Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
Keberadaan komunitas keturunan Arab di Indonesia tidak akan lepas dari pengaruh
proses Islamisasi di Jawa. Berbagai literatur mencatat bahwa kedatangan Islam di Indonesia di
mulai pada abad ke-7 M, namun mulai berkembang pada abad ke-11 M. Pada umumnya, proses
Islamisasi di Indonesia terjadi dengan dua proses. Pertama, penduduk pribumi berhubungan
dengan agama Islam dan kemudian menganutnya. Kedua, orang-orang asing asia (Arab, India,
Cina dan wilayah lainnya) yang telah memeluk agama Islam bertempat tinggal secara permanen
di suatu wilayah Indonesia, melakukan perkawinan campur dengan pribumi. Selanjutnya, mereka
mengikuti gaya hidup penduduk lokal, sehingga mereka telah berafiliasi menjadi penduduk
pribumi.1
Di Indonesia orang Arab dikaitkan dengan penyebaran Islam, seperti yang dikatakan
Hamka (1961) bahwa orang Arab adalah pelopor Islam, mereka datang ke negeri-negeri Melayu
pada abad ke VII M, atau tahun pertama Islam. Dengan demikian, sejarah masuknya Islam ke
Indonesia terutama sejarah perkembangannya tidak terlepas dari sejarah masuknya perantau
Arab di Indonesia. Data ini sekaligus memperkuat dugaan bahwa Islam masuk ke Indonesia ini
bukanlah diorganisir oleh suatu negara atau badan yang resmi dari suatu negara. Masuknya Islam
secara suka rela dibawa oleh padagang-pedagang yang mula-mula datang membeli rempah-
rempah yang diperlukan dan akan dijual.2 Penghidupan mereka sebagai pedagang yang
1 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989), hlm,3.
2 Noerman, Moehammad, 1971, Sejarah Kebudayaan, Bukittinggi : Pustaka Saadiyah
Sedangkan komunitas keturunan Arab dikota-kota dipulau sumatera dan wilayah
sekitarnya mengalami perkembangan yang pesat pada awal abad ke-19. Sejak tahun 1869,
pelayaran dengan kapal uap antara Eropa menuju Arab mengalami perkembangan pesat karena
dibuka nya terusan Suez. Selanjutnya kapal-kapal Eropa ini menuju ke Asia Tenggara,
khususnya ke nusantara. Secara berkelompok mereka datang ke Jawa dan menyebar ke seluruh
pelosok negeri.3 Para perantau Arab mulai datang secara massal ke Nusantara pada tahun-tahun
terakhir abad ke-18, tetapi mereka mulai banyak menetap dipulau Jawa setelah tahun 1820.4
Menurut statistik tahun 1858 tercatat jumlah penduduk keturunan Arab yang menetap di
Indonesia sebanyak 1.662 atau sekitar 30% dari jumlah masyarakat Arab yang merantau pada
tahun itu. Para perantau Arab sudah bermukim di kota-kota Maritim Indonesia sejak tahun-tahun
Umumnya mereka adalah para pedagang biasanya para pedagang Muslim menghabiskan
waktu berbulan-bulan untuk menjual barang dagangannya sampai habis agar bisa membeli
barang dagangan setempat dan membawanya kembali ke negerinya masing-masing. Selain itu
juga pelayaran yang mereka lakukan untuk kembali ke negeri asal tergantung pada musim.
Sedangkan komunitas keturunan Arab dikota-kota dipulau sumatera dan wilayah sekitarnya
mengalami perkembangan yang pesat pada awal abad ke-19. Sejak tahun 1869, pelayaran dengan
kapal uap antara Eropa menuju Arab mengalami perkembangan pesat karena dibuka nya Terusan
Suez. Selanjutnya kapal-kapal Eropa ini menuju ke Asia Tenggara, khususnya ke Nusantara.
Secara berkelompok mereka datang ke Jawa dan menyebar ke seluruh pelosok negeri.5 termasuk
kota Jambi. Keturunan Arab Hadramaut di Indonesia umumnya dan di kota Jambi khususnya,
3 La Ode Artono Rabani, “Komunitas Arab: Kontinuitas dan Perubahan di Kota Surabaya 1900-1942”,
Jurnal Masyarakat dan Budaya, Vol. VII, No.2 (2005), hlm, 116.
