UNIVERISTAS HASANUDDIN
Disusun Oleh :
NIM : J014221048
DEPARTEMEN PROSTODONSI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya, serta salam dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta sahabat
dan keluarganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul “Pertimbangan Prostodontik Lepasan untuk Pasien yang Mengalami
Gangguan Neurologis dan Neuromuskular” sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas kami. Selama persiapan dan penyusunan karya tulis ilmiah ini
rampung, penulis mengalami kesulitan dalam mencari referensi. Namun berkat
bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak akhirnya dapat terselesaikan. Semoga
amal dan budi baik dari semua pihak mendapatkan pahala dan rahmat yang
melimpah dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini terdapat
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan penulisan yang serupa di
masa yang akan datang. Penulis berharap sekiranya karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.5 Gigi tiruan sebagian lepasan yang terbuat dari bahan valplast ... 15
Gambar 3.6 Pembuatan basis gigi tiruan dengan slot penempatan obat ....... 16
Gambar 3.7 Basis gigi tiruan yang diperkuat dengan kerangka logam ........ 17
Gambar 3.10 Gigi tiruan dengan occlusal table monoplane (angulasi cusp nol
derajat).............................................................................................................. 19
Gambar 3.12 Tampilan perencanaan virtual prostesis dari data pindaian fixed
complete denture mandibula yang ada dan silinder sementara ........................ 21
Gambar 3.13 Tampilan frontal dari complete denture maksila definitif dan
rebasing kerangka mandibula yang ada ........................................................... 21
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
prostesis lepasan intraoral. Gangguan neuromuskular memengaruhi rencana
perawatan. Riwayat medis umum yang akurat & terkini dibutuhkan mencakup
obat apa pun yang diminum pasien serta semua kondisi medis yang relevan.
Oleh karena itu, pasien perlu dikonsultasikan dengan dokter sebelum perawatan
prostetik. Sistem neuromuskuler menjadi bagian dari sistem saraf tepi
mencakup semua otot tubuh dan saraf sebagai syarat untuk semua aktivitas
motorik sadar atau tidak sadar. Oleh karena itu, jelas bahwa setiap patologi pada
saraf yang menyebabkan gangguan otot terkait (kelemahan, pengecilan otot,
kram, spastisitas, atau nyeri) akan menghambat kemudahan penerimaan gigi
tiruan dan dengan demikian dibutuhkan modifikasi dalam teknik terapi
tradisional, pemilihan bahan gigi serta pasca perawatan.
Dokter gigi dihadapkan dengan pasien yang terkena salah satu dari
gangguan ini memiliki masalah utama kognisi, mobilitas, dan perilaku, serta
pemeliharaan gigi. Sementara pengobatan pasien dengan degenerasi saraf
progresif sulit sehingga peningkatan pengetahuan tentang etiologi dan
patogenesis penyakit ini telah memberikan peluang baru dan pemahaman baru
tentang kebutuhan pengobatan pasien. Hal ini diharapkan dapat mengubah
respons pasien terhadap perawatan prostetik dan dapat memengaruhi prognosis.
Mengingat dampak gangguan neurologis dan neuromuscular cukup luas serta
sebagian besar populasi menderita gangguan tersebut. Maka sudah saatnya
rencana perawatan gigi yang terperinci untuk profilaksis, pemeliharaan, dan
perawatan lengkap pasien yang menderita gangguan neurologis direncanakan
dan diterapkan sehingga pasien mendapatkan perawatan terbaik yang di
modifikasi khusus untuk merawat dan sejauh mungkin memperlambat efek
berbahaya dari gangguan neurologis dan neuromuscular pada kesehatan gigi
secara keseluruhan6.
