Anda di halaman 1dari 54

5.4.

5 Unit Pengolahan Lumpur

5.4.5.1 Unit Pemekatan Lumpur IPAL (Muthiah Khairunnisa/2010943003)


Unit gravity thickener dirancang berdasarkan kriteria desain berikut: Tabel 5.22
Kriteria desain Gravity Thickener
Parameter Satuan Nilai
Kedalaman1 m 3–4
Waktu detensi maksimum1 jam 24
Kemiringan dasar tangki1 - (2:12)-(3:12)
Hydraulic Loading2 m3/m2/hari 2 – 33
Solid Capture2 % 60 – 98
Solid Loading2 Kg/m2/hari 10 – 144
Konsentrasi padatan % 1–7
influent2
Konsentrasi padatan % 4-8
effluent1
Sumber: 1Qasim, 1999 2Qasim, 1985
Data
1. TSS efluen dari grit chamber = 306 mg/L = 0,327 kg/m3
2. Laju akumulasi grit dari grit chamber (Vg) = 0,0240 m3/hari
SS dari grit chamber = (CTSS) (Vg)
= (0,327 kg/m3)(0,0240 m3/hari)
= 0,0078 kg/hari
3. SS dari Sedimentasi I = 136,8 kg/hari
4. SS dari activated sluge = 508,239 kg/hari
5. SS dari Sedimentasi II = 3.310,00 kg/hari
6. Volume sludge grit chamber = 0,0726 m3/hari
7. Volume sludge sedimentasi I = 2,58 m3/hari
8. Volume sludge activated sludge = 72,605 m3/hari
9. Volume sludge sedimentasi II = 4.117 m3/hari
10. Penyisihan TSS = 85%
11. Solid loading = 20 kg/m2.hari
12. Slope = 20o
13. Ketinggian thick =3m
b. Perhitungan
1. SSttl = SS grit chamber + SS dari BS I + SS dari activated sludge
= 0,0078 kg/hari + 136,8 kg/hari + 508,239 kg/hari
= 645,046 kg/hari
2. Volume sludge = 0,0726 m3/hari + 2,58 m3/hari + 72,605 m3/hari
= 75,257 m3/hari

KELOMPOK II B V-1
SSttl
3. A =
solid loading
= 645,046 kg/hari
20 kg/m2.hari
= 32,252 m2
4. A = ¼ π d2
32,252 m2 = ¼ π d2
d = 5,03 m; dipakai 5 m

5. Volume tangki = A x hthick


= ¼ π d2 x 4 m
= ¼ π (5 m)2 x 4 m = 78,5 m3
Cek td Td =Volume Tangki
V Lumpur
= 78,5 m3
75,257 m3/hari
= 1,04 hari = 10,8 jam ….. OK (td = maksimum 24 jam)
Jika kemiringan ruang lumpur untuk tangki (𝜃) = 20o, maka tinggi ruang lumpur
adalah:

t = d
tg θ = 11 tg 20o = 2,00 m 𝜃 = 2 m
2 2

6. Menghitung beban hidraulik


Qavg
Beban hidraulik =
Luas permukaan
= 72,257 m3/2hari
32,252 𝑚
= 2,24 m3/m2.hari ………..OK (2-33 m3/m2.hari)
7. Menghitung debit lumpur terpekatkan
Volume lumpur terpekatkan
= efisiensi penyisihan TSS x beban solid influen
= (0,85) x (645,046 kg/hari)
= 548,28 mkg/hari
Volume lumpur terpekatkan
= efisiensi penyisihan TSS x beban solid influen
= (0,85) x (645,046 kg/hari)
= 548,28 mkg/hari V
ruang lumpur = Debit pengurasan
Waktu pengurasan
= 21,505 m3
KELOMPOK II B V-2
480 detik x 4 unit
= 0,011 m3/detik

Diameter pipa pengurasan


Qp = V x ¼ π d2
0,011 m3/detik = 0,5 m/dt x ¼ π d2
d = 0,299 mm ≈ 300 mm (Diameter pasaran)
Kecepatan pengurasan =Q
A
= 21,505 m32/detik
¼π(0,25 m) (4 unit)
= 109,577 m/detik
Pipa penguras terkubur sedalam 4,5 m di dalam tanah dan pompa penguras diletakkan
di permukaan tanah. Panjang pipa penguras dari dasar ruang lumpur ke pipa vertikal
adalah 4,3 m, panjang pipa vertikal sama dengan jarak pipa penguras ke muka tanah
adalah 4,3 m dan jarak dari pipa penguras vertikal ke sludge drying bedadalah 10 m.
Sehingga panjang pipa total dari ruang lumpur sedimentasi II ke sludge drying bed
21,5 m. Headloss minor di sepanjang pipa diabaikan karena panjang pipa lebih dari 10
m.

Headloss Statis = beda elevasi pipa penguras dengan pompa


=4,3 m

f x L x v2
=
Headloss mayor
2xgxd
= 0,02 x 10 x 0,5m3/detik

2 x 9,81 m/detik2 x 0,25 m


Head Pompa
= 0,01 m
=headlossstatis + headloss minor +
= 4,3 m + 0 m + 0,01 m = 4,31 m

Daya pompa = Pw
𝜌gQH
headloss
= mayor
v
KELOMPOK II B V-3
dimana:
Pw = daya pompa (watt)
γ = 𝜌 . g = (1000 x 0,8) kg/m3 . 9,81 m/s2 = 7.848 kg/m2s2
H = head pompa (m)
Q = debit maksimum untuk 1 tangki (m3/s)
= (13.127,92 m3/hari)(1/86.400)(1/4 unit)
= 0,04 m3/s

efisiensi pompa , diasumsikan 80%


3
Daya pompa (Pw) =7.848 kg/m2s2 x 0,04 m /det x 4,31 m
80%
= 1.606,09 watt = 1,606 kW = 1,7 kW

Tabel 5.23 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Gravity Thickening


Desain Tahap I Tahap II Tahap III
Debit influent (m3/hari) 13.127,92
Luas permukaan efektif (m2) 32,252
% Pemekatan (%) 9
Diameter tangki (m) 5,03
Volume tangki efektif (m3) 78,5
Tinggi tangki total (m) 4 m (efektif=4m, freeboard= 0,3 m)

Debit supernatant (m3/hari) 13.106,418


Waktu pengurasan lumpur (detik) 480
Debit pengurasan lumpur 0,011
(m3/detik)
Diameter pipa pengurasan (mm) 300
Kecepatan pengurasan (m/detik) 109,577
Daya pompa (Kw)/unit 1,7
Jumlah unit 4
Berikut ditunjukkan detail desain unit Garvity Thickener pada Gambar 5.26 dan
Gambar 5.27.

KELOMPOK II B V-4
GAMBAR
DENAG GRAVITY THICKENER

LEGENDA

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2023

NAMA

KELOMPOK 2B

ASISTEN

RISKA SYUKRIANISA

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Ir. PUTI SRI KOMALA, M.T


Ir. ANSIHA NUR, S.T, M.T

MATA KULIAH
Denah Gravity Thickener
TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN
Skala 1:10 PENGELOLAAN AIR LIMBAH

SKALA

1 : 10

Gambar 5.26 Denah Gravity Thickener

KELOMPOK II B V-5
5.4.5.2 Unit Pengolahan Lumpur IPLT
5.4.5.2.1 Anaerobic Digester (Juwita Pratiwi/2010941020)
Anaerobic Digestion (AD) merupakan proses pengolahan biologis dalam tangki kedap udara
(biasa disebut digester) di mana mikroorganisme anaerobik menstabilisasi materi organik dan
menghasilkan biogas. AD biasanya beroperasi dalam rentang suhu mesofilik (35-40oC)
sehingga pengolahan ini cocok digunakan pada daerah tropis.
Terdapat dua jenis AD, yaitu Standard-Rate Digestion dan High-Rate Digestion. Standard-Rate
Digestion biasanya berlangsung tanpa pemanasan dan pengadukan sehingga akan terbentuk
lapisan scum, supernatan, padatan yang sedang melalui proses digestion, dan padatan yang telah
melalui proses digestion. Untuk mempermudah proses pengendapan, bagian dasar tangki
dirancang berbentuk kerucut (cone). Sedangkan High-Rate Digestion biasanya berlangsung
dengan pemanasan dan pengadukan merata. Sistem ini membutuhkan waktu untuk proses
digestion yang lebih singkat dan dapat menerima beban padatan yang lebih besar dari Standard-
Rate Digestion.
Tabel 5.48 Kriteria Desain Anaerobic Digester
Desain Satuan Standard-Rate High-Rate

Waktu retensi hari 30 - 60 10 – 20


padatan (SRT)

Beban solid kg VS/m3.hari 0,63 – 1,60 2,40 – 6,41

Dimensi 3
- Kedalaman m 7 - 14
- Diameter m 6 - 40
Kemiringan Dasar 4:1
Sumber: Buku panduan Perhitungan IPLT, 2017

Kriteria desain yang digunakan


Anaerobik Digester yang direncanakan yaitu jenis standard-rate berbentuk silinder dengan
bagian dasar berbentuk kerucut
• Waktu retensi padatan = 60 hari
• Kemiringan kerucut = 4:1
• Kedalaman zona akumulasi grit = 0,8 m
• Kedalaman zona scum = 0,4 m
• Freeboard untuk pembersihan = 0,6 m
Karakteristik Influen
a. Debit influen = Qsupernatan gravity thickener
QTahap I = 54,641 m3/hari
QTahap II = 58,222 m3/hari
QTahap III = 65,479 m3/hari

KELOMPOK II B V-6
b. TSS Masuk = 2.496,470 mg/L
Perhitungan Desain
Tahap A: Menentukan Kapasitas Digester
− Volume digester dibutuhkan
= debit influen rerata x waktu retensi padatan
= 54,641 m3/hari x 60 hari
= 3.278,46 m3
Tahap B: Menetukan Dimensi Digeseter
1. Dimensi digester
Dirancang kebutuhan kapasitas digeseter dirancang menggunakan 1 tangki dengan
kedalaman 7 m dan dirancang diameter digester 6 m
− Debit influen tiap digester
54,641 m3/hari / 4 buah = 13,666 m3/hari
− Volume tiap digester
3.278,46 m3
= = 819,615 m3
4
− Luas permukaan tiap digester
819,615 m3
= = 58,543 m3
14
2. Efisiensi volume digester
− Volume aktif digester
= volume silinder + volume kerucut – bagian akumulasi grit
π 1 𝜋 1 𝜋
= [4 (202 ) x 4,5] + [3 (4 ) (202 ) x 9,5] - [3 ( 4 ) (32 ) x 0,8]
= 2.405,45 m3
− Volume inaktif digester
= volume akumulasi scum dan pembersihan + volume akumulasi grit
π
= [{4 (202 ) x (1)} +1.884]
= 315,884 m3
− Total volume aktif dan inaktif
= 2.405,45 m3 + 315,884 m3
= 2.721,334 m3
− Rasio volume aktif dan total volume
volume aktif
= total volume
2.405,45 m3
= = 0,88 > 0,85 (OK)
2.721,334 m3
− Cek waktu detensi