4 L.W.C. van den Berg. Hadramaut dan Kolonial Arab di Nusantara. (Jakarta : INIS, 1986)
5
seperti negara asalnya Yaman, terdiri 2 kelompok besar yaitu kelompok Alawi (Sayyidi)
keturunan Rasul SAW (terutama melalui jalur Husain bin Ali) seperti al-Attas, Al-Idrus, Al-
Segaf dll. Sedangkan kelompoki Qabili, yaitu kelompok di luar kaum Sayid seperti Bafadhal,
Komunitas keturunan Arab dari kaum Masyaikh di kota Jambi memiliki andil yang cukup
besar dalam mengembangkan pendidikan Islam untuk anak-anak muslim di Kota Jambi. Sejak
tahun 1950an sudah terdapat madrasah dan lembaga pendidikan yang diprakarsai oleh para
Masyaikh yang tumbuh berkembang hingga saat ini. Diantaranya Madrasah Al-Khairiyah Kota
Jambi (1938) Madrasah Nurul Falah Kebun Jeruk (1970), IAIN STS Jambi (1967) yang
sekarang berubah status menjadi UIN serta Lembaga Pendidikan Al-Irsyad Al-Islamiyah (1980).
Salah satu tokoh yang memiliki peran penting dalam bidang pendidikan Islam di Jambi
yaitu adalah Syeikh Haji Muhammad Umar Bafadhal atau yang lebih dikenal Syekh M.O
Bafadhal adalah ulama Jambi keturunan Arab yang banyak berkecimpung di bidang Pendidikan
Jambi iya juga merupakan salah seorang yang mempelopori pendirian IAIN Sulthan Thaha
H.M.O Bafadhal lahir tahun 1914 di Kampung Pasar, di depan Masjid Raya Magatsari di
Pasar Jambi. Keluarganya adalah imigran dari Hadramaut yang datang ke Palembang sekitar
abad ke-18. Ayahnya bernama Umar BIN Abubakar Bafadhal dan ibunya Halimah binti Utsman.
Waktu kecil ia biasa dipanggil Muhammad. Ia diambil anak angkat oleh Abdul Rahman
Bafadhal alias Walid Laut. Walid Laut tidak hanya kaya tetapi juga sangat peduli dengan
pendidikan. Keluarganya adalah imigran dari Hadramaut yang datang ke Palembang sekitar
abad ke-18 untuk beradaptsi dengan masyarakat melayu, dan jika sudah mulai mengerti dalam
6 http://sejarahri.com/sejarah-keturunan-arab-indonesia/
segi bahasa lalu menyebar ke Jambi.7 Ayahnya bernama Umar BIN Abubakar Bafadhal dan
Ketika H.M.O Bafadhal berusia sekitar empat tahun, Walid Laut membawanya ke Tanah
Suci. Setelah hampir dua tahun di Mekkah, Walid Laut membawa pulang H.M.O Bafadhal ke
Jambi. Tahun 1921 ia masuk ke sekolah dasar Belanda tamat (1927), ia melanjutkan
pendidikannya di Jamiat Al-Khoir, Jakarta. Tamat dari Jamiat Al-Khoir (1931), H.M.O Bafadhal
kembali ke Jambi dan belajar di madrasah Nurul Iman. Syeikh H.M.O Bafadhal memang dikenal
sosok pemuda yang aktif dan kreatif. Ketika di Jakarta ia ikut kegiatan politik kepemudaan. Ia
Kolonial Belanda. Pada tahun 1948 ia sempat terlibat dalam Partai Arab Indonesia, saat di
pimpin oleh A.R Baswedan. Ia juga memelopori berdirinya cabang Partai Masyumi di Jambi,
dan sempat aktif sebagai pengurusnya. Bahkan pada tahun 1960 sempat di angkat sebagai ketua
Partai Masyumi untuk Provinsi Jambi, tetapi kemudian ia mengundurkan diri, karena ingin lebih
H.M.O Bafadhal memprakarsai Kongres Alim-Ulama Jambi pada 5-8 Desember 1957.
Hasil kongres tersebut, di antaranya menyepakati pembentukan Majelis Ulama dan pembentukan
Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Jambi. YPI ini mempersiapkan pendirian Perguruan Tinggi
Islam di Jambi. Keberadaan Pendidikan Tinggi Islam di Jambi dirasa sangat mendesak, untuk
tingkat yang lebih tinggi. Selama ini, tamatan madrasah di Jambi bila ingin melanjutkan
pendidikan harus pergi ke Padang, Padang Panjang atau Bukit Tinggi. Dengan keluarnya UU No.
19 tahun 1957. Syarat untuk mendirikan perguruan tinggi atau institut merupakan memiliki tiga
7 Wawancara DR. Ali Muzakir, M.Ag Dosen UIN Dekan 1 di Fakultas Adab dan Humaniora tanggal 25
november 2020
8 Jurnal Muthiah Bafadhal, Nur Agustiningsih Sejarah Komunitas Keturunan Bafadhal Di Bidang
Pendidikan Islam Tahun1937-1967 Di Kota Jambi
fakultas, pada masa itu IAIN hanya memiliki dua fakultas maka Syeikh HMO Bafadhal pun
melakukan kerja sama dengan STAI Syarif Hidayatullah atau yang saat ini di kenal dengan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta untuk menjadi fakultas Tarbiyah di IAIN Jambi yang kemudian di
setujui oleh Kementrian Agama Maka pada 7 November 1965 Panitia Persiapan Pembukaan
IAIN Jambi.
