Anda di halaman 1dari 30

PERMUKIMAN SILIMO SUKU DANI

DI LEMBAH BALIEM KABUPATEN JAYAWIJAYA

Ir. M. AMIR SALIPU, MT

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS SAINS DAN TEKNOLOGI JAYAPURA
1. Pengantar

Arsitektur Nusantara di Papua

Arsitektur Nusantara yang ada di Provinsi Papua dapat dibagi menjadi dua kelompok
berdasarkan kawasan geografi, diantaranya:
A. Arsitektur di kawasan pesisir yaitu:
1. Rumsram di Kabupaten Biak Numfor,
2. Kariwari di Kota dan Kabupaten Jayapura,
3. Jew (rumah bujang) di Kabupaten Asmat.
B.Arsitektur di kawasan pegunungan yaitu:
1. Silimo di Lembah Balim, Kabupaten Jayawijaya
2. Aplim Apom di Oksibil di Kabupaten Pegunungan Bintang.
Arsitektur Nusantara di Papua: RUMSRAM
KAWASAN PESISIR & PEGUNUNGAN
2 KARIWARI

3 SILIMO

4 JEW

5 APLIM APOM
2. Sejarah Kontak Suku Dani dengan Orang luar di Lembah Baliem

Tahun. Ekspedisi Keterangan

1909-1910 Kontak pertama suku Dani pertama kali oleh ekspedisi pertama Melalui Asmat, sebelah selatan menuju
pimpinan H. Lorentz. Lembah Baliem.
1911 Ekspedisi Militer Belanda Melalui lokasi yang sama diatas.
1914 Kelanjutan dari eskpedisi 1909, adalah Ekspedisi Militer Belanda Melalui pantai utara Papua menuju
Lembah Baliem.
1938 Espedisi Richard Archbold Melihat Lembah Baliem dari udara
1938 Ekspedisi Kapten Teerink dan Letnan van Arcken, tiba di Lembah Baliem Melalui udara dan mendarat di Danau
pada tanggal 10 Agustus 1938. Habema

1954 Pos pertama dari pekabar Injil dari aliran-aliran gereja Protestan Melalui udara dan mendarat di Danau
kemudian disusul dari aliran Gereja Katolik Roma. Habema
1956 Pemerintah Hindia Belanda membuka Pos pertama di Wamena, Lembah
Baliem
1963 Pemerintah Indonesia baru menjangkau kawasan Lembah Baliem

Sumber data: Mansoben, Sistem Politik Tradisional di Irian Jaya, 1995:137-138.


3. Kondisi Lingkungan dan Sosial – Budaya
Kondisi Lingkugan Lembah Baliem:
• Berada pada ketinggian lebih 1600 m dpl
• Suhu udara rata-rata tahun 2017 adalah 17,9°C dan suhu minimum adalah 13,4°C pada malam hari.
• Sering dilanda badai berupa angin kencang.

Sosial Budaya Suku Dani:


• Orientasi hidup orang Dani: kesejahteraan hidup & perang serta adanya ritual & kepercayaan kepada leluhur
• Sistem keyakinan: Konflik tidak lepas dari budaya perang, keyakinan adanya perang menyebabkan kesuburan
• Pembagian tugas menurut adat: Laki-laki untuk menjaga keamanan, membangun silimo dan membuka kebun
baru. Tugas perempuan: berkebun, memelihara babi, dan mengurus keluarga.
• Hunian keluarga berdasarkan keluarga luas (extended family).
• Terbagi dalam dua kelompok Moiety (paroh masyarakat) yaitu: Wita dan Waya
• Kesatuan sosial orang Dani disebut “Ukul” yang berisi gabungan klen dalam konfederasi.
• Penelitian ini dilakukan pada wilayah konfederasi Wilihiman-Walilalua atau klen Wilil (wita) - klen Himan
(waya) dan klen Walilo (wita) – klen Alua (waya)
POLA KEGIATAN WANITA SUKU DANI SEHARI-HARI
Sumber: Alua (2006)

Ebe-ai
honai perempuan

Hipirakama Hunila
kebun dapur

Wam dabu
kandang babi
Ada 3 Sistem Keyakinan Orang Dani (Hubula)
(Melalatoa (1997: 22)

Budaya Adanya perang


Konflik menyebabkan
Perang Kesuburan

Konflik merupakan ciri khas dari suatu Sistem ini akan meghasilkan keseimbangan Mereka yakin, perang menyebabkan darah
masyarakat yang mengenal sistem moiety. yang mereka rasakan dalam perdamaian menetes ke bumi yang akan menyebabkan
Konflik ini wujud dari kontrol sosial agar setelah keluar dari konflik (perang). kesuburan.
satu pihak tidak ditindas oleh pihak lain.
Perang suku: di luar
Konfederasi (Selewim) di
KONFLIK dalam konfederasi/
perang saudara
(Umawim)
Albertus Heryanto (2015:90) Pemicu:
O Pencurian babi
O Penculikan wanita

Masalah O Pembunuhan
personal
O Perebutan wilayah
yang
kemudian
dikelola Karl G. Heider, (1970),
Mutia F. Swasono (1994)
secara M.J. Melalatoa (1997) dan
komunal Albertus Heryanto, (2015)
4. Lokasi Penelitian
Di Kumugima Desa
Pabuma, Distrik
Pisugi, Lembah
Baliem Kabupatn
Jayawijaya, Papua.
Silimo Silimo
Soroba Jalogon

Silimo
Kumugima Silimo
Punaima

WILAYAH KONFEDERASI WILILHIMAN-WALALUA


DI DESA SOROBA dan DESA PABUMA DISTRIK PISUGI, JAYAWIJAYA
5. PERMUKIMAN SILIMO SUKU DANI Di LEMBAH BALIEM
Lokasi Permukiman Tradisional Silimo (Mamberaku 2009:116) dipilih berdasarkan 2 Pertimbangan dan 1 alasan:

• Dekat dengan Kebun


Pertimbangan utama (relasi
Ekonomi manusia)

• Lokasi yang sulit


Pertimbangan
Keamanan dijangkau (relasi
alam)

• Ritual penentuan
lokasi Silimo untuk
Alasan
Mitologi meminta persetujuan
dari leluhur (relasi
leluhur)
Hasil Penelitian Lapangan 2019
Silimo Kumugima Desa Pabuma Distrik Pisugi

‘SILIMO’
The Dugum Dani
‘UKUL’ (COMPOUND) Heider (1970)
Penataan Bangunan dalam
Silimo:
1. Holakola/ gapura, sebagai area pintu
masuk dalam silimo merupakan
2 satu2nya pintu masuk dan keluar dari
4
4 Kawasan silimo;
2. Pilamo/ honai laki-laki diletakan
5 tegak lurus/ segaris dengan gapura
3
pada zona terdalam;

6 4 3. Hunila/ dapur diletakan di kiri atau


kanan pintu masuk;
4 4. Ebe-ai/ honai perempuan letaknya
berhadapan dengan dapur;
1 5. Baktela/ tempat bakar batu di buat di
ruang terbuka di antara dapur dan
ebe-ai;
6. Wam-dabu/ kendang babi dibuat
di belakang dapur.
Honai Laki-laki (PILAMO)
Pilamo biasa HASIL PENELITIAN
LAPANGAN 2019

Pilamo adat
LANTAI ATAS

LANTAI BAWAH
DAPUR/ HUNILA
• JUMLAH TUNGKU SESUAI JUMLAH ISTRI DAN SAUDARA PEREMPUAN atau ISTRI
SAUDARA LAKI-LAKI
• AREA PUBLIK UNTUK PEREMPUAN, LAKI-LAKI dan UNTUK MENERIMA TAMU
• PINTU DAPUR berhadapan dengan PINTU EBE-AI
• PRINSIP HIDUP DALAM SILIMO: KEBERSAMAAN, KETERBUKAAN DAN
PENGHORMATAN AKAN HAK MILIK (PEMILIK TUNGKU)
• DI BELAKANG DAPUR DIBANGUN KANDANG BABI
Penentuan Lokasi, Pola tata letak bangunan,
Bentuk dan Konstruksi Bangunan
a. Lokasi Silimo Kumugima merupakan
hasil pertimbangan ekonomi dan keamanan
serta adanya persetujuan dari leluhur.

b. Letak Pilamo tegak lurus dengan gapura


pintu masuk untuk mengantisipasi ancaman
dari luar.

c. Letak ebe-ai, sejajar dengan pintu dapur


dan berkembang seiring dengan jumlah kepala
keluarga yang ada dalam silimo.

d. Bentuk bangunan Pilamo dan Ebe-ai


tidak memiliki jendela agar suhu hangat dalam
bangunan setelah tungku dinyalakan, akan
tertahan lama sehingga kenyamanan dalam
ruangan tetap terjaga.
Menara Pantau ………

Menara perang
Interpretasi Permukiman Silimo di Lembah Baliem, Jayawijaya Papua
a. Pemilihan lokasi Permukiman Silimo suku Dani di Lembah Baliem: Ekonomi dan Mitologi

• Lokasi kebun dekat dengan lokasi Permukiman Silimo agar


perempuan dijaga dari gangguan orang laki-laki lain.
Ekonomi • Menjaga kebun dari pencurian.
• Sebagai territory ekonomi.

• Sebagai bentuk ijin mendirikan bangunan pada orang Dani


Mitologi yang berada di sekitar kawasan yang akan dibangun.
• Lahan dalam Budaya suku Dani bersifat Komunal/ milik
bersama konfederasi di wilayah adat.
b. Material, Struktur dan Bentuk bangunan di Permukiman Silimo

• Api dinyalakan 1-2


jam pda waktu sore
TUNGKU
• Penghangatan
Ruangan
Menurut kepercayaan
orang Dani:
Pilamo dan Ebe-ai, tidak
mempunyai jendela • Udara hangat naik ke
Material atas
agar mochat dan alang-alang
swanggi tidak masuk dan kayu • Udara hangat tertahan
kedalam bangunan, menahan oleh atap yang
udara hangat melingkupi bagian atas
mengganggu penghuni
Pilamo
yang menyebabkan:
Sakit atau
meninggal. • Penghuni Pilamo
mengeluarkan panas dari
Metabolisme metabolism tubuh
tubuh
INTERPRETASI • Udara hangat di bagian
atas tertahan karena
tidak ada jendela
c. Pagar di Permukiman Silimo dan pagar Kebun

• Sebagai Ruang
Pagar luar pertahanan
Territory
• Sebagai wilayah
kekuasaan

Pagar Silimo dua


lapis untuk
menjaga keamanan Hak • Silimo
penghuni dari kepemilikan • Kebun
serangan musuh

Pagar dalam • Menahan angin


Adaptasi kencang (udara
kondisi dingin)
INTERPRETASI alam • Melindungi Kerusakan
Bangunan
d. Permukian Silimo suku Dani di Lembah Baliem, Jayawijaya, Papua:

Arsitektur
Pra-sejarah
Indonesia
Penempatan Pilamo sebagai sebagai
SILIMO bangunan sacral/ bangunan suci pada
area terdalam kompleks Silimo
melewati bangunan yang ditata saling
berhadapan, menghadap ruang
Prijotomo (2008:31-32), ……. tapi yang kita temui adalah terbuka yang dipergunakan untuk
deretan bangunan berhadap-hadapan satu sama lain, dan ritual bakar batu.
kedua deretan bangunan tadi dipisahkan oleh sebuah
pelataran memanjang atau lonjong. Bagian penghujung dari
pelataran tadi selalu merupakan titik yang disucikan, INTERPRETASI:
diagungkan atau pun dikeramatkan. segenap kegiatan upacara
Ada kesesuaian Pola penataan bangunan dalam
dapat diselenggarakan di sana. Juga menarik untuk diamati
yaitu titik ini adalah juga titik terdalam dan terjauh dari arah Arsitektur Pra-sejarah Indonesia dengan
pintu masuk. Dari hal-hal tadi, dapat dibandingkan pelataran ini pentaan bangunan dalam Permukiman Silimo
dengan altar ber-undak dari masa pra-sejarah. sehingga dapat dikatakan bahwa: Silimo
merupakan salah satu bentuk Arsitektur
Nusantara di Papua.
The Dugum Dani
Heider 1970

Pilamo adat, terletak dibagian tengah OH


Mabilatma (1963), jumlah Ebe-ai 3 buah,
artinya jumlah istri kepala Silimo ada 2
orang.

1. Pilamo adat, teretak pada bagian tengah dari OH Silimo Wubakaima


(1963).
2. Jumlah Ebe-ai 7 buah, bila penghuni Silimo adalah istri, saudara dan
istri saudara, artinya istri kepala suku di Silimo Wubakaima
kemungkinan ada 5 orang istri.
Kebun sebagai sumber ekonomi keluarga
dan penunjang kelangsungan hidup
penghuni Silimo.

Kepala suku yang memiliki istri lebih dari


satu orang, maka istri-istrinya
mempunyai tugas untuk memelihara dan
memanen kebun secara bergiliran.
Transformasi fungsi Permukiman Silimo berkembang
dengan mejadi Kompleks Honai Wisata, terletak di
samping Silimo Kumugima:

Bangunan Pilamo yang terdiri dari 2 lantai


menjadi bangunan honai wisata 1 lantai dan
tidak dilengkapi tungku dalam bangunan honai
wisata, suhu udara dalam honai wisata bisa
mencapai 14°C pada wktu malam.
7. Kesamaan Arsitektur Tradisional NTT, Papua dan Papua New Guinea

Ume To Ana NTT Pilamo, Suku Dani, A traditional all-male house called a
Round House, Papua New Guinea.
Sumber: Pilipus Lembah Baliem Papua
Jeraman, Materi
Webinar Arnus
2
UHO Seri 25.
Ars. Daman NTT.
8. Kesimpulan
a. Konsep territory sebagai Ruang pertahanan (pola tata ruang Silimo dan pagar/leget) dan
Wilayah Kekuasaan (kawasan dalam Silimo dan kebun) pada permukiman Silimo.
b. Konsep kekerabatan, konfederasi, norma, pembagian kerja berdasarkan gender dan ritual
adat serta kondisi alam menjadi dasar: Pemilihan lokasi, pola tata letak, bentuk dan
konstruksi bangunan dalam permukiman Silimo, sebagai wujud relasi sosial-relasi alam-
relasi leluhur.
c. Material, Bentuk dan Struktur bangunan Pilamo dan Ebe-ai merupakan upaya mengatasi
suhu dingin dan angin kencang di Lembah Baliem dengan memanfaatkan prinsip
kenyamanan termal.
d. Terdapat kesesuaian antara bentuk rumah tradisional (Pilamo dan Ebe-ai) di Lembah Baliem
dengan rumah adat di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan rumah tradisional di kawasan
pegunungan tengah bagian barat di Papua New Guinea.
e. Ada kesesuaian Pola penataan bangunan dalam Arsitektur Pra-sejarah Indonesia dengan
pentaan bangunan dalam Permukiman Silimo, sehingga Silimo merupakan salah satu
bentuk Arsitektur Nusantara di Papua.
REFERENSI
1. Altman, Irwin and Chemer, Martins (1984, Culture and Environment, New York, Cambridge, University Press.
2. Alua, A. Agus (2006), Nilai-nilai Hidup Masyarakat Hubula di Lembah Baliem Papua, Biro Penelitian STFT Fajar Timur, Jayapura.
3. Heider, Karl G, (1970) The Dugum Dani. A Papuan Culture in the Highlands of West New Guinea. Winner-Gren Fondation For
Anthropological Research Inch. New York USA.
4. F. Swasono, Mutia et.al (1994), Jurnal UI, Antropologi Indonesia No. 53.
5. Heryanto, Albertus (2015), Umawim. Studi Antropologi Kasus Perang saudara di Assolokobal, Lembah Baliem. Disertasi. Universitas
Gajah Mada Yogyakarta.
6. Kolcaba, Katherine (2003), Comfor theory and Prcatice: A Vision For Holistic Health Vcare and Research: New York: Springer Publishing.
7. Mamberaku, Nomensen S.T (2009), Permukiman Orang Dani di Papua Studi tentang Adaptasi Sosal Budaya Terhadap Lingkungan.
Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung.
8. Mansoben, Johzs R. (1995), Sistem Politik Traidisional di Irian Jaya, LIPI –RUL, Jakarta.
9. Melalatoa, M, J, (1997), Silimo: Peradaban Tua di Irian, Melaltoa (ed): Sistem Budaya Indonesia, Pamator, Jakarta.
10. Poepoprodjo, W. (1987), Interpretasi, Beberapa catatan pendekatan filsafatinya, Remadja Karya, Bandung.
11. Prijotomo, Josef (2008). Pasang Surut Aritektur Indonesia, Wastu Laras Grafika, Surabaya.
12. Rapoort, Amos (1969) House Form ad Culture. USA: Prentice Hall, Inc, Engleeood Clifts, N.J.
13. Saini, Bal (2007), Traditional Architecture in The Pacific, An Overview, University of Quensland Australia.
14. Santoso, Imam and Salipu, Amir (2007) The Reading of ‘YEW’ as dwelling architecture from ASMAT-Papua Between Globalization and
Localization. Proceeding SENVAR 8th, Petra Surabaya University - Indonesia.
Sekian
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai