Anda di halaman 1dari 135

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN CRITICAL


THINKING PADA MATERI PPKN KELAS X di SMA
NEGERI 1 PRINGSEWU

(Skripsi)

Oleh:

NOVIA RISTIANI
1913032053

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN CRITICAL
THINKING PADA MATERI PPKN KELAS X di SMA
NEGERI 1 PRINGSEWU

Oleh:

NOVIA RISTIANI

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi PPKn

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG

2023
ABSTRA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING


DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN CRITICAL
THINKING PADA MATERI PPKN KELAS X di SMA
NEGERI 1 PRINGSEWU

OLEH
NOVIA RISTIANI

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan


mendeskripsikan pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Snowball Thinking
Dalam Meningkatkan Keterampilan Critical Thinking Pada Materi PPKn Kelas X
di SMA Negeri 1 Pringsewu . Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah quasi eksperimen atau eksperimen semu dengan pendekatan kuantitatif.
Subjek penelitian ini adalah peserta didik di SMA Negeri 1 Pringsewu. Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 76 responden yang terdiri dari 36 responden kelas
eksperimen dan 36 responden kelas kontrol. Teknik penghitungan data
menggunakan bantuan SPSS versi 20. Berdasarkan hasil perhitungan uji
Independent Samples Test yang digunakan dalam penelitian ini dihasilkan bahwa
terdapat pengaruh adanya model pembelajaran snowball thinking dalam
meningkatkan keterampilan critical thinking pada materi PPKn kelas X di SMA
Negeri 1 Pringsewu yang berdasarkan uji N-Gain Score mempunyai efektifitas
sebesar 58,5 % yang dapat dikategorikan cukup efektif. Penerapan model
snowball throwing dilakukan mampu memadukan pendekatan yang komunikatif,
integratif, dan keterampilan proses, seperti hal nya dibuat beberapa kelompok
yang kemudian masing-masing peserta didik melemparkan pertanyaan yang
sudah dituliskan dalam kertas yang dibentuk bola yang kemudian menjawab
pertanyaan dari informasi yang sudah di analisis sehingga mampu meningkatkan
keterampilan critical thinking peserta didik.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Snowball Throwing, Critical Thinking

i
ABSTRAC

IMPLEMENTATION OF THE SNOWBALL THROWING LEARNING


MODELIN IMPROVING CRITICAL SKILLS THINKING
ON CLASS X PPKN MATERIALS at
SMAN 1 PRINGSEWU

By
NOVIA RISTIANI

The purpose of this research was to find out and describe the effect of applying
the Snowball Thinking Learning Model in Improving Critical Thinking Skills in
Class X PPKn Materials at SMA Negeri 1 Pringsewu. The research method used
in this research is quasi-experimental or quasi-experimental with a quantitative
approach. The subjects of this study were students at SMA Negeri 1 Pringsewu.
The sample in this study amounted to 76 respondents consisting of 36 respondents
in the experimental class and 36 respondents in the control class. The data
calculation technique used SPSS version 20. Based on the calculation results of
the Independent Samples Test used in this study, it was found that there was an
influence of the snowball thinking learning model in improving critical thinking
skills in PPKn class X material at SMA Negeri 1 Pringsewu based on the N-Gain
Score test has an effectiveness of 58.5% which can be categorized as quite
effective. The application of the snowball throwing model is able to combine
communicative, integrative approaches, and process skills, as in the case of
making several groups, then each student throws questions that have been written
on paper formed into balls which then answer questions from the information that
has been analyzed. so as to improve students' critical thinking skills.

Keywords: Snowball Thinking Learning Model, Critical Thinking Skills

i
KATA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Segala puji syukur penulis


ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wata‟ala, yang telah melimpahkan nikmat
yang tak terhitung, Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Serta Shalawat dan salam kepada Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam, selaku panutan yang memberi risalah yang baik
bagi umat islam.

Proposal yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing


Dalam Meningkatkan Keterampilan Critical Thinking Pada Materi PPKn kelas X
di SMAN 1 Pringsewu” merupakan sebuah karya ilmiah yang disusun penulis
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada
Falkultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Bandar Lampung, 06 Maret 2023


Penulis,

Novia Ristiani
NPM. 1913032053

v
RIWAYAT

Novia Ristiani merupakan Nama penulis. Penulis


dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 06
November 2000. Anak ketiga dari empat
bersaudara buah cinta kasih dari pasangan Bapak
Suwardi dan Ibu Umi Handayani. Penulis
menempuh Pendidikan dimulai dari Taman Kanak-
kanak di TK Aisyiyah 1 Pringsewu yang
diselesaikan pada tahun 2006.
Pendidikan Sekolah Dasar SD Muhammadiyah Pringsewu (lulus pada tahun
2012), melanjutkan Pendidikan di SMP La Tansa Lebak, Banten (lulus pada tahun
2015) dan melanjutkan Pendidikan di SMA Negeri 2 Pringsewu (lulus pada tahun
2018). Tahun 2018 penulis melanjutkan Pendidikan di salah satu Perguruan
Tinggi Negeri yang ada di Kota Bandar Lampung dan tercatat sebagai mahasiswi
Program Studi PPKn Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN. Selama kuliah, penulis
pernah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Pendidikan IPS (Himapis).
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan tujuan Yogyakarta-
Bandung-Jakarta Tahun 2022, melaksanakan salah satu mata kuliah wajib yakni
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Margodadi Kec. Sumberejo Kab.
Tanggamus. Dan penulis melaksanakan Kampus Mengajar Angkatan 2 di UPT
SD Negeri 2 Pringsewu Utara pada tahun 2021 semester 5. Kegiatan Kampus
Mengajar ini sekaligus konversi mata kuliah Pengenalan Lapangan Persekolahan
(PLP) 1 & 2.

v
MOTT

“Jangan Hanya Mendapatkan Tetapi Juga Memberi,


Jadilah Sumber Dari Segala Sumber ”
( Novia Ristiani)

v
PERSEMBAHA

Dengan mengharap ridho dan berkah dari Allah SWT, penulis mengucapkan
puji dansyukur atas rahmat dan karunia yang telah Allah SWT limpahkan
sehingga penulis dapat mempersembahkan karya ini sebagai tanda bakti
dan cinta kepada:
“ Kedua orang tuaku, Bapak Suwardi dan Almh. Ibu Umi Handayani yang aku
sayangi danaku cintai. Yang selalu menjadi alasan terbesarku untuk berjuang,
yang selalu menyayangi tanpa tapi, mendoakan dengan setulus hati, yang selalu
memberikan motivasi dan dukungan. Terima kasih telah merawatku dan menjaga
ku dengan penuh kasih sayang dan cinta yang tulus. Aku memohon maaf karna
aku belum bisa menjadi seseorang yang hebat, tetapi aku selalu berusaha untuk
membuat kalian tersenyum bangga melihatku dan tak lupa pula aku selalu berdoa
agar Bapak sehat selalu, diberi umur yang panjang, dan untuk Ibu, semoga kelak
kita bisa berkumpul bersama- sama di Surga-Nya Allah SWT. Bapak dan Ibu toga
dan gelar dibelakang namaku tidak akan ada jika tanpa jeri payah kalian.”
Serta

“Almamaterku Tercinta Universitas Lampung”

vi
SANWACAN

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karuniaNya yang sangat berlimpah sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing
dalam Meningkatkan Keterampilan Critical Thinking Pada Materi PPKn
Kelas X di SMA Negeri 1 Pringsewu”. Skripsi ini dibuat sebagai syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak
kekurangan. Pada kesempatan kali ini penulis hendak mengucapkan rasa terima
kasih kepada Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd. selaku dosen Pembimbing
Akademik sekaligus selaku dosen Pembimbing I dan Ibu Ana Mentari, S.Pd.,
M.Pd. selaku dosen Pembimbing II, serta semua pihak yang telah membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. Penulis juga hendak
menyampaikan rasa terimaksih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sunyono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan
Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
3. Bapak Albert Maydiantoro, S. Pd., M.Pd. selaku Wakil Dekan Bidang
Umum dan Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
4. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
5. Bapak Dedy Miswar, S.Si,M.Pd.. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.

i
6. Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung. Dan juga selaku dosen Pembimbing I
yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta motivasi,
dan nasehat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Ibu Ana Mentari, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II.
Terimakasihatas bimbingan, dukungan, semangat, ilmu, waktu, tenaga,
arahan, serta nasehatnya selama ini.
8. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd. M.Pd. selaku dosen Pembahas I atasmasukan dan
sarannya dalam pembuatan skripsi ini.
9. Ibu Nurhayati, S.Pd., M.Pd. selaku pembahas II terimakasih atas
sarandan masukannya.
10. Bapak dan Ibu dosen khususnya dosen Program Studi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas
Lampung yang dengan rela da ikhlas memberikan ilmu yang dimilikinya
kepada penulis.
11. Terimaksih kepada Ibu Nurhayati, S.Pd., M.Pd. selaku KoordinatorSeminar
yang telah membantu terselesainya skripsi ini.
12. Staf Program Studi PPKn Universitas Lampung yang telah
membantu penulis selama melaksanakan penelitian
13. Kepada diriku sendiri, Terimakasih karena mau terus berusaha dan
berjuang walaupun banyak rintangan. Untuk diriku terimakasih ternyata
dirimu mampun ada dititik ini walaupun sering kali ingin merasa menyerah,
kamu hebat.
14. Teristimewa untuk Ibuku, Almh Ibu Umi Handayani Wanita tercantik dan
terhebat sedunia. Terima kasih sudah merawatku, memberikan kasih yang
tulus selama ibu hidup, terimakasih sudah selalu meyakinkanku untuk bisa
melanjutkan kuliah sampai akhirnya novi ada ditahap ini , terimakasih untuk
setiap pengorbanan yang ibu berikan untuk novi, terimakasih untuk semua
dukungan ibu untuk novi walaupun ibu sudah tidak ada disamping novi
tetapi novi selalu ingat nasihat ibu untuk jadi anak yang kuat. Dan walau ibu
tidak bisa melihat toga dan gelar dibelakang namaku yang novi tau bahwa

x
ibu ingin sekali melihat novi lulus kuliah tapi aku selalu berdoa agar kelak
kita dapat bertemu di surganya Allah.
15. Terimakasih untuk Bapak Paling Ganteng sedunia Bapak Suwardi.
Terimakasih untuk segala usaha yang bapak usahakan agar Novi selalu
dapat memenuhi segala yang novi butuhkan. Terimakasih karena telah
menyayangiku, merawatku,terimakasih untuk segala harapan-harapan
yang bapak ucapkan yang membuat novi selalu ingin berjuang dan
berusaha.
16. Untuk kakak-kakakku dan adik tersayang, Mba Resi Wulansari, Mba Dwi
Kurnia Sari, dan adikku Faroq Bastian terimakasih atas semua dukungan,
motivasi, dan tingkah laku lucu yang kalian berikan kepada ku disaat aku
sedang lelah, letih dan lesu.
17. Terimakasih untuk sahabat terbaikku yang sudah membantu aku dan selalu
ada untuk aku yang senantiasa mensupport aku ketika aku sedang pusing
dengan fikiran (Gita,Erika,Rosa,Ratna,Reyvani,
Lusiana,Ara,Sinta,Rara,Shiha,Dede,Saadatul) terimakasih untuk segala
dukungan, canda tawa, kebersamaan, dan ketulusan dalam persabahatan
ini.
18. Terimakasih untuk teman-teman seperjuangan Skripsi ( Riska, Inayah,
Dewi,Rizal, Kukuh,Afsa,Ayu, Rachma,Evanti,Odi,Al
Fina,Anggun,Devia,Riyanti,Wilya,Carrolina,Bernilia,Indira,Genta,Ayu,
Afsa) Atas segala motivasi, dukungan, dan usaha kalian dalam menghibur
saya yang mudah sedih ini.
19. Teman-Teman Program Studi PPKn angkatan 2019 dan teman selamaKKN
(Rara,Anas,Desy,Kak Wahyu, Ranita, Renaldi,Zarladi,Arja,
Degit,Dika,Wisnu,kak Lua) terimakasih untuk kebersamaannya selama ini.
20. Suka duka kita bersama saat mencari ilmu masa depan kita kelak dan
tentunya untuk mencapai ridho Allah SWT Serta semua pihak yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telahbanyak membantu
sehingga penulisan ini dapat terselesaikan.

x
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
penyajiannya. Penulis berharap semoga dengan kesederhanaannya skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Bandar Lampung,6 Maret 2023
Penulis,

Novia Ristiani
NPM. 1913032053

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................iii
ABSTRACT...........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
RIWAYAT HIDUP...............................................................................................vi
MOTTO................................................................................................................vii
PERSEMBAHAN...............................................................................................viii
SANWACANA......................................................................................................ix
DAFTAR ISI.......................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL................................................................................................xv
DAFTAR BAGAN.............................................................................................xvii
DAFTAR GRAFIK...........................................................................................xviii

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah...................................................................................7
C. Pembatasan Masalah..................................................................................8
D. Rumusan Masalah......................................................................................8
E. Tujuan Penelitian.......................................................................................8
F. Kegunaan Penelitian..................................................................................8
G. Ruang Lingkup Penelitian.........................................................................9

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Model Snowball Throwing......................................................................11
B. Keterampilan Critical Thinking...............................................................17
C. Pembelajaran PPKn.................................................................................24
D. Kajian Penelitian Pendahuluan................................................................29
E. Kerangka Berpikir....................................................................................30

F. Hipotesis..................................................................................................34

xi
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian..............................................................35
B. Populasi dan Sampel................................................................................36
C. Variabel Penelitian...................................................................................37
D. Definisi Konseptual.................................................................................38
E. Definisi Operasional................................................................................38
F. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................40
G. Analisis Instrumen...................................................................................43
H. Teknik Analisis Data...............................................................................44
I. Langkah-Langkah Penelitian...................................................................48

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian.................................................54
B. Deskripsi Data Penelitian.........................................................................57
C. Pengamatan (Observasi)..........................................................................70
D. Uji Prasyarat Analisis..............................................................................76
E. Uji Hipotesis............................................................................................78
F. Pembahasan Hasil Penelitian...................................................................81

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan..............................................................................................93
B. Saran........................................................................................................93

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design........................36
Tabel 2. Jumlah Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Pringsewu.......................36
Tabel 3. Sampel Penelitian SMA Negeri 1 Pringsewu..........................................37
Tabel 4. Kualifikasi Persentase Skor Observasi Critical Thinking........................43
Tabel 5. Kriteria Interpretasi Koefisien Reliabilitas..............................................44
Tabel 6. Kategori Tafsiran N- Gain Score.............................................................48
Tabel 7. Hasil Uji Coba Validitas (Variabel Y) Kepada Sepuluh Responden
Diluar Populasi........................................................................................50
Tabel 8. Uji Reliabilitas (Variabel Y) kepada Sepuluh Responden diluar Populasi
............................................................................................................ 52
Tabel 9. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Pringsewu.....................................55
Tabel 10. Data Guru SMA Negeri 1 Ptingsewu....................................................56
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Eksperimen...........................59
Tabel 12. Hasil Analisis Nilai Pretest Kelas Eksperimen dengan Bantuan SPSS 20
............................................................................................................ 60
Tabel 12. Tabel 13. Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Eksperimen..........62
Tabel 14. Hasil Analisis Nilai Posttest Kelas Eksperimen dengan Bantuan SPSS
20.............................................................................................................63
Tabel 15. Rekapitulasi Hasil Analisis Statistik Nilai Pretest Posttest Kelas
Eksperimen dengan Bnatuan SPSS 20....................................................63
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol..................................65
Tabel 17. Hasil Analisis Nilai Pretest Kelas Kontrol dengan Bantuan SPSS 20 .
66 Tabel 18. Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol...........................67
Tabel 19. Hasil Analisis Nilai Posttest Kelas Kontrol dengan Bantuan SPSS 20.
68 Tabel 20. Rekapitulasi Hasil Analisis Statistik Nilai Pretest Posttest Kelas
Kontrol dengan Bnatuan SPSS 20...........................................................69
Tabel 21. Hasil Observasi Pertemuan 1 Kelas Eksperimen...................................70
Tabel 22. Hasil Observasi Pertemuan 2 Kelas Eksperimen...................................71
Tabel 23. Hasil Observasi Pertemuan 1 Kelas Kontrol.........................................72

x
Tabel 24. Hasil Observasi Pertemuan 2 Kelas Kontrol.........................................74
Tabel 25. Perbandingan Kelas Eksperimen dan Kontrol.......................................75
Tabel 26. Hasil Uji Normalitas dengan Bantuan SPSS 20....................................77
Tabel 27. Hasil Uji Homogenitas dengan Bantuan SPSS 20.................................78
Tabel 28. Hasil Uji Paired Sample t Test dengan Bantuan SPSS 20..............Error!
Bookmark not defined.
Tabel 29. Hasil Uji Independen Sample t Test dengan Bantuan SPSS 20............79
Tabel 30. Hasil Uji N Gain Score..........................................................................80

x
DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan 1. Kerangka Pikir........................................................................................33

xv
DAFTAR GRAFIK

Halaman
Grafik 1. Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Eksperimen............................60
Grafik 2. Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Eksperimen..........................62
Grafik 3. Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol...................................66
Grafik 4. Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol.................................68

xvi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang sedang dihadapi dalam dunia pendidikan
khususnya di sekolah lanjutan tingkat atas adalah rendahnya tingkat
keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pelajaran PPKn. Rendahnya
tingkat keterampilan berfikir kritis siswa disebabkan karena proses
pembelajaran yang dilakukan sehari-hari dinilai kurang efektif dalam
mengembangkan minat, bakat dan potensi yang ada di dalam diri peserta
didik. Salah satu faktor penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis
peserta didik adalah model pembelajaran. Menurut (Damanik Bukit , 2013)
menyatakan bahwa “Faktor penyebab tidak berkembangnya keterampilan
berpikir kritis yaitu kurikulum yang umunmya dirancang dengan target materi
yang luas sehingga guru lebih terfokus pada penyelesaian materi dan
kurangnya pemahaman guru terhadap model pembelajaran”.

Kemampuan berpikir kritis telah menjadi hal yang sangat diperhatikan dalam
perkembangan berpikir siswa. Hal itu dapat terjadi karena kemampuan
berpikir kritis siswa merupakan hal yang terpenting pada abad XXI saat ini.
Pada abad XXI peserta didik dituntut mampu mengikuti perkembangan
zaman yang sesuai dan baik bagi dirinya, salah satu mengikuti perkembangan
zaman yaitu dengan mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik yang
dengan baik. Urgensi berpikir kritis itu sangat penting di dunia pendidikan
karena akan merangsang penalaran kognitif siswa dalam memperoleh
pengetahuan. Berfikir kritis siswa diperlukan, dikarenakan selama proses
belajar siswa mengembangkan ide pemikiran terhadap permasalahan yang
terdapat di dalam pembelajaran.
Berpikir kritis juga menjadi salah satu dari 4 kompetensi dalam pembelajaran
2

yaitu kompetensi 4C. Dimana kompetensi critical thinking merupakan salah


satu indikator kompetensi 4C yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-
tugas yang seharusnya dilakukan oleh manusia tetapi tergantikan oleh robot.
Kompetensi 4C yang telah dilakukan oleh pengajar dan para siswa untuk
mencakup cara berfikir kritis, mengembangkan kreativitas, meningkatkan
kompetensi berkomunikasi dan pengembangan kolaborasi(Partono et al.,
2021).

Critical thinking merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh
peserta didik di abad 21. Berpikir kritis dan memecahkan masalah ini sangat
diperlukan dalam kehidupan untuk menganalisis suatu masalah dan
menemukan solusi untuk masalah yang muncul di era sekarang dan
kedepannya. Berpikir kritis merupakan suatu konsep pemecahan suatu
masalah dengan menganalisis secara mendalam untuk mendapatkan solusi
dari masalah yang terjadi. Untuk itu perlunya pelatihan berfikir kritis dengan
memberikan contoh permasalahan dan berdiskusi mencari solusi untuk
masalah. Sehingga nanti dalam kehidupan sehari-hari peserta didik akan
terbiasa berpikir secara sistematis dalam memecahkan masalah.

Permasalahan rendahnya berpikir kritis peserta didik yang ditemukan peneliti


pada saat pra observasi di SMA N 1 Pringsewu bahwa keterampilan berpikir
kritis peserta didik yang rendah dapat terlihat dari beberapa hal yang terjadi
saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Materi mata pelajaran PPKn yang
perlu dihafalkan peserta didik terlihat bahwa mereka cukup mampu
menguasai materi yang telah diberikan oleh pendidik, peserta didik juga
lancar menjelaskan materi, tetapi berbeda saat diberikan tugas kelompok
untuk mengkaji materi serta memberi solusi terhadap permasalahan, peserta
didik cenderung menjelaskan kembali bukan dengan pemikirannya tetapi
dengan kalimat-kalimat yang hampir sama persis dengan yang ada pada
sumber buku yang mereka gunakan sehingga tidak terdapat solusi dalam
menyelesaikan suatu permasalahan dalam materi.
3

Proses pembelajaran yang demikian menunjukkan bahwa adanya salah satu


masalah yang menyebabkan rendahnya berpikir kritis siswa.

Berdasarkan pra observasi yang dilakukan peneliti pada permasalahan yang


ada di di SMA N 1 Pringsewu khususnya pada kelas X pada mata pelajaran
PPKn ditemukan permasalahan kemampuan berpikir kritis yang rendah pada
materi PPKn karena pendidik kurang mengoptimalkan model yang tepat
sesuai dengan materi PPKn yang diajarkan sehingga menjadi latar belakang
penelitian ini. Dalam hal ini dapat di tuntut kreativitas dari seorang guru
dalam kegiatan belajar megajar terutama dalam penggunaan model
pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan critical thinking. Hal
ini berdampak siswa mengalami permasalahan ketika menjawab soal PPKn
karena pada kurikulum merdeka soal sudah dibuat dalam bentuk HOTS
(Higher Order Thinking Skills) dan terlihat pemahaman siswa rendah
terhadap soal dalam bentuk HOTS (Higher Order Thinking Skills).