KELOMPOK II B V-7
volume aktif
=
debit influen
2.405,45 m3
= = 44 hari (30 – 60 hari) OK!
54,641 m3 /hari

Tahap C: Mengestimasi destruksi volatile solid, serta debit lumpur tercerna (digesterd
sludge dan supernatant

1. Destruksi TSS tiap digester


- Beban TSS tiap digester
= konsentrasi TSS influen x debit tiap digester
2.496,470 g/m3 x 13,666 m3 /hari
= = 34,116 kg/hari
1.000 g/kg
- Estimasi destruksi volatile solid
Vd = 13,7 ln (SRT) + 18,9
Vd = 13,7 ln (54) + 18,9
Vd = 73,55 %
- Konsentrasi TVS influen
= 0,71 x TSS
= 0,71 x 2.496,470 mg/L
= 1.772,49 mg/L
= 1,77 kg/m3
- Konsentrasi TVS terdestruksi tiap digester
= beban TVSinfluen x persentase TVS terdestruksi
= (1,77 kg/m3 x 13,666 m3/hari) x 73,55%
= 1,779 kg/hari
- Beban TVS tersisa dalam tiap digester
= Beban TVSinfluen - TVS setelah terdestruksi
= 34,116 kg/hari – 1,779 kg/hari
= 32,337 kg/hari
- Beban TSS tersisa dalam tiap digester
= nonvolatile solid + TVS tersisa
= (13,225 kg/hari – 1,779 kg/hari) + 32,337 kg/hari
= 43,783 kg/hari
2. Debit Lumput Tercerna dari digester
- Debit lumpur tercerna
beban TSS tersisa dalam digester
= konsentrasi solid kering x densitas lumpur
4 x 43,783 kg/hari
= = 4,16 m3/hari
4% x 1.050
- Konsentrasi TSS dalam lumpur tercerna
beban TSS tersisa dalam digester
= debit lumpur tercerna
4 x 43,783 kg/hari x 1000 g/kg
= = 42,099 mg/L
4,16 m3 /hari
3. Debit supernatant dari digester
- Beban TSS dalam supernatant dari digester

KELOMPOK II B V-8
= beban TSSinfluen – beban TSS lumpur efluen
= (4 x 43,783 kg/hari) – (4 x 42,009 kg/hari)
= 7,096 kg/hari
- Debit supernatant dari digester
= debit influen – debit lumpur efluen
= 43,783 m3/hari – 0,6 m3/hari
= 43,765 m3/hari
- Konsentrasi TSS dalam supernatant dari digester
beban TSS supernatant
= debit supernatant
7,096 kg/hari
= x 1000 g/kg = 162.138 g/m3 = 162,138 mg/L
43,765 m3 /hari

Tabel 5.49 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Anaerobic Digester


Desain Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3

Qin (m3/hari) 13,666 14,555 16,369

Volume tangki (m3) 3.278,46 3.493,32 3.928,74

Banyak tangki 4

Qin tiap angka (m3/hari) 7,632 8,806 11,091

Kedalaman tangki (m) 14

Diameter tiap angka (m) 12

Waktu detensi (hari) 44 41 36

Debit lumput tercerna (m3/hari) 0,41 0,47 0,6


Sumber: Perhitungan Tugas Besar Pembangunan Badan Pengolahan Air Limbah, 2023

KELOMPOK II B V-9
Gambar 5.44 Denah Anaerobic Digester

KELOMPOK II B V-10
Gambar 5.45 Potongan Anaerobic Digester

KELOMPOK II B V-11
5.4.5.2.2 Sludge Drying Bed (Muhammad Ilhamsyah/2010941033)
Unit pengering lumpur berfungsi untuk menampung endapan lumpur dari pengolahan
biologis. Lumpur selanjutnya dikeringkan secara alami dengan bantuan sinar matahari dan
angin. Lumpur yang sudah kering dapat digunakan sebagai pupuk. Lumpur akan diangkat
dan diletakkan di atas lapisan pasir sehingga cairan akan turun ke pasir dibawahnyayang
berasal dari kolam fakultatif dan biasanya disebut sebagai kolam pematangan. Kolam ini
merupakan rangkaian akhir dari proses pengolahan aerobik air limbah sehingga dapat
menurunkan padatan tersuspensi dan BOD yang masih tersisa di dalamnya.
Tabel 5.50 Kriteria Desain Sludge Drying Bed
Parameter Nilai

Ukuran bak:
Lebar 3m
Panjang 8m

Area yang dibutuhkan


SDB tanpa penutup atap 0,14-0,28 m2/ kapita
SDB dengan penutup atap 0,10-0,20 m2/ kapita

Sludge loading rate


SDB tanpa penutup atap 100-300 kg lumpur kering/ m2. tahun
SDB dengan penutup atap 140-400 kg lumpur kering/ m2. tahun

Sludge cake 20-40% padatan

Kemiringan dasar 1:20


Kemiringan dasar pipa 1%
Sumber: Qasim, 1999

Karakteristik Influen:
− Sludge cake = 40%
− Debit influent = 43,765 m3/hari

Kriteria Desain digunakan:


− Panjang kolam =8m
− Lebar kolam =3m

Perhitungan Desain Tahap A: Menghitung luas lahan dibutuhkan


− Dirancang kedalaman SDB:

KELOMPOK II-B V-12


Ketinggian lumpur = 0,3
m
Ketinggian media pasir = 0,10
m
Ketinggian media kerikil (d 100-150 mm) = 0,15
m
Ketinggian media kerikil (d 200-300 mm) = 0,25
m

𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑖𝑛𝑓𝑙𝑢𝑒𝑛
− Luas permukaan yang dibutuhkan = 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑙𝑎𝑚
43,765 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖
= 0,25 𝑚

= 175,060 m3/hari
− Rasio P:L = 3:1, sehingga:
Luas =PxL
= 3L. L
175,060 m2 = 3L2
L = 7,63 m = 8 m
P = 3L = 24 m
Sehingga, A = 192 m2/hari
− Dirancang waktu pengeringan selama 14 hari, sehingga:
kebutuhan luas permukaan = 192 m2/hari x 14 hari
= 2.688 m2
Tahap B: Mengestimasi Volume Lumpur Tertahan dan Filtrat
1. Volume lumpur tertahan pada SDB
− Beban TSS yang diterima SDB = debit influen x konsentrasi TSS
= 43,765 m3/hari x 11.500 g/m3
= 503.297,50 g/hari
= 503,29 kg/hari
− Beban TSS tertahan tiap SDB = efisiensi penyisihan TSS x beban TSS
influen
= 0,95 x 503,29 kg/hari = 478,12 kg/hari

KELOMPOK II B V-14
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑇𝑆𝑆 𝑒𝑓𝑙𝑢𝑒𝑛
− Volume lumpur tertahan pada SDB = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑥 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟
478,12 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖
= 40% 𝑥 1.060 𝑘𝑔/𝑚3

= 1,12 m3/hari
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑇𝑆𝑆 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟
− Konsentrasi TSS dalam lumpur tertahan = 𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟
𝑘𝑔 𝑔
503,29 𝑥 1000
ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑔
= 𝑚3
1,12
ℎ𝑎𝑟𝑖

= 449.366,07 g/m3 = 449,366 mg/l


2. Volume Filtrat dari SDB
− Beban TSS dalam filtrat dari tiap SDB = beban TSS influen - beban TSS
tertahan
= 503,29 kg/hari – 449,366 kg/hari
= 53,924 kg/hari
− Debit filtrat dari tiap SDB = debit influen - debit lumpur
= 53,924 m3/hari – 1,12 m3/hari
= 52,804 m3/hari
beban TSS filtrat
− Konsentrasi TSS dalam filtrat SDB = debit filtrat
kg g
52,924 x 1000
hari kg
= 52,804 m3/hari

= 1.002,27 g/m3 = 1.002,27 mg/l

Tabel 5.51 Hasil Perhitungan Kolam Pengering Lumpur


Desain Nilai

Volume Lumpur (m3) 43,765

Luas permukaan lumpur yang dibutuhkan 175,060

Luas unit (m2) 2,688

Panjang unit (m) 24

Lebar unit (m) 8


Sumber: Perhitungan Tugas Besar Pembangunan Badan Pengolahan Air Limbah,
2023
Berikut denah sludge drying bed dan potongannya dapat dilihat pada Gambar =

