2. Manfaat Evidence Base
Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Base antara lain:
1) Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah
2) Meningkatkan kompetensi (kognitif)
3) Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan asuhan
yang bermutu
4) Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Sumber Evidence Base
Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet maupun
berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs internet yang ada
dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula yang public domain. Contoh
situs yang dapat diakses secarea gratis (open access) seperti:
1) Evidence Based Midwifery di Royal College Midwives
Inggris : http://www.rcm.org.uk/ebm/volume-11-2013/volume-11-issue-1/the-physical-
effect-of-exercise-in-pregnancy-on-pre-eclampsia-gestational-diabetes-birthweight-and-
type-of-delivery-a-struct/
2) Midwifery Today :http://www.midwiferytoday.com/articles/midwifestouch.asp
3) International Breastfeeding Journal
:http://www.internationalbreastfeedingjournal.com/content
4) Comfort in Labor : http://Childbirthconnection.org.
5) Journal of Advance Research in Biological Sciences :
http://www.ejmanager.com/mnstemps/86/86-1363938342.pdf?t=1370044205
6) American Journal of Obstetric and Gynecology : http://ajcn.nutrition.org/
7) American Journal of Clinical Nutrition : http://ajcn.nutrition.org/
8) American Journal of Public Health : http://ajcn.nutrition.org/
9) American Journal of Nursing :
http://journals.lww.com/ajnonline/pages/default.aspx
10) Journal of Adolescent Health : http://www.jahonline.org/article/S1054-
139X(04)00190-9/abstract
4. Tingkatan Evidence Base
Tidak semua EBM dapat
Quality : Type Of Evidence
langsung diaplikasikan oleh
1 a (best) : Systematic review of randomized controlled trials semua professional kebidanan
di dunia. Oleh karena itu
1b : Individual randomized controlled trials with narrow bukti ilmiah tersebut harus
confidence interval ditelaah terlebih dahulu,
mempertimbangkan manfaat
1C : All or one case series (when all patients died before dan kerugian serta kondisi
a new therapy was introduced but patient receiving setempat seperti budaya,
the new therapy now survive) kebijakan dan lain
sebagainya.
2a : Systematic review of cohort studies
5. Evidence Base
2b – Midwifery
: Individual study or randomized controlled trials
withdipaparkan Evidence
Dibawah ini akan <80% follow up Base dalam praktik Kebidanan terkini menurut
proses reproduksi:
2c : outcome research: ecological studies
1) EBM-ANC
3a :Systematic review of case –control studies
4 : Case series
KEBIASAAN KETERANGAN
Pemberian kalsium untuk Kram pada kaki bukan semata-mata disebabkan oleh
mencegah kram pada kaki kekurangan kalsium
Diet untuk memcegah bayi Bayi besar disebabkan oleh gangguan metabolism
besar pada ibu seperti diabetes mellitus
Aktititas dan mobilisasi/latihan Berkaitan dengan peredaran darah dan kontraksi otot.
(senam hamil dll) saat masa (lihat jurnal)8
kehamilan menurunkan
kejadian PEB, gestasional
diabetes dan BBLR dan
persalinan SC
2) EBM INC & PNC
KEBIASAAN KETERANGAN
Gurita atau sejenisnya Selama 2 jam pertama atau selanjutnya penggunaan gurita akan
menyebabkan kesulitan pemantauan involusio Rahim
Review dari Cochrane menginformasikan bahwa epidural tidak hanya menghilangkan nyeri
persalinan, namun seperti tindakan medikal lainnya berdampak pada perpanjangan persalinan,
peningkatan penggunaan oksitosin, peningkatan persalinan dengan tindakan seperti forcep atau
vakum ekstraksi, dan tindakan seksio sesarea karena kegagalan putaran paksi dalam, resiko
robekan hingga tingkat 3-4 dan lebih banyak membutuhkan tindakan episiotomy pada
nulipara. 9
Studi lain tentang sentuhan persalinan membuktikan bahwa dengan sentuhan persalinan 56%
lebih sedikit yang mengalami tindakan Seksio Sesarea, pengurangan penggunaan anestesi
epidural hingga 85%, 70 % lebih sedikit kelahiran dibantu forceps, 61% penurunan dalam
penggunaan oksitosin; durasi persalinan yang lebih pendek 25%, dan penurunan 58% pada
neonatus yang rawat inap.10
Menyusui secara esklusif dapat meingkatkan gerakan peristaltic ibu sehingga mencegah
konstipasi ibu. Ibu yang menyusui secara eksklusif akan lebih sedikit yang konstipasi.11
3) NEWBORN CARE
TEMUAN ILMIAH
Perawatan tali pusan secara terbuka lebih cepat puput dan mengurangi kejadian infeksi TP dari
pada perawatan tertutup dengan penggunaan antiseptik
Penyebab kematian terbanyak pada anak adalah pneumonia dan diare, sedangkan penyebab lain
adalah penyakit menular atau kekurangan gizi. Salah satu upaya untuk mencegah kematian pada
anak adalah melalui pemberian nutrisi yang baik dan ASI eksklusif.
Penelitian yang dilakukan di Banglades melaporkan bahwa pemberian ASI ASI secara
eksklusif merupakan faktor protektif terhadap infeksi saluran pernapasan akut OR (IK 95%) :
0,69 (0,54-0,88) dan diare OR (IK95%) : 0,69 (0,49-0,98)
b. Isu Terkini Praktik Kebidanan
Pada kenyataannya, banyak diantara kita mengakses temuan ilmiah namun bukan pada
domain kebidanan yakni mengupayakan proses reproduksi berjalan dengan fisilogis,
tetapi lebih kearah medical. Misalnya penggunaan medikamentosa untuk manajemen
nyeri persalinan dengan ILA dan lain sebagainya. Berkiblat pada filosofi diatas, maka
manajemen nyeri haruslah memanfaatkan alam dan kompetensi bidan yang ada misalnya
dengan touch in labor.
Isu Terkini dalam praktik kebidanan lain yang sangat fenomenal adalah lotus birth yang
membuat Robin Lim mendapat penghargaan yang membanggakan sejawat di seluruh
dunia. Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah praktek meninggalkan tali
pusat yang tidak diklem dan lahir secara utuh, daripada ikut menghalangi proses fisiologis
normal dalam perubahan Wharton’s jelly yang menghasilkan pengkleman internal alami
dalam 10-20 menit pasca persalinan.
Tali pusat kemudian Kering dan akhirnya lepas dari umbilicus. Pelepasan tersebut
umumnya terjadi 3-10 hari setelah lahir.Organisasi Kesehatan Dunia(WHO) menekankan
pentingnya penyatuan atau penggabungan pendekatan untuk asuhan ibu dan bayi, dan
menyatakan dengan jelas (dalam Panduan Praktis Asuhan Persalinan Normal:, Geneva,
Swiss, 1997) “Penundaan Pengkleman (atau tidak sama sekali diklem) adalah cara
fisiologis dalam perawatan tali pusat, dan pengkleman tali pusat secara dini merupakan
intervensi yang masih memerlukan pembuktian lebih lanjut.”Lotus Birth jarang dilakukan
di rumah sakit tetapi umumnya dilakukan di klinik dan rumah bersalin, sehingga
proses bonding attachment antara ibu dan bayi dapat dilakukan, hal ini tentunya
bermanfaat bagi ibu dan bayi yang baru lahir .
Meskipun merupakan suatu fenomena alternatif yang baru, penundaan pemotongan tali
pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya orang Aborigin.Oleh karena itu,
keputusan untuk dilakukannya Lotus Birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi
karena Lotus Birth merupakan tanggungjawab dari klien yang telah memilih dan
membaut keputusan tentang tindakan tersebut.
Praktik Modern dari Lotus Birth menunjukkan bahwa mamalia yang mempunyai 99%
bahan genetik hampir sama dengan manusia, yaitu simpanse pun membiarkan plasenta
utuh, tidak merusak atau memotongnya. Hal tersebut dikenal dengan fakta
primatologistsSampai sekarang belum ada penelitian lebih lanjut mengenai adanya
kehilangan berat badan bayi dan penyakit kuning karena tindakan Lotus Birth.Referensi
mengenai Lotus Birth ini terdapat dalam ajaran Budha, Hindu, serta Kristen dan Yahudi.
Beberapa alasan ibu untuk memilih Lotus Birth:
1) Tidak ada keinginan ibu untuk memisahkan plasenta dari bayi dengan cara
memotong tali pusat
2) Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan
penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang tepat.
3) Merupakan suatu penghormatan terhadap bayi dan plasenta.
4) Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum sebagai
masa pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian penuh.
5) Mengurangi kematian bayi karena pengunjung yang ingin bertemu bayi. Sebagian
besar pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu hingga plasenta telah lepas.
6) Alasan rohani atau emosional.
7) Tradisi budaya yang harus dilakukan.
8) Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali pusat.
9) Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem tertutup
antara plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)
10) Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut (adanya luka
membutuhkan waktu untuk penyembuhan.sedangkan jika tidak ada luka, waktu
penyembuhan akan minimal).
Beberapa manfaat dilakukannya Lotus Birth diantaranya :
1) Tali pusat dibiarkan terus berdenyut sehingga memungkinkan terjadinya
perpanjangan aliran darah ibu ke janin.
2) Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi benar-benar
dapat mulai bernafas sendiri.
3) Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah lahir.
4) Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya
waktu yang lebih lama untuk bounding attachment.
5) Dr Sarah Buckley mengatakan :”bayi akan menerima tambahan 50-100ml darah yang
dikenal sebagai transfusi placenta. Darah transfusi ini mengandung zat besi, sel darah
merah, keeping darah dan bahan gizi lain, yang akan bermanfaat bagi bayi sampai tahun
pertama.”Hilangnya 30 mL darah ke bayi baru lahir adalah setara dengan hilangnya 600
mL darah untuk orang dewasa. Asuhan persalinan umum dengan pemotongan tali pusat
sebelum berhenti berdenyut memungkinkan bayi baru lahir kehilangan 60 mL darah, yang
setara dengan 1200mL darah orang dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
1) Yuniati I. Filosofi Kebidanan. Bandung: Program Pascasarjana Program Studi
Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung; 2011.
2) Simkin P. Comfort in Labor. How you can help your self to a normal satisfying
childborth 2007. Available from: http://Childbirthconnection.org.
3) Stillerman E. A Midwife’s Touch. Midwifery Today. 2008(84).
4) NICE. Antenatal Care, routine care for the healthy pregnant woman. 2 ed. London:
Royal College of Obstetricians and Gynaecologists; 2008.
5) Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D, editors. Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2002.
6) Sandip S, Asha K, Paulin G, Hiren S, Gagandeep S, Amit V. A comparative study of
serum uric acid, calcium anf magnesium in preeclampsia and normal pregnancy. Journal
of Advance Research in Biological Sciences. 2013;5(1):55-8.
7) Black S, Yu H, Lee J, Sachchithananthan M, Medcalf RL. Physiologic concentration
of magnesium and placental apoptosis: prevention by antioxidants. Obstetrics &
Gynecology. 2001;98(2):319-24.
8) Dignon A, Reddington A. The physical effect of exercise in pregnancy on-pre-
eclampsia, gestational diabetes, birthweight and type of delivery. Evidence Based
Midwifery. 2013;11(2):60-6.
9) Rock JP. Epidural Anasthesia in Labor. Journal for Midwifes. 2000.
10) Field T, Hermandez-Reif M, Taylor S, O.Quintino, Burman I. Labor pain is reduced
by massage therapy. 1997.
11) Worthington-Roberts BS, Williams SR. Nutrition throughout the Life Cycle. 4 ed.
Singapore: McGraw-Hill International Ed; 2000.
12) Guxens M, Mendez MA, Molto-Puigmarti C, Julvez J, Garcia-Esteban R, Forns J, et
al. Breastfeeding, long chain polyunsaturated fatty acids in colostrum and infant mental
development. Official Journal of The American Academy of Pediatics. 2011;128(4):e880-
e9. Epub 4 October 2011.
13) Moegni EM, Ocviyanti D, editors. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: WHO, UFPA, UNICEF, Kemenkes RI,
IBI, POGI; 2012.
14) Black RE, Moris SS, Brice J. Where and why are 10 million children dying every
year? The Lancet. 2003;361(9376):2226-34. Epub 28 June 2003.
BAB II
a. Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung jawab
bidan.
b. Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim secara
bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan.
c. Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jawab layanan oleh
bidan kepada system layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten ataupun pengambil
alihan tanggung jawab layanan/menerima rujukan dari penolong persalinan lainnya seperti
rujukan.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi.
Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur Jenderal
Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan
ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan.
Adapun pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di
Indonesia. Tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Militer
Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu kebidanan belum merupakan
pelajaran, baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan Masland, Ilmu kebidanan
diberikan sukarela. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851,
dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda
(dr. W. Bosch). Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan
bidan.
Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan
kualitas pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang
pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui
kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun
1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara. Seiring
dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).
Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat
yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas
memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas
berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan
keluarga berencana.
Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan
masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet
Tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa.
Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya
dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi
baru lahir, termasuk. Pembinaan dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas pokoknya bidan di
desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya,
mengadakan pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan Pondok
Bersalin sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang
diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan bidan yang
bekerja di rumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada individu. Bidan di
rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di
poliklinik keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar
operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.
Titik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang menekankan
pada reproduktive health (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan pelayanan
bidan. Area tersebut meliputi :
1. Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus
2. Family Planning.
3. Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi
4. Kesehatan reproduksi remaja
5. Kesehatan reproduksi pada orang tua.
Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan
kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu mengalami
perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan
pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai
dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya. Dalam keadaan darurat bidan
juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Dalam
aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam menjalankan praktek harus sesuai
dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan, pengalaman serta berdasarkan standar
profesi.
Pencapaian kemampuan bidan sesuai dengan Kepmenkes No. 900/2002 tidaklah mudah,
karena kewenangan yang diberikan oleh Departemen Kesehatan ini mengandung tuntutan
akan kemampuan bidan sebagai tenaga profesional dan mandiri.
Tahun 1911/1912 dimulai pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di CBZ (RSUP)
Semarang dan Batavia. Calon yang diterima dari HIS (SD 7 tahun) dengan pendidikan
keperawatan 4 tahun dan pada awalnya hanya menerima peserta didik pria. Pada tahun
1914 telah diterima juga peserta didik wanita pertama dan bagi perawat wanita yang luluas
dapat meneruskan kependidikan kebidanan selama dua tahun. Untuk perawat pria dapat
meneruskan ke pendidikan keperawatan lanjutan selama dua tahun juga.
