Anda di halaman 1dari 6

MENGATASI BULLYING MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER

Yuyarti
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Email Koresponden: yuyarti@mail.unnes.ac.id

Abstark
Sistem Pendidikan Nasional Indoensia senantiasa berubah seiring dengan perjanalanan
hidup masyarakat Indonesia serta tuntutan zaman. Pada masa mengisi kemerdekaan
dengan pembangunan, pendidikan nasional berperan memfasilitasi. Selanjutnya masa
reformasi, dunia pendidikan juga terkena perubahan sesuai dengan tuntutan-tuntuan era
reformasi. Reformasi mengendaki suatu tatanan berbangsa dan bernegara yang menunjung
tinggi kemanusiaan, demokrasi, penegakan hokum, keadilan, dan perwujudan masyarakat
madani/ sipil. Reformasi juga menguatkan adanya kebutuhan sosok manuisa yang
bertaqwa dan berakhlak mulia, berjiwa patriotis, dan memiliki semangat nasionalisme, dan
juga menguasai IPTEK, yang dituntut dapat memfasilitasi terwujudnya sosok manusia dan
masyarakat yang reformis. Bersamaan dengan perubahan yang dihadapi bangsa pada era
dan pasca era reformasi muncul tuntutan globalisasi yang makin merasuk dan menerpa
dengan keras terhadap seluruh aspek kehidupan, kondisi ini menuntut untuk segera
diantisipasi oleh bangsa Indonesia dengan mempersiapkan tenaga pembangunan yang
tangguh dan berwawasan global.

Kata Kunci: Bulliying; Pendidikan; Karakter

Jurnal Kreatif 9 (1) 2018 | 52


PENDAHULUAN Karakter adalah jawaban mutlak
untuk menciptakan kehidupan yang
Pada hakikatnya pendidikan memiliki
lebih baik di dalam masyarakat, karena
dua tujuan yaitu membantu manusia untuk
merupakan nilai-nilai perilaku manusia
menjadi cerdas dan mendorong manusia
yang berhubungan denga Tuhan Yang
untuk menjadi lebih baik. Artinya manusia
Maha Esa, diri sendiri, sesama
cerdas lebih mudah daripada mendorong
manusia, lingkungan dan kebangsaan
manusia menjadi lebih baik. Dengan
yang terwujud dalam pikiran, sikap,
demikian dapat dikatakn bahwa masalah
perasaan, perkataan dan perbuatan
moral merupakan persoalan mendasar
berdasrkan norma-norma agama,
yang mengisi kehidupan manusia
hokum, tata karma, budaya dan adat
kapanpun dan dimanapun.
istiadat.
Di kalangan pelajar dan mahasiswa
Pendidikan karakter adalah suatu
kerusakan moral sedang marak terjadi,
system penamaan nilai0nilai karakter
perilaku menyimpang, etika, moral, dan
kepada warga sekolah yang meliputi
hukum dari yang ringan sampai yang berat
komponen pengetahuan, kesadaran
seringkali mereka perlihatkan. Salah satu
atau kemauan dan tindakan untuk
contohnya pada saat ini sering kita jumpai
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik
tindak kekerasan (bulliying). Perilaku
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
negative ini menunjukkan kerapuhan
sendiri, sesama manusia, lingkungan,
karakter di lembaga pendidikan di samping
maupun kebangsaan sehingga menjadi
karena kondisi lingkungan yang tidak
manusia berakhlak. Dalam pendidikan
mendukung.
karakter di sekolah, semua komponen
Bulliying adalah suatu bentuk
(stakeholder) harus dilibatkan,
kekerasan anak (child abuse) yang
termasuk komponen-komponen
dilakukan teman sebaya kepada seeorang
pendidikan itu sendiri, yaitu
(anak) yang lebih ‘rendah’ atau lebih
kurikulum, proses pembelajaran dan
lemah untuk mendapatkan keuntungan
penilaian, kualitas hubungan,
atau kepuasan tertentu. Budaya bulliying
penanganan atau pengelolaan mata
(kekerasan) atas nama senioritas masih
pelajaran, pengelolaan sekolah,
terus terjadi di kalangan peserta didik di
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko
sekolah dasar, biasanya bulliying terjadi
kulikuler, pemberdayaan sarana,
berulang kali, bahkan ada yang dilakukan
prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja
secara terencana.
seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Guna menanggulangi permasalahan
“Pendidikan karakter yang utuh
tersebut pendidikan karakter merupakan
dan menyeluruh tidak sekedar
salah satu cara atau sarana untuk
membentuk anak-anak muda menjadi
memperbaiki moral siswa khususnya di
pribadi yang cerdas dan baik,
sekolah dasar. Disinilah peran pendidik
mealinkan juga membentuk mereka
sangat diperlukan untuk mengajarkan dan
menjadi pelaku baik bagi perubahan
menerapkan pendidikan karakter kepada
dalam tatanan social kemasyarakatan
peserta didik.
menjadi menjadi lebih adil, baik, dan
HASIL DAN PEMBAHASAN manusiawi” (Doni Koesoema A.Ed).
3.1 Pengertian Pendidikan Karakter