Dalam permasalahan mengenasi model pembelajaran yang digunakan,


ternyata pendidik masih belum upgrade terhadap pembaharuan model-model
yang sudah berkembang di zaman sekarang. Dari pra observasi yang peneliti
lakukan alasan pendidik tidak melalukan pembaharuan model karena
pendidik masih nyaman dengan model yang sudah lama dipakainya.
Menurutnya tidak perlu menggunakan model baru untuk pembelajaran yang
sudah guru lakukan selama mengajar 27 tahun di SMA N 1 Pringsewu.
Pendidik pun merasa kesulitan dan merasa beban jika harus membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan metode yang berbeda walaupun
sudah melewati beberapa kali perubahan kurikulum di Indonesia pendidik
masih suka menggunakan metode konvensional.

Hal ini terlihat kurang dalam kegiatan berdiskusi, tanya jawab dan
presentasi dalam pembelajaran. Pendidik juga kurang memberikan media
pembelajaran yang menarik supaya peserta didik semakin terasah
kemampuan berpikir kritisnya, hal ini terlihat dari pendidik hanya
4

menggunakan buku paket saja sebagai pegangan dalam mengajar.


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata
pelajaran yang mengajarkan peserta didik dalam berpikir kritis.
Memecahkan masalah pelajar harus berpikir, mencobakan hipotesis dan
bila berhasil memecahkan masalah itu ia mempelajari sesuatu yang baru.
Urgensi pendidikan kewarganegaraan sebagai upaya pembentukan karakter
cerdas bagi generasi muda pada masa global. Mengingat pentingnya muatan
mata pelajaran PPKn di sekolah maka perlu adanya tindakan yang cepat dan
tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan memecahkan
masalah siswa pada mata pelajaran PPKn. Pemilihan model pembelajaran
yang tepat dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis merupakan
hal yang sangat penting. Model pembelajaran yang menekankan pada
keaktifan siswa sehingga daya kemampuan berpikir kritisnya meningkat
merupakan suatu modal utama guru dalam mengajar pada kurikulum
merdeka (Ardianingsih et al., 2017).

Hal-hal semacam itu, tidak dapat dipungkiri akan mengakibatkan kebosanan


dan kejenuhan yang akhirnya akan membawa suasana menjadi tidak
dinamis, tidak ada gairah, maupun malas untuk berpikir kritis lebih dalam
serta sulit bisa memecahkan masalah. Tidak jarang juga pertemuan menjadi
tidak efektif, tidak hidup, hanya satu arah sehingga tidak mendapatkan
tanggapan atau respon yang positif dari murid. Akibat terbesar dari kondisi
tersebut adalah: (1) Materi tidak dapat dipahami; (2) Seluruh pembelajaran
menjadi sia-sia; (3) Penolakan terhadap setiap ide, (4) Tidak bergairah dalam
belajar,
(5) Kurangnya kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah dalam
pembelajaran. Seorang pendidik dapat dikatakan kreatif bila dalam proses
pembelajaran ia membuat Rencana Proses Pembelajaran, Silabus, dan aktif
dalam musyawarah guru, memberikan penghargaan juga melakukan inovasi-
inovasi dalam pembelajaran.

Dalam proses belajar mengajar diperlukan penggunaan model pembelajaran


yang tepat sangat membantu peserta didik dalam mengatasi permasalahan
5

berpikir kritis. Salah satu model yang dapat mengakomodir kepentingan


untuk mengkolaborasikan pengembangan diri berpikir kritis didalam proses
pembelajaran materi PPKn adalah model pembelajaran Snowball Throwing.
Dari hasil observasi dari guru mata pelajaran PPKn di SMA N 1 Pringsewu
Model pembelajaran snowball throwing belum pernah di pakai sebagai model
pembelajaran di SMA N 1 Pringsewu oleh sebab itu peneliti ingin melakukan
penelitian penerapan model snowball throwing dalam meningkatkan
keterampilan critical thinking. Model pembelajaran snowball throwing
merupakan model pembelajaran kooperatif. Dimana dalam model
pembelajaran ini peserta didik di buat beberapa kelompok untuk membuat
suatu pertanyaan sesuai dengan materi yang telah diajarkan sebelumnya
dalam sebuah kertas yang kemudian kertas tersebut dibentuk menyerupai
bola yang kemudian dilempar ke peserta didik lain dan siswa yang mendapat
bola tersebut menjawab pertanyaan yang terdapat di dalamnya (Kusumawati,
2017).

Pada model pembelajaran ini siswa dituntut harus aktif berinteraksi dengan
teman sekelompok sehingga keuntungan dalam menerapkan model ini peserta
didik dapat memperbaiki komunikasi dan hubungan baik sesama peserta
didik, dapat menggembangkan kerjasama antar sesama kelompok dan
menonjolkan yang terpenting pada keterampilan berpikir kritis anggota
kelompok dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru tersebut.
Melalui penggunaan model pembelajaran snowball throwing ini, diharapkan
dalam materi pembelajaran PPKn tidak bersifat membosankan karena model
pembelajaran snowball throwing berusaha menciptakan suasana belajar.
Keuntungan dari model pembelajaran ini adalah dapat membuat peserta didik
menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, peserta didik siap dengan berbagai
kemungkinan karena peserta didik tidak tahu soal yang dibuat temannya
seperti apa, sehingga adanya peningkatan berpikir kritis pada peserta didik.
Meskipun begitu model pembelajaran snowball throwing juga memiliki
kekurangan seperti halnya memerlukan waktu yang panjang dalam proses
pembelajaran.
6

Model pembelajaran Snowball Throwing yang digunakan dalam kegiatan


belajar mengajar merupakan salah satu metode yang dapat meningkatkan
kompetensi critical thinking peserta didik. Dalam model pembelajaran
Snowball Throwing siswa secara pribadi ataupun kelompok akan bertukar
pendapat untuk menemukan solusi atau membuat kesimpulan mengenai suatu
materi yang telah ditentukan oleh guru. Model pembelajaran yang berpusat
kepada siswa akan mendorong siswa untuk membangun pemikiran dan
pemahaman sehingga dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan
berpikir dengan cara memberikan permasalahan yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari akan membuat siswa lebih mudah memahami daripada
belajar secara konsep dan teori semata. Selain itu pembelajaran yang berpusat
kepada siswa akan membuat siswa lebih aktif dan lebih miri dalam
menemukan sendiri pengetahuannya.

Pada saat ini kelas X mendapat kesempatan dalam melaksanakan kurikulum


baru yaitu kurikulum merdeka. Pada kurikulum merdeka pembelajaran PPKn
fokus pada 4 elemen yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka
Tunggal Ika.Dan keempat elemen diatas dijadikan 4 elemen indikator inti
pembelajaran PPKn pada kurikulum baru yakni kurikulum merdeka yang
mulai dilaksanakan tahun 2022 sebagai tahun pertama dilaksanakannya
kurikulum merdeka. Pada pelaksanaan kurikulum merdeka, kelas X yang
mengawali pembelajaran menggunakan kurikulum merdeka. Dan ini juga
yang menjadi alasan peneliti mengambil sampel kelas X di SMA N
Pringsewu karena kelas X. Kemudian juga alasan peneliti mengambil kelas
X, peserta didiknya masih tidak terlalu aktif dalam pembelajaran PPKn, sebab
dalam keterampilan critical thinking peserta didik masih belum kelihatan
penguasaan dalam berpikir kritis pada masing-masing peseta didik dan kelas
X ini masa transisi peserta didik dari bangku SMP ke bangku SMA.

Berdasarkan hasil observasi dan data yang di peroleh peneliti dari guru mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas X SMA Negeri 1 Pringsewu
Kabupaten Pringsewu terdapat 354 siswa di kelas X, peneliti mendapat
7

informasi bahwa hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Pringsewu Kabupaten


Pringsewu bahwa tingkat critical thinking siswa hanya sedikit siswa dikelas
yang memiliki kompetensi dari masing masing kelas. Kemudian ketika
melakukan observasi di kelas yang ingin di teliti oleh peneliti , pengamatana
suasana kelas yang terjadi hanya ada 6-8 orang saja yang aktif bertanya dan
juga menjawab pertanyaan, hal ini di lihat sesuai indikator kompetensi
critical thinking. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
eksperimen kuasi yang dilakukan di kelas X di SMA Negeri 1 Pringsewu
yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Dalam
Meningkatkan Keterampilan Critical Thinking Pada Materi PPKn kelas X
SMA Negeri 1 Pringsewu”.

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah pada penelitian ini adalah:
Agar penelitian tidak terlalu luas jangkauannya serta memudahkan
pembahasan dalam penelitian, maka berdasarkan identifikasi masalah diatas
penulis membatasi masalah, pada beberapa permasalahan dibawah ini :
1. Kurangnya keterampilan berfikir kritis pada peserta didik di SMA N 1
Pringsewu pada materi pelaajaran PPKn
2. Model snowball throwing belum pernah dipakai sebagai model
pembelajaran di SMA Negeri 1 Pringsewu pada mata pelajaran
PPKn
3. Pendidik masih menggunakan model pembelajaran lama sehingga
tidak mengikuti perkembangan model yang efektif sehingga kurang
adanya peningkatan keterampilan critical thinking
4. Tidak berkembangnya keterampilan berpikir kritis karena
kurikulum dirancang dengan target materi yang luas sehingga
pendidik hanya terfokus pada penyelesaian materi
5. Pelaksanaan kurikulum baru atau kurikulum merdeka yang pertama kali
diterapkan peserta didik kelas X di SMA Negeri 1 Pringsewu masih belum
terlihat keterampilan critical thinking yang baik
8

C. Pembatasan Masalah
Dari uraian identifikasi masalah yang telah disebutkan, maka penulis
membatasi masalah yang akan diteliti. Agar pembatasan masalah lebih
terarah dan tidak menimpang dari judul penelitian, maka peneliti membatasi
permasalahan pada:
“Penerapan model Snowball Throwing dalam meningkatkan keterampilan
critical thinking pada materi PPKn kelas X di SMAN 1 Pringsewu”

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan model
pembelajaran Snowball Throwing dalam peningkatan keterampilan critical
thinking pada materi PPKn kelas X di SMAN 1 Pringsewu?”.

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan serta
mendeskripsikan Penerapan Model Snowball Throwing dalam Meningkatkan
Kompetensi Critical Thinking Pada Materi PPKn kelas X di SMAN 1
Pringsewu.

F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.
Adapun keguanaan dari penulisan ini yaitu:
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep-konsep
yangberhubungan dengan masalah serta tujuan dari penelitian ini, yaitu
mengenai penerapan teknis Snowball Throwing dalam meningkatkan
keterampilan critical thinking pada materi PPKn kelas X di SMAN 1
Pringsewu.
9

2. Secara Praktis
a. Bagi Universitas Lampung
Membantu civitas lainnya untuk dijadikan bahan mengembangkan
pengetahuan, khususnya mengenai hasil penelitian Penerapan model
pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan keterampilan
critical thinking pada materi PPKn kelas X di SMAN 1 Pringsewu.

b. Bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Memberikan sumbangan pengetahuan dalam menganalisa mengenai
Penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam
meningkatkan keterampilan critical thinking pada materi PPKn kelas X
di SMAN 1 Pringsewu
c. Bagi Penulis
Menambah wawasan bagi penulis akan penelitian mengenai Penerapan
model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan
keterampilan critical thinking pada materi PPKn kelas X di SMAN 1
Pringsewu.
d. Bagi Pembaca
Memperluas pengetahuan akan hasil penelitian dari Penerapan model
pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan keterampilan
critical thinking pada materi PPKn kelas X di SMAN 1 Pringsewu

G. Ruang Lingkup Penelitian


1. Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah kajian ilmu Pembelajaran
PPKn. Hal ini karena penelitian ini mengkaji tentang pembentukan diri
warganegara yang dilakukan di sekolah untuk memiliki pengetahuan,
keterampilan, sikap, nilai dan perilaku nyata dalam kehidupan sebagai
cerminan warganegara yang cerdas dan berkarakter. Sesuai dengan judul
penelitian konteks kajian ini dalam pembelajaran PPkn salah satunya yaitu
berpikir kritis, rasional terhadap isu-isu kenegaraan.
1

2. Ruang Lingkup Objek


Objek dalam penelitian ini adalah model Snowball Throwing dalam materi
PPKn dan Kompetensi Critical Thinking pada peserta didik.

3. Ruang Lingkup Subjek


Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik di SMA Negeri 1
Pringsewu.

4. Ruang Lingkup Wilayah


Wilayah yang akan di jadikan tempat peneltian ini adalah SMA Negeri 1
Pringsewu yang beralamat di Kecamatan Pringsewu, Kabupaten
Pringsewu Provinsi Lampung.

5. Ruang Lingkup Waktu


Penelitian ini dilaksanakan dimulai sejak dikeluarkan surat izin penelitian
pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Unversitas Lampung pada tanggal 16 agustus 2022 dengan Nomor:
5565/UN26.13/PN.01.00/2022 sampai dengan selesai.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Snowball Throwing


1. Model Snowball Throwing
Menurut Gagne, R.M. & Briggs (1979) pembelajaran adalah serangkaian
aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan
terjadinya proses belajar. Menurut (Benny, 2009) yang mengemukakan
bahwa pembelajaran adalah pengembangan dan penyampaian informasi
dan kegiatan yang diciptakan untuk memfasilitas pencapaian tujuan yag
spesifik. Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar ataupun pengembangan serta penyampaian
informasi untuk mencapai tujuan tertentu. Snowball Throwing secara
etimologi berarti bola salju, sedangkan Throwing artinya melempar.
Snowball throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola
salju. Dalam pembelajaran snowball throwing, bola salju merupakan kertas
yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada
temannya sendiri untuk dijawab. Menurut (Hamdayana, 2014), snowball
throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (active learning)
yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru disini
hanya sebagai pemberi arahan awal.

Model pembelajaran snowball throwing merupakan pengembangan dari


model pembelajaran diskusi dan merupakan bagian dari model
pembelajaran kooperatif,hanya saja pada model ini kegiatan belajar diatur
sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung
dengan lebih menyenangkan. Dengan penerapan model ini, diskusi ini
kelompok dan interaksi antar siswa dari kelompok yang berbeda
1

memungkinkan terjadinnya saling sharing pengetahuan dan pengalaman


upaya menyelsaikan permaslahan yang mungkin timbul dalam diskusi
yang berlangsung secara lebih interaktif dan menyenangkan. Strategi
pembelajaran snowball throwing (ST) atau juga sering dikenal dengan
snowball figh merupakan pembelajaran yang diadopsi pertama kali dari
game fisika dimana segumpalan salju dengan maksud memukul orang
lain. Dalam konteks pembalajaran, snowball throwing diterapkan dengan
melemparkan segumpalan kertas untuk menunjukan siswa yang
diharuskan menjawab soal dari guru.

Model pembelajaran snowball throwing merupakan pengembangan dari


model pembelajaran diskusi dan merupakan bagian dari model
pembelajaran kooperatif. Salah satu permasalahan yang sering terjadi
dalam proses belajar adalah adanya perasaan ragu pada diri siswa untuk
menyampaikan permasalahan yang dialaminya dalam memahami materi
pelajaran. Guru sering mengalami kesulitan dalam menangani masalah
ini,tapi melalui penerapan model pembelajran snowball throwing ini, siswa
dapat menyampaikan pertanyaan atau permasalahan dalam bentuk tertulis
yang nantinya akan didiskusikan bersama. Dengan demikian, siswa dapat
mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang di alaminya dalam memahami
materi pelajaran. Dengan model pembelajaran snowball throwing guru
dapat melatih kesiapan siswa dalam menanggapi dan menyelsaikan
masalah. Model pembelajaran ini adalah, informasi materi secara umum,
membentuk kelompok pemanggilan ketua dan diberi tugas dan membahas
materi tertentu dikelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan
pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain.

Mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya, penertiban terhadap


jalannya pembelajaran, snowball throwing adalah suatu metode
pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili
ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-
masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas
1

pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa


menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Snowball Throwing “ bola
salju bergilir” merupakan model pembelajaran dengan menggunakan bola
pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian
dilemparkan secara bergiliran di antara sesama anggota kelompok(Imas &
Berlin, 2015).

Pada prinsipnya, model ini memadukan pendekatan komunikatif,


integratif, dan keterampilan proses. Berdasarkan para pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa pengertian dari snowball throwing adalah suatu
model pembelajaran yang membagi murid dalam beberapa kelompok,
yang nantinya masing-masing anggota kelompok membuat sebuah
pertanyaan pada selembar kertas yag digulung bulat berbentuk bola
kemudian dilemparkan secara bergiliran antar sama siswa yang lain
dengan menggunakurasi waktu yang sudah ditentukan oleh guru,
selanjutnya masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola kertas
yang didapatnya(Ngalimun, 2015).

2. Teori Belajar yang Mendasari Model Snowball Throwing


a. Teori belajar konstruktivistik merupakan teori belajar yang memahami
belajar sebagai proses pembentukan (kontruksi) pengetahuan oleh
peserta didik itu sendiri. Teori belajar yang menyatakan bahwa siswa
harus menemukan sendiri pengetahuan yang dipelajari. Tokoh yang
berperan pada teori ini salah satunya adalah Jean Piaget. Piaget yang
dikenal sebagai konstruktivis pertama yang menegaskan bahwa
penekanan teori konstruktivisme pada proses untuk menemukan teori
atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan.
Konstruktivisme Piaget menekankan pada proses yang dilalui siswa
untuk mengetahui sesuatu dan tahapan yang dillui untuk memperoleh
pengetahuan tersebut (Trianto, 2007). Piaget meyakini bahwa
kecenderungan siswa berinteraksi dengan lingkungan adalah bawaan
sejak lahir. Anak pada dasarnya memproses dan mengatur informasi
1

dalam benaknya dalam bentuk skema. Skema adalah suatu struktur


mental atau kognitif yang secara intelektual dapat beradaptasi dan
berubah sesuai perkembangan mental anak. Skema bukanlah benda
nyata yang dapat dilihat, melainkan suatu rangkaian proses dalam
sistem kesadaran orang, maka tidak memiliki bentuk fisik dan tidak
dapat dilihat. Skema tidak pernah berhenti berubah atau menjadi lebih
rinci sehingga gambaran dalam pikiran anak menjadi semakin
berkembang dan lengkap (Trianto, 2007).

Siswa membangun atau mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan


informasi sendiri yang telah didapatkannya menjadi pengetahuan yang
baru. Konstruktivisme merupakan teori yang menggambarkan
bagaimana belajar itu terjadi pada individu, berkenaan dengan apakah
siswa itu menggunakan pengalamannya untuk memahami pelajaran
atau mengkuti pembelajaran dalm membuat suatu model. Menurut
(Sardiman, 2011) konstruktivisme adalah salah satu filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan yang dimiliki
adalah konstruksi bentukan. Ddalam teori konstruktivisme, siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya
apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar- benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, harus memecahkan
masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan
susah payah dengan ide-ide. (Suprijono, 2012) menjelaskan bahwa
konstruktivisme menekankan pada belajar sebagai proses operatif,
yaitu belajar dengan memperoleh dan menemukan struktur pemikiran
yang lebih umum dapat digunakan pada bermacam-macam situasi.
Konstruktivisme juga menekankan pada belajar autentik, artinya
proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara nyata.
Selain itu konstruktivisme memberikan kerangka pemikiran belajar
sebagai proses sosial atau belajar kolaboratif dan kooperatif. Teori
belajar konstruktivisme mendukung model pembelajaran snowball
throwing
1

dengan media audiovisual karena dalam pembelajaran ini siswa dituntut


menemukan dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Setelah
siswa menemukan menemukan pengetahuannya, siswa harus dapat
mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya untuk dapat menyelesaikan
masalah dan menemukan jawaban yang tepat terhadap masalah yang
didiskusikan bersama kelompok melalui model pembelajaran snowball
throwing.

b. Pembelajaran Kooperatif Secara umum pembelajaran kooperatif lebih


dianggap diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi
yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah
yang dimaksud (Suprijono, 2012). Menurut (Hamdayana, 2014)
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan tim kecil, yaitu antara empat
sampai enam orang yang memiliki latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda. Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran
yang berdasarkan faham konstruktivistik dimana pembelajaran
kooperatif menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
heterogen dengan tujuan mengaktifkan dan membantu siswa untuk
bekerjasama dalam penyelesaian tugas yang diberikan dengan
mendapatkan arahan dan bimbingan dari guru sebagai fasilitator.

3. Kelebihan dan Kekruangan Model Pembelajaran Snowball Throwing


a. Kelebihan Model snowball throwing
1) Suasana pembelajaran menyenangkan karena siswa seperti
bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.
2) Siswa mendapat kesempatan untuk menggembangkan kemampuan
berfikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan
diberikan pada siswa lain.
1

3) Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena


siswa tidak tahu soal yang di buat temannya seperti apa
4) Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
5) Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa
terjun langsung dalam praktik.
6) Pembelajaran menjadi lebih aktif.
7) Ketiga aspek kognitif, efektif, dan psikomotor dapat tercapai
b. Kekurangan model snowball throwing
1) Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi
sehingga apa yang dikuasi siswa hanya sedikit, hal ini dapat dilihat
dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang
sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.
2) Ketika kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik
tertentu menjadi penghambat lagi anggota lain untuk memahami
materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa
mendiskusikan materi pelajaran.Tidak ada kuis individu maupun
menjelaskan penghargaan kelompok sehingga siswa saat
berkelompok kurang 11 termotivasi untuk bekerja sama. akan
tetapi, tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan
pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok.
3) Memerlukan waktu yang panjang.
4) Murid yang nakal cenderung berbuat onar.
5) Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh siswa

Langkah-langkah model pembelajaran snowball throwing (Suprijono,


2010) sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi yang disajikan.
2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-
masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang
materi.
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknyamasing-
masing,kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh
guru
1

kepada temannya.
4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang
sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari
satu siswa ke siswa yang lain selama lebih kurang 15 menit
6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam
kertas terbentuk bola tersebut secara bergantian
7) Evaluasi
8) Penutup

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran snowball


throwing dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa ini dirasakan cukup
efektif karena mampu menumbuh kembangkan potensi intelektual, sosial,
dan emosional yang ada dalam diri siswa. Di sini siswa akan terlatih untuk
berpikir kritis serta bisa menyelesaikan masalah secara cerdas dan kreatif,
serta mampu menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan
imajinatif yang ada dalam dirinya untuk menghadapi berbagai persoalan
yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

B. Keterampilan Critical Thinking


1. Macam-macam Keterampilan 4C
Keterampilan abad 21 menjadi topik yang sangat banyak dibicarakan di
semua lembaga pendidikan. Semua lembaga tersebut berusaha melatih
anak didiknya untuk menguasai keterampilan tersebut. Keterampilan
tersebut diistilahkan dengan Keterampilan 4C yang merupakan
singkatan dari Critical Thinking , Collaboration , Communication dan
Creativity (Assembly, 1900). Hal ini sejalan dengan US-based
Partnership for 21st Century Skill(P21) mengemukakan bahwa
kompetensi yang harus dimiliki oleh sumber daya manusia di abad 21
adalah:ketrampilan berpikir kritis (Critical Thinking Skills),
1

keterampilan berpikir kreatif/kreativitas (Creative Thinking Skills),


keterampilan komunikasi (Communication Skills), dan keterampilan
kolaborasi (Collaboration Skills)(Zubaidah, 2018).

Keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah(Critical Thinking


Skills)merupakan keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah
atau mengabil keputusan terhadap permasalahan yang
dihadapi(Zubaidah, 2018). Keterampilan ini mutlak diperlukan oleh
semua orang untuk mampu memecahkan masalah dan mengambil
keputusan terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan
riilnya. Di samping itu, keterampilan berpikir kritis ini termasuk
kemampuan membedakan kebenaran atau kebohongan, fakta atau opini,
atau fiksi dan non fiksi. Bukankahdalam kehidupan selalu dihdapkan
pada masalah yang harus dipecahkan dan diambil keputusan sebagai
solusi dari masalah tersebut?Atau banyaknya kebohongan (hoaks) di
media sosial? Keterampilan berpikir kritis dapat dilatihkan dalam
pembelajaran dengan menantang peserta didik dengan masalah-masalah
kontekstual dalam kehidupan sehari-hari.

Keterampilan berpikir kreatif (Creative Thinking Skills) adalah


kemampuan untuk meniciptakan ide atau gagasan yang baru yang
berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya(Zubaidah, 2018). Kreatif
adalah kemampuan mengembangkan (menciptakan) ide dan cara baru
yang berbeda dari sebelumnya. Sedangkan kreativitas adalah kemampuan
seseorang untuk menciptakan hal baru, baik berupa gagasan,
maupunkarya nyata. Kreatif atau kratifitas dapat memberikan dampak
positif bagi semua orang maupun lingkunganmasyarakat. Kreatif dan
inovatif sering disamakan oleh kebanyakan orang. Namun, sebenarnya
kreatif dan inovatif adalah berbeda. Inovatif diwujudkan dalam inovasi
yang merupakan gagasan atau ide yang baru yang diperoleh melalui
pengembangan secara beratahapdiwujudkan dalam suatu gagasan atau
hasil karya. Keterampilan berpikir kreatif dibawa sejak lahir.
1

Namun, keterampilan ini dapat pula dilatih dengan memberikan


tantangan berupa masalah-masalah yang menuntut untuk menemukan
solusi- solusi yang baru, baik berupa ide, gagasan, maupun berupa hasil
karya dalammemecahkan masalah tersebut.

Keterampilan berkomunikasi (Communication Skills) merupakan


keterampilan untuk menyampaikan pemikiran, gagasan, ide,
pengetahuan, dan informasi baru yang dimiliki kepadaorang lain
melalui lisan, tulisan, simbul, gambar, grafis, atau angka. Keterampilan
ini termasuk keterampilan mendengarkan, memperoleh informasi, dan
menyampaikan gagasan di hadapan orang banyak (Zubaidah, 2018).
Berkomunikasi tujuannyamencapai pengertian bersama yang lebih baik
mengenai masalah penting bagi semua pihak yang terkait.Keterampilan
ini dapat dilatihkan di semua lembaga pendidikan maupun di lembaga lain
dengan memberikan tantangan untuk menyampaikan gagasan kepada
orang lain. Berkomunikasi dikatakan berhasil bila orang laing memahami
atau sepakat dengan gagasan yang disampaikan.

Keterampilan kolaborasi (Collaboration Skills) merupakan keterampilan


bekerjasama, saling bersinergi, beradaptasi dalam berbagai peran
dan tanggung jawab, serta menghormati perbedaan(Zubaidah, 2018).
Dalam berkolaborasi akan terjadi saling mengisi kekurangan dengan
kelebihan yang dimiliki yang lain sehingga masalah yang
dihadapi dapat terselesaikan dengan baik dalam suasana kebersamaan.
Keterampilan ini dapat dilatihkalam pembelajarannya. Kesimpulannya
bahwa kompetensi 4C terdiri dari Critical Thinking,
Communication, Collaboration dan Creativity inovation. Empat
kompetensi ini harus dibina baik dalam pendidikan di perguruan tinggi,
maupun pada tingkat SLTA.
2

2. Pengertian Critical Thinking


Keterampilan berpikir kritis (Critical Thinking Skills)merupakan
keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah atau mengabil
keputusan terhadap permasalahan yang dihadapi(Partono et al., 2021).
Keterampilan ini mutlak diperlukan oleh semua orang untuk
mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan terhadap
masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan riilnya. Di samping
itu, keterampilan berpikir kritis ini termasuk kemampuan
membedakan kebenaran atau kebohongan, fakta atau opini, atau fiksi dan
non fiksi. Bukankahdalam kehidupan selalu dihdapkan pada masalah
yang harus dipecahkan dan diambil keputusan sebagai solusi dari
masalah tersebut?Atau banyaknya kebohongan (hoaks) di media sosial?
Keterampilan berpikir kritis dapat dilatihkan dalam pembelajaran dengan
menantang peserta didik dengan masalah-masalah kontekstual dalam
kehidupan sehari-hari.

Keterampilan berpikir merupakan salah satu kecakapan hidup (life


skill) yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan.
Kemampuan seseorang dalam berfikir akan berpengaruh terhdap
keberhasilan hidup seseorang karena kemampuan berpikir berkaitan
dengan apa yang akan dikerjakan. (lec, 2009)menyatakan
bahwa,”belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan
menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan
lingkungan”. Hal tersebut mengung pengertian bahwa pembelajaran
berpikir dalam proses pendidikan di sekolah tidak hanya
menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, akan
tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh
pengetahuannya sendiri (self-regulated).
2

Seseorang yang memiliki critical thinking skillcenderung lebih cepat


mengidentifikasi informasi yang relevan, memisahkan informasi
yang tidak relevan serta memanfaatkan informasi tersebut untuk
mencari solusi masalah atau mengambil keputusan, dan jika perlu
mencari informasi pendukung yang relevan.

Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang memadai


memiliki kemungkinan besar untuk dapat mempelajari masalah secara
sistematis, menghadapi berjuta tantangan dengan cara terorganisasi,
merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang penyelesaian yang
dipang relatif baru. Seseorang perlu memiliki critical thinking skill
dan perlu mempelajarinya, karena keterampilan tersebut sangat berguna
dan sebagai bekal dalam menghadapi kehidupan sekarang dan di
masa yang akan datang. Dengan critical thinking skill, seseorang mampu
berpikir secara rasional dan logis dalam menerima informasi dan
sistematis dalam memecahkan permasalahan.Artinya berpikir kritis
mampu meningkatkan keterampilan analistik.Selain itu critical thinking
skilljuga meningkatkan kemampuan seseorang cenderungkreatif.
Seseorang yang memiliki critical thinking skill dapat memanfaatkan ide
ataupun informasi, dan mencari informasi tambahan yang relevan
sehingga dapat mengevaluasi lalu memodifikasi untuk menghasilkan ide
yang terbaik. Critical thinking skill juga berfungsi untuk merefleksi
atau evaluasi diri terhadap keputusan yang sudah diambil.

Menurut (Enis, R.H, 2011) memberikan definisi berpikir kritis dan


pemecahan masalah adalah berpikir logis dan masuk akal yang
difokuskan pada pengambilan keputusan terhadap masalah yang dihadapi.
(Enis, 1985) dan (Marzano, 1988) mengemukakan berpikir kritis memiliki
dimensi:
a. merumuskan masalah,
b. memberikan argumen,
2

c. melakukan deduksi,
d. melakukan induksi,
e. melakukan evaluasi, dan
f. mengambil keputusan.
g. Pendekatan pembelajaran yang dapat melatih keterampilan berpikir
kritis adalah pembelajaran yang pada sintaksnya melatih setiap
dimensi keterampilan berpikir kritis tersebut.
Ditinjau dari pendekatan pembelajaran yang ada bahwa pendekatan
pembelajaran yang dapat melatih keterampilan berikir kritis siswa
adalah: pembelajaran berpusat pada siswa, mengajukan masalah, baik
masalah akademik maupun masalah kontekstual terkait kehidupan riil
siswayang mengarahkan siswa untuk menguasai materi yang dipelajari.
Dalam pembelajaran tersebut siswa atau mahasiswa aktif belajar
sedangkan guru atau dosen hanya sebagai fasilitator.

3. Tantangan Mengembangkan Critical Thinking Skill


Didalam pendidikan, critical thinking skill merupakan salah satu hal
yang penting untuk dikembangkan. Berikut beberapa pertimbangan
dalam mengembangkan critical thinking skill menurut (H.A.R, 2011)
yaitu:
a. Mengembangkan berpikir kritis di dalam pendidikan berarti kita
memberikan penghargaan kepada peserta didik sebagai pribadi
(respect a person). Hal ini akanmemberikan kesempatan kepada
perkembangan pribadi peserta didik sepenuhnya karena mereka
merasa diberikan kesempatan dan dihormati akan hak-haknya dalam
perkembangan pribadinya.
b. Berpikir kritis merupakan tujuan yang ideal di dalam pendidikan
karena mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan
kedewasaannya.
c. Perkembangan berpikir kritis dalam proses pendidikan merupakan
suatu cita-cita tradisional seperti apa yang ingin dicapai melalui
pelajaran ilmu -ilmu eksata dan kealaman serta mata pelajaran
2

lainnya yang secara tradisional dianggap dapat mengembangkan


berpikir kritis.
d. Berpikir kritis merupakan suatu hal yang sangat dibutuhki dalam
kehidupan demokratis.

Demokrasi hanya dapat berkembang apabila warga negaranya dapat


berpikir kritis di dalam masalah-masalah politik, sosial, dan
ekonomi.Adapun (Bonnie dan Potts, 2003) mengajarkan critical
thinking skill dengan memberikan kesempatan siswa untuk berperan
aktif dengan memberikan pertanyaan dan tantang sehingga siswa
termotivasi untuk aktif mengejar rasa ingin tahunya. Senada dengan hal
di atas,mengemukakan ada tiga buah strategi untuk mengajarkan
kemampuan-kemampuan critical thinking skill, yaitu:
a. Building categories(membuat klasifikasi),
b. Finding problem(menemukan masalah), dan
c. Enhancing theenvironment(mengkondusifkan lingkungan).

Ciri dari mengajar untuk berpikir kritis meliputi:


a. Meningkatkan interaksi di antara para siswa sebagai pembelajar,
b. Dengan mengajukan pertanyaan open-ended,
c. Memberikan waktu yang memadai kepada para siswa untuk
memberikan refleksi terhadap pertanyaan yang diajukan atau
masalah-masalah yang diberikan, dan
d. Teaching for transfer (mengajar untuk dapat menggunakan
kemampuan yang baru saja diperoleh terhadap situasi-situasi
lain dan terhadap pengalaman sendiri yang para siswa miliki).

4. Indikator Penilaian Critical Thinking Skill


(Facione, P. A., Sánchez, C. A., Facione, N. C., & Gainen, 2010)
membagi critical thinking skill terdiri enam indikator yaitu interpretation,
analysis, inference, evaluation, explanation, dan self-regulation.
a. Interpretasi merupakan kemampuan seseorang dalam memahami
2

dan menggambarkan kembali makna kondisi, informasi atau


pesan yang diterimanya.
b. Analisis merupakan mengamati dan menguraikan suatu informasi
yang diterima secara detail untuk dikaji lebih lanjut.
c. Inference merupakan kemampuan membuat kesimpulan
berdasarkan unsur-unsur.
d. Evaluasi merupakan melakukan penilaian dengan cara
mengukur atau membingkan.
e. Eksplanasi/penjelasan, merupakan kemampuan menerangkan
f. Regulasi diri artinya memiliki kemampuan mengelola diri missal
mengamati apa yang ada disekitar kognitif seseorang, komponen
yang digunakan dalam memperoleh hasil, terutama dengan
menerapkan kecakapan di dalam analisis dan evaluasi untuk
penilaiannya sendiri.

Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat disimpulkan enam


komponen dalam critical thinking skill meliputi interpretasi, analisis,
evaluasi, penarikan kesimpulan, eksplanasi,dan pengaturan diri.Tidak
hanya dalam menghadapi permasalahan umum di kehidupan, dalam
membaca dan menulis pun critical thinking skill juga dibutuhkan.

C. Pembelajaran PPKn
1. Pengertian Pembelajaran PKn
Pendidikan kewarganegaraan adalah pelajaran yang berfokus pada
pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan
hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD
1945 (Star Isi KTSP 2006: 108). Pendidikan kewarganegaraan dapat
diartikan ialah sebagai penyiapan bagi generasi muda atau penerus bangsa
untuk dapat menjadi warga negara yang mempunyai pengetahuan,
kecakapan serta nilai-nilai yang diperlukan untuk dapat berpartisipasi aktif
dalam bermasyarakat (Jagad Aditya Dewantara1, 2021).
2

Karakteristik Pelajaran PPKn Pendidikan kewarganegaraan sebagai


muatan kurikuler termasuk dalam kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian. Sebagaimana lazimnya suatu bidang
setudi yan diajarkan di sekolah, materi keilmuan mata pelajaran PPKn
mencakup dimensi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan nilai
(value) berupa watak kewarganegaraan. Sejalan dengan ide pokok mata
pelajaran PPKn yang ingin membentuk warga negara yang ideal yaitu
yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang sesuai
dengan konsep dan prinsip- prinsip PPKn.(Jagad Aditya Dewantara1,
2021).
2. Tujuan Pembelajaran PPkn
Pembelajaran PPKn bertujuan untuk melatih peserta didik agar mampu
berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 (Tim Kementrian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi, 2016). PPKn diharapkan mampu mewujudkan
partisipasi aktif peserta didik dalam kehidupan berbagsa dan bernegara
(David L. Grossman, Wing On Lee, 2008). PPKn yang berhasil akan
terwujud sikap, perilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila(Nuryati,
Triwahyu Budiutomo, 2017). Dengan demikian tujuan PPKn adalah
mewujudkan peserta didik yang berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, dapat berpartisipasi aktif dalam membangun bangsa dan negara
yang lebih baik sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia.

Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)


bertujuan untuk memastikan peserta didik mampu:
a. Memiliki akhlak mulia dengan didasari keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini ditunjukkan melalui
sikap mencintai sesama manusia dan lingkungannya serta
menghargai kebinekaan untuk mewujudkan keadilan sosial;
b. Memahami makna dan nilai-nilai Pancasila, serta proses perumusannya
sebagai dasar negara, pangan hidup bangsa dan ideologi negara
melalui
2

kajian secara kritis terhadap nilai dan kearifan luhur bangsa Indonesia
sebagai pedoman dan perspektif dalam berinteraksi dengan
masyarakat global, serta mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, baik di sekolah, rumah, masyarakat sekitar, dan
dalam konteks yang lebih luas;
c. Menganalisis secara kritis konstitusi dan norma yang berlaku, serta
menyelaraskan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di tengah-tengah masyarakat
global;
d. Memahami jati dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang
berbineka, serta mampu bersikap adil dan tidak membeda-bedakan jenis
kelamin dan SARA, serta memiliki sikap toleransi, penghargaan dan
cinta damai sebagai bagian dari jati diri bangsa yang perlu dilestarikan;
dan
e. Menganalisis secara cerdas karakteristik bangsa Indonesia, sejarah
kemerdekaan Indonesia, dan kearifan lokal masyarakat sekitar,
dengan kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitarnya dan
mempertahankan keutuhan wilayah NKRI serta berperan aktif dalam
kancah global.(Kurnia, Bowo, Nuryati, 2021)

3. Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki
empat elemen kunci beserta cakupan/substansinya, sebagai berikut:
a. Pancasila
Pancasila adalah pangan hidup bangsa, dasar negara, dan ideologi
negara. Oleh karena itu, peserta didik mengkaji secara kritis makna dan
nilai-nilai Pancasila, proses perumusan Pancasila, implementasi
Pancasila dari masa ke masa, serta reaktualisasi nilai-nilai yang terkung
di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik juga
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan keseharian secara
individu sesuai dengan fase perkembangannya. Peserta didik juga
menerapkan nilai-nilai Pancasila secara kolektif dalam beragam
kegiatan kelompok dengan membangun kerja sama untuk mencapai
2

tujuan bersama. Penerapan Pancasila tersebut, peserta didik terus


mengembangkan potensinya sebagai kualitas personal yang bermanfaat
dalam kehidupannya., Hal itu dengan mengupayakan memberi bantuan
yang dianggap penting dan berharga kepada orang-orang yang
membutuhkan di masyarakat yang lebih luas dalam konteks Indonesia
dan kehidupan global.

b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Mengkaji secara kritis dan analitis konstitusi dan perwujudan norma
yang berlaku mulai dari lingkup terkecil (keluarga dan masyarakat)
sampai pada lingkup negara dan global. Tujuannya dapat mengetahui
dan mempraktikkan hak dan kewajibannya baik sebagai manusia,
bangsa Indonesia maupun sebagai warga negara Indonesia dan dunia,
termasuk menyuarakan secara kritis terhadap pelanggaran hak asasi
manusia. Peserta didik menyadari dan menjadikan musyawarah
sebagai pilihan penting dalam mengambil keputusan, menjaga
persatuan, dan kehidupan yang demokratis di lingkup kelas, sekolah,
dan keluarga. Peserta didik dapat menganalisis konstitusi, hubungan
antarregulasi yang berlaku sehingga segala peraturan perundang-
undangan dapat diterapkan secara kontekstual dan aktual.

c. Bhinneka Tunggal Ika


Peserta didik mengenali dan menunjukkan rasa bangga terhadap jati
dirinya sebagai anak Indonesia yang berlaskan Pancasila, sikap hormat
kepada bangsa yang beragam. Selain itu memahami dirinya menjadi
bagian dari warga negara dunia. Peserta didik dapat menanggapi secara
memadai kondisi dan keadaan yang ada di lingkungan dan di
masyarakat untuk menghasilkan kondisi dan keadaan yang lebih baik.
Peserta didik juga menerima adanya kebinekaan bangsa Indonesia,
baik dari segi suku, ras, bahasa, agama, dan kelompok sosial. Peserta
didik dapat bersikap adil dan menyadari bahwa dirinya setara, sehingga
tidak membeda-bedakan jenis kelamin dan SARA. Peserta didik juga
dapat
2

memiliki sikap tenggang rasa, penghargaan, toleransi, dan cinta damai


sebagai bagian dari jati diri bangsa yang perlu dilestarikan. Peserta
didik secara aktif mempromosikan kebinekaan, mempertautkan
kearifan lokal dengan budaya global, serta mendahulukan produk dalam
negeri.

d. Negara Kesatuan Republik Indonesia


Dengan mengkaji karakteristik bangsa Indonesia, sejarah kemerdekaan
Indonesia serta kearifan lokal masyarakat sekitar, peserta didik mulai
mengenali bahwa dirinya adalah bagian dari lingkungan sekitarnya,
sehingga muncul kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitarnya agar
tetap nyaman dihuni. Bermula dari kepedulian untuk mempertahankan
lingkungan sekitarnya yang nyaman tersebut, peserta didik dapat
mengembangkan ke dalam skala yang lebih besar, yaitu negara,
sehingga dapat berperan dalam mempertahankan keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menumbuh kembangkan
jiwa kebangsaan akan hak dan kewajiban bela negara sebagai suatu
kehormatan dan kebanggaan. Peserta didik dapat mengkaji secara nalar
dan kritis sebagai bagian dari sistem keamanan dan pertahanan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, serta berperan aktif dalam kancah global.
(Nuryati, Triwahyu Budiutomo, 2017)

Dapat dijelaskan bahwa keempat elemen diatas dijadikan 4 elemen


indikator inti pembelajaran PPKn pada kurikulum baru yakni kurikulum
merdeka yang mulai dilaksanakan tahun 2022 sebagai tahun pertama
dilaksanakannya kurikulum merdeka. Pada pelaksanaan kurikulum
merdeka kelas X yang mengawali pembelajaran menggunakan kurikulum
merdeka.
2

D. Kajian Penelitian Pendahuluan


Berikut ini dipaparkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan
dengan penelitian penerapan model pembelajaran dan hasil belajar siswa.
1. Tika Retnowati, Universitas Negri Sulthan Thaha Saifuddin yang berjudul
“Penerapan Metode Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII
Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Sarolangun”. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan motode
Snowball Throwing yang terdiri dari dua siklus dengan empat tahapan
yaitu, (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni observasi, penilaian
unjuk kerja, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai
rata-rata kelas yang diperoleh saat prasiklus sebesar 60,4 (cukup), siklus I
diperoleh nilai rata-rata kelas 70 (cukup)pada siklus II menjadi 80 (tinggi).
Persentase ketuntasan belajar prasiklus sebesar 19% (sangat rendah),
siklus I sebesar 71% (cukup) dan pada siklus II menjadi 90% (sangat
tinggi) atau 19 siswa dari 21 siswa sudah mencapai ketuntasan belajar
yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran Biologi dengan penerapan model pembelajaran tipe
Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
sistem pertahanan tubuh.

2. Ellen Julianti, Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul “model


pembelajaran snowball throwing untuk meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar pada mata pelajaran teknik dasar otomotif kelas X di smkn
1 sedayu bantul” 33 persamaan dari skripsi ini yaitu sama-sama
membahas tentang model pembelajaran snowball throwing dan hasil
belajar. Hasil penelitianya yaitu bahwa penerapan model pembelajaran
snowball throwing dapat meningkat pada setiap siklus, bahwa : (1)
Model pembelajaran snowball throwing terbukti dapat meningkatkan
keaktifan siswa sebesar 20%. (2) Penerapan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran snowball throwing dapat
meningkatkan hasil belajar
3

siswa kelas X D pada mata pelajaran Teknik Dasar Otomotif. Hasil belajar
siswa meningkat sebesar 43,5.

