Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan komunitas keturunan Arab di Indonesia tidak akan lepas dari pengaruh

proses Islamisasi di Jawa. Berbagai literatur mencatat bahwa kedatangan Islam di Indonesia di

mulai pada abad ke-7 M, namun mulai berkembang pada abad ke-11 M. Pada umumnya, proses

Islamisasi di Indonesia terjadi dengan dua proses. Pertama, penduduk pribumi berhubungan

dengan agama Islam dan kemudian menganutnya. Kedua, orang-orang asing asia (Arab, India,

Cina dan wilayah lainnya) yang telah memeluk agama Islam bertempat tinggal secara permanen

di suatu wilayah Indonesia, melakukan perkawinan campur dengan pribumi. Selanjutnya, mereka

mengikuti gaya hidup penduduk lokal, sehingga mereka telah berafiliasi menjadi penduduk

pribumi.1

Di Indonesia orang Arab dikaitkan dengan penyebaran Islam, seperti yang dikatakan

Hamka (1961) bahwa orang Arab adalah pelopor Islam, mereka datang ke negeri-negeri Melayu

pada abad ke VII M, atau tahun pertama Islam. Dengan demikian, sejarah masuknya Islam ke

Indonesia terutama sejarah perkembangannya tidak terlepas dari sejarah masuknya perantau

Arab di Indonesia. Data ini sekaligus memperkuat dugaan bahwa Islam masuk ke Indonesia ini

bukanlah diorganisir oleh suatu negara atau badan yang resmi dari suatu negara. Masuknya Islam

secara suka rela dibawa oleh padagang-pedagang yang mula-mula datang membeli rempah-

rempah yang diperlukan dan akan dijual.2 Penghidupan mereka sebagai pedagang yang

membawa barang-barang dari Arab dan pulangnya membawa rempah-rempah.

1 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989), hlm,3.
2 Noerman, Moehammad, 1971, Sejarah Kebudayaan, Bukittinggi : Pustaka Saadiyah
Sedangkan komunitas keturunan Arab dikota-kota dipulau sumatera dan wilayah

sekitarnya mengalami perkembangan yang pesat pada awal abad ke-19. Sejak tahun 1869,

pelayaran dengan kapal uap antara Eropa menuju Arab mengalami perkembangan pesat karena

dibuka nya terusan Suez. Selanjutnya kapal-kapal Eropa ini menuju ke Asia Tenggara,

khususnya ke nusantara. Secara berkelompok mereka datang ke Jawa dan menyebar ke seluruh

pelosok negeri.3 Para perantau Arab mulai datang secara massal ke Nusantara pada tahun-tahun

terakhir abad ke-18, tetapi mereka mulai banyak menetap dipulau Jawa setelah tahun 1820.4

Menurut statistik tahun 1858 tercatat jumlah penduduk keturunan Arab yang menetap di

Indonesia sebanyak 1.662 atau sekitar 30% dari jumlah masyarakat Arab yang merantau pada

tahun itu. Para perantau Arab sudah bermukim di kota-kota Maritim Indonesia sejak tahun-tahun

permulaan abad 19.

Umumnya mereka adalah para pedagang biasanya para pedagang Muslim menghabiskan

waktu berbulan-bulan untuk menjual barang dagangannya sampai habis agar bisa membeli

barang dagangan setempat dan membawanya kembali ke negerinya masing-masing. Selain itu

juga pelayaran yang mereka lakukan untuk kembali ke negeri asal tergantung pada musim.

Sedangkan komunitas keturunan Arab dikota-kota dipulau sumatera dan wilayah sekitarnya

mengalami perkembangan yang pesat pada awal abad ke-19. Sejak tahun 1869, pelayaran dengan

kapal uap antara Eropa menuju Arab mengalami perkembangan pesat karena dibuka nya Terusan

Suez. Selanjutnya kapal-kapal Eropa ini menuju ke Asia Tenggara, khususnya ke Nusantara.

Secara berkelompok mereka datang ke Jawa dan menyebar ke seluruh pelosok negeri.5 termasuk

kota Jambi. Keturunan Arab Hadramaut di Indonesia umumnya dan di kota Jambi khususnya,

3 La Ode Artono Rabani, “Komunitas Arab: Kontinuitas dan Perubahan di Kota Surabaya 1900-1942”,
Jurnal Masyarakat dan Budaya, Vol. VII, No.2 (2005), hlm, 116.
4 L.W.C. van den Berg. Hadramaut dan Kolonial Arab di Nusantara. (Jakarta : INIS, 1986)
5
seperti negara asalnya Yaman, terdiri 2 kelompok besar yaitu kelompok Alawi (Sayyidi)

keturunan Rasul SAW (terutama melalui jalur Husain bin Ali) seperti al-Attas, Al-Idrus, Al-

Segaf dll. Sedangkan kelompoki Qabili, yaitu kelompok di luar kaum Sayid seperti Bafadhal,

Balfas, Baridwan dll atau biasa disebut dengan kelompok (Masyaikh).6

Komunitas keturunan Arab dari kaum Masyaikh di kota Jambi memiliki andil yang cukup

besar dalam mengembangkan pendidikan Islam untuk anak-anak muslim di Kota Jambi. Sejak

tahun 1950an sudah terdapat madrasah dan lembaga pendidikan yang diprakarsai oleh para

Masyaikh yang tumbuh berkembang hingga saat ini. Diantaranya Madrasah Al-Khairiyah Kota

Jambi (1938) Madrasah Nurul Falah Kebun Jeruk (1970), IAIN STS Jambi (1967) yang

sekarang berubah status menjadi UIN serta Lembaga Pendidikan Al-Irsyad Al-Islamiyah (1980).

