Proposal
Proposal
SKRIPSI
1923755323
JURUSAN AKUNTANSI
2023
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................v
DAFTAR TABEL............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................5
1.5 Batasan Masalah.........................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................7
2.1 Konsep Auditing.........................................................................................7
2.2 Tujuan Audit...............................................................................................7
2.3 Standar Audit..............................................................................................9
2.4 Hasil Audit/Opini........................................................................................11
2.5 Jenis Audit..................................................................................................12
2.6 Proses Auditing...........................................................................................13
2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualiatas Audit...................................15
2.8 Penelitian Terdahulu...................................................................................19
2.9 Kerangka Pemikiran...................................................................................20
2.10 Hipotesis Penelitian..................................................................................20
BAB 3 METODE PENELITIAN...................................................................22
3.1 Lokasi Penelitian........................................................................................22
3.2 Jenis dan Sumber Data................................................................................22
3.3 Teknik Pengumpulan Data..........................................................................23
3.4 Populasi dan Sampel...................................................................................23
3.4 Oprasional Variabel.....................................................................................24
3.6 Teknik Analisis Data...................................................................................25
iii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................28
LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
dikelompokan berdasarkan jabatan fungsional auditor dan peran auditor dalam
pemeriksaan. Dalam menjalankan tugasnya seorang auditor sektor publik
tentunya harus memenuhi persyaratan kemampuan atau keahlian sebagai
seorang auditor. Di dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SKPN)
peryataan standar umum harus pertama disebutkan bahwa pemeriksa (auditor)
secara kolektif harus memiliki kecakapan professional yang memadai untuk
melaksanakan tugas pemeriksaan. Pesyaratan kemampuan atau keahlian
pemeriksa menurut SKPN adalah :
1. Pemeriksa yang ditugasi untuk melaksanakan pemeriksaan menurut
Standar yang bersifat kolektif yaitu :
a) Memliki pengetahuan standar pemeriksaan yang dapat ditetapkan
terhadap jenis pemeriksaan yang ditugaskan serta memiliki latar
belakang pendidikan, keahlian dan pengalaman untuk menerapkan
pengetahuan tersebut dalam pemeriksaan.
b) Pengetahuan umum tentang lingkungan entitas, program, dan kegiatan
yang diperiksa.
c) Keterampilan berkomunikasi secara jelas dan efektif, baik secara lisan
maupun tulisan.
d) Keterampilan memadai untuk pemeriksaan yang dilaksanakan.
2. Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan keuangan harus memiliki
keahlian di bidang akuntansi dan auditing, serta memahami prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan berkaitan dengan entitas pemeriksaan.
3. Pemeriksa yang di tugaskan untuk melaksanakan pemeriksaan keuangan
secara kolektif harus memiliki keahlian yang dibutuhkan dengan sertifikasi
keahlian yang berterima umum.
4. Pemeriksa berperan sebagai penanggung jawab pemeriksaan keuangan
serta harus memiliki sertifikasi keahlian yang diakui secara profesional.
2
Audit pada organisasi sektor publik telah menjadi isu yang penting dalam
rangka mewujudkan Good Governance. Auditing merupakan suatu investigasi
independent terhadap beberapa aktivitas khusus. Seorang auditor harus
memerlukan pengalaman profesi dan pemahaman etika terhadap kinerja
auditnya. Kewajiiban seluruh pemeriksa BPK saat melakukan pemeriksaan
adalah :
a. Independensi
BPK menjunjung tinggi independensi, baik secara kelembagaan,
organisasi, maupun individu. Dalam semua hal yang berkaitan dengan
pekerjaan pemeriksaan, kami bebas dalam sikap mental dan penampilan dari
gangguan pribadi, ekstern, dan/atau organisasi yang dapat mempengaruhi
independensi. BPK perlu memperhatikan gangguan pribadi terhadap
independensi pemeriksanya. Gangguan pribadi yang disebabkan oleh suatu
hubungan dan pandangan pribadi mungkin mengakibatkan Pemeriksa
membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan
dalam segala bentuknya. Pemeriksa bertanggung jawab untuk
memberitahukan kepada pejabat yang berwenang di BPK apabila memiliki
gangguan pribadi terhadap independensi. Gangguan pribadi dari pemeriksa
secara individu antara lain :
Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau
semenda sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen
entitas atau program yang diperiksa.
Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun
tidak langsung pada entitas atau program yang diperiksa.
Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program
yang diperiksa dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir.
Mempunyai hubungan kerja sama dengan entitas atau program
yang diperiksa.
Terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
kegiatan objek pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa
konsultasi, pengembangan sistem, Menyusun dan mereviu laporan
keuangan entitas atau program yang diperiksa.
3
b. Integritas
BPK membangun nilai integritas dengan bersikap jujur, objektif, dan
tegas dalam menerapkan prinsip, nilai, dan keputusan. Gangguan terhadap
integritas meliputi antara lain :
Meminta dan menerima uang, barang atau fasilitas lainnya baik
langsung maupun tidak langsung dari pihak yang terkait dengan
pemeriksaan.
Menghambat pelaksanaan tugas pemeriksaan untuk kepentingan
pribadi, seseorang, dan golongan.
Memaksakan kehendak pribadi kepada pihak yang diperiksa.
Mengubah temuan atau memrintahkan untuk mengubah temuan
pemeriksaan, opini, kesimpulan, dan rekomendasi hasil
pemeriksaan yang tidak sesuai fakta atau bukti-bukti dalam
pemeriksaan.
c. Profesionalisme
BPK membangun nilai profesionalisme dengan menerapkan prinsip
kehati-hatian, ketelitian, dan kecermatan, serta berpedoman kepada standar
yang berlaku. Profesionalisme ini meliputi kemahiran profesional,
skeptisisme profesional, pertimbangan profesional, dan kompetensi
professional.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Independensi, Integritas dan Profesionalisme Auditor
terhadap Kualitas Audit pada Badan Pemeriksa Keuangan
Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Timur”
4
3. Bagaimana pengaruh profesionalisme auditor terhadap kualitas
audit?
4. Bagaimana pengaruh independensi, integritas dan profesionalisme
auditor terhadap kualitas audit?
5
1.5 Batasan Masalah
Dalam peneltian ini difokuskan kepada pengaruh Independensi, Integritas
dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit pada BPK RI Perwakilan
Provinsi NTT.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Auditing
Menurut Arens (2000) Auditing adalah proses pengumpulan dan
penilaian bukti atau pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut
dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang
kompeten dan independen.
Menurut American Accounting Associaton (AAA) Auditing adalah
suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif yang berhubungan dengan asersi-asersi tentang tindakan-
tindakan dan perstiwa-peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat
kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan kriteria yang ditetapkan, serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada pengguna informasi tersebut.
Audit pada organisasi sektor publik didefinikasikan sebagai suatu
proses sistematik secara objektif untuk melakukan pengujian keakuratan
dan kelengkapan informasi yang disajikan dalam suatu laporan keuangan
organisasi sector publik. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuain
antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang ditetapkan,
serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana
auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
2. Tujuan Audit
Menurut Hery (2011:41) tujuan audit dapat didefinisikan sebagai
kerangka kerja yang akan membantu auditor dalam mengumpulkan bahan
bukti yang cukup kompeten dan tepat sesuai dengan transaksi jenis audit
7
yang diaudit. Audit juga merupakan hasil yang hendak dicapai dari suatu
audit, tujuan audit mempengaruhi jenis audit yang dilakukan. Secara
umum audit dilakukan untuk menentukan apakah :
1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat
diandalkan serta telah disusun sesuai dengan standar yang
mengaturnya.
2. Resiko yang dihadapi organisasi telah diidentifikasikan dan
diminimalisasi.
3. Peraturan ekstern serta kebijakan dan prosedur interen telah
dipenuhi.
4. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan diperoleh
secara ekonomis.
5. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif.
8
3. Standar Audit
Dalam melaksanakan suatu audit, diperlukan standar yang akan
digunakan untuk menilai mutu pekerjaan audit yang dilakukan. Standar
tersebut memuat persyaratan minimum yang harus dipenuhi oleh seorang
auditor dalam melaksanakan tugasnya. Di Indonesia standar audit pada
sektor publik adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang
dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Menurut Bastian (2013 : 78) Standar audit berkaitan dengan
kriteria atau ukuran mutu kinerja audit, dan berkaitan dengan tujuan yang
hendak dicapai dengan menggunakan prosedur yang ada
Standar-standar yang menjadi pedoman dalam audit kinerja
menurut SPKN adalah sebagai berikut :
1) Standar Umum
a) Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan
professional yang memadai untuk melaksanakan tugas
pemeriksaannya.
b) Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan
pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan
dari gangguan pribadi, ekstern, organisasi yang dapat
mempengaruhi independensinya.
c) Dalam melaksanakan pemeriksaan serta penyusunan
laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya secara cermat dan saksama.
d) Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan
pemeriksaan berdasarkan standar pemeriksa harus memiliki
sistem pengendalian mutu yang memadai dan sistem
pengendalian mutu tersebut harus di review oleh pihak lain
yang kompeten.
2) Standar Pemeriksaam Keuangan
a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus supervise dengan sebaiknya.
9
b) Pemahaman memadai atas pengendalian interen harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat
dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c) Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh
untuk menjadi dasar yang memadai bagi temuan dan
rekomendasi pemeriksa.
d) Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen
pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan.
Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi
informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa
yang berpengalaman, tetapi tidak mempunyai hubungan
dengan pemeriksaan tersebut, dapat memastikan bahwa
dokumen pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang
mendukung temuan, simpulan dan rekomendasi pemeriksa.
3) Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan
a) Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan untuk
mengkomuniksasikan setiap hasil pemeriksaan.
b) Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup :
(1) Pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai
dengan standar pemeriksaan.
(2) Tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan.
(3) Hasil pemeriksaan berupa temuan audit, simpulan, dan
rekomendasi.
(4) Tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil
pemeriksaan.
(5) Pelaporan informasi rahasia apabila ada.
c) Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap,
akurat, objektif, meyakinkan, serta jelas dan seringkas
mungkin.
10
entitas yang diaudit, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan
tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi
wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Hasil Audit/Opini
Menurut Bastian (2013:15) Hasil setiap pemeriksaan yang
dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau lembaga
pemeriksaan lainnya disusun dan disajikan dalam Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai.
Pemeriksaan keuangan akan menghasilkan temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi, sedangkan pemeriksaan dengan tujuan tertentu
menghasilkan kesimpulan.
Badan Pemeriksa Keuangan menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan
yang dilakukan selama satu semester. Laporan hasil audit mencakup 4
tahap atau atestasi lainnya yaitu :
a) Laporan audit didasarkan kepada laporan keuangan historis uang
disiapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b) Laporan audit khusus didasarkan kepada audit atas akun-akun tertentu.
c) Laporan atestasi didasarkan pada pelaksanaan penugasan.
d) Laporan didasarkan kepada penugasan review.
Menurut panduan mengenal lebih dekat BPK RI (2010:99) yaitu
Badan Pemeriksa Keuangan memberikan penilaian dalam bentuk 4
kategori, yaitu :
a) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
Adalah opini yang menyatakan bahwa laporan keuangan pihak yang
diperiksa telah disajikan dengan wajar. Dengan kata lain telah disusun
dengan memuaskan.
b) Wajar Dengan Pengecualian (WDP)
Adalah opini bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar
namun terdapat sejumlah bagian terentu yang belum memenuhi
standar.
11
c) Tidak Wajar (Tidak Wajar)
Adalah opini bahwa laporan keuangan telah disusun tidak sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan dengan penyususan laporan
keuangan tidak mau melakukan perbaikan meski sudah ada koreksi
yang diajukan auditor dalam pemeriksaan.
d) Menolak Memberikan Pendapat (Disclamer)
Adalah opini bahwa auditor tidak dapat memberikan kesimpulan atau
pendapat atas laporan keuangan, karena berbagai hal, misalnya karena
pihak yang diperiksa membatasi ruang lingkup pemeriksaan.
5. Jenis Audit
Menurut Bastian (2013:16) audit sektor publik dilakukan pada
organisasi nirlaba misalnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD. Dan
instansi lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan asset dan kekayaan
daerah yang termasuk jenis audit ini adalah :
a) Audit Kepatuhan
Audit kepatuhan untuk memastikan bahwa pengendalian internal yang
digunakan atau diandalkan oleh auditor dalam praktiknya dapat
berjalan dengan baik dan sesuai sistem prosedur yang telah ditetapkan.
b) Audit Keuangan Program Publik
Secara spesifik, audit ini adalah pengujian atas laporan keuangan oleh
auditor independent, disamping itu audit ini merupakan ekspresi suatu
opini secara jujur tentang suatu posisi keuangan, hasil operasi aliran
kas yang disesuaikan dengan prinsip akuntansi berterima umum.
c) Audit Kinerja Sektor Publik
Merupakan pemeriksaan secara objektif dan sistematik terhadap
berbagai macam bukti, untuk dapat melakukan penilaian secara
independent atas kinerja entitas atau program pemerintas yang diaudit.