Akhirnya, berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 84 tahun 1967, berdirilah IAIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi.Sampai tahun 1979, H.M.O Bafadhal berulang kali merangkap jabatan
sebagai Dekan Fakultas Syariah sekaligus Pembantu Rektor di IAIN STS Jambi. Dari tahun
1976-1978 ia di tunjuk sebagai pejabat rektor, dan akhirnya di angkat sebagai rektor selama dua
periode dari tahun 1982- 1985. Ketika ia mengawali jabatan Rektor, jumlah dosen tetap baru 29
orang, dan jumlah mahasiswa 710 orang. Untuk memenuhi kebutuhan dosen, Syeikh HMO
Bafadhal meminjam dosen-dosen dari IAIN Palembang, IAIN Padang, dan IAIN Jakarta untuk
mengajar di Jambi. Pada tahun 1986 Prof HMO Bafadhal wafat, Syeikh HMO Bafadhal juga
meninggalkan kitab-kitab Kuning yang jumlah nya sangat banyak sehingga sebagian di berikan
ke beberapa perpustakaan jambi salah satunya Masjid Agung Al Fallah yang pada masa itu
memiliki perpustakaan.9
Syeikh HMO Bafadhal juga merupakan salah satu seorang penggagas/pendiri madrasah
Al-khairiyah di mana pada masa itu Madrasah Al-khairiyah merupakan satu-satunya di Jambi
yang madrasah bahkan beliau ikut serta dalam mengembangkan Al-khairiyah bersama Guru
Kyai Haji Hasan Anang Yahya atau yang di kenal dengan Guru Gemuk yang merupakan Kepala
Yayasan Nurul Iman yang ketiga. Mulai berdirinya madrasah Al-khairiyah tahun 1937, Syeikh
HMO Bafadhal bersama dengan Kyai Haji Hasan Anang Yahya mendirikan madrasah Al-
9 Wawancara Habib Muhammad Bafadhal M.Ag, tanggal 19 Oktober 2020 Jambi Luar Kota Sungai Duren
khairiyah hingga Madrasah Tersebut berkembang pesat, Pekerjaan ini pun tidak berlangsung
sampai setahun karena ia mendapat tawaran untuk belajar di Madrasah Darul Ulum, Mekah. Ia
masuk pendidikan setingkat Aliyah, yang diselesaikannya selama tiga tahun. Setelah pulang ke
tanah air, H.M.O Bafadhal segera memperbaiki sistem pengajaran di Madrasah Al-Khairiyah.
Madrasah ini menjadi lebih terbuka, dibandingkan dengan madrasah di Seberang Kota Jambi.
Siswanya tidak harus memakai kain dan peci. Dalam pengajaran, H.M.O Bafadhal tidak lagi
hanya menekankan pada hafalan, tetapi juga di berikan syarah terhadap kitab-kitab yang dibaca.
An-Nahdhatul Ishlamiyah pada tahun 1941. Organisasi ini melatih para guru madrasah dalam
mengajar dan berdakwah. Anggotanya juga diajarkan membaca kitab-kitab kuning dan
penguasaan hukum-hukum Islam. Setiap hari jumat diadakan pertemuan di Madrasah Al-
Khairiyah.