2
1.3 Manfaat Penulisan
Manfaat dari karya tulis ilmiah ini adalah agar menjadi bahan belajar bagi
penulis dan pembaca mengenai macam-macam modifikasi prostodontik
lepasan pada pasien dengan gangguan neurologis dan neuromuscular.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Demensia penyakit Alzheimer. Ketika orang lanjut usia memiliki
setidaknya dua dari gejala berikut: gangguan penalaran, gangguan memori
untuk informasi baru, gangguan fungsi bahasa, gangguan kemampuan
visuospasial, atau perubahan perilaku atau kepribadian, mereka akan
didiagnosis menderita demensia
Kerusakan otak yang disebabkan oleh AD juga dapat mengurangi sensasi bau
dan rasa, mempengaruhi aliran air liur, nafsu makan, dan fungsi motorik sehingga
mengganggu fungsi pengunyahan. Gangguan fungsi pengunyahan juga dapat
membatasi makan dan kehidupan sosial, secara negatif mempengaruhi kesehatan
mulut terkait kualitas hidup. Fungsi pengunyahan tidak hanya berhubungan dengan
keberadaan gigi asli tetapi juga tergantung pada umpan balik sensorik dan
koordinasi motorik antara otot pengunyahan, bibir, pipi, dan lidah. Pada demensia
tahap awal dikaitkan dengan gangguan keterampilan motorik, patologi yang
mendasari ini mungkin secara langsung berkontribusi pada efisiensi pengunyahan
yang lebih rendah.
Rehabilitasi mulut dengan prostesis lepasan meningkatkan kesehatan mulut
terkait kualitas hidup dan pengunyahan pada orang tua dengan penyakit alzheimer.
Namun, kesulitan pengunyahan tetap ada. Dokter harus menyadari gangguan
pengunyahan orang tua dengan alzheimer ketika mengusulkan terapi rehabilitasi
dan penyesuaian diet13. Individu yang terkena alzheimer cenderung mengalami
coated hairy tongue, angular cheilitis, ulserasi, karies, periodontitis dan akhirnya
kehilangan gigi karena pemeliharaan kebersihan mulut yang buruk14. Pada penyakit
Alzheimer, berkurangnya kognisi dan ketangkasan tentu memperumit tindakan
kebersihan mulut, jadi bantuan dengan praktik kebersihan mulut mungkin
diperlukan15.
Kekhawatiran perawatan prostodontik pada pasien ini termasuk pemeliharaan
kebersihan prostesis yang buruk, xerostomia (karena obat antikolinergik dan
penyakit itu sendiri), diskinesia (hanya dalam bentuk penyakit yang parah), dan
gangguan kemampuan untuk beradaptasi dengan prostesis baru. Oleh karena itu,
untuk memastikan perubahan minimal pada prostesis sebelumnya, refabrikasi
prostesis baru dapat dihindari dengan relining atau kontur permukaan cameo dari
gigi tiruan baru harus disimulasikan sesuai dengan yang lama5.
5
2.1.2 Penyakit Parkinson
Penyakit parkinson adalah salah satu penyakit yang paling tersebar luas di
dunia, mempengaruhi hingga 1-2% dari seluruh populasi di atas 60 tahun . Bahkan
mempengaruhi hingga 1-2 per 1000 orang dari seluruh populasi. Penyakit parkinson
adalah penyakit neurodegeneratif kedua yang paling umum. Dengan onset pada
dekade kelima atau keenam kehidupan. diperkirakan mempengaruhi antara 1% dan
2% individu dalam kelompok usia ini16. Meskipun penyebab penyakit Parkinson
sebagian besar tidak teridentifikasi dan tidak diketahui, kejadian luas dapat
dijelaskan hingga 3 kali peningkatan risiko pada populasi, yang anggota keluarga
dan saudara kandungnya memiliki penyakit ini17.
6
menimbulkan masalah selama perawatan gigi. Orang dengan penyakit Parkinson
juga mengalami mulut kering, yang berkontribusi atau memperburuk kesulitan
mengunyah yang sudah ada atau ketidaknyamanan gigi tiruan. Selain kesulitan
terkait motorik yang terkait dengan penyakit Parkison, ada perubahan perilaku
tambahan yang berdampak negatif pada perawatan gigi. Ini termasuk sikap apatis,
depresi, dan pelupa, yang semuanya menyebabkan kelalaian dalam perawatan
kesehatan mulut sehari-hari19.