12
6. Proses Auditing
Menurut Bastian (2013:9) Proses auditing yang dilakukan pada
sektor publik memiliki beberapa konsep dasar. Konsep auditing
merupakan hal yang harus dilakukan saat pelaksanaan proses audit.
Adapun konsep auditing yang dimaksud adalah :
a) Pembuktian yang cukup
Bukti yang digunakan dalam proses audit merupakan audit valid yang
memenuhi syarat formil dan material.
b) Memeriksa dengan hati-hati
Pemeriksaan dilakukan selama proses audit harus menggunakan
kecermatan secara professional sesuai dengan keahlian.
c) Penyajian yang wajar
Konsep audit penyajian yang wajar berkaitan dengan ketetapan
akuntansi, pengungkapan yang cukup dan kewajiban pemeriksaan.
d) Bebas mampu bertindak jujur dan objektif terhadap fakta dan
penyajian.
e) Berbuat atau bertindak sesuai dengan kode etik dan sesuai dengan
profesi.
Menurut Bastian (2013:11) secara umum proses audit terdiri dari
tiga langkah, yaitu :
1. Perencanaan audit
Perencanaan audit merupakan tahap yang vital dalam audit,
perencanaan audit yang matang akan menentukan kesuksesan audit.
Proses perencanaan audit pada sektor publik pada umumnya meliputi
tahap-tahap sebagai berikut :
a) Pemahaman atas sistem akuntansi keuangan sektor publik
Pemahaman atas sistem akuntansi sangatlah penting, karena saat
ini audit sektor publik tidak lagi berfokus pada laporan realisasi
anggaran saja, tetapi juga laporan keuangan lainnya berupa neraca,
surplus/deficit dan arus kas, jadi auditor harus memiliki
pemahaman yang memadai.
13
b) Penentuan tujuan dan lingkup audit
Tujuan dan lingkup audit sektor publik sangat tergantung pada
mandate dari lembaga audi yang bersangkutan. Audit atas laporan
keuangan yang dilakukan auditor eksternal pada untuk menilai
kewajaran laporan bertujuan umumnya keuangan (memberikan
opini) atas laporan keuangan entitas, sedangkan audit atas
penyususan laporan keuangan oleh pengawas bertujuan untuk
memberikan rekomendasi perbaikan sistem pengendalian internal
dan koreksi kesalahan dalam penyusunan keuangan.
c) Penilaian Resiko
Kegiatan audit dilaksanakan melalui berbagai jenis tes yang
mengandung resiko kesalahan, maka penilaian resiko pengendalian
(control risk), resiko bawaan (intherent risk) dan resiko deteksi
(detection risk) perlu dilakukan. Sehingga kesimpulan dan opini
yang diberikan oleh auditor memiliki jaminan yang memadai
d) Penyusunan rencana audit (Audit Plan)
Berdasarkan tahapan kegiatan perencanaan audit diatas. suatu
rencana audit perlu disusun. Rencana audit pada. umumnya berisi
uraian mengeral ares yang diaudit. jangka waktu pelaksanaan audit,
personil yang dibutuhkan, dan sumber daya lain yang diperlukan
untuk pelaksanaan audit.
e) Penyusunan program audit
Untuk setiap area yang diaudit. auditor harus menyusun langkah-
langkah audit yang dilakukan. Langkah-langkah ini tertuang
didalam program audit. Suatu program audit akan berisi: Tujuan
audit untuk tiap area, prosedur audit yang akan dilakukan, sumber-
sumber bukti audit dan deskripsi mengenai kesalahan.
2. Pelaksanaan Audit
Menurut Bastian (2013:12) Pelaksanaan audit adalah pekerjaan
mengumpulkan atau memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti,
14
Sebagian besar waktu yang digunakan dalam pekerjaan audit
sebenarnya tercurah pada perolchan atas pengumpulan dan
pengevaluasian bukti-bukti Bukti-bukti tersebut digunakan untuk
mengevaluasi sistem pengendalian internal.