KELOMPOK II B V-14
Gambar 5.46 Denah SDB

KELOMPOK II B V-15
Gambar 5.47 Potongan SDB

KELOMPOK II B V-16
Operasional dan Maintanance merupakan serangkaian aktivitas untuk menjaga fasilitas dan
peralatan agar senantiasa dalam keadaan siap pakai untuk melaksanakan produksi secara
efektif dan efisien sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan berdasarkan standar
(fungsional dan kualitas). Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) adalah serangkaian
aktivitas untuk menjaga fasilitas dan peralatan agar senantiasa dalam keadaan siap pakai untuk
melaksanakan prosuksi secara efektif dan efisiensi sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
dan berdasarkan standar (fungsional dan kualitas). Pemeliharaan unit juga berfungsi dalam
menjamin kesiapan operasional setiap unit dibutuhkan.
Perencanaan instalasi pengolahan lumpur tinja pada tugas besar ini menggunakan gravity
thickening, anaerobic digester, sludge drying bed. Ketentuan umum yang harus dipenuhi
untuk pengoperasian dan pemeliharaan IPLT adalah sebagai berikut (Chow, 1995):
1. Instalasi dilengkapi dengan gambar bangunan;
2. Setiap peralatan harus dilengkapi katalog dan daftar operasi dan pemeliharaan;
3. Air limbah yang diolah adalah lumpur tinja;
4. Tersedia influen air limbah;
5. Tersedia fasilitas penyediaan air bersih yang memadai;
6. Telah diuji coba terhadap pengaliran air (profil hidrolis) dan kebocoran;
7. Ada penanggunjawab pengolah air limbah yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang;
8. Tersedia biaya pengolahan yang dialokasikan pada institusi pengelola;
9. Kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan iplt harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan perundangan pengolahan air limbah dan ketentuan kesehatan dan keselamatan
kerja.
Selain kriteria dan persyaratan teknis unit-unit IPLT terdapat juga persyaratan teknis untuk
kegiatan pendukung, yaitu tenaga operator yang dibagi tiga shift dalam sehari dan setiap shift
minimal terdiri dari dua orang yaitu operator proses/lab dan operator mekanik/listrik, dimana
setiap tenaga operator harus sudah mengikuti pelatihan sesuai bidangnya. Pengoperasian IPLT
memerlukan beberapa peralatan. Peralatan tersebut diantaranya adalah peralatan
pengoperasian, pemeliharaan, pemantauan, serta peralatan keselamatan dan Kesehatan.
Operasi dan pemeliharaan kolam pengering lumpur dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Ketebalan lumpur di dalam setiap bak pengering harus selalu dijaga setebal 0,1-0,3m
sesuai dengan perencanaan;
2. Pengisian bak pengering lumpur dilakukan secara bertahap (satu per satu);
3. Pengambilan lumpur kering dari setiap sel kolam pengering dilakukan setelah lumpur;
4. Menetap selama 10 hari setelah waktu pengisiannya atau sesuai dengan waktu
perencanaan;
5. Kotoran menggumpal yang terbentuk di atas permukaan sludge drying bed saat terjadi
hujan lebat, hal ini dapat mengganggu proses pengeringan sehingga perlu dibersihkan atau
dikeruk;
6. Pada saat pengerukan, perhatikan apakah ada lapisan pasir yang terangkat, apabila ada
maka perlu penambahan pasir agar ketebalan media di dalam bak pengering lumpur tetap
terjaga;
7. Pengolahan bau tidak diperlukan dikarenakan kadar ammonia dan E. coli sebagai
penghasil bau telah memenuhi baku mutu setelah dilakukan pengolahan pada unit-unit
sebelumnya;
8. Periode maintenance pengeringan lumpur dilakukan setiap 2 tahun sekali.
KELOMPOK II B V-17
5.4.6 Bangunan Pelengkap

5.4.6.1 Bangunan Pelengkap IPAL

5.4.6.1.1 Pos Satpam


Pos satpam berfungsi sebagai tempat memantau dan menjaga keamanan di sekitar lokasi IPLT.
Pos satpam ini direncanakan memiliki luas 3 m2. Pos satpam dibuat dengan material permanen.

5.4.6.1.2 Kantor
Kantor berfungsi sebagai tempat pengarsipan kegiatan di unit pengolahan lumpur. Kantor ini
direncanakan memiliki luas 18 m2. Di dalam kantor ini terdapat ruang sanitasi yang memiliki
luas 4 m2.

5.4.6.1.3 Jalan Operasional


Jalan operasional ini berfungsi sebagai jalur keluar masuk truk dan kendaraan lain. Jalur
operasional ini sangat penting untuk kelancaran operasional IPLT. Jalan operasional ini dibuat
permanen dan jalur aspal dengan lebar 8 m.

5.4.6.1.4 Parkiran
Tempat parkir berfungsi sebagai tempat menampung kendaraan yang masuk ke lokasi IPLT.

5.4.6.1.5 Gudang
Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang untuk seluruh fasilitas yang ada di
lokasi IPLT.

5.4.6.1.6 Fasilitas Pemeliharaan


Fasilitas pemeliharaan bertujuan untuk mengoperasikan dan merawat seluruh unit-unit dan
bangunan peralatan serta bangunan di lokasi IPLT.

5.4.6.1.7 Fasilitas Air Bersih


Fasilitas air bersih berfungsi sebagai tempat pensuplai air bersih untuk seluruh fasilitas yang
ada di lokasi IPLT.

5.4.6.1.8 Pompa Penguras


Pompa penguras berfungsi sebagai pengurasan untuk tiap-tiap unit yang mengeluarkan lumpur.
Unit-unit ini terdiri dari gravity thickener dan anaerobic sludge. Pengadaan pompa penguras
lumpur ini bertujuan agar lumpur dapat dipompakan menuju unit pengeringan lumpur.

KELOMPOK II B V-18
5.4.6.2 Bangunan Pelengkap IPLT
5.4.6.2.1 Manhole
Manhole digunakan sebagai sarana pemeliharaan dan pengawasan dalam penyaluran air
buangan. Manhole yang biasa digunakan dalam perencanaan penyaluran air buangan yaitu:
1. Tipe B
- Saluran yang berdiameter sampai dengan 1200 mm;
- kedalaman bagian atas diameter terdalam (soffit) 0,8 – 2,7 meter;
- dinding bulat terbuat dari beton dengan ketebalan dinding 20 cm, diameter manhole
tergantung dari ukuran dan jumlah pipa yang masuk; dan
- untuk saluran persil dan sekunder tutup berukuran 0,9 x 0,5 meter terbuat dari beton
cetak, sedangkan untuk saluran induk terbuat dari besi tuang.
2. Tipe C
- Saluran yang berdiameter sampai dengan 1200 mm;
- kedalaman bagian atas diameter terdalam (soffit) 2,7 – 5 meter;
- dinding bulat terbuat dari beton dengan ketebalan dinding 20 cm, diameter manhole
tergantung dari ukuran dan jumlah pipa yang masuk;
- dinding bagian atas dikurangi diameternya untuk menghemat biaya; dan
- tutup bagian atas berukuran 0,6 x 0,6 meter dari besi tuang, kecuali untuk saluran persil
dan sekunder digunakan tutup yang terbuat dari beton cetak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membangun manhole ini adalah :
- Pintu masuk kedalam manhole; - tangga pada bangunan manhole; dan - diameter
manhole.
Pada perencanaan ini, digunakan manhole tipe B diameter yang digunakan dalam saluran
perencanaan ini tidak terlalu besar dan akan digunakan terminal clean out untuk membantu
sistem penggelontoran jika diperlukan. Contoh perhitungan penentuan dimensi Manhole:
Panjang manhole =1m
Lebar manhole = 1m
Ketinggiaan manhole = 1 m
Luas manhole = 1 m2
Volume manhole = 2 m3
Penutup manhole berbentuk lingkaran dengan diameter 1,2 m maka luas penutup manhole
adalah:
Luas penutup = 1/4 πd2
= 1/4x 3.14 (1,2)2
= 1,130 m2
Terdapat beberapa bentuk manhole yang dapat digunakan untuk daerah pelayanan dengan
kondisi tertentu (Arsyad, 2015):

KELOMPOK II B V-19
1. Bentuk persegi panjang atau bujur sangkar, digunakan apabila:
a. Beban yang diterima kecil;
b. edalaman kecil (75-90 cm);
c. pada bangunan siphon, dimensi 60 cm x 75 cm, 75 cm x 75 cm tidak memerlukan
tangga karena pengoperasiannya cukup dari permukaan tanah.
2. Bentuk bulat, digunakan apabila:
a. Beban yang diterima besar, baik vertikal maupun horizontal;
b. kedalaman besar; dan
c. dimensinya berdasarkan kedalaman.
ketentuan :
Tabel 5.21 Ketentuan Diameter Manhole
Kedalaman (m) Diameter Manhole (m)

< 0,8 0,75

0,8-2,5 1,00-1,20

>2,5 1,20-1,80
Sumber: Arsyad, 2015

KELOMPOK II B V-20
5.4.6.2.2 Clean Out
Cleanout adalah bangunan pelengkap saluran yang biasanya diletakkan pada ujung awal saluran,
pada jarak 150-200 ft dari manhole. Jarak antar cleanout berkisar 250-300 ft.

Cleanout berfungsi sebagai:


1. Tempat untuk memasukkan alat pembersih ujung awal pipa servis/lateral.
2. Tempat memasukkan alat penerangan saat dilakukan pemeriksaan.
3. Tempat pemasukkan air penggelontor sewaktu diperlukan.
4. Menunjang kinerja manhole dan bangunan penggelontor.
5. Turut berperan dalam proses sirkulasi udara.
6. Ukuran pipa terminal cleanout sama dengan diameter pipa air buangan namun untuk
menghemat biaya digunakan pipa tegak berdiameter 8.

5.4.6.2.3 Bangunan Penggelontor


Bangunan penggelontor berfungsi untuk mencegah pengendapan kotoran dalam saluran,
mencegah pembusukkan kotoran dalam saluran, dan menjaga kedalaman air pada saluran.
Penggelontoran diperlukan untuk penyaluran air buangan dengan sistem konvensional, sementara
penyaluran air buangan dengan menggunakan sistem Small Bore Sewer (SBS), tidak memerlukan
penggelontoran, karena pipa saluran hanya mengalirkan effluent cair dari air buangan tidak
berikut padatannya.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada bangunan penggelontor ini adalah, air penggelontor
harus bersih tidak mengandung lumpur, pasir, tidak asam, basa atau asin, selain itu air
penggelontor tidak boleh mengotori saluran. Volume air gelontor tergantung pada diameter
saluran yang digelontor, panjang pipa yang digelontor dan kedalaman minimum aliran pada pipa
yang digelontor.

Jenis Penggelontoran Berdasarkan kontinuitasnya, penggelontoran dibagi menjadi dua:

1. Sistem Kontinu Penggelontoran dengan sistem kontinu, adalah sistem dimana penggelontoran
dilakukan secara terus menerus dengan debit konstan. Dalam perencanaandimensi saluran
tambahan debit air buangan dari penggelontoran harus diperhitungkan.
2. Sistem Periodik Dalam sistem periodik, penggelontoran dilakukan secara berkala pada kondisi
aliran minimum.Penggelontoran dilakukan minimal sekali dalam sehari. Dengan sistem
periodik, penggelontoran dapat diatur sewaktu diperlukan, debit gelontor akan sesuai dengan
kebutuhan.

