuai Taksonomi SOLO


setiap pokok bahasan dalam buku matematika Erlangga Straight Point Series
(ESPS) kelas V SD
2) Mengetahui persentase masing-masing level pertanyaan berdasarkan Taksonomi
SOLO pada keseluruhan soal-soal dalam buku matematika Erlangga Straight
Point Series (ESPS) kelas V SD setiap pokok bahasan

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1) Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman atau wawasan sebagai bekal didunia
pendidikan nantinya;
2) Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan memilih soal yang
aplikatif dan sesuai dengan perkembangan kognitif siswa;
3) Bagi peneliti lain, sebagai masukan untuk mengembangkan penelitian dalam
melakukan penelitian yang sejenis maupun penelitian yang lebih lanjut.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 yaitu tinjauan pustaka yang berisi tentang (1) Matematika Sekolah Dasar,
(2) Buku Teks Matematika , (3) Soal-soal Matematika, (4) Taksonomi SOLO, (5)
Analisis Soal Berdasarkan Taksonomi SOLO.

2.1 Matematika Sekolah Dasar (SD)

Matematika sekolah adalah matematika yang diberikan untuk dipelajari oleh


siswa sekolah, yaitu pada jenjang sekolah dasar dan menengah. Matematika sekolah
terdiri atas bagian matematika yang dipilih untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk pribadi siswa sesuai dengan perkembangan IPTEK.

Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk


mencapai suatu tujuan, misalkan mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula untuk
membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan keterampilan tertentu. Hal ini
mengarahkan perhatian kepada pembelajaran nilai-nilai dan kehidupan melalui
matematika Soedjaji (2000:7).

Fungsi matematika sekolah adalah sebagai salah satu unsur masukan


instrumental, yang memiliki objek dasar abstrak dan berlandaskan kebenaran
konsistensi, dalam system proses belajar mengajar untuk mencapai pendidikan Widi
(2012:3)

Sejalan dengan fungsi matematika, maka tujuan umum diberikannya


matematika di jenjang pendidikan dasar adalah sebagai berikut:

a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di


dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat,jujur,
efektif, dan efisien.
b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan Soedjaji (2000:24)

Dengan demikian, tujuan umum adanya pendidikan matematika pada jenjang


dasar tersebut menekankan pada penataan nalar dan pembentukaan sikap siswa serta
memberikan keteramilan pada penerapan matematika. Sedangkan tujuan khusus
pengajaran matematika di sekolah dasar adalah untuk :

a. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung menggunakan


bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dikembangkan melalui
kegiatan matematika.
c. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih
lanjut di Sekolah Menengah Pertama.
d. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.

2.2 Buku Teks Matematika

Materi pembelajaran biasanya terangkum dalam sebuah buku yang biasa


disebut dengan istilah buku teks. Istilah buku teks berasal dari kata bahasa Inggris
“texstbook” yang berarti buku pelajaran. Tarigan dan Tarigan (2009:13) menjelaskan
bahwa, “buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang tertentu, yang merupakan
buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu untuk maksud-maksud
dan tujuan instruksional, yang dilengkapai dengan saran-saran pengajaran yang serasi
dan mudah dipahamai oleh para pemakainya di sekolahsekolah dan perguruan tinggi
sehingga dapat menunjukkan suatu program pengajaran”.

Berdasarkan pendapat diatas, buku teks digunakan untuk mata pelajaran


tertentu yang didasarkan pada tujuan pembelajaran sesuai acuan kurikulum. Selain
menggunakan buku teks, dalam pengajaran dapat juga digunakan sarana arau teknik
sesuai dengan tujuan yang dibuat. Penggunaan yang memadukan buku teks, teknik
serta sarana lain diharapkan dapat mempermudah pemakaian buku teks oleh peserta
didik dalam memahami materi.

Kategorisasi buku yang digunakan di sekolah dapat berubah dari waktu ke


waktu. Perubahan terakhir tertuang pada tahun 2008 melalui peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 2 Tahun 2008. Di dalamnya dijelaskan
bahwa buku tidak hanya dibatasi untuk sekolah atau pendidikan dasar dan menengah,
khususnya di sekolah, tetapi juga termasuk pendidikan tinggi. Akan tetapi semua
buku masih digolongkan dalam empat kelompok yakni; (a) buku teks pelajaran, (b)
buku panduan guru, (c) buku pengayaan, dan (d) buku refrensi.