Dokter gigi menghadapi banyak masalah dalam pembuatan gigi tiruan penuh
pada pasien seperti itu karena peningkatan tremor, peningkatan air liur,
berkurangnya keterampilan adaptif dan kontrol otot yang buruk membuat
pembuatan cetakan dan perekaman hubungan rahang menjadi sulit, menyebabkan
retensi yang terganggu. Lidah dapat melepaskan gigi tiruan mandibula dan otot-otot
wajah yang kaku atau tidak dapat dikendalikan dapat mencegah gigi tiruan rahang
atas mempertahankan segel retentif. Selain itu, pasien merasa kesulitan untuk
merawat dan memelihara gigi tiruannya. Dalam kedokteran gigi, tujuan utama
prostodontis adalah untuk menjamin kualitas hidup yang baik bagi pasien yang
menderita PD. Salah satu metode perawatan yang paling umum adalah gigi tiruan
sebagian lepasan, yang meningkatkan persamaan hidup yang berhubungan dengan
kesehatan mulut dan juga meningkatkan efisiensi pengunyahan pasien. Untuk
memastikan kesetaraan hidup terkait kesehatan mulut yang baik, kesehatan mulut
pasien perlu ditangani, pendekatan multidisiplin sangat penting17.
2.1.3 Epilepsi
7
mempengaruhi seluruh korteks otak. Ketika ada kehilangan kesadaran, kejang
disebut kompleks. Ini juga diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, dan dapat
bersifat simtomatik (disebabkan oleh malformasi perkembangan), idiopatik (ketika
kondisi genetik bertanggung jawab) atau kriptogenik (ketika penyebabnya tidak
diketahui)21.
Kemungkinan serangan kejang di kursi gigi pada pasien epilepsi
memerlukan kebutuhan semua profesional gigi untuk terlatih dalam mengelola
keadaan darurat tersebut. Pasien epilepsi memiliki jumlah karies dan gigi yang
hilang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum karena
penderita epilepsi umumnya mengalami kesulitan dengan keterampilan motorik,
yang mencakup masalah dengan keterampilan motorik halus, keterampilan motorik
kasar, dan koordinasi yang secara negatif memengaruhi kemampuan menyikat gigi.
Hiperplasia gingiva terlihat pada 50% pasien yang memakai obat antiepilepsi.
Fenitoin dalam waktu 12-24 bulan setelah pengobatan dimulai. Kejang epilepsi
biasanya menyebabkan cedera mulut ringan, seperti menggigit lidah.dan juga sering
menyebabkan cedera gigi atau, dalam beberapa kasus, menyebabkan trauma
maksilofasial, terutama pada pasien yang menderita kejang umum yang tidak
terkontrol. Pasien dengan epilepsi memiliki peningkatan risiko kehilangan gigi, dan
status prostodontik pasien epilepsi tidak optimal dibandingkan dengan individu
nonepilepsi. Hal ini dapat berdampak buruk pada kualitas hidup. Cedera terkait
kejang pada prostesis juga menjadi masalah. Oleh karena itu, dokter gigi perlu
memiliki pengetahuan yang memadai tentang epilepsi dan dampaknya terhadap
kesehatan gigi dan mulut pasien epilepsi untuk mengelola kondisi tersebut22.
8
kelumpuhan atau paresis wajah unilateral akut. Kondisi ini memuncak dalam waktu
72 jam dan mungkin berhubungan dengan berbagai tanda dan gejala, termasuk nyeri
post-auricular, kelopak mata terkulai, hilangnya sensasi pengecapan dan penurunan
lakrimasi. Meskipun etiologi kondisi ini tidak diketahui, inflamasi, infeksi virus,
iskemia, dan anatomi nervus fasialis semuanya terlibat dalam patofisiologi penyakit
ini23.
Pasien dengan bell’s palsy mengalami kekurangan atau kehilangan gerak
yang tidak terduga pada sisi wajah yang terkena dampak dengan hilangnya kontrol
secara tiba-tiba. Pasien bell’s palsy juga menghadapi kesulitan dalam
mengernyitkan pelipis, menutup mata, bersiul, mengangkat alis pada sisi yang
terkena24. Sisi mulut menggantung menyebabkan mudah berliur. Ketika pasien
berusaha untuk menutup kelopak mata, bola mata berputar ke atas sehingga hanya
sklera putih yang terlihat. Manajemen prostodontik pada pasien ini memerlukan
pendekatan sistematis karena gambaran klinis Bell's palsy dapat mengganggu
sebagian besar tahapan seperti pembuatan cetakan, hubungan rahang, retensi gigi
tiruan, dan stabilitas25.