Salah satu tokoh yang memiliki peran penting dalam bidang pendidikan Islam di Jambi

yaitu adalah Syeikh Haji Muhammad Umar Bafadhal atau yang lebih dikenal Syekh M.O

Bafadhal adalah ulama Jambi keturunan Arab yang banyak berkecimpung di bidang Pendidikan

Jambi iya juga merupakan salah seorang yang mempelopori pendirian IAIN Sulthan Thaha

Saifuddin (STS Jambi).

H.M.O Bafadhal lahir tahun 1914 di Kampung Pasar, di depan Masjid Raya Magatsari di

Pasar Jambi. Keluarganya adalah imigran dari Hadramaut yang datang ke Palembang sekitar

abad ke-18. Ayahnya bernama Umar BIN Abubakar Bafadhal dan ibunya Halimah binti Utsman.

Waktu kecil ia biasa dipanggil Muhammad. Ia diambil anak angkat oleh Abdul Rahman

Bafadhal alias Walid Laut. Walid Laut tidak hanya kaya tetapi juga sangat peduli dengan

pendidikan. Keluarganya adalah imigran dari Hadramaut yang datang ke Palembang sekitar

abad ke-18 untuk beradaptsi dengan masyarakat melayu, dan jika sudah mulai mengerti dalam

6 http://sejarahri.com/sejarah-keturunan-arab-indonesia/
segi bahasa lalu menyebar ke Jambi.7 Ayahnya bernama Umar BIN Abubakar Bafadhal dan

ibunya Halimah binti Utsman.

Ketika H.M.O Bafadhal berusia sekitar empat tahun, Walid Laut membawanya ke Tanah

Suci. Setelah hampir dua tahun di Mekkah, Walid Laut membawa pulang H.M.O Bafadhal ke

Jambi. Tahun 1921 ia masuk ke sekolah dasar Belanda tamat (1927), ia melanjutkan

pendidikannya di Jamiat Al-Khoir, Jakarta. Tamat dari Jamiat Al-Khoir (1931), H.M.O Bafadhal

kembali ke Jambi dan belajar di madrasah Nurul Iman. Syeikh H.M.O Bafadhal memang dikenal

sosok pemuda yang aktif dan kreatif. Ketika di Jakarta ia ikut kegiatan politik kepemudaan. Ia

ikut menghadiri pertemuan kepemudaan yang menyuarakan perlawanan terhadap pemerintahan

Kolonial Belanda. Pada tahun 1948 ia sempat terlibat dalam Partai Arab Indonesia, saat di

pimpin oleh A.R Baswedan. Ia juga memelopori berdirinya cabang Partai Masyumi di Jambi,

dan sempat aktif sebagai pengurusnya. Bahkan pada tahun 1960 sempat di angkat sebagai ketua

Partai Masyumi untuk Provinsi Jambi, tetapi kemudian ia mengundurkan diri, karena ingin lebih

fokus pada pengembangan pendidikan tinggi Islam di Jambi.8

H.M.O Bafadhal memprakarsai Kongres Alim-Ulama Jambi pada 5-8 Desember 1957.

Hasil kongres tersebut, di antaranya menyepakati pembentukan Majelis Ulama dan pembentukan

Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Jambi. YPI ini mempersiapkan pendirian Perguruan Tinggi

Islam di Jambi. Keberadaan Pendidikan Tinggi Islam di Jambi dirasa sangat mendesak, untuk

menampung para tamatan madrasah-madrasah yang ingin melanjutkan pendidikan mereka ke

tingkat yang lebih tinggi. Selama ini, tamatan madrasah di Jambi bila ingin melanjutkan

pendidikan harus pergi ke Padang, Padang Panjang atau Bukit Tinggi. Dengan keluarnya UU No.

19 tahun 1957. Syarat untuk mendirikan perguruan tinggi atau institut merupakan memiliki tiga
7 Wawancara DR. Ali Muzakir, M.Ag Dosen UIN Dekan 1 di Fakultas Adab dan Humaniora tanggal 25
november 2020
8 Jurnal Muthiah Bafadhal, Nur Agustiningsih Sejarah Komunitas Keturunan Bafadhal Di Bidang
Pendidikan Islam Tahun1937-1967 Di Kota Jambi
fakultas, pada masa itu IAIN hanya memiliki dua fakultas maka Syeikh HMO Bafadhal pun

melakukan kerja sama dengan STAI Syarif Hidayatullah atau yang saat ini di kenal dengan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta untuk menjadi fakultas Tarbiyah di IAIN Jambi yang kemudian di

setujui oleh Kementrian Agama Maka pada 7 November 1965 Panitia Persiapan Pembukaan

IAIN Jambi.