Memasuki tahun 1940, H.M.O Bafadhal semakin terkenal tidak hanya sebagai guru
madrasah tetapi juga penggiat dakwah dan mengisi pengajian disejumlah masjid. Ia dipercaya
sebagai khatib jum’at di Majid Raya Magatsari. Masjid ini dikelola warga keturunan Arab. Masa
itu, khutbah masih menggunakan Bahasa Arab. Tahun 1946, H.M.O Bafadhal memperkenalkan
jamaah. Tetapi lambat-laun bisa diterima. Sosok H.M.O Bafadhal sebagai orang yang berilmu
dan alim tersebar luas. Saat diperkenalkan diri, namanya di sebut Muhammad Umar. Tetapi
nama tersebut lebih populer di panggil “M.O”. Semenjak itu, di kalangan masyarakat dan bahkan
kemudian juga di kalangan akademisi memanggilnya “Pak M.O”. Untuk penulisan nama secara
Setelah Indonesia merdeka, H.M.O Bafadhal diangkat menjadi Kepala Kantor Agama
untuk wilayah Jambi, Dalam suatu musyawarah kepala-kepala kantor Agama diputuskan
perlunya mendirikan lembaga pendidikan tinggi pada masing-masing wilayah. Sebagai tindak
lanjut dari musyawarah tersebut, H.M.O Bafadhal memprakarsai Kongres Alim-Ulama Jambi
pada 5-8 Desember 1957. Hasil kongres tersebut, di antaranya menyepakati pembentukan
Majelis Ulama dan pembentukan Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Jambi. YPI ini
Islam di Jambi dirasa sangat mendesak, untuk menampung para tamatan madrasah-madrasah
Tahun 1967 IAIN STS Jambi diresmikan sebelum peresmian merupakan masih bernama
SP IAIN belum menjadi Institut hanya, disinilah Hmo Bafadhal ikut serta dalam pendirian IAIN
Hmo Bafadhal mengajukan untuk mendirikan IAIN, dimana pada saat itu untuk menjadi
memiliki syarat untuk mendirikan perguruan tinggi atau pun institut merupakan memiliki Tiga
Fakultas, pada masa itu IAIN hanya memiliki dua fakultas maka Syeikh HMO Bafadhal pun
melakukan kerja sama dengan STAI Syarif Hidayatullah atau yang saat ini dikenal dengan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta untuk menjadi fakultas Tarbiyah di IAIN Jambi yang kemudian
disetujui oleh Kementrian Agama K. H. Saifuddin Zuhri Maka pada 7 November 1965 Panitia
Persiapan Pembukaan IAIN Jambi. Akhirnya, berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 84 tahun
1967, berdirilah IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.Sampai tahun 1979, setelah berdiri IAIN
ada komitmen HMO Bafadhal dengan kementrian Agama K. H. Saifuddin Zuhri dalam
peresmian IAIN yaitu untuk memasukkan nama beliau ke dalam nama Institut IAIN agar
menjadi kenang-kenangan maka setelah peresmian IAIN menjadi IAIN Sultan Thaha Saifuddin
Setelah memahami latar belakang masalah yang dikemukan diatas, maka penulis hendak
menjelaskan Syeikh M.O Bafadhal dan peran nya dalam bidang Pendidikan Islam di Jambi
dengan mengemukan rumusan-rumusan masalah yang hendak diteliti. Dalam melakukan suatu
penelitian, rumusan masalah menjadi landasan yang sangat penting dari sebuah penelitian kerena
dapat mempermudah penelitian dalam proses pengumpulan data dan analisis data.
Permasalahan-permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2. Bagaimana peran Syeikh M.O Bafadhal dalam bidang pendidikan islam di Jambi
10 Wawancara Dr. Husein Bafadhal, LC, M. Ag. Dosen UIN Cucu Syeikh HMO Bafadhal tanggal 22
November 2020 Jambi Luar Kota Sungai Duren
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian dan penulisan penelitian ini terarah dan sesuai dengan masalah yang akan
dikaji, maka diperlukan suatu batasan, baik itu batasan waktu/temporal maupun batasan
wilayah/daerah. Pada penelitian ini penulis membatasi wilayah hanya di Kota Jambi sebagai
sumber Syeikh M.O Bafadhal dan perananya dalam bidang Pendidikan Islam di Jambi.
1. Scope spasial : pembatasan topik ini secara spasial mencakup aspek peran, baik di bidang
sosial maupun dibidang pendidikan. Dalam kedua bidang tersebut Syeikh HMO Bafadhal
2. Scope temporal : pembatasan topic ini secara temporal mencakup rentang waktu 1937-
1986 di mana Syeikh Hmo Bafadhal memulai aktif dalam bidang Pendidikan Islam di Kota
Jambi pada tahun 1937 sebagai Guru Madrasah Hmo Bafadhal juga aktif dalam kegiatan
kepemudaan dan juga aktif dalam kegiatan politik, selain itu pula pernah menjabat ketua MUI
dan YPI. dalam pendirian IAIN Hmo Bafadhal pun memiliki andil, sebelum menjadi IAIN atau
masih menjadi SP IAIN Jambi beliau di kenal sebagai dosen dalam bidang Hadist dan Fiqih,
setelah resmi menjadi IAIN STS Jambi Jambi Hmo Bafadhal berulang kali merangkap Jabatan
sebagai Dekan Fakultas Syariah sekaligus membantu rektor di IAIN STS Jambi. Dari tahun
1976-1978 ia ditunjuk sebagai pejabat rektor, dan akhirnya diangkat sebagai rektor selama dua
periode dari tahun 1978-1982 dan 1982-1985 tahun 1980 HMO Bafadhal diangkat sebagai Guru
Hadist banyak yang telah dilakukan untuk memajukan IAIN STS Jambi hingga tahun 1986
beliau wafat.