Jurnal Kreatif 9 (1) 2018 | 53


3.2 Pengertian Tindak Kekerasan senang (Retno Astuti, 2008:3).
(Bullying) Riauskina, Djuwita, dan Soesetio
Bullying merupakan sebuah kata (2001) mendefinisikan school bullying
serapan dari bahasa inggris. Bulliying sebagai perilaku agresif kekuasaan
berasal dari kata bully yang artinya terhadap siswa yang dilakukan
penggertak, orang yang mengganggu berulang-ulang oleh seorang/
orang yang lemah. Beberapa istilah kelompok siswa yang memiliki
dalam bahasa Indonesia yang kekuasaan, terhadap siswa lain yang
seringkali dipakai masyarakat untuk lebih lemah dengan tujuan menyakiti
menggambarkan fenomena bullying di orang tersebut.
antaranya adalah penindasan, Dari berbagai definisi tersebut,
penggencetan, perpeloncoan, dapat peneliti simpulkan bahwa
pemalakan, pengucilan atau intimidasi bullying merupakan serangan berulang
(Susanti, 2016). secara fisik, psikologi, social, ataupun
Barbara Coloroso (2003:44) verbal yang dilakukan teman sebaya
Bullying adalah tindakan bermusuhan kepada seseorang (anak) yang lebih
yang dilakukan secara sadar dan ‘rendah’ atau lebih lemah untuk
disengaja yang bertujuan untuk keuntungan atau kepuasan mereka
meyakiti, seperti menakuti melalui sendiri. Hal itu merupakan bentuk
ancaman agresi dan menimbulkan awal dari perilaku agresif yaitu
terror. Termasuk juga tindakan yang tingkah laku kasar, bisa secara fisik,
direncanakan maupun yang spontan psikis melalui kata-kata ataupun
bersifat nyata atau hampir tidak kombinasi dari ketiganya. Pelaku
terlihat, dihadapan seseorang dibalik mengambil keuntungan dari orang lain
persahabatan, dilakukan oleh yang dilihatnya mudah diserang.
seseorang anak atau kelompok anak. Tindakannya bisa dengan mengejek
Banyak para ahli yang nama, korban diganggu atau
mengemukakan pendapatnya diasingkan dan dapat merugikan
mengenai bullying. Seperti pendapat korban. Budaya bullying (kekerasan)
Olweus (1993) dalam pikiran rakyat, 5 atas nama senioritas masih terus
Juli 2007: “Bullying can consist of any terjadi di kalangan peserta didik
action that is used to hurt another disekolah dasar, biasanya bullying
child repeatedly and without cause”. terjadi berulang kali, bahkan ada yang
Bullying merupakan perilaku yang dilakukan secara terencana.
ditujukan untuk melaukai siswa lain
secara terus-menerus dan tanpa sebab. 3.3 Jenis-jenis Tindakan Bullying
Sedangkan menurut Rigby (Anesty, Barbara (2006:47-50) membagi jenis-
2009) menjelaskan “bullying” jenis bullying ke dalam empat jenis,
merupakan sebuah hasrat untuk yaitu:
menyakiti, hasrat ini diperlihatkan a. Bullying secara verbal, perilaku ini
dalam aksi, menyebabkan seseorang dapat berupa julukan nama,
menderita. Aksi ini dilakukan secara celaan, fitnah, kritikan kejam,
langsung oleh seseorang atau penghinaan, pernyataan-
sekelompok orang lebih kuat, tidak pernyataan yang bernuansa ajakan
bertanggung jawab, biasanya berulang seksual atau pelecehan seksual,
dan dilakukan dengan perasaan terror, surat-surat yang