3. Pelaporan hasil audit
Menurut Bastian (2013:13) Pelaporan audit dilakukan berdasarkan
hasil analisis terhadap kertas kerja yang sudah dibuat pada proses
pelaksanaan audit. Informasi yang diperoleh dari analisis hasil audit
kemudian disusun menjadi laporan audit dan laporan hasil
pemeriksaan. Menurut ( Bastian 2013:13) Ada beberapa tipe laporan
audit, yaitu:
a) Laporan Audit Tahunan (Annual audit report)
b) Laporan Audit Triwulan (Three months audit repor)
c) Laporan Kemajuan Kinerja bulanan (Monthly progress report)
d) Laporan survei Pendahuluan (Preliminary survey report)
e) Laporan Audit Interim (Interim audit report)
15
a. Independen auditor yang efisien
Artinya auditor tidak mudah dipengaruhi dalam usaha kerjanya untuk
mendapatkan hasil yang benar-benar berkualitas atau dikehendaki.
b. Tingkat perencanaan kualitas audit
Artinya auditor juga harus melihat dari tingkat perencanaan dalam
menjalankan tugasnya sebagai auditor.
c. Etika auditor
Auditor juga harus memiliki nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan
tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh suatu golongan tertentu
atau individu.
d. Pengalaman auditor
Auditor juga memiliki pengalaman yang dilihat dari segi lamanya
waktu, banyaknya penugasan maupun jenis perusahaan atau instansi
yang ditangani maupun instansi yang pernah ditanganinya.
a. Independensi
Independensi menurut Mulyadi (2002:26-27) dapat diartikan sikap
mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak
tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran
dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya
pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam
merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
Dalam kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam
mempertahankan sikap mental independen. Keadaan yang seringkali
mengganggu sikap mental independen auditor adalah sebagai berikut
(Mulyadi, 2002:27) :
1. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor
dibayar oleh kliennya atas jasanya tersebut.
2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan
untuk memuaskan keinginan kliennya.
16
Standar umum audit yang kedua menyatakan bahwa “dalam semua hal
yang
berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan auditor bersikap
independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum (IAI, 2011:220.1).
Berkaitan dengan hal itu terdapat 4 hal yang mengganggu independensi
akuntan publik, yaitu :
1. Akuntan publik memiliki mutual atau conflicting interest dengan klien.
2. Mengaudit pekerjaan akuntan publik itu sendiri.
3. Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien.
4. Bertindak sebagai penasihat (advocate) dari klien. Akuntan publik
akan terganggu independensinya jika memiliki hubungan bisnis,
keuangan dan manajemen atau karyawan dengan kliennya (Elfarini,
2007).
b. Integritas
Menurut IAPI (2011) menyatakan bahwa setiap praktisi harus tegas
dan jujur dalam melaksanakan pekerjaannya. Setiap anggota harus dapat
menjalankan tanggung jawab pekerjaan dengan integritas tinggi agar
kepercayaan masyarakat dapat terjaga. Integritas merupakan tolok ukur
(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.
Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas
audit yang dilakukan. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan
adil. Apabila auditor independent dihadapkan pada situasi tidak terdapat
aturan, standar, panduan khusus, atau dalam menghadapi pendapat yang
bertentangan, auditor harus mampu berpikir apakah keputusan yang ia
perbuat telah sesuai dengan integritasnya atau belum sebagai seorang
auditor.
c. Profesionalisme
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik SA Seksi 230 (IAPI,
2011), standar umum ketiga berbunyi: “Dalam pelaksanaan audit dan
penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
17
profesionalnya dengan cermat dan saksama”. Standar ini menuntut auditor
independen untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya dengan
menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan saksama.
Penggunaan kemahiran profesional dengan kecermatan dan kesaksamaan
menekankan tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam
organisasi auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan. Penggunaan keahlian profesional dengan
cermat dan saksama menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan
bagaimana kesempurnaan pekerjaannya tersebut.
d. Kualitas Audit
Kualitas audit sebagai suatu kemungkinan (joint probability)
dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran
yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor
akan menemukan salah saji tergantung pada kemampuan teknikal auditor
sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi
auditor tersebut. Kualitas audit ini sangat penting karena kualitas audit
yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya
sebagai dasar pengambilan keputusan (De Angelo, 1981 dalam
Kusharyanti, 2003 : 25).