Pada tahun 1935-1938 pemerintah Kolonial Belanda mulai mendidik bidan lulusan Mulo
(Setingkat SLTP bagian B) dan hampir bersamaan dibuka sekolah bidan di beberapa kota
besar antara lain Jakarta di RSB Budi Kemuliaan, RSB Palang Dua dan RSB Mardi Waluyo
di Semarang. DI tahun yang sama dikeluarkan sebuah peraturan yang membedakan lulusan
bidan berdasarkan latar belakang pendidikan. Bidan dengan dasar pendidikannya Mulo dan
pendidikan Kebidanan selama tiga tahun tersebut Bidan Kelas Satu (Vreodrouweerste Klas)
dan bidan dari lulusan perawat (mantri) di sebut Bidan Kelas Dua (Vreodrouw tweede klas).
Perbedaan ini menyangkut ketentuan gaji pokok dan tunjangan bagi bidan. Pada zaman
penjajahan Jepang, pemerintah mendirikan sekolah perawat atau sekolah bidan dengan
nama dan dasar yang berbeda, namun memiliki persyaratan yang sama dengan zaman
penjajahan Belanda. Peserta didik kurang berminat memasuki sekolah tersebut dan mereka
mendaftar karena terpaksa, karena tidak ada pendidikan lain.
Pada tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan usia minimal
17 tahun dan lama pendidikan tiga tahun. Mengingat kebutuhan tenaga untuk menolong
persalinan cukup banyak, maka dibuka pendidikan pembantu bidan yang disebut Penjenjang
Kesehatan E atau Pembantu Bidan. Pendidikan ini dilanjutkan sampai tahun 1976 dan
setelah itu ditutup. Peserta didik PK/E adalah lulusan SMP ditambah 2 tahun kebidanan
dasar. Lulusan dari PK/E sebagian besar melanjutkan pendidikan bidan selama dua tahun.
Tahun 1953 dibuka Kursus Tambahan Bidan (KTB) di Yogyakarta, lamanya kursus antara 7
sampai dengan 12 minggu. Pada tahun 1960 KTB dipindahkan ke Jakarta. Tujuan dari KTB
ini adalah untuk memperkenalkan kepada lulusan bidan mengenai perkembangan program
KIA dalam pelayanan kesehatan masyarakat, sebelum lulusan memulai tugasnya sebagai
bidan terutama menjadi bidan di BKIA. Pada tahun 1967 KTB ditutup (discountinued).
Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan guru perawat dan
perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada awalnya pendidikan ini berlangsung satu
tahun, kemudian menjadi dua tahun dan terakhir berkembang menjadi tiga tahun. Pada awal
tahun 1972 institusi pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat (SGP). Pendidikan
ini menerima calon dari lulusan sekolah perawat dan sekolah bidan.
Pada tahun 1970 dibuka program pendidikan bidan yang menerima lulusan dari Sekolah
Pengatur Rawat (SPR) ditambah dua tahun pendidikan bidan yang disebut Sekolah
Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan (SPLJK). Pendidikan ini tidak dilaksanakan secara
merata diseluruh propinsi. Pada tahun 1974 mengingat jenis tenaga kesehatan menengah
dan bawah sangat banyak (24 kategori), Departemen Kesehatan melakukan
penyederhanaan pendidikan tenaga kesehatan non sarjana. Sekolah bidan ditutup dan
dibuka Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan adanya tenaga multi purpose di
lapangan dimana salah satu tugasnya adalah menolong persalinan normal. Namun karena
adanya perbedaan falsafah dan kurikulum terutama yang berkaitan dengan kemampuan
seorang bidan, maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong persalinan tidak tercapai
atau terbukti tidak berhasil.
Pada tahun 1975 sampai 1984 institusi pendidikan bidan ditutup, sehingga selama 10 tahun
tidak menghasilkan bidan. Namun organisasi profesi bidan (IBI) tetap ada dan hidup secara
wajar.
Tahun 1981 untuk meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK) dalam pelayanan
kesehatan ibu dan anak termasuk kebidanan, dibuka pendidikan Diploma I Kesehatan Ibu
dan Anak. Pendidikan ini hanya berlangsung satu tahun dan tidak dilakukan oleh semua
institusi.
Pada tahun 1985 dibuka lagi program pendidikan bidan yang disebut (PPB) yang menerima
lulusan SPR dan SPK. Lama pendidikan satu tahun dan lulusannya dikembalikan kepada
institusi yang mengirim.
Tahun 1989 dibuka crash program pendidikan bidan secara nasional yang memperbolehkan
lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan bidan. Program ini dikenal sebagai
Program Pendidikan Bidan A (PPB/A). Lama pendidikan satu tahun dan lulusannya
ditempatkan di desa-desa. Untuk itu pemerintah menempatkan seorang bidan di tiap desa
sebagai pegawai negeri sipil (PNS Golongan II). Mulai tahun 1996 status bidan di desa
sebagai pegawai tidak tetap (Bidan PTT) dengan kontrak selama tiga tahun dengan
pemerintah, yang kemudian dapat diperpanjang 2 x 3 tahun lagi.
Penempatan BDD ini menyebabkan orientasi sebagai tenaga kesehatan berubah. BDD
harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya tidak hanya kemampuan klinik, sebagai bidan
tapi juga kemampuan untuk berkomunikasi, konseling dan kemampuan untuk menggerakkan
masyarakat desa dalam meningkatkan taraf kesehatan ibu dan anak. Program Pendidikan
Bidan (A) diselenggarakan dengan peserta didik cukup besar. Diharapkan pada tahun 1996
sebagian besar desa sudah memiliki minimal seorang bidan. Lulusan pendidikan ini
kenyataannya juga tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan seperti yang diharapkan
sebagai seorang bidan profesional, karena lama pendidikan yang terlalu singkat dan jumlah
peserta didik terlalu besar dalam kurun waktu satu tahun akademik, sehingga kesempatan
peserta didik untuk praktek klinik kebidanan sangat kurang, sehingga tingkat kemampuan
yang dimiliki sebagai seorang bidan juga kurang.
Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan Program B yang peserta didiknya dari
lulusan Akademi Perawat (Akper) dengan lama pendidikan satu tahun. Tujuan program ini
adalah untuk mempersiapkan tenaga pengajar pada Program Pendidikan Bidan A.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kemampuan klinik kebidanan dari lulusan ini tidak
menunjukkan kompetensi yang diharapkan karena lama pendidikan yang terlalu singkat yaitu
hanya setahun. Pendidikan ini hanya berlangsung selama dua angkatan (1995 dan 1996)
kemudian ditutup.
Pada tahun 1993 juga dibuka pendidikan bidan Program C (PPB C), yang menerima
masukan dari lulusan SMP. Pendidikan ini dilakukan di 11 Propinsi yaitu : Aceh, Bengkulu,
Lampung dan Riau (Wilayah Sumatera), Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan
Kalimantan Selatan (Wilayah Kalimantan. Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Maluku
dan Irian Jaya. Pendidikan ini memerlukan kurikulum 3700 jam dan dapat diselesaikan
dalam waktu enam semester.
Selain program pendidikan bidan di atas, sejak tahun 1994-1995 pemerintah juga
menyelenggarakan uji coba Pendidikan Bidan Jarak Jauh (Distance learning) di tiga propinsi
yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebijakan ini dilaksanakan untuk
memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan yang sangat diperlukan
dalam pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Pengaturan penyelenggaraan
ini telah diatur dalam SK Menkes No. 1247/Menkes/SK/XII/1994
Diklat Jarak Jauh Bidan (DJJ) adalah DJJ Kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan agar mampu melaksanakan tugasnya dan
diharapkan berdampak pada penurunan AKI dan AKB. DJJ Bidan dilaksanakan dengan
menggunakan modul sebanyak 22 buah. Pendidikan ini dikoordinasikan oleh Pusdiklat
Depkes dan dilaksanakan oleh Bapelkes di Propinsi. DJJ Tahap I (1995-1996) dilaksanakan
di 15 Propinsi, pada tahap II (1996-1997) dilaksanakan di 16 propinsi dan pada tahap III
(1997-1998) dilaksanakan di 26 propinsi. Secara kumulatif pada tahap I-III telah diikuti oleh
6.306 orang bidan dan sejumlah 3.439 (55%) dinyatakan lulus.
Pada tahap IV (1998-1999) DJJ dilaksanakan di 26 propinsi dengan jumlah tiap propinsinya
adalah 60 orang, kecuali Propinsi Maluku, Irian Jaya dan Sulawesi Tengah masing-masing
hanya 40 orang dan Propinsi Jambi 50 orang. Dari 1490 peserta belum diketahui berapa
jumlah yang lulus karena laporan belum masuk. Selain pelatihan DJJ tersebut pada tahun
1994 juga dilaksanakan pelatihan pelayanan kegawat daruratan maternal dan neonatal (LSS
= Life Saving Skill) dengan materi pembelajaran berbentuk 10 modul. Koordinatornya adalah
Direktorat Kesehatan Keluarga Ditjen Binkesmas.
Pada tahun 2000 telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang
dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal health (MNH) yang sampai saat ini telah melatih
APN di beberapa propinsi/kabupaten. Pelatihan LSS dan APN tidak hanya untuk pelatihan
pelayanan tetapi juga guru, dosen-dosen dari Akademi Kebidanan. Selain melalui pendidikan
formal dan pelatihan, utnuk meningkatkan kualitas pelayanan juga diadakan seminar dan
Lokakarya organisasi. Lokakarya organisasi dengan materi pengembangan organisasi
(Organization Development = OD) dilaksanakan setiap tahun sebanyak dua kali mulai tahun
1996 sampai 2000 dengan biaya dari UNICEP.
Tahun 2000 Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan tentang D-IV Kebidanan di FK
UGM,FK UNPAD Tahun 2002 di FK USU. Tahun 2005 Keputusan Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang S2 Kebidanan di FK UNPAD.
http://www.unicef.org
50th IBI
BAB III
3. Menurunkan morbiditas & mortalitas ibu, bayi & balita, Dengan cara:
a. Meningkatkan keterampilan
b. Mencegah 3 terlambat
c. Deteksi dini
d. Kerja sama lintas sector
4. Meningkatkan peran serta masyarakat
Selain itu ada tanggungjawab bidan yang perlu diperhatikan , bidan bertanggungjawab
dalam pengambilan keputusan dan tindakan :
a. Mengintegrasikan komponen proses pemecahan masalah.
b. Melakukan asuhan kebidanan pada individu.
c. Mendemonstrasikan dan mengabsahkan praktek.
d. Berkomunikasi dan bekerjasama dengan anggota teknis.
DAFTAR PUSTAKA
Syahlan, JH, Dr. 1996. Kebidanan Komunitas, Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.
BAB IV
A. PENGERTIAN BIDAN
Peran bidan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional dengan
sejumlah proteksi diseluruh dunia. Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah
diakui secara reguler dalam program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah
diakui secara yuridis,dimana ia ditempatkan dan telah mendapatkan kualifikasi serta
terdaftar,disahkan dan memperoleh izin melaksanakan praktek kebidanan.
Menurut IBI (Ikatan Bidan Indonesia) bidan adalah seorang wanita yang telah
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan kebidanan yang telah diakui oleh pemerintah
dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang telah berlaku,dicatat (register) dan diberi
izin secara sah untuk melaksanakan praktek.
Tugas mandiri bidan adalah pelayanan kepada klien yang sepenuhnya menjadi
tanggung jawab bidan sesuai kewenangannya, meliputi:
Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa
pra nikah
Tugas Kolaborasi/Kerjasama
Mengkaji kebutuhan asuhan kebdianan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi
dan keadaan kegawat daruratan yang memelurkan tindakan kolaborasi
Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan
kegawat daruratan
Menyusun rencanan asuhan kebidanan pada bayi, baru lahir dengan resiko tinggi
dan memerlukan pertolongan pertama sesuai prioritas
Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama sesuai prioritas
Mengevaluasi hasil asuhan dan pertolongan pertama telah diberikan
Menyusun rencanan tindakan lanjut bersamam klien/keluarga
Membuat catatan dan laporan
6) Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan keluarga
Mengkaji kebutuhan asuhan pada balita dengan resiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakakn kolaborasi
Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan
keadaan kegawatan
Menyusun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan
memerlukan pertolongan pertama sesuai prioritas
Mengevaluasi hasil asuhan dan pertolongan pertama yang telah diberikan
Menyusun rencana tindak lanjut bersamam klien/keluarga
Membuat catatan dan laporan
3. Layanan rujukan, merupakan asuhan kebidanan yang dilakukan dengan menyerahkan
tanggung jawab kepada dokter,ahli dan/atau tenaga kesehatan profesional lainnya
untuk mengatasi masalah kesehatan klien di luar kewenangan bidan dalam rangka
menjamin kesejahteraan ibu dan anaknya.
Tugas Rujukan
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
keterlibatan klien dan keluarga.
Mengkaji kebutuhan asuhan kebdianan melalui konsultasi dan rujuakn pada ibu
hamil
Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas
Memberikan pertolongan pertama pada kasusu yang memerlukan rujukan
Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi
pelayanan kesehatan yang berwenang
Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan
intervensi
3) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan
dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga
Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawatan pada ibu dalam persalinan yang
memerlukan konsultasi dan rujukan
Menentukan diagnosaa, prognosa dan prioritas
Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
Mengirim klien untuk intervensi lebih lanjut kepda petugas/instansi pelayanan
kesehatan yang berwenang
Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan
intervensi yang sudah diberikan
4) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa
nifas dengan penyulir tertentu dengan kegawatan dengan melibatkan klien dan
keluarga
Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawatan pada ibu dalam persalinan yang
memerlukan konsultasi dan rujukan
Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas masalah
Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada petugas/institusi
pelayanan kesehatan yang berwenang
Membuat catatan dan laporan serta serta mendokumentasikan seluruh kejadian
dan intervensi yang sudah diberikan
5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukana konsultasi dan rujukan dengan melibatkan
keluarga
Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawatan pada bayi baru lahir yang
memerlukan konsultasi dan rujukan
Memerlukan diagnosa, prognosa dan prioritas masalah
Memberikan pertolongan pertama pada kasusu yang memerlukan rujukan dan
memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan tindakan
Mengirim klien kepada institusi pelayanan kesehatan yang berwenang
Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan
6) Memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatan yang memerlukan konsultasi dan rujuan dengan melibatkan klien/keluarga
Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawatan pada balita yang memerlukan
konsultasi dan rujukan
Menerima diagnosa dan prioritas
Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
Mengirim klien kepada petugas/institusi pelayanan kesehtaan yang berwenang
Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan
A. Kesimpulan
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam rangka menurunkan
angka-angka kematian ibu, angka kematian bayi meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk berprilaku hidup sehat baik dalam hal memberikan penyuluhan
kepada individu, keluarga kebidanan di ruang lingkup kesehatan.
Bidan selalu berupaya meningkatkan kemampuan dan menerapkan budaya
“melayani” dalam memberikan asuhan kebidanan; memberikan pelayanan
kebidanan secara professional melalui peningkatan kemampuan analitik dan
mampu memberikan pelayanan yang aman bagi ibu dan anak; memberikan
pelayanan kebidanan sesuai standar profesi, standar pelayanan, standar asuhan,
dan kode etik profesi.