9
akut akibat kelemahan otot pernapasan, yang semuanya menimbulkan batasan pada
durasi perawatan gigi26. Mengenakan gigi tiruan lepasan, terutama gigi tiruan
lengkap, membutuhkan pola koordinasi neuromuskuler yang kompleks. Kelelahan
otot merusak tonisitas otot pada pasien ini yang sering menyebabkan kesulitan
dalam mencapai penutupan perifer dan retensi gigi tiruan. Selanjutnya, gigi tiruan
yang tidak pas, flensa yang terlalu panjang dan tebal dapat memperburuk
kelemahan otot27.
Dystonia adalah manifestasi dari kontraksi otot parah yang tidak disengaja,
yang menyebabkan gerakan ritmis dan atipikal di berbagai bagian tubuh.
Berdasarkan daerah yang terkena, distonia secara anatomi dapat dikategorikan
sebagai fokal (mempengaruhi satu atau dua bagian tubuh), segmental, multifokal,
dan umum. Itu juga dapat dikategorikan berdasarkan etiologi. Dystonia primer
bersifat idiopatik atau diturunkan; sementara, distonia sekunder berkembang
setelah insiden traumatis atau bedah, penyakit otak, dan obat-obatan. Jenis distonia
yang melibatkan rongga mulut disebut sebagai dystonia oromandibular yaitu
kelainan neurologis fokal langka yang memengaruhi otot-otot wajah bagian bawah.
Hal ini ditandai dengan gerakan kejang otot lidah, wajah, dan mastikator yang
berulang-ulang atau berkelanjutan. Dystonia oromandibular diklasifikasikan
sebagai pembukaan rahang, penutupan rahang, penyimpangan rahang, atau distonia
lingual, atau kombinasi dari hal-hal tersebut28.
Prevalensi dystonia oromandibular telah dilaporkan setinggi 6,9/100.000
kasus dan kejadian telah dilaporkan hingga 3,3 kasus per juta. Perawatan gigi dapat
menjadi penyebab timbulnya atau eksaserbasi dystonia oromandibular. Pasien
dyastonia oromandibular dapat datang ke dokter gigi dengan gerakan rahang yang
tidak disengaja dan masalah penemuan intraoral, dokter gigi harus menyadari gejala
dan tanda untuk merujuk pasien yang mencurigakan jika perlu. Dokter juga
diharuskan memahami pertimbangan khusus dalam mengelola perawatan gigi
pasien dystonia oromandibular. Selain itu, pada beberapa pasien, dyastonia
oromandibular dapat berkembang setelah perawatan gigi seperti penggunaan gigi
tiruan yang tidak pas atau banyaknya pencabutan gigi. Modifikasi gigi tiruan yang
ada harus dipertimbangkan sebagai alternatif pengobatan langsung, noninvasif, dan
10
reversibel untuk pasien dengan dystonia oromandibular ang menggunakan gigi
tiruan lengkap atau sebagian lepasan29.
11
BAB 3
PEMBAHASAN
12
Pasien Alzheimer sebagian besar terkait dengan kehilangan gigi dan
membutuhkan prostesis untuk meningkatkan fungsi mulut dan kualitas hidup
mereka30.Memasang pelacak ke gigi palsu dan melacak pasien melalui model
Global Position System (GPS) dapat membantu pengasuh. Dengan kemajuan
teknologi, para pengasuh dapat diberikan pilihan yang mudah dan ekonomis dalam
melacak pasien ini. Banyak perangkat seluler dan teknik yang beroperasi melalui
GPS dirancang. Masalah utama yang ada dalam biaya dan perangkat mungkin tidak
digunakan oleh pasien. Pelacak GPS yang terpasang pada gigi tiruan sederhana,
ekonomis, dan nyaman digunakan untuk pasien. Ini memberikan dukungan yang
diperlukan untuk pengasuh dalam melacak pasien dan meningkatkan kualitas hidup
kesehatan mulut31.