Dapat disimpulkan dari kedua peneletian terdahulu tersebut memiliki


kesamaan pada variable X yakni sama-sama meneliti tentang adanya
pengaruh penggunaan model pembelajaran snowball throwing. Dan
memiliki perbedaan pada variable Y di masing-masing penelitian. Pada
penelitian pertama adalah penerapan metode snowball throwing pada mata
pelajaran pendidikan agama islam dalam meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VII SMP N 7 Sarolangun dan penelitian variable Y yang kedua
adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar pada mata pelajaran
teknik dasar otomotif kelas X di SMK N 1 Sedayu Bantul. Dari kedua
penelitian itu terdapat pengaruh terhadap variable Y sehingga penerapan
model snowball throwing efektif digunakan. Dengan adanya kedua
penelitian terdahulu, peneliti akan melakukan penelitian dalam judul
“Penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan
kompetensi critical thinking pada mata pelajaran PPKn peserta didik kelas
X di SMAN 1 Pringsewu”.

E. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang mengarahkan seseorang
menjadi lebih baik. Ada beberapa model pembelajaran aktif,seperti, snowball
throwing, roleplaying, mindmapping, dan ice breaking, peneliti
memfokuskan pada model pembelajaran aktif untuk snowball throwing.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran PPKn cenderung pasif sehingga dalam
pembelajaran PPKn anak akan cepat bosan dan jenuh. Model pembelajaran
snowball throwing adalah salah satu metode yang digunakan untuk
memperdalam satu topik, Model pembelajaran snowball throwing ini dapat
memberikan kesempatan kepada teman dalam kelompok untuk merumuskan
pertanyaan secara sistematis.Selain itu dapat membangkitkan keberanian dala
diri siswa dalam mengemukakan pendapat maupun pertanyaan juga melatih
siswa menjawab pertanyaan yang diajukan temannya.Berikutnya dapat
3

mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada temannya maupun guru,
terakhir dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing
dengan ini memungkinkan siswa saling memberikan pengetahuan.

Snowball throwing adalah suatu model pembelajaran yang mengelompokkan


siswa ke dalam beberapa kelompok dan menggunakan alat berupa selembar
kertas yang dipakai untuk membuat bola salju itu sendiri (Akhiriyah, 2011).
Dengan adanya model pembelajaran snowball throwing dalam pembelajaran
di kelas, diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam
meningkatkan kompetensi critical thinking pada peserta didik. Tentunya tidak
luput dari beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut. Hasil
belajar merupakan kecapakan yang nyata dari siswa sebagai hasil belajarnya
di sekolah yang didasakan atas kriteri penilaian dalam bentuk angka maupun
huruf. Hasil belajar yang telah dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama yaitu dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor dari luar. Dalam
peningkatan hasil belajar tentunya juga ada nya peningkatan kompetensi
critical thinking pada peserta didik. Critical thinking merupakan dua hal
yang dibutuhkan oleh setiap orang di dalam kehidupan. Khususnya pada saat
membuat suatu keputusan. Berpikir kritis perlu dikembangkan dalam diri
siswa agar mampu dan terbiasa menghadapi berbagai permasalahan yang ada
di sekitarnya (Partono et al., 2021).

Adapun indikator capaian yang harus ada dalam proses penilaian peningkatan
critical thinking sebagai berikut :
1. Interpretasi merupakan kemampuan seseorang dalam memahami dan
menggambarkan kembali makna kondisi, informasi atau pesan yang
diterimanya.
2. Analisis merupakan mengamati dan menguraikan suatu informasi yang
diterima secara detail untuk dikaji lebih lanjut.
3. Inference merupakan kemampuan membuat kesimpulan berdasarkan
unsur-unsur.
4. Evaluasi merupakan melakukan penilaian dengan cara mengukur, atau
3

membingkan.
5. Eksplanasi/penjelasan, merupakan kemampuan menerangkan
6. Regulasi diri artinya memiliki kemampuan mengelola diri misal
mengamati apa yang ada disekitar kognitif seseorang, komponen yang
digunakan dalam memperoleh hasil, terutama dengan menerapkan
kecakapan di dalam analisis dan evaluasi untuk penilaiannya sendiri.
3

Bagan 1. Kerangka Pikir

Keterampilan Critical Thinking

Kelas eksperimen Kelas kontrol

pretest
pretest

Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Menggunakan Model


Snowball Throwing

Langkah-langkah Model Snowball Throwing Langkah-langkah


Menyampaikan materi Model Konvesional
Membentuk kelompok Masing-masing ketua kelompok memberikan penjelasan tentang materi
Masing- masing ketua menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru ke kelompoknya
Peserta didik diberi satu lembar kertas, untuk menuliskan satu pertanyaan yang
Pendahuluan
Penyampaian Bahan Ajar

Posttest Posttest
Meningkatkan Keterampilan Critical

Indikator Critical Thinking :


Interpretasi
Analisis
Inference
Evaluasi
Eksplanasi

Terdapat Perbedaan Keterampilan Critical Thinking


3

F. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho: Tidak adanya pengaruh penerapan model snowball throwing antara kelas
eksperimen dalam meningkatkan kompetensi critical dengan kelas
kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvesional
H1 : Terdapat pengaruh penerapan model snowball throwing antara kelas
eksperimen dalam meningkatkan kompetensi critical dengan siswa
kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvesional.
III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy eksperimen
dengan pendekatan kuantitatif. (Mohammad Ali, 1993) menjelaskan bahwa
“Quasy eksperimen hampir mirip dengan eksperimen yang sebenarnya.
Perbedaannya terletak pada penggunaan subyek yaitu pada kuasi eksperimen
tidak dilakukan penugasan rom, melainkan dengan menggunakan kelompok
yang sudah ada”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Quasy eksperimen.

Penggunaan metode kuasi eksperimen ini didasarkan atas pertimbangan agar


dalam pelaksanaan penelitian ini pembelajaran berlangsung secara alami, dan
siswa tidak merasa di eksperimenkan, sehingga dengan situasi yang demikian
diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap tingkat ke validan
penelitian. Dalam quasy experimen terdapat kelompok kontrol, tetapi tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain penelitian yang digunakan
adalah Nonequivalent Control Group Post Test Only Design.

Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Post


Test Only Design. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan
pembelajaran eksperimen yang dalam hal ini adalah penerapan model
Snowball Throwing, sedangkan kelompol kontrol diberikan perlakuan dengan
pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan perlakuan, kedua kelas akan
diberikan posttest. Untuk lebih jelasnya, desain penelitian dapat dilihat pada
tabel berikut:
3

Tabel 1. Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design

Keterangan : O1 X O2
O1 dan O3 : Kedua kelompok diobservasi dengan pre-test untuk
O3 O4
mengetahui keterampilan berpikir kritis awal
X : Pemberian treatment (penerapan model Snowball
Throwing dalam pembelajaran PPKn pada Meteri UUD
1945)
O2 : Keterampilan berpikir kritis siswa yang diberi model
pembelajaran Snowball Throwing
O4 : Keterampilan berpikir kristis siswa yang tidak diberi
model pembelajaran snowball throwing
(Sugiyono, 2019).

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Penentuan sumber data penelitian memerlukan pertimbangan agardapat
memperoleh hasil data yang relevan dengan masalah yang diteliti. Unsur
objek penelitian untuk memperoleh data dinamakan populasi. Hal ini
sesuai dengan pendapat (Zaenal, 2012) “Populasi adalah keseluruhan
objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilaimaupun hal-
hal yang terjadi. Berdasarkan dari pendapat tersebut maka yang menjadi
populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA
N 1 Pringsewu.
Tabel 2. Jumlah Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Pringsewu
Kelas Jumlah Siswa
Kelas X-1 36
Kelas X-2 36
Kelas X-3 35
Kelas X-4 35
Kelas X-5 36
Kelas X-6 34
Kelas X-7 36
3

Kelas X-8 35
Kelas X-9 35
Kelas X-10 36
Total 354

2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasiyang diteliti. Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 2019). Sampel diambil secara purposive sampling. Purposive
Sampling merupakan teknik sampling yang termasuk dalam
Nonprobability Sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan
sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2019). Pemilihan
sampel kelas diambil karena memiliki persamaan tingkat keterampilan
critical thinking pada peserta didik. Sehingga dari sepuluh kelas yang ada,
peneliti telah memilih satu kelas yakni kelas X-2 sebagai kelas eksperimen
dengan jumlah siswa 36 orang dan kelas X-1 sebagai kelas kontrol degan
jumlah 36 orang.
.
Tabel 3. Sampel Penelitian SMA Negeri 1 Pringsewu
Sampel Kelas Jumlah Siswa
Kelas eksperimen (X-2) 36
Kelas kontrol (X-1) 36

C. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
1. Variabel Bebas (X)
variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
Snowball Throwing (X)
2. Variabel Terikat (Y)
variabel terikat dalam penelitian ini adalah meningkatkan kompetensi
critical thinking (Y)
3

D. Definisi Konseptual
Definis konseptual dalam penelitian ini adalah
1. Model pembelajaran snowball throwing merupakan model
pembelajaran kooperatif. Dimana dalam model pembelajaran ini
siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok yang kemudian siswa
membuat suatu pertanyaan sesuai dengan materi yang telah diajarkan
sebelumnya dalam sebuah kertas yang kemudian kertas tersebut
dibentuk menyerupai bola yang kemudian dilempar ke siswa lain dan
siswa yang mendapat bola tersebut menjawab pertanyaan yang
terdapat di dalam.
2. Keterampilan Critical thinking merupakan salah satu indikator
kompetensi 4C yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas
yang seharusnya dilakukan oleh manusia tetapi tergantikan oleh robot.
Kompetensi 4C yang telah dilakukan oleh pengajar dan para siswa
untuk mencakup cara berfikir kritis, mengembangkan kreativitas,
meningkatkan kompetensi berkomunikasi dan pengembangan
kolaborasi. Critical thinking merupakan salah satu keterampilan yang
harus dimiliki oleh peserta didik di abad 21. Berpikir kritis dan
memecahkan masalah ini sangat diperlukan dalam kehidupan untuk
menganalisis suatu masalah dan menemukan solusi untuk masalah
yang muncul di era sekarang dan kedepannya. Berpikir kritis
merupakan suatu konsep pemecahan suatu masalah dengan
menganalisis secara mendalam untuk mendapatkan solusi dari
masalah yang terjadi.

E. Definisi Operasional
Definisi Operasional dalam penelitian ini yaitu:
1) Penggunaan model snowball throwing dalam Pembelajaran PPKn
didasarkan pada salahsatu tugas dari mata pelajaran PPKn yakni
untuk mengembangkan ranah berfikir kritis dan juga dapat
memecahkan masalah.
Langkah pembelajaran PPKn dengan menggunakan snowball throwing
3

adalah sebagai berikut:


1. Guru menyampaikan materi UUD 1945 di kelas X SMA N 1
Pringsewu yang disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-
masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang
materi UUD 1945 di kelas X SMA N 1 Pringsewu.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-
masing,kemudian menjelaskan materi materi UUD 1945 di kelas X
SMA N 1 Pringsewu yang disampaikan oleh guru kepada
temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi UUD
1945 di kelas X SMA N 1 Pringsewu yang sudah dijelaskan oleh
ketua kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari
satu siswa ke siswa yang lain selama lebih kurang 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam
kertas terbentuk bola tersebut secara bergantian
7. Evaluasi
8. Penutup

2) Peningkatan Keterampilan Critical thinking. Untuk memperoleh data


keterampilan critical thinking siswa, peneliti membuat lembar ceklis dari
tiap-tiap indikator kemampuan berpikir kritis yang mencakup:
Keterampilan Critical thinking terdiri enam indikator :
1. Interpretasi
2. Analisis
3. Inference
4. Evaluasi
5. Eksplanasi/penjelasan
6. Regulasi
4

F. Teknik Pengumpulan Data


3. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat dilakuan dalam berbagai setting, dan
berbagai cara. Teknik pengumpulan data adalah langkah strategis untuk
mendapatkan suatu data dalam penelitian (Sugiyono, 2016). Teknik
pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Tes
Tes hasil peningkatan keterampilan berpikir kritis belajar yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah tes tentang hasil pengaruh siswa
selama proses pembelajaran yaitu hasil peningkatan keterampilan
berpikir kritis siswa selama proses dengan pemberian tindakan dan
tanpa pemberian tindakan, dan tes hasil belajar pada kelas kontrol. Hal
tersebut dilakukan untuk mengetahui daya perbedaan tentang hasil
belajar siswa sebelum menggunakan model Snowball Throwing dan
sesudah menggunakannya. Untuk memperoleh soal-soal tes yang baik
sebagai alat pengumpulan data pada penelitian ini, maka penulis
melakukan uji coba tes. Soal-soal yang diuji cobakan tersebut bertujuan
untuk mengetahui daya pembeda soal, tingkat kesukaran soal, dan
reliabilitas soal. Tes adalah alat untuk mengukur tingkat kemampuan
seseorang melalui pertanyaan atau tugas yang harus dijawab dan
dikerjakan oleh responden. Tes dalam penelitian ini adalah tes untuk
menentukan atau mengukur hasil peningkatan berpikir kritis siswa. Tes
yang digunakan berupa tes formatif pilihan ganda yang diadakan pada
waktu yang telah ditentukan yaitu sebelum pembelajaran (pretest) dan
sesudah pembelajaran (posttest).
b. Non Tes
Jika tes merupakan alat untuk mengukur kemampuan seseorang melalui
pertanyaan atau tugas, non tes merupakan salah satu alat ukur untuk
memberikan penilaian terhadap seseorang melalui pengamatan secara
sistematis. Pengumpulan data non tes penelitian ini melalui observasi
dan dokumentasi.
4

1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,
objektif dan rasional mengenai berrbagai fenomena, baik dalam
situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk
mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2014). Observasi pada penelitian
ini yaitu observasi guru dan observasi siswa dimana observasi
siswa dilakukan dengan mengamati mengamati sikap dan aktivitas
siswa pada pembelajaran PPKn model pembelajaran snowball
throwing dan model pembelajaran konvensional.

2. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu dapat
berupa tulisan, gambar atau foto, atau karya-karya monumental dari
seseorang (Sugiyono, 2014). Dokumentasi pada penelitian ini
berupa foto-foto saat pembelajaran berlangsung.

2. Instrumen Penelitian
a. Tes
Tes adalah alat untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang melalui
pertanyaan atau tugas yang harus dijawab dan dikerjakan oleh
responden. Tes dalam penelitian ini adalah tes untuk menentukan atau
mengukur hasil peningkantan keterampilan berpikir kritis siswa. Tes
yang digunakan berupa tes formatif pilihan ganda yang diminta
diadakan pada waktu yang telah ditentukan yaitu sebelum pembelajaran
(pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest). Untuk melakukan tes
diperlukan langkah-langkah pengajaran di kelas menggunakan model
pembelajaran snowball throwing yang dibuatkan Rencana Pelaksanaan
Pembalajaran dengan model snowball throwing dengan materi yang
sesuai dengan model tersebut.
4

Tes yang digunakan berupa tes bersifat kognitif (pengetahuan). Tes


dalam ranah kognitif berupa posttest dalam bentuk soal Pilihan
Ganda (PG) yang direncanakan untuk mengukur dan memperoleh
informasi tentang kemampuan peserta didik dengan skala sikap
keterampilan critical thinking ini terdiri dari enam indikator yang
dapat menggambarkan atau mendeskripsikan keterampilan critical
thinking. Berikut penjabaran dari enam indikator tersebut.
Perhitungan keseluruhan nilai jawaban tes yang benar pada pilihan
ganda (PG) setiap peserta didik yang didapatkan dihitung dengan rumus
berikut.
Skor yang x 100
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 =
didapatkan
jumlah soal

Hasil perhitungan nilai setiap siswa kemudian disinkronkan dengan


klasifikasi penilaian pihak sekolah.

b. Observasi
Pengamatan (observasi) yang digunakan pada penelitian ini adalah
tabel pengamatan dengan sistem tanda (sign system). Instrumen
tersebut berisikan langkah-langkah dari model Snowball Throwing
yang dijadikan sebagai indikator dari variabel model pembelajaran
Snowball Throwing yang dilakukan oleh peneliti. Dalam pelaksanaan
penelitian, peneliti akan menggunakan lembar observasi yang berisi
langkah model pembelajaran snowball throwing dan indikator berpikir
kritis peserta didik. untuk menghutung penilaian hasil observasi
peserta didik dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Pedoman penskoran berpikir kritis peserta didik :
Skor tiap peserta didik
Total skor X 100 =

Pedoman penskoran berpikir kritis seluruh peserta didik


Skor keseluruhan yang diperoleh
Jumlah Peserta didik X 100 =
4

Tabel 4. Kualifikasi Persentase Skor Observasi Critical Thinking

Interval Presentase Kriteria


>80 Sangat kritis
60-80 Kritis
40-60 Sedang
20-40 Kurang kritis
0-20 Tidak kritis
Sumber (Suprijono, 2010)

G. Analisis Instrumen
1. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas adalah suatu uji keabsahan instrumen penelitian
(kuesioner) yang akan digunakan untuk pengumpulan data yang
berkaitan dengan variabel penelitian. Agar instrumen penelitian yang
digunakan dapat menampilkan data yang akurat, maka butir-butir
pertanyaan atau pernyataan (item) diuji validitasnya. Menurut Husein
bahwa,"untuk menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan
dengan skor total memakai rumus teknik korelasi product moment.
𝐍. ∑ 𝐗𝐘 – (∑ 𝐗)(∑ 𝐘)
𝒓=
√{𝐍. ∑ 𝐗𝟐 – (∑ 𝐗)𝟐}{𝐍. ∑ 𝐘 𝟐 – (∑ 𝐘)𝟐}

Keterangan :
R = nilai korelasi
N = jumlah responden
X = skor nilai pertanyaan atau pernyataan
Y = jumlah skor pertanyaan atau pernyataan tiap responden

Uji validitas ini dilakukan pada butir pertanyaan. Hasil rhitung dibingkan
dengan rtabel, dimana df=n-2 (sig 5% n=jumlah sampel). Jika rtabel
rhitung maka tidak valid. Pengujian data dengan menggunakan bantuan
paket program SPSS (Statistical Product Service Solution).
4

2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini untuk mengetahui sejauh mana suatu hasil pengukuran
relatif konsistensi apabila pengukuran di ulangi dua kali atau lebih. Hasil
penelitian yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang
berbeda. Menurut Imam menyatakan bahwa, "uji reliabilitas merupakan
suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach’s Alpha (𝛼) > 0.60"

𝒌 ∑ 𝝈𝟐
𝒓𝟏𝟏 =( ) (𝟏 − �)
𝒌−𝟏 �

𝒕

Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan atau pernyataan
𝜎t 2 = varians total
∑σb 2 = jumlah varians butir

Pengujian data dengan menggunakan bantuan paket program SPSS


(Statistical Product Service Solution)
Tabel 5. Kriteria Interpretasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Korelasi Reliabilitas Kriteria
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Cukup
0,60 – 0,799 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
Sumber : Sugiyono (2015)

H. Teknik Analisis Data


Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama, yaitu bagaimana gambaran
proses pembelajaran siswa yang menggunakan model pembelajaran snowball
throwing dan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional
pada elemen UUD 1945 di kelas X SMA N 1 Pringsewu yaitu menggunakan
observasi selama pembelajaran di kelas dan dianalisis secara deskriptif. Untuk
menjawab rumusan masalah yang kedua yaitu, apakah terdapat perbedaan hasil
4

belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran snowball throwing


dengan siswa yang menggunakan model konvensional pada materi UUD 1945
di kelas X SMA N 1 Pringsewu yaitu dengan menggunakan data dari hasil
pretest dan posttest yang akan dianalisis menggunakan pendekatan statistic
secara manual dan dengan aplikasi SPSS.
1) Uji Normalitas Data
Uji normalitas merupakan pengujian untuk mengetahui apakah data
penelitian yang digunakan terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov smirnov dengan rumus

Sumber: Sugiyono 2013


Keterangan :
KD = Jumlah Kolmogorov-Smirnov yang dicari
n1 = Jumlah Sampel yang diperoleh
n2 = Jumlah Sampel yang diharapkan
dengan bantuan perangkat lunak SPSS 26 for windows. Dasar pengambilan
hasil uji normalitas adalah sebagai berikut.
1) Jika nilai signifikansi < 0.05, maka data tidak terdistribusi normal
2) Jika nilai signifikansi > 0.05, maka data terdistribusi normal

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok data
mempunyai varian data yang sama atau tidak. Uji homogenitas digunakan
untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal
dari populasi yang memiliki varian yang sama. Untuk mengukur
homogenitas varian dari dua kelompok data, taraf signifikansi yang
digunakan adalah 0.05. Dalam penelitian ini, uji homogenitas dengan
rumus :
4

Keterangan:
n = jumlah siswa.
k = banyaknya kelas.
𝑍𝑖𝑗 = |𝑌𝑖𝑗 − 𝑌𝑡 |
𝑌𝑖 = rata-rata dari kelompoki i.
𝑍̅ 𝑖 = rata-rata kelompok dari 𝑍𝑖
𝑍̅= rata-rata menyeluruh dari 𝑍𝑖j
Yang dilakukan menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS 26 for
windows. Dasar pengambilan hasil uji homogenitas adalah sebagai berikut.
1) Jika nilai signifikansi < 0.05, maka data tidak bersifat homogen.
2) Jika nilai signifikansi > 0.05, maka data bersifat homogen.

3. Uji Hipotesis
Berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan, yaitu
H0 : Tidak terdapat pengaruh peningkatan critical thinking
siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan model
Snowball Throwing dengan kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran konvensional.
H1 : Terdapat pengaruh peningkatan critical thinking siswa
antara kelas eksperimen yang menggunakan model
Snowball Throwing dengan kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran konvensional.