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab
profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan kaum perempuan khusunya ibu dan anak.
B. Saran
Sebagai seorang Bidan sangat ditekankan akan pelayanan yang maksimal.
Tuntutan seorang bidan sangatlah berat dan berisiko tinggi terutama pada ibu dan
anak. Maka dari itu seorang bidan wajib menjalankan tugas sesuai prosedur yang
sudah ditentukan baik itu , penyuluhan dan lainnya sesuai profesi kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB V
Kebudayaan atau budaya yang berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “buddhayah,
merupakan wujud jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal yang memiliki
kaitan dengan budi, serta akal manusia. Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut
sebagai “culture, yang berasal kata Laton Colere (mengerjakan atau mengolah). Dapat
juga diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture sering juga diartikan
sebagai “kultur” yang dalam bahasa Indonesia.
Budaya merupakan cara hidup yang berkembang, serta dimiliki bersama oleh
kelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya ini terbentuk dari
berbagai unsur yang rumit, termasuk sitem agama dan politik, adat istiadat, perkakas,
bahasa, bangunan, pakaian, serta karya seni.
Orang jawa adalah salah satu contoh dari masyarakat yang sering menitik beratkan
perhatian pada aspek krisis kehidupan dari pertistiwa kehamilan,sehingga di dalam adat-
istiadat mereka terdapat berbagai upacara adat yang cukup rinci untuk menyambut
kelahiran bayi.Biasanya upacara dimulai sejak usia ketujuh bulan kandungan ibu sampai
pada saat kelahirannya,walaupun ada pula sebagian kecil warga masyarakat yang telah
melakukannya sejak janin di kandungan ibu berusia tiga bulan.upacara –upacara adat
jawa yang bertujuan mengupayakan keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi
bayi hingga saat kelahirannya itu adalah upacara mitoni,procotan dan brokohan.
Sebagian masyarakat jawa juga percaya bahwa bayi yang lahir pada usia tujuh bulan
mempunyai peluang untuk hidup,bahkan lebih kuat daripada bayi yang lahir pada usia
kehamilan delapan bulan,walupun kelahiran itu masih prematur.Kepercayaan ini tampak
terdapat pula pada sejumlah suku bangsa di indonesia dan
malaysia(ladderman1987:86).Karna itu orang jawa menganggap usia tujuh bulan
kandungga sebagai saat yang penting,sehingga perlu dilakukan upacara yang disebut
mitoni untuk menyambutnya dan menangkal bahaya yang mungkin timbul pada masa
itu.Upacara mitoni yang umumnya hanya dilakukan pada kehamilan pertama dari seorang
wanita,sebenarnya dapat pula berfungsi untuk memberikan ketenangan jiwa bagi calon
ibu yang belum pernah mengalami peristiwa melahirkan
Upacara mitoni dilakukan dengan cara memandikan sang calon ibu dengan air
bunga,yang biasanya dilakukan oleh orangtua pasangan suami-istri yang sedang
menantikan bayinya,ditambah sejumlah kerabat sepupuh terdekat atau sepupuh yang
dihormati Selanjutnya diadakan upacara memecah buah kelapa bergambar wayang
dengan tokoh dewa kamajaya dan dewi ratih oleh sang calon ayah,yang sebelumnya
dimasukan ke dalam sarung yang dikenakan oleh si calon ibu ketika dimandikan,mulai
dari ujung sarung pada batas menyentuh tanah.Namun sebelum menyentuh tanah,sang
calon ayah harus bisa menagkap buah kelapa itu pada ujung sarung dekat kaki
istrinya.Upacara ini dimkasudkan agar kelak proses kelahiran bayidapat berjalan lancar
dan bayi yang akan lahir tampan atau cantik seprti dewa dan dewi tersebut. Rangkain
upacara mitoni pada dasarnya melambangkan harapan baik bagi sang bayi,yakni harapan
agar ia sempurna dan utuh fisiknya,tampan atau cantik wajahnya,dan selamat serta lancar
kelahirannya.
Upacara procotan dilakukan dengan membuat sajian jenang procot yakni bubur putih
yang dicampur dengan irisan ubi.Upacara procotan khusus bertujuan agar sang bayi
mudah lahir dan rahim ibunya.
Brokohan adalah upacara sesudah lahirnya bayi dengan selamat dengan membuat
sajian nasi urap dan telur rebus yang diedarkan pada sanak kluarga untuk
memberitahukan kelahiran sang bayi. Pusat perhatian orang jawa mengenai pelaksanaan
upacara pada masa kehamilan dan kelahiran terletak pada unsur tecapainya
keselamatan,yang dilandasi atas keyakinan mengenai krisis kehidupan yang mengandung
bahaya dan harus ditangkal,serta harapan akan kebaikan bagi janin dan ibunya.Maka
upacara kelahiran seringkali tidak dilaksanakan dalam bentuk kenduri besar dengan
mengundang banyak handai-taulani.Selain di jawa di Setiap daerah juga mempunyai
kebudayaan yang berbeda-beda dikalangan masyarakat terhadap kesehatan ibu.
Berikut budaya yang ada di beberapa daerah terhadap kesehatan ibu hamil :
1) Jawa Tengah :
Bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang
makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
2) Jawa Barat :
Ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar
bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
3) Masyarakat Betawi :
Berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat
menyebabkan ASI menjadi asin.
4) Daerah Subang :
Ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir
bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya
kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah.Tentunya hal ini sangat
mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan
buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih
dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan.
(Wibowo,1993).
b) Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang persalinan, akan
membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi lebih mudah keluar.
Hal Ini tidak benar, Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua justru tak normal,
apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera konsultasikan ke dokter.
Ingat, bayi akan keluar lewat saluran lahir. Jika vagina terinfeksi, bisa mengakibatkan
radang selaput mata pada bayi. Harus diketahui pula, yang membuat persalinan lancar
bukan keputihan, melainkan air ketuban. Itulah mengapa, bila air ketuban pecah duluan,
persalinan jadi seret.
Mungkin secara psikologis, ibu hamil menyakini, dengan minum dua sendok minyak
kelapa dapat memperlancar persalinannya. Jika itu demi ketenangan psikologisnya, maka
diperbolehkan, karena minyak kelapa bukan racun.
Namun agar tak bau apek dan tetap harum disarankan menggunakan ratus pewangi. Tentu
saja pantangan semacam itu untuk kondisi jaman sekarang dirasa memberatkan. Terlebih
untuk ibu-ibu yang harus sering beraktivitas di luar rumah. Sedangkan mandi boleh-boleh
saja asal dilakukan jam 5 atau 6 untuk mandi pagi dan sebelum magrib untuk mandi
malam. Penggunaan air dingin, katanya, justru lebih baik ketimbang air hangat karena
bisa melancarkan produksi ASI.
Secara medis, menurut Chairulsyah, tak benar anggapan untuk pantang pepaya dan
pisang yang justru amat dianjurkan karena tergolong sumber makanan yang banyak
mengandung serat untuk memudahkan BAB. Ikan dan telur juga merupakan salah satu
sumber protein hewani yang baik dan amat dibutuhkan tubuh. Sedangkan durian memang
tak dianjurkan karena kandungan kolesterolnya tinggi, selain memicu pembentukan gas
yang bisa mengganggu pencernaan.
Menjadi orang tua baru memang menyenangkan, tapi terkadang juga bisa menjadi
gugup atau penakut karena banyaknya mitos-mitos soal bayi yang dibawa turun temurun
dari orang-orang tua kita dulu yang mungkin kita sendiri menjadi bagian dari mitos-mitos
yang dianut orang tua kita.
Namun menurut saya mitos-mitos itu tidak selalu salah, mungkin hanya beda
pengertian saja namun juga tidak semuanya benar, bahkan ada yang benar-benar salah
menurut dokter.
Sebaiknya dibedong saat sesudah mandi untuk melindungi dari dingin atau saat cuaca
dingin itu pun dibedong longgar. Jadi dibedong itu tidak ada hubungannya dengan
pembentukan kaki karena semua kaki bayi yang baru lahir kakinya bengkok, sebab di
dalam perut tidak ada ruang yang cukup untuk meluruskan kakinya sehingga waktu
lahirpun masih bengkok, tapi akan lurus dengan sendirinya.
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya. Seorang
bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan
kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut.
Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran
serta tanggung jawabnya.
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu diperhatikan
oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan aspek sosial-
budaya,telah diuraikan dalam peraturan Menteri Kesehatan No. 363/Menkes/Per/IX/1980
yaitu: Mengenai wilayah, struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk, serta sistem
pemerintahan desa dengan cara:
a) Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada
pembagian wilayah pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta mencari
keterangan tentang penduduk dari masing-masing RT.
b) Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM, karang taruna,
tokoh masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan lain-lain.
c) Mempelajari data penduduk yang meliputi:
Jenis kelamin
Umur
Mata pencaharian
Pendidikan
Agama
d) Mempelajari peta desa
e) Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan golongan.
Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif, bidan harus
mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat. Salah satu kunci keberhasilan
hubungan yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan yang pertama kali harus
dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah mempelajari bahasa yang digunakan oleh
masyarakat setempat.
Kesimpulan
Faktor-faktor sosial-budaya mempunyai peranan penting dalam memahami sikap dan
prilaku menanggapi kehamilan dan kelahira.Sebagian pandangan budaya mengenai hal-
hal tersebut telah diwariskan turun-temurun dalam kebudayaan masyarakat yang
bersangkutan.Oleh karna itu, meskipun petugas kesehatan mungkin menemukan suatu
bentuk prilaku atau sikap yang terbukti kurang menguntungkan bagi kesehatan,seringkali
tidak mudah bagi mereka untuk mengadakan perubahan terhadapnya,akibat telah
tertanamnya keyakinan yang melandasi sikap dan prilaku itu secara mendalam pada
kebudayaan warga komuniti tersebut.
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat,
mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan
masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya. Seorang bidan harus
mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu
hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan
juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung
jawabnya. Agar bidan dapat menjalankan praktik atau pelayanan kebidanan dengan baik,
hendaknya bidan melakukan beberapa pendekatan misalnya pendekatan melalui kesenian
tradisional.
Saran
Sebagai bidan kita harus mampu melakukan pendekatan yang baik kepada
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-budaya-menurut-para-ahli-beserta-definisi-
dan-unsurnya/ 21/9/2019
http://siwisan.wordpress.com/2010/09/28/kesehatan-ibu-dan-anak-persepsi-budaya-dan-
dampak-kesehatannya/ 21/9/2019
http://shidiqwidiyanto.wordpress.com/2009/04/03/aspek-budaya-tentang-kesehatan-dan-
penyakit/online 21/9/2019
BAB VI
5.1 Pengertian
KASUS
Seorang gadis belia di Cirebon, Jawa Barat dicabuli secara bergilir oleh 5 pemuda yang
baru dikenal di media sosial. Peristiwa ini terjadi setelah gadis berinsial F (16) itu
dicekoki minuman keras (miras) hingga tak sadarkan diri. Selanjutnya kelima pemuda
bejat tersebut mencabuli korban.
Para tersangka yakni, Hasan, Jaya, Jasuta, Rohmat dan Fikih hanya bisa tertunduk pasrah
dan menutupi wajahnya setelah dibekuk petugas unit perlindungan perempuan dan anak
Satreskrim Polres Cirebon, Sabtu (28/9/2019).
Kelima pemuda ini merupakan buruh serabutan. Mereka harus berurusan dengan hukum
setelah tindakan cabulnya terhadap gadis di bawah umur dilaporkan pihak keluarga
korban ke Polres Cirebon.
Kelima tersangka tak melawan saat diringkus petugas di tempat persembunyiannya
masing-masing. Di hadapan petugas, para tersangka mengakui seluruh perbuatannya
menggilir korban yang masih berusia 16 tahun di dua tempat yang berbeda. Saat
menangkap kelima pelaku, petugas juga menyita berbagai barang bukti, mulai dari
pakaian korban, sepeda motor hingga botol bekas miras jenis ciu. Dihadapan petugas,
para tersangka mengaku mencabuli korban secara bergilir sejak pukul 10 malam hingga
sepuluh siang. Terbongkarnya kasus pemerkosaan bergilir ini berawal dari laporan
keluarga korban yang tak terima anaknya menjadi korban pencabulan.
Kesimpulan
Gender adalah pembedaan peran, kedudukan, tanggung jawab, dan pembagian
kerja antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat
perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas menurut norma, adat istiadat, kepercayaan
atau kebiasaan masyarakat.
Gender tidak sama dengan kodrat. Kodrat adalah sesuatu yang ditetapkan oleh Tuhan
YME, sehingga manusia tidak mampu untuk merubah atau menolak. Sementara itu,
kodrat bersifat universal, misalnya melahirkan, menstruasi dan menyusui adalah kodrat
bagi perempuan, sementara mempunyai sperma adalah kodrat bagi laki-laki.
Ketidakadilan gender merupakan kondisi tidak adil akibat dari sistem dan struktur sosial,
sehingga perempuan maupun laki-laki menjadi korban dari pada sistem tersebut. Laki-
laki dan perempuan berbeda hanya karena kodrat antara laki-laki dan perempuan berbeda.
Keadilan gender akan dapat terjadi jika tercipta suatu kondisi di mana porsi dan siklus
sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan harmonis.
tugas bidan adalah meningkatkan kesadaran mengenai gender dalam meurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
Fungsi bidan dalam HAM adalah:
Memberikan hak kepada semua pasangan dan individual untuk memutuskan dan
bertanggung jawab terhadap jumlah, jeda dan waktu untuk mempunyai anak serta hak
atas informasi yang berkaitan dengan hal tersebut.
Memberikan hak kepada masyarakat untuk mendapatkan kehidupan seksual dan
kesehatan reproduksi yang terbaik serta memberikan hak untuk mendapatkan pelayanan
dan informasi agar hal tersebut dapat terwujud.
Memberikan hak untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi yang
bebas dari diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan.
Memberikan hak privasi kepada klien
Memberikan hak pelayanan dan proteksi kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bps.go.id/subject/40/gender.html
https://kesehatanbangsa.blogspot.com/2014/12/makalah-hubungan-gender-dengan-
kesehatan.html?m=1
BAB VII
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin mulai sejak
konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, I.B.G, 1998). Kehamilan
dimulai dari proses pembuahan (konsepsi) sampai sebelum janin lahir (Judi J.E, 2002).
2. Gambaran Kehamilan Normal
Ibu sehat
Terjadi pengeluaran abnormal, yaitu darah pervaginam, cairan yang cukup banyak, dan
darah bercampur lendir (Manuaba, I.B.G, 1998). Perdarahan seperti haid atau lebih
banyak lagi, ibu dan janin dalam bahaya yang mungkin merenggut nyawa mereka
(Depkes RI, 1999).