Perangkat pelacak GPS dirancang untuk dipasang pada gigi tiruan maksila atau
mandibula. Sinyal yang dikirim oleh pelacak akan diterima dan diterjemahkan
melalui ponsel. Desain pelacak bekerja dengan Android, iPhone, dan aplikasi
lainnya. Perangkat akan mengirimkan informasi tentang lokasi, kecepatan, jarak
yang ditempuh, dan rute melalui sistem pemetaan gratis yang tersedia di jaringan
telepon. Desain pelacakan akurasi jarak jauh harus diadaptasi dan model
memungkinkan perangkat untuk dilacak bahkan di area yang sulit. Pelacak
dirancang untuk memberikan posisi laporan otomatis. Fasilitas username,
password, dan nomor resmi harus disediakan untuk meningkatkan akurasi. Selain
itu, perangkat menggabungkan fitur peringatan baterai lemah, pemantauan jarak
jauh, dan peringatan geofence pada gerakan dan kecepatan. Fitur-fitur ini dapat
membantu melacak dan memeriksa pasien. Masa pakai baterai bervariasi antara 40
dan 48 jam dan dapat diisi ulang. Selain itu, perangkat diprogram untuk bekerja
dengan daya rendah.
13
3.1.2 Parkinson Disease
14
Gambar 3.4 Gigi tiruan dengan saliva reservoir fungsional
Gambar 3.5 Gigi tiruan sebagian lepasan yang terbuat dari bahan valplast
Selain itu terdapat modifikasi gigi tiruan dengan slot obat yang dibuat
menggunakan auto-polymerising high impact resin karena kekuatan lenturnya yang
tinggi. Rencana perawatan diselesaikan setelah berkonsultasi dengan dokter pasien.
Slot penempatan obat dimasukkan ke dalam gigi tiruan dengan menempatkan obat
15
di bagian anterior palatal. Pilihan obat yang digunakan pada gigi tiruan adalah Tab.
Pardopa (levodopa 100mg plus carbidopa 10 mg) diproduksi oleh Synchro (Micro
Labs Ltd) yang disintegrasi secara oral dan formulasi pelepasan yang diperpanjang.
Pardopa Tablet mengandung carbidopa dan levodopa sebagai bahan aktif dan
bekerja dengan meningkatkan kadar dopamin di otak untuk fungsi otak yang tepat.
Carbidopa memungkinkan lebih banyak levodopa memasuki otak dan digunakan
untuk mengobati kekakuan, tremor, kejang dan kontrol otot yang buruk pada
penyakit parkinson dan kondisi terkait lainnya. Levodopa memiliki waktu paruh
yang pendek dan oleh karena itu formulasi immediate release menyebabkan
peningkatan cepat dan penurunan konsentrasi levodopa plasma. Formulasi
extended release membantu mempertahankan konsentrasi levodopa plasma yang
stabil dan dengan demikian mengelola fluktuasi motorik. Jadi, dengan
mempertimbangkan keuntungan dari formulasi extended release Pardopa
dibandingkan dengan immidiate release, dibuatlah gigi tiruan drug delivery dengan
slot untuk menempatkan obat18.
Gambar 3.6 Pembuatan basis gigi tiruan dengan slot penempatan obat
3.1.3 Epilepsi
16
Gambar 3.7 Basis gigi tiruan yang diperkuat dengan kerangka logam
17
Gambar 3.8 Gigi tiruan dengan undetachable cheek plumper
Selain itu terdapat rehabilitasi pasien bell’s palsy dengan teknik impresi yang
dimodifikasi dan oklusi monoplane. Gigi tiruan yang memiliki occlusal table
monoplane (angulasi cusp nol derajat) disusun mengikuti teori oklusi monoplane.
Gigi posterior derajat nol (skema oklusal monoplane) dipilih karena memiliki
keuntungan dari pencetakan yang paling sederhana dan berbagai posisi gigi yang
memungkinkan. Selanjutnya, modifikasi tersebut menghilangkan tekanan lateral
pada struktur yang mendasarinya.