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh


positif yang signifikan dari model pembelajaran Snowball Throwing
(X) sebagai variabel bebas dengan peningkatan critical thinking (Y)
sebagai variabel terikat. Untuk memperkuat hasil uji hipotesis
dilakukan uji independen sample t Test supaya diketahui apakah ada
4

perbedaan hasil Peningkatan Keterampilan Critical Thinking antara


kelas eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran Snowball
Throwing dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan Model
Pembelajaran Snowball Throwing dengan menggunakan uji independen
sample t Test (jika data terdistrubusi normal) atau dengan uji Mann
Whitney (jika data tidakterdistribusi normal). Uji hipotesis ini dilakukan
pada data posttest kelas eksperimen dengan posttest kelas control.
Jika data terdistribusi normal maka dilakukan uji independen sample t
Test
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Klik Analyze >Compare Means Independent-Samples T Test
2. Measukkan Variabel “Hasil” ke kolom Test Variable(s).
Caranya klik “Hasil”, kemudian klik Icon Panah ke kanan
3. Memasukkan variabel “Kelas” ke kolom Grouping Variable
4. Klik Define Group
5. Pada Window Define Groups, masukkan nilai 1 dan 2 pada
Group UseSpecified Values
6. Klik Continue pada Window Define Group dan Klik OK.

Dalam pengujian hipotesis pada penelitian, ada beberapa kriteria yang


harusdilakukan, diantaranya:
1. Apabila nilai t hitung > t tabel dengan dk = n-2 dan ɑ 0.05
maka H0ditolak dan sebaliknya Ha diterima.
2. Apabila probabilitas (sig) < 0,05 maka H0 ditolak dan sebaliknya
Ha diterima.

Kemudian untuk mengetahui besaran efektifitas penggunaan Model


Pembelajaran Snowball Throwing dalam dalam Peningkatan
Keterampilan Critical Thinking dilakukan uji N Gain Score dengan
bantuan SPSS versi 20 dengan rumus sebagai berikut :
4

Kategorisasi perolehan nilai N-Gain score dapat ditentukan berdasarkan


N-Gain dalam bentuk persen (%). Adapun pembagian kategori
perolehan nilai N-Gain menurut Hake, R.R. (1999) dapat diketahui pada
tabel berikut:
Tabel 6. Kategori Tafsiran N- Gain Score
Presentase (%) Tafsiran
<40 Tidak Efektif
40 – 55 Kurang Efektif
56 – 75 Cukup Efektif
> 76 Efektif
Sumber : Hake, R.R. (1999)

I. Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian merupakan suatu persiapan yang sistematis agar
tujuan peneliltian dapat tercapai sesuai dengan rencana. Kegiatan yang
dilakukan dalam penelitian ini anatara lain sebagai berikut:
1. Persiapan Pengajual Judul
Langkah awal dalam penelitian ini penulis mengajukan judul yang terdiri
dari dua alternatif pilihan kepada dosen pembimbing akademik. Setelah
mendapat persetujuan dari dosen pembimbing akademik, selanjutnya
penulis mengajukan judul tersebut kepada Ketua Program Studi PPKn dan
disetujui pada tanggal 15 Juli 2022 sekaligus ditentukan dosen
pembimbing utama yaitu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd. dan
pembimbing pembantu yaitu Ana Mentari, S.Pd., M.Pd.
2. Penelitian Pendahuluan
Setelah mendapat surat izin penelitian pendahuluan dari Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dengan Nomor:
5565/UN26.13/PN.01.00/2022 pada tanggal 16 agustus 2022, peneliti
melakukan penelitian pendahuluan di sekolah SMA N 1 Pringsewu. Dalam
hal ini peneliti melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran PPKn
dalam keterampilan critical thinking siswa kelas X di SMA N 1 Pringsewu
serta observasi kondisi siswa pada saat mata pelajaran dilaksanakan.
Penelitian ini ditunjang oleh beberapa literatur dan arahan dari dosen
pembimbing. Pada tanggal 26 Oktober 2022 disetujui Pembimbing I
4

(utama) untuk melaksanakan seminar proposal yang kemudian disahkan


oleh Ketua Program Studi PPKn. Hal tersebut dilakukan dengan maksud
untuk mendapatkan masukan atau saran dari dosen pembahas untuk
kesempurnaan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Pengajuan Rencana Penelitian
Rencana penelitian diajukan untuk mendapatkan persetujuan setelah
melaksanakan seminar proposal. Setelah melakukan proses konsultasi dan
perbaikan-perbaikan proposal skripsi kepada dosen pembimbing I dan II
maka seminar proposal dilaksanakan pada hari Jum‘at tanggal 26 Oktober
2022. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah perbaikan dengan
proposal skripsi dengan konsultasi kepada dosen pembahas dan dosen
pembimbing.
4. Penyusunan Alat Pengumpulan Data
Sesuai dengan alat pengumpul data yang akan digunakan dalam penelitian
ini, maka peneliti mempersiapkan tes soal pilihan ganda yang akan
diberikan kepada responden berjumlah 72 responden dengan jumlah 18 soal
pilihan ganda yang terdiri dari tiga alternatif. Adapun langkah-langkah
dalam pembuatan tes ini adalah sebagai berikut:
a) Membuat kisi-kisi tes soal pilihan ganda mengenai Penerapan Model
Pembelajaran Snowball Throwing Dalam Meningkatkan Keterampilan
Critical Thinking Pada Materi Kelas X di SMA Negeri 1 Pringsewu
b) Mengkonsultasikan angket kepada Pembimbing I dan Pembimbing II
c) Setelah tes tersebut disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II,
peneliti melakukan uji coba angket kepada sepuluh responden di
luar populasi sebenarnya.
5. Pelaksanaan Uji Coba Penelitian
Pelaksanaan Penelitian ini di lapangan dengan membawa surat izin
penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung dengan Nomor 558/UN26.13/PN.01.00/2023 yang ditujukan pada
Ketua Program Studi PPKn Universitas Lampung. Setelah mendapat surat
pengantar dari Dekan, selanjutnya penulis mengadakan penelitian yang
dilaksanaan pada 23 Januari 2023, dalam pelaksanaan penelitian ini penulis
5

melakukan uji coba angket terhadap 10 orang di luar sampel yang akan
diteliti. Pada penelitian ini dilakukan dua uji coba yaitu uji validitas dan uji
reliabilitas.
1) Uji Coba Validitas Tes
Uji validitas tes soal yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan terlebih dahulu menyebarkan tes soal pilihan ganda dengan
mengujinya kepada 10 mahasiswa diluar responden. Uji validitas ini
dilakukan dengan perhitungan data dengan menggunakan bantuan
Microsoft Excel dalam intrumen yang berbentuk tes soal pilihan ganda
untuk variabel X yaitu Model Pembelajaran Snowball Throwing dan
variabel Y yaitu Keterampilan Critical Thinking. Pengujian ini
menggunakan taraf signifikasi 0,05 dengan kriteria pengambilan
keputusan yaitu apabila 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑟𝑡𝑒𝑏𝑒𝑙 maka instrument dapat
dinyatakan valid. Sedangkan apabila 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑟𝑡𝑒𝑏𝑒𝑙 maka
instrumen dinyatakan tidak valid. Untuk memudahkan uji validitas pada
penelitian ini maka dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan
program SPSS versi 25. Adapun langkah- 55 langkah dalm menghitung
validitas menggunakan bantuan SPSS versi 20 yaitu: (1) Masukkan
seluruh data dan skor total; (2) Analize >>Correlate >> Bivariate; (3)
Masukkan seluruh item dalam kotak Variabels; (4) Klik Pearson >>
OK. Output hasil uji validitas tes dengan bantuan SPSS versi 20 dapat
dilihat pada lampiran. Hasil uji coba tes soal pilihan ganda yang telah
diisi oleh sepuluh orang responden diluar sampel dapat dilihat pada
tabel berikut:

Tabel 7. Hasil Uji Coba Validitas (Variabel Y) Kepada Sepuluh


Responden Diluar Populasi
Soal R hitung R tabel Keputusan
X1 0, 8363 0, 6319 VALID
X2 0, 7794 0, 6319 VALID
X3 0, 9895 0, 6319 VALID
X4 0, 7794 0, 6319 VALID
X5 0, 1612 0, 6319 TIDAK VALID
X6 0, 9895 0, 6319 VALID
X7 0, 6478 0, 6319 VALID
X8 0, 5644 0, 6319 TIDAK VALID
5

X9 0, 8363 0, 6319 VALID


X10 0, 9895 0, 6319 VALID
X11 0, 6829 0, 6319 VALID
X12 0, 7794 0, 6319 VALID
X13 0, 739 0, 6319 VALID
X14 0, 655 0, 6319 VALID
X15 0, 7794 0, 6319 VALID
X16 0, 779 0, 6319 VALID
X17 0, 8136 0, 6319 VALID
X18 0, 67816 0, 6319 VALID
X19 0, 67816 0, 6319 VALID
X20 0, 739 0, 6319 VALID
(Sumber: Hasil uji validitas tes menggunakan program SPSS versi 20)

Berdasarkan data hasil perhitungan menggunakan SPSS versi 20


maka untuk tes soal critical thinking ( Variabel Y) bahwasannya dari
20 soal pilihan ganda terdapat 18 soal yang valid dan 2 soal yang
dinyatakan tidak valid karena setiap item rhitung ≥ rtabel dengan level
signifikan sebesar 5% (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa soal
pilihan ganda yang valid keseluruhannya sebanyak 18 soal. Soal yang
valid akan dilanjutkan untuk menganalisis data selanjutnya, soal yang
tidak valid akan dinyatakan gugur dan tidak akan digunakan untuk
analisis data selanjutnya.

2) Uji Coba Reliabilitas


Uji reliabilitas dilakukan dengan menghitung koefisien Cronbach’s
Alpha dari data hasil uji coba instrumen (tes). Untuk pengujian
reliabilitas peneliti menggunakan bantuan program SPSS versi 20.
Langkah-langkah menghitung reliabilitas menggunakan SPSS versi
20 yaitu: (1) masukkan data yang sama dengan data yang digunakan
untuk menghitung validitas; (2) Analize >> Scale >> Reliability
Analysis; (3) masukkan nomer item yang valid ke dalam kotak items,
skor total tidak diikutkan; (4) Statistics, pada kotak dialog
Descriptives for klik Scale if item deleted >> Continue >> OK. Output
hasil uji reliabilitas tes dengan bantuan SPSS versi 20 dapat dilihat
5

pada lampiran. Suatu instrumen penelitian dinyatakan cukup reliabel


jika memiliki kriteria penilaian uji reliabilitas, jika reliabilitas kurang
dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan jika uji reliabilitas 0,7 dapat
diterima dan diatas 0,8 adalah baik.Hasil uji coba tes yang telah diisi
oleh sepuluh orang. Responden di luar sampel dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 8. Uji Reliabilitas (Variabel Y) kepada Sepuluh Responden diluar


Populasi
Case Processing Summary
N %
C Valid 10 100, 0
a Excluded a 0 ,0

s Total 10 100, 0

e
s
a. Listwise deletion based on all
variables in t he
procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

, 959 20

(Sumber: Hasil uji reabilitas tes menggunakan program SPSS versi 20)

Hasil uji coba soal tes pilihan ganda diatas dikatakan realiabel apabila
hasil minimalnya 0,6. Dengan demikian kuisioner yang dipakai dalam
penelitian ini sudah realiabel karena setelah dianalisis menggunakan
bantuan SPSS versi 20 untuk variable (Y) hasil akhirnya memiliki nilai
0,959. Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka soal tes pilihan ganda
tentang keterampilan critical thinking (variabel Y) diperoleh realibilitas
5

0,959 artinya ( 0,959 > 0,6) dari 18 soal tes pilihan ganda yang valid
dan 2 soal tidak valid. Dengan demikian hasil uji reliabilitas tersebut
menunjukkan bahwa instrumen termasuk dalam kriteria ‘Sangat Tinggi’
yang berarti dapat diandalkan untuk menjadi instrumen sebuah
penelitian.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

1. Profil SMAN 1 Pringsewu


SMA Negeri 1 Pringsewu merupakan salah satu satuan pendidikan dengan
jenjang SMA di Pringsewu, Kec. Pringsewu, Kab. Pringsewu, Lampung.
SMA Negeri 1 Pringsewu yang beralamatkan di Jl. Olahraga No. 001
dengankode pos 35373. SMA Negeri 1 Pringsewu didirikan 1996. SMA
ini memiliki 10 ruang kelas X, 11 ruang kelas XI, dan 10 ruang kelas XII.
SMA Negeri 1 Pringsewu sudah terakreditasi A.
2. Visi dan Misi SMAN 1 Pringsewu
Adapun visi dan misi SMA Negeri 1 Pringsewu adalah sebagai berikut.
a. Visi
SMA NEGERI 1 Pringsewu Unggul akademis dan nonakademis
berlandaskan agama, sosial dan budaya”
b. Misi
1) Melaksanakan penerimaan siswa baru melalui seleksi akademis
2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan bimbingan
secaraefektif sehingga siswa berkembang sesuai dengan potensi
yangdimilikinya.
3) Menumbuhkan semangat keunggulan dan percaya diri
kepadaseluruh warga sekolah.
5

4) Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi


dirinya sehingga dapat dikembangkan secara positif.
5) Menanamkan jiwa kreatif dan inovatif baik akademis maupun
nonakademis bagi warga sekolah sehingga tidak tertinggal
oleh IPTEK
6) Mengembangkan IPTEK berwawasan global (jaringan internet)
baik KBM maupun administrasi.
7) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang
dianut sehingga menjadi manusia pengamal yang arif dan
bijaksana
8) Menerapkan manejemen partisipasi dengan melibatkan
seluruhwarga sekolah.
9) Meningkatkan kedisiplinan bagi seluruh warga sekolah.
10) Meningkatkan kerjasama dengan unsur masyarakat, komite sekolah
maupun instansi lain yang terkait.
11) Meningkatkan kesejahteraan guru dan karyawan.
12) Meningkatkan orinentasi belajar dengan digital
librarary (perpustakaan Digital )
13) Meningkatkan Kualitas belajar siswa berorientasi pada TI

c. Sarana dan Prasarana SMAN 1 Pringsewu


Adapun rincian sarana dan prasarana SMA Negeri 1 Pringsewu adalah
sebagai berikut
Tabel 9. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Pringsewu
No. Nama Prasarana Jumlah
1. Ruang BK 1
2. Ruang Guru 1
3. Ruang Gudang 1
4. Ruang Ibadah 1
5. Ruang Laboratoriam 7
6. Ruang Kepala Sekolah 1
7. Ruang Waka 1
8. Ruang Tata Usaha 1
9. Toilet 25
10 Perpustakaan 1
11 Ruang UKS 1
12 Ruang Ekstrakurikuler 5
13 Tempat Olahraga 1
5

14 Aula 1
15 Dapur Umum 1
16 Koperasi Sekolah 1
17 Ruang Kelas 31
Sumber : Dokumentasi SMA Negeri 1 Pringsewu
d. Keadaan Guru Di SMAN 1 Pringsewu
Tenaga pendidik di SMA Negeri 1 Pringsewu secara keseluruhan
berjumlah63 tenaga pendidik, dengan rincian 1 Kepala Sekolah dan 62 guru.
Tabel 10. Data Guru SMA Negeri 1 Ptingsewu
No. Nama Keterangan
1 Aris Wiranto, S.Pd., M.Pd. Guru
2 Saras Yuliati P, S.Pd. Guru
3 DRs. Sujito, M.Pd.I. Guru
4 Drs. Hj. Siti Aisyah Guru
5 Dra. Suwarsi Guru
6 Dra Ana Dalina Guru
7 M. Syarip Hidayat, S.Pd. Guru
8 Johannes Purba, S.Pd. Guru
9 Hj. Darmiyati, M.Pd. Guru
10 Dra. Hj. Siti Nurjanah, M.M. Guru
11 Paulus Andi Sulistyo, S.Pd. Guru
12 Drs. Syafroni, S.Pd. Guru
13 Sri Sukaryati, S.Pd. Guru
14 Hj. Eka Fitriana, M.Pd. Guru
15 Ris Purwaningsih, S.Pd. Guru
16 Buminawati, M.Pd. Guru
17 Drs. Fauzi Irawan J, M.Pd. Guru
18 Dra. Hj. Chala Retno, S.Pd. Guru
19 Yulis Tyaningsih, S.Pd. Guru
20 Hendri Hidayat, M.Pd. Guru
21 Agustinus Sudaryanto, S.Pd., M.M. Guru
22 Drs. Supriyanto Guru
23 Krida Dinaswati, S.Pd. Guru
24 Rita Aryani, M.M Guru
25 Nurlina Sinambela, S.Pd. Guru
26 Hastin Kurniasih, M.Si. Guru
27 Pujiati, S.Pd. Guru
28 Lukman Hakim Aham, M.Pd.I. Guru
29 Chandra Huda Wijaya, S.Kom Guru
30 Hj. Heryanti, M.Pd. Guru
31 Suryatiningsih, M.Pd. Guru
32 Novita Dianawati, M.Pd. Guru
33 Syamsul Hadi Saputro, S.Pd. Guru
34 Lilis Suhaya, S.Pd. Guru
35 Hendri Setiawan, S.Kom. M.Ti Guru
5

36 Erlina Isneni, S.Pd., M.Pd. Guru


37 Coni Kuswijaya, S.Kom Guru
38 Afriadi, S.Pd. Guru
39 Tegus Samiadi, S.Pd. H., M.Si. Guru
40 Mema Sopiyana, M.Pd. Guru
41 Edi Heri Sudrajat, S.Pd. Guru
42 Doni Efriadi, M.Pd. Guru
43 Nurmayani, S.Pd. Guru
44 Rifi Wicaksono, S.Pd. Guru
45 Yusuf Slamet, S.Ag Guru
46 Indah Nur Komala Dewi, S.Pd. Guru
47 Nur Intan Maya, S.Pd. Guru
48 Novi Pasa Jelita, S.Pd. Guru
49 Siti Zubaidah, S.Pd. Guru
50 Maryana, S.Pd. Guru
51 Evi Mariyati, S.Pd. Guru
52 Meliasari, S.Pd. Guru
53 Nur Hidayah, S.Pd. Guru
54 Endah Ayu Ningtias, S.Pd. Guru
55 Tiara Gardenia, S.Pd., M.Pd. Guru
56 Eni Ayu Lestari, S.Pd. Guru
57 Ahmad Untoro, S.Pd. Guru
58 Avi Sena Syafiq, S.Pd. Guru
59 Sefi Tri Wahyuni, S.Pd. Guru
60 Sarah Rizi Aulia, S.Pd. Guru
61 Iceu Mayasari, M.Pd. Guru
62 Amalia Anisyafira, S.Pd. Guru
63 Icha Seci Aldhini, S.Pd. Guru
Sumber : Dokumentasi SMA Negeri 1 Pringsewu

B. Deskripsi Data Penelitian


1. Pengumpulan Data
Setelah melakukan uji validitas dan uji reliabilitas angket dapat
disimpulkan bahwa angket dapat digunakan dalam penelitian karena
setiap soal dinyatakan valid dan angket tersebut juga dikatakan reliabel,
maka selanjutnya peneliti melakukan penelitian kepada siswa kelas X
SMA Negeri 1 Pringsewu. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
ialah menggunakan soal pilihan ganda, adapun jumlah responden dalam
penelitian ini adalah 72 peserta SMA Negeri 1 Pringsewu yang terdiri dari
kelas X-2 sebagai kelas eksperimen dan X-1 sebagai kelas kontrol.
Kemudian soal dibagikan kepada setiap responden untuk memperoleh
5

data Pre-Test dan Post-Test mengenai Penerapan Model Pembelajaran


Snowball Throwing dalam Meningkatkan Keterampilan Critical Thinking
Pada Materi Kelas X PPKn di SMA Negeri 1 Pringsewu.
2. Penyajian Data
Setelah melakukan pengumpulan data dengan soal pilihan ganda,
kemudian dibuat distribusi soal pilihan ganda dengan indikator yang
berkaitan Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing dalam
Meningkatkan Keterampilan Critical Thinking Pada Materi Kelas X PPKn
di SMA Negeri 1 Pringsewu. Adapun soal yang digunakan dalam
penelitian ini adalah soal pilihan ganda dengan jawaban yang telah
disediakan oleh peneliti, sehingga responden hanya memilih salah satu
alternative jawaban dengan masing- masing jawaban a, b, c, atau d.
Alternatif pemberian skor 5,5 apabila jawaban benar, dan skor 0 apabila
jawaban salah.
a. Analisis Statistik Deskriptif Kelas Eksperimen
1) Pretest
Berdasarkan hasil pretest kelas eksperimen yaitu Kelas X-2 ,
diperoleh Nilai Tertinggi (NT) adalah 66 dan Nilai Terendah adalah
33.Kemudian untuk menentukan interval kelas dilakukan
perhitungan sebagai berikut:
I = Interval
n = 36
NT = 66
NR = 33
K = 1 + 3,3 Log n
= 1 + 3,3 (Log 36)
= 1+ 3,3 (1,55)
= 1 + 5,13
= 6,13
Dibulatkan menjadi 6
5

Menentukan Interval

𝑁𝑇−𝑁𝑅
I= 𝐾

66− 33
= 6

33
= 6

= 5,5
Jadi interval kelas ditentukan sebesar 5,5
Sehingga dapat ditentukan diperoleh data distribusi Frekuensi
HasilPretest Kelas Eksperimen sebagai berikut:

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Eksperimen


Nilai Frekuensi
33-38,5 11
38,5-44 4
45-49,5 6
49,5-55 6
56-61,5 5
61,5-67 4
Jumlah 36

Berdasarkan Tabel 11. di atas diketahui hasil pretest yang


diperoleh pada kelas eksperimen, maka dapat digambarkan
dalam grafik berikut:
6

Grafik 1. Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Eksperimen


12

10

0
33-38,5 38,5-44 45-49,5 49,5-55 56-61,5 61,5-67

Berdasarkan Gambar 4.4 di atas maka dapat disimpulkan bahwa


hasil pretest kelompok eksperimen dengan nilai 33-38,5 jumlah 11
peserta didik,nilai 38,5-44 jumlah 4 peserta didik, nilai 45-49,5
jumlah 6 peserta didik, nilai 49,5-55 jumlah 6 peserta didik, dan nilai
56-61,5 jumlah 5 peserta didik,dan nilai 61,5-67 jumlah 4 peserta
didik. Adapun hasil perhitungan statistikdiperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 12. Hasil Analisis Nilai Pretest Kelas Eksperimen dengan Bantuan
SPSS 20
Descriptive Statistics
N Minimu Maximu Mean Std.
m m Deviation
Pretest
Eksperimen 36 33, 66, 49,04 10,7918
Valid N (listwise) 36 0 0 2

Dari Tabel 12. di atas menunjukkan bahwa jumlah peserta didik


yang mengikuti pretest (N) di kelas eksperimen sebanyak 36
peserta didik dengan nilai minimum 33, maksimum 66, nilai rata-
rata (mean) 49,042 dan nilai standar deviasi atau simpangan baku
sebesar 10,7918.
6

2) Posttest
Berdasarkan hasil posttest kelas eksperimen yaitu Kelas X-2,
diperoleh Nilai Tertinggi (NT) adalah 100 dan Nilai Terendah
adalah 60,5.
Kemudian untuk menentukan interval kelas dilakukan perhitungan
sebagai berikut:
I = Interval
n = 36
NT = 100
NR = 60,5
K = 1 + 3,3 Log n
= 1 + 3,3 (Log 36)
= 1+ 3,3 (1,55)
= 1 + 5,13
= 6,13
Dibulatkan menjadi 6

Menentukan Interval

𝑁𝑇−𝑁𝑅
I=
𝐾

100− 60,5
= 6

39,5
= 6

= 6,59
Jadi interval kelas ditentukan sebesar 6,59.
Sehingga dapat ditentukan diperoleh data distribusi Frekuensi Hasil
Posttest Kelas Eksperimen sebagai berikut:
6

Tabel 12. Tabel 13. Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas


Eksperimen

Nilai Frekuensi
60,5-67,09 9
67,09-73,68 5
73,68-80,27 3
80,27-86,86 4
86,86-93,45 9
93,45-100 6
Jumlah 36

Berdasarkan distribusi frekuensi hasil posttest yang diperoleh pada


kelaseksperimen, maka dapat digambarkan dalam grafik berikut:
Grafik 2. Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Eksperimen
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

60,5-67,0967,09-73,6873,68-80,2780,27-86,8686,86-93,4593,45-100

Berdasarkan Gambar 4.5 di atas maka dapat disimpulkan bahwa


hasil posttest kelompok eksperimen dengan nilai 60,5-67,09 jumlah
9 peserta didik, nilai 67,09-73,68 jumlah 5 peserta didik, nilai
73,68-
80,27 jumlah 3 peserta didik, nilai 80,27-86,86 jumlah 4 peserta
didik, nilai 86,86-93,45jumlah 9 peserta didik, dan nilai 93,45-100
jumlah 6 peserta didik. Adapun hasil perhitungan statistik diperoleh
hasil sebagai berikut:
6

Tabel 14. Hasil Analisis Nilai Posttest Kelas Eksperimen dengan


Bantuan SPSS 20
Descriptive Statistics
N Minimu Maximu Mean Std.
m m Deviation
Post test
Eksperimen 36 60, 100, 80,20 13,3027
Valid N (listwise) 36 5 0 8

Dari Tabel 14. di atas menunjukkan bahwa jumlah peserta didik


yangmengikuti posttest (N) di kelas eksperimen sebanyak 36
peserta didik dengan nilai minimum 60,5, maksimum 100, nilai
rata-rata (mean) 80,208 dan nilai standar deviasi atau simpangan
baku sebesar 13,3027.