KELOMPOK II B V-21
5.4.6.2.4 Sumur Pantau
Sumur pantau adalah sumur pada lokasi terpilih yang dibangun untuk mengumpulkan data air tanah
seperti muka air, kualitas air, pemanfaatan, dan sebagainya dalam periode waktu tertentu. Sumur
pemantau air tanah biasa digunakan untuk mengetahui perubahan kuantitas, kualitas, dan
meningkatkan perlindungan lingkungan.Sumur pemantau terdiri dari tabung lubang bor berdiameter
kecil yang disegel di dalam tanah dengan bagian layar permeabel di bagian bawah, di reservoir
bawah tanah tempat air diharapkan terkumpul. Air akan naik dan turun dalam tabung mengikuti
level air tanah dan memungkinkan pemantauan level air tanah. Ketinggian air tanah di titik
pemantauan tersebut akan berubah karena variasi musim, pengaruh curah hujan dan hasil ekstraksi
air setempat. Sebuah probe level, biasanya pemancar tekanan submersible akan digunakan untuk
pemantauan level dan level yang diukur dapat dicatat dalam jangka waktu yang lama untuk
mempelajari bagaimana level air tanah merespons curah hujan dan ekstraksi air.
Dengan mengebor sejumlah sumur pemantau di sekitar area tertentu, muka air tanah yang disebut
juga water table dapat dipetakan. Selain pemetaan sumber daya air tanah bawah tanah, sumur
pemantau juga berperan penting dalam memantau dampak pencemaran air tanah. Air tanah dapat
tercemar oleh tumpahan bahan kimia di permukaan, oleh tangki penyimpanan bawah tanah yang
terlalu penuh atau bocor atau oleh penggunaan pupuk yang berlebihan di lahan pertanian.
Semua kontaminan potensial ini merembes dari permukaan tanah ke akuifer dan akan menyebabkan
kenaikan level secara tiba-tiba, yang tidak dapat dijelaskan oleh presipitasi air secara alami. Sama
seperti air yang menembus permukaan, air dapat terus bergerak di bawah tanah ke reservoir yang
lebih dalam atau lebih jauh. Misalnya, air yang merembes ke tanah di atas bukit dapat menumpuk
di tanah di bawah bukit dan kemudian muncul di lembah sebagai danau. Karena pergerakan air di
bawah tanah, sumur pemantauan, meskipun terletak di area yang sama, dapat menunjukkan tingkat
air yang berbeda lebih tinggi di satu sumur pemantauan daripada di sumur lainnya. Oleh karena itu,
sumur pemantauan sering digunakan untuk menghitung aliran air bawah tanah dan untuk
menghitung berapa banyak air yang dapat diambil dari reservoir tanpa mengeksploitasi sumber daya
secara berlebihan. Oleh karena itu, sumur pemantauan merupakan alat utama untuk memantau dan
memvisualisasikan bagaimana air tanah disimpan dan bergerak di bawah tanah, alat untuk
memastikan bahwa air yang terkontaminasi tidak digunakan untuk konsumsi atau irigasi dan untuk
melacak dan mengontrol jika sumber daya air dieksploitasi secara berkelanjutan. Pengalaman

KELOMPOK II B
V-22
menunjukkan bahwa pemancar tekanan submersible karena kemudahan penggunaan dan
pemasangannya merupakan komponen inti dalam sumur pemantauan.
Pembuatan sumur pantau, sekurang-kurangnya di 3 (tiga) lokasi yang mewakili kondisi berikut:
1. kawasan yang mempunyai posisi hydrologi air tanah lebih tinggi (upstream dari air tanah);
2. kawasan yang mempunyai posisi hydrologi air tanah lebih rendah (down strem dari air tanah)
pada posisi ini biasanya di perlukan 2 (dua) lokasi yang berbeda, yaitu yang berdekatan dengan
pemukiman penduduk dan tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk;
3. kawasan lahan control.

5.4.6.2.5 Pompa
Penggunaan pompa pada unit pengolahan lumpur tinja berguna untuk menyalurkan lumpur tinja
dan membantu agar tidak terjadi penyumbatan pada pipa. Pompa yang digunakan harus dirawat
agar pompa selalu berada pada kondisi yang baik. Pemeliharaan pompa dapat dilakukan sebagai
berikut :
1. Pastikan tidak ada gangguan;
2. Waktu kerja pompa effluen dari bak pengumpul dilakukan secara bergilir dan bekerja
bersama-sama pada saat beban puncak. Waktu detensi dapat diatur melalui level pada sensor;
3. Dilakukan pembersihan karena banyaknya senyawa-senyawa yang terdapat pada air limbah;
4. Kontrol sistem penggerak dengan pelumas sesuai dengan petunjuk pengoperasiannya.

5.4.6.2.6 Kantor
Area kantor diasumsikan 2 m2 / pekerja dengan jumlah pekerja 6 orang. maka luas area kantor
adalah 17 m2 dan difungsikan sebagian tempat untuk para pekerja dan di dalam kantor.

5.4.6.2.7 Pos Jaga/Pos Satpam


Direncanakan pos jaga berukuran 2 m2 yang berfungsi untuk pos jaga berfungsi sebagai tempat
untuk memantau dan menjaga keamanan sekitar lokasi IPLT. Pos jaga ini dibuat dengan material
permanen.

5.4.6.2.8 Tempat Parkir


Tempat parkir difungsikan sebagai tempatt menampung kendaraan yang masuk ke lokasi IPLT,
baik dari kendaraan pegawai IPLT maupun kendaraan tamu yang berkunjung ke lokasi IPLT.

KELOMPOK II B V-23
5.4.6.2.9 Infrastruktur Jalan
Infrastruktur jalan dapat berupa akses jalan masuk, jalan operasional, jalan inspeksi, dan
lain-lain.

KELOMPOK II B V-24
5.4.7 Perhitungan Profil Hidrolis
Perhitungan Profil Hidrolis Lumpur:
Lumpur yang dihasilkan :
Grit Chamber = 0,72 m3/hari
Sedimentasi 1 = 2,58 m3/hari
Activated Sludge = 72,605 m3/hari
Sedimentasi II = 1.774 m3/hari

1. Unit Grit Chamber


Data dan desain unit :
l = 3,08 m
d = 0,5 m
Q = 0,45 m3/hari
= 5,208 x 10-6 m3/s
Y = 1,3 N/m2
µ = 0,035 kg/m.s
Sg = 1,01
Unit berbentuk limas terpancung seperti gambar dibawah:

Mencari volume bangunan:


axt
VI + VIII = 2 xhx2
(2,2 m) x (0,5 m)
= 2
x 2,6 m x 2
3
= 2,86 m
VII = 6 m x 0,5 m x 2,6 m
= 7,8 m3
VI + VII + VIII = 10,66 m3
Mencari ketinggian lumpur:
V = A.h
3 (6 m + 10,4 m).1m
0,45 m = 2
.h
h = 0,0548 m (perharinya)
Sehingga ketinggian lumpur perharinya pada influen = 0,0523 m
Sehingga
a. Pipe flow velocity
d2
A =π 4
(0,5m)2
= 3,14 4
= 0,19625 m2

KELOMPOK II B V-25
b. Velocity
Q
v = A
5,208 x 10-6 m3 /s
= 0,19625 m2
= 7,33 x 10-5 m/s
Karena velocity yang terlalu kecil, Q dinaikkan dengan asumsi Q diakumulasikan hingga 50
hari, sehingga :
Q
v = A
2,604 x 10-4 m3 /s
=
0,19625 m2
= 3,66 x 10-3 m/s
Ketinggian lumpur setelah 50 hari :
Mencari ketinggian lumpur:
V = A.h
3 (6 m + 10,4 m).1m
0,45 m x 50 = 2
.h
h = 2,74 m (per 50 hari)
c. Cari bilangan Reynold
ρ xvxD
Nr = µ
(1010 kg/m3 )x ( 3,66 x 10-3 m /s)(0,5 m)
= 0,035 kg/m.s
= 52,80
d. Cari bilangan Hedstorm
ρ x Sy x D2
He =
µ2
(1010 kg/m3 )x ( 1,3 N/m2 ) (0,5 m)2
=
(0,035 kg/m.s)2
= 267.959,20
Lalu cek grafik fiction factor (f) dengan variable yang diketahui He dan Re f= 0,018
e. Mencari nilai headloss
ρ x 2f x l x v2
Δp = D
2
(1010 kg/m3 )x 2(0,018) x (3,08 m) x (3,66 x 10-3 m)
= 0,5
= 0,00287 m
Sehingga:
Elevasi lumpur influen per 50 hari (dari dasar unit) = 2,74 m
Elevasi lumpur unit per 50 hari (dari dasar unit) = 2,736 m
Elevasi lumpur effluen per 50 hari (dari dasar unit) =2,73 m

KELOMPOK II B V-26
Elevasi influen lumpur grit chamber = elevasi air limbah influen (mdpl) – tinggi
unit + elevasi lumpur influen (dari dasar
unit)
= 87,62 m - 0,5m + 2,74m
= 89,96 m
Elevasi unit lumpur grit chamber = elevasi air limbah unit (mdpl) – tinggi unit
+ elevasi lumpur unit (dari dasar unit)
= 87,615 m – 0,5 m + 2,736 m
= 89,851 m
Elevasi effluent lumpur grit chamber = elevasi air limbah effluent (mdpl) – tinggi
unit + elevasi lumpur effluent (dari dasar
unit)
= 87,61 m – 0,5 m +2,73
= 87,84 m
f. Perhitungan pompa
Head pompa = headloss statis + headloss minor +
headloss mayor
*Head pompa diabaikan karena terlalu kecil
Pompa penguras pada elevasi 90,1
Pipa penguras pada elevasi = elevasi air limbah – ketinggian unit
= 87,62 m – 0,5 m
= 87,12 m
Headloss statis = beda elevasi pipa penguras dengan pompa
= 87,12 m – 90,1 m
= 2,98 m
Headloss mayor = 0,00287 m
Head pompa = headloss statis + headloss minor + headloss
mayor
= 2,98 m + 0 +0,00287 m
= 2,98287 m
Daya pompa = Pw
ɣ xQxH
= 𝜂
Dimana:
Pw = daya pompa (watt)
ɣ = ρ x g =(1000 x 0,8) kg/m3 . 9,81 m/s2 =
7.848 kg/m2s2
H = head pompa (m)
Q = debit maksimum untuk 1 tangki
= (0,45 m3/hari)(1/86400)(50 hari)
= 2,60 x 10-4 m3/s
Efisiensi pompa diasumsikan 80%