Dalam penelitian ini buku teks yang dimaksud adalah buku matematika
penunjang SD kelas V terbitan Erlangga. Penerbit Erlangga merupakan sebuah
perusahaan penerbit buku pelajaran terbaik dalam skala nasional yang berdiri pada
tahun 1952. Adapun nama buku penunjang ini adalah Erlangga Straight Point Series
atau lebih dikenal dengan sebutan buku ESPS. Buku ESPS ini merupakan buku yang
disusun berdasarkan Kurikulum 2006 dengan model penilaian yang berorientasi pada
Kurikulum 2013.

2.3 Soal-soal Matematika

Dalam pembelajaran matematika, masalah matematika sering diartikan sebagai


suatu pertanyaan atau soal yang memerlukan jawaban atau solusi. Menurut Hudojo
(2005:124) masalah yang muncul dalam matematika pada umumnya disebut dengan
soal. Soal adalah suatu alat yang digunakan guru sebagai tolak ukur untuk
mengetahui seberapa paham siswa terhadap materi yang terima. Saat seorang anak
mengerjakan soal, ia akan berusaha menjawabnya dengan benar. Walaupun hasil
akhirnya akan berbeda, karena setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda
terutama dalam memahami soal.
Soal terkadang dianggap masalah bagi sebagian siswa yang tidak mengetahui
cara penyelesaiannya. Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah
secara langsung untuk menemukan suatu solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah
yang spesifik Solso et al (2008:434). Sedangkan menurut Sugiarti (2002:191),
pemecahan masalah matematika adalah suatu bentuk aktifitas seseorang/siswa yang
dihadapkan pada masalah matematika.

Menurut Polya (dalam Rahayu, 2012:18) Pemecahan masalah adalah untuk


menemukan jalan keluar dari suatu permasalah yang sukar untuk mencapai tujuan.
Selanjutnya Polya membagi menjadi empat tahapan dalam menemukan pemecahan
suatu masalah, yaitu memahami masalah, membuat rencana, melaksankan rencana
dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh Wahyudi (2012: 85). Tahapan tersebut
dilaksanakan berurutan, jika siswa tidak mampu memahami masalah maka tidak akan
dapat menyusun rencana sehingga pemecahan masalah yang dihadapi tidak dapat
ditemukan.

Pada penelitian ini yang dimaksud dengan pemecahan masalah adalah


pengerjakan soal untuk memukan jawaban dari soal yang diberikan. Soal yang
dimaksud di sini meliputi beberapa soal yang sudah ditentukan. Soal yang sudah
terpilih, nantinya akan di analisis untuk mengetahui tingkat kognitifnya sesuai atau
tidak dengan kognitif siswa. Sehingga dalam pengaplikasiaannya dapat diperhatikan
level pertanyaan soal dengan kemampuan siswa dalam menjawab.

2.4 Taksonomi SOLO

Taksonomi adalah klasifikasi khusus, yang berdasarkan data penelitian ilmiah


mengenai hal-hal yang digolongkan dalam sistematika tertentu Zakia(2012:80).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia taksonomi adalah kaidah dan prinsip yang
meliputi pengklasifikasian.
Winkel (dalam Sunardi, 1996:8) berpendapat bahwa kemampuan kognitif
merupakan kegiatan intelektual yang tidak bisa diamati dari luar. Apa yang terjadi
pada seseorang tidak dapat diketahui secara langsung tanpa orang itu menampakkan
yang merupakan fenomena belajar. Dengan demikian tingkat pperkembangan kognitif
siswa dapat diketahui dari respon terhadap suatu tugas. Salah satu cara untuk
mengidentifikasi kegiatan respon siswa terhadap asalah atau persoalan matematika
adalah dengan Taksonomi SOLO.