Akhirnya, berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 84 tahun 1967, berdirilah IAIN Sultan

Thaha Saifuddin Jambi.Sampai tahun 1979, H.M.O Bafadhal berulang kali merangkap jabatan

sebagai Dekan Fakultas Syariah sekaligus Pembantu Rektor di IAIN STS Jambi. Dari tahun

1976-1978 ia di tunjuk sebagai pejabat rektor, dan akhirnya di angkat sebagai rektor selama dua

periode dari tahun 1982- 1985. Ketika ia mengawali jabatan Rektor, jumlah dosen tetap baru 29

orang, dan jumlah mahasiswa 710 orang. Untuk memenuhi kebutuhan dosen, Syeikh HMO

Bafadhal meminjam dosen-dosen dari IAIN Palembang, IAIN Padang, dan IAIN Jakarta untuk

mengajar di Jambi. Pada tahun 1986 Prof HMO Bafadhal wafat, Syeikh HMO Bafadhal juga

meninggalkan kitab-kitab Kuning yang jumlah nya sangat banyak sehingga sebagian di berikan

ke beberapa perpustakaan jambi salah satunya Masjid Agung Al Fallah yang pada masa itu

memiliki perpustakaan.9

Syeikh HMO Bafadhal juga merupakan salah satu seorang penggagas/pendiri madrasah

Al-khairiyah di mana pada masa itu Madrasah Al-khairiyah merupakan satu-satunya di Jambi

yang madrasah bahkan beliau ikut serta dalam mengembangkan Al-khairiyah bersama Guru

Kyai Haji Hasan Anang Yahya atau yang di kenal dengan Guru Gemuk yang merupakan Kepala

Yayasan Nurul Iman yang ketiga. Mulai berdirinya madrasah Al-khairiyah tahun 1937, Syeikh

HMO Bafadhal bersama dengan Kyai Haji Hasan Anang Yahya mendirikan madrasah Al-

9 Wawancara Habib Muhammad Bafadhal M.Ag, tanggal 19 Oktober 2020 Jambi Luar Kota Sungai Duren
khairiyah hingga Madrasah Tersebut berkembang pesat, Pekerjaan ini pun tidak berlangsung

sampai setahun karena ia mendapat tawaran untuk belajar di Madrasah Darul Ulum, Mekah. Ia

masuk pendidikan setingkat Aliyah, yang diselesaikannya selama tiga tahun. Setelah pulang ke

tanah air, H.M.O Bafadhal segera memperbaiki sistem pengajaran di Madrasah Al-Khairiyah.

Madrasah ini menjadi lebih terbuka, dibandingkan dengan madrasah di Seberang Kota Jambi.

Siswanya tidak harus memakai kain dan peci. Dalam pengajaran, H.M.O Bafadhal tidak lagi

hanya menekankan pada hafalan, tetapi juga di berikan syarah terhadap kitab-kitab yang dibaca.

Untuk memperkuat kompetensi guru-guru madrasah, H.M.O Bafadhal membentuk organisasi

An-Nahdhatul Ishlamiyah pada tahun 1941. Organisasi ini melatih para guru madrasah dalam

mengajar dan berdakwah. Anggotanya juga diajarkan membaca kitab-kitab kuning dan

penguasaan hukum-hukum Islam. Setiap hari jumat diadakan pertemuan di Madrasah Al-

Khairiyah.

Foto Syeikh HMO Bafadhal, Sungai Duren Kabupaten Muaro Jambi

Sumber : Dokumen Pribadi, Qori Khasanah (2020).

Memasuki tahun 1940, H.M.O Bafadhal semakin terkenal tidak hanya sebagai guru

madrasah tetapi juga penggiat dakwah dan mengisi pengajian disejumlah masjid. Ia dipercaya
sebagai khatib jum’at di Majid Raya Magatsari. Masjid ini dikelola warga keturunan Arab. Masa

itu, khutbah masih menggunakan Bahasa Arab. Tahun 1946, H.M.O Bafadhal memperkenalkan

khutbah berbahasa Indonesia. Pada awalnya sempat menimbulkan kegaduhan dikalangan

jamaah. Tetapi lambat-laun bisa diterima. Sosok H.M.O Bafadhal sebagai orang yang berilmu

dan alim tersebar luas. Saat diperkenalkan diri, namanya di sebut Muhammad Umar. Tetapi

nama tersebut lebih populer di panggil “M.O”. Semenjak itu, di kalangan masyarakat dan bahkan

kemudian juga di kalangan akademisi memanggilnya “Pak M.O”. Untuk penulisan nama secara

lengkap sering ditulis H.M.O Bafadhal.

Setelah Indonesia merdeka, H.M.O Bafadhal diangkat menjadi Kepala Kantor Agama

untuk wilayah Jambi, Dalam suatu musyawarah kepala-kepala kantor Agama diputuskan

perlunya mendirikan lembaga pendidikan tinggi pada masing-masing wilayah. Sebagai tindak

lanjut dari musyawarah tersebut, H.M.O Bafadhal memprakarsai Kongres Alim-Ulama Jambi

pada 5-8 Desember 1957. Hasil kongres tersebut, di antaranya menyepakati pembentukan

Majelis Ulama dan pembentukan Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Jambi. YPI ini

mempersiapkan pendirian Perguruan Tinggi Islam di Jambi. Keberadaan Pendidikan Tinggi

Islam di Jambi dirasa sangat mendesak, untuk menampung para tamatan madrasah-madrasah

yang ingin melanjutkan pendidikan mereka ke tingkat yang lebih tinggi.