Jurnal Kreatif 9 (1) 2018 | 54


mengintimidasi, tuduhan-tuduhan ketika remaja mencoba untuk
yang tidak benar, kasak-kusuk mengetahui diri mereka dan
yang keji dan keliru, gossip, dan menyesuaikan diri dengan teman
sebagainya. Ketiga jenis bullying sebaya.
bentuk verbal adalah salah satu d. Bullying elektronik merupakan
jenis yang paling mudah dilakukan bentuk perilaku bullying yang
dan bullying bentuk verbal akan dilakukan pelakunya melalui
menjadi awal dari perilaku yang sarana elektronik seperti
lainnya serta dapat menjadi computer, handphone, internet,
langkah pertama menuju pada website, chatting room, email,
kekerasan yang lebih lanjut. SMS dan sebagainya. Biasanya
b. Bullying secara fisik, yang ditujukan untuk meneror korban
termasuk dalam jenis ini ialah dengan menggunakan tulisan,
memukuli, menendang, animasi, gambar, dan rekaman
menampar, mencekik, menggigit, video atau film yang sifatnya
mencakar, meludahi, dan merusak mengintimidasi, menyakiti atau
serta menghancurkan barang- menyudutkan. Bullying jenis ini
barang milik anak yang tertindas. dilakukan oleh kelompok remaja
Bullying jenis ini adalah yang yang memiliki pemahaman cukup
paling tampak dan mudah untuk baik terhadap sarana teknologi
diidentifikasi, namun kejadian informasi dan media elektronik
bullying secara fisik tidak lainnya.
sebanyak bullying dalam bentuk
lain. Remaja yang secara teratur Pada umunya, anak laki-laki lebih
melakukan hal ini, merupakan banyak menggunakan bullying secara
remaja yang paling bermasalah fisik dan anak wanita banyak
dan cenderung akan beralih pada menggunakan bullying relasional/
tindakan-tindakan criminal yang emosional, namun keduanya sama-
lebih lanjut. sama menggunakan bullying verbal.
c. Bullying secara rasional adalah Perbedaan ini, lebih berkaitan dengan
pelemahan harga diri korban pola sosialisasi yang terjadi antara
secara sistematis melalui anak laki-laki dan perempuan
pengabaian, pengucilan, atau (Coloroso, 2006:51).
penghindaran. Perilaku ini dapat
mencakup sikap-sikap yang 3.4 Faktor Penyebab Bullying
tersembunyi seperti pandangan Bullying dapat terjadi dimana saja,
yang agresif, lirikan mata, helaan di perkotaan, pedesaan, sekolah
nafas, cibiran, tawa mengejek dan negeri, sekolah swasta, di waktu
bahasa tubuh yang mengejek. sekolah maupun di luar waktu
Bullying dalam bentuk ini paling sekolah. Bullying terjadi karena
sulit di deteksi dari luar. Secara interaksi dari berbagai factor yang
rasional mencapai puncak dapat berasal dari pelaku, korban dan
kekuatannya di awal masa remaja, lingkungan dimana bullying tersebut
karena saat itu terjadi perubahan terjadi.
fisik, mental emosional dan Pada umumnya, factor resiko anak
seksual remaja. Ini adalah saat korban bullying yaitu: (1) dianggap