18
Gambar 3.10 Gigi tiruan dengan occlusal table monoplane (angulasi cusp nol derajat)
Masalah yang dihadapi selama rehabilitasi prostodontik pada pasien bell’s palsy
meliputi aliran air liur yang tidak terkontrol, mulut kering, dan koordinasi otot yang
buruk. Pasien ini direhabilitasi dengan liquid-supported dentures dan gigi tiruan
lengkap rahang bawah dengan teknik zona netral. Prinsip dari desain ini adalah
bahwa gigi tiruan yang didukung cairan bersifat fleksibel dan secara terus menerus
beradaptasi dengan mukosa. Namun, masih cukup kaku untuk menopang gigi
selama penggunaan yang sebenarnya.
Dengan demikian, basis gigi tiruan ditutup dengan foil fleksibel yang pas untuk
menjaga lapisan tipis cairan di tempatnya. Desain ini akan bertindak sebagai reliner
kontinu untuk gigi tiruan dan dengan demikian memiliki keunggulan dibandingkan
desain gigi tiruan yang ada. Saat tidak ada gaya yang diterapkan, foil tetap pada
19
posisi istirahat, bertindak sebagai lapisan lunak; dan ketika gigi tiruan sedang
digunakan, beban yang diarahkan secara vertikal didistribusikan ke segala arah oleh
cairan sehingga menghasilkan distribusi tegangan yang optimal. Ini membantu
dalam pelestarian jangka panjang dari tulang dan jaringan lunak. Dalam hal ini,
lembaran bening termoplastik polietilen (Easy-Vac Gasket) digunakan karena
kelembutannya, fleksibilitas, dan biokompatibilitas. Untuk bantalan cair, gliserin
digunakan karena jernih, kental, dan biokompatibel. Sedangkan tujuan dari zona
netral adalah untuk membangun gigi tiruan dalam keseimbangan otot, yaitu gigi
tiruan yang selaras dengan lingkungan untuk memberikan stabilitas, retensi, dan
kenyamanan yang optimal. Filosofi zona netral didasarkan pada konsep bahwa
untuk setiap pasien terdapat suatu area dibawah gigi tiruan yaitu suatu area spesifik
di mana fungsi otot tidak akan menggeser gigi tiruan, dan pada saat yang sama
kekuatan yang dihasilkan oleh lidah dinetralkan oleh kekuatan yang dihasilkan oleh
bibir dan pipi. Oleh karena itu, pada pasien bells palsy, sangat penting untuk
merekam zona netral karena tidak seimbangnya kekuatan yang dihasilkan oleh sisi
yang tidak terpengaruh dan terpengaruh pada ketidakstabilan gigi tiruan39.
20
Gambar 3.12 Tampilan perencanaan virtual prostesis dari data pindaian fixed complete denture
mandibula yang ada dan silinder sementara.
Gambar 3.13 Tampilan frontal dari complete denture maksila definitif dan rebasing kerangka
mandibula yang ada
Pada sebagian besar pasien, gejala dystonia oromandibular yang lebih menonjol
adalah keterbatasan pada saat pembukaan atau penutupan rahang. Namun, gejala
deviasi lateral atau keterlibatan lidah juga bisa terjadi. Pasien yang menemukan
keringanan pada distonia mereka mealuli trik sensorik dievaluasi oleh ahli
prostodontik. Prostesis dibuat hanya untuk rahang atas bagi sebagian besar pasien
karena kurang menonjol dan tidak mengganggu lidah mereka. Impresi gigi dibuat
dari lengkung gigi rahang atas. Prostesis resin akrilik bening dengan pivot point
dibuat untuk kontak gigi posterior. Pivot point dibuat di sisi berlawanan dari setiap
prostesis, satu di kanan dan satu di kiri, untuk digunakan pasien secara bergantian
selama beberapa hari. Prostesis hanya menutupi permukaan gigitan gigi belakang
sehingga sedikit mengganggu lidah. Hal ini memungkinkan pasien membuka mulut
sedikit untuk berbicara dengan kontak gigi belakang terbuka kira-kira 3–5 mm.
