Anda di halaman 1dari 3

GURU DALAM KISARAN KETERBUKAAN AKSES INFORMASI

Abdul Rozak
Guru Besar pada Fakultas Pendidikan dan Sains
UGJ Cirebon

Guru selalu tersebut dalam hampir segala perubahan. Perubahan selalu berjalan
dengan cepat adalah hal biasa. Peristiwa yang terjadi di dunia akan selalu berubah ke arah
perkembangan yang membaikkan, mungkin juga mengkhawatirkan. Makin lanjut usia dunia
sesungguhnya lebih banyak hal yang mengkhawatirkan. Kondisi alam semakin rapuh karena
pengguna dan penggunaan tidak seimbang. Makin banyak manusia yang memerlukan
tempat hidup, merujuk kepada kekurangan ruang kehidupan dalam kebersamaan. Manusia
terus bertambah, ruang hidup seharusnya dikelola dengan kecermatan atas dasar pemilik
langit dan bumi, “Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan
(pengetahuan) Allah meliputi segala sesuatu. (Q.S. An-Nisa' : 126).
Perhatian kita terfokus pada kemajuan teknologi yang tidak pernah berhenti
berinovasi dan inovasi itu berdampak kepada kepentingan manusia juga. Ribuan aplikasi,
mungkin jutaan telah disebarkan. Masyarakat “dipaksa” menggunakan aplikasi dalam
berbagai aspek kehidupan. Aplikasi mengikat gerak hidup kita. Banyak keperluan diatur
aplikasi yang telah dibuat untuk “memudahkan” kepentingan selesaian kebutuhan kita. Bagi
sebagian orang memudahkan, bagi sebagian lagi menyulitkan. Begitulah sifat kebaruan
aturan.
Hampir segala keperluan hidup diatur aplikasi. Salah satu aplikasi yang berkembang
pesat pada pada pandemik adalah aplikasi pendidikan. Guru masuk ke kondisi “dadakan
belajar”. Tidak sedikit guru yang gagap berkenalan dengan teknologi, terutama guru
“senior” dalam hal usia. Mereka biasa bertatap muka, berkomunikasi langsung dengan para
murid. Pada akhirnya guru senior juga dapat mengikuti perubahan dengan berbagai cara
dan upaya. Mereka menjalankan pembelajaran sesuai dengan aplikasi yang tersedia, yang
mudah digunakan. Saat kondisi covid -19 pembelajaran beralih ke kondisi daring. perubahan
ini sebagai respons terhadap kebaikan. Penjagaan terhadap kesehatan dan keberlanjutan
pendidikan menjadi bagian penting sebagai argumen pilihan. Guru tidak dapat mengelak.
Guru harus belajar sebagai sikap terhadap perubahan. Perubahan selalu membawa kita
pada keharusan memahami melalui pembelajaran.
Guru pada umumnya memiliki sifat kemudahan penyesuaian dengan kondisi yang
dihadapi. Guru terbiasa menyesuaikan aktivitas di kelas dengan kondisi yang terjadi pada
saat itu. Guru memiliki sifat improvisasi yang melekat pada dirinya. Kesiapan perubahan
adalah unsur yang akan mendorong ketidaktertinggalan dalam berbagai aspek kehidupan.
Kemajuan teknologi berpengaruh terhadap proses pembelajaran di kelas. Salah satu yang
mendorong guru banyak belajar adalah kemudahan akses informasi. Banyak situs
menyediakan ragam informasi yang diperlukan pengguna. Tinggal “klik” segala keperluan
kita tersaji. Tinggal memilih dan mengunduh atau tinggal bayar lewat “mobile banking”.
Berapa menit kemudian kebutuhan kita sampai di rumah.
Kemudahan mengakses informasi ini mengubah posisi guru dan murid. Guru dan
murid dalam posisi sama dalam hal mempunyai kesempatan mengakses informasi. Semua
pengguna internet dapat mengakses tanpa batas informasi yang diperlukan. Posisi ini
memungkinkan murid lebih banyak tahu tentang berbagai informasi termasuk yang
berhubungan dengan materi ajar. Kemungkinan ini bisa terjadi dan bisa juga tidak. Kita
belum tahu arah bacaan para murid. Apakah para murid membiasakan membaca informasi
yang berhubungan dengan keilmuan. Sementara ini kita baru menduga-duga bahwa mungkin
saja murid lebih banyak tahu tentang materi ajar. Murid mungkin lebih tahu informasi dalam
hal lain yang tidak menjadi fokus guru.
Keterbukaan akses informasi itu adalah sifat. Keterbukaan tidak merujuk kepada
kemampuan para murid memahami pemilihan informasi yang berguna bagi kehidupannya.
Terlalu sedikit anak-anak muda yang bersedia membaca teks yang panjang. Banyaknya
