BAB III
A. Pengantar.
Pada bab ini Penulis akan membagi dalam 3 (tiga) bagian yaitu
77
78
Korupsi.1
1
Penjelasan umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002
Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.
79
2
Romli Atmasasmita, Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional dan Aspek
Internasional, (Bandung: Mandar Maju, 2004), hlm. 26-29.
3
Mahrus Ali, Hukum Pidana Korupsi, (Yogyakarta: UII Press, 2016), hlm. 200.
80
penyadapan.4
4
Ibid., hlm. 202.
81
5
Ibid., hlm 201.
6
Reda Manthovani, Penyadapan VS Privasi (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer,
2015), hlm. 112.
82
puluh) hari.7
7
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tentang
Psikotropika.,Pasal 55.
8
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi., Pasal 26.
83
undang-undang.9
9
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi, Pasal 41 dan 42.
10
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang,Pasal 31.
84
tahun.11
undang.12
11
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Tindak
Pidana Perdagangan Orang, Pasal 31.
12
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronika, Pasal 31.
85
prinsip:
(SOP).
perundang-undangan (legalitas).
(perlindungan konsumen).
penyadapan (partisipasi).
13
Peraturan Kapolri Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Penyadapan pada
Pusat Pemantauan Polri.
86
tersebut.
tingkat kewilayahan.
yang diajukan.
pidana.
belum mencukupi.
88
luar Polri.
operasi penyadapan.
dan
diperpanjang.
89
undangan.
pihak manapun.
puluh) hari.
90
penyadapan.15
14
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi, Pasal 41 dan 42.
15
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Penjelasan Pasal 26.
91
16
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronika, Pasal 31.
17
Mahrus Ali, Op.Cit, hlm. 198.
92
Indonesia
18
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP,
Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2008), hlm. 277.
93
jenis alat bukti yang telah diatur dalam Pasal 184 KUHAP
19
Ibid.
94
doubt).22
20
Ibid., hlm. 797.
21
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, ( Jakarta: CV. Sapta Artha
Jaya, 1996), hlm. 260.
22
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, Pasal 188
ayat (2)
95
peristiwa.24
23
Andi Hamzah., Op.Cit. hlm. 270.
24
Kuliah Pertama T. Nasrullah terhadap Mahasiswa FHUI tentang Hukum
Pembuktian pada tanggal 7 Maret 2002, FH UI.
96
kesalahan terdakwa.25
bahwa:26
25
Martiman Prodhohamidjojo, Seri Pemerataan Keadilan 10, Sistem Pembuktian
dan Alat-alat Bukti,(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), hlm. 11.
26
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Pasal 26A.
97
Keterangan terdakwa.
disebutkan:28
27
Diana Napitupulu, KPK In Action, (Depok: Raih Asa Sukses, 2010), hlm. 60.
28
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana.
99
29
M. Yahya Harahap, Op.Cit., hlm. 280.
100
salah satu alat bukti yang sah secara hukum dan juga
bukti petunjuk.30
30
Munir Fuady, Teori Hukum Pembuktian (Perdata dan Pidana), (Jakarta: Citra
Aditya Bakti, 2006), hlm. 181.
101
bukti lain.
31
Ibid.
32
Ibid., hlm. 317.
103
keterangan tersebut.33
33
A.R. Sujono dan Bony Daniel, Komentar & Pembahasan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Cetakan Pertama, (Jakarta: Sinar Grafika,
2011), hlm. 174.
104
34
Timothy B. B. Lasut, alat bukti hasil penyadapan dalam penyelidikan dan
penyidikan tindak pidana narkotika, (Jakarta: skripsi, 2013).
105
Indonesia.35
a. Amerika Serikat
35
Ibid.
36
Reda Manthovani, Op.Cit., hlm. 148.
107
bukti di Pengadilan. 37
diterima di pengadilan. 38
37
Ibid., hlm. 151.
38
Ibid., hlm. 153.
108
b. Australia.
39
Ibid., hlm. 167.
40
Ibid., hlm. 169.
109
41
Ibid., hlm. 171.
42
Ibid., hlm. 172
110
43
Ibid.
44
Ibid., hlm. 177.
45
Ibid., hlm. 178.
111
diintersepsi.
terhadap properti.
permohonan warrants.
c. Belanda
Negara.46
46
Ibid., hlm. 188.
113
d. Inggris
47
Ibid., hlm. 190.
48
Ibid., hlm. 194.
114
telecommunication system.49
49
Ibid., hlm. 195.
50
Ibid., hlm. 199.
115
pencuri.
51
Ibid., hlm. 200.
52
Ibid., hlm. 201.
116
e. Perancis
53
Terjemahan bebas: Pada bidang kejahatan dan correctionnel (di Indonesia
lingkup kejahatan) yang ancaman pidananya sama atau lebih dari 2 tahun penjara, Juge
d”instruction apabila memerlukan informasi yang sulit, dapat memerintahkan tindakan
penyadapan, perekaman, menyalin/mengcopy hubungan korespondensi yang
dipancarkan melalui jalur komunikasi elektronik. Operasi ini dilakukan dibawah kendali
dan otoritasnya. Keputusan untuk melakukan penyadapan adalah tertulis.
54
Ibid., hlm. 209.
117
55
Ibid., hlm. 210.
118
(Art. 100-2).56
a. Amerika Serikat
Title 18.57
berikut:58
56
Ibid.
57
Reda Manthovani, Op.Cit., hlm. 249.
58
Ibid.
119
b. Australia.
59
Terjemahan bebas: Ketika undang-undang tindakan penyadapan dilanggar
karena tidak ada ijin dilakukannya tindakan penyadapan dari pengadilan, tidak ada satu
bagianpun dari isi percakapan tersebut (didapat secara illegal) dan tidak adanya bukti
yang berasal dari tindakan semacam itu dapat diterima sebagai bukti di setiap
pengadilan, proses hukum lainnya atau didepan persidangan, para juri, kementrian,
aparat, intitusi, badan pengatur badan legislasi atau otoritas lainnya di Amerika Serikat.
60
Reda Manthovani, Op.Cit., hlm. 252.
120
c. Belanda.
61
Ibid.
62
Ibid., hlm. 254.
121
63
Ibid., hlm. 255.
122
d. Inggris.
Inggris.64
64
Ibid., hlm. 257.
123
17. 18 RIPA.65
e. Perancis.
telepon, yaitu:66
65
Ibid,. hlm. 259.
66
Ibid., hlm. 261.
67
Terjemahan bebas: intersepsi telepon didefinisikan sebagai sebuah teknik/cara
yang konsisten untuk menempatkan suatu metode perekaman percakapan telepon
berbayar (berlangganan), perekaman magnetic, dan perekaman percakapan.
124
68
Reda Manthovani, Op.Cit., hlm. 262.