Jurnal Kreatif 9 (1) 2018 | 55


“berbeda”, misalnya memiliki ciri sesuai dengan yang diharapkan,
fisik tertentu yang mencolok seeprti mendapatkan kepuasan, dan iri hati.
lebih kurus,gemuk, tinggi, atau Adapun korban juga mempersepsikan
pendek dibandingkan dengan yang dirinya sendiri menjadi korban
lain, berbeda dalam status ekonomi, bullying karena penampilan
memiliki hobi yang tidak lazim, atau menyolok, tidak berperilaku dengan
menjadi siswa/ siwi baru; (2) dianggap sesuai, perilaku dianggap tidak sopan,
lemah atau tidak dapat membela diri; dan tradisi.
(3) memiliki rasa percaya diri yang Menurut psikolog Seto Mulyadi,
rendah; (4) kurang popular bullying disebabkan karena: (1) saat
dibandingkan denga yang lain, tidak ini remaja di Indonesia penuh dengan
memiliki banyak teman. tekanan, terutama yang dating dari
Sedangkan untuk pelaku bullying sekolah akibat kurikulum yang padat
meliputi beberapa karakteristik dan teknik pengajaran yang terlalu
seperti: (1) peduli dengan popularitas, kaku. Sehingga sulit bagi remaja
memiliki banyak teman, dan senang untuk meyalurkan bakat
menjadi pemimpin diantara teman- nonakademisnya. Penyalurannya
temannya. Mereka dapat berasal dari dengan kejahilankejahilan dan
keluarga yang berkecukupan, menyiksa; (2) budaya feodalisme yang
memiliki rasa percaya diri tinggi, dan masih kental di masyarakat juga dapat
memiliki prestasi bagus di sekolah. menjadi salah satu penyebab bullying
Biasanya mereka melakukan bullying sebagai wujudnya adalah timbul
untuk meningkatkan status dan budaya senioritas, yang bawah harus
popularitas di antara teman-teman nurut sama yang atas.
mereka; (2) pernah menjadi korban
bullying sehingga mengalami 3.5 Upaya Mengatasi Tindak Kekerasan
kesulitan diterima dalam pergaulan, (Bullying) Melalui Pendidikan
kesulitan dalam mengikuti pelajaran Karakter
di sekolah, mudah terbawa emosi, Berikut upaya yang dapat
merasa kesepian dan mengalami dilakukan untuk mengatasi dan
depresi; (3) memiliki rasa percaya diri menanggulangi tindak kekerasan
yang rendah, atau mudah dipengaruhi melalui pendidikan karakter: (1)
oleh teman-temannya. Mereka dapat memperkuat pengendalian sosial, hal
menjadi pelaku bullying karena ini dapat dimaknai sebagai berbagai
mengikuti perilaku teman-teman cara yang digunakan pendidik untuk
mereka yang bullying, baik secara menertibkan peserta didik yang
sadar maupun tidak sadar. melakukan penyimpnagan, termasuk
Soesetio, dkk (2005) menyatakan tidnak kekerasan dengan melakukan
bahwa alasan seseorang melakukan pengawasan dan penindakan; (2)
bullying adalah karena korban mengembangkan budaya meminta dan
mempunyai persepsi bahwa pelaku memberi maaf; (3) menerapkan
melakukan krena tradisi, balas prinsip-prinsip anti kekerasan; (4)
dendam karena dia dulu diperlakukan memberikan pendidikan perdamaian
sama (menurut korban laki-laki), kepada generasi muda; (5)
inggin menunjukkan kekuasaan, meningkatkan dialog dan komunikasi
marah karena korban tidak berperilaku intensif anatar siswa dalam sekolah;

Jurnal Kreatif 9 (1) 2018 | 56


(6) meneydiakan katarsis; (7) karakter. Guru memantau perubahan sikap
melakukan usaha pencegahan tindak dan tingkah laku siswa di dalam maupun
kekerasan (bullying) di sekolah. di luar kelas shingga perlu adanya
kerjasama yang harmonis antara guru BK,
SIMPULAN DAN SARAN guru mata pelajaran serta karyawan
Bullying merupakan suatu bentuk sekolah. Sebaiknya orang tua menjalin
kekerasan anak yang dilakukan teman kerjasama dengan pihak sekolah untuk
sebaya kepada seseorang anak yang lebih tercapainya tujuan pendidikan secara
rendah atau lebih lemah untuk maksimal tanpa adanya tindakan bullying
mendapatkan keuntungan atau kepuasan antar pelajar di sekolah.
tertentu. Uapya tindak kekerasan dapat
dilakukan melalui pendidikan karakter. DAFTAR PUSTAKA
Keberhasilan remaja dalam proses https://id.theasianparent.com/si-penindas-
pembentukan kepribadian yang wajar dan di-kelas/
pembentukan kematangan diri membuat http://bp3akb.jabarprov.go.id/motion-
mereka mampu menghadapi berbagai graphic-stop-bullying/
tantangan dan dalam kehidupannya yang http://cynantia-
akan dating. rachmijati.dosen.stkipsiliwangi.ac.id/2
Bangsa Indonesia telah berusaha untuk 015/01/jurnal-bullying-dalam-dunia-
meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan/
pendidikan karakter melalui sekolah- Kemdiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan
sekolah. Guru adalah orang tua para siswa. Karakter di Sekolah. Jakarta.
Pendidikan karakter bertujuan untuk Koesoema, Dani. 2015. Pendidikan
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan
Karakter. Bandung.
hasil pendidikan di sekolah yang mengarah Olweus. 2007. Dalam Pikiran Rayat, 5 Juli
pada pencapaian pembentukan karakter “Bullying Can Consist of Any Action
dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, that is Used to Hurt Another Child
terpadu dan seimbang. Repeatedly and Without Couse”.
Sekolah berperilaku proaktif dengan Susanti. 2016. Persepsi pada B4S Stander
membuat program pengajaran terhadap Intensitas Bullying pada
keterampilan social, problem-solving, Siswa SMP. UNM: Makasar.
manajemen konflik, dan pendidkan

Jurnal Kreatif 9 (1) 2018 | 57

Anda mungkin juga menyukai