Adapun hasil penilaian peserta didik kelas eksperimen pada pretest


dan posttest, hasil tes inilah yang akan menjadi salah satu acuan
keberhasil andalam penelitian ini. Adapun rekapitulasi hasil
analisis nilai pretest dan posttest kelas eksperimen dengan bantuan
SPSS 20 sebagai berikut:

Tabel 15. Rekapitulasi Hasil Analisis Statistik Nilai Pretest Posttest


Kelas Eksperimen dengan Bnatuan SPSS 20
Statistics
Post test Pre test
Eksperimen Eksperimen
Valid 36 36
N Missing 0 0
Mean 80,208 49,042
Std. Error of
2,2171 1,7986
Mean
Median 82,500 49,500
Mode 88,0a 38,5a
Std. Deviation 13,3027 10,7918
Variance 176,962 116,463
Range 38,5 33,0
Minimum 60,5 33,0
Maximum 100,0 66,0
6

Dari Tabel 15. di atas menunjukan hasil statistik dari nilai pretest
dan posttestpeserta didik kelas eksperimen dengan perbandingan
yaitu untukpretest rerata sebesar 49,042, median sebesar 49,500,
modus sebesar 38,5, simpangan baku sebesar 10,7918, skor
minimum 33 dan skor maksimum 66. Sedangkan hasil statistik
dari nilai posttest yaitu rerata sebesar 80,208,median sebesar
82,500, modus sebesar 88, simpangan baku sebesar 13,3027, skor
minimum 60,5 dan skor maximum 100.

Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai pretest dan posttest kelas


eksperimen, bahwa nilai antara pretest dan posttest memiliki
perbedaan yang sangat baik dengan peningkatan nilai hasil tes
pilihan ganda yang diberikan untuk menganalisis tingkat
keterampilan critical thinking peserta didik sebelum dan sesudah
diberikan treatment model pembelajaran snowball throwing.
Karena pada hasil pretest rata-rata nilai yang didapat dikelas
eskperimen hanya 49,042 dan hasil posttest rata-rata nilai dikelas
eksperimen meningkat menjadi 80,208 yang terbilang cukup tinggi
dalam peningkatan hasil tes dengan perbandingan nilai hasil pretest
dan posttest 31,166.

b. Analisis Statistik Deskriptif Kelas Kontrol


a. Pretest
Berdasarkan hasil pretest kelas kontrol yaitu Kelas X-1,
diperoleh Nilai Tertinggi (NT) adalah 60,5 dan Nilai Terendah
adalah 33. Kemudianuntuk menentukan interval kelas dilakukan
perhitungan sebagai berikut:
I = Interval
n = 36
NT = 66
NR = 33
K = 1 + 3,3 Log n
6

= 1 + 3,3 (Log 36)


= 1+ 3,3 (1,55)
= 1 + 5,13
= 6,13
Dibulatkan menjadi 6

Menentukan Interval

𝑁𝑇−𝑁𝑅
I=
𝐾

60,5−33
= 6

27,5
= 6

= 4, 58
Jadi interval kelas ditentukan sebesar 4,58

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol


Nilai Frekuensi
33-37,58 5
37,58-42,38 6
42,38-46,96 5
46,96-51,54 7
51,54-56,12 6
56,12-60,7 7
Jumlah 36

Berdasarkan distribusi frekuensi hasil pretest yang diperoleh pada


kelaseksperimen, maka dapat digambarkan dalam grafik berikut:
6

Grafik 3. Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol


8

0
33-37,58 37,58-42,38 42,38-46,96 46,96-51,54 51,54-56,12 56,12-60,7

Berdasarkan Gambar di atas maka dapat disimpulkan bahwa


hasil pretestkelas kontroldengan nilai 33-37,58 jumlah 5 peserta
didik, nilai 37,58-42,38 jumlah 6 peserta didik, nilai 42,38-46,96
jumlah 5 peserta didik, nilai 46,96-51,54 jumlah 7 peserta didik,
nilai 51,54-56,12 jumlah 6 peserta didik, dan nilai 56,12-60,7
jumlah 7 peserta didik. Adapun hasil perhitungan statistik
diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 17. Hasil Analisis Nilai Pretest Kelas Kontrol dengan Bantuan SPSS
20
Descriptive Statistics
N Minimu Maxim Mean Std.
m um Deviation
Pre test Kontrol 36 33, 60, 47,66 9,4808
Valid N 0 5 7
36
(listwise)
Dari Tabel 17. di atas menunjukkan bahwa jumlah peserta didik
yang mengikuti pretest (N) di kelas kontrol sebanyak 36 peserta
didik dengan nilai minimum 33, maksimum 60,5, nilai rata-rata
(mean) 47,667 dan nilai standar deviasi atau simpangan baku
sebesar 9,480.
6

b. Posttest
Berdasarkan hasil posttest kelas kontrol yaitu Kelas X-1,
diperoleh Nilai Tertinggi (NT) adalah 82,5 dan Nilai Terendah
adalah 55. Kemudianuntuk menentukan interval kelas dilakukan
perhitungan sebagai berikut:
I = Interval
n = 36
NT = 66
NR = 33
K = 1 + 3,3 Log n
= 1 + 3,3 (Log 36)
= 1+ 3,3 (1,55)
= 1 + 5,13
= 6,13
Dibulatkan menjadi 6

Menentukan Interval

𝑁𝑇−𝑁𝑅
I=
𝐾

82,5-55
= 6

27,6
= 6

= 4,59
Jadi interval kelas ditentukan sebesar 4,59

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol


Nilai Frekuensi
55-59,59 4
59,59-64,18 6
64,18-68,77 8
68,77-73,36 7
73,36-77,95 6
77,95-82,54 5
Jumlah 36
6

Berdasarkan distribusi frekuensi hasil posttest yang diperoleh


pada kelaskontrol, maka dapat digambarkan dalam grafik berikut:
Grafik 4. Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol
9

0
55-59,59 59,59-64,18 64,18-68,77 68,77-73,36 73,36-77,95 77,95-82,54

Berdasarkan Gambar 4.7 di atas maka dapat disimpulkan


bahwa hasil posttest kelas control dengan nilai 55-59,59 jumlah
4 peserta didik, nilai 59,59-64,18 jumlah 6 peserta didik, nilai
64,18-68,77 jumlah 8 peserta didik, nilai 68,77-73,36
jumlah 7 peserta didik, nilai 73,36-77,95 jumlah 6 peserta didik,
dan nilai 77,95-82,54 jumlah 5 peserta didik. Adapun hasil
perhitungan statistik diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 19. Hasil Analisis Nilai Posttest Kelas Kontrol dengan Bantuan SPSS
20
Descriptive Statistics
N Minimu Maximu Mean Std.
m m Deviation
Post test
Kontrol 36 55, 82, 69,05 8,6658
Valid N 0 5 6
36
(listwise)
Dari Tabel 19. di atas menunjukkan bahwa jumlah peserta didik yang
mengikuti posttest (N) di kelas kontrol sebanyak 36 peserta didik
dengan nilai minimum 55, maksimum 82,5, nilai rata-rata (mean)
69,056 dan nilaistandar deviasi atau simpangan baku sebesar 8,6658.
6

Adapun hasil penilaian peserta didik kelas kontrol pada pretest dan
posttest, hasil tes inilah yang akan menjadi salah satu acuan
keberhasilandalam penelitian ini. Adapun rekapitulasi hasil analisis
nilai pretest dan posttest kelas kontrol dengan bantuan SPSS 20 sebagai
berikut:
Tabel 20. Rekapitulasi Hasil Analisis Statistik Nilai Pretest Posttest Kelas
Kontrol dengan Bnatuan SPSS 20
Statistics
Post test Pre test Kontrol
Kontrol
Valid 36 36
N Missing 0 0
Mean 69,056 47,667
Std. Error of Mean 1,4443 1,5801
Median 68,750 49,500
Mode 66,0 49,5a
Std. Deviation 8,6658 9,4808
Variance 75,097 89,886
Range 27,5 27,5

Minimum 55,0 33,0


Maximum 82,5 60,5
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Dari Tabel 20. di atas menunjukan hasil statistik dari nilai pretest dan
posttest peserta didik kelas eksperimen dengan perbandingan yaitu
untuk pretest rerata sebesar 47,68, median sebesar 49,5, modus sebesar
49,5, simpangan baku sebesar 9,4808, skor minimum 33 dan skor
maksimum 60,5. Sedangkan hasil statistik dari nilai posttest yaitu rerata
sebesar 69,056, median sebesar 68,75, modus sebesar 66,0, simpangan
baku sebesar 8,6658, skor minimum 55 dan skor maximum 82,5.

Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai pretest dan posttest kelas kontrol,


bahwa nilai antara pretest dan posttest memiliki perbedaan yang cukup
baik dengan adanya peningkatan nilai hasil tes yang diberikan untuk
menganalisis tingkat keterampilan critical thinking peserta didik
sebelum dan sesudah diberikan treatment model pembelajaran snowball
throwing. Karena pada hasil pretest rata-rata nilai yang didapat dikelas
kontrol hanya 47,68 dan hasil posttest rata-rata nilai dikelas eksperimen
7

meningkat menjadi 69,056 yang terbilang sedang dalam peningkatan


hasil tes dengan perbandingan nilai hasil pretest dan posttest 21,376
jika dibandingkan dengan perbandingan kelas eksperimen.

C. Pengamatan (Observasi)
Setelah tahap pemberian perlakuan (treatment) dengan menggunakan metode
pembelajaran eksperimen dan dengan pembelajaran konvensional, peneliti
melakukan pengamatan (observasi) tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan saat
pembelajaran baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
Observasi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pembelajaran sudah
sesuai dengan langkah-langkah yang sudah direncanakan. Dalam penelitian
ini, peneliti dibantu oleh guru mata pelajaran PPKn di SMA Negeri 1
Pringsewu.
a. Data hasil observasi kelompok eksperimen dengan menggunakan model
ksperimen Observasi kelompok eksperimen dengan menggunakan
model eksperimen dilakukan 2 kali, yakni pada pertemuan I dan
pertemuan ke
II. Hasil observasi tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 21. Hasil Observasi Pertemuan 1 Kelas Eksperimen
No. Nilai
Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah konversi Kategori
1 3 3 3 2 2 3 2 2 20 62,5 Kritis
2 3 2 3 2 2 2 3 3 20 62,5 Kritis
3 3 2 3 2 3 3 2 3 21 65,625 Kritis
4 4 3 3 2 2 2 1 4 21 65,625 Kritis
5 4 4 3 3 2 3 2 3 24 75 Kritis
Sangat
6 4 3 3 4 3 4 3 2 26 81,25 kritis
7 3 4 3 3 2 3 3 3 24 75 Kritis
8 3 3 3 3 3 2 3 4 24 75 Kritis
9 4 4 3 3 2 3 4 2 25 78,125 Kritis
10 2 3 2 3 4 2 3 2 21 65,625 Kritis
11 2 3 3 3 2 3 2 2 20 62,5 Kritis
Sangat
12 4 4 4 3 3 4 3 3 28 87,5 kritis
13 4 2 4 3 2 3 2 4 24 75 Kritis
14 4 3 3 2 3 2 2 2 21 65,625 Kritis
15 4 4 2 3 2 3 2 4 24 75 Kritis
16 2 2 3 3 2 2 2 4 20 62,5 Kritis
17 2 2 2 3 2 3 1 3 18 56,25 Sedang
18 2 3 2 3 1 2 2 2 17 53,125 Sedang
19 2 2 3 2 2 3 2 2 18 56,25 Sedang
7

20 1 3 4 4 3 1 2 2 20 62,5 Kritis
21 3 2 1 4 2 1 2 2 17 53,125 Sedang
22 3 3 3 3 1 2 2 1 18 56,25 Sedang
23 3 3 2 4 2 3 3 1 21 65,625 Kritis
24 2 2 2 2 2 2 2 3 17 53,125 Sedang
25 3 3 4 2 2 2 3 2 21 65,625 Kritis
26 4 3 3 2 3 2 2 1 20 62,5 Kritis
27 4 4 2 2 3 2 2 1 20 62,5 Kritis
28 4 2 4 2 1 2 2 2 19 59,375 Sedang
29 4 3 2 2 2 3 2 4 22 68,75 Kritis
30 4 2 4 2 2 3 2 2 21 65,625 Kritis
31 3 2 3 2 2 3 4 2 21 65,625 Kritis
32 2 2 2 1 2 3 4 2 18 56,25 Sedang
33 2 3 3 2 2 3 3 3 21 65,625 Kritis
34 3 4 2 2 3 4 4 2 24 75 Kritis
35 3 3 2 2 2 4 4 2 22 68,75 Kritis
36 3 2 2 3 2 3 3 3 21 65,625 Kritis
Total 2371,875
Nilai keaktifan seluruh peserta didik

Skor keseluruhan yang diperoleh


Jumlah Peserta didik x 100 =
2371,87 x 100 = 65,86% (Kritis)
36

Tabel 22. Hasil Observasi Pertemuan 2 Kelas Eksperimen


Nilai
No. Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah konversi Kategori
1 4 4 4 4 3 4 4 3 30 93,75 Sangat kritis
2 4 4 4 3 3 3 4 4 29 90,63 Sangat kritis
3 4 4 4 4 3 4 4 4 31 96,88 Sangat kritis
4 4 3 4 3 4 2 4 4 28 87,5 Sangat kritis
5 4 4 4 3 3 4 4 3 29 90,63 Sangat kritis
6 4 3 3 3 2 4 4 3 26 81,25 Sangat kritis
7 4 4 3 4 3 4 3 4 29 90,63 Sangat kritis
8 4 3 3 4 4 4 4 4 30 93,75 Sangat kritis
9 4 3 4 4 4 4 4 3 30 93,75 Sangat kritis
10 4 3 2 4 3 3 3 4 26 81,25 Sangat kritis
11 3 3 4 4 4 3 3 4 28 87,5 Sangat kritis
12 3 4 4 4 4 3 4 4 30 93,75 Sangat kritis
13 4 3 4 4 4 3 3 4 29 90,63 Sangat kritis
14 3 3 4 4 3 4 4 4 29 90,63 Sangat kritis
15 3 4 2 3 2 3 3 4 24 75 Kritis
16 3 4 3 4 3 4 3 4 28 87,5 Sangat kritis
17 3 4 4 4 4 3 3 3 28 87,5 Sangat kritis
18 3 3 3 3 4 4 3 2 25 78,13 Kritis
7

19 3 4 4 4 3 3 4 2 27 84,38 Sangat kritis


20 3 3 3 4 4 4 4 3 28 87,5 Sangat kritis
21 3 4 4 4 3 4 4 4 30 93,75 Sangat kritis
22 2 3 3 4 4 2 4 3 25 78,13 Kritis
23 3 3 2 4 2 3 4 2 23 71,88 Kritis
24 2 3 3 4 4 3 4 3 26 81,25 Sangat kritis
25 3 4 3 4 4 2 3 4 27 84,38 Sangat kritis
26 4 4 3 4 4 3 3 4 29 90,63 Sangat kritis
27 4 4 3 4 4 3 3 3 28 87,5 Sangat kritis
28 4 4 4 2 4 3 4 4 29 90,63 Sangat kritis
29 4 3 4 2 4 4 4 2 27 84,38 Sangat kritis
30 4 2 4 3 3 3 4 3 26 81,25 Sangat kritis
31 3 3 3 4 3 2 4 3 25 78,13 Kritis
32 3 4 4 4 3 3 4 4 29 90,63 Sangat kritis
33 3 3 4 4 2 4 3 4 27 84,38 Sangat kritis
34 3 4 2 4 3 4 3 3 26 81,25 Sangat kritis
35 4 3 4 4 3 4 4 4 30 93,75 Sangat kritis
36 4 4 4 3 4 3 4 3 29 90,63 Sangat kritis
Total 3125

Nilai keaktifan seluruh peserta didik

Skor keseluruhan yang diperoleh


Jumlah Peserta didik x 100 =
3125 x 100 = 86,80% (Sangat Kritis)
36
b. Data hasil observasi kelompok kontrol dengan menggunakan
model konvensional
Observasi kelompok kontrol dengan menggunakan model konvesional
dilakukan 2 kali, yakni pada pertemuan I dan pertemuan ke II. Hasil
observasi tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 23. Hasil Observasi Pertemuan 1 Kelas Kontrol
Nilai
No. Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah konversi Kategori
1 2 1 1 4 2 4 2 3 19 59,38 sedang
2 2 1 2 3 1 2 1 1 13 40,63 Sedang
3 3 2 3 3 1 1 2 2 17 53,13 Sedang
4 3 2 1 1 2 2 2 1 14 43,75 Sedang
5 1 1 1 1 1 4 1 3 13 40,63 Sedang
6 2 2 2 2 3 1 3 2 17 53,13 Sedang
7 3 4 3 3 4 4 4 4 29 90,63 Sangat kritis
7

8 4 3 3 4 4 4 3 3 28 87,5 Sangat kritis


9 2 1 2 2 3 2 3 3 18 56,25 Sedang
10 2 3 1 2 1 2 1 1 13 40,63 Sedang
11 2 1 2 2 2 3 2 1 15 46,88 Sedang
12 3 3 3 3 4 3 4 3 26 81,25 Sangat kritis
13 4 3 2 2 2 3 2 1 19 59,38 Sedang
14 3 3 1 2 3 3 2 2 19 59,38 Sedang
15 3 3 2 3 2 3 2 2 20 62,5 Kritis
16 3 2 2 1 1 1 1 1 12 37,5 Kurang kritis
17 3 2 2 1 1 3 1 1 14 43,75 Sedang
18 3 2 1 2 3 2 1 2 16 50 Sedang
19 3 2 2 3 4 2 2 2 20 62,5 Kritis
20 3 2 2 2 3 2 2 1 17 53,13 Sedang
21 2 1 1 1 2 1 1 2 11 34,38 Kurang kritis
22 2 1 1 1 2 2 1 3 13 40,63 Sedang
23 3 3 2 4 2 3 4 2 23 71,88 Kritis
24 2 1 1 2 2 3 4 3 18 56,25 Sedang
25 2 1 2 1 1 1 2 2 12 37,5 Kurang kritis
26 1 2 2 3 2 2 3 3 18 56,25 Sedang
27 2 3 3 2 1 1 1 2 15 46,88 Sedang
28 4 4 4 3 3 3 3 4 28 87,5 Sangat kritis
29 4 3 4 2 1 3 4 1 22 68,75 Kritis
30 4 3 3 3 3 3 4 1 24 75 Kritis
31 4 2 3 4 3 2 4 3 25 78,13 Kritis
32 4 3 3 3 3 2 3 4 25 78,13 Kritis
33 2 2 3 2 1 1 3 1 15 46,88 Sedang
34 1 2 1 2 3 2 2 1 14 43,75 Sedang
35 2 1 1 2 1 1 2 2 12 37,5 Kurang kritis
36 2 2 2 2 1 1 1 2 13 40,63 Sedang
total 2022