1. Tujuan penelitian
4. Untuk mengetahui pengaruh MO Bafadhal dalam pendidikan Islam terhadap kehidupan Sosial
2. Manfaat Penelitian
merumuskannya kedalam beberapa permasalahan yang hendak di teliti, maka di dapat tujuan
yang mempunyai manfaat bagi orang banyak. Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut.
a. Untuk memperkaya khasanah penelitian biografi seorang tokoh pendidikan salah satunya
Syeikh M.O Bafadhal yang berada di kota Jambi yang secara teoritis bermanfaat sebagai
b. Dalam segi praktis, penelitian ini bermanfaat sebagai informasi dan refleksi Sejarah
c. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dalam
rangka memperdalam dan menerapkan wawasan yang diperoleh selama mengikuti kuliah pada
Program Ilmu Sejarah Universitas Jambi. Setelah itu penelitian ini dapat menjadi bahan
Yang menjadi sorotan fokus penelitian yaitu sejarah pemikiran adalah terjemahan dari
definisikan sebagai the study of role of ideas in historical events and process. Mengenai sejarah
semua sejarah adalah sejarah pemikiran, (2) pemikiran hanya mungkin dilakukan oleh individu
tunggal, dan (3) sejarawan hanya melakukan kembali (reenactment) pikiran masa lalu itu. Jenis
pemikiran itu bisa bermacam-macam. Pemikiran bisa mengenai politik, agama, ekonomi, sosial
hukum filsafat, budaya, dan sebagainya yang akan kita sebut sebagai pemikiran teoritis . tugas
sejarah pemikirean ialah (1) membicarakan pemikiran-pemikiran besar yang berpengaruh pada
kejadian sejarah, (2) melihat konteks sejarah tempat ia muncul, tumbuh, dan berkembang
(sejarah di permukaan). Dan (3) pengaruh pemikiran pada masyarakat bawah, yaitu mencari
“hubungan antara para flsuf, kaum intelektual para pemikir , dan cara hidup yang nyata
(actual) dari jutaan orang yang menjalankan tugas peradaban”, kata Crane Brinton dalam The
Penulisan tentang Peran Syeikh HMO Bafadhal ini mengarah pada sejarah pemikiran
menggambarkan pemikiran-pemikiran dari seorang tokoh yang memiliki peranan penting bagi
kehidupan sosial masyarakat masa itu. Syeikh HMO Bafadhal memiliki peran penting didalam
masyarakat jambi. Beliau seorang Ulama keturunan Arab Hadramaut yang mengembangkan
Pendidikan Islam di Jambi membangun sekolah-sekolah Islam seperti Madrasah dan UIN atau
yang dikenal pada masa itu IAIN Jambi yang sebelumnya masih belum menjadi Institut namun
diperjuangkan menjadi Institut oleh Syeikh HMO Bafadhal bukan hanya berperan dalam
mengembangkan pendidikan islam beliau juga aktif dalam penyebaran agama islam melalui
dakwah-dakwahnya.
Sejarah Intelektual
Bafadhal dalam Bidang Pendidikan Islam di Jambi (1937-1967) belum ada yang membahas,
namun mengenai tulisan-tulisan seperti jurnal sudah ada. Penulis telah berusaha mengumpulkan
sejumlah sumber pustaka yang membahas pokok yang berkaitan dengan apa yang diteliti, tidak
hanya dalam bentuk buku-buku tetapi juga dalam bentuk skripsi, tesis dan arsip serta jurnal yang
berkaitan. Peran Syeikh HMO Bafadhal dalam Bidang Pendidikan Islam di Jambi pada tahun
1937-1959 belum begitu banyak disinggung dalam artikel sejarah atau jurnal dan buku, namun
cukup banyak yang membahas dalam aspek lain berikut beberapa tulisan yang membahas
tentang Peran Syeikh HMO Bafadhal Dalam Bidang Pendidikan Islam di Jambi 1937-1967.