De Angelo (1981) berargumentasi bahwa kualitas audit secara
langsung berhubungan dengan ukuran dari perusahaan audit, dengan
proksi untuk ukuran perusahaan audit adalah jumlah klien. Perusahaan
audit yang besar adalah dengan jumlah klien yang lebih banyak. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan audit yang besar akan
berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan
dengan perusahaan audit yang kecil. Karena perusahaan audit yang besar
jika tidak memberikan kualitas audit yang tinggi akan kehilangan
reputasinya, dan jika ini terjadi maka dia akan mengalami kerugian yang
lebih besar dengan kehilangan klien.
Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), bahwa
audit yang dilaksanakan auditor dapat dikatakan berkualitas jika
memenuhi ketentuan atau standar auditing. Standar auditing mencakup
18
mutu professional (professional qualities) auditor independen,
pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan
penyusunan laporan auditor.
19
Integritas, terhadap
Kompetensi Pengalaman
dan Etika kerja,
terhadap Independensi,
Kualitas Audit Objektivitas,
Integritas,
Kompetensi
dan Etika.
Independensi ( X 1 )
Profesionalisme (
X3 ¿
20
H0 : Indepemdensi Auditor berpengaruuh terhadap Kualitas Audit.
Ha : Indepemdensi Auditor tidak berpengaruuh terhadap Kualitas
Audit.
2. Pengaruh Integritas Auditor terhadap Kualitas Audit
H0 : Integritas Auditor berpengaruh tehadap Kualitas Audit.
Ha : Integritas Auditor tidak berpengaruh tehadap Kualitas Audit.
3. Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit
H0 : Profesionalisme Auditor berpengaruh terhadap Kualitas Audit.
Ha : Profesionalisme Auditor tidak berpengaruh terhadap Kualitas
Audit.
4. Pengaruh Independensi, Integritas dan Profesionalisme Auditor
terhadap Kualitas Audit secara simultan
H0 : Pengaruh Independensi, Integritas dan Profesionalisme
Auditor
terhadap kualitas audit secara simultan berpengaruh terhadap
Kualitas Audit.
Ha : Pengaruh Independensi, Integritas dan Profesionalisme
Auditor
Terhadap Kualitas Audit secara simultan tidak berpengaruh
Terhadap Kualitas Audit.
21
BAB 3
METODE PENELITIAN
22
macam, dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya
jenuh (Sugiyono, 2013:243)
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini secara garis
besar menurut Sunyoto (2013:10) antara lain :
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber
pertama baik individual atau perorangan seperti hasil dari
wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang biasa dilakukan
oleh peneliti dalam penelitian ini data primer yang diperoleh
dari jawaban kuisoner yang telah diisi oleh responden.
23
2. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2017:81). Dalam penelitian ini,
sampel diambil dengan menggunakan metode sampling jenus.
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2017:85). Maka
sampel yang di dapat dari BPK RI Perwakilan NTT sebanyak 40
sampel.
24
Berikut adalah table perhitungan jawaban yang diberikan
responden sebagai berikut :
Tabel 3.1 Skala Pengukuran Variabel
Jawaban Skor
Sangat Tidak Setuju 1
Tidak Setuju 2
Kurang Setuju 3
Setuju 4
Sangat Setuju 5
25
d) Lebik baik dari 0,80 raliabel.
26
2) Jika t hitung> t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima pada α =
5%
b. Uji Simultan (Uji Staststik f)
Uji f statistik digunakan untuk membuktikan ada pengaruh
antara variabel independen terhadap variabel depeden secara
simultan. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai
f hitung dengan f tabel (Kuncoro 2011:98)
27
DAFTAR PUSTAKA
BPK RI, 2009. Mengenal Lebih Dekat BPK Sebuah Panduan Populer. Jakarta :
BPK RI (Biro Humas dan Luar Negeri).
De Angelo, L.E. 1981. "Auditor Size and Audit Quality". Journal of Accounting
and Economics: 183–199.
28
Hery, 2011. Auditing I Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi. Jakarta: Kencana.
29