Taksonomi SOLO (Structured of Observed Learning Outcome) adalah suatu


alat evaluasi tentang kualitas respon siswa terhadap suatu tugas yang dikembangkan
oleh Biggs & Collis pada tahun 1982. Taksonomi SOLO berperan menentukan
kualitas respon siswa terhadap masalah yang dihadapkan. Artinya, Taksonomi SOLO
digunakan untuk mengukur kualitas jawaban siswa terhadap suatu masalah
berdasarkan pada kompleksitas pemahaman atau jawaban siswa terhadap masalah
yang diberikan. Tidak hanya itu, taksonomi SOLO juga dapat menggambarkan
bagaimana struktur kompleksitas kognitif atau respon siswa level yang ada Fakhiroh
(2011:14).

Biggs dan Collis (dalam Sugiarti, 1997:184) mengatakan bahwa ada fenomena
identifikasi sebagai penetu tingkat respon siswa, yaitu mode fungsi, (Mode of
Fungctioning) dan rangkaian tingkat yang mendeskripsikan pertumbuhan dalam
setiap mode atau disebut siklus belajar (learning cycles). Mode fungsi dari taksonomi
SOLO mirip dengan tingkat perkembangan dari Piaget. Mode fungsi ini terdiri dari
beberapa tahap, yaitu:

1. Sensori Motor (4 bulan-2 tahun),


2. Ikonik (2-6 tahun),
3. Simbolik Kongkrit (7-15 tahun),
4. Opeasi Formal (dari 16 tahun), dan
5. Operasi Formal 2 (parameter umur tidak jelas).
Siklus belajar ini muncul seperti spiral pada tiap tingkat dari mode fungsi.
Siklus belajar ini terdiri dari Prestruktural (P), Uninstruktural (U), Multistruktural
(M), Relasional (R), dan Abstrak Diperluas (E). Deskripsi dari masing-masing tahap
dalam siklus belajar tersebut adalah sebagai berikut.

1) Prestruktural yang ciri-cirinya adalah menolak untuk memberi jawaban,


menjawab secara cepat atas dasar pengamatan dan emosi tanpa dasar yang
logis, dan mengulangi pertanyaan.
2) Uninstruktural yang ciri-cirinya dapat menarik kesimpulan berdasarkan
satu data yang cocok secara kongkrit. Tingkat ini dicapai oleh siswa yang
ratarata berusia 9 tahun.
3) Multistruktural yang ciri-cirinya adalah dapat menarik kesimpulan
berdasarkan dua atau lebih atau konsep yang cocok, berdiri sendiri atau
terpisah. Rata-rata usia siswa yang mencapai tingkat ini adalah 13 tahun.
Masa peralihan dari tingkat uninstruktural ke tingkat multistruktural
(uninstruktural-multistruktural) dicapai oleh siswa rata-rata berusia 11
tahun. Kelompok siswa yang berada pada masa peralihan ini dikatakan
kelompok peralihan. Kelompok ini kadang-kadang menunjukkan sikap
yang dimiliki oleh kelompok uninstruktural dan kadang-kadang
menunjukkan sikap yang dimiliki oleh kelompok multistruktural.
4) Relasional yang ciri-cirinya dapat berpikir secara induktif, dapat menarik
kesimpulan berdasarkan data atau konsep yang cocok serta melihat dan
mengadakan hubungan-hubungan antar data atau konsep tersebut. Siswa
yang mencapai tingkat ini rata-rata berusia 17 tahun.
5) Abstrak diperluas yang ciri-cirinya adalah dapat berpikir secara induktif
dan deduktif, dapat mengadakan atau melihat hubungan-hubungan,
membuat hipotesis, menarik kesimpulan, dan menerapkannya pada situasi
lain. Tingkat tertinggi ini dicapai oleh siswa yang berusia lebih dari 17
tahun Sunardi (1997:11).
2.5 Analisis Soal Berdasarkan Taksonomi SOLO

Pada saat memberikan soal guru harus memperhatikan kesesuaian antara level
siswa dengan tingkat kognitif siswa. Untuk itu perlu diperhatikan secara khusus agar
mendapat hasil tes yang maksimal. Oleh sebab itu, baik soal atau pertanyaan yang
guru buat atau yang terdapat dalam buku teks sebaiknya dianalisis terlebih dahulu.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkatan soal agar sesuai dengan tingkat kognitif
siswa. Joni (1984:40) mengatakan bahwa analisis merupakan suatu langkah
keharusan meskipun dalam kenyataanya, lebih-lebih dalam pengajaran sehari-haru,
umumnya masih kurang sangat kuang diperhatikan.