pertama, Skripsi yang di tulis oleh Muthiah Bafadhal Sejarah Keturunan Bafadhal
Universitas Batanghari, penelitian ini meneliti tentang datangnya bangsa Arab ke Jambi terutama
kaum Masyaikh yaitu Bafadhal, Bafadhal sendiri merupakan sebuah marga yang memiliki
komunitas, komunitas Bafadhal sendiri banyak berperan penting dalam bidang pendidikan islam
mengenai peran Bafadhal dalam bidang pendidikan Islam di Kota Jambi penelitian ini juga
membahas mengenai silsilah keluarga Bafadhal yang merupakan keturunan Arab, selain itu juga
penelitian ini banyak membahas mengenai situasi kehidupan agama dan Sosial Budaya
masyarakat komunitas keturunan Bafadhal di Kota Jambi.12 Penelitian saya melihat dari sudut
pandang seorang tokoh ulama yang merupakan Bafadhal yaitu, Peran Syeikh Hmo Bafadhal
Kedua, mengenai jurnal penelitian tentang Transformasi Pendidikan Islam Di Jambi Dari
Madrasah ke Pesantren (Ali Muzakir) Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Jambi (UIN) 2017, Penelitian ini meneliti tentang seajarah pendidikan Islam seprti madrasah,
nama madrasah sengaja dipilih oleh ulama-ulama Jambi karena terinspirasi dari pengalaman
menjalankan fungsinya sebagai pendidikan Islam tradisional. Pendidikan Islam tradisional adalah
pengajaran islam yang bersumber pada karya-karya ulama klasik priode abad ke -8 sampai ke
-13. Secara kelembagaan pendidikan Islam tradisional memiliki lima unsur penting yaitu
pondok, masjid, kitab kuning, santri, dan kyai. HMO Bafdhal yang merupakan seorang ulama
dengan Kemas A. Ghaffar Dung dan Abdul Syukur bin Abdillah membangun madrasah Al-
khairiyah pada tahun 1936. Mudir pertama yang ditunjuk Syaikh Hasan bin Anang Yahya (1893-
1938), seorang ulama yang berpengaruh dan tamatan dari Timur Tengah. Syaikh Hasan pernah
aktif di PTSI dan mantar mudir Nurul Iman, M.O Bafadhal menariknya sebagai Syaikh Hasan,
Al khairiyah menampilkan pandangan yang lebih terbuka. Misalnya, ketika datang ke madrasah,
murid-murinya tidak harus memakai kain sarung dan peci: dalam bidang pembelajaran selain
menekankan penghafalan isi kitab juga perlu di-syarah untuk meningkatkan kompetensi.13
12 Skripsi Muthiah Bafadhal Sejarah Komunitas Keturunan Bafadhal Di Bidang Pendidikan Islam Pada
Tahun 1937 – 1967 Di Kota Jambi”
13 Ali MuzakirTransformasi Pendidikan Islam di Jambi dari Madrasah ke Pesantren fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Negeri Islam Jambi Jurnal of Islamic vol.3 no. 1 januari-juni 2017
Berbeda dengan penelitian saya penelitian saya akan membahas perubahan-perubahan apa yang
telah di lakukan Syeikh HMO Bafadhal dalam kurikulum pendidikan Islam di Kota Jambi.
Ketiga jurnal yang di tulis oleh Muthiah Bafadhal dan Nur Agustiningsih yaitu Sejarah
pada penelitian ini Muthiah Bafadhal meneliti mengenai Sejarah komunitas Bafadhal Dalam
Bidang Pendidikan Islam di Jambi unsur-unsur yang terkandung dalam penelitian Muthiah
Bafadhal yaitu peran Komunitas Bafadhal dalam pendidikan Islam di Jambi dimana Komunitas
Bafadhal memiliki peran penting dalam berkembang nya pendidikan Islam di Jambi terutama
dalam mendirikan sekolah-sekolah Islam seperti madrasah, dan juga ikut sertama dalam
menyebarkan agama Islam melalui dakwah-dakwah. Bafadhal mulai ada di provinsi Jambi
ketika Husein bin Ahmad Baraqhbah, salah satu suku Baraqhbah, mengajak Ahmad Soufi
Bafadhal dan beberapa teman lainya untuk hijrah ke Jambi. Selain untuk berdagang hijrah nya
mereka tidak lain adalah untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam. Dikatakan Fauzi keluarga
besar Bafadhal mengikuti ajaran Imam Syafi’I dan menjalankan syariat-syariat Islam. Hingga
saat ini sudah ada sekitar ratusan keturunan Bafadhal yang ada di Kota Jambi yang berasal dari
keturunan Syeikh Ahmad Soufi yang telah di abadikan oleh keluarga besar Bafadhal. 14 penelitian
diatas berbeda dengan penelitian saya jika penelitian diatas lebih fokos terhadap peran sebuah
kelompok Bafadhal maka penelitian saya hanya fokus terhadap peran seorang tokoh ulama yang
Ke empat sebuah disertasi karya Fauzi Mo Bafadhal yang berjudul Sejarah Sosial
Pendidikan Islam di Jambi : Studi Terhadap Madrasah Nurul Iman. Dalam disertasinya,
Bafadhal menulis keadaan sosial di Jambi sebelum didirikan Madrasah Nur AL-Iman. Kemudian
14 Muthiah Bafadhal, Nur Agustiningsih Sejarah Komunitas Keturunan Bafadhal Di Bidang Pendidikan Islam
Di Kota Jambi 1937-1967 Jurnal Ilmiah Vol. 3 No 1 2019 April
ia menjelaskan profil Madrasah Nur Al-Iman termasuk para guru-guru yang mengajar. Hanya
saja meskipun Bafadhal menulis banyak ulama Makkah yang menjadi guru ulama di Jambi dia
tidak memfokuskan pada jaringanya. Bafadhal fokus membahas Madrasah sebagai lembaga yang
berkontribusi terhadap sosial pendidikan di Jambi. 15 penelitian diatas berbeda dengan penelitian
saya, penelitian saya akam membahas dampak perkembangan Pendidikan Islam di Kota Jambi.