Tahun 1967 IAIN STS Jambi diresmikan sebelum peresmian merupakan masih bernama

SP IAIN belum menjadi Institut hanya, disinilah Hmo Bafadhal ikut serta dalam pendirian IAIN

Hmo Bafadhal mengajukan untuk mendirikan IAIN, dimana pada saat itu untuk menjadi

memiliki syarat untuk mendirikan perguruan tinggi atau pun institut merupakan memiliki Tiga

Fakultas, pada masa itu IAIN hanya memiliki dua fakultas maka Syeikh HMO Bafadhal pun

melakukan kerja sama dengan STAI Syarif Hidayatullah atau yang saat ini dikenal dengan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta untuk menjadi fakultas Tarbiyah di IAIN Jambi yang kemudian

disetujui oleh Kementrian Agama K. H. Saifuddin Zuhri Maka pada 7 November 1965 Panitia

Persiapan Pembukaan IAIN Jambi. Akhirnya, berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 84 tahun

1967, berdirilah IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.Sampai tahun 1979, setelah berdiri IAIN

ada komitmen HMO Bafadhal dengan kementrian Agama K. H. Saifuddin Zuhri dalam

peresmian IAIN yaitu untuk memasukkan nama beliau ke dalam nama Institut IAIN agar

menjadi kenang-kenangan maka setelah peresmian IAIN menjadi IAIN Sultan Thaha Saifuddin

Jambi dan tambahan Sultan Thaha yang merupakan Pahlawan Jambi.10

1.2 Rumusan Masalah

Setelah memahami latar belakang masalah yang dikemukan diatas, maka penulis hendak

menjelaskan Syeikh M.O Bafadhal dan peran nya dalam bidang Pendidikan Islam di Jambi

dengan mengemukan rumusan-rumusan masalah yang hendak diteliti. Dalam melakukan suatu

penelitian, rumusan masalah menjadi landasan yang sangat penting dari sebuah penelitian kerena

dapat mempermudah penelitian dalam proses pengumpulan data dan analisis data.

Permasalahan-permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang kehidupan syeikh M.O Bafadhal

2. Bagaimana peran Syeikh M.O Bafadhal dalam bidang pendidikan islam di Jambi

3. Bagaimana pengaruh MO Bafadhal dalam pendidikan islam terhadap kehidupan sosial?

10 Wawancara Dr. Husein Bafadhal, LC, M. Ag. Dosen UIN Cucu Syeikh HMO Bafadhal tanggal 22
November 2020 Jambi Luar Kota Sungai Duren
1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian dan penulisan penelitian ini terarah dan sesuai dengan masalah yang akan

dikaji, maka diperlukan suatu batasan, baik itu batasan waktu/temporal maupun batasan

wilayah/daerah. Pada penelitian ini penulis membatasi wilayah hanya di Kota Jambi sebagai

sumber Syeikh M.O Bafadhal dan perananya dalam bidang Pendidikan Islam di Jambi.

1. Scope spasial : pembatasan topik ini secara spasial mencakup aspek peran, baik di bidang

sosial maupun dibidang pendidikan. Dalam kedua bidang tersebut Syeikh HMO Bafadhal

memiliki peran penting dalam memperkembangkan pendidikan islam di Kota Jambi.

2. Scope temporal : pembatasan topic ini secara temporal mencakup rentang waktu 1937-

1986 di mana Syeikh Hmo Bafadhal memulai aktif dalam bidang Pendidikan Islam di Kota

Jambi pada tahun 1937 sebagai Guru Madrasah Hmo Bafadhal juga aktif dalam kegiatan

kepemudaan dan juga aktif dalam kegiatan politik, selain itu pula pernah menjabat ketua MUI

dan YPI. dalam pendirian IAIN Hmo Bafadhal pun memiliki andil, sebelum menjadi IAIN atau

masih menjadi SP IAIN Jambi beliau di kenal sebagai dosen dalam bidang Hadist dan Fiqih,

setelah resmi menjadi IAIN STS Jambi Jambi Hmo Bafadhal berulang kali merangkap Jabatan

sebagai Dekan Fakultas Syariah sekaligus membantu rektor di IAIN STS Jambi. Dari tahun

1976-1978 ia ditunjuk sebagai pejabat rektor, dan akhirnya diangkat sebagai rektor selama dua

periode dari tahun 1978-1982 dan 1982-1985 tahun 1980 HMO Bafadhal diangkat sebagai Guru

Hadist banyak yang telah dilakukan untuk memajukan IAIN STS Jambi hingga tahun 1986

beliau wafat.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

2. Untuk mengetahui latar belakang kehidupan Syeikh HMO Bafadal


3. Untuk mengetahui peran Syeikh HMO Bafadhal dalam bidang pendidikan Islam di Jambi

4. Untuk mengetahui pengaruh MO Bafadhal dalam pendidikan Islam terhadap kehidupan Sosial

2. Manfaat Penelitian

Setelah mengemukakan latar belakang permasalahan dalam penelitian ini, serta

merumuskannya kedalam beberapa permasalahan yang hendak di teliti, maka di dapat tujuan

yang mempunyai manfaat bagi orang banyak. Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut.

a. Untuk memperkaya khasanah penelitian biografi seorang tokoh pendidikan salah satunya

Syeikh M.O Bafadhal yang berada di kota Jambi yang secara teoritis bermanfaat sebagai

bahan perbandingan penelitian lanjutan yang lebih mendalam.

b. Dalam segi praktis, penelitian ini bermanfaat sebagai informasi dan refleksi Sejarah

pendidikan Islam yang ada di kota Jambi terutama untuk masyarakatnya .

c. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dalam

rangka memperdalam dan menerapkan wawasan yang diperoleh selama mengikuti kuliah pada

Program Ilmu Sejarah Universitas Jambi. Setelah itu penelitian ini dapat menjadi bahan

pengetahuan kepada mahasiswa Jambi khususnya mahasiswa Universitas Jambi mengenai

tokoh pendidikan Islam Syeikh M.O Bafadhal.