KELOMPOK II B V-27
2. Unit Sedimentasi I

Data dan desain unit:

l = 5,669 m
d = 0,55 m
Q = 2,88 m3/hari
= 3,333 x 10-5 m3/s
Karena ada 6 unit bak sedimentasi I, sehingga:
Q = 2,88 m3/hari
= 0,48 m3/hari
= 5,55 x 10-6 m3/s
Y = 1,3 N/m2
µ = 0,035 kg/m.s
Sg = 1,01
Unit berbentuk seperti detail dibawah:

Mencari volume bangunan:


axt
VI = 2 xh
(3,4 m) x (2 m)
= 2
x 13,6 m
3
= 46,24 m
Mencari ketinggian lumpur:
Karena Q lumpur dalam 1 hari adalah sebesar 2,88 m3/hari, berarti lumpur masih berada
pada ruang (secton) I
V = A.h
3 (13,6 x 3,4 m)
2,88 m = 2
.h

h = 0,124 m (perharinya)
Sehingga ketinggian lumpur per harinya pada influen = 0,124 m

Sehingga:

a. Pipe flow velocity


d2
A =π 4
(0,55m)2
= 3,14 4
2
= 0,237 m

KELOMPOK II B V-28
b. Velocity
Q
v = A
5,555 x 10-6 m3 /s
= 0,237 m2
= 2,32 x 10-5 m/s
c. Cari bilangan Reynold
ρ xvxD
Nr = µ
(1010 kg/m3 )x ( 3,66 x 10-3 m /s)(0,55 m)
= 0,035 kg/m.s
= 58,089
d. Cari bilangan Hedstorm
ρ x Sy x D2
He = µ2
(1010 kg/m3 )x ( 1,3 N/m2 ) (0,55 m)2
=
(0,035 kg/m.s)2
= 324.230,61
Lalu cek grafik fiction factor (f) dengan variable yang diketahui He dan Re f= 0,019
e. Mencari nilai headloss
ρ x 2f x l x v2
Δp = D
2
(1010 kg/m3 )x 2(0,019) x (5,669 m) x (2,32 x 10-5 m)
= 0,55
= 0,00000241 m
Sehingga:
Elevasi lumpur influen (dari dasar unit) = 0,124 m
Elevasi lumpur unit (dari dasar unit) = 0,1239218 m
Elevasi lumpur effluent (dari dasar unit) = 0,1239 m
Elevasi influen lumpur sedimentasi I = elevasi air limbah influen (mdpl) – tinggi
unit + elevasi lumpur influen (dari dasar
unit)
= 86,816 m - 6 m + 0,124m
= 80,94 m
Elevasi unit lumpur sedimentasi = elevasi air limbah unit (mdpl) – tinggi unit
+ elevasi lumpur unit (dari dasar unit)
= 86,811 m – 6 m + 0,1239218 m
= 80,934 m
Elevasi effluent lumpur sedimentasi I = elevasi air limbah effluent (mdpl) – tinggi
unit + elevasi lumpur effluent (dari dasar
unit)
= 86,806 m – 6 m + 0,123 m
= 80,929 m

KELOMPOK II B V-29
f. Perhitungan pompa
Head pompa = headloss statis + headloss minor +
headloss mayor
*Head pompa diabaikan karena terlalu kecil
Pompa penguras pada elevasi 90,1
Pipa penguras pada elevasi = elevasi air limbah – ketinggian unit
= 86,816 m – 6 m
= 80,816 m
Headloss statis = beda elevasi pipa penguras dengan pompa
= 80,816 m – 90,1 m
= 9,284 m
Headloss mayor = 0,00000241 m
Head pompa = headloss statis + headloss minor + headloss
mayor
= 9,284 m + 0 +0,00000241 m
= 9,28400241 m
Daya pompa = Pw
ɣ xQxH
= 𝜂
Dimana:
Pw = daya pompa (watt)
ɣ = ρ x g =(1000 x 0,8) kg/m3 . 9,81 m/s2 =
7.848 kg/m2s2
H = head pompa (m)
Q = debit maksimum untuk 1 tangki (m3/s)
= 5,55 x 10-6 m3/s
Efisiensi pompa diasumsikan 80%
(7848 kg/ m2 𝑠2 )x ( 5,55 x 10-6 m /s)(9,28400241 m)
Daya pompa (Pw) = 80%

= 0,505 watt
Sehingga:
Elevasi lumpur influen = 0,124 m
Headloss = 0,00000241 m
Elevasi lumpur effluent = 0,1239 m
Head lumpur pada unit = 0,1239218 m
Daya pompa per 50 hari = 0,505 watt

KELOMPOK II B V-30
3. Unit Activated Sludge

Data dan desain unit:

l = 6,174 m
d = 0,45 m
Q = 201,2 m3/hari
= 2,32 x 10-3 m3/s
Karena ada 2 unit bak activated sludge, sehingga:
Q = 2,88 m3/hari
= 100,6 m3/hari
= 1,16 x 10-3 m3/s
Y = 1,3 N/m2
µ = 0,035 kg/m.s
Sg = 1,01

Mencari ketinggian lumpur:


V = A.h
=pxlxh
100,6 m3 = 8,3 x 16,5 x h
h = 0,734 m
sehingga ketinggian lumpur perharinya pada influen = 0,734 m
Sehingga:

a. Pipe flow velocity


d2
A =π
4
(0,45m)2
= 3,14 4
2
= 0,158 m
b. Velocity
Q
v = A
1,16 x 10-3 m3 /s
= 0,158 m2

= 7,36 x 10-3 m/s


c. Cari bilangan Reynold
ρ xvxD
Nr =
µ
(1010 kg/m3 )x ( 7,36 x 10-3 m /s)(0,45 m)
= 0,035 kg/m.s
= 95,69
d. Cari bilangan Hedstorm

KELOMPOK II B V-31
ρ x Sy x D2
He = µ2
(1010 kg/m3 )x ( 1,3 N/m2 ) (0,45 m)2
=
(0,035 kg/m.s)2
= 217.046,9
Lalu cek grafik fiction factor (f) dengan variable yang diketahui He dan Re f= 0,016
e. Mencari nilai headloss
ρ x 2f x l x v2
Δp = D
2
(1010 kg/m3 )x 2(0,016) x (6,174 m) x (7,36 x 10-3 m)
= 0,45
= 0,0240 m
Sehingga:
Elevasi lumpur influen (dari dasar unit) = 0,734 m
Elevasi lumpur unit (dari dasar unit) = 0,7266 m
Elevasi lumpur effluent (dari dasar unit) = 0,7099 m
Elevasi influen lumpur activated sludge = elevasi air limbah influen (mdpl) – tinggi
unit + elevasi lumpur influen (dari dasar
unit)
= 85,915 m - 3,5 m + 0,734 m
= 83,149 m
Elevasi unit lumpur activated sludge = elevasi air limbah unit (mdpl) – tinggi unit
+ elevasi lumpur unit (dari dasar unit)
= 85,910 m – 3,5 m + 0,7266 m
= 83,136 m
Elevasi effluent lumpur activated sludge = elevasi air limbah effluent (mdpl) – tinggi
unit + elevasi lumpur effluent (dari dasar
unit)
= 85,905 m – 3,5 m + 0,7099 m
= 83,114 m
f. Perhitungan pompa
Head pompa = headloss statis + headloss minor +
headloss mayor
*Head pompa diabaikan karena terlalu kecil
Pompa penguras pada elevasi 90,1

Pipa penguras pada elevasi = elevasi air limbah – ketinggian unit


= 85,915 m – 3,5 m
= 82,415 m
Headloss statis = beda elevasi pipa penguras dengan pompa
= 80,816 m – 90,1 m
= 7,685 m
Headloss mayor = 0,0240 m

KELOMPOK II B V-32
Head pompa = headloss statis + headloss minor + headloss
mayor
= 7,685 m + 0 + 0,0240 m m
= 7,709 m
Daya pompa = Pw
ɣ xQxH
= 𝜂
Dimana:
Pw = daya pompa (watt)
ɣ = ρ x g =(1000 x 0,8) kg/m3 . 9,81 m/s2 =
7.848 kg/m2s2
H = head pompa (m)
Q = debit maksimum untuk 1 tangki (m3/s)
= 1,16 x 10-3 m3/s
Efisiensi pompa diasumsikan 80%
(7848 kg/ m2 𝑠2 )x ( 1,16 x 10-3 m /s)(7,709 m)
Daya pompa (Pw) = 80%

= 88,05 watt
Sehingga:
Elevasi lumpur influen = 0,734 m
Headloss = 0,0240 m
Elevasi lumpur effluent = 0,7099 m
Head lumpur pada unit = 0,7266 m
Daya pompa per 50 hari = 88,05 watt

4. Unit Sedimentasi II

Data dan desain unit:

l = 3,7 m
d = 0,4 m
Q = 1.774 m3/hari
= 2,05 x 10-2 m3/s
Karena ada 2 unit bak activated sludge, sehingga:
Q = 1.774 m3/hari
= 887 m3/hari
= 1,02 x 10-2 m3/s
Y = 1,3 N/m2
µ = 0,035 kg/m.s
Sg = 1,01

KELOMPOK II B V-33
Mencari volume bangunan:
d2
VI =π 4
xh
(36 m)2
= 3,14 4 x 2
= 2034,72 m3
Mencari ketinggian lumpur:
Karena Q lumpur dalam 1 hari adalah sebesar 1.774 m3/hari, berarti lumpur masih berada
pada ruang (secton) II
VII lumpur = 2034,72 m3/hari – 1.774 m3/hari
= 260,72 m3/hari
h pada section II
VII = A.h
(36 m)2
260,72 m3 = 3,14 4 x h
h = 0,1281 m
Vlumpur = VI + VII
= 2 m + 0,1281 m
= 2,1281 m
sehingga ketinggian lumpur perharinya pada influen = 2,1281 m
Sehingga:

a. Pipe flow velocity


d2
A =π
4
(0,4 m)2
= 3,14 4
2
= 0,125 m
b. Velocity
Q
v = A
1,02 x 10-2 m3 /s
= 0,125 m2
= 8,17 x 10-2 m/s
c. Cari bilangan Reynold
ρ xvxD
Nr = µ
(1010 kg/m3 )x ( 8,17 x 10-2 m /s)(0,4 m)
= 0,035 kg/m.s
= 943,48
d. Cari bilangan Hedstorm
ρ x Sy x D2
He = µ2
(1010 kg/m3 )x ( 1,3 N/m2 ) (0,4 m)2
=
(0,035 kg/m.s)2