Metode penelitian adalah jalan, cara, atau petunjuk teknis dalam melakukan proses
penelitian. Metode sejarah dalam pengertian umum adalah suatu penyelidikan permasalahan
di tempuh dalam penelitian sejarah terdapat empat langkah, yaitu: Heuristik (pengumpulan
sumber) data, verifikasi (Kritik), Interpretasi (penafsiran atau analisis), dan Historiografi
(penulisan sejarah).17
a. Heuristik
Heuristik merupakan langkah pertama yang dilakukan ketika akan melakukan penelitian
sejarah yaitu dengan mengumpulkan sumber-sumber yang akan diteliti. Dalam penelitian ini,
peneliti telah melakukan studi pustaka. Studi pustaka awalnya dilakukan dengan mengunjungi
Perpustakaan daerah provinsi Jambi, dimana penulis menemukan beberapa sumber primer.
Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis tahap pertama yaitu survey lapangan, yaitu
dengan mewawancara cucu Syeikh HMO Bafadhal, Habib Muhammad Bafadhal M.Ag, Dosen
UIN Jambi pada tanggal 19 Oktober 2020 Jambi Luar Kota Sungai Duren, yang dianggap
paham mengenai Syeikh HMO Bafdhal semasa hidupnya. Kemudian peneliti mewawancarai
cucu dari Syeikh HMO Bafadhal yaitu Dr. Husein Bafadhal, Lc, M. Ag Dosen UIN Jambi pada
15 Fauzi Mo Bafadhal, Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Jambi, Studi Terhadap Madrasah Nurul Iman,
(Disertasi UIN Syarih Hidayatullah, Jakarta, 2018)
16 Dudung Abdurrohman, Metode Penelitian Sejarah, hlm, 53
17 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta; Tiara Wacana, 2013), hlm. 91.
tanggal 16 November 2020 yang merupakan cucu Syeikh HMO Bafadhal yang di anggap
mengetahui tentang peran Syeikh HMO Bafdhal dalam Bidang Pendidikan Islam di Jambi di
karenakan ibu dari Dr. Husein Bafdhal, Lc, M. Ag merupakan anak dari ibu yang paling dekat
dengan Syeikh HMO Bafadhal , selain itu pula Dr. Husein Bafdhal, Lc, M. Ag juga merupakan
pengurus ataupun kepala Madrasah Al Khairiyah yang dibangun oleh Syeikh HMO Bafadhal.
Peneliti juga mewawancarai DR. Ali Muzakir, M.Ag Dosen UIN yang merupakan sejarawan
jambi yang juga menjabat sebagai Dekan 1 di Fakultas Adab dan Humaniora, yang juga sedikit
banyak nya mengetahui mengenai pembangunan IAIN yang dilakukan oleh Syeikh HMO
Bafadhal .
Selanjutnya untuk mendapatkan sumber yang lebih valid. Maka adalah suatu upaya untuk
menghimpun jejak sejarah dengan cara terjun langsung ke lapangan. Teknik ini sangat
bermanfaat untuk bahan perbandingan antara data dari berbagai sumber tertulis dengan keadaan
tempat kegiatan Syeikh HMO bafadhal dalam mengembangankan Pendidikan Islam di Jambi
seperti Madrasah Al-Khairiyah, Universitas Islam Negeri Jambi atau pada masa itu masih IAIN
Jambi, dan juga Masjid Raya Magatsari Pasar Jambi, penulis juga mengabadikan gambar
Untuk menggali informasi di lapangan, maka wawancara adalah salah satu metode yang
harus digunakan. Sebab wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang berupa
tanggapan pribadi, pendapat atau opini serta keyakinan. Metode wawancara juga mencakup cara
yang digunakan untuk suatu tujuan khusus dengan cara mencari keterangan atau pendapat secara
lisan dari seorang responden dengan bercakap-cakap dan berhadapan muka mengenai apa yang
informan. Metode sejarah lisan ini di gunakan sebagai metode pelengkap terhadap bahan
dokumenter.