Perdarahan setelah usia 20 minggu disebut juga hemoragia ante partum (HAP). Dapat
disebabkan oleh plasenta yang menutupi jalan lahir (placentae praevia), plasenta yang
terlepas dari tempat melekatnya pada dinding rongga rahim (solusio placentae), atau
putusnya pembuluh darah pada daerah selaput ketuban di sekitar mulut rahim (vasa
praevia) (Judi J.E, 2002).
2. Sakit kepala lebih dari biasa.
Sakit kepala di bagian frontalis yang lebih dari biasa merupakan tanda bahaya untuk
eklampsia yang membakat (Farrer, H, 2001). Ibu mungkin akan mengalami kejang-
kejang, janinnya mati, dan perdarahan yang banyak setelah melahirkan (Departemen
Kesehatan RI, 1999).
Dengan gejala terjadi pembengkakan pada kelopak mata, muka, dan tangan/kaki atau
bertambahnya BB secara abnormal (Manuaba, I.B.G, 1998). Sedikit bengkak pada mata
kaki dapat terjadi pada kehamilan normal, namun bengkak pada tangan dan atau wajah
merupakan tanda preeklampsi. Jika ibu sulit melepaskan cincin atau gelang yang biasa
dipakainya, serta mata kaki yang bengkak dan menimbulkan cekungan yang tak cepat
hilang bila ditekan, merupakan tanda bengkak yang tidak normal (Depkes RI, 1999).
Penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh biasanya dapat
diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan pada wajah atau tangan. Hal ini
perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre-eklampsia (Hanifa W, 2005).
Nyeri perut pada kehamilan usia 22 minggu atau kurang mungkin gejala utama pada
kehamilan ektopik atau abortus. Jika ibu mengeluh nyeri abdomen pada kehamilan lebih
dari 22 minggu kemungkinan persalinan preterm, solusio plasenta, atau amnionitis
(Saifuddin, A.B, 2002). Nyeri perut bawah secara terus-menerus, yang kadang-kadang
menjalar ke samping atau ke punggung yang tidak berkurang dengan istirahat, mungkin
hal ini disebabkan oleh infeksi kandung kencing, yang dapat menyebabkan persalinan
sebelum waktunya (Depkes RI, 1999).
Jika ibu merasakan gerakan janin berkurang atau hilang sesudah kehamilan 22 minggu
diagnosis kemungkinannya adalah solusio plasenta dan gawat janin (Saifuddin, A.B,
2002). Janin berkurang geraknya, janin mungkin kekurangan oksigen atau makanan dari
ibunya, sehingga menjadi lemah atau bahkan tewas (Depkes RI, 1999).
Bila ditemukan satu atau lebih tanda bahaya tersebut, jelaskan kepada ibu dan
keluarganya bahwa keadaan itu mudah menimbulkan kegawatdaruratan. Anjurkan agar
ibu segera dibawa ke rumah sakit atautempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya, untuk
mencegah kejadian yang tak diinginkan (Depkes RI, 1999).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi melalui jalan lahir ibu hamil dimulai
sejak uterus berkontraksi sampai proses pengeluaran uri/plasenta baik tanpa penyulit atau
ada penyulit. Bagaimana dengan definisi persalinan menurut para ahli? Mari simak
penjelasannya dibawah ini.
Definisi Persalinan menurut para ahli :
#3. Persalinan menurut JNPK-KR DepKes RI, (2008; 37), Persalinan adalah proses
dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dimulai
(inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka
dan menipis)
#6. Persalinan menurut Varney (2010) adalah Rangkaian proses yang berakir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu yang dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang
ditandai oleh perubahan progresif dari serviks dan diakhiri dengan pengeluaraan plasenta.
Macam-macam persalinan menurut para ahli:
Akhirnya setelah sekian lama ibu mengandung, kini saatnya ibu mendapatkan hadiah
yang paling berharga yaitu kelahiran sang jabang bayi. Nah sebelum masuk ke proses
persalinan, ibu wajib mengetahui Gejala & Tanda Persalinan (Melahirkan Sudah Dekat),
supaya ibu dapat mempersiapkan segalanya.
Pertanda Melahirkan Sudah Dekat (Persalinan Kehamilan) yang Wajib Ibu Hamil
ketahui.
Disebabkan karena Otot-otot ligament ibu yang tertarik karena bayi semakin turun ke
bagian bawah panggul ibu. Cara mengatasi rasa sakit atau panas pada pinggang adalah:
Memijat atau mengusap bagian pingang ibu, meskipun sifatnya bukan menyembuhkan
namun ibu akan merasa nyaman dan rasa sakit akan berkurang.
Mendekati persalinan ibu hamil akan merasakan sulit tidur dikarenakan pergerakan bayi
yang semakin aktif, rasa sakit pada punggung dan perut terasa kencang, atau ibu merasa
khawatir menngadapi persalinan. Banyak sekali penyebab lainnya.
Frekuensi urinase yang semakin sering disebabkan oleh tekanan kepala bayi yag semakin
masuk ke bagian bawah panggul ibu menekan kandung kemih.
Cara mengatasi sering Buang air kecil pada ibu melahirkan adalah: untuk mengatasinya
mungkin akan sulit karena buang air kecil merupakan proses alamiah, namun ibu dapat
mencegah sengan membatasi frekuensi minum ibu dan menghidari minumal manis terlalu
banyak.
Kontraksi palsu atau Braxton hicks adalah terjadi pengencangan perut yang datang dan
pergi. Namun pengencangannya tidak sekuat kontraksi sungguhan ketika melahirkan.
Biasanya kontraksi ini berlangsung 30 hingga 120 detik. Braxton Hicks dapat hilang
ketika Anda berpindah posisi atau relaks.
Kontraksi ini akan Anda rasakan sebelum mengalami kontraksi sungguhan. Perbedaan
lainnya yaitu kontraksi Braxton Hicks hanya terasa di daerah perut atau panggul,
sementara kontraksi sungguhan biasanya terasa di bagian bawah punggung kemudian
berpindah ke bagian depan perut.
Tanda selanjutnya adalah adanya lendir berwarna bening yang bercampur darah dari jalan
lahir. Hal tersebut normal, ibu tidak usah khawatir jika mengalami hal seperti ini, berarti
ibu semakin mendekati proses persalinan. Keluarnya lendir bercampur darah dari jalan
lahir disebabkan oleh kepala bayi yang semakin turun ke jalan lahir ibu, sehingga serviks
ibu meregang dan mengeluarkan darah.
Semakin mendekati persalinan, maka tubuh ibu mengalami banyak perubahan termasuk
jaringan pada serviks ibu. Serviks ibu terjadi peregangan atau biasa disebut pembukaan
dari pembukaan 1 sampai pembukaan lengkap. pembukaan jalan lahir tersebut berbeda-
beda dari setiap ibu tergantung riwayat persalinan ibu sebelumnya.
Pecah ketuban beberapa saat sebelum ibu memasuki proses persalinan merupakan hal
yang wajar, namun pada beberapa kasus ditemukan bahwa selaput ketuban itu pecah
sebelum waktunya ibu melairkan.
air ketuban normal berwarna jernih kadang bercampur darah, jika ditemukan air ketuban
yang berwarna kuning atau hijau, ibu perlu waspada dan segera periksa sebab air ketuban
keruh mengindikasikan kondisi janin dalam keadaan tidak normal, ibu perlu mendapatkan
pertolongan segera sebelum terlalu lama dan mengakibatkan janin stress bahkan lebih
menakutkan lagi dapat menimbulkan kematian janin.
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka
dan mendatar. Darah berasal dari pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena
pergeseran-pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka, Menurut Rohani dkk
(2011).
1. Fase laten, Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap, pembukaan serviks berlangsung perlahan dari 0 cm
sampai 3 cm. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada
multigravida sekitar 8 jam. Pada pemulaan his (kontraksi), kala pembukaan berlangsung
tidak begitu kuat sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) masih dapat berjalan-
jalan untuk meminimalkan rasa sakit kontraksi.
2. Fase aktif, Kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih sering. Fase aktif berlangsung
selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase :
Periode dilatasi maksimal : selama 2 jam dari pembukaan 4cm berlangsung cepat
menjadi 9 cm.
Menurut Sumarah (2008), dalam satu kontraksi terjadi 3 fase, yaitu fase naik, puncak dan
turun. Fase naik lamanya 2 x fase lainnya. Kontraksi uterus yang paling kuat pada fase
kontraksi puncak tidak akan melebihi 40 mmHg.
Menurut Hidayat (2010), pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus
umumnya meningkat ( kontraksi dianggap adekuat / memadai jika terjadi tiga kali atau
lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), serviks
membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga
pembukaan lengkap (10 cm), terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Ibu merasakan ada dorongan untuk meneran (Doran), karena his semakin kuat,
kira-kira 2-3 menit sekali
Fase I: Fase tenang, mulai dari pembukaan lengkap sampai timbul keinginan
untuk meneran.
Fase II Fase meneran mulai dari timbulnya kekuatan untuk meneran sampai
kepala crowning (lahirnya kepala).
Fase III: Fase perineal, mulai sejak crowning kepala janin sampai lahirnya seluruh
badan bayi.
Kala III (Kala Pengeluaran plasenta/uri), Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan
pengeluaran plasenta. segera setelah bayi lahir harus meraba bagian perut ibu untuk
memastikan tidak ada janin kedua. Beberapa saat kemudian, timbul his/kontaksi
pelepasan dan pengeluaran uri, ditandai dengan tali pusat bertambah panjang. Dalam
waktu 1 – 5 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam v4gina dan akan lahir
sepontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses
biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai
dengan pengeluaran darah kira-kira 100 – 200 cc.
Kala IV (Pemantauan), dimulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada Kala IV
dilakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam
pertama. Observasi yang dilakukan adalah:
Kontaksi uterus, uterus/rahim ibu harus keras dan tegang, jika uterus ibu lembek
maka akan terjadi pendarahan. Segera cari penyebab perdarahan dan lakukan
tindakan penatalaksanaan.
Setelah semua proses persalinan selesai, Ibu juga sudah selesai dibersikan dan mendapat
istirahat. Maka saatnya mengobservasi bayi, memeriksa tanda-tanda vital, dan
memberikan kebutuhan ASI pada bayi.
Definisi nifas nifas adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-
alat kandungan kembali seperti sebelum hamil 6-8 minggu (Rustam, 1998).
Masa nifas mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu
(Saifuddin, 2004).
Masa nifas adalah jangka waktu 6 minggu yang dimulai setelah melahirkan bayi sampai
pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan (Bobak,
Lowdermilk& Jensen, 2005).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-
kira 6 minggu (Abdul Bari. 2002 : N-27).
Lochea Adalah cairan yang keluar dari vagina yang berasal dari tempat plasenta dalam
rahim setelah persalinan. Dan ini terjadi segera setelah plasenta dikeluarkan (Close,
Sylvia.1998 : 55).
Lochea rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, dam mekonium, selama 2 hari post partum.
Lochea Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3 – 7 post
partum.
Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 - 14 post
partum
Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu. (Rustam Muchtar. 1998 : 116).
Periode Nifas :
1 Puerperium Dini adalah masa nifas dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari.
Daftar Pustaka
BAB VIII
b. Membuat rangkuman.
d. Memberi penegasan.
Ketika mengetahui bahwa anda adalah seseorang pendengar yang baik, klien mungkin
akan bebicara lagi dengan anda di waktu lain. Pada umumnya keinginan itu tidak akan
menimbulkan masalah bagi anda jika klien tidak sering melakukannya
B. Sikap dan Perilaku Dasar yang Dibutuhkan dalam Membina Hubungan Baik
Dalam membina hubungan baik terdapat sikap dan perilaku dasar yang di butuhkan
seorang bidan yaitu dapat menerapkan SOLER dalam melakukan komunikasi dengan
klien. SOLER merupakan akronim dari:
E : Eye contact in a culturally-acceptable manner (kontak mata atua tatap mata sesuai
cara dan budaya setempat)
C. Hal Penting yang Perlu Diperhatikan pada Waktu Melakukan Konseling Agar
Hubungannya Lebih Baik
Yang di maksud adalah kata-kata pendek seperti:hemm..., ya, lalu, oh ya, terus,
begitu, ya, dan pengulangan kata-kata penting yang di ucapkan oleh klien.
b. Menjalin Kerjasama
Bidan yang baik adalah bidan yang mementingkan hubungan baik dengan klien. Hal
ini akan terwujud apabila selama proses konseling bidan selalu berusaha bekerjasama
dengan klien.
2. Mempersilahkan duduk
3. Bersabar
1. Kejujuran
3. Bersikap positif
8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien atau diri konselor sendiri.
· Perbaikilah pikiran anda. Jika kemampuan anda untuk memahami orang lain perlu
diperbaiki, mulailah dengan membaca buku-buku tentang memahami orang lain. Lalu
amati orang dan terapkan apa yang telah anda pelajari.
· Kuatkanlah hati anda. Jika anda tidak terlalu peduli terhadap orang lain, anda
perlu mengalihkan focus dari diri sendiri. Buatlah daftar hal-hal kecil yang dapat anda
lakukan untuk memberikan nilai tambah kepada teman-teman serta rekan sekerja. Lalu
cobalah lakukan satu setiap harinya. Jangan tunggu hingga anda ingin membantu orang
lain. Bertindaklah hingga anda sendiri merasa senang melakukannya.
Hubungan bersifat tidak pasti atau permanen. Hubungan memiliki faktor-faktor yang
membantu untuk menentukan batas teritori percakapan kita. Faktor-faktor yang
membantu untuk menentukan batas teritori percakapan:
1. Status. Status adalah kedudukan yang anda akui pada orang laindikaitkan dengan
anda.Anda melihat diri anda sendiri tinggi atau rendah dalam status hubungan anda
dengan orang lain.Orang member status pada orang lain. Status adalah bukti derajat
penghargaan, keakraban atau penolakan terhadap orang lain.
2. Kekuatan. Kekuatan adalah kendali manusia unuk mendesak satu sama lain.Jika anda
dapat mempengaruhiatau mengendalikan sikap seseorang dengan segala cara maka
anda mempunyai kekuatan atas mereka.
4. Kegemaran. Percakapan bakal berhasil pada orang yang walau tidak saling mengenal
tetapi memiliki kegemaran yang sama,sehingga dapat terjalin suatu hubungan.
Pengertian komunikasi menurut para ahli mengacu pada aktivitas interaksi manusia yang
bisa terjadi secara langsung atau tidak langsung. Beberapa defenisi komunikasi menurut
para ahli berikut ini :
- Everret M. Rogers, komunikasi adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari
sumber kepada suatu penerimaan atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah
laku mereka.
· Sumber, yaitu pembuat informasi atau pengirim informasi. Pada komunikasi antar
manusia, sumber komunikasi bisa dari satu orang atau dari beberapa orang (kelompok)
misalnya sebuah organisasi atau lembaga. Sumber komunikasi disebut juga komunikator.