pilihan cenderung pada kecepatan keterpindahan teks. Pergeseran layar dalam hitungan detik
dilakukan para murid. Matanya bergerak secepat niatnya. Pada umumnya layar itu dilihat dan
dilihat, hanya dilihat. Pengalaman penulis berbagai artikel pada grup tertentu hanya 1 atau2
orang yang membaca. Penulis mengetahui dari komentar. Banyak anggota yang berkomentar
berjarak 2 menit antara unggahan dengan komentarnya. Padahal teks artikel itu 2 halaman
lebih, tidak mungkin dibaca dalam waktu 2 menit.
Berdasarkan informasi dari hasil riset kecenderungan anak-anak muda dalam hal
akses internet lebih banyak pada media sosial (2,5 jam sehari), live streaming musik dan
video (1,6 jam sehari). Ada juga yang membaca artikel yang dimuat pada media online (1,4
jam sehari). Belum ada data siswa yang membaca teks panjang ( bahan ajar e-book, artikel
pada jurnal ilmiah, buku teks pelajaran digital). Keterbukaan itu adalah kondisi yang terjadi
dengan sendirinya, karena tuntutan perubahan zaman dan kemajuan pesat teknologi.
Perubahan itu harus diimbangi dengan perubahan cara berpikir, terutama kesikapanan kita
terhadap keterbukaan akses itu.
Guru mempunyai tugas berat. Guru sesungguhnya telah dimudahkan dalam
memerkaya bahan ajar. Informasi yang disiapkan di internet. Bahan ajar yang diminta
kurikulum dapat diperkaya dengan bacaan-bacaan yang tersebar di internet. Bacaan-bacaan
bermutu banyak termuat pada internet. Banyak situs berkualitas yang menyajikan bacaan
bermutu dan tersedia gratis. Begitu juga banyak situs yang sajian informasinya tidak bermutu.
Guru dalam kisaran keterbukaan akses informasi cukup berat. Keterbukaan akses
membuka banyak pilihan. Begitu banyak informasi yang dapat diakses oleh siapa pun. Segala
hal dapat termaktub pada informasi termasuk niat yang beragam. Tidak semua informasi
selalu baik. Oleh karena itu, fungsi guru dapat dimaksimalkan dengan mengarahkan para
murid dengan memberikan tugas yang materinya dipilihkan. Guru menyiapkan tugas belajar
bagi murid dan memberitahukan situs-situs yang dapat dibuka. Penunjukan situs itu
mengisyaratkan guru telah membaca situs-situsnya. Guru harus memunculkan kepercayaan
para murid. Guru memberikan contoh bukan sekedar memerintah. Arah bacaan guru akan
ditaati murid karena berhubungan dengan tugas. Tugas-tugas itu harus merupakan peristiwa
keberlanjutan. Guru harus memeriksa semua tugas murid dan membicarakan serta
mendiskusikannya di kelas. Olahan informasi menjadi bagian penting dalam serbuan
informasi. Guru harus menjadi solusi bagi keterbukaan akses.
Teknologi harus ditaklukan. Teknologi harus dimanfaatkan atas kepentingan pemudah
dalam mendorong keterjadian kebutuhan kita. Apa pun yang terjadi di luar diri kita hanya
dapat diolah dan ditaklukan dengan kekuatan diri; hati yang harus mengendalikan semua
perilaku anggota tubuh lainnya. “Sepasang mata adalah petunjuk. Sepasang telinga adalah
corong. Lisan adalah juru bicara. Kedua tangan adalah sayap. Perut adalah kasih sayang.
Limpa adalah senyuman. Paru-paru adalah jiwa. Kedua pinggang adalah tipu daya. Dan
hati adalah raja. Ketika rajanya bagus, maka rakyatnya pun bagus. Dan jika rajanya rusak
maka rakyatnya pun rusak.” (HR Ibnu Hibban, Abu syaikh dan Abu Nu’aim). Hati guru
harus teguh dalam menjalankan membekali para murid agar menjadi cerdas dalam
menjalankan kehidupan. Pilihan-pilihan guru tentang informasi yang harus dimiliki para
murid dapat disampaikan di kelas dengan pakaian yang cocok. Guru harus menggunakan
sebaik-baiknya pakaian. Pakaian yang tidak akan terkena dampak dengan perkembangan
kekinian. Semua tampilan guru didasarkan pada pakaian hati. Pakaian yang akan
mempengaruhi seluruh tampilan fisik guru. Sebaik-baik pakaian itu adalah pakaian taqwa.
“Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi
auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik.
Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat." (Al
A'raf Ayat 26)

Anda mungkin juga menyukai