Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)


TW I (BULAN JANUARI - MARET 2019)
RSKB JATIWINANGUN PURWOKERTO

Jl. Jatiwinangun No. 54 Purwokerto 53142


Telp. (0281) 638169, 632632
LAPORAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
TW I (BULAN JANUARI - MARET 2019)
DI RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH JATIWINANGUN PURWOKERTO

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Pengendalian infeksi adalah merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk
meminimalkan atau mencegah terjadinya infeksi, sehingga besarnya kerugian yang harus
ditanggung oleh pasien dan keluarga di rumah sakit bisa di minimalkan. Namun dalam
pelaksanaan di lapangan, Komite Pengendalian Infeksi sering menemukan beberapa
kendala antara lain: banyaknya pasien yang dirawat di rumah sakit sehingga dapat menjadi
sumber infeksi bagi lingkungan dan pasien lainnya, adanya kontak langsung antara pasien
satu dengan pasien lainnya, adanya kontak langsung antara pasien dengan petugas rumah
sakit yang terinfeksi, penggunaan alat-alat yang terkontaminasi, kurangnya perhatian
tindakan aseptik dan antiseptik serta kondisi pasien yang lemah. Juga di tambah dengan
keadaan sarana dan prasarana yang ada masih kurang memadai, sehingga mudah untuk
menimbulkan terjadinya infeksi nosokomial (HAIs).
Infeksi nosokomial (HAIs) merupakan masalah global dan menjangkau paling sedikit
sekitar 9% (variasi 3% - 21%) lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit di
seluruh dunia. Angka ini dilaporkan oleh WHO dari hasil survey di 14 negara, meliputi
28.861 pasien di 47 rumah sakit yang berada di 4 wilayah (region) WHO pada tahun 1986.
Survey WHO ini juga menyebutkan : 18% dari pasien yang terkena infeksi nosokomial
menderita lebih dari satu jenis infeksi nosokomial, terutama pada pasien kronis. Infeksi
nosokomial (HAIs) merupakan salah satu infeksi yang sering terjadi di negara-negara
berkembang maupun di negara-negara industri. Sebagian besar masalah dan kendala yang
dihadapi berbagai negara untuk mencegah dan mengendalikan kejadian infeksi tersebut
tidak jauh berbeda,sehingga strategi dan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian
infeksi dapat disusun untuk diterapkan pada kondisi masing-masing negara dan rumah
sakit. Akibat lain dari kejadian infeksi (HAIs) adalah : Lama perawatan (LOS) lebih lama.
Upaya yang dilakukan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah : dengan
melakukan monitoring yaitu untuk mengamati pelayanan sedini mungkin, untuk dapat
menemukan masalah dan selanjutnya memperbaiki masalah dan sebagai pelaksanaan
evaluasi kegiatan.

II. TUJUAN
a. Tujuan Umum :
Laporan Triwulan ini dibuat untuk memberikan gambaran pelaksanaan kegiatan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dalam rangka meningkatkan kualitas/ mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun.
b. Tujuan Khusus :
1. Melindungi pasien dan tenaga kesehatan dari penularan infeksi (HAIs).
2. Melindungi pengunjung Rumah Sakit dan masyarakat di lingkungan sekitarnya.
3. Menerapkan program PPI dengan mempertimbangkan cost effectiveness.

III. RUANG LINGKUP


Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara optiomal meliputi pendahuluan, perencanaan kegiatan pengadaan
sampai dengan penerimaan dan penyaluran untuk memenuhi kebutuhan ke bagian dari
Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Kamar Bedah di Rumah Sakit
Khusus Bedah Jatiwinangun Purwokerto.

IV. VISI
Rumah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun menjadi salah satu rumah sakit terbaik di
kabupaten Banyumas.

V. MISI
Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau masyarakat dalam
rangka meningkatkan mutu kesehatan masyarakat dengan mengutamakan keselamatan
pasien.

VI. MOTTO
Cepat, Tepat, Selamat

VII. DASAR HUKUM


1. Undang-undang RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-undang RI No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-undang RI No.36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit; dan
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

BAB II
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

I. Pelaksanaan Audit Kepatuhan Petugas


A. Kepatuhan kebersihan tangan
Kepatuhan kebersihan tangan petugas kesehatan di unit rawat jalan dan rawat inap
Rumah Sakit Khusus Bedah Jatiwinangun TW I Tahun 2019.
1. Tabel
Januari Februari Maret
Target (%) 90 90 90
Pencapaian (%) 78,62 81,16 81,39

2. Grafik

Penjelasan : Dari grafik diatas, terlihat peningkatan walaupun tidak signifikan yaitu
angka kepatuhan kebersihan tangan petugas kesehatan TW I 2019, dari 78,62% pada
bulan Januari 2019 meningkat ± 2,54% yaitu menjadi 81,16% pada bulan Februari
2019, dan meningkat ± 0,23% yaitu menjadi 81,39% pada bulan Maret 2019. Belum
mencapai target yang diharapkan yaitu 90%, oleh karena pelaksanaan 5 momen
kebersihan tangan dan 6 langkah tidak dilaksanakan dengan urut/ benar. Adapun
upaya telah dilakukan oleh IPCN dan IPCLN, yaitu dengan menegur dan
mengedukasi secara terus menerus kepada petugas yang tidak patuh melaksanakan
prosedur 5 momen 6 langkah kebersihan tangan.

B. Kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) petugas kesehatan di rawat jalan
dan rawat inap RSKB Jatiwinangun Purwokerto TW I Tahun 2019.
1. Tabel
Januari Februari Maret
Target (%) 90 90 90
Pencapaian (%) 81.3 81.3 81.3

2. Grafik

Penjelasan : Pencapaian angka kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


petugas kesehatan pada TW I 2019 tidak ada perubahan yang signifikan, pencapaian
yaitu 81,3% (belum mencapai target yang diharapkan : 90%). Upaya yang telah
dilakukan adalah monitoring kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
dengan melibatkan Karu/ IPCLN di masing-masing unit. Melakukan teguran dan
edukasi terhadap petugas yang melanggar prosedur penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD).

C. Kepatuhan pemisahan dan pembuangan limbah rumah sakit


Kepatuhan pemisahan dan pembuangan limbah petugas kesehatan di rawat jalan dan
rawat inap RSKB Jatiwinangun Purwokerto TW I Tahun 2019.
1. Tabel
Januari Februari Maret
Target (%) 90 90 90
Pencapaian (%) 82.8 82,1 83

2. Grafik
Penjelasan : Pencapaian angka kepatuhan pemisahan dan pembuangan limbah petugas
kesehatan, pada TW I 2019 belum mencapai target yang diharapkan : 90%. Pencapaian
pada bulan Januari 2019 sebesar 82,8% menurun 0,7% pada bulan Februari 2019
menjadi 82,1%. Hal ini terjadi karena, menurunnya kepatuhan memisahkan dan
membuang limbah, dimana limbah non infeksius dibuang ke tempat limbah infeksius.
Adapun upaya yang telah dilakukan adalah dengan monitoring, memberikan teguran
dan mengedukasi langsung, secara terus menerus kepada petugas kesehatan, dengan
melibatkan peran IPCLN di masing-masing unit/bagian. Sehingga pada bulan Maret
2019, kepatuhan pemisahan dan pembuangan limbah petugas kesehatan naik 0,9%
menjadi 83%.

II. Pelaksanaan Surveilans HAI’s


Hasil surveilans HAI’s di RSKB Jatiwinangun selama TW I tahun 2019.

1. Infeksi luka infus (phlebitis)


Incident Rate Plebitis : Jumlah phlebitis dalam satu bulan dibagi Lama hari
pemasangan infus dalam satu bulan x 100%.
Januari Februari Maret
Standar (%) 1,5 1,5 1,5
Phlebitis (%) 0,96 0,89 0,913
Analisa : Trend menurun, yaitu insiden rate plebitis tinggi terjadi pada bulan Januari
2019 sebesar 0,96%, dan turun pada bulan Februari 2019 menjadi 0,89%. Namun pada
bulan Maret 2019 naik menjadi 0,913 %.

DEFINISI OPERASIONAL
Angka kejadian phlebitis adalah kejadian yang ditandai dengan salah satu atau
lebih tanda phlebitis (rubor, kalor, dolor, bengkak, malfungsi) pada daerah saat
dan/ atau selama insersi catheter intravena atau bekas insersi catheter intravena
setelah 3 x 24 jam.
NUMERATOR DENOMINATOR
Jumlah kejadian phlebitis baru yang Lama hari pemasangan catheter
teridentifikasi dalam 1 bulan intravena dalam 1 bulan
FORMULA TARGET
Jml psn Phlebitis x 1000‰ < 15‰ / 1,5%
Lama hari pasang IV
INKLUSI EKSKLUSI
Pasien infeksi lain dll) yang tidak
Seluruh pasien dengan pemasangan
diawali dengan pemasangan catheter
catheter intravena baru
intravena baru

 Kejadian phlebitis diatas nilai standar per ruangan :


a. Tabel
Januari Februari Maret
Standar (%) 1,5 1,5 1,5
Airlangga 0,83 0,99 0,896
Brawijaya 0,95 0,78 0,961
 Analisa akar masalah
MAN  Pemasangan infus tidak sesuai prosedur : tehnik desinfeksi
tidak benar, dan tidak menggunakan sarung tangan steril.
 Petugas kurang memperhatikan lama pemasangan infus
lebih dari 3 hari, sehingga tidak dilakukan pergantian
lokasi infus.

METODE  Pemasangan infus diatas/ dekat dengan persendian


pergelangan tangan.
 Pemasangan infus tidak memperhatikan prinsip steril.
 Tidak ada pemindahan infus setelah dipasang lebih dari 3
hari.

MATERIAL Tidak menggunakan set perlengkapan infus (tidak ada duk


pengalas).

ENVIRONMENT Pemasangan infus dilakukan di tempat tidur pasien, sehingga


faktor kebersihannya kurang.