Analisis level pertanyaan pada soal matematika dalam penelitian ini adalah
suatu prosedur yang digunakan untuk mengklasifikasikan level pertanyaan pada soal-
soal yang terdapat pada buku sekolah elektronik penunjang sekolah dasar. Dengan
adanya klasifikasi hasil belajar yang teramati beserta ciri-ciri yang diberikan, maka
dapat diketahui respon siswa yang tampak dalam menyelesaikan soal matematika.

Biggs dan Collis (dalam Sunardi, 1996:12) menyatakan bahwa respon siswa
terhadap pertanyaan menggunakan tipe-tipe data dengan simbol-simbol yang
digunakan sebagai berikut.

x : menyatakan informasi atau data yang tidak relevan dengan pertanyaan atau soal.

• : menyatakan informasi atau data yang relevan dan termuat pada pernyataan atau
soal, hal ini esensial untuk mendapatkan penyelesaian yang benar.

o :menyatakan informasi atau data dan prinsip atau rumus yang relevan dengan
pertanyaan atau soal tetapi tidak diberikan pada pernyataan atau soal.

Simbol-simbol tersebut digunakan untuk membuat peta respon dari suatu


pertanyaan. Watson (dalam Sunardi 1996:12) menyatakan bahwa level SOLO
diilustrasikan sebagai peta analisis tugas atau peta respon. Peta respon digunakan
untuk mengkategorikan soal sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan.

Pada penelitian ini, kritera yang digunakan untuk menetukan level soal apakah
termasuk uninstruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak diperluas akan
dijabarkan sebagai berikut Sunardi (1996:13-16).

1) 1) Pertanyaan Uninstruktural (U) adalah suatu pertanyaan yang menggunakan


sebuah informasi yang jelas dan langsung dalam soal untuk mendapatkan
penyelesaiannya atau dengan kata lain jawaban dapat langsung ditemukan
dalam soal. Peta respon suatu pertanyaan unistruktural dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Peta respon pertanyaan unistruktural (Milati, 2013:14)
2) Pertanyaan Multistruktural (M) adalah suatu pertanyaan dengan kriteria
semua informasi atau data yang diperlukan dapat segera digunakan untuk
mendapatkan penyelesaian. Pertanyaan multistruktural memerlukan rumus
secara implisit. Dari informasi yang diketahui, dapat digunakan rumus untuk
mendapatkan penyelesaian akhir.
Contoh gambaran peta respon pertanyaan multisruktural sebagai
berikut: x Penyelesaian yang memuaskan

Gambar 2.2 Peta respon pertanyaan multistruktural (Sunardi, 1996:13)

3) Pertanyaan Relasional adalah suatu pertanyaan dengan kriteria semua


informasi diberikan, namun belum bisa segera digunakan untuk penyelesaian
akhir. Dalam kasus ini tersedia data yang harus digunakan untuk menentukan
ekstra informasi sebelum dapat digunakan untuk memperoleh penyelesaian
akhir. Alternatif lain adalah menghubungkan informasi-informasi yang
tersedia dengan menggunakan prinsip umum atau rumus untuk mendapatkan
informasi baru. Dari informasi atau data baru selanjutnya dapat digunakan
untuk memperoleh penyelesaian akhir. Dari kedua hal di atas dapat
diilustrasikan sebagai berikut: x

Ekstra Informasi dari data yang diberikan Penyelesaian yang


memuaskan

Gambar 2.3 Peta respon pertanyaan relasional (Sunardi, 1996:14)

