Anda di halaman 1dari 3

You Turned My World With A Smile

Draco akhir-akhir ini merasa dirinya sinting. Entah apa kata yang lebih tepat untuk menggambarkan
apa yang sedang dialaminya saat ini, selain kata sinting. Ya, bagaimana tidak sinting? Mendadak saja
ia sangat menikmati—tolong dicatat—sangat menikmati saat-saat mengusili atau menjahili seorang
remaja berambut hitam berkacamata yang adalah penghuni Asrama Gryffindor itu. Ah, tidak sebegitu
mendadaknya juga sih. Hanya saja, sepertinya Draco baru menyadari hal itu. Akhir-akhir ini.
Detensi yang ia dan Harry terima minggu lalu saja membuatnya terbayang-bayang akan si mata
empat. Aish, demi jenggot Merlin!

Namun entah ini bisa dibilang sial atau malah berkah?

Detensi yang entah keberapa dalam bulan ini. Masalah sederhana yang kelewat dibesar-besarkan—
sengaja—hingga membuat dua pentolan Slytherin dan Gryffindor itu terkena akibatnya. Kali ini
keduanya dihukum membantu Hagrid untuk memelihara hewan-hewan ajaib yang dipelihara oleh
sekolah, selama satu bulan.

Harry memasang ekspresi kesal di wajahnya, tapi ia tetap mengerjakan hukuman yang diterimanya
dengan sungguh-sungguh. Dan memberi makan Buckbeak—Hippogriff kesayangan Hagrid yang
juga menjadi hewan peliharaan Hogwarts—membuat raut kesal itu perlahan menghilang. Buckbeak
menerima kelinci-kelinci yang dibawakan Harry kepadanya. Melahap mereka dengan semangat
seolah belum pernah merasakan daging kelinci sebelumnya. Harry mengulum senyum saat
mendapati wajah Draco yang sedikit memucat saat berhadapan dengan Buckbeak. Oh tentu saja,
mana mungkin mereka melupakan peristiwa waktu itu.

Buckbeak tak memedulikan Draco dan hanya berfokus melahap makan malamnya.

“Oh bagus. Sekarang kau mengejekku.”

Harry menahan ekspresi senangnya dan berusaha tetap pokerface. “Siapa?” kilahnya datar.
Draco mendengus. Kesal tapi bagaimana ya? Sebetulnya ia senang juga sih. Suatu perasaan yang
rumit ini betul-betul bukan perkara yang mudah. “Kau! Memangnya siapa lagi?”

“Sudahlah Malfoy. Jangan mulai lagi. Aku sudah cukup muak harus menjalani detensi lagi dan lagi
hanya karena meladenimu. Sekarang diamlah dan biarkan aku menyelesaikan tugasku untuk
memberi Buckbeak makan.”

Draco membuka mulutnya untuk menyahut sebelum Harry berbalik dan menatapnya sungguh-
sungguh. “Atau kau saja yang menggantikanku memberinya makan?

Mati kutu. Sampai Hagrid menjadi kurus sekalipun Draco tidak akan mau dekat-dekat dengan
makhluk separuh kuda berkepala burung elang dan bersayap itu. Tidak akan!
Draco pun membungkam mulutnya. Kesal. Mana mau ia berurusan dengan makhluk yang sudah
membuat tangannya patah waktu itu?! Mendekatinya seperti ini pun enggan. Hanya karena paksaan
detensi saja—dan karena ia berpasangan dengan Harry saja—ia mau melakukan hal ini.

Menjaga nama baik Malfoy adalah prioritas utama. Termasuk bersikap jantan dan bertanggung jawab
terhadap detensi yang diberikan. Namun … meskipun begitu tetap saja semacam ada perasaan
senang juga. Ya bagaimana tidak senang? Melihat Harry melakukan sesuatu dengan sungguh-
sungguh dan mendapatinya tersenyum diam-diam dengan tulus seperti saat ini adalah suatu peristiwa
langka yang patut diabadikan dalam ingatan. Draco mematri ekspresi lembut Harry dalam hatinya
dan merasakan kehangatan.
Tunggu!

Kehangatan?

Draco menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. Rasanya bulu roma di sekujur tubuhnya
meremang.

ASTAGA!
DEMI JENGGOT MERLIN!
DEMI APA PUN!

Jangan-jangan ia kerasukan sesuatu ini?!

Harry melirik pada Draco yang bertingkah aneh dengan kerutan dalam yang menjembatani di kedua
alisnya. Sadar sedang diperhatikan, Draco berdeham lalu memalingkan wajahnya ke arah lain
dengan sok keren. Harry yang merasa tak diacuhkan hanya memasang ekspresi datarnya dan kembali
fokus pada pekerjaannya. Memberikan dua ekor bangkai kelinci pada Buckbeak yang menyambutnya
dengan penuh sukacita.

“Kalian sudah selesai? Harry? Malfoy?”

Suara Hagrid yang terdengar menggelegar membuat Draco nyaris terlonjak di tempatnya. Mencibir
sebal pada Hagrid yang datang mendekat sambil membawa dua buah labu berukuran besar di kedua
tangannya.

Harry melambai pada Hagrid. Ia membelai kepala sang Hippogriff lalu undur diri dari hadapan sang
makhluk mistis untuk mendapati Hagrid.

“Sudah selesai. Aku rasa kami sudah selesai menjalankan tugas kami di sini. Kecuali si Tuan
Sempurna ini mau melakukan tugas lainnya.”

“Hei!”

Hagrid tertawa. “Aku tidak mengerti kenapa kalian berdua harus selalu terlibat pertengkaran. Oh ya,
kalau begitu tugas kalian di sini sudah selesai. Terima kasih ya, Harry. Dan kau juga, Malfoy. Ayo
kuantar kalian ke asrama, aku sekalian ada perlu ke dapur,” ujarnya sambil menunjukkan kedua buah
labu yang tengah dipegangnya.

Harry tersenyum dan mengangguk.

Oh, sial!

Draco terus mengumpat sepanjang perjalanan mereka pulang. Hanya karena sebuah senyum kecil
yang Harry perlihatkan, dan seluruh dunianya seolah telah dijungkir balikkan.

Anda mungkin juga menyukai