 Rencana tindak lanjut

PLAN Menurunkan angka kejadian phlebitis diruang Airlangga dan


ruang Brawijaya.

DO  Edukasi kepada petugas untuk melakukan monitoring


terhadap pasien dengan lama pemasangan infus lebih dari
3 hari.
 Lakukan penggantian infus pada daerah tidak di atas
persendian.
 Monitor tanda-tanda terjadinya infeksi pada daerah sekitar
infus.

STUDI Angka kejadian phlebitis di ruang Brawijaya masih tinggi


walaupun di bawah standar yaitu 0,897 %, dan ruang
Airlangga 0,905 %. Kejadian tersebut dapat dicegah dengan
kepatuhan melaksanakan prosedur (SPO) pemasangan infus.

ACTION  Review tentang SPO pemasangan infus dan lokasi aman


tempat pemasangan IV kateter.

2. Infeksi Daerah Operasi (IDO)


Tidak ada laporan kejadian infeksi.
3. Infeksi Saluran Kencing (ISK)
Tidak ada laporan kejadian infeksi.

III. Pendidikan dan Latihan


Kegiatan Intern rumah sakit dalam rangka meningkatkan pengetahuan personil tentang PPI
yang sudah dilaksanakan pada TW I tahun 2019, antara lain :
No Nama Kegiatan Tema Pelaksanaan Tempat Pelaksana
1 Sosialisasi : Pengenalan Jam kerja Aula RS IPCN
Karyawan baru kewaspadaan
standar PPI.
2 Review program Kewaspadaan Jam kerja Seluruh IPCN,
PPI SPO Isolasi bagian IPCLN
pemasangan infus
dan handhygiene

IV. Pencegahan Infeksi


1. Penyediaan Fasilitas kebersihan tangan:
a. Tabel
Januari Februari Maret
Rawat Jalan 87,5% 88,5% 87,5%
Rawat Inap 80,5,1% 81,2% 87,5%
Penunjang 83,3% 83,3% 87,5%
Lain

b. Grafik
Keterangan : Dari tabel dan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa fasilitas kebersihan
tangan pada TW I tahun 2019, untuk rawat jalan tidak ada perbaikan (stabil),
sementara rawat inap pada bulan Januari 2018 yaitu 80,5 % mengalami perbaikan
sampai dengan bulan Maret 2019 menjadi 87,5%. Untuk bagian penunjang,
kelengkapan fasilitas kebersihan tangan sudah cukup baik sehingga pada bulan Maret
2019 mencapai perbaikan 87,5%.
Rekomendasi :
 Kepada masing-masing Karu agar memonitor kelengkapan dan atau adanya
kerusakan fasilitas kebersihan tangan, dan segera laporkan ke bagian pengadaan.
 Monitor dan edukasi petugas pembersih (CS) dalam penggantian cairan antiseptik.

2. Investigasi Outbreak/wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB).


Kegiatan investigasi Outbreak/ Kejadian Luar Biasa (KLB) dilakukan dengan tujuan
untuk mencegah meluasnya infeksi dan terulangnya KLB di masa yang akan datang.
Namun selama TW I Tahun 2019 Komite PPI belum mendapat laporan adanya
kejadian Outbreak.

3. Pelaksanaan Infection Control Risk Assessment (ICRA) renovasi dan bangunan.


Infection Control Risk Assesment (ICRA) renovasi adalah proses menetapkan risiko
potensial dari transmisi udara yang bervariasi dan kontaminasi melalui air kotor dalam
fasilitas selama konstruksi, renovasi dan kegiatan maintenance (Luwi ICRA, 2013).
Selama TW I Tahun 2019, rumah sakit Khusus Bedah Jatiwinangun melakukan 1
kegiatan renovasi/ pembangunan.
a. Tabel
Januari Februari Maret
Kegiatan 0 1 0
renovasi
b. Grafik

Keterangan : Dari grafik diatas, dapat dijelaskan bahwa kegiatan renovasi pada TW
I tahun 2019 hanya terjadi pada bulan Februari 2019, yaitu 1 kegiatan merenovasi
gedung administrasi.
Rekomendasi :
 Kegiatan renovasi/ bangunan agar menjaga keselamatan petugas dan orang
disekitarnya.
 Kendalikan penyebaran debu dengan menutup area renovasi.
BAB III
PENUTUP

Demikian laporan pelaksanaan program kerja TW I (bulan Januari - Maret 2019)


Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Rumah Sakit Khusus Bedah
Jatiwinangun untuk disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit.

Banyumas, 3 April 2019


Mengetahui, Ketua Komite PPI
RSKB JATIWINANGUN PURWOKERTO
Direktur

dr. Achmad Santosa, Sp.B, FinaCS dr. Budi Santosa, Sp. B


NIK: 200701.01.001.13021939
REKOMENDASI

Mengetahui,
RSKB JATIWINANGUN PURWOKERTO
Direktur

dr. Achmad Santosa, Sp.B, FinaCS


NIK: 200701.01.001.13021939

Anda mungkin juga menyukai