4) Pertanyaan Abstrak diperluas (E) adalah suatu pertanyaan dengan kriteria


semua informasi atau datadiberikan tetapi belum bisa segera digunakan untuk
mendapatkan penyelesaian akhir. Dari data atau informasi yang diberikan
masih diperlukan prinsip umum yang abstrak atau menggunakan hipotesis
untuk mengaitkannya sehingga mendapatkan informasi atau data baru. Dari
informasi atau data baru ini kemudian disintesiskan sehingga dapat diperoleh
penyelesaian akhir. Contoh gambaran peta respon pertanyaan abstrak
diperluas sebagai berikut: x Penyelesaian yang memuaskan

Keterangan:

Adalah pemetaan “digunakan untuk”

Gambar 2.4 Peta respon pertanyaan abstrak diperluas (Sunardi,


1996:16) Adapun indikator-indikator dalam lembar klasifikasi sebagaimana
yang dikemukakan oleh Nurcholis (2003:19) sebagai berikut.

Tabel 2.1 Indikator klasifikasi soal berdasarkan Taksonomi SOLO

LEVEL INDIKATOR
Pertanyaan 1. Menggunakan sebuah informasi yang jelas dan tersedia
Uninstruktural
pada soal;
2. Jawaban langsung didapat dari soal;
3. Transfer model penyelesaian sederhana. Pertanyaan
Multistruktural
Peryataan 1. Menggunakan dua informasi atau lebih yang terpisah dan
Multistruktural terdapat pada soal
2. Informasi dapat segera digunakan untuk mendapatkan
solusi/penyelesaian;
3. Memrlukan rumus secara implisit;
4. Transfer model penyelesaian lebih kompleks.
Pertanyaan Relasional 1. Menggunakan pemahaman terpadu dari dua informasi
atau lebih yang tersedia pada soal;
2. Informasi belum bisa segera digunakan untuk
mendapatkan solusi/penyelesaian;
3. Tersedia data untuk menetukan secara informasi;
4. Ekstra informasi digunakan untuk memperoleh
penyelesaian akhir.
LEVEL Pertanyaan 1) Menggunakan dua informasi atau lebih yang tersedia pada
Abstrak dierluas soal;

LEVEL INDIKATOR 2) Menggunakan prinsip umum yang abstrak dari luar soal
untuk mendapatkan informasi baru; 3) Membangun hipotesis yang diturunkan atau
disarankan oleh informasi pada soal.

2.6 Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan digunakan sebagai perbandingan pada


pembahasan dari hasil penelitian sebagai berikut:
1. Umamah (2013) mengemukakan bahwa persentase level pertanyaan
berdasarkan Taksonomi SOLO untuk ujian nasional matematika SMK
program keahlian teknologi, kesehatan, pertanian 2011/2012 berdasarkan
Standar Kompetensi Lulusan Ujian Nasional (SKLUN) adalah sebagai
berikut, dari 13 SKL terdapat 7 SKL yang memuat dua level pertanyaan
yaitu SKL no 1, 4, 5, 7, 10, 11, dan 12 dengan persentase level
Multistruktural (M) untuk masing-masing SKL berturut-turut 5%, 5%,
5%, 2,5%, 2,5%, 5%, dan 7,5%; sedangkan persentase level Relasional
(R) berturut-turut adalah 5%, 2,5%, 2,5%, 2,5%, 7,5%, 2,5%, dan 2,5%.
Untuk SKL no 2, 3, 8, 9, dan 13 hanya memuat satu level pertanyaan yaitu
level Relasional (R) dengan persentase berturut-turut 2,5%, 12,5%, 7,5%,
7,5% dan 2,5%. Untuk SKL no 6 hanya memuat level Relasional (R)
dengan persentase 10%.
2. Listiana (2013) mengemukakan bahwa berdasarkan level pertanyaan pada
soal cerita yang terdapat dalam buku teks matematika penunjang SMK
kelas X program keahlian Akuntansi dan Penjualan karangan Tuti
Masrihani dkk terbitan Erlangga terdiri 118 soal yang memuat 160
pertanyaan dan pada buku teks matematika penunjang SMK kelas X
kelompok Akuntansi dan penjualan karangan To’ali terbitan Pusat
Perbukuan Departemen Nasional terdiri 104 soal yang memuat 167
pertanyaan berdasarkan Taksonomi SOLO adalah: (a) Buku terbitan
Erlangga adalah 0%, 22,50%, 77,50%, 0% berturut-turut pada level
Uninstruktural, Multistruktural, Relasional, dan Abstrak diperluas. (b)
Buku terbitan Pusat Perbukuan Departemen Nasional adalah 0%, 37,13%,
62,29%, 0% berturut-turut pada level Uninstruktural, Multistruktural,
Relasional, dan Abstrak diperluas.
3. Milati (2013) mengemukakan bahwa persentase banyaknya pertanyaan
pada masing-masing level pertanyaan dari keseluruhan soal cerita
berdasarkan Taksonomi SOLO dari 149 soal cerita yang terdiri dari 214
pertanyaan. 5 pertanyaan berada pada level unistruktural sebesar 2,34%,
102 pertanyaan berada pada level multistruktural dengan persentase
sebesar 47,65%, 107 pertanyaan pada level relasional dengan persentase
sebesar 50,01%, dan 0 pertanyaan berada pada level abstrak diperluas
dengan persentase sebesar 0% dari keseluruhan pertanyaan yang terdapat
pada buku teks matematika penunjang Sekolah Menengah Kejuruan
program keahlian teknologi, kesehatan, dan pertanian kelas X terbitan
Erlangga.