Kontak titik pivot prostesis memungkinkan pasien mengurangi/menghilangkan
distonia mereka secara signifikan. Sebelumnya, dengan pembuatan prostesis
21
dengan satu pivot point, tercatat distonia kembali setelah beberapa bulan dipakai.
Efek positif dari prostesis diperpanjang dengan bergantian pivot point secara
berkala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya41.
Gambar 3.14 Tampilan oklusal prostesis PMMA (polimetil metakrilat) dengan titik ''pivot'' sisi
kanan
22
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam beberapa kasus, dokter gigi mungkin menjadi orang pertama yang
mengenali gejala gangguan yang sebagian besar mempengaruhi pasien geriatri. Jika
tahap awal onsetnya mempengaruhi lingkungan mulut atau keluhan pasien tentang
gangguan fungsional pada prostesis lama. Oleh karena itu, terlepas dari
perawatannya, aspek prostodontis terlatih harus memiliki pemahaman menyeluruh
tentang kondisi sistemik yang dapat mempengaruhi manipulasi prostesis. Riwayat
medis dan obat-obatan yang terperinci serta pemeriksaan klinis menyeluruh dari
prostesis sebelumnya membantu penerapan rencana perawatan yang benar dan
dengan demikian mengubah prosedur sesuai dengan tingkat keparahan kondisi dan
selaras dengan neuromuskulatur. Selain itu, pekerjaan multidisiplin yang
melibatkan dokter, ahli prostodontik, ahli gizi, dan ahli terapi wicara akan
memberikan perawatan kesehatan yang baik kepada pasien ini karena gejala yang
ditimbulkan oleh gangguan neurologis dan neuromuscular sangat berbeda dan
bervariasi.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
14. Charles D, Sreedharan. Prosthetic Rehabilitation of a Patient with Alzheimers
Disease using a Combined Ball, Bar and Clip Retained Implant Supported
Overdenture: A Case Report. Global J of Med Res: J Dent & Otolaryngology. 2017;
2(1): 1-6
15. Pazos, P.; Leira, A.; Dominguez, C.; Pias-Peleteiro, JM; Blanco, J.; Aldrey, JM
Asosiasi antara penyakit periodontal dan demensia: Tinjauan pustaka.Neurologia.
2018,33, 602–613.
16. Tysnes O, Storstein A (2017) Epidemiology of parkinson’s disease. J Neural
Transm 124: 901-905.
17. Ribeiro GR, Campos CH, Garcia RC. Influence of a removable prosthesis on oral
health-related quality of life and mastication in elders with Parkinson disease. The
Journal of prosthetic dentistry. 2017 Nov 1;118(5):637-42.
18. Pavithra K, Rhea A, Dhanraj M. Prosthodontic management of a patient with
parkinson’s disease-a case report. Journal of Young Pharmacists. 2018;10(3):377.
19. Jacob RM, Lal A, Francis G, Mathew, Alani M, Joy KA. Prosthodontic
rehabilitation of a patient with parkinson’s disease: a case report. IOSR Journal of
Dental and Medical Sciences 2021;6(7):51-55
20. Nandeeshwar DB, Arora N. Prosthodontic management of an epileptic patient: a
case report and treatment planning. Journal of Advanced Medical and Dental
Sciences Research. 2014 Oct;2(4).
21. Joshi SR, Pendyala GS, Saraf V, Choudhari S, Mopagar V. A comprehensive oral
and dental management of an epileptic and intellectually deteriorated adolescent.
Dental Research Journal. 2013 Jul;10(4):562.
22. Goswami M, Johar S, Khokhar A. Oral health considerations and dental
management for epileptic children in pediatric dental care. International Journal of
Clinical Pediatric Dentistry. 2023 Jan;16(1):170.
23. Danesh A, Ouanounou A. Bell’s Palsy: Etiology, Management and Dental
Implications. J Can Dent Assoc. 2022;88:1488-2159.