1.5 Kerangka Konseptual

Yang menjadi sorotan fokus penelitian yaitu sejarah pemikiran adalah terjemahan dari

history of thought,”history of ideas, atau intellectual history. Sejarah pemikiran dapat di

definisikan sebagai the study of role of ideas in historical events and process. Mengenai sejarah

pemikiran R. G. Collingwood dalam The Idea Of History mengatakan di antaranya, bahwa(1)

semua sejarah adalah sejarah pemikiran, (2) pemikiran hanya mungkin dilakukan oleh individu
tunggal, dan (3) sejarawan hanya melakukan kembali (reenactment) pikiran masa lalu itu. Jenis

pemikiran itu bisa bermacam-macam. Pemikiran bisa mengenai politik, agama, ekonomi, sosial

hukum filsafat, budaya, dan sebagainya yang akan kita sebut sebagai pemikiran teoritis . tugas

sejarah pemikirean ialah (1) membicarakan pemikiran-pemikiran besar yang berpengaruh pada

kejadian sejarah, (2) melihat konteks sejarah tempat ia muncul, tumbuh, dan berkembang

(sejarah di permukaan). Dan (3) pengaruh pemikiran pada masyarakat bawah, yaitu mencari

“hubungan antara para flsuf, kaum intelektual para pemikir , dan cara hidup yang nyata

(actual) dari jutaan orang yang menjalankan tugas peradaban”, kata Crane Brinton dalam The

Shaping of Modern Thought.11

Penulisan tentang Peran Syeikh HMO Bafadhal ini mengarah pada sejarah pemikiran

menggambarkan pemikiran-pemikiran dari seorang tokoh yang memiliki peranan penting bagi

kehidupan sosial masyarakat masa itu. Syeikh HMO Bafadhal memiliki peran penting didalam

masyarakat jambi. Beliau seorang Ulama keturunan Arab Hadramaut yang mengembangkan

Pendidikan Islam di Jambi membangun sekolah-sekolah Islam seperti Madrasah dan UIN atau

yang dikenal pada masa itu IAIN Jambi yang sebelumnya masih belum menjadi Institut namun

diperjuangkan menjadi Institut oleh Syeikh HMO Bafadhal bukan hanya berperan dalam

mengembangkan pendidikan islam beliau juga aktif dalam penyebaran agama islam melalui

dakwah-dakwahnya.

Syeikh HMO Bafadhal dalam bidang


Pendidikan Islam di Kota Jambi

Sejarah Intelektual

11 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah “Sejarah Pemikiran” hlm 189


Peran Syeikh HMO Bafadhal dalam Peran Hmo Bafadhal dalam Pendidikan
bidang Pendidikan Islam di Kota Islam Terhadap Kehidupan Sosial
Bagan 1.1. Kerangka
Jambi Konseptual Masyarakat di Kota Jambi

1.6 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait (review of

literature) yang berfungsi di antaranya untuk mengetahui manfaat penelitian sebelumnya,

menghindari duplikasi. Sepengetahuan penulis, pembahasan tentang Peran Syeikh HMO

Bafadhal dalam Bidang Pendidikan Islam di Jambi (1937-1967) belum ada yang membahas,

namun mengenai tulisan-tulisan seperti jurnal sudah ada. Penulis telah berusaha mengumpulkan

sejumlah sumber pustaka yang membahas pokok yang berkaitan dengan apa yang diteliti, tidak

hanya dalam bentuk buku-buku tetapi juga dalam bentuk skripsi, tesis dan arsip serta jurnal yang

berkaitan. Peran Syeikh HMO Bafadhal dalam Bidang Pendidikan Islam di Jambi pada tahun

1937-1959 belum begitu banyak disinggung dalam artikel sejarah atau jurnal dan buku, namun

cukup banyak yang membahas dalam aspek lain berikut beberapa tulisan yang membahas

tentang Peran Syeikh HMO Bafadhal Dalam Bidang Pendidikan Islam di Jambi 1937-1967.

pertama, Skripsi yang di tulis oleh Muthiah Bafadhal Sejarah Keturunan Bafadhal

Universitas Batanghari, penelitian ini meneliti tentang datangnya bangsa Arab ke Jambi terutama

kaum Masyaikh yaitu Bafadhal, Bafadhal sendiri merupakan sebuah marga yang memiliki

komunitas, komunitas Bafadhal sendiri banyak berperan penting dalam bidang pendidikan islam

terutama dalam membangun Sekolah-sekolah Islam seperti madrasah, selain membahas

mengenai peran Bafadhal dalam bidang pendidikan Islam di Kota Jambi penelitian ini juga

membahas mengenai silsilah keluarga Bafadhal yang merupakan keturunan Arab, selain itu juga

penelitian ini banyak membahas mengenai situasi kehidupan agama dan Sosial Budaya
masyarakat komunitas keturunan Bafadhal di Kota Jambi.12 Penelitian saya melihat dari sudut

pandang seorang tokoh ulama yang merupakan Bafadhal yaitu, Peran Syeikh Hmo Bafadhal

dalam bidang Pendidikan Islam di Kota Jambi.

