Anda di halaman 1dari 6

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA SAINS DAN TEKNOLOGI


PRAKATA
Dengan Kurikulum 2020 (K-2020) di Institut Pertanian Bogor dan menyesuaikan dengan
Standar Kerangka Kerja Nasional Indonesia (KKNI), mata kuliah Kimia Sains dan Teknologi
dilengkapi dengan praktikum diberikan kepada mahasiswa Tingkat Pertama di Program
Sarjana S1 IPB (Program Pendidikan Kompetensi Umum, PPKU). Perkuliahan membahas
tentang konsep-konsep dasar dan contoh-contoh aplikasi kimia sedangkan di laboratorium
mahasiswa melakukan praktikum yang dapat meningkatkan ketrampilan dan sekaligus
berlatih menerapkan konsep kimia di dalam laboratorium.

Penuntun praktikum Kimia PPKU ini disusun berdasarkan pada percobaan-percobaan yang
mendukung pokok bahasan yang diberikan dalam kuliah kimia. Isi penuntun praktikum
terdiri atas materi Pengenalan Peralatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium, Pengenalan
Bahan Kimia, Pembuatan Larutan, Ikatan Kimia: Ionik dan Kovalen, kinetika kimia, Polimer,
Hukum Gas, Sublimasi Iodin, Asam Basa Larutan Penyagga (Bufer), Kesetimbangan Kimia,
Model Molekul, dan Reaksi Redoks.

Diharapkan penuntun praktikum ini dapat membantu dan menjadi buku pegangan para
mahasiswa Programdalam mengikuti mata kuliah Kimia Sains dan Teknologi.

Bogor, Agustus 2022


Koordinator Kimia Sains dan Teknologi
PERCOBAAN 6
HUKUM GAS

PENDAHULUAN
Pada tahun 1780, ahli fisika Perancis, Jacques Charles menemukan hubungan antara
pengembangan gas dan kenaikan suhunya. Charles menemukan, untuk setiap kenaikan suhu 1
°C, suatu gas pada 0°C mengandung 1/273 dari volume awalnya, dan jika suhu diturunkan 1 °C,
gas tersebut menyusust 1/273 dari volume awalnya. Ia mendasarkan semua perhitungan
dalam kondisi tekanan gas yang tetap. Dalam percobaan ini, Anda akan membuktikan
hubungan yang ditemukan oleh Charles tersebut.

LATAR BELAKANG
Jika kita mengambil 1 Liter gas pada 0 °C dan mendinginkannya pada tekanan tetap sampai
suhu gas mencpai -273 °C, secara teoritis volumenya akan menyusust sampai 0 mL. (Catatan:
pernyataan ini adalah secara teoritis, karena semua zat yang diketahui, mencair sebelum suhu
ini dicapai).

Suhu -273 °C disebut nol mutlak. Suhu ini sebagai dasar skala suhu baru yang disebut skala
Kelvin, diberi nama setelah Lord Kelvin, ahli fisika yang mengusulkannya. Satu Kelvin
mempunyai interval suhu yang sama dengan derajat Celcius. Hubungan antara dua skala suhu
tersebut adalah: K = °C + 273.

Jika menggunakan skala Kelvin, kita dapat menyatakan hukum Charles sebagai berikut: volume
dari gas, akan berbanding langsung dengan suhu dalam Kelvin, pada tekanan tetap. Secara
matematika, hukum Charles dinyatakan sebagai:

𝑉𝑖 𝑇𝑖
=
𝑉𝑓 𝑇𝑓

Keterangan : T = suhu dalam Kelvin, V= volume gas, i dan f adalah awal dan akhir. Hukum
Charles memungkinkan untuk meramalkan jumlah gas yang berubah terhadap suhu tanpa
melakukan percobaan yang sebenarnya.
Contoh : Suatu gas memiliki volume 1000 mL pada 27 ° C. Tentukan volumenya jika suhu
dinaikkan menjadi 127 ° C. (Dianggap tekanan tetap).

Penyelesaian : Susunlah semua data tersebut dan ubahlah derajat Celcius menjadi Kelvin.
Vi = 1000 ml Vf = ?
Ti = Ti + 273 = 27 + 273 = 300 K
Tf = Tf + 273 = 127 + 273 = 400 K
𝑉𝑖 𝑇𝑖 𝑇𝑓
𝑉𝑓
= → 𝑉𝑓 = 𝑉𝑖 𝑥
𝑇𝑓 𝑇𝑖

V f = 1333 mL
Jadi anda dapat melihat bahwa kenaikan suhu gas menyebabkan volume gas bertambah.
Dalam percobaan yang akan dilakukan, anda dapat membuktikan hukum Charles. Anda dapat
memulai dengan menggunakan labu Erlenmeyer yang berisi udara dengan volume labu
Erlenmeyer. Anda akan memanaskan labu tersebut. Pemanasan akan menyebabkan udara
dalam tabung mengembang, tetapi karena dinding tabung tidak dapat mengembang, udara
tersebut terdorong keluar dari tabung. Anda dapat menghitung volume udara pada suhu yang
baru dan lebih tinggi tersebut, berdasarkan penjumlahan dari volume labu Erlenmeyer dan
volume udara yang keluar dari labu Erlenmeyer.

Sekarang, Anda dapat menggunakan hukum Charles untuk menghitung berapakah volume
akhir yang seharusnya menurut hukum ini, dan membandingkannya dengan hasil yang
diperoleh dalam percobaan.
Bagaimana kita dapat mengukur volume udara yang keluar dari labu Erlenmeyer? Anda dapat
mengerjakannya dengan memasang suatu pipa penghubung dari erlenmeyer ke dalam gelas
ukur yang berisi air. Udara yang keluar dari labu Erlenmeyer akan mengganti air dalam gelas
ukur. Volume udara yang terbaca pada gelas ukur (Vg) merupakan volume udara basah yang
berarti tidak hanya berasal dari volume udara yang keluar dari labu Erlenmeyer, melainkan juga
mengandung volume uap air. Dengan demikian, anda dapat menentukan volume udara yang
mengembang tersebut dengan menghilangkan kesalahan awal yang disebabkan oleh uapair
berdasarkan data volume udara basah, tekanan barometer dan tekanan uap air.
Tekanan udara pada gelas ukur (Pm) merupakan selisih tekanan udara pada barometer (P)
dengan tekanan uap air (Pw). Pm = P - Pw. Tekanan uap air didapat dari tabel tekanan uap.
Sedangkan volume udara yang mengembang dalam gelas ukur (Vm) ditentukan dengan hukum
Boyle
𝑃𝑚
𝑉𝑚 = 𝑉 𝑥
𝑃

maka volume udara akhir (Vf) merupakan penjumlahan volume awal dalam labu Erlenmeyer
(Vi) dengan volume udara yang mengembang dalam gelas ukur (Vm).

KEMAMPUAN YANG DIHARAPKAN


Setelah menyelesaikan percobaan ini, praktikan diharapkan dapat (1) memiliki keterampilan
dalam menentukan volume akhir suatu gas dengan volume awal, suhu awal, dan suhu akhir
yang diketahui, dengan menggunakan rumus dari hukum Charles dan (2) memiliki
keterampilan memasang radas percobaan untuk membuktikan Hukum Charles .
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pasanglah alat seperti Gambar 5.1a dan 5.1b.

Gambar 5.1 Alat untuk percobaan hukum Charles

2. Isilah gelas ukur dengan air sampai penuh dan letakkan dalam keadaan terbalik di dalam
penangas air seperti pada Gambar 5.1b.
3. Panaskan gelas piala dan isinya.
4. Setelah air dalam gelas piala dan dalam gelas ukur mencapai suhu 50 °C, pemanasan
dihentikan.
5. Ukur suhu udara dalam Erlenmeyer (Ti). Masukkan labu Erlenmeyer dengan cepat, bagian
bawah ke dalam gelas piala dan pipa gelas J ke dalam gelas ukur Gambar 5.1c.
6. Panas dari air akan memanaskan udara dalam tabung Erlenmeyer. Udara akan
mengembang dan mendorong air dalam gelas ukur.
7. Bila tidak ada lagi udara yang mendorong air dalam gelas ukur, berarti udara tidak
mengembang lagi. Suhu air sekarang sama dengan suhu udara dalam labu Erlenmeyer (Tf).
8. Untuk pengukuran volume udara dalam gelas ukur (Vg), tandai miniskus bawah gelas ukur
dan angkat gelas ukur dalam pipa J.
9. Ulangilah percobaan yang telah anda lakukan dengan melakukannya pada suhu yang tidak
tepat sama. Pindahkan kembali bagian air yang panas ke dalam gelas piala dan panaskan
kembali sampai suhu kira-kira 45 °C. Kemudian ulang percobaan anda, catatlah data yang
diperoleh pada tabel yang telah disediakan.
10. Volume udara awal dihitung sebagai berikut: Erlenmeyer diisi air sampai penuh,
tempatkan penyumbat karet (dengan termometer) tanpa piala gelas). Air akan tumpah.
Ambil penyumbat karet, dan volume air diukur (Vi).
11. Volume akhir (Vf) sama dengan volume awal (Vi) ditambah volume udara kering (Vm).
12. Catatlah semua data yang anda peroleh, sesuai tabel yang ada pada bagian laporan.
Tabel Tekanan uap air (Pw) pada suhu 40-60 °C
Suhu °C 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8
40 55.324 56.91 57.11 57.51 57.72
41 58.34 56.96 59.58 60.22 60.86
42 61.50 62.14 62.80 63.46 64.12
43 64.80 65.48 66.16 66.86 67.56
44 68.26 68.97 69.69 70.41 71.14
45 71.88 72.62 73.36 74.12 74.88
46 75.65 76.43 77.21 78.00 78.80
47 79.60 80.41 81.23 82.05 82.67
48 83.71 84.56 85.42 86.28 87.14
49 88.02 88.90 89.79 90.69 91.59
50 92.51 93.5 94.4 95.30 96.30
51 97.20 98.2 99.1 100.1 101.1
52 102.90 103.1 104.1 110.4 106.2
53 107.20 108.2 109.3 105.1 111.4
54 112.51 113.6 114.7 115.8 116.9
55 118.04 119.1 120.3 121.5 122.6
56 123.80 125.0 126.2 127.4 128.6
57 129.82 131.0 132.3 133.5 134.7
58 138.08 137.3 138.5 139.9 141.2
59 142.60 143.9 145.2 146.6 148.0
60 149.63 150.7 152.1 153.5 155.0
st
Sumber : Handbook of Chemistry and Physic 61 ed. CRC Press, 1981. (Satuan : mmHg)

Anda mungkin juga menyukai