24. Rajapur A, Mitra N, Prakash VJ, Rah SA, Thumar S. Prosthodontic Rehabilitation
of Patients with Bell’s palsy: Our experience. Journal of International Oral Health:
JIOH. 2015;7(Suppl 2):77.
25. Shubha C, Babita Y, Renu L, Isha G, Sakshi S, Pranav B. Palliative Prosthodontics
in Bell's Palsy: A Review. International Journal of Recent Advances in
Multidisciplinary Topics. 2022 Jun 29;3(6):108-10.
25
26. Dzhongova E, Edrev S. Preoperative management of patients with myasthenia
gravis: a review article. Scripta Scientifica Medicinae Dentalis. 2023 Apr 20;9(1).
27. Gade D, Mahule D, Trivedi D, Shaikh D. Prosthodontic management of patients
with systemic disorders. European Journal of Molecular & Clinical Medicine. 2021
Mar 23;8(3):1439-51.
28. Raoofi S, Khorshidi H, Najafi M. Etiology, diagnosis and management of
oromandibular dystonia: an update for stomatologists. 2017; 73-81
29. Sakar O, Matur Z, Mumcu Z, Sesen P, Oge E. Multidisciplinary management of a
partially edentulous patient with oromandibular dystonia: A clinical report. The
Journal of prosthetic dentistry. 2018 Aug 1;120(2):173-6.
30. Fang WL, Jiang MJ, Gu BB, Wei YM, Fan SN, Liao W, et al. Tooth loss as a risk
factor for dementia: Systematic review and meta‑analysis of 21 observational
studies. BMC Psychiatry 2018;18:345.
31. Chander NG, Reddy DV. Denture tracker for edentulous Alzheimer's patients. The
Journal of Indian Prosthodontic Society. 2023 Jan 1;23(1):96-8.
32. Harilal G, Kumar S, Kumar R, Sreenivasulu D, Venumadhan G. Oral rehabilitation
of a parkinson disease patient: a case report. IP Annals of Prosthodontics and
Restorative Dentistry. January-March 2018;4(1):13-15
33. Mootha A, Jaiswal SS, Dugal R. Prosthodontic treatment in Parkinson’s disease
patients: literature review. Journal of the California Dental Association. 2018 Nov
1;46(11):691-7.
34. Gupta R, Luthra RP, Abhishek BA. Bell’s Palsy and Its Prosthodontic Significance.
Journal Of Applied Dental and Medical Sciences. 2018;4:4.
35. Bolloju VB, Praveen M, Jadhav S, Ragini B, Naishadham PP. Rehabilitation of
edentulous maxillary arch with hollow denture in an elderly patient with bell's
palsy. Journal of Oral Research and Review. 2020 Jul 1;12(2):87.
36. Abdelbagi NF, Ismail IA, Awadalkreem F, Alhajj MN. Detachable lip and cheek
plumper for rehabilitation of facial disfigurement. Case Reports in Dentistry. 2021
May 13;2021:1-6.
37. Patil S, Rajeshwari CL, Srivatsa G. Costumised cheek plumper for completely
edentulous patient-a clinical report. IP Annals of Prosthodontic and Restorative
Dentistry. 2023; 9(1): 3-6
38. Doddamani SS, Somashekhar PT, Shamnur SN, Doddamani P, Poonam K,
Devendrappa CM. Thrifty way of managing hemifacial palsy patients using an
innovative detachable cheek plumper prosthesis. Int J Oral Health Sci 2016;6:44-7.
26
39. Makker R, Choukse V. Prosthodontic Management of Completely Edentulous
Patient with Unilateral Facial Paralysis. Journal of Oral Health & Community
Dentistry. 2018 Jan 1;12(1).
40. AlHelal AA, Richardson PM, Kattadiyil M. Application of digital technology in the
prosthodontic management of a patient with myasthenia gravis. The Journal of
Prosthetic Dentistry.2015; 1-6
41. Gonzalez-Alegre P, Schneider RL, Hoffman H. Clinical, etiological, and
therapeutic features of jaw-opening and jaw-closing oromandibular dystonias: A
decade of experience at a single treatment center. Tremor and other hyperkinetic
movements. 2014;4.
27