Kedua, mengenai jurnal penelitian tentang Transformasi Pendidikan Islam Di Jambi Dari

Madrasah ke Pesantren (Ali Muzakir) Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas Islam Negeri

Jambi (UIN) 2017, Penelitian ini meneliti tentang seajarah pendidikan Islam seprti madrasah,

nama madrasah sengaja dipilih oleh ulama-ulama Jambi karena terinspirasi dari pengalaman

mereka ketika menuntut ilmu di Makkah. Dalam praktiknya, madrasah-madrasah tersebut

menjalankan fungsinya sebagai pendidikan Islam tradisional. Pendidikan Islam tradisional adalah

pengajaran islam yang bersumber pada karya-karya ulama klasik priode abad ke -8 sampai ke

-13. Secara kelembagaan pendidikan Islam tradisional memiliki lima unsur penting yaitu

pondok, masjid, kitab kuning, santri, dan kyai. HMO Bafdhal yang merupakan seorang ulama

keturunan Arab yang termasuk mengembangkan pendidikan Islam Madrasah, bersama–sama

dengan Kemas A. Ghaffar Dung dan Abdul Syukur bin Abdillah membangun madrasah Al-

khairiyah pada tahun 1936. Mudir pertama yang ditunjuk Syaikh Hasan bin Anang Yahya (1893-

1938), seorang ulama yang berpengaruh dan tamatan dari Timur Tengah. Syaikh Hasan pernah

aktif di PTSI dan mantar mudir Nurul Iman, M.O Bafadhal menariknya sebagai Syaikh Hasan,

Al khairiyah menampilkan pandangan yang lebih terbuka. Misalnya, ketika datang ke madrasah,

murid-murinya tidak harus memakai kain sarung dan peci: dalam bidang pembelajaran selain

menekankan penghafalan isi kitab juga perlu di-syarah untuk meningkatkan kompetensi.13

12 Skripsi Muthiah Bafadhal Sejarah Komunitas Keturunan Bafadhal Di Bidang Pendidikan Islam Pada
Tahun 1937 – 1967 Di Kota Jambi”
13 Ali MuzakirTransformasi Pendidikan Islam di Jambi dari Madrasah ke Pesantren fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Negeri Islam Jambi Jurnal of Islamic vol.3 no. 1 januari-juni 2017
Berbeda dengan penelitian saya penelitian saya akan membahas perubahan-perubahan apa yang

telah di lakukan Syeikh HMO Bafadhal dalam kurikulum pendidikan Islam di Kota Jambi.

Ketiga jurnal yang di tulis oleh Muthiah Bafadhal dan Nur Agustiningsih yaitu Sejarah

Komunitas Bafadhal di Bidang pendidikan Islam di Jambi 1937-1967 Universitas Batanghari,

pada penelitian ini Muthiah Bafadhal meneliti mengenai Sejarah komunitas Bafadhal Dalam

Bidang Pendidikan Islam di Jambi unsur-unsur yang terkandung dalam penelitian Muthiah

Bafadhal yaitu peran Komunitas Bafadhal dalam pendidikan Islam di Jambi dimana Komunitas

Bafadhal memiliki peran penting dalam berkembang nya pendidikan Islam di Jambi terutama

dalam mendirikan sekolah-sekolah Islam seperti madrasah, dan juga ikut sertama dalam

menyebarkan agama Islam melalui dakwah-dakwah. Bafadhal mulai ada di provinsi Jambi

ketika Husein bin Ahmad Baraqhbah, salah satu suku Baraqhbah, mengajak Ahmad Soufi

Bafadhal dan beberapa teman lainya untuk hijrah ke Jambi. Selain untuk berdagang hijrah nya

mereka tidak lain adalah untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam. Dikatakan Fauzi keluarga

besar Bafadhal mengikuti ajaran Imam Syafi’I dan menjalankan syariat-syariat Islam. Hingga

saat ini sudah ada sekitar ratusan keturunan Bafadhal yang ada di Kota Jambi yang berasal dari

keturunan Syeikh Ahmad Soufi yang telah di abadikan oleh keluarga besar Bafadhal. 14 penelitian

diatas berbeda dengan penelitian saya jika penelitian diatas lebih fokos terhadap peran sebuah

kelompok Bafadhal maka penelitian saya hanya fokus terhadap peran seorang tokoh ulama yang

merupakan keturanan Bafadhal.

Ke empat sebuah disertasi karya Fauzi Mo Bafadhal yang berjudul Sejarah Sosial

Pendidikan Islam di Jambi : Studi Terhadap Madrasah Nurul Iman. Dalam disertasinya,

Bafadhal menulis keadaan sosial di Jambi sebelum didirikan Madrasah Nur AL-Iman. Kemudian

14 Muthiah Bafadhal, Nur Agustiningsih Sejarah Komunitas Keturunan Bafadhal Di Bidang Pendidikan Islam
Di Kota Jambi 1937-1967 Jurnal Ilmiah Vol. 3 No 1 2019 April
ia menjelaskan profil Madrasah Nur Al-Iman termasuk para guru-guru yang mengajar. Hanya

saja meskipun Bafadhal menulis banyak ulama Makkah yang menjadi guru ulama di Jambi dia

tidak memfokuskan pada jaringanya. Bafadhal fokus membahas Madrasah sebagai lembaga yang

berkontribusi terhadap sosial pendidikan di Jambi. 15 penelitian diatas berbeda dengan penelitian

saya, penelitian saya akam membahas dampak perkembangan Pendidikan Islam di Kota Jambi.