BAB 3. METODE PENELITIAN

Bab 3. Metode Penelitian yaitu diuraikan (1) Jenis Penelitian, (2) Definisi
Operasional, (3) Prosedur Penelitian, (4) Metode Pengumpulan Data, (5) Instrumen
Penelitian, (6) Analisis Data, (7) Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data.

3.1 Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan


menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu
keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan Arikunto
(2013:234). Pada umunya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis.
Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moelong, 2001:3) mendefinisikan pendekatan
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Dalam penelitian ini akan disajikan data berupa tabel untuk mendeskripsikan
atau menganalisis level pertanyaan pada soal yang terdapat pada buku teks
matematika penunjang kelas V berdasarkan Taksonomi SOLO.
3.2 Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan persepsi dan kesalahpahaman dalam


memberikan pengertian terhadap istilah-istilah pada judul penelitian ini, maka berikut
ini akan diberikan definisi secara singkat dari istilah-istilah yang digunakan.

1. Taksonomi SOLO (The Structured of Observed Learning Outcome) atau


hasil belajar yang teramati merupakan temuan Biggs dan Collis pada tahun
1982 yang digunakan untuk mengklasifikasikan soal ke dalam empat level
yaitu : Unistruktural (U), Multistruktural (M), Relasional (R), dan Abstrak
diperluas (E).
2. Analisis dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengklasifikasikan dan menelaah dengan membaca, mengkaji, mencatat,
serta memberikan gambaran level pertanyaan pada soal matematika di
kelas V berdasarkan taksonomi SOLO.
3. Soal adalah masalah yang muncul dalam pembelajaran matematika berupa
pertanyaan yang disajikan dalam bentuk soal hitungan ataupun soal cerita.
Soal merupakan suatu tolak ukur yang digunakan guru untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi yang diterima.

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam


penelitian secara berurutan dan sistematis guna memperoleh data yang dibutuhkan
untuk menjawab permasalahan secara sistematis. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Nasir (1988:51) yang mengatakan bahwa prosedur merupakan urutan-urutan
pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian. Prosedur penelitian dalam
penelitian adalah sebagai berikut.

1. Mendaftar soal-soal matematika kelas V pada tiap-tiap pokok bahasan;


2. Mencari solusi dari soal-soal yang sudah ditentukan beserta langkah-langkah
penyelesaiannya;

3. Melakukan klasifikasi terhadap soal-soal yang sudah ditentukan ke dalam level


pertanyaan unistruktural, multistruktural, relasional, atau abstrak diperluas sesuai
kriteria pada lembar klasifikasi;
4. Melakukan pemeriksaan keabsahan data dengan cara pengecekan
5. Menetukan presentase masing-masing level pertanyaan pada soal-soal yang
ditentukan.
6. Menarik kesimpulan.

3.4 Metode Pengumpulan

Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan (Nasir, 1998:211). Salah satu metode pengumpulan
data adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Arikunto (2006:231).

