OLEH KELOMPOK I
TEKNIK ARSITEKTUR
Sejarah rumah adat honai
Suku Dani yang bertempat tinggal di lembah Baliem, Wamena, yang merupakan wilayah
pegunungan dan perbukitan. Lembah Baliem ini memiliki ketinggiansekitar 2500 dari
permukaan laut. Suku Dani merupakan suku yang hidup secara berkelompok dalam satu
kesatuan kelompok teritorial. cara hidup suku dani adalah dengan cara bercocok tanam dan
berpindah tempat.
Honai, rumah adat suku Dani ukurannya tergolong mungil, bentuknya bundar, berdinding
kayu dan beratap jerami. Namun, ada pula rumah yang bentuknya persegi panjang. Rumah jenis
ini namanya Ebe'ai (Honai Perempuan). Perbedaan antara Honai dan Ebe'ai terletak pada jenis
kelamin penghuninya. Honai dihuni oleh laki-laki, sedangkan Ebe'ai (Honai Perempuan) dihuni
oleh perempuan. Komplek Honai ini tersebar hampir di seluruh pelosok Lembah Baliem yang
luasnya 1.200 km2. Baik itu dekat jalan besar (dan satu-satunya yang membelah lembah itu),
hingga di puncak-puncak bukit, di kedalaman lembah, juga di bawah naungan tebing raksasa.
Jarak dari permukaan rumah sampai langit-langit hanya sekitar 1 meter. Di dalamnya ada
1 perapian yang terletak persis di tengah. Tak ada perabotan seperti kasur, lemari, ataupun
cermin. Begitu sederhana namun bersahaja.
Atap jerami dan dinding kayu rumah Honai ternyata membawa hawa sejuk ke dalam Honai.
Kalau udara dirasa terlalu dingin, seisi rumah akan dihangatkan oleh asap dari perapian. Bagi
suku Dani, asap dari kayu sudah tak aneh lagi dihisap dalam waktu lama. Selama pintu masih
terbuka (dan memang tak ada tutupnya), oksigen masih mengalir kencang.
Selain jadi tempat tinggal, Honai juga multifungsi. Ada Honai khusus untuk menyimpan umbi-
umbian dan hasil ladang, semacam lumbung untuk menyimpan padi. Ada pula yang khusus
untuk pengasapan mumi. Fungsi yang disebut terakhir itu bisa ditemukan di Desa Kerulu dan
Desa Aikima, tempat 2 mumi paling terkenal di Lembah Baliem.
Keterangan:
Letak honai laki-laki adalah tegak lurus dengan pintu masuk, agar kepala keluarga dapat
segera berhadapan dengan tamu ataupun gangguan dan ancaman yang masuk ke kompleks
silimo. Honai untuk laki-laki dan rumah adat/pilamo merupakan bangunan yang terlarang bagi
para wanita untuk memasukinya. Demikian juga dengan honai untuk perempuan merupakan area
terlarang bagi para lelaki. Pada beberapa silimo, honai perempuan/ebeai jumlahnya lebih dari
satu. Hal ini karena masyarakat Dani menganut sistem perkawinan monogami dan juga poligami,
dengan tujuan untuk menghasilkan banyak keturunan sehingga dapat menambah tenaga kerja
dan generasi penerus suku Dani. Jumlah istri juga merupakan lambang prestise, karena orang
yang mampu mempunyai istri lebih dari satu maka dianggap memiliki status sosial yang lebih
tinggi. Biasanya kepala suku atau orang-orang yang kaya, akan memiliki istri lebih dari satu.
Berikut adalah ilustrasi silimo dengan jumlah ebeai yang lebih dari satu:
Gambar 3. Konsep penataan silimo dengan beberapa ebeai
Perletakan masing-masing
massa bangunan pada silimo tersebut
memiliki makna tersendiri. Honai laki-
laki/kepala keluarga diibaratkan
sebagai kepala manusia yang membuat
keputusan di dalam slimo, bangunan
honai perempuan diibaratkan sebagai
tangan kanan yang melaksanakan hasil
keputusan, kandang babi diibaratkan
sebagai tangan kiri, sedangkan pintu
masuk diibaratkan sebagai kaki, dan
bagian tengah silimo yang berupa
ruang terbuka untuk umum,
diibaratkan sebagai jantung.
Selain penataan massa
bangunan di silimo seperti ilustrasi
sebelumnya, ada juga penataan massa
bangunan di silimo yang meletakkan
dapur dan kandang babi bersebelahan Gambar 4. Bagan silimo suku Dani
Berikut adalah fungsi masing-masing bangunan di sebuah silimo:
Honai laki-laki
Merupakan tempat tinggal untuk kepala keluarga, kerabat dan keluarga laki-laki, serta
anak laki-laki yang telah berumur lebih dari 5 tahun. Honai laki-laki ini berbentuk bulat
dan terdiri dari dua lantai, dengan sebuah perapian terletak di pusat bangunan. Lantai satu
difungsikan sebagai tempat bersantai dan lantai dua sebagai tempat beristirahat/tidur.
Masyarakat suku Dani tidur dengan pola kepala membujur di bagian dinding dan kaki
mengarah ke pusat honai (perapian).
Honai perempuan/ebeai
Ebeai berbentuk bulat dan terdiri dari dua lantai, dengan sebuah perapian terletak di pusat
bangunan. Lantai pertama digunakan untuk mendidik para anak-anak dan remaja suku
Dani agar mengerti dan dapat mengerjakan tugas-tugas kewanitaannya. Selain itu, juga
digunakan sebagai tempat bersantai dan mengobrol, yaitu di sekeliling perapian. Lantai
dua digunakan sebagai tempat beristirahat/tidur bagi para wanita.
Dapur/hunila
Dapur bersama/hunila merupakan bangunan yang berbentuk persegi panjang, dengan
tinggi sekitar 1,5 meter – 2 meter. Dapur digunakan sebagai tempat memasak sehari-hari,
biasanya memasak hipere/ubi jalar. Pada bangunan dapur ini para anggota keluarga
biasanya berkumpul dan bersantai pada waktu siang atau malam hari.
Kandang babi/wamdabu
Kandang babi merupakan suatu bangunan yang berbentuk persegi panjang dan terletak
melintang di seberang honai perempuan. Di depan kandang babi terdapat tanah kosong
yang digunakan sebagai tempat bermain bagi babi. Di tanah ini babi-babi akan dilepas
dan dihitung jumlahnya.
Filosofi bentuk
Daerah pegunungan dan lembah disana mempunyai hawa yang cukup dingin pada
umumnya terletak di ketinggian 2500 meter dari permukaan laut. Maka dari itu bentuk honai
yang bulat dirancang untuk bisa meredam hawa dingin ataupun tiupan angin yang kencang.
Rumah honai memilki atap bulat kerucut terbuat dari jerami dan ilalang. Bentuk atap ini
berfungsi untuk melindungi seluruh permukaan dinding agar tidak terkena air hujan dan
meredam hawa dingin agar tidak masuk kedalam rumah.
Bentuk bulat dan melingkar dari rumah honai memiliki tiga filosofi yang sangat berarti
yang dipegang teguh oleh masyarakat Dani, mencerminkan nilai-nilai yang diturunkan dari
generasi ke generasi.
Pertama, rumah honai menyimbolkan rasa persatuan dan kesatuan yang paling tinggi
dalam rangka mempertahankan budaya yang telah dipertahankan oleh nenek moyang dari zaman
dulu hingga sekarang.
Kedua, bermukim didalam satu rumah honai, berarti semua penghuninya mempunyai
ikatan sehati. Dalam hal berpandangan pun berada dalam satu pemikiran untuk menuju satu
tujuan dalam menyelesaikan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat dari fungsi rumah honai sebagai
tempat berkumpul dan bermusyawarah mengenai semua aspek persoalan kehidupan.
Ketiga, rumah honai menjadi simbol nyata kepribadian dan martabat suku Dani yang
harus dijaga terus dimasa mendatang. Nilai-nilai kehidupan diajarkan kepada anak-anak agar
kelak menjadi generasi yang berguna dan melestarikan kebudayaan suku Dani.
Denah
Dengan tinggi sekitar 2 – 2.5 meter, rumah adat dari Papua terdiri dari 2 lantai. Lantai
pertama biasanya terdiri dari kamar-kamar dan digunakan sebagai tempat tidur, dan lantai kedua
digunakan sebagai tempat beraktifitas: ruang santai dan lain-lain. Di tengah ruangan di lantai
pertama terdapat api unggun yang digunakan untuk menghangatkan diri. Rumah adat Papua
Honai merupakan rumah dengan arsitektur yang sederhana, inti dari rumah ini adalah rumah
yang melindungi orang-orang yang tinggal di dalamnya dari udara dingin, tanpa fungsi rumit
lainnya. Kesederhanaan ini mungkin yang dijadikan patokan utama bagi suku Dani untuk
membangun rumah Honai mereka, karena mereka termasuk jenis suku yang kerap kali berpindah
tempat. Kesederhanaan desain dan bentuk Honai memudahkan mobilitas mereka
Struktur atap
Atap rumah honai berbentuk bulat kerucut dengan lingkaran-lingkaran besar dari kayu
yang dibakar sebagai kerangka atapnya, yang kemudian diikatmenjadi satu di bagian atas
(membentuk dome). Terdapat 4 pohon muda yang berfungsi sebagai kolom penyangga utama
yang diikat di atas dan vertikal ke bawah menancap ke dalam tanah. Pada lantai 1, ruang yang
terbentuk diantara 4 kolom ini difungsikan sebagai tempat meletakkan perapian
untuk menghangatkan honai. Bahan penutup atap terbuat dari jerami/rumbia (rumput alang-
alang), dengan pertimbangan bahwa material tersebut ringan, lentur, menyerap goncangan
gempa, serta dapat menghangatkan dan melindungi dari hujan dan panas matahari.
Struktur dinding
Honai, honai terdiri dari dua lantai, yaitu lantai satu yang digunakan sebagai
tempat bersantai dan mengobrol di sekeliling perapian, serta lantai panggung yangdigunakan
sebagai tempat menyimpan barang berharga dan istirahat/tidur.Lantai honai dialasi dengan
rumput atau jerami yang diganti secara berkala jika sudah rusak/kotor.
Tahapan Konstruksi
Pada proses pembangunan honai, terdapat beberapa tahapan konstruksi yaitu sebagai
berikut:
1. Tahap pengukuran, pembersihan, pemerataan tanah sebelum mendirikan suatu silimo, maka
dilakukan musyawarah antaraanggota keluarga dan klen untuk menentukan lokasi yang tepat.
Kemudiandilakukan pembersihan dan pemerataan tanah di lokasi tersebut, dandilakukan
pengukuran. Penentuan diameter honai didasarkan pada ukurantinggi badan anggota keluarga
yang paling tinggi, dikarenakan masyarakatsuku Dani tidur dengan tubuh membujur dari
dinding dan kaki ke arah perapian (bagian pusat honai).
2. Tahappemasangan tiang-tiang utama dan pembagianlantai atas dan bawah
http://dokumen.tips/documents/makalah-rumah-honai-papua.html
http://dokumen.tips/documents/arsitektur-tradisional-papua-honai.html
https://arsitekturberkelanjutan.wordpress.com
http://arsitektur.blog.gunadarma.ac.id/?p=292
http://www.anneahira.com/rumah-adat-irian-jaya.htm
http://www.hdesignideas.com/2010/09/rumah-tradisional-honai-di-wamena-papua.html
https://othisarch07.wordpress.com/arsitektur-tradisional-papua/