Nilai keaktifan seluruh peserta didik

Skor keseluruhan yang diperoleh


Jumlah Peserta didik x 100 =
2022 x 100 = 56,16% (Sedang)
36
7

Tabel 24. Hasil Observasi Pertemuan 2 Kelas Kontrol


Nilai
No. Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Konversi Kategori
1 2 1 1 4 2 4 3 3 20 62,5 kritis
2 2 1 2 3 3 2 1 1 15 46,88 Sedang
3 3 2 3 3 3 1 2 2 19 59,38 Sedang
4 3 2 1 1 3 3 2 1 16 50 Sedang
5 1 1 1 3 3 4 1 3 17 53,13 Sedang
6 2 2 2 2 3 2 3 2 18 56,25 Sedang
7 4 4 4 4 4 4 4 4 32 100 Sangat kritis
8 4 3 2 4 4 4 4 3 28 87,5 Sangat kritis
9 2 1 3 2 2 3 3 3 19 59,38 Sedang
10 2 3 3 3 3 2 2 2 20 62,5 Kritis
11 2 2 2 2 2 3 2 2 17 53,13 Sedang
12 3 3 4 3 4 3 4 2 26 81,25 Sangat kritis
13 4 3 4 2 2 3 2 1 21 65,63 Kritis
14 3 3 2 4 3 3 2 2 22 68,75 Kritis
15 3 3 2 3 3 3 2 2 21 65,63 Kritis
16 3 3 4 3 2 2 2 3 22 68,75 Kritis
17 3 2 2 3 1 3 1 1 16 50 Sedang
18 3 2 2 2 3 2 1 2 17 53,13 Sedang
19 3 3 3 3 4 2 2 2 22 68,75 Kritis
20 3 2 4 4 4 3 3 3 26 81,25 Sangat kritis
21 2 4 1 3 2 1 1 2 16 50 Sedang
22 2 1 2 3 2 2 1 3 16 50 Sedang
23 3 3 2 4 3 3 4 2 24 75 Kritis
24 2 2 1 2 3 3 4 3 20 62,5 Kritis
25 3 1 2 1 1 1 2 2 13 40,63 Sedang
26 2 2 2 3 2 2 3 2 18 56,25 Sedang
27 2 3 2 2 1 1 1 2 14 43,75 Sedang
28 3 4 2 3 3 2 3 4 24 75 Kritis
29 2 3 4 2 1 2 3 1 18 56,25 Sedang
30 1 3 3 2 3 2 4 2 20 62,5 Kritis
31 1 1 1 2 3 1 4 3 16 50 Sedang
32 3 3 2 2 3 2 1 2 18 56,25 Sedang
33 2 3 3 2 1 1 3 2 17 53,13 Sedang
34 1 3 2 3 3 2 2 1 17 53,13 Sedang
35 3 3 2 2 1 3 2 2 18 56,25 Sedang
36 2 2 3 2 3 1 1 2 16 50 Sedang
total 2184
7

Nilai keaktifan seluruh peserta didik

Skor keseluruhan yang diperoleh


Jumlah Peserta didik x 100 =
2184 x 100 = 60,7% (kritis)
36
c. Perbandingan Kelas Eksperimen dan Kontrol
Tabel 25. Perbandingan Kelas Eksperimen dan Kontrol
Hasil pencapaian (%) Kategori
Kelas Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan
1 2 1 2
Eksperimen 65,86% 86,80% Kritis Sangat kritis
Kontrol 56,16% 60,7% Sedang Kritis

Berdasarkan Tabel 25. di atas diketahui hasil uji perbandingan


observasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dapat
digambarkan dalam grafik berikut:

90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%

1 2

EksperimenKontrol

Berdasarkan hasil observasi berfikir kritis (critical thinking) peserta


didik tersebut, dapat terlihat bahwa peserta didik pada kelas eksperimen
yang menggunakan model pembelajaran snowball throwing
mendapatkan nilai observasi yang lebih besar dibandingkan dengan
peserta didik pada kelas kontrol yang menggunakan model
pembelajaran konvensional.
7

Hasil observasi tersebut menunjukkan kelas eksperimen mendapatkan


nilai 69,35% dengan kategori kritis pada pertemuan 1 dan nilai 86,80%
dengan kategori sangat kritis, sedangkan kelas kontrol mendapatkan nilai
56,16% dengan kategori sedang dan nilai 60,7% dengan kategori kritis .
Berdasarkan hasil tersebut, model pembelajaran snowball throwing
lebih mampu meningkatkan keterampilan berfikir kritis (critical
thinking) peserta didik dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional.

D. Uji Prasyarat Analisis


1. Uji Normalitas
Pada dasarnya uji normalitas ini dilakukan untuk mengkaji apakah data
penelitian yang digunakan terdistribusi dengan normal atau tidak. Data
yang digunakan untuk uji normalitas adalah data hasil pretest dan
posttest pada kelaseksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas ini
juga berperan sebagai syarat untuk menentukan uji apa yang akan
digunakan dalam pembuktian hipotesis.
Apakah menggunakan uji paired sample t test (jika data normal) atau
uji Wilcoxon (jika data tidak normal). Dasar pengambilan keputusan
hasill ujinormalitas adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikansi (Sig.) lebih besar dari 0,05, maka
data penelitianberdistribusi normal.
2. Jika nilai signifikansi (Sig.) lebih kecil dari 0,05, maka
data penelitian tidakberdistribusi normal.
Hasil uji normalitas menggunakan SPSS 20 terhadap data yang
digunakan dalampenelitian ini ditunjukan dalam tabel berikut ini
:
7

Tabel 26. Hasil Uji Normalitas dengan Bantuan SPSS 20

Kelas Signifikasi
Pretest Eksperimen 0,67
Posttest Eksperimen 0,82
Pretest Kontrol 0,66
Posttest Kontrol 0,82

Berdasarkan perhitungan uji normalitas dengan rumus Kolmogorov-


Smirnov,data pada Tabel 26. di atas maka dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Pada pretest kelas eksperimen memiliki nilai signifikansi sebesar
0,067 (0,067
> 0,05), maka dapat diputuskan jika data pada pretest kelas eksperimen
terdistribusi normal.
2) Pada posttest kelas eksperimen memiliki nilai signifikansi sebesar 0,082
(0,82 > 0,05), maka dapat diputuskan jika data pada posttest kelas
eksperimen terdistribusi normal.
3) Pada pretest kelas control memiliki nilai signifikansi sebesar 0,066
(0,066 >0,05), maka dapat diputuskan jika data pada pretest kelas kontrol
terdistribusi normal.
4) Pada posttest kelas control memiliki nilai signifikansi sebesar 0,082
(0,082 >0,05), maka dapat diputuskan jika data pada posttest kelas
kontrol terdistribusi normal.

Dengan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian
ini yang terdiri dari data nilai hasil pretest kelas eksperimen, nilai hasil
posttest kelas eksperimen, nilai hasil pretest kelas kontrol, dan nilai hasil
kelas kontrol secara keseluruhan terdistribusi dengan normal karena
memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05. Sehingga dapat pula diputuskan
dalam uji hipotesisdapat digunakan uji Paired Sample t Test dan uji
Independen sample t Test.
7

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah varian atau
keberagaman data kelas eksperimen dan kelas kontrol bersifat homogen
atau tidak. Kriteria ujihomogenitas dapat dinyatakan sebagai berikut: :
H0 : Variansi populasi bervarian homogen
H1 : Variansi populasi tidak bervarian homogen
Kriteria uji : Jika signifikasi hasil perhitungan > α , maka H0 diterima.
Nilai αyang diambil adalah α = 0,05 (data homogen jika Sig. > α )
Data yang digunakan uji homogenitas dalam penelitian ini adalah data
hasil nilaiposttest kelas eksperimen dan data hasil nilai posttest kelas
kontrol.
Tabel 27. Hasil Uji Homogenitas dengan Bantuan SPSS 20
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Based on Mean 11,093 1 70 ,001
Based on Median 9,116 1 70 ,004
hasil critical thinking Based on Median and with
9,116 1 59,995 ,004
adjusted df
Based on trimmed mean 11,065 1 70 ,001

Berdasarkan Tabel 27. di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sebesar
0,001 (0,001 < 0,05), maka H0 ditolak sehingga dapat diputuskan jika data
hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol bervarian heterogen atau
berbeda.

E. Uji Hipotesis
Rumusan hipotesis yang akan diuji:
H0 : Tidak terdapat pengaruh dalam meningkatan keterampilan Critical
Thinking siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan model
Snowball Throwing dengan kelas kontrol yang menggunakan
model
pembelajaran konvensional.
H1 : Terdapat pengaruh dalam meningkatan keterampilan Critical Thinking
siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
Snowball Throwing dengan kelas kontrol yang menggunakan model
pembelajaran konvensional.
Kriteria pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi, di mana nilai
7

probabilitas (α) adalah 0,05 :


1. Jika Sig. (2-tailed) > α (0,05), maka H0 ditolak, Ha diterima.
2. Jika Sig. (2-tailed) < α (0,05), maka H0diterima, Ha ditolak.

Berdasarkan uji prasyarat analisis yang menyatakan bahwa data dalam


penelitian initerdistribusi dengan normal maka pada penelitian ini akan
digunakan uji independen sample t Test untuk mengetahui apakah ada
perbedaan hasil penguatan kompetensi berpikir kritis antara kelas eksperimen
yang menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing dengan kelas
kontrol yang menggunakan model pembelajaran Konvensional. Selanjutnya
untuk mengetahui seberapa besar presentase keberpengaruhan model
pembelajaran Snowball Throwing (X) sebagai variabel bebas dalam
meningkatan keterampilan Critical Thinking (Y) sebagai variabel terikat
dilakukan uji N- Gain Score.

1). Uji Independen Sample t Test


Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil model
pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatan keterampilan Critical
Thinking pada materi PPKn kelas X di SMAN 1 Pringsewu. Data yang
digunakan dalam perhitungan uji ini adalah data hasil posttest pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol untuk kemudian dihasilkan nilai signifikansi
(Sig. 2-tailed) yang akan dibandingkan dengan nilai probabilitas sebesar 0,05
dan nilai t hitung yang akan dibandingkandengan nilai t tabel.

Tabel 28. Hasil Uji Independen Sample t Test dengan Bantuan SPSS 20

Signifikasi Signifikasi 2- Df T hitung


tailed
0,001 0,000 70 4,215
(sumber : SPSS 20)

Berdasarkan Tabel 30. di atas diketahui nilai Sig. Levene's Test for Equality
of Variances adalah sebesar 0,001 (0,001 < 0,05), maka dapat diartikan
bahwa varians data nilai posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
8

adalah heterogen atau berbeda. Sehingga penafsiran hasil uji Independent


Samples Test padapenelitian ini berpedoman pada nilai yang terdapat dalam
tabel “Equal variances assumed”. Nilai Sig. 2-tailed sebesar 0,000 (0,000 <
0,05). Selanjutnyan diketahuinilai t hitung adalah sebesar 4,215 di mana nilai
df adalah 70 sehingga nilai t tabel adalah 1,068. Dengan demikian nilai t
hitung 4,215 > 1,068 nilai t tabel maka sebagaimana dasar pengambilan
keputusan dalam uji Independent Samples Test dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima. Sehingga artinya terdapat perbedaan yang signifikan
atau nyata antara rata-rata hasil posttest antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol yang berarti menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil
peningkatan keterampilan critical thingking antara kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing dengan kelas kontrol
yang menggunakan model pembelajaran Konvensional.

3). Analisis N Gain Score


Nilai Gain didapat dari selisih nilai keseluruhan posttest dan nilai
keseluruhan pretest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai tersebut
dimaksudkan untukmengetahui pengaruh model pembelajaran Snowball
Throwing dalam peningkatan keterampilan Critical Thinking . Berikut
merupakan hasil analisis N Gain Score ternormalisasi dengan bantuan SPSS
20.

Tabel 29. Hasil Uji N Gain Score

Kelas Mean Maksimal Minimal


Eksperimen 58,5042 100,00 16,67
Kontrol 40,2235 75,00 11,11
(sumber : SPSS 20)
Berdasarkan Tabel 30. di atas diketahui hasil N-Gain Score pretest dan
posttest yang diperoleh pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dapat
digambarkan dalam grafik berikut:
8

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Mean Maksimal Minimal

EksperimenKontrol

Berdasarkan hasil perhitungan N-Gain Score pada Tabel 29. di atas,


menunjukkan bahwa nilai rata-rata (Mean) N-Gain Score untuk kelas
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing
adalah sebesar 58.5042 atau 58,5% yang berarti termasuk dalam kriteria Cukup
Efektif. Dengan nilai N-Gain Score minimal sebesar 16,67% dan maksimal
sebesar 100%. Sementara untuk rata-rata N-Gain Score untuk kelas kontrol
yang menggunakan model pembelajaran Konvensional adalah sebesar 40.2235
atau 40,22 % yang berarti termasuk dalam kategori kurang Efektif . Dengan nilai
N-Gain Score minimal sebesar 11,11% dan maksimal sebesar 75%. Dapat
disimpulkan penerapan model pembelajaran snowball throwing ini cukup
efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan critical thinking peserta
didik, kemudian model pembelajaran konvensional dirasa kurang efektif jika
digunakan untuk meningkatkan critical thinking peserta didik.

F. Pembahasan Hasil Penelitian


Setelah penulis melakukan melakukan penelitian, maka selanjutnya penulis
akanmelakukan penganalisisan data yang telah penulis peroleh. Kemudian,
penulis akan mencoba menguraikan dan menjelaskan keadaan yang
sebenarnya sesuai dengan data yang diperoleh mengenai pengaruh penerapan
model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatan keterampilan
Critical Thinking pada materi PPKn kelas X di SMAN 1 Pringsewu.
Berdasarkan hasil data, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara
8

peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dapat diketahui
dari perbedaan hasil nilai pretest dan posttest kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing dan kelas kontrol
yang menggunakan model pembelajaran Konvensional. Pada saat penelitian
berlangsung yaitu pada tanggal 3 februari 2023 sampai 22 Februari 2023
proses kegiatan pembelajaran di SMAN Negeri 1 Pringsewu dilaksanakan
dengan secara tatap muka di ruang kelas.

Meskipun begitu dalam pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran harus terus


mengedepankan unsur pembelajaran yang menerapkan 4 keterampilan yang
membangun softskill bagi peserta didik yang sesuai dengan tuntutan
pendidikan pada abad 21, salah satunya dari adalah keterampilan berpikir
kritis. Berpikir kritis sebagai keterampilan yang merupakan unsur penting
dalam pembentukan diri manusia agar memiliki kemampuan menganalisis,
memecahkan masalah, dan mampu bertindak sesuai dengan norma yang
berlaku. Penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing merupakan
salah satu cara yang dapat digunakan untuk dapat meningkatkan keterampilan
critical thinking kepada peserta didik. Untuk memberikan meningkatkan
keterampilan critical thinking dibutuhkan proses pembelajaran yang inovatif,
interaktif dan menyenangkan.

Berdasarkan permasalahan di atas menjadi alasan bagi penulis untuk dapat


melaksanakan penelitian terkait dengan pengaruh model pembelajaran
Snowball Throwing dalam meningkatan keterampilan Critical Thinking pada
materi PPKn kelas X di SMAN 1 Pringsewu. Pengambilan keputusan dan
analisis data dilakukan untuk membuktikan hipotesis pada penelitian ini
didasarkan atas hasil nilai pretest dan posttest pada kelas ekperimen dan kelas
kontrol yang sebelumnya sudah disesuaikan dengan rubrik penilaian, yakni
ada atau tidaknya pengaruh dan perbedaan hasil dari penerapan model
pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatan keterampilan Critical
Thinking pada materi PPKn kelas X di SMAN 1 Pringsewu. Selain itu, juga
dilakukan analisis untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh dari dari model
8

pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatan keterampilan Critical


Thinking pada materi PPKn kelas X di SMAN 1 Pringsewu.

Penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing di implementasikan


dalam pembelajaran PPKn pada kelas eksperimen yaitu kelas X-2. model
pembelajaran Snowball Throwing merupakan model pembeajaran kooperatif.
Dimana dalam model pembelajaran ini peserta didik di buat beberapa
kelompok untuk membuat suatu pertanyaan sesuai dengan materi yang telah
diajarkan sebelumnya dalam sebuah kertas yang kemudian kertas tersebut
dibentuk menyerupai bola yang kemudian dilempar ke peserta didik lain dan
siswa yang mendapat bola tersebut menjawab pertanyaan yang terdapat di
dalamnya (Kusumawati, 2017).

Pada model pembelajaran ini siswa dituntut aktif berinteraksi dengan teman
sekelompok sehingga dalam menerapkan model ini peserta didik
memperbaiki komunikasi dan hubungan baik sesama peserta didik, dilihat
dari hasil observasi menggembangkan kerjasama antar sesama kelompok dan
menonjolkan yang terpenting pada keterampilan berpikir kritis anggota
kelompok dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru tersebut
dengan model pembelajaran Snowball Throwing. Dalam penggunaan model
pembelajaran Snowball Throwing ini, pembelajaran berpusat pada peserta
didik dengan pendekatan saintifik yang mengutamakan upaya meningkatkan
keterampilan critical thinking peserta didik didalam materi PPKn di SMA.
Dalam aspek ini sangat dibutuhkan kemampuan pedagogik yang baik dari
seorang guru dalam menyajikan pembelajaran di kelas. Dan model
pembelajaran Snowball Throwing yang digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar merupakan salah satu model yang mampu meningkatkan
keterampilan critical thinking peserta didik. Karena mengajarkan critical
thinking skill dengan memberikan kesempatan siswa untuk berperan aktif
dengan memberikan pertanyaan dan tantang sehingga siswa termotivasi
untuk aktif mengejar rasa ingin tahunya. Hal ini sejalan dengan penelitian
oleh (Jaya, 2022) bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Snowball
8

Throwing keaktifan dan kemampuan berpikir siswa dalambelajar meningkat.


Jadi kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan model
pembelajaran Snowball Throwing lebih baik dari pada model konvensional.
Adapun materi yang akan dibahas dalam model pembelajaran Snowball
Throwing adalah tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam UUD
1945 (elemen UUD 1945).

Pada penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan


keterampilan critical thinking mendukung adanya teori belajar yang sesuai
dalam meningkatkan keterampilan critical thingking dengan penerapan model
yang mendukung teori belajar ini yaitu Teori Belajar Kontruktivistik yang
dikemukakan oleh Jean Piaget. Konstruktivisme Piaget menekankan pada
proses yang dilalui siswa untuk mengetahui sesuatu dan tahapan yang dillui
untuk memperoleh pengetahuan tersebut (Trianto, 2007). Piaget meyakini
bahwa kecenderungan siswa berinteraksi dengan lingkungan adalah bawaan
sejak lahir. Siswa membangun atau mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
informasi sendiri yang telah didapatkannya menjadi pengetahuan yang baru.
Konstruktivisme merupakan teori yang menggambarkan bagaimana belajar
itu terjadi pada individu, berkenaan dengan apakah siswa itu menggunakan
pengalamannya untuk memahami pelajaran atau mengkuti pembelajaran dalm
membuat suatu model.

Dan model pembelajaran snowball throwing ini mendukung adanya teori


belajar kontruktivistik, dimana model ini merupakan pengembangan dari
model pembelajaran diskusi dan merupakan bagian dari model pembelajaran
kooperatif dan dengan melalui penerapan model pembelajran snowball
throwing ini, siswa dapat menyampaikan pertanyaan atau permasalahan
dalam bentuk tertulis yang nantinya akan didiskusikan bersama.
8

Dengan demikian, siswa dapat mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang di


alaminya dalam memahami materi pelajaran, memungkinkan terjadinnya
saling sharing pengetahuan dan pengalaman upaya mnyelsaikan permaslahan
yang mungkin timbul dalam diskusi yang berlangsung secara lebih interaktif
dan menyenangkan.

Sesuai dengan teori belajar kontruktivisme pada penerapan model


pembelajaran snowball throwing proses belajar dilakukan dengan cara
menggali pengetahuan atau membangun informasi sendiri sehingga peserta
didik mampu menyelesaikan segala permasalahan sendiri dan menjawab
segala persoalan dalam belajar yang dapat meningkatkan keterampilan
critical thingking peserta didik. Pada penelitian yang relevan yang sudah
dilakukan oleh Hidayah, R. et. Al(2017) yang menyatakan bahwa, peserta
didik yang melaksanakan pembelajaran dengan menganalisis informasi-
informasi yang didapat melalui diskusi kemudian memberikan kesimpulan
berdasarkan hasil temuannya akan meningkatkan kompetensi berpikir ktitis
dalam kategori sangat baik. Penggunakan model snowball throwing memang
dirasa cukup efektif dalam meningkatkan keterampilan critical thinking
peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ellen (2019) model pembelajaran snowball throwing terbukti dapat
meningkatkan keaktifan siswa sebesar 20%. Sehingga model pembelajaran
snowball throwing memiliki pengaruh yang positif dalam meningkatkan
keterampilan critical thinking pada peserta didik.

Setelah diaplikasikannya model pembelajaran Snowball Throwing ini dalam


pembelajaran PPKn di kelas eksperimen yaitu Kelas X-2, peserta didik
menjadi tertarik serta antusias mengikuti kegiatan pembelajaran untuk
berinteraksi bertanya ataupun menjawab terhadap teman ataupun pendidik.
Peserta didik banyak menemukan istilah-istilah dalam mengidentifikasi kasus
atau permasalahan dalam apa saja pelaggaran hak dan kewajiban warga
negara didalam UUD 1945. Berdasarkan observasi atau pengamatan yang
dilakukan peneliti, terdapat beberapa peserta didik yang merespon stimulus
8

dari guru dan juga bertanya terkait dengan materi UUD 1945. Hal tersebut
sejalan dengan penelitian Retnowati (2020) Keberhasilan suatu
pembelajaran dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan
pembelajaran tersebut. Keberhasilan dapat dilihat dari tingkat penguasaan
materi, pemahaman, serta prestasi belajar dari siswa. Semakin tinggi tingkat
pemahaman dan penguasaan materi siswa maka akan semakin tinggi pula
tingkat berfikir kritis siswa.

Penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing di kelas eksperimen


mendukung penguatan aspek keterampilan dasar atau basic support yang
sesuai dengan teori R.H. Ennis (2011) bahwa pembentukan ketrampilan dasar
dapat meningkatkan keterampilan critical thinking peserta didik karena
peserta didik dapat membangun pengatahuan untuk pengalaman belajarnya
secara mandiri dengan tetap di bawah bimbingan guru. Pada akhir
pembelajaran, peserta didik dengan bimbingan guru mengolah informasi dari
hasil pertemuan untuk menentukan kesimpulan dalam kegiatan regulasi untuk
mendukung meningkatnya critical thinking peserta didik. Masing-masing
peserta didik bersaama pendidik menyimpulkan hasil temuan masing-masing
sampai dengan habis waktu pembelajaran.

Pada pengamatan di kelas eksperimen yaitu di kelas X-2 terlihat jelas


perbedaannnya, pada kelas eksperimen menggunakan penerapan model
pembelajaran snowball throwing ,peserta didik terkihat jauh lebih interaktif
dengan banyaknya yang merespon pertanyaan dan juga menjawab
pertanyaan. Keadaan kelas pun terlihat lebih kondusif dan hampir semua
peserta didik mengikuti pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran snowball throwing. Dalam penerapan model snowball throwing
di kelas eksperimen, penerapan model ini dengan cara model pembelajaran
yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok
untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat
pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke
siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang
8

diperoleh sehingga model ini lebih membuat peserta didik interaktif dan juga
menyenangkan. Dalam lembar observasi peserta didik pada kelas eksperimen
yang dilakukan 2 kali pertemuan terlihat bahwa tingkat berfikir kritis peserta
didik dalam proses pembelajaran di kelas eksperimenl cenderung “kritis”
pada pertemuan pertama dan “ sangat kritis” pada pertemuan kedua. Sehingga
proses pembelajaran yang cukup efektif di laksanakan akan mampu
meningkatkan keterampilan critical thinking peserta didik.

Pembelajaran di kelas kontrol yaitu kelas X-1 yang menggunakan model


pembelajaran Konvensional tetapi tetap menerapkan rangkaian pelaksanaan
pembelajaran seperti biasanya yang dilakukan pendidik dalam mengajar.
Pembelajaran hanya terbatas pada materi yang ada di buku paket saja
sehingga peserta didik cenderung banyak yang tidak semangat dan kurang
mampu meningkatakan daya kritis peserta didik . Berdasarkan pengamatan
yang dilakukan oleh peneliti, dalam meningkatkan keterampilan critical
thinking yang dilakukan oleh pendidik menjadi kurang optimal dan kuranf
efektif karena peserta didik hanya mengandalkan materi dari buku paket dan
juga penjelasan guru. Pada penerapan model konvensional yang di lakukan
oleh pendidik kurang mampu membangun interaktif peserta didik karena
pada pembelajaran pendidik hanya datang, lalu memberi tugas peserta didik
untuk membaca serta menulis definisi tugas yang diberikan dan kemudian
peserta diberi kesempatan hanya bagi yang bisa menjawab pertanyaan saja.
Sehingga tidak banyak peserta didik yang merespon dengan bertanya ataupun
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pendidik ataupun dari siswa
lainnya serta kondisi kelas pada pembelajaran di kelas kontrol cenderung
tidak kondusif seperti halnya bermain game di handphone, mendengarkan
musik bahkan sampai ada yang tertidur didalam pembelajaran. Dalam lembar
observasi peserta didik pada kelas kontrol yang dilakukan 2 kali pertemuan
terlihat bahwa tingkat berfikir kritis peserta didik dalam proses pembelajaran
di kelas kontrol cenderung “sedang” pada pertemuan pertama dan “kritis”
pada pertemuan kedua. Sehingga dalam meningkatkan keterampilan critical
thinking tidak tercapai dengan baik.
8

Tabel 31. Matrik Hasil Penerapan Model Snowball Throwing dan


Konvensional
No. Model Snowball Throwing Model Konvensional
1. Banyak peserta didik yang Sedikit peserta didik yang merespon
merespon baik bertanya dan pertanyaan dan bertanya
menjawab
2. Pembelajaran menyenangkan Pembelajaran monoton dan
dengan adanya games melempar membosankan hanya membaca dan
bola kertas juga menulis saja
3. Semua peserta didik jadi lebih Masih sedikit peserta didik yang mau
interaktif dengan pendidik dan berinteraksi dengan pendidik ataupun
juga temannya untuk berdiskusi temannya untuk mendiskusikan
Bersama-sama pelajaran
4. Peserta didik lebih terfokus untuk Beberapa peserta didik banyak yang
memperhatikan pendidik dan tidak memperhatikan pendidik
mengikuti arahan model snowball didepan saat menjelaskan materi
throwing
5. Keadaan kelas teratur dan juga Keadaan kelas kurang kondusif dan
kondusif peserta didik sulit di atur
6. Waktu terasa lebih cepat karena Waktu terasa lebih lama model yang
semua peserta didik aktif dalam digunakan hanya digunakan untuk
proses pembelajaran ikut mencari menulis dan membaca saja
solusi dan menyelesaikan
permasalahan
7. Pembelajaran dibuat kelompok Pembelajaran individu
belajaran
(Sumber: Olahan data peneliti 2023)
Setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan perlakuan yang berbeda
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, kemudian diperoleh data berupa
hasil nilai pretest dan nilai posttest yang kemudian dianalisis. Hasil analisis
data penelitian yang dibuktikan dengan bantuan SPSS versi 20 menunjukkan
bahwa kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
adalah heterogen atau berbeda karena hasil nilai pretest dan postest
cenderung tidak varians atau berbeda. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai
uji homogenitas sebesar 0,001 yang jika dibandingkan dengan nilai Sig.
adalah 0,001 < 0,05. Selain itu data pretest dan posttest pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol juga terdistribusi dengan normal. Sehingga
dapat diputuskan jika kondisi atau kemampuan awal peserta didik di kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah sama. Setelah proses pembelajaran
dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran snowball throwing di
kelas eksperimen dan menggunakan model konvensional di kelas kontrol,
8

menunjukkan bahwa hasil akhir atau hasil posttest mengalami perbedaan.


Perbedaan hasil belajar ditunjukkan oleh nilai pretest rata-rata kelas
eksperimen sebesar 49,042 dan rata -rata nilai posttest 80,208 dan rata-rata
nilai pretest pada kelas kontrol adalah sebesar 47,68 dan rata-rata nilai
posttest 69,068. Dari nilai rata-rata pretest dan posttest terlihat bahwa hasil
belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Dapat
disimpulkan pada penerapan model pembelajaran snowball throwing bahwa
penerapan model ini memang mampu meningkatkan adanya hasil belajar
yang mampu mengasah keterampilan critical thinking peserta didik yang
terlihat jelas hasil penerapan model pembelajaran snowball throwing pada
kelas eksperimen meningkat lebih tinggi dari perbandingan nilai pretest dan
posttest dibanding peningkatan nilai pretest dan posttest pada kelas kontrol
yang menggunakan model konvensional.

Terdapat perbandingan yang sudah dianalisis berdasarkan perhitungan


distribusi frekuensi bahwa adanya peningkatan hasil nilai pretest dan posttest,
dikuatkan dengan perhitungan uji hipotesis untuk mengetahui adanya
pengaruh model pembelajaran Snowball Throwing pada kelas eksperimen dan
perbedaan hasil nilai akhir dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan
uji Independen sample t Test. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
rata-rata hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakuakan uji
Independen Sample t Test. Hasil perhitungan pada uji tersebut menghasilkan
nilai t sebesar 4,215 sedangkan nilai t tabel adalah sebesar 1,068 yang berarti
bahwa nilai t hitung > nilai t tabel. Maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Sehingga dapat diputuskan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan atau
nyata antara rata-rata hasil posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
yang berarti menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil keterampilan
critical thinking antara kelas eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran snowball throwing dengan kelas kontrol yang menggunakan
model pembelajaran konvensional bagi peserta didik kelas X di SMA Negeri
1 Pringsewu. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Jumaroh et al (
2022).
9

Model pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu strategi untuk


mengoptimalkan proses belajar mengajar di kelas, dengan demikian
keterampilan critical thinking pada peserta didik pun akan meningkat.

Kemudian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran


snowball throwing dalam meningkatkan keterampilan critical thinking
dilakukan dengan uji N Gain Score. Pada uji tersebut dihasilkan nilai N-Gain
kelas eksperimen adalah sebesar 58,5% yang termasuk dalam kriteria Cukup
efektif dan nilai N-Gain kelas kontrol sebesar 40,22% yang termasuk dalam
kriteria kurang efektif. Sisa nilai N-Gain score 41,5% dipengaruhi oleh
keterampilan yang lain seperti keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan
kreativitas. Karena pada saat pembelajaran berlangsung bukan hanya
mengembangkan keterampilan berpikir kritis saja tetapi juga keterampilan di
abad 21 lainnya. Selain itu dipengaruhi oleh peran pendidik dalam memilih
model pembelajaran yang diterapkan di kelas. Salah satu pihak yang
penting dalam pendidikan dan pembelajaran adalah pihak guru, guru
memenag kendali dalam komptensi mengajarnya, lihat beberpa
faktor yang mempengaruhinya (Nisa, 2018), bagaimana kompetensi guru
yang sudah tersertifikasi, dituntut sebuah evaluasi pada guru-guru agar
mampu menjadi guru yang mampu menyempaikan perangkat
pembelajaran dengan baik sesuai dengan keterampilan abad 21 (Kartomo &
Slameto, 2016). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran snowball throwing lebih efektif untuk ditarapkan dalam
meningkatkan keterampilan critical thinking dibandingkan dengan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional yang berarti
kurang efektif untuk digunakan dalam dalam meningkatkan keterampilan
critical thinking.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada setiap pertemuan, di kelas


eksperimen peserta didik dituntut untuk berperan aktif dalam memperoleh
keterampilan 4C yang harus dimiliki di abad 21 serta mampu mengolah
9

pengetahuan dan wawasan yang baik sehingga memiliki keterampilan


berfikir kritis yang baik karena pada proses pembelajaran yang lebih
interaktif dan menggunakan model pembelajaran yang inovativ
menyenangkan agar peserta didik pun tidak merasa bosan pada saat
pembelajaran PPKn yang dinilai membosankan . Selain itu, keberadaan
pendidik juga tidak hanya untuk menjelaskan materi atau memberi tugas saja
tetapi juga sebagai pembimbing dan fasilitator dalam mengarahkan peserta
didik dalam mengolah argumen dan mampu meningkatkan keterampilan
berpikir kritis pada masing-masing peserta didik sehingga peserta didik akan
mampu terbiasa memecahkan atau merumuskan permasalahan.

Hasil yang dapat dikembangkan dalam kelas eksperimen adalah membangun


sendiri pengetahuannya berdasarkan informasi-informasi yang peserta didik
cari sendiri serta mampu menganalisis persoalan secara mandiri ataupun
adanya pendidik yang berperan sebagai salah satu fasilitator dikelas. Dapat
menghadirkan kegiatan yang terstruktur dan interaktif dalam pelaksanaan
model pembelajaran snowball throwing kegiatan pembelajaran di SMA
Negeri 1 Pringsewu dapat dalam meningkatkan keterampilan critical thinking
peserta didik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
instrumen berupa 20 butir soal pilihan ganda di mana terdapat 18 soal valid
dan 2 soal tidak valid. Kemudian 18 butir soal yang valid dibagikan kepada
72 peserta didik kelas X sebagai responden. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti dimana vaiabel yang diteliti berjumlah 2
variabel.

Pada penelitian Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing yaitu (X)


dan Dalam Meningkatkan Keterampilan Critical Thinking Pada Materi PPKn
Kelas X di SMA Negeri 1 Pringsewu (Y). Hasil penelitian ini ditemukan
bahwa sebenarnya model pembelajaran snowball throwing ini mampu
memberi pengaruh yang positif pada keterampilan critical thinking yang baik
pada peserta didik. Diketahui dari hasil penelitian penerapan model snowball
throwing ini bukan hanya mampu meningkatkan keterampilan critical
thinking saja namun juga mampu memberi pengaruh yang positif mencakup
9

keterampilan belajar di abad 21 yaitu seperti keterampilan peserta didik


dalam berkomunikasi, kolaborasi, dan kreativitas. Sehingga model
pembelajaran ini menjadi salah satu model alternatif yang baik diterapkan
untuk berkelanjutan yang mampu meningkatkan keterampilan belajar di abad
21 yang sangat penting untuk dikuasai dalam proses pembelajaran setiap
orang.
9

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah peneliti
lakukan mengenai pengaruh penerapan model pembelajaran snowball
throwing dalam meningkatkan keterampilan critical thinking pada materi
PPKn kelas X di SMA Negri 1 Pringsewu, dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran snowball throwing memiliki pengaruh positif
yang signifikan dalam meningkatkan keterampilan critical thinking pada
materi PPKn kelas X di SMA Negri 1 Pringsewu. Penerapan model
pembelajaran snowball throwing berpengaruh sebesar 58,5% sehingga
penerapan model ini cukup efektif untuk digunakan dalam meningkatkan
keterampilan critical thinking peserta didik karena penerapan yang dilakukan
dalam model ini mampu memadukan pendekatan yang komunikatif,
integratif, dan keterampilan proses seperti hal nya dibuat beberapa kelompok
yang kemudia masing-masing peserta didik mampu menjawab serta
memberikan pertanyaan dari informasi yang sudah digali untuk memacu
keterampilan critical thinking peserta didik dikelas. Pengaruh model
pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan keterampilan critical
thinking.

B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dijelaskan oleh peneliti di atas, maka
saran yangdapat peneliti berikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
:
1. Bagi Sekolah
Bagi sekolah diharapkan tetap selalu dapat memberikan fasilitas
terhadap pesertadidik dan pendidik agar kegiatan belajar mengajar
berjalan efektif seperti terus mendukung pemanfaatan media
pembelajaran berbasis
9

teknologi dan internet untuk terus di gunakan.


2. Bagi Pendidik
Bagi pendidik diharapkan dapat terus mengoptimalkan pemanfaatan
penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan
keterampilan critical thinking pada materi PPKn kelas X di SMA Negri 1
Pringsewu dapat terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dan
memiliki daya saing tinggi.
3. Bagi Peserta Didik
Bagi peserta didik diharapkan dapat memaksimalkan pemanfaatan
penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam kegiatan
pembelajaran sehingga dapat memaksimalkan keterampilan critical
thiking peserta didik serta dapat guna mampu menganalisis dan
menyelesaikan masalah dengan tepat solusi, mengingat saat ini proses
kegiatan pembelajaran diilaksanakan secara blendedlearning sehingga
menuntut peserta didik untuk eksplor diri.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dengan adanya pengaruh yang positif
pada penelitian ini dapat menjadi referensi untuk meneliti variabel lain
yang dapat dipengaruhi oleh penerapan model pembelajaran snowball
throwing seperti keterampilan di abad 21 lainnya yang perlu dikuasai
sepeerti keterampilan komunikasi,kreativitas, dan kolaborasi.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. Jakarta: Cemerlang.

Akhiriyah, Y. D. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing


Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Ips Pada Siswa Kelas V Sdn
Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang (Aplicating Snowball Throwing
Model for Improving the Social Intructional At Fifth, Sdn Kalibanteng Ki.
Jurnal Kreatif : Jurnal Kependidikan Dasar, 1(2), 206–219.

Ardianingsih, F., Mahmudah, S., & Rianto, E. (2017). Peran Guru Dalam
Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus Pada Sekolah Luar
Biasa Di Sidoarjo. Jurnal Pendidikan, 2, 14–20.

Benny. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran.

Bonnie dan Potts. (2003). Strategies for Teaching Critical Thinking. Practical
Assesment, Research & Evaluation.

David L. Grossman, Wing On Lee, K. J. K. (2008). Citizenship Curriculum In


Asia and The Pacific. Comparative Education Research Centre Faculty of
Education, The University of Hong Kong.

Ellen. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap. 1–


11.

Enis, R.H. (2011). Goals for A Critical Thiking Curriculum. Costa, A.L. (Ed).
Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Assosiation
for Supervisions and Curriculum Developmen, 54–57.

Facione, P. A., Sánchez, C. A., Facione, N. C., & Gainen, J. (2010). The
disposition toward critical thinking. Journal of General Education, 44(1),
1–25.

Gagne, R.M. & Briggs, L. J. (1979). rinciples of Instructinal Design. Second


Edition. Holt,Rinehart and Winston.

H.A.R, T. (2011). Pedagogik Kritis, Perkembangan, substansi, dan


Perkembangannya di Indonesia. Rineka Cipta.

Hamdayana. (2014). No Title. In Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan


Berkarakter.

Hidayah, R., Salimi, M., & Susiani, T.S. (2017). Critical Thinking
Skill: Konsep dan Inidikator Penilaian. Jurnal Taman
Cendekia. Volume 1, Nomor 2.
Imas & Berlin. (2015). Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Kata pena.

Jagad Aditya Dewantara1, T. H. N. (2021). Peningkatan Keaktifan Belajar


Melalui Penerapan Model Picture And Picture Dalam. 11.

Jumaroh, S., Hamidah, H., & Ayuningtyas, V. (2022). Pengaruh Model


Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Mts Di Kabupaten Serang. Sigma: Jurnal Pendidikan Matematika,
14(2), 162–170. https://doi.org/10.26618/sigma.v14i2.8730

Kurnia, H., Bowo, A. N. A., & Nuryati, N. (2021). Model Perencanaan


Pembelajaran PPKn Berbasis Literasi. Jurnal Basicedu, 5(2), 733–740.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i2.794

Kusumawati, N. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dengan


Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV
SDN Bondrang Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo. Ibriez : Jurnal
Kependidikan Dasar Islam Berbasis Sains, 2(1), 1–12.
https://doi.org/10.21154/ibriez.v2i1.19

lec, F. (2009). Berpikir Kritis. Erlangga.

Marzano, R. J. (1988). Dimension of Thinking A Framework for Curriculum and


Instruction. Virginia: Assosiation for Supervisions and Curriculum
Development (ASCD).

Maulidya, Anita. 2018. “Anita Maulidya : Berpikir Dan .” Ihya Al-Arabiyah:


Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Arab 4(1):11–29.

Ngalimun. (2015). Strategi dan Model Pembelajaran. Aswaja Pressind0.

Nurdyansyah, & Fahyuni, E. F. (2016). Inovasi Model. In Nizmania


LearningCenter.

Nuryati, Triwahyu Budiutomo, A. N. A. B. (2017). Pengembangan Model


Pembelajaran PPKn Anti Korupsi Berbasis Lingkungan melalui
Cooperative Learning di SMA/SMK Swasta Kulon Progo Yogyakarta.
Academy Of Education, 8(1), 27–49.

Partono, P., Wardhani, H. N., Setyowati, N. I., Tsalitsa, A., & Putri, S. N. (2021).
Strategi Meningkatkan Kompetensi 4C (Critical Thinking, Creativity,
Communication, & Collaborative). Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan,
14(1), 41–52. https://doi.org/10.21831/jpipfip.v14i1.35810

Retnowati, T. (2019). Keefektifan Model Pembelajaran Snowball Throwing


Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Berkomunikasi dalam
Pembelajaran IPS Siswa SDN Ungaran Barat Kabupaten Semarang.
Universitas Negeri Semarang.
https://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JPPI/article/view/5672

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


ALFABETA,cv.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif. ALFABETA,cv.

Sugrah, N. U. (2020). Implementasi teori belajar konstruktivisme dalam


pembelajaran sains. Humanika, 19(2), 121–138.
https://doi.org/10.21831/hum.v19i2.29274

Suprijono. 2010. Cooperative Learing. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Sutrisno, Hadi. MA., Prof. Drs. (1986). Statistik. Jakarta : Pustaka Pelajar.

Zubaidah, S. (2018). Mengenal 4C: Learning and Inovation skills untuk


Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Makalah: Disampaikan dalam seminar
2nd Science Education National Conference di Universitas Trunojoyo.
LAMPIRAN
Gambar 1. Dokumentasi bersama guru PPKn di SMAN 1 Pringsewu
pada saat observasi peneletian pendahuluan
Gambar 2. Konfirmasi surat penelitian pendahuluan diterima oleh wakil
kepala bidang Humas di SMAN 1 Pringsewu
Gambar 3. Surat balasan dari SMAN 1 Pringsewu pada saat penelitian
pedahuluan
Gambar 4. Surat penelitian pendahuluan di SMAN 1 Pringsewu pada tanggal
23 agustus 2022
Gambar 5. Kondisi kelas observasi pada saat penelitian pendahuluan di SMAN 1
Pringsewu
Gambar 6. Dokumentasi Pelaksaaan uji coba validitas 10 siswa diluar populasi di
SMK Muhammadiyah Ambarawa

Gambar 7. Lampiran uji coba validitas tes di SMK Muhammadiyah Ambarawa


Gambar 8. Lampiran surat izin penelitian yang dikeluarkan dari fakultas FKIP
Unila tanggal 18 januari 2023
Gambar 9. Pertemuan 1 kelas kontrol penggunaan model konvensional

Gambar 10. Peserta didik kelas X-1 sebagai kelas kontrol mengisi soal
Gambar 11. dokumentasi posttest pada kelas kontrol di pertemuan kedua

Gambar 12. Pertemuan 2 kelas kontrol pada model


Gambar 13. Dokumentasi bersama pada pertemuan terakhir di kelas kontrol X-1

Gambar 14. Pertemuan pertama kelas eksperimen di kelas X-2 pada model
snowball throwing
Gambar 15. Pertemuan kedua kelas eksperimen di kelas X-2 pada model snowball
throwing
Gambar 16. Dokumentasi pretest kelas eksperimen dikelas X-2

Gambar 17. Dokumentasi posstest kelas eksperimen dikelas X-2


Gambar 18. Dokumentasi foto bersama pertemuan kedua kelas eksperimen dikelas
eksperimen X-2
Gambar 19. Daftar absen kelas X-2 (eksperimen)
Gambar 21. Daftar absen kelas X-1 ( kontrol)
Gambar 22. Surat keputusan judul skripsi yang ditanda tangani pembimbing 1 dan
pembimbing 2
Gambar 23. Lampiran persetujuan pembimbing 1
Gambar 25. Lampiran persetujuan pembimbing 2

Anda mungkin juga menyukai