KETINGGIAN LOKASI, STABILITAS ATMOSFER DAN MEMPERTIMBANGKAN DAMPAK NEGATIF KINCIR ANGIN YANG
TIMBUL SEPERTI KEBISINGAN SERTA MASALAH LINGKUNGAN.
Abstrak : Paper pertama menyajikan multi-level algoritma Extended Pattern Search (EPS) untuk mengoptimalkan posisi dan geometri turbin kincir angin di lapangan sehingga
efek aerodinamis berkurang dan meningkatkan kecepatan angin di setiap turbin yang menghasilkan daya lebih optimal. EPS digunakan dalam skema iterative untuk mencari posisi
optimal, lalu EPS sub-level menentukan tinggi kincir dan rotor optimal untuk setiap turbin. Proyek ini memperhatikan dampak perubahan atmosfer yang mempengaruhi
kecepatan angin dimana ketinggian dan lokasi kincir angin sangat mempengaruhi daya yang dihasilkan. Proyek ini bertujuan untuk memaksimalkan laba dimana biaya
pengadaannya berdasarkan model National Renewable Energy Laboratory (NREL) JEDI. Dua kasus angin yang dipertimbangkan yaitu pada kecepatan angin konstan dan
searah, serta pada kecepatan angin yang realistis. Hasilnya menunjukkan perkiraan biaya dan daya yang dikaitkan pada stabilitas atmosfer dan diaplikasikan bentuk kincir angin.
Abstrak : Paper kedua akan semakin banyak digunakan sebagai ladang angin hingga mendekati permukiman warga. Hal ini berdampak pada permasalahan lingkungan
dan kesehatan berupa noise (kebisingan) yang dihasilkan oleh kincir angin. Oleh karena itu, pada paper ini membahas optimisasi tata letak ladang angin dengan noise (kebisingan)
dan energi sebagai fungsi objektif dengan menggunakan model wake Jensen dan ISO-9613-2 kalkulasi derau berupa genetic algorithms (NSGA-II).
PAPER 1 PAPER 2
PENGANTAR PENGANTAR
Instalasi energi angin sudah melejit selama satu dekade ini. Di Kanada, energi angin sudah mengalami
Ketika bahan bakar fossil mulai langka dan dinilai tidak ramah lingkungan, tenaga angin semakin peningakatan yang signifikan, sedangkan di USA sudah terlihat sedikit peningkatan. Namun di USA,
dikembangkan untuk menghasilkan daya yang optimal. Algoritma EPS sebelumnya telah digunakan energi angin masih terdapat penolakan perihal kesehatan dan masalah lingkungan. Dalam desain suatu
untuk mengoptimalkan posisi turbin di lapangan. Model biaya menurut NREL didasarkan pada radius kincir, suara(noise) menjadi faktor yang sangat penting mengingat banyaknya komplain akibat suara yang
rotor turbin dan tinggi kincir yang berhubungan dengan perhitungan kecepatan angin efektif. Optimisasi dihasilkan kincir angin menurut The Canadian Wind Energy Association. Dalam aplikasinya, jika energi
sebelumnya memperlakukan rotor turbin sebagai pusat, namun kali ini mempertimbangkan efek interaksi yang dihasilkan oleh kincir banyak, maka suara yang dihasilkan oleh kincir semakin keras. Komponen
bangun parsial di seluruh area sapuan rotor. Pendekatan sistematis menentukan kecepatan rata-rata angin mekanik turbin memproduksi suara. Di sisi lain, angin yang melewati turbin juga memproduksi suara.
