Anda di halaman 1dari 1

Tebuireng.

online- Tantangan ulama di masa depan adalah menghadapi dunia


yang serba digital. Begitulah yang dijelaskan oleh Dr. Ahmad Lutfi Fathullah, M.A.,
Direktur Pusat Kajian Hadit Jakarta dalam studium general di Aula Lantai 3 Gedung
KH. Yususf Hasyim Pesantren Tebuiren, Senin (06/08/18).

Hal itu beliau ungkapkan dengan penggunaan karya aplikasinya yang dapat
menampung segala hal yang berkaitan dengan hadits. “Tinggal klik doang aja” itulah
istilah beliau menunjukan betapa mudahnya mengakses hadits sekarang khususnya
dalam aplikasi ciptaanya tersebut.

Stadium General (SG) yang dipanitiai oleh Ma’had Aly Hasyim Asy’ari
Tebuireng ini diadakan pada Senin (06/08/18). Tema SG kali ini adalah “Optimalisasi
Perpustakaan Digital dalam kajian Kitab Turats Hadits”.

Banyak sekali yang bisa didapat dari beliau termasuk cara beliau menyikapi
pengkajian hadits dengan cara modern. Aplikasi barunya tersebut merupakan trobosan
yang cemerlang untuk kader ulama hadits generasi sekarang. “kita bisa saja
mentakhrij hadits lewat kitab-kitabnya langsung, tapi pasti akan sangat sulit” tukas
beliau seraya menunjukan cara kerja aplikasinya melalui layar LCD proyektor.

Berkenaan dengan belajar langsung kepada guru (talaqqi), Dr. Lutfi


menjelaskan bahwa yang berkewajiban bertalaqqi adalah orang-orang tertentu seperti
orang yang belajar di pesantren. “Kalo semua orang harus talaqqi, maka yang ada
cuman pesantren doang” ungkap beliau dengan logat betawinya yang khas.

“Yang harus talaaqi ya kita kita ini orang pesantren kalo mereka ngapain harus
talaqqi?” lanjut direktur pusat kajian hadits jakarta ini menjawab pertanyaan penanya.
Kemudian beliau membacakan surat at taubah ayat 122 dan menjelaskan bahwa yang
berkewajiban bertalaqqi langsung dengan guru yaitu sebagian golong, yakni orang
pesantren.

“Kalau yang membuat baik, hasilnya juga baik. Kalau yang membuat tidak
baik maka hasilnya juga tidak baik. Kita memiliki tanggung jawab untuk membuat
kebaikan” itulah sebagai salah satu pesan dari Dr. Lutfi yang diungkapkan oleh Nailia
Maghfiroh, moderator dalam SG ini.

Setelah prosesi diskusi selesai, dilanjutkan dengan pemberian cinderamata dari


pihak direktur pusat kajian hadits jakarta begitu juga sebaliknya. Foto bersama
menjadi acara tepat sebagai kenang-kenangan yang menutup acara ini.

Anda mungkin juga menyukai