KELOMPOK II B V-34
= 171.493,87
Lalu cek grafik fiction factor (f) dengan variable yang diketahui He dan Re f= 0,017
e. Mencari nilai headloss
ρ x 2f x l x v2
Δp = D
2
(1010 kg/m3 )x 2(0,017) x (3,7 m) x (8,17 x 10-2 m)
= 0,4
= 0,212 m
Sehingga:
Elevasi lumpur influen (dari dasar unit) = 2,1281 m
Elevasi lumpur unit (dari dasar unit) = 2,0463 m
Elevasi lumpur effluent (dari dasar unit) = 1,9161 m
Elevasi influen lumpur secondary clarifier = elevasi air limbah influen (mdpl) –
tinggi unit + elevasi lumpur influen (dari
dasar unit)
= 85,737 m - 2 m + 2,1281 m
= 85,865 m
Elevasi unit lumpur secondary clarifier = elevasi air limbah unit (mdpl) – tinggi unit
+ elevasi lumpur unit (dari dasar unit)
= 85,732 m – 2 m + 2,0463 m
= 85,778 m
Elevasi effluent lumpur secondary clarifier= elevasi air limbah effluent (mdpl) –
tinggi unit + elevasi lumpur effluent (dari
dasar unit)
= 85,727 m – 2 m + 1,9161 m
= 85,642 m
f. Perhitungan pompa
Head pompa = headloss statis + headloss minor +
headloss mayor
*Head pompa diabaikan karena terlalu kecil
Pompa penguras pada elevasi 90,1
Pipa penguras pada elevasi = elevasi air limbah – ketinggian unit
= 85,737 m – 2 m
= 83,737 m
Headloss statis = beda elevasi pipa penguras dengan pompa
= 83,737 m – 90,1 m
= 6,363 m
Headloss mayor = 0,212 m
Head pompa = headloss statis + headloss minor + headloss
mayor
= 6,363 m + 0 + 0,212 m m
= 6,575 m
Daya pompa = Pw

KELOMPOK II B V-35
ɣ xQxH
= 𝜂
Dimana:
Pw = daya pompa (watt)
ɣ = ρ x g =(1000 x 0,8) kg/m3 . 9,81 m/s2 =
7.848 kg/m2s2
H = head pompa (m)
Q = debit maksimum untuk 1 tangki (m3/s)
= 1,02 x 10-2 m3/s
Efisiensi pompa diasumsikan 80%
(7848 kg/ m2 𝑠2 )x ( 1,02 x 10-2 m /s)(6,575 m)
Daya pompa (Pw) = 80%

= 631,46 watt
Sehingga:
Elevasi lumpur influen = 2,1281 m
Headloss = 2,0463 m
Elevasi lumpur effluent = 1,9161 m
Head lumpur pada unit = 0,7266 m

Daya pompa per 50 hari = 631,46 watt

5.4.8 Luas Lahan yang dibutuhkan (Muthiah Khairunnisa/2010943003)


5.4.8.1 Luas Lahan IPAL yang dibutuhkan
Pada perancangan perencanaan sistem pengolahan air limbah, luas lahan yang dibutuhkan
juga perlu diperhitungkan. Kebutuhan luas lahan IPAL merupakan akumulasi dari luas semua
unit pengolahan yang terdapat di IPAL, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.22.
Tabel 5.22 Luas Lahan IPAL
Dimensi Tiap Unit Luas Lahan
Jumlah
Unit Panjang Lebar Diameter
Unit m2 Ha
(m) (m) (m)
Saluran
2 - 10 - 20 0,002
Pembawa
Bar Screen 2 1,24 1,22 - 3,0256 0,0003026
Grit Chamber 2 6,25 2,5 - 31,25 0,003125
Grease Trap 2 4,6 9,2 - 84,64 0,008464
TAR 2 29,67 14,83 - 888,01 0,088801
Bak
6 8 2 - 96 0,0096
Sedimentasi 1

KELOMPOK II B V-36
Activated
2 33,4 16,7 - 1156 0,1156
Sludge
Bak
2 - - 62,7 6172,12 0,617212
Sedimentasi 2
Tangki
2 5,55 3 - 33,3 0,00333
Disinfeksi
Gravity
2 - - 1 1,57 0,000157
Thickener
Pos Satpam 1 1,5 1,5 - 3 0,0003
Tempat Parkir
1 4 4 - 18 0,0018
dan Garasi
Kantor 1 4 4 - 16 0,0016
Laboratorium 1 4 2 - 8 0,0008
Gudang 1 5 2 - 10 0,001
Fasilitas
Pemeliharaan 1 3 2 - 6 0,0006
dan Keamanan
Fasilitas Air
1 1,5 1,5 - 2,25 0,00023
Bersih
Total 8549,1656 0,8549216
Sumber: Data Tugas Besar PBPAL, 2023
Total luas lahan yang dibutuhkan untuk Instalasi Penolahan Air Limbah adalah 8549,1656
m2 atau 0,8549216 ha

5.4.8.2 Luas Lahan IPLT yang dibutuhkan (Muthiah Khairunnisa/2010943003)


Pada perancangan perencanaan sistem pengolahan air limbah, luas lahan yang dibutuhkan
juga perlu diperhitungkan. Kebutuhan luas lahan IPLT merupakan akumulasi dari luas semua
unit pengolahan yang terdapat di IPLT, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.22.
Tabel 5.22 Luas Lahan IPLT
Dimensi Tiap Unit Luas Lahan
Jumlah
Unit Panjang Lebar Diameter
Unit m2 Ha
(m) (m) (m)
Bak
2 7,5 2,5 - 37,5 0,00375
Pengumpul
Tangki Imhoff 2 7 5,3 - 74,2 0,00742
Kolam
2 18 6 - 216 0,0216
Anerobik
Kolam
2 36,7 23,3 - 1710,22 0,171022
Fakultatif
Kolam
2 16,4 10 - 324 0,0324
Maturasi

KELOMPOK II B V-37
Dimensi Tiap Unit Luas Lahan
Jumlah
Unit Panjang Lebar Diameter
Unit m2 Ha
(m) (m) (m)
Bak
4 5,45 3 0,175 65,4 0,00654
Disinfektan
Anaerobic
Sludge 4 - - 12 153,86 0,015386
Digester
Sludge Drying
2 24 3 - 2,688 0,0002688
Bed
Pos Penjaga 1 1,5 1,5 - 3 0,0003
Tempat Parkir
1 12,5 10 - 125 0,0125
dan Garasi
Kantor 1 4 4 - 18 0,0018
Laboratorium 1 4 2 - 8 0,0008
Gudang 1 5 2 - 10 0,001
Fasilitas
Pemeliharaan 1 3 2 - 6 0,0006
dan Keamanan
Fasilitas Air
1 1,5 1,5 - 2,25 0,00023
Bersih
Monitoring
Kualitas Air 1 4 2 - 8 0,0008
Tanah
Total 2764,118 0,2764168
Sumber: Data Tugas Besar PBPAL, 2023

Total luas lahan yang dibutuhkan untuk Instalasi Penolahan Lumpur Tinja adalah 2764,118
m2 atau 0,2764168 ha

KELOMPOK II B V-38
5.4.9 Mass Balance
5.4.9.1 Mass Balance IPLT
5.4.9.1.1 Mass Balance Polutan

Tabel 5.37 Mass Balance Polutan Penyisihan Parameter Pencemar Air Limbah pada IPLT
Baku Baku
Mutu Mutu
PP Permen Ket Permen
Efesiensi Ket PP No. 22
Unit Pengolahan Parameter Influen Satuan Tersisihkan Effluen No. LHK LHK No. 68
(%) Tahun 2021
22 No. 68 Tahun 2016
Tahun Tahun
2021 2016
Minyak dan
90 mg/L 0 0 90 1 Tidak Memenuhi 5 Tidak Memenuhi
Lemak

TSS 364 mg/L 0 0 364 100 Tidak Memenuhi 30 Tidak Memenuhi


BOD 349 mg/L 0 0 349 6 Tidak Memenuhi 30 Tidak Memenuhi

Bak Pengumpul COD 420 mg/L 0 0 420 40 Tidak Memenuhi 100 Tidak Memenuhi
Total
6 mg/L 0 0 6 1 Memenuhi Tidak Memenuhi
Fosfat

Ammonium 22 mg/L 0 0 22 0.5 Tidak Memenuhi 10 Tidak Memenuhi

Total
1000000000 No/mL 0 0 1000000000 10000 Tidak Memenuhi 3000 Tidak Memenuhi
coliform
Minyak dan
90 mg/L 0 0 90 1 Tidak Memenuhi 5 Tidak Memenuhi
Lemak

Fine Screen TSS 364 mg/L 10 36.4 328 100 Tidak Memenuhi 30 Tidak Memenuhi

BOD 349 mg/L 5 17 332 6 Tidak Memenuhi 30 Tidak Memenuhi


COD 420 mg/L 5 21 399 40 Tidak Memenuhi 100 Tidak Memenuhi

KELOMPOK II B V-39
Baku Baku
Mutu Mutu
PP Permen Ket Permen
Efesiensi Ket PP No. 22
Unit Pengolahan Parameter Influen Satuan Tersisihkan Effluen No. LHK LHK No. 68
(%) Tahun 2021
22 No. 68 Tahun 2016
Tahun Tahun
2021 2016
Total
6 mg/L 0 0 6 1 Memenuhi Tidak Memenuhi
Fosfat

Ammonium 22 mg/L 0 0 22 0.5 Tidak Memenuhi 10 Tidak Memenuhi

Total
1000000000 No/mL 0 0 1000000000 10000 Tidak Memenuhi 3000 Tidak Memenuhi
coliform
Minyak dan
90 mg/L 0 0 90 1 Tidak Memenuhi 5 Memenuhi
Lemak

TSS 328 mg/L 40 131 197 100 Memenuhi 30 Tidak Memenuhi

BOD 332 mg/L 30 99 232 6 Tidak Memenuhi 30 Tidak Memenuhi

Tangki imhoff COD 399 mg/L 40 159.6 239 40 Tidak Memenuhi 100 Tidak Memenuhi
Total
6 mg/L 0 0 6 1 Memenuhi Tidak Memenuhi
Fosfat