dan algoritma EPS akan menyesuaikan area sapuan motor sehingga akan mengoptimalkan biaya dan daya Kecepatan putaran turbin juga menghasilkan suara yang semakin kencang. Walaupun para ilmuan dan
yang dihasilkan dengan mempertimbangkan stabilitas atmosfer berdasarkan musim dan waktu. Selain itu, desainer sudah mencari cara agar suara yang dihasilkan seminim mungkin, tetapi tetap terdapat suatu
EPS dipasang dalam system multi-agen untuk memperhitungkan setiap aktivitas desain turbin yang batas dalam pencapaiannya. Jika dioptimalisasi secara manual, maka masih terdapat banyak error,
arsitekturnya sangat mudah beradaptasi dengan kondisi lapangan. maupun dari alat dan manusia. Oleh karena itu kita memerlukan pendekatan komputasi dalam perbaikan
dalam mengatasi masalah suara yang dihasilkan turbin yang dapat memecahkan masalah seperti mencari
nilai optimal dari perbandingan suara dan performa, dan solusi dari sensitivitas desain. Kami mengutara-
RISET TERDAHULU kan pendekatan yang berbeda dalam masalah ini. Pendekatan kita mengenai kedua masalah, yaitu peng-
urangan kebisingan dan pemaksimalan energi sebagai objektif dengan menggunakan scholastic
Pendekatan optimasi komputasi pertama untuk masalah tata letak lapangan dilakukan oleh Mosetti (1994) optimization alghoritm. Dengan algoritma ini, diharapkan kami dapat menentukan karateristik
dengan pendekatan Genetic Algorithm (GA), disusul oleh Grady, menggunakan model 2-D PARK yang layout yang baik dalam performa kincir angin
dikembangkan oleh Jensen, tujuannya adalah menimalkan biaya dan memaksimalkan daya yang dihasilkan
kincir angin. Kemudian Huang melakukan pendekatan Distribute Genetic Algorithm (DGA) dan menciptakan
Hybrid-DGA yang menggunakan fungsi objektif global dan local. Kusiak melalui pendekatan multi-objective TINJAUAN PUSTAKA
evolutionary algorithm yang memaksimalkan produksi daya tahunan dan pemodelan biaya yang lebih akurat.
Para peneliti terakhir juga mempertimbangkan geometri rotor turbin dalam optimalisasi. Aplikasi EPS Interaksi turbin dengan model wake Jensen yang mempertimbangkan wake berkembang secara linier,
memungkinkan untuk pengembangan tata letak yang unggul dari algoritma sebelumnya. Proyek ini menghasilkan fungsi kecepatan angin hilir yang tidak linier dengan jarak hilir (Mosetti dkk, 1994).
menggunakan pemodelan daya yang lebih akurat bergantung pada geometri turbin dan pergerakan angin Untuk optimisasi algoritma, digunakan Genetic Algorithm yang merupakan algoritma pencarian peluang.
serta mempertimbangkan stabilitas atmosfer yang bertujuan untuk pengoptimalisasian dan pengembangan Selain GA, metaturistik lain yang dapat digunakan dalam pemecahan permasalahan kincir angin adalah
tenaga angin Particle Swarm Optimization dan Mixxed integer programming (mip)
HASIL
Untuk kedua kasus, rata-rata nilai yang didapat adalah 0.15567 dari beberapa nilai yang didapatkan dapat
menentukan beberapa hal, dari seberapa produktif lapangan tersebut mengahsilkan daya, dan dari hasil
KESIMPULAN
yang didapatkan maka untuk mendapatkan hasil yabng menguntungkan, sebuah lapangan harus
beroperasi lebih dari 20 tahun. Semakin banyak turbin yang digunakan pada ladang angin, semakin besar nilai AEP (Annual Energy
Production / produksi energi tahunan) dengan nilai penyebaran SPL (Sound Pressure Level/
tingkat tekanan suara)
KESIMPULAN
Penggunaan algoritma EPS multi-level canggih ini menjadi dasar optimasi tata letak ladang angin sebelum-
nya dengan memasukkan lebih banyak variabel realistis dan pemodelan untuk menghasilkan dunia nyata
hasil yangberlaku. Mengaktifkan pengoptimalan untuk memilih beragam geometri turbin memungkinkan
pemilihan tataletak yang lebih luas mendesain dan memfasilitasi penangkapan energi. Selain itu, karya ini
menunjukkan implikasidari kekuatan dan biaya realistis yang sebelumnya belum dijelajahi pemodelan
pada pemilihan ukuran turbin