· Penerima, pihak yang menjadi tujuan untuk dikirimi pesan oleh sumber
(komunikator). Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih. Penerima disebut juga
komunikan.
· Pesan, adalah informasi yang disampaikan oleh pengirim pesan kepada penerima
(komunikan). Pesan tersebut bisa disampaikan dengan bertatap muka (langsung) atau
melalui media komunikasi (tidak langsung).
· Efek, pengaruh yang dipikirkan dan dirasakan oleh penerima sebelum dan sesudah
menerima pesan. Yang kemudian akan mempengaruhi sikap seseorang dalam menelaah
pesan.
· Umpan Balik, sebuah bentuk tanggapan balik dari penerima setelah memperoleh
pesan yang diterima.
1. Berikan kesan bahwa anda antusias berbicara dengan mereka. Beri mereka kesan
bahwa anda lebih suka berbicara dengan mereka daripada orang lain di muka bumi ini.
Ketika anda memberi mereka kesan bahwa anda sangat antusias berbicara dengan mereka
dan bahwa anda peduli kepada mereka, anda membuat perasaan mereka lebih positif dan
percaya diri. Mereka akan lebih terbuka kepada anda dan sangat mungkin memiliki
percakapan yang mendalam dengan anda.
2. Ajukan pertanyaan tentang minat mereka. Ajukan pertanyaan terbuka yang akan
membuat mereka berbicara tentang minat dan kehidupan mereka. Galilah sedetail
mungkin sehingga akan membantu mereka memperoleh perspektif baru tentang diri
mereka sendiri dan tujuan hidup mereka.
3. Beradaptasi dengan bahasa tubuh dan perasaan mereka. Rasakan bagaimana perasaan
mereka pada saat ini dengan mengamati bahasa tubuh dan nada suara. Dari sudut pandang
ini, anda dapat menyesuaikan kata-kata, bahasa tubuh, dan nada suara anda sehingga
mereka akan merespon lebih positif.
4. Tunjukkan rasa persetujuan: Katakan kepada mereka apa yang anda kagumi tentang
mereka dan mengapa. Salah satu cara terbaik untuk segera berhubungan dengan orang
adalah dengan menjadi jujur dan memberitahu mereka mengapa anda menyukai atau
mengagumi mereka. Jika menyatakan secara langsung dirasakan kurang tepat, cobalah
dengan pernyataan tidak langsung. Kedua pendekatan tersebut bisa sama-sama efektif.
5. Dengarkan dengan penuh perhatian semua yang mereka katakan. Jangan terlalu
berfokus pada apa yang akan Anda katakan selanjutnya selagi mereka berbicara.
Sebaliknya, dengarkan setiap kata yang mereka katakan dan responlah serelevan
mungkin. Hal ini menunjukkan bahwa anda benar-benar mendengarkan apa yang mereka
katakan dan anda sepenuhnya terlibat di dalam suasana bersama dengan mereka. Juga
pastikan untuk bertanya setiap kali ada sesuatu yang tidak mengerti pada hal-hal yang
mereka katakan. Anda tentu saja ingin menghindari semua penyimpangan yang mungkin
terjadi dalam komunikasi jika anda ingin mengembangkan hubungan yang sepenuhnya
dengan orang tersebut.
6. Beri mereka kontak mata yang lama. Kontak mata yang kuat mengkomunikasikan
kepada orang lain bahwa anda tidak hanya terpikat oleh mereka dan apa yang mereka
katakan tetapi juga menunjukkan bahwa anda dapat dipercaya. Ketika dilakukan dengan
tidak berlebihan, mereka juga akan menganggap anda yakin pada diri anda sendiri karena
kesediaan anda untuk bertemu mereka secara langsung. Akibatnya, orang secara alami
akan lebih memperhatikan anda dan apa yang anda katakan.
7. Ungkapkan diri anda sebanyak mungkin. Salah satu cara terbaik untuk mendapatkan
kepercayaan seseorang adalah dengan mengungkapkan diri seterbuka mungkin. Bercerita
tentang kejadian yang menarik dari hidup anda atau hanya menggambarkan contoh lucu
dari kehidupan normal sehari-hari. Ketika anda bercerita tentang diri anda, pastikan untuk
tidak menyebutkan hal-hal yang menyimpang terlalu jauh dari minat mereka atau bahkan
berlebihan. Anda dapat membiarkan mereka mengetahui lebih jauh tentang diri anda
seiring membangun sebuah ikatan. Bila anda menggunakan kata-kata tersebut, anda
membuatnya tampak seperti anda dan mereka berada di tim yang sama, sementara orang
lain berada di tim yang berbeda.
8. Berikan mereka senyuman terbaik anda. Ketika anda tersenyum pada orang, anda
menyampaikan pesan bahwa anda menyukai mereka dan kehadiran mereka membawa
anda kebahagiaan. Tersenyum pada mereka akan menyebabkan mereka sadar ingin
tersenyum kembali pada anda yang secara langsung akan membangun hubungan antara
anda berdua.
9. Beri mereka motivasi. Jika orang yang anda hadapi lebih muda atau dalam posisi
yang lebih sulit dari anda, mereka mungkin ingin mendengar beberapa kata motivasi dari
anda karena anda lebih berpengalaman atau anda tampaknya menjalani kehidupan dengan
baik . Jika anda ingin memiliki hubungan yang sehat dengan orang tersebut, anda tentu
saja tidak ingin tampak seperti anda memiliki semuanya sementara mereka tidak.
Yakinkan mereka bahwa mereka dapat melampaui masalah dan keterbatasan mereka,
sehingga mereka akan berharap menjadikan anda sebagai teman yang enak untuk diajak
bicara.
· Istilah, penggunaan istilah yang diartikan “sama” antara pengirim dan penerima
pesan merupakan aturan dasar untuk mencapai komunikasi yang efektif. Kata – kata yang
samar artinya (mempunyai lebih dari satu makna) dapat menimbulkan kebingungan dan
salah pengertian.
· Tersusun baik, pesan harus berkembang secara logis dan tidak boleh terpotong-
potong.
· Objektif, akurat, dan aktual, pengirim informasi harus berusaha menyampaikan
pesan seobjektif mungkin.
· Efisien, pesan di sampaikan seringkas dan seoriginal mungkin serta harus berusaha
untuk menghilangkan kata yang tidak relavan.
Komunikasi yang efektif mengandung makna bahwa komunikasi dilakukan dengan baik
dan tidak terlalu tergesa-gesa. Fokus utama dalam komunikasi kebidanan adalah
bagaimana menerapkan komunikasi terapeutik dengan cermat tetapi juga tidak memakan
waktu banyak. Berikut ini adalah beberapa macam uraian komunikasi efektif yang bisa
kita perhatikan contohnya sehingga bisa memudahkan aplikasi yang ada selama praktek
kebidanan.
Penggunaan bahasa yang sederhana dan tidak bertele-tele merupakan contoh komunikasi
efektif yang bisa digunakan pada praktik kebidanan. Seorang bidan hendaknya bisa
langsung menuju poin apa yang ingin ditanyakan atau ingin disampaikan kepada pasien
tanpa harus banyak bertele-tele. Sebagai contoh, hindari menggunakan pernyataan yang
diulang seperti, ”Ini kehamilan yang keberapa ibu? Anak yang keberapa ibu?”. Dua
pertanyaan tersebut sebenarnya sama.
Strategi komunikasi efektif selanjutnya adalah tentang pemberian instruksi yang tepat dan
juga jelas. Ini bukan berarti seberapa keras volume suara bidan harus digunakan tetapi
lebih kepada bagaimana bidan bisa menjelaskan dengan baik pada klien. Entah itu pada
saat masa ante natal care atau pada saat proses persalinan, pemberian instruksi yang jelas
bisa membuat klien paham mengenai apa yang harus ia lakukan.
Penggunaan bahasa medis yang asing dan kurang familiar tentu saja patut dihindari saat
berhadapan dengan klien. Sah-sah saja jika bidan menggunakan istilah medis dengan
rekan sejawat. Namun ini tidak berlaku saat berhadapan dengan klien. Pastikan klien
memahami apa yang kita sampaikan sehingga informasi bisa diterima dengan baik. (Baca
juga: Cara berkomunikasi dengan baik)
Evaluasi komunikasi penting dilakukan untuk melakukan validasi, apakah informasi yang
sudah disampaikan diterima dengan baik atau tidak. Bila perlu, minta klien untuk
menjelaskan ulang secara singkat.
Demikian beberapa macam contoh dari komunikasi efektif yang bisa kita coba untuk
terapkan. Tentunya prinsip komunikasi juga bisa dipelajari lebih lanjut sehingga kita bisa
mengetahui bagaimana penerapan komunikasi yang baik. Semoga contoh komunikasi
efektif dalam kebidanan ini bermanfaat dan jangan segan untuk membaca posting
menarik lainnya.
A. Simpulan
- Membina hubungan baik adalah hal terpenting yang harus dilakukan saat
berkomunikasi dengan klien.
- Ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam menciptakan hubungan baik dengan
klien.
Dari semua penjelasan, sebaiknya dalam memberikan pelayanan kepada klien, seorang
bidan harus mampu untuk menciptakan hubungan baik, misalnya dari sikap, perilaku, dan
komunikasi yang diberikan. Saat hubungan baik telah terbina, maka klien akan merasa
lebih nyaman dengan asuhan yang diberikan. Klien juga akan percaya terhadap bidan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
MNH-DEPKES. Komunikasi Efektif Ibu Selamat, Bayi Sehat, Keluarga Bahagia. Modul
Pelatihan Keterampilan Komunikasi interpersonal/konseling (KIP/K). Jakarta : 2002.
A. MEDIA SOSIAL
Istilah “media sosial” adalah istilah umum yang mencakup banyak cara agar teknologi
digunakan untuk interaksi sosial. Media sosial berbeda dengan media tradisional, seperti
surat kabar, televisi dan radio; Dalam hal siapa pun yang menggunakan teknologi
berbasis mobile dan web dapat mempublikasikan dan menerima informasi kapan saja.
Dialog interaktif real time memungkinkan penciptaan makna dan semua aspek kehidupan
sosial – cocok untuk profesi berbasis sosial seperti kebidanan.
Kurangnya isyarat bahasa tubuh berarti humor bisa salah baca atau disalah artikan, hai
yang bisa kita anggap sebagai sarkasme dan kecerdasan semata. Oleh karena itu kita
harus yakin pesan kita jelas dan kepribadian. Aspek penting lainnya dari Netiquette
adalah:
Huruf kapital untuk seluruh kata yang teriakan dan tidak sopan
Jaga agar email tetap pendek dan letakkan bagian penting dari pesan di kalimat
tertinggi
Pesan baris subjek email sesuai dengan topik email
Tidak mengharapkan atau meminta tanggapan segera saat email atau teks terkirim dan
jangan kirim yang lain segera jika tidak ada jawaban cepat
Jika ada yang ingin pribadi atau butuh perlu diskusikan, berdering orang atau pesan
langsung (DM) mereka. Jangan taruh di tempat semua orang bisa melihatnya
Jangan melakukan percakapan pribadi dan pribadi di media sosial kecuali jika situs
terkunci dan bahkan kemudian informasi, bahkan DM dan email dapat diminta oleh
pengadilan
Bersikap sopan dan santun
Pastikan pesannya adalah pesan yang anda kirim: baca ulang sebelum posting dan
tanyakan pada diri anda, bagaimana pesan ini akan ditafsirkan oleh orang yang
menerimanya?
Hindari penggunaan kata-kata tidak senonoh
Hindari kata-kata atau gambar yang mengorbankan, menghujat atau memfitnah
Hindari kata-kata atau gambar yang berarti rasis, seksis dan anti-agama
Perlakukan semua orang dan bicara semua orang secara positif, ingat, apa yang
tertulis berlangsung selamanya
Jangan memposting dan / atau memberi tag foto teman yang tidak menyenangkan atau
kompromi.
Sadarilah foto Anda sendiri dan pastikan foto yang anda posting sesuai secara
profesional
Waspadalah terhadap siapa Anda ‘teman’ dan pengaturan privasi Anda; Anda diminta
untuk mengambil tindakan untuk memastikan privasi.
Sadarilah pengaturan privasi masih rentan. Pastikan ejaan dan tata bahasa benar
Ingat anda memproyeksikan citra profesional anda apakah anda menyadarinya atau
tidak
Jika orang lain membuat kesalahan, berbaik hati. Jika Anda memilih untuk
memperbaikinya, lakukan secara pribadi dan baik hati.
Hormati kekayaan intelektual.
B. PROFESIONALISME KEBIDANAN
Profesinalisme berarti memiliki sifat profesional yang dimiliki oleh seorang bidan.
1. Ilmu sosial, budaya, kesehatan masyarakat, konsep kebidanan, etika, kode etik,
kebidanan yang membentuk dasar dari asuhan yang berkualitas.
7. Keluarga berencana
8. Gangguan reproduksi
9. Kebidanan komunitas
B. Ciri-ciri jabatan profesional bidan
kompetensi
keputusan tersebut
4. Berkomunikasi dengan pekerja kesehatan lainnya (bidan, dokter, dan perawat)
dengan rasa hormat dan martabat
5. Memelihara kerja sama yang baik dengan staff kesehatan dan rumah sakit
pendukung untuk memastikan sistem rujukan yang optimal
9. Menjadi bagian dari upaya meningkatkan status wanita, kondisi hidup mereka dan
A. Kesimpulan
Bidan adalah profesi yang diakui secara nasional maupun internasional oleh
sejumlah praktisi diseluruh dunia. Tugas utama yang menjadi tanggung jawab praktik
profesi bidan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak dan keluarga
berencana dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
1. Ilmu sosial, budaya, kesehatan masyarakat, konsep kebidanan, etika, kode etik,
kebidanan yang membentuk dasar dari asuhan yang berkualitas.
7. Keluarga berencana
8. Gangguan reproduksi
9. Kebidanan komunitas
B. SARAN
Untuk menjadi bidan yang profesional, seorang bidan harus memenuhi syarat yang telah
ditetapkan, dikarena bidan memiliki tanggungjawab yang besar terhadap pasien yang
akan diberi pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/mobile/doc/229876482/profesionalisme-bidan
Sumber: http://www.pregnancy.com.au/midwifery/midwifery-resources/midwifery-
articles/midwives-and-social-media.shtml
BAB X
A. SISTEM RUJUKAN
1. Definisi
Rujukan adalah suatu kondisi yang optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas
yang memiliki sarana lebih lengkap yang diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan
bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).
Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara
vertikal maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih berkompeten, terjangkau, rasional,
dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi ( Syafrudin, 2009).