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan
check list sebab data yang diperoleh dari dokumen yang sudah ada yaitu buku teks
matematika kelas V SD.

Untuk memudakan dalam mengklasifikasikan tingkat kognitif soal, maka


digunakan lembar klasifikasi yang berisikan kriteria dari masing-masing tingkat
kognitif berdasarkan Taksonomi SOLO. Kriteria ini digunakan sebagai pedoman
untuk mengklasifikasikan soal-soal yang ditentukan, sehingga dapat diketahui soal
yang ditentukan termasuk ke dalam level uninstruktural, multistruktural, relasional,
atau abstrak diperluas berdasarkan Taksonomi SOLO.
3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan peneliti dalam


mengumpulkan data. Arikunto (2006:160) menyatakan pengertian instrumen
penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya juga lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Pada
penelitian ini, peneliti sebagai instrumen utama atau merupakan alat mengumpul data
utama. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai perencana, pengumpul data,
menganalisis data, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian.

Pada pelaksanaannya , penelitian ini menggunakan instrumen pendukung


berupa lembar klasifikasi. Lembar klasifikasi ini berisikan indikator suatu pertanyaan
yang akan digunakan sebagai pedoman untuk menganalisis level soal apakah
termasuk dalam level pertanyaan unistruktural, pertanyaan multistruktural,
pertanyaan relasional, atau pertanyaan abstrak diperluas.

3.6 Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga
dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain
(Bogdan dalam Sugiyono, 2013:244). Dalam penelitian ini digunakan analisis data
deskriptif. Data yang diperoleh dalam penelitian deskriptif ini diklasifikasikan
menjadi data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa angka yang
merupakan hasil perhitungan presentase dari masing-masing level soal. Data
kualitatif dijabarkan dengan kalimat yang merupakan analisa dari hasil persentase.
Untuk menghitung persentase level pertanyaan pada soal berdasarkan Taksonomi
SOLO digunakan rumus sebagai berikut:

𝑃𝑖 =∑𝑛 𝑖 /∑𝑁 x 100%


Keterangan :

𝑃𝑖 = persentase masing-masing level pertanyaan berdasarkan taksonomi


SOLO;

∑𝑛i = jumlah pertanyaan yang sesuai dengan masing-masing level taksonomi


SOLO;

∑ = jumlah pertanyaan keseluruhan;

i = level pertanyaan berdasarkan taksonomi SOLO

(Uninstruktural, Multistruktural, Relasional, dan Abstrak diperluas).

3.7 Teknik Pemekrisaan Keabsahan Data

Penelitian kualitatif harus mengungkapkan kebenaran secara objektif. Karena


itu keabsahan dalam sebuah penelitian sangat penting. Moleong (2001:173)
mengemukakan bahwa untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pemeriksaan keabsahan data bertujuan agar hasil penelitian benarbenar
dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi. Dalam menguji keabsahan data,
peneliti menggunakan teknik trianggulasi. Menurut Moloeng (2001:178) teknik
triangulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
tersebut. Denzin (dalam Moelong, 2007:330) membedakan empat macam triangulasi
sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik, dan teori.

Dalam penelitian ini akan dilaksanakan triangulasi oleh penyidik. Teknik


triangulasi jenis ketiga ini memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk
keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka


Cipta

Arikunto, S. 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2016. Permendiknas Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Buku. [serial on line].
http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/12/IsiPermendikn
as-2-thn200 8. pdf. [2 Januari 2018]

Fakhiroh, Z. 2011. Analisis Jawaban Siswa Terhadap Penyelesaian Soal


Matematika Dalam Perspektif Taksonomi SOLO Pada Matei Trigonometri Di
Kelas IX MaMa’arif7 7Banjarwati Paciran Lamongan.[serial on line].
http://digilib.uinsby.ac.id/9354/2/ abstrak.pdf [3 Januari 2018]

Herman, T. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan


Kemampuan Bberpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah
Pertama.[serialonline]. https://s3.amazonaws.com/academia.edu.
documents /38923593/28-31-1-PB.pdf?
AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53
UL3A&Expires=1511188158&Signature=SpeTkPfqIlccC7WaQtE6O%2 Fh
B60Y%3D&response-content-disposition=inline%3B%20filename%3D PE
MBELAJARANBERBASISMASALAHNTUKMENI.pdf.[1desember2017]