1.7 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah jalan, cara, atau petunjuk teknis dalam melakukan proses

penelitian. Metode sejarah dalam pengertian umum adalah suatu penyelidikan permasalahan

dengan mengaplikasikan jalan pemecahannya dari pandangan historis. 16 Langkah-langkah yang

di tempuh dalam penelitian sejarah terdapat empat langkah, yaitu: Heuristik (pengumpulan

sumber) data, verifikasi (Kritik), Interpretasi (penafsiran atau analisis), dan Historiografi

(penulisan sejarah).17

a. Heuristik

Heuristik merupakan langkah pertama yang dilakukan ketika akan melakukan penelitian

sejarah yaitu dengan mengumpulkan sumber-sumber yang akan diteliti. Dalam penelitian ini,

peneliti telah melakukan studi pustaka. Studi pustaka awalnya dilakukan dengan mengunjungi

Perpustakaan daerah provinsi Jambi, dimana penulis menemukan beberapa sumber primer.

Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis tahap pertama yaitu survey lapangan, yaitu

dengan mewawancara cucu Syeikh HMO Bafadhal, Habib Muhammad Bafadhal M.Ag, Dosen

UIN Jambi pada tanggal 19 Oktober 2020 Jambi Luar Kota Sungai Duren, yang dianggap

paham mengenai Syeikh HMO Bafdhal semasa hidupnya. Kemudian peneliti mewawancarai

cucu dari Syeikh HMO Bafadhal yaitu Dr. Husein Bafadhal, Lc, M. Ag Dosen UIN Jambi pada
15 Fauzi Mo Bafadhal, Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Jambi, Studi Terhadap Madrasah Nurul Iman,
(Disertasi UIN Syarih Hidayatullah, Jakarta, 2018)
16 Dudung Abdurrohman, Metode Penelitian Sejarah, hlm, 53
17 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta; Tiara Wacana, 2013), hlm. 91.
tanggal 16 November 2020 yang merupakan cucu Syeikh HMO Bafadhal yang di anggap

mengetahui tentang peran Syeikh HMO Bafdhal dalam Bidang Pendidikan Islam di Jambi di

karenakan ibu dari Dr. Husein Bafdhal, Lc, M. Ag merupakan anak dari ibu yang paling dekat

dengan Syeikh HMO Bafadhal , selain itu pula Dr. Husein Bafdhal, Lc, M. Ag juga merupakan

pengurus ataupun kepala Madrasah Al Khairiyah yang dibangun oleh Syeikh HMO Bafadhal.

Peneliti juga mewawancarai DR. Ali Muzakir, M.Ag Dosen UIN yang merupakan sejarawan

jambi yang juga menjabat sebagai Dekan 1 di Fakultas Adab dan Humaniora, yang juga sedikit

banyak nya mengetahui mengenai pembangunan IAIN yang dilakukan oleh Syeikh HMO

Bafadhal .

Selanjutnya untuk mendapatkan sumber yang lebih valid. Maka adalah suatu upaya untuk

menghimpun jejak sejarah dengan cara terjun langsung ke lapangan. Teknik ini sangat

bermanfaat untuk bahan perbandingan antara data dari berbagai sumber tertulis dengan keadaan

sesungguhnya.Penulis melakukan observasi terhadap tempat-tempat di Jambi yang menjadi

tempat kegiatan Syeikh HMO bafadhal dalam mengembangankan Pendidikan Islam di Jambi

seperti Madrasah Al-Khairiyah, Universitas Islam Negeri Jambi atau pada masa itu masih IAIN

Jambi, dan juga Masjid Raya Magatsari Pasar Jambi, penulis juga mengabadikan gambar

bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah Syeikh HMO Bafadhal.

Untuk menggali informasi di lapangan, maka wawancara adalah salah satu metode yang

harus digunakan. Sebab wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang berupa

tanggapan pribadi, pendapat atau opini serta keyakinan. Metode wawancara juga mencakup cara

yang digunakan untuk suatu tujuan khusus dengan cara mencari keterangan atau pendapat secara

lisan dari seorang responden dengan bercakap-cakap dan berhadapan muka mengenai apa yang

dirasakan, dipikirkan dan diakuinya.


Dalam teknik wawancara ini penulis mendapat sumber-sumber lisan dari beberapa

informan. Metode sejarah lisan ini di gunakan sebagai metode pelengkap terhadap bahan

dokumenter.

b. Kritik Sumber

Kritik sejarah dibagi menjadi dua macam, yaitu: autentisitas, atau keaslian sumber atau

kritik ekstern, dan kredibilitas atau kebiasaan dipercayai atau kritik intern. 18 Kritik ekstern yaitu

untuk mencari keaslian data yang sudah di temukan baik berupa dokumen atau pun artifact yaitu

dengan cara meneliti keadaan fisiknya. Jika benda tersebut berupa dokumen maka hal yang perlu

di lakukan yaitu meneliti kertasnya, tintanya, gaya tulisannya, bahasanya, kalimatnya,

ungkapannya, kata-katanya, hurufnya, dan semua penampilan luarnya. Jika benda tersebut

berupa artifact maka yang perlu di lakukan yaitu meneliti bahan yang di gunakan, ketebalannya

dan semua keadaan fisiknya.