2. Rujukan Kebidanan.
Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan obstetri adalah suatu pelimpahan tanggung jawab
timbal-balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal,maupun
horizontal. Rujukan vertikal,maksudnya adalah rujukan dan komunikasi antara satu unit ke unit
yang telah lengkap. Misalnya dari rumah sakit kabupaten ke rumah sakit provinsi atau rumah
sakit tipe C ke rumah sakit tipe B yang lebih spesialistik fasilitas dan personalianya. Rujukan
horizontal adalah konsultasi dan komunikasi antar unit yang ada dalam satu rumah
sakit,misalnya antara bagian kebidanan dan bagian ilmu kesehatan anak (Syafrudin,2009).
1. Rujukan Medik yaitu pelimpahan tanggungjawab secara timbal balik atas satu kasus yang
timbal balik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu
menanganinya secara rasional.
b. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosa, pengobatan, tindakan operatif dan lain-
lain.
c. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan
pengobatan setempat.
2. Rujukan Kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau spesimen ke
fasilitas yang lebih mampu dan lengkap.
4.Tujuan Rujukan
2. Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit
yang kurang lengkap ke unit yang lengkap fasilitasnya.
3 Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (Transfer knowledge and skill) melalui
pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah.
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai
kewenangan dan fasilitas terdekat yang termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak
mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam
perjalanan ke tempat rujukan
c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila penderita tidak
mungkin dikirim.
Dijabarkan persiapan penderita yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan yaitu dengan
melakukan BAKSOKU yang merupakan singkatan dari (Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat,
Kenderaan, Uang),(JNPK-KR,2012).
Bidan (B)
Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang
kompeten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksanakan kegawatdaruratan obstetri dan
bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan
Alat (A)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir
( tabung suntik, selang Intra Vena, dan lain-lain ) bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan
dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan sedang dalam perjalanan.
Keluarga (K)
Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi dan mengapa ibu
dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan keperluan upaya rujukan tersebut.
Suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan/atau bayi baru lahir ke tempat
rujukan.
Surat (S)
Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu dan/atau
bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-
obatan yang diterima ibu Universitas Sumatera Utara 9 dan/atau bayi baru lahir. Lampirkan
partograf kemajuan persalinan ibu pada saat rujukan. Obat (O) Bawa obat-obatan esensial pada
saat mengantar ibu ke tempat rujukan. Obat- obatan mungkin akan diperlukan selama
perjalanan.
Kendaraan (K)
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi yang cukup
nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan itu cukup baik untuk. mencapai tempat
rujukan dalam waktu yang tepat. Uang (U) Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam
jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperiukan dan bahan-bahan kesehatan
lain yang diperiukan selama ibu dan/atau bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan. 6. Kegiatan
Rujukan Kegiatan rujukan yaitu (Syafrudin,2009) :
a. Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap
c. Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya seperti kasus ginekologi atau
kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis
e. Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan dan kirimkan ke
unit semula, jika perlu disertai dengan keterangan yang lengkap.
a. Membalas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan advis rehabilitas
kepada unit yang mengirim
b. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (kurang dari 37 Minggu usia kehamilan)
e. Ikterus
f. Perdarahan pervaginam
g. Anemia berat
i. Gawat janin
j. Kehamilan gameli.
1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien berarti bahwa pertolongan
dapat diberikan lebih cepat, murah, dan secara psikologis memberi rasa aman pada pasien dan
keluarganya.
2. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan petugas
daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus yang dapat dikelola di daerahnya masing-
masing.
9. Persiapan rujukan
Sebelum melakukan persiapan rujukan yang pertama dilihat adalah mengapa bidan melakukan
rujukan. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang tinggi dan
mendahulukan kebutuhan masyarakat. Dengan adanya sistem rujukan, diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus
memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan
tepat waktu jika menghadapi penyulit. Yang melatarbelakangi tingginya kematian ibu dan anak
adalah terutama terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan. Jika bidan lalai dalam
melakukannya akan berakibat fatal bagi keselamatan jiwa ibu dan bayi ( Syafrudin, 2009).
5. Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
6. Antara rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain dari rumah sakit.
Bagan I:Modul Konseptial Sistem Rujukan Kesehatan Masyarakat di Indonesia (UNFA, 2004
dalam the health Referral System In Indonesia)
KELUARGA / INDIVIDU
B. RECORD KEEPING / PENCATATAN
PENGERTIAN DOKUMENTASI
Istilah dokumentasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu document, yang berarti satu
atau lebih lembar kertas resmi (official) dengan tulisan di atasnya. Dalam bahasa
Indonesia, dokumen berarti semua warka asli/catatan otentik yang dapat dibuktikan atau
dijadikan bukti dalam persoalan hUkum.
Dokumentasi juga dikenal dengan istilah charting, recording, dan record keeping.
Chart adalah sebuah dokumen yang memberikan informasi yang berguna bagi pasien dan
informasi tentang perawatan kesehatannya. Pengertian lain dari chart adalah sebuah
grafik yang terdapat pada suatu papan yang memperlihatkan suatu pertukaran dan variasi
dari temperature, nadi, pernafasan dan tekanan darah.
Record adalah catatan yang berisi tentang kejadian otentik, kegiatan pernyataan,
transaksi. Pengertian lain dari record adalah informasi yang berisi kenyataan atau
kejadian dalam pelayanan yang diberikan atau penulisan tentang kenyataan yang
menggambarkan tentang pelayanan yang otentik dan legal.
Agar memenuhi aspek legal, dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam
persoalan hukum, pendokumentasian asuhan kebidanan harus sesuai dengan standart
asuhan kebidanan. Dengan demikian pemahaman bidan dan penerapan keterampilan yang
sesuai standart asuhan kebidanan mutlak diperlukan bidan agar mampu melakukan
pendokumentasian asuhan kebidanan dengan baik dan benar.
BAB XI
A. Pengertian dasar
1. Etika
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral (ahlak). (Supardan Suriani. 2008 : 4)
Etika adalah penerapan teori dan proses filsafat moral dalam kehidupan
nyata, etika mencakup prinsip konsep dasar dan nilai-nilai yang membimbing mahluk
hidup dalam berfikir dan bertindak. (Supardan Suriani. 2008 : 4)
2. Moral
Moral berasal dari bahasa latin moralis artinya segi moral suatu perbuatan
atau baik buruknya,sifat moral atau keseluruhan azas dan nilai yang berkenaan dengan
baik buruk. Nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya ( catatan Kuliah 2007:2)
3. Profesi
4. Bidan
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang
berlaku, dicatat (register), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktek. (Sofyan
Mustika, dkk. 2009 : 78)
Bidan adalah profesi yang diakui secara nasional maupun internasional oleh
sejumlah praktisi diseluruh dunia. (Atik Purwandari 2008 : 4).
Profesi berasal dari kata prosefio (latin) yang berarti pengakuan. Selanjutnya
profesi adalah suatu tugas atau kegiatan fungsional dari suatu kelompok tertentu yang
diakui dalam melayani masyarakat. Etika profesi bidan adalah norma-norma atau perilaku
bertindak bagi bidan dalam melayani kesehatan masyakat.
Etika profesi bidan adalah perilaku seseorang dalam menjalankan segala
tugasnya sesuai dengan keahlian dan pengetahuan yang dimiliki.
Etika profesi bidan juga Merupakan Suatu pernyataan komperhensif dari
profesi bidan yang memberikan tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan praktik
dalam bidang profesinya baik yang berhubungan dengan klien/ pasien , kelurga,
masyarakat teman sejawat, profesi & dirinya sendiri.
Dengan demikan etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self
control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan
kelompok social (profesi) itu sendiri.
Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat
memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bila mana dalam diri para elit profesional
tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin
memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Tanpa etika
profesi, apa yang semula dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh
terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun
tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan
tidak-adanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite
profesional ini.
4. Mampu melakukan tindakan yang benar dan mencegah tindakan yang merugikan,
memperlakukan manusia secara adil,menjelaskan dengan benar, menepati janji yang telah
disepakati,menjaga kerahasiaan.
Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline which can act as the
performance index or reference for our control system”. Dengan demikian, etika akan
memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di
dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan
seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis
yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan
pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala
macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang
dari kode etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self
control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepenringan
kelompok sosial (profesi) itu sendiri..
1. Hak Pasien
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien/klien:
1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit atau instusi pelayanan kesehatan.
4) Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan keinginannya.
7) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan seuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
8) Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis
dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dad pihak luar.
9) Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit
tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengatahuan dokter yang
merawat.
10) Pasien berhak meminta atas privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya.
d. Prognosisnya
12) Pasien berhak men yetujui/mem berikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
13) Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggungjawab sendiri sesuadah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
16) Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit.
2. Kewaiiban Pasien
1) Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tat
tertib rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
2) Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat yang
merawatnya.
3) Pasien dan atau penangungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas
jasa pelayanan rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan, dokter, bidan dan perawat.
3. Hak Bidan
2) Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat
jenjang pelayanan kesehatan.
4) Bidan berhak atas privasi dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh
pasien, keluarga maupun profesi lain.
5) Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan
maupun pelatihan.
1) Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum
antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia
bekerja.
3) Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai
kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.
4) Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau
keluarga.
7) Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan
dilakukan serta risiko yang mungkiri dapat timbul.
8) Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang
akan dilakukan.
11) Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secra timbal
balik dalam memberikan asuhan kebidanan
1) Setiap bidan harus menjalin hubungan yang baik dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi.
3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
A. Kesimpulan
Etika profesi bidan adalah perilaku seseorang dalam menjalankan segala tugasnya sesuai
dengan keahlian dan pengetahuan yang dimiliki.
Fungsi etik dan moralitas bidan
DAFTAR PUSTAKA
Mustika,sofyan. Dkk, 2009. 50 Tahun IBI. Bidan menyongsong masa depan. Pengurus
pusat IBI. Jakarta
Kelompok 3
Hubungan antara keenam variabel tersebut adalah sebagai berikut:
Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja
berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik
pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.
Diperlukan suatu model sebagai sebuah acuan bagi seorang bidan dalam memberikan
asuhan serta pelayanan terhadap kliennya. Sehingga seorang bidan dapat memberikan
suatu asuhan yang baik dan benar serta diterima dengan baik pula oleh masyarakat.
Diperlukan juga teori-teori dalam memberikan asuhan kebidanan sebagai suatu acuan
bagi seorang bidan dalam memberikan asuhannya melihat beberapa teori yang telah
dikemukakan oleh tokoh-tokoh kebidanan di masa-masa sebelumnya.
Teori Jeans Ball
Tujuan penelitian : Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan emosi
ibu dalam layanan maternitas.
Hasil penelitian : Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi keadaan emosional ibu saat
postpartum,yaitu :
Bila sema faktor di atas positif, maka derajat keadaan emosi baik. Akan tetapi,jika ketiga
faktor tersebut negatif maka derajat keadaan emosi buruk. Meski demikian,setiap faktor
saling berinteraksi satu sama lain. Jika kekurangan satu faktor diimbangi dengan
kelebihan faktor lainnya,keadaan emosi ibu akan menjadi baik. Ketiga faktor tersebut
digambarkan sebagai kursi geladak,dengan layanan maternitas sebagai landasannya,dan
tiang penyangganya adalah dukungan keluargaserta kepribadian ibu. Kekokohan setiap
elemen saling berkaitan satu sama lain.
Tujuan
Untuk mengetahui teori-teori dalam asuhan kebidanan serta model konseptual dalam
asuhan kebidanan.
Manfaat
Untuk menambah pengetahuan mengenai teori-teori dalam asuhan kebidanan serta model
konseptual kebidanan.
B. TUJUAN PKB
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) merupakan kegiatan yang
hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di
sekolah/madrasah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Adapun tujuan khusus
PKB adalah
1. meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang
ditetapkan dalam peraturan perundangan yang berlaku.
2. memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk memfasilitasi proses
pembelajaran peserta didik.
3. meningkatkan komitmen guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
sebagai tenaga profesional.
4. menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru.
5. meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di
6. menunjang pengembangan karir guru.
(Buku 1 Pedoman Pengelolaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, 2010: 7).
Dengan demikian guru memperoleh kesempatan untuk melakukan pengembangan
keprofesian secara berkelanjutan sehingga diharapkan dapat memperkecil jarak antara
pengetahuan, keterampilan, kompetensi sosial dan kepribadian yang mereka miliki
sekarang dengan apa yang menjadi tuntutan dimasa depan.
PKB DAN KENAIKAN PANGKAT GURU
Kegiatan PKB yang disesuaikan dengan jenjang kepangkatan guru menunjukkan
bahwa PKB dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan. Guru tidak mungkin
secara tiba-tiba dipaksa untuk melaporkan hasil penelitian yang telah dilakukannya dalam
bentuk buku, jurnal, dan seterusnya. Di awal karier guru, guru melakukan kegiatan
pengembangan diri, setelahnya publikasi ilmiah dan atau karya inovatif yang bertahap
sesuai dengan jenjang. Dengan demikian guru profesional terbentuk dengan pola belajar
seumur hidup yang mengedepankan semangat hari esok harus lebih baik daripada hari ini.
Berikut ini kegiatan PKB yang dilakukan oleh guru pada masing-masing jenjang
kepangkatan guru:
KESIMPULAN
1. PKB dapat dilakukan dengan beberapa cara dan terdapat jumlah kegiatan minimal
yang dinilaikan sebagai angka kredit disesuaikan dengan jenjang kepangkatannya
agar guru dapat melaksanakannya sesuai dengan tingkat kemampuan
pengembangan profesi dan digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam melaksanakan tugas mengajar guru.
2. Tuntutan PKB sebagai kegiatan guru dalam mewujudkan guru profesional sesuai
dengan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 dapat meningkatkan
profesionalisme guru diwujudkan dalam kegiatan membantu guru dalam
memelihara dan mengembangkan kompetensi guru meliputi kompetensi yang
sudah berada pada standar maupun yang masih di bawah standar sesuai yang
dipersyaratkan dalam standar jabatan dan kepangkatan guru agar kinerja guru
meningkat.
SARAN
1. Hendaknya guru secara sadar dan terus menerus melakukan kegiatan PKB dalam
rangka mengisi diri dengan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
diperlukan dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru.
2. Guru tidak perlu menunggu pelatihan/diklat/workshop yang diselenggarakan oleh
Pemerintah karena hakikatnya kegiatan PKB merupakan kegiatan untuk diri guru
sendiri dalam menjalankan tugasnya. Kegiatan PKB dan pencapaian penguasaan
teknik penyelesaiannya dapat dilakukan oleh guru dan untuk guru melalui forum
diskusi dan sharing pengalaman-pengetahuan di tingkat sekolah/ madrasah,
kelompok madrasah, KKG/MGMP, dan seterusnya.
3. Pemerintah memfasilitasi melaksanakan pelaksanaan PKB untuk publikasi
tertentu, seperti kemudahan ijin penerbitan jurnal, majalah kependidikan, dan
memperbanyak media on line sebagai sarana publiaksi ilmiah guru.