Ammonium 22 mg/L 0 0 22 0.5 Tidak Memenuhi 10 Tidak Memenuhi

Total
1000000000 No/mL 0 0 1000000000 10000 Tidak Memenuhi 3000 Tidak Memenuhi
coliform
Minyak dan
90 mg/L 0 0 90 1 Tidak Memenuhi 5 Memenuhi
Lemak
TSS 197 mg/L 80 157 39 100 Memenuhi 30 Tidak Memenuhi
Kolam BOD 232 mg/L 70 162 70 6 Tidak Memenuhi 30 Tidak Memenuhi
Anaerobik
COD 239 mg/L 65 156 84 40 Tidak Memenuhi 100 Tidak Memenuhi
Total
6 mg/L 0 0 6 1 Memenuhi Tidak Memenuhi
Fosfat

KELOMPOK II B V-40
Baku Baku
Mutu Mutu
PP Permen Ket Permen
Efesiensi Ket PP No. 22
Unit Pengolahan Parameter Influen Satuan Tersisihkan Effluen No. LHK LHK No. 68
(%) Tahun 2021
22 No. 68 Tahun 2016
Tahun Tahun
2021 2016
Ammonium 22 mg/L 80 0 22 0.5 Tidak Memenuhi 10 Tidak Memenuhi

Total
1000000000 MPN/100 ml 98 0 1000000000 10000 Tidak Memenuhi 3000 Tidak Memenuhi
coliform
Minyak dan
90 mg/L 0 0 90 1 Tidak Memenuhi 5 Memenuhi
Lemak
TSS 39 mg/L 80 31 8 100 Memenuhi 30 Memenuhi
BOD 70 mg/L 64 45 25 6 Tidak Memenuhi 30 Memenuhi
COD 84 mg/L 80 67 17 40 Tidak Memenuhi 100 Tidak Memenuhi
Kolam Fakultatif Total
6 mg/L 0 0 6 1 Memenuhi Tidak Memenuhi
Fosfat

Ammonium 22 mg/L 0 0 22 0.5 Tidak Memenuhi 10 Tidak Memenuhi

Total
1000000000 MPN/100 ml 91 910000000 90000000 10000 Tidak Memenuhi 3000 Tidak Memenuhi
coliform
Minyak dan
90 mg/L 0 0 90 1 Tidak Memenuhi 5 Memenuhi
Lemak
TSS 8 mg/L 80 6 2 100 Memenuhi 30 Memenuhi
BOD 25 mg/L 60 15 10 6 Memenuhi 30 Memenuhi
COD 17 mg/L 95 16 1 40 Memenuhi 100 Memenuhi
Kolam Maturasi
Total
6 mg/L 0 0 6 1 Memenuhi Tidak Memenuhi
Fosfat

Ammonium 22 mg/L 80 18 4 0.5 Tidak Memenuhi 10 Tidak Memenuhi


Total
90000000 MPN/100 ml 96 0 90000000 10000 Tidak Memenuhi 3000 Tidak Memenuhi
coliform

KELOMPOK II B V-41
Baku Baku
Mutu Mutu
PP Permen Ket Permen
Efesiensi Ket PP No. 22
Unit Pengolahan Parameter Influen Satuan Tersisihkan Effluen No. LHK LHK No. 68
(%) Tahun 2021
22 No. 68 Tahun 2016
Tahun Tahun
2021 2016
Minyak dan
90 mg/L 0 0 90 1 Tidak Memenuhi 5 Memenuhi
Lemak
TSS 2 mg/L 0 0 2 100 Memenuhi 30 Memenuhi
BOD 10 mg/L 0 0 10 6 Memenuhi 30 Memenuhi
Desinfeksi COD 1 mg/L 0 0 1 40 Memenuhi 100 Memenuhi
Total
6 mg/L 0 0 6 1 Memenuhi Memenuhi
Fosfat
Ammonium 4 mg/L 0 0 4 0.5 Tidak Memenuhi 10 Memenuhi
Total
90000000 MPN/100 ml 99.9 89910000 90000 10000 Memenuhi 3000 Memenuhi
coliform
Sumber: Perhitungan Tugas Besar Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah, 2023

KELOMPOK II B V-42
Skema Mass Balance Polutan IPLT

Tersisihkan: Tersisihkan: Tersisihkan: Tersisihkan:


BOD = 0 mg/l BOD = 17 mg/l BOD = 99 mg/l BOD = 162 mg/l
COD = 0 mg/l COD = 21 mg/l COD = 159,6 mg/l COD = 156 mg/l
Coliform = 0 MPN/100 ml Coliform = 0 MPN/100 ml Coliform = 0 MPN/100 ml Coliform = 0 MPN/100 ml
Influen:
BOD = 349 mg/l Bak pengumpul Fine Screen Tangki Imhoff Kolam Anaerobik
COD = 420 mg/l
Coliform = 1010 MPN/100
ml
Effluen: Effluen: Effluen:
BOD = 349 mg/l BOD = 17 mg/l BOD = 232 mg/l
COD = 420 mg/l COD = 21 mg/l COD = 239 mg/l Effluen:
Coliform = 1010 MPN/100 ml Coliform = 1010 MPN/100 ml BOD = 70 mg/l
Coliform = 1010 MPN/100 ml
COD = 84 mg/l
Coliform = 1010 MPN/100 ml
Effluen: Effluen: Effluen:
BOD = 10 mg/l BOD = 10 mg/l BOD = 25 mg/l
COD = 1 mg/l COD = 1 mg/l COD = 27 mg/l
Coliform = 1010 MPN/100 ml Coliform = 1010 MPN/100 ml Coliform = 1010 MPN/100 ml

Efluen:
BOD = 10 mg/l Desinfeksi Kolam Maturasi Kolam Fakultatif
COD = 1 mg/l
Coliform = 9.0000
MPN/100 ml Tersisihkan: Tersisihkan: Tersisihkan:
BOD 4 mg/l BOD = 15 mg/l BOD = 45 mg/l
COD = 21 mg/l COD = 16 mg/l COD = 67 mg/l
Coliform = 89,914 MPN/100 ml Coliform = 0 MPN/100 ml Coliform = 917 MPN/100
ml

Gambar 5.31 Mass Balance Polutan IPLT

KELOMPOK II B V-43
5.4.9.1.2 Mass Balance Solid
Tabel 5.38 Mass Balance Solid Penyisihan Parameter Pencemar Air Limbah pada IPLT
Perme
PP Keteranga Keterangan
n LHK
Satua Efisiensi Tersisihka Efflue No. 22 n PP No. 22 Permen LHK
Unit Pengolahan Parameter Influen No. 68
n (%) n n Tahu Tahun No. 68 Tahun
Tahun
n 2021 2021 2016
2016
Tidak Tidak
Bak Pengumpul TSS 364 Kg/m3 0 0,000
364 100 30 Memenuhi Memenuhi
Tidak Tidak
Fine Screen TSS 364 Kg/m3
0 36,4 328 100 0,30 Memenuhi Memenuhi
3 Tidak
Tangki Imhoff TSS 328 Kg/m
10 131 197 100 30 Memenuhi Memenuhi
3 Tidak
Kolam Anaerobik TSS 197 Kg/m
80 157 39 100 0,30 Memenuhi Memenuhi
Kolam Fakultatif TSS 39 Kg/m3 80 31 8 100 30 Memenuhi Memenuhi
Kolam Maaturasi TSS 8 Kg/m3 80 6 2 100 0,30 Memenuhi Memenuhi
Desinfeksi TSS 2 Kg/m3 0 0,000 2 100 30 Memenuhi Memenuhi
Lumpur
Tidak
Gravity Thickener TSS 172,06 Kg/m3 92 158,29 13,77 Memenuhi
100 30 Memenuhi
Sludge Drying Bed TSS 158,29 Kg/m3 95 150,38 7,91 100 30 Memenuhi Memenuhi
Sumber: Perhitungan Tugas Besar Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah, 2023

KELOMPOK II B V-44
Skema Mass Balance Solid
IPLT

Tersisihkan: Tersisihkan: Tersisihkan: Tersisihkan:


TSS: 0,000 Kg/m3 TSS: 36,4 Kg/m3 TSS: 131 Kg/m3 TSS: 157 Kg/m3

Influen: Tangki Imhoff


TSS: 364 Kg/m3 Saluran Pengumpul Fine Screen Kolam Anaerobik

Effluen: Effluen: Effluen: Effluen:


TSS: 364 Kg/m3 TSS: 328 Kg/m3 TSS: 197 Kg/m3 TSS: 39 Kg/m3

Effluen: Effluen: Effluen: Tersisihkan:


TSS: 2 Kg/m3 TSS: 2 Kg/m3 TSS: 8 Kg/m3 TSS: 31 Kg/m3

Anaerobic Digester Desinfeksi Kolam Maturasi Kolam Fakultatif

Tersisihkan: Tersisihkan:
TSS: 0,000 Kg/m3 TSS: 6 Kg/m3

Gravity Thickener Sludge Drying Bed Reuse dan Reklamasi:


1. Kompos/Pupuk
2. Pengairan Irigasi

Gambar 5.32 Mass Balance Solid IPLT

KELOMPOK II B V-45
KELOMPOK II B V-46
5.4.9.2 Mass Balance IPAL
5.4.9.2.1 Mass Balance Polutan

Tabel 5.37 Mass Balance Polutan Penyisihan Parameter Pencemar Air Limbah pada IPAL
Baku Baku
Mutu Mutu
PP Perme
Ket PP No. Ket Permen
Unit Paramete Efesien Tersisihk No. n
Influen Satuan Effluen 22 Tahun LHK No. 68
Pengolahan r si (%) an 22 LHK
2021 Tahun 2016
Tahu No. 68
n Tahun
2021 2016
Minyak
Tidak Tidak
dan 90 mg/L 0 0 90 1 5
Memenuhi Memenuhi
Lemak
Tidak Tidak
TSS 364 mg/L 0 0 364 100 30
Memenuhi Memenuhi
Tidak Tidak
BOD 349 mg/L 0 0 349 6 30
Memenuhi Memenuhi
Saluran
Tidak Tidak
Pembawa COD 420 mg/L 0 0 420 40 100
Memenuhi Memenuhi
Total Tidak
6 mg/L 0 0 6 1 Memenuhi
Fosfat Memenuhi
Ammoniu Tidak Tidak
22 mg/L 0 0 22 0.5 10
m Memenuhi Memenuhi
Total 10000000 10000000 Tidak Tidak
No/mL 0 0 10000 3000
coliform 00 00 Memenuhi Memenuhi
Minyak
Tidak Tidak
dan 90 mg/L 0 0 90 1 5
Memenuhi Memenuhi
Lemak
Bar Screem Tidak Tidak
TSS 364 mg/L 0 0 364 100 30
Memenuhi Memenuhi
Tidak Tidak
BOD 349 mg/L 0 0 349 6 30
Memenuhi Memenuhi