b. Kritik Sumber
Kritik sejarah dibagi menjadi dua macam, yaitu: autentisitas, atau keaslian sumber atau
kritik ekstern, dan kredibilitas atau kebiasaan dipercayai atau kritik intern. 18 Kritik ekstern yaitu
untuk mencari keaslian data yang sudah di temukan baik berupa dokumen atau pun artifact yaitu
dengan cara meneliti keadaan fisiknya. Jika benda tersebut berupa dokumen maka hal yang perlu
ungkapannya, kata-katanya, hurufnya, dan semua penampilan luarnya. Jika benda tersebut
berupa artifact maka yang perlu di lakukan yaitu meneliti bahan yang di gunakan, ketebalannya
Kritik Intern yaitu untuk mencari keaslian data yang sudah ditemukan baik berupa
dokumen atau pun artifact yaitu dengan cara meneliti keadaan dalamnya, apakah isi yang
terkandung dalam benar dan dapat dipercaya, kredibel dan reliabel. Jika benda tersebut berupa
dokumen maka hal yang perlu dilakukan yaitu harus mengetahui apa yang disampaikan didalam
dokumen tersebut dan harus mendatangkan saksi yaitu orang yang mengetahui informasi
tersebut.
c. Interpretasi
Interpretasi adalah upaya penafsiran atas fakta-fakta sejarah dalam kerangka rekonstruksi
realitas masa lampau untuk memberikan kembali relasi antara fakta-fakta. Interpretasi atau
penafsiran sering juga disebut dengan analisis sejarah. Analisis sejarah itu sendiri bertujuan
18 Gottschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia
melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang di peroleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-
sama dengan teori di susunlah fakta itu ke dalam suatu intefretasi yang menyeluruh.19 Interpretasi
terdiri dari dua macam, yaitu analisis dan sintesis. Analisis yaitu menguraikan, jadi fakta-fakta
yang sudah di dapatkan itu diuraikan atau dipisahkan menurut informasi yang didapatkan.
Sedangkan sintesis yaitu menyatukan jadi fakta-fakta yang sudah dikumpulkan itu disatukan satu
sumber dengan sumber yang lain agar mengetahui perpaduan diantara sumber-sumber tersebut.
Dalam tahapan ini fakta-fakta yang di dapatkan dirangkai sehingga menjadi satu kesatuan kata
d. Historiografi
Historiografi merupakan fase terakhir dalam metode sejarah yang merupakan cara
penulisan, pemaparan, atau pelaporan sejarah yang telah dilakukan. Dalam penulisan sejarah
(Historiografi) di perlukan aspek kronologi yang sesuai. Penyajian penulisan dalam bentuk
tulisan mempunyai tiga bagian: pengantar, penulisan, dan kesimpulan. Setiap bagian biasanya
terjabarkan dalam bab-bab atau sub-bab yang jumlahnya tidak ditentukan secara mengikat, yang
penting antara satu bab dengan bab yang lain harus ada pertalian yang jelas.21
Menurut G.R Elton penulisan sejarah dapat dikembangkan melalui tiga kategori bentuk
penulisan yaitu: pertama, naratif, bentuk penulisan ini dipergunakan untuk mengisahkan suatu
cerita dan alur peristiwa-peristiwa menurut sekuensi waktu dan selalu bersifat kronologis.
Kedua, deskriptif yaitu berupaya membentangkan masa lampau tanpa dengan memberikan
dimensi-dimensi perubahan dalam waktu, fakta-fakta tersusun dari satu kesatuan; ketiga,
analitik, model penulisan ini lebih di utamakan lebih menampilkan analisis dan solusi suatu
19 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian sejarah Islam (Yogyakarta; Ombak, 2011), hlm,.84
20 Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif . Jakarta: Pustaka Jaya
21 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu, hlm,. 80
komponennya, bukti-bukti yang di kumpulkan oleh sejarahwan, dan menunjukan melalui
Secara sistematis penulisan ini dibagi kedalam lima bab, antara satu bab dengan bab
berikutnya saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan untuk memperjelas apa yang akan
diungkapkan dalam tulisan ini. Untuk memperjelas apa yang diungkapkan diatas berikut
BAB I : pendahuluan yang terdiri dari sub bagai berikut : Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori dan Tinjauan Pustaka.
BAB II : mengenai gambaran umum daerah penelitian yang menggambarkan tentang lokasi
wilayah penelitian Kota Jambi yaitu geografi dan demografi wilayah penelitian
BAB III : berisi tentang latar belakang kehidupan Syeikh HMO Bafadhal baik dalam segi
BAB IV : yang terdiri dari sub bab sebagai berikut : Peran Syeikh HMO Bafadhal dalam bidang
Pendidikan Islam di Jambi pada tahun 1937-1986 membahas tentang peranan Syeikh HMO
Bafadhal dalam bidang Pendidikan Islam dan Mengembangkan Pendidikan Islam serta berperan
penting dalam menjadi guru besar maupun Rektor IAIN dan juga aktif sebagai Ulama
BAB V : merupakan pembahasan terakhir dan penutup dari keseluruhan rangkaian pembahasan.
Bab I Pendahuluan
22 Ibid
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
4.1 Peran Syeikh HMO Bafadhal Dalam Bidang Pendidikan Islam di Kota Jambi
Bab V Penutup
5.1 kesimpulan