D. Belajar Sepanjang Hayat
Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep tentang belajar terus menerus dan
berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai akhir hayat, sejalan dengan fase-
fase perkembangan pada manusia. Oleh karena setiap fase perkembangan pada masing-
masing individu harus dilalui dengan belajar agar dapat memenuhi tugas-tugas
perkembanganya, maka belajar itu dimulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa dan bahkan
masa tua. Bertolak dari fase-fase perkembangan seperti dikemukakan Havinghurst,
berimplikasi kepada keharusan untuk belajar secara terus menerus sepanjang hayat dan
memberi kemudahan kepada para perancang pendidikan pada setiap jenjang pendidikan
untuk:
Tugas-tugas perkembangan itu nampaknya disiapkan untuk belajar sepanjang hayat, yang
dapat dilihat dari adanya tugas perkembangan untuk orang dewasa, setengah baya dan untuk
masa tua. Tugas perkembangan ini juga amat berguna bagi pendidikan luar sekolah, di rumah
dalam kehidupan rumah tangga maupun di lembaga-lembaga pendidikan yang ada di
masyarakat, seperti kursus-kursus, perkumpulan sodial, agama, persatuan para lanjut usia
dan sebagainya.
Dengan demikian tugas perkembangan yang harus ditempuh melalui belajar, tidak hanya
dimulai dan masa kanak-kanak, tetapi berlanjut sampai masa dewasa dan masa tua. Jelas
bahwa belajar berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan sepanjang
kehidupan seseorang.
Dalam perspektif islam, belajar sepanjang hayat ini sebenarnya telah dicanangkan oleh Nabi
SAW ratusan tahun yang silam, dengan sabdanya:
“Carilah ilmu sejak ayunan sampai ke hang lahat (al-hadits)”.14
Selain itu dipahami bahwa belajar itu sepanjang hayat, dijelaskan pula bahwa belajar adalah
suatu kewajiban, sebagaimana sabdanya pula:
“Mencari ilmu pengetahuan adalah wajib atas setiap orang muslim (H.R.Abdi’I Barr)”.15
Dengan memperhatikan kedua hadits tersebut, dapat dipahami bahwa aktivitas belajar
sepanjang hayat memang telah menjadi bagian dan kehidupan kaum muslimin. Sedangkan
secara umum, gerakan belajar sepanjang hayat itu baru dipublikasikan di sekitar tahun 1970,
ketika UNESCO menyebutnya sebagai tahun Pendidikan Internasional (International Education
Year). Karena pada tahun itu dilontarkan berbagai isu pembaharuan dalam falsafah dan
konsep tentang pendidikan. Latar belakang munculnya gagasan ini ialah rasa kurang puas
terhadap pelaksanaan belajar melalui sistem sekolah, yang dikatakan memperlebar jurang
antara yang kaya dan yang miskin. Secara eksplisit gagasan ini dilontarkan oleh Paul Lengrand
dalam bukunya yang beijudul An Introduction to life Long Education. 16
Pengembangan pemikiran Lengran tersebut merubah anggapan bahwa belajar atau pendidikan
itu tidak hanya berlangsung di dunia pendidikan sekolah, sedangkan di luar dunia sekolah
sebenarnya secara individual, mereka terus belajar sesuai dengan kebutuhannya masing-
masing dan dengan cara yang disenanginya.
Muncul dan berkembangnya konsep belajar sepanjang hayat tersebut menunjukkan bahwa
pengalaman belajar tidak pernah berhenti selama manusia itu sadar dan berinteraksi dengan
lingkungannya.17 Belajar sepanjang hayat sebagai asas baru, kesadaran baru, harapan baru,
membawa implikasi kepada pentingya aktivitas individual mandiri guna senantiasa memburu
pengetahuan, pengalaman-pengalaman baru kapanpun dan dimanapun.
Dari gagasan-gagasan baik melahui pendekatan keagamaan, maupun yang bersifat umum,
dapat dipahami bahwa hakekatnya belajar itu tiada hentinya, terutama bagi orang dewasa dan
orang tua agar mereka dapat mengikuti perkembangan zaman serta penemuan-penemuan
baru di bidang pengetahuan dan teknologi.
Kesadaran akan kebutuhan di atas diharapkan bisa mendorong seseorang untuk belajar.
Dorongan atau motivasi menurut J.P Chaplin bermakna alasan yang diasadari, yang dibenikan
individu bagi satu tingkah laku.20
Dari dimensi psikologis, belajar sepanjang hayat, terutama bagi orang dewasa dan orang tua
dalam situasi belajar mempunyai sikap tertentu. Karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Belajar adalah suatu pengalaman yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri. Maka
orang dewasa perlu dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih mutakhir,
ketrampilan baru dan sikap yang lain.
2. Orang dewasa belajar kalau ditemukannya arti pribadi bagi dirinya dan melihat sesuatu
mempunyai hubungan dengan kebutuhannya.
3. Bagi orang dewasa proses belajar adalah khas dan bersifat individual. Setiap orang punya
cara dan kecepatan sendiri untuk belajar dan memecahkan masalah. Dengan kesempatan
mengamati cara-cara yang dipakai orang lain, Ia dapat memperbaiki dan menyempumakan
caranya sendiri, agar menjadi lebih efektif.21
Memperhatikan situasi belajar bagi orang dewasa tersebut, maka salah satu teori belajar
klasik, yaitu teori psikologi belajar naturalistic atau aktualisasi diri, teori ini berpangkal dari
psikologi naturalistic romantic yang dipelopori Rousseau. Menurut teori ini belajar itu
sebaiknya dilakukan secara wajar di alam bebas, bisa diterapkan pada pendidikan luar
sekolah, terutama untuk belajar seumur hidup.
3. Implementasi Konsep
Bertolak dari dimensi psikologis di atas, implementasi konsep belajar sepanjang hayat ini
bisanya tidak membutuhkan orang lain sebagai pembimbing khusus. Mereka mencari sendiri
bahan-bahan pelajaran yang mereka butuhkan, mempelajari sendiri, dan mencoba
menempatkannya. Jadi bagi mereka dapat belajar di mana saja dan dengan cara apa saja di
lingkungan kediaman mereka. Pada hakekatnya mereka mengaktualisasi din sendiri sejalan
dengan teori belajar naturalis. Namun demikian belajar sepanjang hayat dapat juga
dilaksanakan secara kelompok dalam bentuk kursus-kursus, kelompok sosial dan kelompok
keagamaan.
Dari segi tujuan, belajar sepanjang hayat ini pada mulanya bersifat individual, yakni untuk
memperkaya kehidupan rohani atau intelektual seseorang. Pada taraf perkembangan
selanjutnya belajar sepanjang hayat ini mulai mengembangkan tujuan-tujan yang bersifat
sosial. Mulai disadari bahwa kegiatan belajar mengajar sepanjang hayat ini tidak hanya
menguntungkan perorangan-perorangan saja, melainkan juga bermanfaat bagi masyarakat
secara keseluruhan. Apabila mayoritas anggota suatu masyarakat selalu melibatkan diri dalam
kesibukan belajar setelah mereka memasuki berbagai lingkungan pekerjaan, maka pada
umumnya masyarakat semacam ini akan menjadi lebih dinamis, lebih mudah menenima
gagasan-gagasan pembaruan, dan lebih mudah pula memahami interpendensi dan interaksi
yang ada antara dirinya dengan masyarakat-masyarakat lain. Suatu masyarakat dengan
kegiatan belajar sepanjang hayat yang intensif akan lebih mudah membangun dirinya pada
masyarakat yang tidak mengembangkan kebiasaan untuk belajar secara terus menerus.23
Di masyarakat pada umumnya kelompok yang amat membutuhkan layanan belajar sepanjang
hayat adalah remaja yang putus sekolah dan orang dewasa atau orang tua yang ingin
meningkatkan kehidupanya. Karena itu di tinjau dan aspek signifakasi dan relevansi konsep
belajar sepanjang hayat dalam hubungannya dengan keinginan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan yang ada dalam masyarakat.
Maka konsep ini merupakan wahana yang tepat dan tangguh untuk memacu kehidupan
masyarakat, kalau dengan salah satu cara dapat diusahakan :
a. Bahwa sebagian besar remaja dan orang dewasa dan orang tua yang aktif dalam kehidupan
kemasyarakatan benar-benar mendapatkan pelayanan belajar yang memadai dan relevan
dengan kebutuhan mereka sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
b. Bahwa program-program belajar seperti ini benar-benar dikembangkan dan dilaksanakan
c. Bahwa masyarakat remaja, orang dewasa serta orang tua yang aktif dalam kehidupan
kemasyarakatan benar-benar terangsang untuk mengikuti program-program belajar
sepanjang hayat ini.
Belajar sepanjang hayat akan berrnanfaat apabila mendapatkan respon positif dari individu
atau warga masyarakat yang memiliki kemauan dan kegemaran untuk belajar secara terus
menerus, sesuai dengan kebutuhan kebutuhan masing-masing individu warga belajamya.
Dengan demikian konsep belajar sepanjang hayat memiliki signifikasi di dalam masyarakat.
III. KESIMPULAN
1. Konsep belajar sepanjang hayat adalah suatu idea atau gagasan yang manyatakan bahwa
belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung secara terus-menerus
sepanjang kehidupan, hal ini sesuai dengan tinjauan psikologis yang menjelaskan bahwa pada
setiap fase perkembangan, setiap individu perlu belajar agar dapat melaksanakan tugas-tugas
pada setiap fase perkembangan tersebut.
2. Konsep belajar sepanjang hayat berusaha untuk memberikan motivasi kepada mereka yang
telah selesai mengikuti pendidikan sekolah, agar tetap belajar dalam rangka meningkatkan
kualitas kehidupannya dengan memanfaatkan teori kebutuhan dan psikologi belajar
3. Konsep belajar sepanjang hayat memiliki signifikasi serta relevansi terhadap kualitas
kehidupan individu warga belajarnya. Karena itu konsep belajar sepanjang hayat bila
dihubungkan dengan keinginan untuk meningkatkan kualitas kehidupan, maka konsep ini
merupakan wahana yang tepat untuk memacu usaha memajukan kehidupan umat.
—————–
DAFTAR PUSTAKA
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang dimiliki
seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela mau dan
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan ( Georgy R. Terry ).
Dapat dipahami dari empat batasan di atas bahwa kepemimpinan akan muncul apabila
ada seseorang yang karena sifat – sifat dan perilakunya mempunyai kemampuan untuk
mendorong orang lain untuk berpikir, bersikap, dan ataupun berbuat sesuatu sesuai
dengan apa yang diinginkannya.
Teori orang besar (the great men theory) atau teori bakat (Trait theory) ini adalah teori
klasik dari kepemimpinan. Di sini disebutkan bahwa seorang pemimpin dilahirkan,
artinya bakat-bakat tertentu yang diperlukan seseorang untuk menjadi pemimpin
diperolehnya sejak lahir.
b. Teori Situasi
Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi (situasional theory). Teori ini
muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang sekalipun bukan keturunan
pemimpin, ternyata dapat pula menjadi pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut
menyimpulkan bahwa orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya
situasi yang menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk muncul
sebagai pemimpin.
c. Teori Ekologi
Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah kepemimpinan banyak
menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan sehari – hari sering ditemukan adanya
seorang yang setelah berhasil dibentuk menjadi pemimpin, ternyata tidak memiliki
kepemimpinan yang baik. Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan teori ekologi,
yang menyebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk menjadi pemimpin,
tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik memang ada bakat – bakat tertentu yang
terdapat pada diri seseorang yang diperoleh dari alam.
2.1.3 Gaya Kepemimpinan
Telah disebutkan bahwa gaya kepemimpinan tersebut dipengaruhi oleh sifat dan perilaku
yang dimiliki oleh pemimpin. Karena sifat dan perilaku antara seorang dengan orang
lainnya tidak persis sama, maka gaya kepemimpinan (leadership style) yang
diperlihatkanpun juga tidak sama.
Berbagai gaya kepemimpinan tersebut jika disederhanakan dapat dibedakan atas empat
macam, yaitu :
Pada gaya kepemimpinan diktator (dictatorial leadership style) ini upaya mencapai tujuan
dilakukan dengan menimbulkan ketakutanserta ancaman hukuman. Tidak ada hubungan
dengan bawahan, karena mereka dianggap hanya sebagai pelaksana dan pekerja saja.
Pada gaya kepemimpinan demokratis (democratic leadership style) ditemukan peran serta
bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah. Hubungan
dengan bawahan dibangun dengan baik. Segi positif dari gaya kepemimpinan ini
mendatangkan keuntungan antara lain: keputusan serta tindakan yang lebih obyektif,
tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi. Sedangkan
kelemahannya : keputusan serta tindakan kadang – kadang lamban, rasa tanggung jawab
kurang, serta keputusan yang dibuat terkadang bukan suatu keputusan yang terbaik.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi
orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang memuaskan bagi terjadinya
perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif antara lain
menurut :
1. Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih
pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.
2. Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan
sendiri serta kebutuhan orang lain.
3. Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
4. Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan.
1. Mengambil tindakan
Manajer atau kepemimpinan adalah orang yang bertugas melakukan proses atau fungsi
manajemen. Berdasarkan hierarki tugasnya pimpinan dikelompokkan sebagai berikut :
Adalah pimpinan yang langsung berhubungan dengan para pekerja yang menjalankan
mesin peralatan atau memberikan pelayanan langsung pada konsumen. Pimpinan ini
diutamakan memiliki proporsi peranan technical skill yang terbesar dan konseptual skill
yang terkecil.
Adalah pimpinan yang berada satu tingkat di atas Lower Manager. Pimpinan ini menjadi
saluran informasi dan komunikasi timbal balik antara Lower Manager dan Top Manager,
yakni pimpinan puncak (di atas Middle Manager) sehingga pimpinan ini diutamakan
memiliki kemampuan mengadakan hubungan antara keduanya. Konseptual skill adalah
ketrampilan dalam penyusunan konsep – konsep, identifikasi, dan penggambaran hal-hal
yang abstrak. Sedangkan techmnical skill adalah ketrampilan dalam melakukan
pekerjaan secara teknik. Hubungan antara manusia merupakan ketrampilan dalam
melakukan komunikasi dengan sesama manusia lain.
Pimpinan puncak adalah manajer yang menduduki kewenangan organisasi tertinggi dan
sebagai penanggung jawab utama pelaksanaan administrasi. Pimpinan ini memiliki
proporsi peranan konseptual skill yang terbesar dan technical skill yang terkecil.
Bidan dituntut harus mampu menerapkan aspek kepemimpinan dalam organisasi &
manajemen pelayanan kebidanan (KIA/KB), kesehatan reproduksi dan kesehatan
masyarakat di komunitas dalam praktik kebidanan (Permenkes 149 pasal 8). Bidan
sebagai seorang pemimpin harus ;
d) Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah secara proaktif, dengan perspektif luas
dan kritis.
e) Menginisiasi dan berpartisipasi dalam proses perubahan dan pembaharuan praktik
kebidanan
Kesimpulan
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam pelayanan
maternal dan perinatal, sehingga bidan dituntut untuk memiliki keterampilan
kepemimpinan dalam pelayanan kebidanan disertai dengan kemampuan untuk menjalin
kerjasama dengan pihak yang terkait dalam persoalan kesehatan di masyarakat.
Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan
kewenangan yang diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan (permenkes).
DAFTAR PUSTAKA
Cipta.
– Glenz, Karen. 1990. Health Behavior and Health Education, Theory Research and
– http://peterpaper.blogspot.com/
BAB XV
Pengertian Politik
Perkataan politik berasal dari bahasa Yunani yaitu Polistaia, Polis berarti kesatuan
masyarakat yang mengurus diri sendiri/berdiri sendiri (negara), sedangkan taia berarti
urusan. Dari segi kepentingan penggunaan, kata politik mempunyai arti yang berbeda-
beda. Untuk lebih memberikan pengertian arti politik disampaikan beberapa arti politik
dari segi kepentingan penggunaan, yaitu :
a. Dalam arti kepentingan umum (politics)
Politik dalam arti kepentingan umum atau segala usaha untuk kepentingan umum,
baik yang berada dibawah kekuasaan negara di Pusat maupun di Daerah, lazim disebut
Politik (Politics) yang artinya adalah suatu rangkaian azas/prinsip, keadaan serta jalan,
cara dan alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau suatu keadaan
yang kita kehendaki disertai dengan jalan, cara dan alat yang akan kita gunakan untuk
mencapai keadaan yang kita inginkan
b. Dalam arti kebijaksanaan (Policy)
Politik adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang yang
dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita/keinginan atau keadaan
yang kita kehendaki.
c. Jadi politik menurut kami adalah Suatu ilmu dan seni mengelola peran untuk mencapai
tujan yang dicapai.
2. Pengertian Kesehatan
Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek. Ini juga
merupakan tingkat fungsional dan atau efisiensi metabolisme organisme, sering secara
implisit manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mendefinisikan kesehatan
didefinisikan sebagai "keadaan lengkap fisik, mental, dan kesejahteraan sosial dan bukan
hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan"
Kesehatan adalah konsep yang positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi,
serta kemampuan fisik. Secara keseluruhan kesehatan dicapai melalui kombinasi dari
fisik, mental, dan kesejahteraan sosial, yang, bersama-sama sering disebut sebagai
"Segitiga Kesehatan"
3. Pengertian Politik Kesehatan
Politik Kesehatan adalah Ilmu dan seni untuk memperjuangkan derajat kesehatan
masyarakat dalam satu wilayah melalui sebuah sistem ketatanegaraan yang dianut dalam
sebuah wilayah atau negara. Untuk meraih tujuan tersebut diperlukan kekuasaan.
Kekuasaan tersebut kelak digunakan untuk mendapat kewenangan yang diperlukan untuk
mencapai cita-cita dan tujuan. Oleh karena itu derajat kesehatan masyarakat yang
diidamkan adalah merupakan sebuah tujuan yang di inginkan seluruh rakyat banyak,
maka derajat kesehatan hendaknya diperjuangkan melalui sistem dan mekanisme politik.
Bambra et al (2005) dan Fahmi Umar (2008) mengemukakan mengapa kesehatan
itu adalah politik, karena dalam bidang kesehatan adanya disparitas derajat kesehatan
masyarakat, dimana sebagian menikmati kesehatan sebagian tidak. Oleh sebab itu, untuk
memenuhi equity atau keadilan harus diperjuangkan. Kesehatan adalah bagian dari Politik
karena derajat kesehatan atau masalah kesehatan ditentukan oleh kebijakan yang dapat
diarahkan atau mengikuti kehendak (amenable) terhadap intervensi kebijakan politik.
Kesehatan bagian dari politik karena kesehatan adalah Hak Asasi manusia.
2.2 Hubungan politik dan kesehatan
Politik kesehatan adalah kebijakan negara di bidang kesehatan. Yakni kebijakan
publik yang didasari oleh hak yang paling fundamental, yaitu sehat merupakan hak warga
negara. Sehingga dalam pengambilan keputusan politik khususnya kesehatan berpengaruh
terhadap kesehatan masyarakat sebaliknya politik juga dipengaruhi oleh kesehatan
dimana jika derajat kesehatan masyarakat meningkat maka akan berpengaruh pada
kesejahteraan masyarakat
2.3 Pengaruh Politik Beserta Contohnya Terhadap Kesehatan
1. Pengaruh Politik Terhadap Kesehatan
Penentuan kebijakan di bidang kesehatan memang merupakan sebuah sistem yang
tidak lepas dari keadaan disekitarnya yaitu politik. Oleh karena itu, kebijakan yang
dihasilkan merupakan produk dari serangkaian interaksi elit kunci dalam setiap proses
pembuatan kebijakan termasuk tarik-menarik kepentingan antara aktor, interaksi
kekuasaan, alokasi sumber daya dan bargaining position di antara elit yang terlibat.
Proses pembentukan kebijakan tidak dapat menghindar dari upaya individual atau
kelompok tertentu yang berusaha mempengaruhi para pengambil keputusan agar suatu
kebijakan dapat lebih menguntungkan pihaknya. Semua itu, merupakanmanifestasi dari
kekuatan politik (power) untuk mempertahankan stabilitas dankepentingan masing-
masing aktor. Bahkan tak jarang terjadi pula intervensi kekuasaan dan tarik-menarik
kepentingan politis dari pemegang kekuasaan atau aktor yang memiliki pengaruh dalam
posisi politik.
Model ini dicetuskan oleh WHO dalam Deklarasi 0lma 0tta tahun 1978. Fokus
pelayanan ditujukan pada wanita, keluarga dan masyarakat serta sebagai sarana
komunikasi dari bidan- bidan negara lain. Tema HFA menurut Euis dan dan Simmet
(1992) :
Model medical ini kurang cocok untuk praktik kebidanan karena terlalu berorientasi
pada penyakit tidak memberi kesempatan klien untuk menemukan nasubnya sendiri.
Walaupun demikian kenyataannya masih banyak yang terpengaruh pada model ini.
Model Medical :
Kesimpulan
Politik dalam arti kepentingan umum adalah suatu rangkaian azas/prinsip,
keadaan serta jalan, cara dan alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu
atau suatu keadaan yang kita kehendaki disertai dengan jalan, cara dan alat yang akan kita
gunakan untuk mencapai tujuan yang kita inginkan. Politik memiliki pengaruh begitu
besar terhadap kebijakan dan pengembangan di bidang kesehatan.
Politik Kesehatan adalah Ilmu dan seni untuk memperjuangkan derajat
kesehatan masyarakat dalam satu wilayah melalui sebuah sistem ketatanegaraan yang
dianut dalam sebuah wilayah atau negara .
Politik kesehatan atau kebijakan kesehatan memang akhirnya ditentukan oleh
keputusan politik. Kalau kehidupan politik di suatu Daerah tidak sehat, jangan harap
kesehatan masyarakat di daerah itu akan diurus dengan sehat pula. Politik yang sakit akan
membiarkan rakyatnya sakit. Kemiskinan ternyata ikut memperkeruh persoalan
kesehatan.
3.2 Saran
Demikian uraian materi tentang Politik dalam Kesehatan, Semoga kebijakan-
kebijakan politik kesehatan di indonesia bisa terlaksana dengan baik dan semua rakyat
Indonesia bisa menikmati haknya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan
layak dan memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan jeminan kesehatan
pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
I. Prinsip Kemitraan
Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu kemitraan oleh
masing-masing anggota kemitraan yaitu:
a. Prinsip Kesetaraan (Equity)
Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa
sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang
disepakati.
b. Prinsip Keterbukaan
Keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota serta berbagai
sumber daya yang dimiliki. Semua itu harus diketahui oleh anggota lain. Keterbukaan ada
sejak awal dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya kegiatan. Dengan saling keterbukaan
ini akan menimbulkan saling melengkapi dan saling membantu diantara golongan (mitra).
c. Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit)
Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan memperoleh manfaat
dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan kontribusi masing-masing. Kegiatan atau
pekerjaan akan menjadi efisien dan efektif bila dilakukan bersama.
Beberapa prinsip kemitraan yang lainnya yaitu:
Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga non materi, yaitu dilihat
darikebersamaan atau sinergisme dalam mencapai tujuan.
Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas dan berorientasi pada
tindakan. Hal ini membutuhkan koordinasi yang berorientasi hasil dan berbasis
pada kemampuan efektif dan kapasitas operasional yang konkrit.
3. Keterbukaan (transparansi)
Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan tiapanggota mitra harus diketahhui oleh
anggota yang lain Transparansi dicapai melalui dialog (pada tingkat yang setara)
denganmenekankan konsultasi dan pembagian informasi terlebih dahulu. Komunikasi
dan transparansi, termasuk transparansi finansial, membantu meningkatkan kepercayaan
antar
organisasi.
4. Kesetaraan
Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan berdiri
sama tinggi, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain.
Kesetaraan membutuhkan rasa saling menghormati antar anggota kemitraan tanpa melihat
besaran dan
kekuatan. Para peserta harus saling menghormati mandat kewajiban dan kemandirian
darianggota yang lain serta memahami keterbatasan dan komitmen yang dimiliki satu
sama lain. Sikap saling menghormati tidak menghalangi masing-masing organisasi untuk
terlibat dalam pertukaran pendapat yang konstruktif.
5. Tanggung Jawab
Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama lain dalam
menempuh tugas-tugasnya secara bertanggung jawab dengan integritas dan cara yang
relevan dan tepat. Organisasi kemanusiaan harus meyakinkan bahwa mereka hanya
akan berkomitmen terhadap sesuatu kegiatan ketika mereka memang memiliki alat,
kompetensi, keahlian dan kapasitas untuk mewujudkan komitmen tersebut. Pencegahan
yang tegas dan
jelas terhadap penyelewengan yang dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan harus
menjadi usaha yang berkelanjutan.
6. Saling Melengkapi
Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun atas
kelebihan- kelebihan komparatif dan saling melengkapi kontribusi yang satu dengan
yang lain. Kapasitas lokal adalah salah satu aset penting untuk ditingkatkan dan menjadi
dasar pengembangang. Ketika memungkinkan, organisasi-organisasi kemanusiaan harus
berjuang untuk menjadikan aset lokal sebagai bagian integral dari tindakan tanggap
darurat dimana hambatan budaya dan bahasa harus diatasi.
Health professionals
Academic institutions
Communities institutions
a) Persiapan;
b) Inisiasi Kemitraan;
c) Pelaksanaan kerjasama;
d) Pelaporan;
a. Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi belum
bekerja bersama secara lebih dekat.
b. Nascent Partnership
Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak maksimal
c. Complementary Partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan pengaruh
melalui perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap dan relatif terbatas
seperti program delivery dan resource mobilization.
d. Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan masalah
pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti
advokasi dan penelitian.
Bentuk-bentuk/tipe kemitraan menurut Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan
RI yaitu terdiri dari aliansi, koalisi, jejaring, konsorsium, kooperasi dan sponsorship.
Bentuk-bentuk kemitraan tersebut dapat tertuang dalam:
a. SK bersama
b. MOU (Memorantum of understanding)
c. Pokja
d. Forum Komunikasi
e. Kontrak Kerja/perjanjian kerja
4. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakatibersama, dan akan
sangat memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi
masalah kesehatan bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai
petugas lapangan.
3. Membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor lintas bidang
dan lintas organisasi yang mencakup:
a) Unsur pemerintah
2. Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain,
seperti masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan,
pemerintahan, dll.
3. Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri,
melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut, khususnya
kalangan swasta.
4. Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak
swasta diharapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas
SDM dan meningkatkan produktivitas.
Tujuan umum :
Tujuan khusus :
1. penjajagan/persiapan,
2. penyamaan persepsi,
3. pengaturan peran,
4. komunikasi intensif,
Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi
setempat adalah :
2. Balai Keperawatan
Rehabilitation. (pemulihan)
1. Advokasi (Advocacy)
3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
STRATEGI BARU PROMOSI KESEHATAN (Ottawa Charter, 1986)
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemitraan dapat disimpulkan berhasil jika banyaknya mitra yang terlibat, sumberdaya
(3M) tersedia (input), pertemuan-pertemuan, lokakarya, kesepakatan bersama, seminat
(proses), terbentuknya jaringan kerja, tersusunnya program dan pelaksanaan kegiatan
bersama (output), membaiknya indikator derajat kesehatan (outcome). Fokus praktik
keperawatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat.
Pengorganisasikan komponen masyarakat yang dilakukan oleh perawat spesialis
komunitas dalam upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan
masyarakat dapat menggunakan pendekatan pengembangan masyarakat (community
development). Intervensi keperawatan komunitas yang paling penting adalah membangun
kolaborasi dan kemitraan bersama anggota masyarakat dan komponen masyarakat
lainnya, karena dengan terbentuknya kemitraan yang saling menguntungkan dapat
mempercepat terciptanya masyarakat yang sehat.
Model kemitraan keperawatan komunitas dalam pengembangan kesehatan masyarakat”
merupakan paradigma perawat spesialis komunitas yang relevan dengan situasi dan
kondisi profesi perawat di Indonesia. Model ini memiliki ideologi kewirausahaan yang
memiliki dua prinsip penting, yaitu kewirausahaan dan advokasi pada masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan azas keadilan sosial dan azas
pemerataan. Dalam tulisan ini telah disajikan analisis mengenai kemanfaatan model
kemitraan keperawatan komunitas terhadap: keperawatan spesialis komunitas, sistem
pendidikan keperawatan komunitas, regulasi, sistem pelayanan kesehatan, dan
masyarakat serta implikasi model terhadap pengembangan kebijakan keperawatan
komunitas dan promosi kesehatan di Indonesia.
3.2 Saran-Saran
1. Dapat dikembangkannya model praktik keperawatan komunitas yang
terintegrasi antara praktik keperawatan dengan basis riset ilmiah.
2. Mengenalkan model praktik keperawatan komunitas.
3. Meningkatkan proses berpikir kritis dan pengorganisasian pengembangan kesehatan
masyarakat
4. Meningkatkan jejaring dan kemitraan dengan masyarakat dan sektor terkait
5. Meningkatkan legalitas praktik keperawatan spesialis komunitas
6. Mendorong praktik keperawatan komunitas yang profesional
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2009. Model Kemitraan Keperawatan Komunitas DalamPengembangan
Kesehatan Masyarakat. Dinas Kesehatan kabupaten Ngawi (online).(
http://www.dinkesngawi.net/ di akses 2 Oktober 2009).
Anonym. 2007. Prinsip-prinsip Kemitraan. Sebuah Pernyataan Komitmen .
Global Humanitarian Platform (online). (www.globalhumanitarianplatform.org di akses
2 Oktober 2009)
http://documents.tips/documents/kemitraan-dalam-promosi-kesehatan.html