Hudojo, H. 2005. Pengembangan dan pembelajaran Matematika. Malang:


Universitas Malang

Joni, T. R. 1984. Pengukuran dan penilaian pendidikan. Surabaya: Usana Offset


Pinting
Kemenristekdikti. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. [serialonline]. http://kelembagaan. ristekdikti.go.id
/wpcontent/uploads/2016 /08/UUno_20_th_2003.pdf. [1 desember 2017]

Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya Offset

Moleong, L.J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Nasir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nurcholis, A. 2003. Analisis Level Soal Matematika Pada Buku Paket SMU Kelas 1
Berdasarkan Taksonomi SOLO. Tidak diterbitkan. Skripsi. Jember:
Universitas Jember.

Rahayu, D. P. 2012. Kemampuan Kognitif Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Jelbuk
Dalam Menyelsaikan Soal Pecahan Berdasarkan Taksonomi SOLO. Skripsi.
Universitas Jember.

Soedjaji, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi Keadaan


Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta: Depdiknas.

Solso, R. L. et al. 2008. Psikologi Kognitif. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Sugiarti, T. 1997. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan


Lampiran A

MATRIK PENELITIAN

Judul Permasalahan Variabel Indikator Sumber Metode Penelitian


Data
Analisis 1. Adakah 1. Variabel Klasifikasi Soal Berdasarkan 1. Buku 1. Jenis Penelitian :
level level terikat : Taksonomi SOLO • matema Penelitian
pertanyaan pertanyaan level Pertanyaan Unistruktural (U) tika Deskriptif
berdasarkan pada soal- pertanya 1. Menggunakan sebuah Erlangg 2. Metode
Taksonomi soal yang an informasi yang jelas dan a pengumpulan
SOLO pada sesuai berdasar tersedia pada soal. Straight data:
soal Taksonomi kan 2. Jawaban langsung Point Dokumentasi
Matematika SOLO di taksono didapat dari soal Series 3. Analisis data :
dalam buku setiap mi Pertanyaan Multistruktural penunja Persentase level
Erlangga pokok SOLO (M) ng SD pertanyaan pada
Straight bahasan 2. Variabel 1. Menggunakan dua kelas V soalsoal
Point Series dalam bebas : informasi atau lebih berdasarkan
SD kelas V buku soal- yang terpisah dan Taksonomi
matematika soal terdapat dalam soal. SOLO
Erlangga dalam 2. Informasi dapat segera 𝑃𝑖 = ∑𝑛 𝑖 ∑𝑁 x
Straight buku digunakan untuk 100% Keterangan :
Point Matema mendapatkan 𝑃𝑖 = persentase
Series tika solusi/penyelesaian. masingmasing level
(ESPS) Erlangg 3. menggunakan rumus pertanyaan
kelas V a yang implisit berdasarkan
SD? Straight Pertanyaan Relasional (R) taksonomi SOLO;
2. Berapakah Point 1. Menggunakan ∑𝑛i = jumlah
persentase Series pemahaman terpadu dari pertanyaan yang
masingmas kelas V dua informasi atau lebih sesuai dengan
ing level SD.. yang terjadi pada soal. masing-masing level
pertanyaan 2. Informasi belum bisa taksonomi SOLO;
berdasarka segera digunakan untuk ∑𝑁 = jumlah
n mendapatkan pertanyaan
Taksonomi solusi/penyelesaian. keseluruhan;
SOLO 3. tersedia data untuk
pada menentukan ekstra
keseluruha informasi.
n soal-soal 4. Ekstra informasi
dalam digunakan untuk
buku memperoleh
matematika penyelesaian akhir
Erlangga .Pertanyaan Abstrak
Straight diperluas (E)
Point 1. Menggunakan prinsip
Series umum yang abstrak dari
(ESPS) luar soal untuk
kelas V SD mendapatkan informasi
setiap baru
pokok
bahasan?

Anda mungkin juga menyukai