KELOMPOK II B V-47
Tidak Tidak
COD 420 mg/L 0 0 420 40 100
Memenuhi Memenuhi
Total Tidak
6 mg/L 0 0 6 1 Memenuhi
Fosfat Memenuhi
Ammoniu Tidak Tidak
22 mg/L 0 0 22 0.5 10
m Memenuhi Memenuhi
Total 10000000 10000000 Tidak Tidak
No/mL 0 0 10000 3000
coliform 00 00 Memenuhi Memenuhi
Minyak
Tidak
dan 90 mg/L 0 0 90 1 5 Memenuhi
Memenuhi
Lemak
Tidak
TSS 364 mg/L 10 36 328 100 Memenuhi 30
Memenuhi
Tidak Tidak
BOD 349 mg/L 5 17 332 6 30
Memenuhi Memenuhi
Grit Chamber Tidak Tidak
COD 420 mg/L 5 21 399 40 100
Memenuhi Memenuhi
Total Tidak
6 mg/L 0 0 6 1 Memenuhi
Fosfat Memenuhi
Ammoniu Tidak Tidak
22 mg/L 0 0 22 0.5 10
m Memenuhi Memenuhi
Total 10000000 10000000 Tidak Tidak
No/mL 0 0 10000 3000
coliform 00 00 Memenuhi Memenuhi
Minyak
Tidak
dan 90 mg/L 0 0 90 1 5 Memenuhi
Memenuhi
Lemak
Tidak
TSS 328 mg/L 0 0 328 100 Memenuhi 30
Memenuhi
Tangki Aliran Tidak Tidak
BOD 332 mg/L 0 0 332 6 30
Rata-Rata Memenuhi Memenuhi
(TAR) Tidak Tidak
COD 399 mg/L 0 0 399 40 100
Memenuhi Memenuhi
Total Tidak
6 mg/L 0 0 6 1 Memenuhi
Fosfat Memenuhi
Ammoniu Tidak
22 mg/L 0 0 22 0.5 10
m Memenuhi

KELOMPOK II B V-48
Total 10000000 MPN/100 10000000 Tidak Tidak
0 0 10000 3000
coliform 00 ml 00 Memenuhi Memenuhi
Minyak
Tidak
dan 90 mg/L 0 0 90 1 5 Memenuhi
Memenuhi
Lemak
TSS 328 mg/L 60 197 131 100 Memenuhi 30 Memenuhi
Tidak
BOD 332 mg/L 40 133 199 6 30 Memenuhi
Memenuhi
Bak Sedimentasi Tidak Tidak
I COD 399 mg/L 40 160 239 40 100
Memenuhi Memenuhi
Total Tidak
6 mg/L 0 0 6 1 Memenuhi
Fosfat Memenuhi
Ammoniu Tidak Tidak
22 mg/L 0 0 22 0.5 10
m Memenuhi Memenuhi
Total 10000000 MPN/100 91000000 Tidak Tidak
91 90000000 10000 3000
coliform 00 ml 0 Memenuhi Memenuhi
Minyak
Tidak
dan 90 mg/L 0 0 90 1 5 Memenuhi
Memenuhi
Lemak
TSS 131 mg/L 90 118 13 100 Memenuhi 30 Memenuhi
BOD 199 mg/L 90 179 20 6 Memenuhi 30 Memenuhi
Activated Sludge COD 239 mg/L 85 203 36 40 Memenuhi 100 Memenuhi
Total Tidak Tidak
6 mg/L 40 2 4 1
Fosfat Memenuhi Memenuhi
Ammoniu Tidak Tidak
22 mg/L 0 0 22 0.5 10
m Memenuhi Memenuhi
Total MPN/100 Tidak Tidak
90000000 0 0 90000000 10000 3000
coliform ml Memenuhi Memenuhi
Minyak
Tidak
dan 90 mg/L 0 0 90 1 5 Memenuhi
Memenuhi
Lemak
Bak Sedimentasi
II TSS 13 mg/L 0 0 13 100 Memenuhi 30 Memenuhi
BOD 20 mg/L 0 0 20 6 Memenuhi 30 Memenuhi
COD 36 mg/L 0 0 36 40 Memenuhi 100 Memenuhi

KELOMPOK II B V-49
Total
4 mg/L 0 0 4 1 Memenuhi Memenuhi
Fosfat
Ammoniu Tidak Tidak
22 mg/L 0 0 22 0.5 10
m Memenuhi Memenuhi
Total MPN/100 Tidak Tidak
90000000 0 0 90000000 10000 3000
coliform ml Memenuhi Memenuhi
Minyak
Tidak
dan 90 mg/L 0 0 90 1 5 Memenuhi
Memenuhi
Lemak
TSS 13 mg/L 0 0 13 100 Memenuhi 30 Memenuhi
BOD 20 mg/L 0 0 20 6 Memenuhi 30 Memenuhi
Desinfeksi COD 36 mg/L 0 0 36 40 Memenuhi 100 Memenuhi
Total
4 mg/L 0 0 4 1 Memenuhi Memenuhi
Fosfat
Ammoniu Tidak
22 mg/L 0 0 22 0.5 10 Memenuhi
m Memenuhi
Total MPN/100
90000000 99.9 89910000 90000 10000 Memenuhi 3000 Memenuhi
coliform ml
Sumber: Perhitungan Tugas Besar Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah, 2023

KELOMPOK II B V-50
Skema Mass Balance Polutan IPAL

Tersisihkan: Tersisihkan: Tersisihkan: Tersisihkan:


BOD = 0 mg/l BOD = 0 mg/l BOD = 17 mg/l BOD = 0 mg/l
COD = 0 mg/l COD = 0 mg/l COD = 21 mg/l COD = 0 mg/l
Coliform = 0 MPN/100 ml Coliform = 0 MPN/100 ml Coliform = 0 MPN/100 ml Coliform = 0 MPN/100 ml

Influen:
Saluran Pembawa Bar Screen Grit Chamber TAR
BOD = 349 mg/l
COD = 420 mg/l
Coliform = 1010
MPN/100 ml
Effluen: Effluen: Effluen:
BOD = 349 mg/l BOD = 349 mg/l BOD = 332 mg/l
COD = 420 mg/l COD = 420 mg/l COD = 399 mg/l Effluen:
Coliform = 1010 MPN/100 ml Coliform = 1010 MPN/100 ml Coliform = 1010 MPN/100 ml BOD = 332 mg/l
COD = 399 mg/l
Coliform = 1010 MPN/100 ml
Effluen: Effluen: Effluen:
BOD = 20 mg/l BOD = 179 mg/l BOD = 199 mg/l
COD = 36 mg/l COD = 203 mg/l COD = 239 mg/l
Coliform = 9010 MPN/100 ml Coliform = 9010 MPN/100 ml Coliform = 9010 MPN/100 ml

Efluen: Desinfeksi Bak Sedimentasi II Activated Sludge Bak Sedimentasi 1


BOD = 20 mg/l
COD = 36 mg/l
Coliform = 9.0000
MPN/100 ml Tersisihkan: Tersisihkan: Tersisihkan:
BOD = 0 mg/l BOD = 20 mg/l BOD = 133 mg/l
COD = 0 mg/l COD = 36 mg/l COD = 160 mg/l
Coliform = 0 MPN/100 ml Coliform = 907 MPN/100 ml Coliform = 907 MPN/100 ml

Gambar 5.31 Mass Balance Polutan IPAL

KELOMPOK II B ` V-51
5.4.9.2.2 Mass Balance Solid
Tabel 5.38 Mass Balance Solid Penyisihan Parameter Pencemar Air Limbah pada IPAL
Keterangan
Keterangan
Unit Parame Influ Satu Efisiensi Tersisih Efflu PP No. 22 Tahun Permen LHK No. 68 Permen
PP No. 22
Pengolahan ter en an (%) kan en 2021 Tahun 2016 LHK No. 68
Tahun 2021
Tahun 2016
Saluran Kg/m Tidak Tidak
TSS 364 3 0 0,000
Pembawa 364 100 30 Memenuhi Memenuhi
Kg/m Tidak Tidak
Bar Screen TSS 364 3
0 36,4 364 100 0,30 Memenuhi Memenuhi
Kg/m Tidak
Grit Chamber TSS 328 3
10 36 328 100 30 Memenuhi Memenuhi
Kg/m Tidak
TAR TSS 197 3
0 0 328 100 0,30 Memenuhi Memenuhi
Bak Kg/m
TSS 39 3 60 197 131 Memenuhi Memenuhi
Sedimentasi I 100 30
Activated Kg/m
TSS 8 3
Sludge 90 118 13 100 0,30 Memenuhi Memenuhi
Bak Kg/m
TSS 8 3
Sedimentasi II 0 0 13 100 0,30 Memenuhi Memenuhi
Kg/m
Desinfeksi TSS 2 3
0 0,000 13 100 30 Memenuhi Memenuhi
Sumber: Perhitungan Tugas Besar Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah, 2023

KELOMPOK II B V-52
Skema Mass Balance Solid
IPAL

Tersisihkan: Tersisihkan: Tersisihkan: Tersisihkan:


TSS: 0,000 Kg/m3 TSS: 0 Kg/m3 TSS: 36 Kg/m3 TSS: 0 Kg/m3

Influen:
TSS: 364 Kg/m3 Saluran Pembawa Bar Screen Grit Chamber TAR

Effluen: Effluen: Effluen: Effluen:


TSS: 364 Kg/m3 TSS: 364 Kg/m3 TSS: 328 Kg/m3 TSS: 328 Kg/m3

Effluen: Effluen: Effluen: Tersisihkan:


TSS: 13 Kg/m3 TSS: 13 Kg/m3 TSS: 131 Kg/m3 TSS: 197 Kg/m3

Efluen:
TSS = 13 Kg/m3 Desinfeksi Sedimentasi II Activated Sludge Sedimentasi I

Tersisihkan: Tersisihkan: Tersisihkan: Tersisihkan:


TSS: 0 Kg/m3 TSS: 0 Kg/m3 TSS: 118 Kg/m3 TSS: 6 Kg/m3

Reuse dan Reklamasi:


3. Kompos/Pupuk
4. Pengairan Irigasi

KELOMPOK II B V-53
Gambar 5.32 Mass Balance Solid IPAL

KELOMPOK II B V-54

Anda mungkin juga menyukai