Kritik Intern yaitu untuk mencari keaslian data yang sudah ditemukan baik berupa

dokumen atau pun artifact yaitu dengan cara meneliti keadaan dalamnya, apakah isi yang

terkandung dalam benar dan dapat dipercaya, kredibel dan reliabel. Jika benda tersebut berupa

dokumen maka hal yang perlu dilakukan yaitu harus mengetahui apa yang disampaikan didalam

dokumen tersebut dan harus mendatangkan saksi yaitu orang yang mengetahui informasi

tersebut.

c. Interpretasi

Interpretasi adalah upaya penafsiran atas fakta-fakta sejarah dalam kerangka rekonstruksi

realitas masa lampau untuk memberikan kembali relasi antara fakta-fakta. Interpretasi atau

penafsiran sering juga disebut dengan analisis sejarah. Analisis sejarah itu sendiri bertujuan

18 Gottschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia
melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang di peroleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-

sama dengan teori di susunlah fakta itu ke dalam suatu intefretasi yang menyeluruh.19 Interpretasi

terdiri dari dua macam, yaitu analisis dan sintesis. Analisis yaitu menguraikan, jadi fakta-fakta

yang sudah di dapatkan itu diuraikan atau dipisahkan menurut informasi yang didapatkan.

Sedangkan sintesis yaitu menyatukan jadi fakta-fakta yang sudah dikumpulkan itu disatukan satu

sumber dengan sumber yang lain agar mengetahui perpaduan diantara sumber-sumber tersebut.

Dalam tahapan ini fakta-fakta yang di dapatkan dirangkai sehingga menjadi satu kesatuan kata

dan kalimat yang tepat.20

d. Historiografi

Historiografi merupakan fase terakhir dalam metode sejarah yang merupakan cara

penulisan, pemaparan, atau pelaporan sejarah yang telah dilakukan. Dalam penulisan sejarah

(Historiografi) di perlukan aspek kronologi yang sesuai. Penyajian penulisan dalam bentuk

tulisan mempunyai tiga bagian: pengantar, penulisan, dan kesimpulan. Setiap bagian biasanya

terjabarkan dalam bab-bab atau sub-bab yang jumlahnya tidak ditentukan secara mengikat, yang

penting antara satu bab dengan bab yang lain harus ada pertalian yang jelas.21

Menurut G.R Elton penulisan sejarah dapat dikembangkan melalui tiga kategori bentuk

penulisan yaitu: pertama, naratif, bentuk penulisan ini dipergunakan untuk mengisahkan suatu

cerita dan alur peristiwa-peristiwa menurut sekuensi waktu dan selalu bersifat kronologis.

Kedua, deskriptif yaitu berupaya membentangkan masa lampau tanpa dengan memberikan

dimensi-dimensi perubahan dalam waktu, fakta-fakta tersusun dari satu kesatuan; ketiga,

analitik, model penulisan ini lebih di utamakan lebih menampilkan analisis dan solusi suatu

masalah. Struktur penulisan analitik lebih mengedepankan problem-problem dan bagian-bagian

19 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian sejarah Islam (Yogyakarta; Ombak, 2011), hlm,.84
20 Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif . Jakarta: Pustaka Jaya
21 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu, hlm,. 80
komponennya, bukti-bukti yang di kumpulkan oleh sejarahwan, dan menunjukan melalui

argumen-argumen yang rasional, bagaimana menguasi bukti-bukti ini dapat menolong

memecahkan problem-problem yang sedang dihadapi dan di pikirkan.22

1.8 Sistematika Penulisan

Secara sistematis penulisan ini dibagi kedalam lima bab, antara satu bab dengan bab

berikutnya saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan untuk memperjelas apa yang akan

diungkapkan dalam tulisan ini. Untuk memperjelas apa yang diungkapkan diatas berikut

sistematika penulisan ini yaitu :

BAB I : pendahuluan yang terdiri dari sub bagai berikut : Latar Belakang, Rumusan Masalah,

Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori dan Tinjauan Pustaka.

BAB II : mengenai gambaran umum daerah penelitian yang menggambarkan tentang lokasi

wilayah penelitian Kota Jambi yaitu geografi dan demografi wilayah penelitian

BAB III : berisi tentang latar belakang kehidupan Syeikh HMO Bafadhal baik dalam segi

keluarga dan pendidikan.

BAB IV : yang terdiri dari sub bab sebagai berikut : Peran Syeikh HMO Bafadhal dalam bidang

Pendidikan Islam di Jambi pada tahun 1937-1986 membahas tentang peranan Syeikh HMO

Bafadhal dalam bidang Pendidikan Islam dan Mengembangkan Pendidikan Islam serta berperan

penting dalam menjadi guru besar maupun Rektor IAIN dan juga aktif sebagai Ulama

menyebarkan agama Islam melalui dakwah-dakwa beliau.

BAB V : merupakan pembahasan terakhir dan penutup dari keseluruhan rangkaian pembahasan.

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

22 Ibid
1.3 Ruang Lingkup Penelitian

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5 Kerangka Konseptual

1.6 Tinjauan Pustaka

1.7 Metode Penelitian

1.8 Sistematika Penulisan

Bab II Sejarah Jambi

2.1 Sejarah Kota Jambi

2.2 Letak Geografis Wilayah Kota Jambi

2.3 Pendidikan Islam Masa Kolonial Jambi

BAB III RIWAYAT HIDUP SYEIKH HMO BAFADHAL

3.1 Silsilah Keluarga

3.2 Masa Kecil HMO Bafadhal

3.3 Kontekstual Sosial, Ekonomi, Politik Kehidupan HMO Bafadhal

3.4 Pendindidikan Syeikh HMO Bafadhal

3.5 Pertemuan Dengan Jodoh

BAB IV KIPRAH PROF. SYEKH HMO BAFADHAL DALAM MENGEMBANGKAN


PENDIDIKAN ISLAM KOTA JAMBI

4.1 Peran Syeikh HMO Bafadhal Dalam Bidang Pendidikan Islam di Kota Jambi

Bab V Penutup

5.1 kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai