Anda di halaman 1dari 3

A.1.

Cara kerja otak: Sistem berpikir cepat


dan lambat
Pada bagian ini, Bapak/Ibu akan belajar bagaimana otak mempengaruhi
bagaimana manusia tergerak melalui sebuah video pendek berjudul “Eskalator dan
Kerja Otak”. Video ini berupaya menjelaskan bagaimana otak bekerja dalam dua
sistem berpikir yang berbeda, yaitu berpikir cepat dan berpikir lambat melalui
perumpamaan eskalator yang berjalan turun. Video ini juga membahas bagaimana
otak “3-in-1 (Triune)” manusia bekerja.

Dua sistem berpikir cepat dan lambat yang dikenalkan oleh Daniel Kahneman dalam
teori proses berpikir manusia dapat memberikan wawasan berharga tentang cara
manusia mengambil keputusan, memproses informasi, dan merespons situasi. Dari
kedua sistem ini, kita dapat belajar beberapa hal berikut:

1. Proses Cepat (Sistem 1):


 Keputusan Insting: Sistem 1 cenderung menghasilkan keputusan
insting, tanpa perlu pemikiran yang mendalam. Kita dapat memahami
bagaimana intuisi dan insting kita memainkan peran dalam respons
cepat terhadap situasi sehari-hari.
 Persepsi Cepat: Sistem 1 memungkinkan kita untuk secara cepat
memproses dan merespons informasi visual dan sensorik. Ini dapat
membantu kita memahami bagaimana persepsi kita terhadap dunia
sekitar berlangsung dengan cepat.
 Kecenderungan Heuristik: Sistem 1 cenderung menggunakan heuristik
atau aturan praktis dalam membuat perkiraan atau penilaian. Ini dapat
mempengaruhi cara kita menilai risiko dan membuat keputusan.
2. Proses Lambat (Sistem 2):
 Pengambilan Keputusan Lebih Rasional: Sistem 2 mewakili pemikiran
yang lebih reflektif dan mendalam. Kita dapat belajar bahwa proses ini
cenderung memerlukan waktu lebih lama, pemikiran analitis, dan
penilaian yang lebih mendalam sebelum membuat keputusan.
 Kesalahan Pikir yang Harus Dihindari: Memahami konsep-konsep
seperti bias kognitif dan kesalahan pikir dapat membantu kita
mengenali cara kerja sistem berpikir lambat (Sistem 2) dan menghindari
jebakan dalam pengambilan keputusan yang dapat kita buat.
3. Interaksi Antar Sistem: Kita dapat memahami bahwa kedua sistem ini sering
berinteraksi satu sama lain dalam proses pengambilan keputusan. Kita dapat
belajar cara menggabungkan intuisi dengan pemikiran analitis untuk
membuat keputusan yang lebih baik.
4. Pelatihan dan Perbaikan: Dari konsep ini, kita dapat belajar bahwa kedua
sistem dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan latihan. Ini dapat memberikan
pandangan optimis tentang kemampuan kita untuk meningkatkan
kemampuan berpikir, pengambilan keputusan, dan kontrol atas perilaku kita.

Dalam keseluruhan, pemahaman tentang dua sistem berpikir ini dapat memberikan
wawasan yang lebih dalam tentang proses mental manusia, mengapa kita membuat
keputusan tertentu, dan bagaimana kita dapat mengoptimalkan pengambilan
keputusan dan perilaku kita sehari-hari.

Dua sistem berpikir cepat dan lambat yang dikenalkan oleh Daniel Kahneman dalam teori proses
berpikir manusia dapat memberikan wawasan berharga tentang cara manusia mengambil keputusan,
memproses informasi, dan merespons situasi. Dari kedua sistem ini, saya belajar 2 hal, yaitu:

1) Pada proses berpikir cepat, ada kecenderungan untuk menghasilkan suatu keputusan tanpa
perlu pemikiran yang mendalam, dan memungkinkan kita untuk secara cepat memproses
dan merespons sesuatu.
2) Pada proses berpikir lambat, merupakan system berpikir yang mewakili pemikiran yang lebih
reflektif dan mendalam. Kita dapat belajar bahwa proses ini cenderung memerlukan waktu
lebih lama, pemikiran analitis, dan penilaian yang lebih mendalam sebelum membuat
keputusan.

"Bagaimana hubungan antara proses berpikir cepat (Sistem 1) dan berpikir lambat (Sistem 2) dalam
pengambilan keputusan sehari-hari, dan dalam situasi apa kita seharusnya lebih mengandalkan salah satu
sistem dibandingkan yang lain?"
Hubungan antara proses berpikir cepat (Sistem 1) dan berpikir lambat (Sistem 2)
dalam pengambilan keputusan sehari-hari sangat kompleks dan bergantung pada
situasi serta jenis keputusan yang harus diambil.

1. Kerjasama Sistem: Dua sistem berpikir ini bekerja bersama dalam


kebanyakan situasi. Sistem 1 memberikan respons insting dan cepat terhadap
situasi sehari-hari, sementara Sistem 2 memberikan pemikiran yang lebih
mendalam. Sistem 1 dapat menghasilkan keputusan cepat dan efisien dalam
situasi rutin dan tidak memerlukan analisis mendalam.
2. Situasi yang Mendukung Sistem 1: Sistem 1 lebih cocok untuk situasi yang
membutuhkan respons cepat, seperti menghindari bahaya fisik atau
mengambil keputusan dalam situasi darurat. Ini juga berguna dalam situasi
sehari-hari yang sederhana, seperti memilih makanan di restoran favorit atau
memilih pakaian yang akan dikenakan.
3. Situasi yang Mendukung Sistem 2: Sistem 2 lebih berguna dalam situasi
yang kompleks dan memerlukan analisis lebih dalam, seperti pengambilan
keputusan finansial yang besar, perencanaan jangka panjang, atau
memecahkan masalah kompleks. Dalam situasi seperti itu, kita seharusnya
lebih mengandalkan Sistem 2 untuk meminimalkan risiko dan membuat
keputusan yang lebih baik.
4. Kombinasi Optimal: Kunci pengambilan keputusan yang efektif adalah
mengenali kapan kita seharusnya beralih antara kedua sistem. Situasi yang
memerlukan respons cepat tetapi juga memiliki konsekuensi besar
memerlukan penilaian yang cermat dari Sistem 2 setelah respons awal dari
Sistem 1. Kemampuan untuk mengintegrasikan dua sistem ini dapat
membantu kita membuat keputusan yang lebih seimbang dan bijak.

Dalam praktiknya, pengambilan keputusan yang baik melibatkan kesadaran diri


tentang kapan kita harus menggunakan Sistem 1 atau Sistem 2, serta kemampuan
untuk mengendalikan bias atau kesalahan yang mungkin muncul dalam proses
berpikir kita.

Anda mungkin juga menyukai